TRANSFORMASI SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL (Studi di Ponpes Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang) Tahun 2017
Oleh: MUHAMMAD AGUS LUQMAN NIM. M1 14 006
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2017
PROGRAM PASCA SARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS Nama
: MUHAMMAD AGUS LUQMAN
NIM
: MI.14.006
Konsentrasi
: Pendidikan Agama Islam
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Hari/Tanggal Ujian
: Jum’at, 24 Maret 2017
Judul
: TRANSFORMASI SISTEM PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN DALAM MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN SOSIAL (Studi di Ponpes Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang) Tahun 2017
Panitia Munaqosah Tesis
Ketua Penguji
: Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag
………………………
Sekretris
: Dr. Phil. Widiyanto, M.A
………………………
Penguji I
: Prof. Dr. Mansur, M.Ag
………………………
Penguji II
: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
………………………
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah pada IAIN Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Boyolali, 14 Maret 2017 Yang membuat pernyataan
Muhammad Agus Luqman
ABSTRAK
Judul : Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial (Studi di Ponpes Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang) Tahun 2017 Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses dan dampak transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Tekhnik pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan (observasi) secara langsung di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang dan studi dokumen. Tekhnik analisis data dengan cara mengumpulkan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dalam analisis ini peneliti melakukan analisis data kualitatif bersifat induktif analitik, yang menekankan pada pemaknaan kekhususan suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik). Analitik induktif merupakan upaya untuk menganalisis data dengan berpijak kepada logika positivisme dan fenomenology Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transformasi sistem pendidikan pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol dalam mengembangan kewirausahaan sosial, yang diawali dari proses transformasi yang sangat sederhana, dalam membekali santri di bidang kewirausahaan yang menjunjung tinggi prinsip dan nilai-nilai khas pesantren, yaitu: kemandirian, keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, disiplin, tanggung jawab serta keberkahan. Sehingga dampak dari pengembangan kewirausahaan sosial di pondok pesantren ini sangat signifikan bagi penyelesaian masalah-masalah sosial utamanya adalah ekonomi dan kemiskinan. Dan dampak yang diakibatkan dari pengembangan kewirausahaan sosial ini tidak hanya kepada santri, tetapi juga kepada alumni masyarakat serta pondok pesantren itu sendiri. Kata kunci : Transformasi, Pesantren, Kewirausahaan Sosial
iv
ABSTRACT Judul : Transformation Of The Educational System Of Pesantren In Developing Social Entrepreneurship (Study in the Girls Pesantren of Darussalam Watucongol Muntilan Magelang) 2017 This study aims to describe the process and impact of the transformation of the educational system of Pesantren in developing social entrepreneurship in the Girls Pesantren of Darussalam Watucongol Muntilan Magelang. The method used in this study is qualitative method. The techniques of collecting the data through interviews, direct observation in the Girls Pesantren of Darussalam Watucongol Muntilan Magelang and document study. The analysis techniques were done by data collection, reduction, presentation and conclusion. In this study the researcher conducted inductive analytical qualitative data analysis that emphasizes the specific meaning of a case, not the generality (nomothetics). Analytical inductive is an attempt to analyze the data which grounded to logical positivism and phenomenology. The result of the study indicates that the transformation of the educational system of the Girls Pesantren of Darussalam Watucongol in developing social entrepreneurship is begun from the very simple transformation process, provide students (santri) in the field of entrepreneurship respecting to principles and typical values of Pesantren namely; independence, sincerity, honesty, simplicity, discipline, responsibility and blessing. So the impact of the social enterpreneurship development in the Pesantren is very significant for the social problem solving mainly economy and poverty. And the impact resulting from the social enterpreneurship development is not only for the Santri but also for the alumni community as well as the Pesantren it self. Keywords : Transformation, Pesantren, Social Entrepreneurship
v
PRAKATA Bismillahirrohmanirrohim Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas limpahan nikmat, rahmat, taufik, hidayah serta inayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan tesis ini yang berjudul “Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial”(Studi di Ponpes Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang) yang menjadi persyaratan untuk mempeoleh gelar Magister Pendidikan Islam Tersajinya tesis ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Dr. H. Zakiyuddin, M.Ag., selaku Direktur Pascasarjana IAIN Salatiga. 3. Bapak Dr. Phil. Widiyanto, M.A., Ka. Prodi PAI Pascasarjana IAIN Salatiga dan sekaligus pembimbing penulis sehingga atas bimbingannya yang sabar tesis ini bisa selesai. 4. Bapak ibu dosen Pascasarjana IAIN Salatiga yang telah memberi ilmu dan pencerahan kepada penulis. 5. KH.Agus
Nurul
Hidayat,
Pengasuh
Ponpes
Darussalam
Putri
Watucongol Muntilan Magelang atas bantuan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
vi
6. Istiqomah, istri tercinta yang telah menemani penulis di lokasi penelitian dan setia dalam menemani penyelesaian tesis ini. Afrand, fira, serta bapak, ibu dan keluarga besar penulis yang menyemangati dalam penyelesaian tugas akhir ini. 7. Sahabat-sahabat Pascasarjana IAIN Salatiga angkatan 2014 yang selalu dan saling menyemangati, sukses untuk kita semua. Semoga apa yang telah bapak/ibu berikan menjadi barokah serta manfaat bagi semua pihak. Kami berdo’a semoga kebaikan bapak/ibu dan teman-teman menjadi amal ibadah yang diterima Allah SWT.
Boyolali, 14 Maret 2017 Penulis
Muhammad Agus Luqman
vii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………………… HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………. .. . HALAMAN PERNYATAAN……………………………………………......... ABSTRAK……………………………………………………………………... PRAKATA………………………………………………………………....….. DAFTAR ISI………………………………………………………………….... LAMPIRAN………………………………………………….………………. ... BAB
I
BAB
II
BAB
III
PENDAHULUAN……………………………………………….. A. Latar Belakang Masalah……………………………………….. B. Rumusan masalah…………………………………………….... C. Signifikansi Penelitian……………………………………….… D. Kajian Pustaka……………………………………….………… 1. Penelitian Terdahulu………………………………………. 2. Kerangka Teoritis……………………………………….…. E. Metode Penelitian……………………………….……………... F. Sistematika Pembahasan………………………………………. AKAR SEJARAH DAN POTRET PESANTREN DARUSSALAM………………………………………………….. A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang……………………………….. B. Kondisi Geografis Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang……………………………….. C. Kepengurusan Pondok Pesantren……………………………... D. Dinamika Perkembangan Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang……………………………….. CIKAL BAKAL DAN IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI PONPES DARUSSALAM…………………………. A. Kondisi Pra Transformasi ……………………………………... B. Proses Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial. …………………………………………. C. Strategi Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Pesantren…………………………………………...…. D. Implementasi Pengembangan Kewirausahaan Sosial di Pondok Pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang……………………………….. E. Refleksi ……………………………………………………...….
viii
i ii iii iv vi viii x 1 1 3 3 4 4 7 10 12 14 14 15 16 17 19 19
21 23
25 30
BAB
IV
KEWIRAUSAHAAN SOSIAL SOLUSI EKONOMI UMAT………………………………………………... A. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Santri ……………………….. B. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Masyarakat ………………… C. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Pondok Pesantren…………….. BAB V D. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Kyai…. ……………………….. PENUTUP………………………………………………………… A. Kesimpulan…………………………………………………….. B. Saran-Saran………………………………………………...…… DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..
35 37 37 38 43
LAMPIRAN……………………………………………………………………….
47
BIOGRAFI PENULIS……………………………………………………………..
70
ix
32 32 33 34
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Pedoman Wawancara dan penggalian informasi……………………………
45
2. Transkip percakapan/wawancara …………………………………………..
46
3. Foto-foto kegiatan usaha……………………………………………………
66
4. Surat Keterangan Penelitian ……………………………………………….
69
5. Lembar Bimbingan Tesis …………………………………………………..
66
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren selalu menarik untuk diteliti, dan tidak sedikit peneliti yang mengkaji tentang pesantren dalam berbagai macam prespektif, baik sejarah, kurikulum, pendiri atau tokoh, tradisi, peran pesantren dan lain-lain. Banyak orang besar lahir dari pondok pesantren, tentu bukanlah sebuah kebetulan. Boleh jadi, ini merupakan isyarat bahwa pondok pesantren memang memiliki “sesuatu” yang patut disimak dan didalami. Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk mempelajari, memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam. Di samping itu, pesantren juga sebagai lembaga sosial keagamaan dan lembaga dakwah. Pesantren berhasil menjadikan dirinya sebagai pusat gerakan pengembangan Islam. Menurut sejarah pendidikan Indonesia mencatat bahwa pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia, walaupun secara pasti sejak kapan di Indonesia ada pesantren masih banyak perdebatan. Pondok pesantren harus berani melakukan transformasi, utamanya dalam hal sistem pendidikan. Keberadaan pesantren sampai saat ini membuktikan keberhasilannya menjawab tantangan zaman. Namun akselerasi modernitas yang begitu cepat menuntut pesantren untuk tanggap secara cepat
1
2
pula, sehingga eksistensinya tetap relevan dan signifikan.1 Masa depan pesantren ditentukan oleh sejauh mana pesantren menformulasikan dirinya menjadi pesantren yang mampu menjawab tuntutan masa depan tanpa kehilangan jati dirinya. Dalam kaitan dengan transformasi atau perubahan sistem pendidikan ini, pesantren diharapkan mampu menyumbangkan sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam kehidupan modern apalagi tahun ini pondok pesantren harus menyikapi dengan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean). Dan ini menjadikan tantangan bagi pondok pesantren itu sendiri. Maka salah satu cara untuk menyiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapai tantangan tersebut adalah pondok pesantren yang mampu bertransformasi dalam bidang kewirausahaan sosial. Karena pondok pesantren yang dengan ide dan terobosan tersebut dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam menyelesaikan permasalahan
sosial.
Transformasi
pesantren
dalam
pengembangan
kewirausahaan sosial belumlah banyak ditemukan. Karena kewirausahaan sosial memilki karakteristik yang sulit dilaksanakan oleh kebanyakan pesantren. Penulis bermaksud untuk meneliti Pondok Pesantren kaitannya dengan
sejauh
mana
proses
Transformasi
atau
perubahan
sistem
Pendidikannya. Penulis dalam penelitian ini mengambil judul penelitian
1
Mujamil Qomar, Pesantren Dari Transformasi Metodologi Menuju Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga, 2005,10.
3
“Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial”(Studi di Ponpes Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang) Tahun 2017 B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah Proses transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial? 2. Bagaimanakah dampak transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial? C. Signifikansi Penelitian Untuk mempersingkat dan memperjelas seberapa jauh penelitian ini, maka penelitian ini mempunyai tujuan dan manfaat penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian, Penelitian ini bertujuan untuk : a. Menjelaskan proses transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial. b. Mendiskripsikan dampak transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial. 2. Manfaat penelitian Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan dunia pendidikan pesantren secara umum, dan juga bagi peneliti sendiri khususnya. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber atau contoh pertimbangan dalam mengembangan sistem
4
pendidikan
pondok
pesantren
khususnya
dalam
mengembangkan
kewirausahaan sosial. D. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Dibawah ini adalah uraian beberapa hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan untuk kemudian dianalisis dan dikritisi dilihat dari pokok permasalahan, teori dan metode, sehingga dapat diketahui letak perbedaannya dengan penelitian yang penulis lakukan. Berikut ini adalah hasil-hasil penelitian terdahulu yang dianggap relevan dengan penelitian sebegai berikut: Zuni Nurrochim, “Peran da’i dalam meningkatkan ekonomi umat” Tesis ini menguraikan peran Da’i dan pesantren dalam meningkatkan perekonomian masyarakat sekitarnya. Secara garis besar, tesis ini menjabarkan peranan Aa Gym dan pesantren Daarut Tauhid di Bandung dalam meningkatkan pengembangan ekonomi keummatan.2 Zubaidi, “Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren”. Disertasi ini telah dijadikan buku yang diterbitkan di Yogyakarta pada tahun 2007. Isi buku ini lebih pada mewartakan bahwa ide untuk fikih sebagai bagian dari pemecahan problem sosial telah mendasari langkah Kiai Sahl dalam merumuskan fikih sosial.3
2
Zeni Nurrochim, Peran Da’i Dalam Meningkatkan Ekonomi Umat Tesis, PPs UIN Syarif Hidayatullah , Jakarta: 2004. 3 Zubaidi, Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren, Desertasi, Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga , Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007.
5
L. Fauroni- Susilo dalam bukunya “Menggerakkan Ekonomi Syariah Dari Pesantren”. Buku ini berbicara tentang kelayakan pesantren menjadi lokomotif pengembang ekonomi syari’ah di negeri ini. Fondasi motor penggerak adalah koperasi BMT. Fleksibilitas BMT sebagai lembaga bisnis jasa keungan syari’ah dan organ inti sel bisnis sektor riil, sinergis dan simultan bersama pesantren dengan cavtive market-nya.4 Abdurrahman Wahid, “Menggerakkan Tradisi”. Buku ini membahas tentang pesantren dan watak mandirinya. Aspek dominan pada buku ini adalah hubungan pesantren, negara dan pembangunan serta tawaran pembaruan untuk pesantren, seperti dalam hal penyusunan kurikulum,
peningkatan
saran
dan
pembenahan
manejemen
kepemimpinan.5 Amin Haedari dkk, “Masa Depan Pesantren, Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global”. Buku ini lebih membahas tentang bagaimana pesantren mampu memecahkan beberapa tantangan zaman, yang mengarah pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta informasi, disamping pesantren harus mempertahankan khazanah luhur pesantren, khususnya berupa tradisi keilmuan dan budaya yang dikembangkan pesantren.6
4
L.Fauroni- Susilo, Menggerakkan Ekonomi Syariah Dari Pesantren , Yogyakarta: Forum Pengkajian Pondok Pesantren Yogyakarta (FP3Y), 2007. 5 Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi Pesantren, Yogyakarta:LKis, 2001. 6 Amin Haedari dkk, Masa Depan Pesantren, Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global ,Jakarta: IRD Press, 2005.
6
Hasani Ahmad Said, “Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara”, tulisan ini menunjukkan bahwa pesantren akan tetap eksis jika mengadaptasi perubahan tanpa harus kehilangan jatidirinya.7 Muhammad Anwar. HM. “Modernisasi Pesantren: Pergeseran Tradisi dan Pudarnya Kyai”, Tulisan ini menjelaskan bias orientasi pesantren,
transformasi
pesantren
dan
implikasinya
terhadap
pengembangan kelembagaan pesantren. Temuan memberikan indikasi bahwa lembaga pendidikan ini, perlahan tapi pasti, tidak mampu untuk mewujudkan jati dirinya sebagai agen perubahan sosial. Pada saat yang sama, generasi muda lulusan SLTA dan perguruan tingi, baik umum maupun Islam telah mulai memainkan peran strategis dalam manajemen dan kepemimpinan pesantren khususnya dan umat pada umumnya. Oleh karena itu, sangat penting bagi pesantren untuk memahami ide dasar modernisasi di bidang pendidikan. Dengan pengetahuan ini, pesantren akan mampu membuat beberapa revisi terhadap bentuk ideal pesantren di masa depan.8 Setelah dilakukan penyelidikan beberapa penelitian ternyata terdapat perbedaan antara penelitian sebelumnya yang diantaranya penulis sajikan diatas dengan penelitian ini. Adapun perbedaannya terletak pada rumusan masalah yang akan diteliti dan dianalisa, begitu pula hasil penelitian yang akan dihasilkan dari proses dan penganalisaan proses
7
Hasani Ahmad Said, Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara, ejournal.iainpurwokerto.ac.id,Vol. 9, IAIN Purwokerto: 2011 8 Muhammad Anwar. Modernisasi Pesantren: Pergeseran Tradisi dan Pudarnya Kyai, Hunafa Jurnal Studia Islamika,Vol.10 No.1, (2013), 34.
7
transformasi sistem pendidikan pondok pesantren yang mengembangkan kewirausahaan sosial pada pondok pesantren Darusalam Putri Watucongol Muntilan Magelang. Peneliti berusaha untuk menyajikan sebuah hasil penelitian secara konkrit bagaimana transformasi atau perubahan sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial. Mampukah pondok pesantren tetap eksis mempertahankan model pendidikan yang klasik atau mengadopsi model pendidikan yang baru yang
memungkinkan
diterapkan
di
pondok
pesantren
dalam
mengembangkan kewirausahaan sosial. 2. Kerangka Teoritis a. Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Transformasi dalam ensiklopedi umum merupakan istilah ilmu eksakta yang kemudian dimasukkan ke dalam ilmu sosial dan humaniora, yang memiliki maksud perubahan bentuk dan secara lebih rinci memiliki arti perubahan fisik maupun non fisik (bentuk, rupa,sifat,dan sebagainya).9 Apabila menjadi sifat sesuatu transformasi menjadi transformative yang bisa berarti perombakan/perombakan nilai-nilai10. Mengambil istilah ilmu-ilmu sosial, khususnya sosiologi, maka transformasi berarti perubahan sosial dan kebudayaan, yang berarti
9
Pringgodigdo, Ensikplopedi Umum, Yogyakarta: Yayasan Kanisius,1973, 57. Perombakan nilai-nilai (budaya) di masyarakat terjadi karena imbas industrialisasi yang akhirnya membentur dan memaksa perubahan ranah-ranah kultural, lihat Septi Gumiandari, “Transformasi Pesan Santri Vis-a-Vis Hegemoni Modernitas”, dalam Said Agil Siradj, et.al, Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren, Bandung: Pustaka Hidayah, 1999,115. 10
8
perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur, fungsi masyarakat, dan perilaku masyarakat serta pengaruhnya dalam struktur organisasi ekonomi, politik dan budaya11. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, transformasi sistem pendidikan pondok pesantren berarti perubahan bentuk atau pergeseran nilai dan perombakan dalam pendidikan yang diimplementasikan di pondok pesantren dengan dilaksankan semua bergantung konteks yang dihadapi. b.Pengembangan Kewirausahaan Sosial Istilah kewirausahaan (entrepreneurship) telah digunakan dalam konteks bisnis selama lebih dari 200 tahun, tetapi hingga saat ini masih banyak pertentangan arti. Entrepreneurship sendiri telah diteliti antara lain dari prespektif ekonomi, kelembagaan, politik, psikologis dan sosial.12 Kewirausahaan sosial (Social Entrepreneurship) merupakan sebuah istilah turunan dari kewirausahaan. Gabungan dari kedua kata, yaitu social yang artinya kemasyarakatan dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Beberapa Pengertian kewirausahaan sosial sebagai berikut: Mort mendefinisikan : “Social entrepreneurship is “a multidimensional construct involving the expression of entrepreneurially virtuous behaviour to achieve the social mission, a coherent unity of purpose and action in the face of moral complexity, the ability to recognise social 11
Soryono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997, cet. XXIII335-336. 12 Ali Aslan Gunusay, Entrepreneurship from an Islamic Perspective, Journal of Busisness Ethics, http://link.springer.com/article/10.1007/s10551-014-2223-7.
9
value-creating opportunities and key decision-making characteristics of innovativeness,proactiveness and risk-taking”. 13 (Kewirausahaan sosial adalah pembentukan multidimensi yang melibatkan ekspresi perilaku secara kewirausahaan yang berbudi luhur untuk mencapai misi sosial, kesatuan yang koheren dan tindakan dalam menghadapi kompleksitas moral, kemampuan untuk mengenali nilai sosial yang menciptakan peluang, kunci pengambilan keputusan yang berkarakter inovasi, proaktif dan siap mengambil risiko).
Gerald Smale, mendefinisikan “Social entrepreneurship is ability to initiate, lead and carry though problem-solving and an understanding that all resource all locations are really stewardship investment”.14 (Kewirausahaan sosial adalah kemampuan untuk memulai, memimpin dan membawa pikiran atau ide dalam mengatasi masalah dan pemahaman bahwa semua sumber daya semua lokasi yang benar-benar bisa digunakan dalam pelayanan dan investasi)
Definisi lain dari kewirausahaan sosial adalah kemampuan untuk menggagas, memimpin dan melaksanakan strategi pemecahan masalah, melalui kerja sama dengan orang lain dalam semua jenis jaringan sosial. Dan ini merupakan disiplin ilmu yang menggabungkan antara kecerdasan berbisnis, inovasi dan tekad untuk maju kedepan.15 Sehingga dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan sosial yang dikembangkan di pesantren adalah usaha-usaha yang dilakukan
13
Christine K.Volkmann Kim Oliver Tokarski, Social Entrepreneurship and Social Business An Introduction and Discussion with Case Studies, Springer Gabler,…34 14 Christine K.Volkmann Kim Oliver Tokarski, Social Entrepreneurship…,34. 15 Vasuda Vasakaria, A Study on Social Entrepreneurship and The Characteristics of Social Entrepreneurship, The Journal of management Research, Vol.VII, No.4. (2008), 35.
10
pesantren dengan memberdayakan potensi yang ada baik itu santri, alumni, atau masyarakat dengan satu tujuan bahwa pondok pesantren tidak hanya sebagai pusat pendidikan agama tetapi juga sebagai penggerak dan pemecah berbagai macam masalah sosial, diantaranya masalah kemiskinan dan masalah sosial yang lainnya . Kewirausahaan menjadi fenomena menarik dalam dunia usaha dan bisnis Karena tidak hanya keuntungan materi saja yang menjadi orientasinya, melainkan bagaimana usaha yang dilakukan memberikan dampak positif dalam kehidupan masyarakat. Ada motif pemberdayaan masyarakat dalam kewirausahaan sosial ini. Pondok pesantren dalam hal pemberdayaan masyarakat bukanlah hal yang baru, tetapi pemberdayaan masyarakat dalam bidang ekonomi atau kewirausahaan belumlah banyak pesantren menerapkannya. Konsep entrepreneurship berbasis pesantren pada dasarnya adalah menggunakan spirit dan orientasi nilai pesantren dalam aktivitas entrepreneurship. Sehingga entrepreneurship bukan hanya sekedar aktivitas yang loyal pada keuntungan saja, akan tetapi sarat dengan nilai sosial dan ajaran agama. Konsep ini dijabarkan dari praktik entrepreneurship yang ada dipesantren, sehingga munculah istilah baru dengan sebutan Kewirausahaan sosial (social entrepreneurship) yang dikembangkan di pesantren. Kaum tradisional pesantren tidak asing dengan istilah “berkah”,nilai “berkah” inilah manjadi ruh dari seluruh aktivitas social entrepreneurship, karena dalam aktivitas ini bukan lagi
11
sekedar
profit oriented (mengejar keuntungan), namun juga social
oriented
(mengedepankan sosial) dan religious spiritual oriented.
(mengutamakan nilai-nilai agama) Karakteristik kewirausahaan sosial menurut bebarapa peneliti adalah sebagai berikut: (a) Adanya aktivitas produksi barang/jasa; (b) Memiliki nilai sosial; (c) Menjaga jaringan informasi atau komunikasi. Filipe
M.
Santos
menggambarkan
tentang
pendekatan
kewirausahaan sosial dalam sebuah jurnal dengan judul A Positive Theory of Social Entrepreneurship bahwa
tujuan utama dan pendekatan
kewirausahaan sosial adalah (a) untuk mencari solusi berkelanjutan dari pada keuntungan yang berkelanjutan dan (b) untuk mengembangkan solusi yang dibangun diatas logika pemberdayaan dari pada logika kontrol. 16 E. Metode Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif deskriptif. Sesuai dengan obyeknya penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) adapun yang perlu dijelaskan dalam penelitian ini adalah: Setting penelitian kualitatif ini sangat berkaitan dengan field work artinya peneliti secara fisik terlibat langsung dengan orang, latar (setting) tempat, atau institusi untuk mengamati atau mencatat perilaku dlam latar alamiahnya. Penelitian ini mengambil lokasi di Pondok Pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang tahun 2017.
16
Nicola M.Pless, Social Entrepreneurship in Theory and Practice—An Introduction, Journal of Business Ethics, Volume 111, Issue 3. (2012), 317–320.
12
Subyek penelitian dalam penelitian ini meliputi pengasuh pondok pesantren Darusalam, para ustadz, santri, komunitas usaha di sekitar pondok pesantren, dan masyarakat seekitar pondok pesantren. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Ketiga teknik tersebut digunakan dengan harapan dapat saling melengkapi antar ketiganya. Jenis dan Sumber Data (a) Jenis data, pada pendekatan penelitian kualitatif deskriptif berjenis analisis kegiatan pengembangan kewirausahaan sosial di pondok pesantren Darussalam putri Watucongol Muntilan Magelang; (b) Sumber data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder yang akan diuraikan sebagai berikut: 1) Sumber data primer, yaitu sumber data mengenai proses transformasi sistem pendidikan pondok pesantren Darussalam dan dampak transformasinya. Data tersebut bersumber dari pengasuh (kyai), ustadz, santri, dan komunitas usaha disekitar pesantren; 2) Sumber data sekunder yaitu dari beberapa dokumen pelengkap dan pendukung data primer, yaitu berupa dokumen serta wawancara dengan masyarakat sekitar pesantren Teknik analisis data, menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono mengatakan bahwa analisis data terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan aktivitasnya dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, yaitu : reduksi data, penyajian data,
13
penarikan kesimpulan dan verivikasi.17 Dalam analisis ini peneliti melakukan analisis data kualitatif bersifat induktif
analitik, yang menekankan pada
pemaknaan kekhususan suatu kasus, bukan keumumannya (nomotetik). Analitik induktif merupakan upaya untuk menganalisis data dengan berpijak kepada logika positivisme dan fenomenology. F. Sistematika Pembahasan Bab pertama pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, Signifikansi penelitian, kajian pustaka/kajian penelitian sebelumnya, kerangka teoritis, metodologi penelitian dan sistematikan pembahasan.. Bab kedua akar sejarah dan potret pesantren Darussalam, yang berisi tentang sejarah pesantren,letak geografis, kepengurusan pondok pesantren serta dinamika perkembangan pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol. Bab ketiga cikal bakal dan implementasi pengembangan kewirausahaan sosial di ponpes Daarussalam, yang menyajikan serta menganalisis data tentang proses transformasi sistem pendidikan pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang dalam mengembangkan kewirausahaan sosial. Bab keempat kewirausahaan sosial solusi ekonomi umat, yang berisi tentang dampak transformasi sistem pendidikan pondok pesantren dalam mengembangkan kewirausahaan sosial, Bab kelima adalah penutup terdiri dari kesimpulan dan saran. Bagian akhir adalah daftar pustaka dan lampiran.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I, Ganesa, Bandung:
2006,336.
BAB II AKAR SEJARAH DAN POTRET PESANTREN DARUSSALAM
A. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang Pondok Pesantren Darussalam merupakan pesantren yang tertua di Muntilan, Magelang, yang didirikan pada masa Pangeran Diponegoro oleh kakek Simbah Kyai H. Dalhar Nahrowi yakni Kyai Abdurrauf bin Raden Bagus Kemuning Hasan Tuqo18. Pada waktu itu belum berbentuk pondok pesantren yang formal atau berbentuk lembaga pendidikan tetapi hanya sebatas majlis taklim dan pengajian-pengajian rutin, karena tekanan penjajah belanda pada waktu itu yang melarang berdirinya lembaga pendidikan selain lembaga pendidikan milik Belanda. KH. Dalhar Nahrowi (mbah Dalhar) begitu panggilan akrabnya di masyarakat Magelang, adalah mursyid tarekat Sadziliyah dan dikenal sebagai seorang yang wara’ dan menjadi suri teladan di masyarakat sekitarnya. KH. Dalhar, Watucongol, Magelang dikenal sebagai salah satu guru para ulama. Kharisma, akhlak, dan ketinggian ilmunya menjadikan rujukan banyak umat Islam untuk belajar dan mendalami ilmu agama. Simbah kyai H. Dalhar adalah sosok yang disegani sekaligus panutan umat Islam, terutama di Jawa Tengah. Salah satu mursyid tarekat ini dikenal juga banyak menciptakan ulama dan santri yang mumpuni.19 18
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pada tanggal 2 Januari 2017 pukul 09.45 WIB. 19 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pada tanggal 2 Januari 2017 pukul 09.45 WIB.
14
15
KH. Dalhar lahir dalam lingkungan keluarga santri yang taat. Sang ayah yang bernama kyai Abdurrahman bin kyai Abdurrauf bin kyai Hasan Tuqo. Adapun nasab kyai Hasan Tuqo sendiri sampai kepada Sunan Amangkurat Mas atau Amangkurat III. Oleh karenanya sebagai keturunan raja, kyai Hasan Tuqo juga mempunyai nama lain yaitu Raden Bagus Kemuning. 20 Pada masa asuhan kyai Abdurrahman bapak KH. Dalhar pesantren ini sempat pindah ke Tempur,21 tetapi menjelang kyai Abdurrahman wafat pesantren ini dipindah kembali ke Watucongol. Setelah kyai Abdurrahman berpulang, kepemimpinan pesantren beralih ke KH. Dalhar. Sepeninggal kyai Dalhar, pesantren pun dipimpin oleh KH. Ahmad Abdul Haq (mbah Mad Watucongol). Pada tahun 2010 KH. Ahmad Abdul Haq berpulang kemudian kepemimpinan pondok pesantren ini diasuh oleh tiga putra KH. Ahmad Abdul Haq. Salah satunya adalah KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul haq yang khusus mengasuh pesantren Darussalam putri.22 B. Kondisi Geografis Pondok Pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang Watucongol, Gunungpring merupakan daerah yang sangat strategis, dan sangat nyaman untuk sebuah pondok pesantren, Cuacanya yang sejuk dikarenakan secara geografis ketinggian tanah di Watucongol adalah 350 Mdpl dan termasuk curah hujan yang kategorinya adalah sedang. Begitu pula jarak 20
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pada tanggal 2 Januari 2017 pukul 09.45 WIB 21 Tempur : Sebuah dusun yang letaknya tidak jauh dari dusun Watucongol, masih satu kecamatan Muntilan Magelang (informasi dari KH.Agus Nurul Hidayat). 22 Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pada tanggal 2 Januari 2017 pukul 09.45 WIB
16
dengan pusat kecamatan hanya sekitar 1,5 km. sehingga hanya membutuhkan 5 menit perjalan bermotor. Sedangkan ke pusat kabupaten juga cuma 10 km. Daerah agraris dan sumber mata air yang asli dari pegunungan yang dapat menambah kesejukan daerah Watucongol ini, sehingga daerah ini sangat cocok untuk pertanian, peternakan dan perikanan. C. Kepengurusan Pondok Pesantren Ponpes Darussalam Watucongol, Muntilan, Magelang merupakan lembaga yang tetap eksis keberadaanya dari sejak berdiri sampai sekarang, dinamika administrasi kelembagaan yang menuntut lembaga ini harus terkelola dengan baik, maka profil pondok pesantren tidak banyak mengalami perubahan diataranya terkait dengan nama pondok pesantren yaitu Pondok
Pesantren
Putra Putri Darussalam Watucongol.23 Yang beralamat di jalan KH.Dalhar, Santren, Gunungpring, Muntilan, Magelang. Layaknya pondok pesantren salaf yang berdiri sejak Indonesia belum merdeka, maka secara kelembagaan ponpes ini belum memiliki badan hukum. Barulah sekarang ponpes ini memiliki badan hukum yang ini merupakan tuntutan sebuah lembaga pendidikan. Sehingga baru tahun 2012 ponpes ini didaftarkan ke notaris Fauzi Raharjo, SH. dengan nomor akta 11/19 November 2012. Sejak meninggalnya KH.Ahmad Abdul Haq ponpes ini di asuh oleh ketiga putranya. Khusus pondok putri diasuh oleh KH.Agus Nurul Hidayat dan dibantu
23
dengan
kepengurusan
Pondok
Pesantren
Dokumen Profile di Pondok Pesantren Darussalam
Darussalam
Putri
17
Watucongol. Dalam kepengurusan, selayaknya pondok pesantren salaf yang terdapat pengurus harian (lurah pondok) yaitu sebagai berikut ; Ketua Thoyib sekretaris; Slamet Nasirudin dan bendahara adalah Muh. Chasib dan dibantu dua seksi, seksi pendidikan M.Misbach dan seksi perlengkapan Triyono24 D. Dinamika
Perkembangan
Pondok
Pesantren
Darussalam
Putri
Watucongol. Sejak pondok pesantren di rintis oleh kyai Abdurrouf kemudian diteruskan dzuriyah (keturunan) nya Kyai Abdurrahman, KH.Dalhar, KH. Ahmad Abdul Haq, dan sekarang oleh KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pesantren ini mengalami perkembangan yang signifikan dari masa ke masa dan dinamikanya sangat luar biasa. Berdiri sejak zaman penjajahan dan masa-masa perjuangan kemerdekaan, kemudian pada awal-awal kemerdekaan serta pada masa orde lama, orde baru sampai sekarang era reformasi tentunya ini sangat berpengaruh pada eksistensi dari pondok pesantren Darussalam ini. Ketokohan kyai-kyai ponpes Darussalam ini juga yang berperan sangat besar dalam eksistensi pondok pesantren. Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi bahwa KH. Ahmad Abdul Haq (mbah Mad) ini menjadi guru spiritualnya para pemimpin negeri ini contohnya, Megawati, Susilo Bambang Yudoyono, M.Yusuf Kalla dan juga masih banyak lagi tokoh–tokoh besar yang sering berkunjung ke ponpes ini untuk bersilaturahim atau berkonsultasi kepada kyai-kyai yang menjadi pengasuh di ponpes ini. Meskipun ponpes ini sering dikunjungi para pejabat negeri ini, bukan berarti kemudian dimanfaatkan 24
Dokumen Akta Notaris Fauzi Raharjo, SH. nomor 11, Tanggal 19 November 2012.
18
oleh para pengasuh untuk mengambil keuntungan secara materi, baik itu digunakan untuk pembangunan infrastruktur maupun sarpras yang lain. Pengasuh ponpes Darussalam ini tetap berpegang teguh dan menjunjung tinggi pada nilai-nilai yang selama ini diajarkan di pesantren yaitu: kemandirian, keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, disiplin, tanggung jawab serta keberkahan. Sehingga walaupun ada kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari faktor kedekatan dengan para pejabat tetapi tidak mau menggunakan kesempatan tersebut karena komitmen terhadap nilai-nilai khas pesantren tersebut.
BAB III CIKAL BAKAL DAN IMPLEMENTASI KEWIRAUSAHAAN SOSIAL DI PONPES DARUSSALAM A. Kondisi Pra Transformasi Pondok
Pesantren
Darussalam
Putri
Watucongol
muntilan
merupakan salah satu pondok pesantren salaf yang berada di kabupaten Magelang. Keberadaan, kiprah serta kegiatannya tentunya tidak jauh beda dengan pondok pesantren salaf lain yang berada di kabupaten Magelang, yaitu diantaranya mengajarkan kepada santrinya berbagai kitab fiqh, ilmu akidah, dan kadang-kadang amalan sufi, di samping tata bahasa Arab (nahwusharaf) dan lain-lain. Dari kegiatan-kegiatn tersebut juga terdapat kegiatankegiatan ekstra yang mengakomodir minat bakat siswa serta yang bersifatnya pembekalan kepada santri selain ilmu-ilmu agama. Ada juga beberapa pesantren yang memperkenalan latihan ketrampilan dalam sistem pendidikannya. Dalam menghadapi suatu perubahan dan tantangan tersebut, pesantren tidak tergesa-gesa dalam mentransformasikan dirinya menjadi pendidikan modern. Tetapi pesantren hanya menerima pembaharuan tersebut hanya dalam skala terbatas. Begitu juga pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntila Magelang yang masih konsisten mempertahankan model salafiyah baik dalam kegiatan pembelajaran maupun dalam kultur pesantren. Beberapa hal yang membedakan pondok pesantren Darussalam Watucongol dengan yang lain adalah pada pendekatan kepada jama’ah atau masyarakat sekitar kabupaten Magelang yang mengikuti pengajian-pengajian
19
20
atau kegiatan-kegiatan rutin
yang diselenggarakan oleh pondok pesantren.
Masyarakat-masyarakat yang mengikuti kegiatan di pesantren inilah yang kemudian menjadi cikal bakal transformasi atau perubahan sistem pendidikan di pondok pesantren Darussalam Watucongol. Karena pola pendekatan yang dilakukan oleh pengasuh ini berbeda dengan yang dilakukan oleh kebanyakan kyai di pesantren lain yang juga mengadakan kegiatan-kegiatan serupa. Pendekatan-pendekatan yang tepat inilah yang menjadikan masyarakat banyak yang simpati kemudian jama’ah ini semakin tahun semakin berkembang.25 Ada hal menarik yang peneliti temukan di lapangan bahwa masyarakat yang menjadi pengikut (penderek) Watucongol inilah yang kemudian pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol harus mampu mentransformasikan
sebuah
sistem
pendidikan
yang
ideal
bagi
masyarakat/jama’ah yang belajar serta melakukan ritual keagamaan yang diikuti oleh para pengikut (penderek) tersebut. Karena pada dasarnya kata santri itu merupakan status yang dilekatkan pada seseorang atau sekelompok orang yang sedang belajar di pondok pesantren dan tidak terbatas pada usia. Sehingga para penderek tersebut otomatis tergolong santri pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang yang sekarang diasuh oleh KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq. Perubahan tersebut adalah dalam hal peningkatan peran pondok pesantren 25
Darussalam
Putri
Watucongol
Muntila
Magelang
dalam
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, pada tanggal 2 Januari 2017 pukul 09.45 WIB
21
memberikan atau membantu kesulitan santri, alumni, dan masyarakat dalam hal ekonomi. Terlebih daerah muntilan dan sekitarnya merupakan daerah yang rentan dengan terjadinya bencana gunung merapi. Dikarenakan secara geografis letaknya termasuk hilir dari aliran lahar dingin. B. Proses Transformasi Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Prinsip pondok pesantren terlihat dalam lima elemen dan pola hidup santri. Lima elemen tersebut adalah; kyai, santri, masjid, asrama, kitab klasik/kitab kuning.26 Sedangkan pola hidup santri sehari-hari yaitu; para santri dibiasakan hidup seadanya, sederhana, disiplin, mandiri, tanggung jawab, berjiwa ikhlas, berjiwa ukhuwah islamiyah, dan sikap optimisme dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Prinsip-prinsip ini sangat dipegang teguh oleh pengasuh pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang. Sehinggal dalam hal kajian-kajian kitab kuning serta rutinitas santri tidak ada perubahan yang mendasar. Yang ditekankan dalam transformasi ini adalah pola hidup seharihari yang dibiasakan hidup sederhana, disiplin, mandiri serta tanggung jawab. Santri di bekali dengan skill dan kemandirian untuk berwirausaha sesuai yang diminati. Adapun fasilitas yang disediakan oleh pondok pesantren adalah pabrik pembuatan kue, koperasi usaha berupa kios-kios dagang di gunungpring, peternakan, pertanian, perikanan dan usaha-usaha lain yang
26
Zamakhsyari Dhoifir, Tradisi Pesantren:Studi Pandangan Hidup Kyai dan Visinya Mengenai Masa Depan Indonesia, Jakarta: LP3ES cet.9,2015,79.
22
semuanya merupakan aset dari pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang. Selain santri yang mukim di asrama,
transformasi untuk
kemandirian juga ditujukan kepada Para penderek yang mengikuti kegiatankegiatan rutin seperti pengajian, istighosah yang diadakan oleh pondok pesantren. Para penderek
tersebut
kemudian mempermanenkan dengan
sebuah nama “Gada Dewa” yang kepanjangannya adalah Gabungan Pemuda Penderek Watucongol yang berdiri sejak tahun 1998, semenjak masih diasuh oleh KH. Ahmad Abdul Haq. Anggota Gada Dewa ini terdiri dari bermacammacam latar belakang
yang berbeda. Ada petani, kuli bangunan, buruh,
pemuda yang belum bekerja, pedagang dan lain-lain.27 Latar belakang yang berbeda dari anggota Gada Dewa inilah yang kemudin muncul bermacammacam masalah, yang kemudian pengasuh dari Gada Dewa ini yaitu KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq harus mencarikan solusi dari masalah para jama’ah atau anggota Gada Dewa ini. Kebanyakan masalah yang muncul adalah masalah ekonomi. Langkah yang dilakukan H. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq adalah mendirikan unit-unit usaha yang sesuai dengan latar belakang santri dan masyarakat yang menjadi jama’ah pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang. Adapun potensi yang dapat dikembangkan dan sesuai dengan latar belakang santri adalah sebagai berikut: (a) Pembuatan makanan ringan atau kue; (b) Koperasi usaha; (c) Pertanian(Hortikultura); (d) 27
Wawancara dengan Bapak Triyono ketua Gada Dewa, tanggal 15 Februari 2017 pukul 09.30 WIB.
23
Perikanan; (e) Peternakan. Dari potensi tersebut kemudian KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq mengumpulkan beberapa alumni dan pengurus Gada Dewa untuk merumuskan mendirikan unit-unit usaha tersebut. C. Strategi Mengembangkan Kewirausahaan Berbasis Pesantren Dalam mengembangkan kewirausahaan dalam pesantren tentunya sangat dibutuhkan sebuah strategi, Karena strategi ini pada dasarnya merupakan gabungan dari dua jenis strategi besar, yaitu strategi yang dibuat secara terencana dan strategi yang muncul secara spontan. Strategi yang terencana mengandalkan aspek-aspek pengendalian sedangkan strategi yang muncul secara spontan menyadarkan diri pada aspek belajar.28 Ada beberapa strategi dalam mengembangkan entrepreneurship diantaranya adalah ; a. Integrasi vertikal, b. Diversifikasi terkait, c. difersivikasi tak terkait, d. Putar haluan dan pemangkasan, e. Diversi dan likuidasi, f. Kombinasi. 29 1. Strategi Integrasi Vertikal Dalam strategi ini tidak tepat digunakan dalam pengembangan entrepreneurship di pesantren, karena strategi ini hanya menguntungkan apabila dilakukan oleh perusahaan dengan penguasaan pangsa pasar yang besar. Padahal usaha yang dilakukan atau dikembangkan oleh pesantren rata-rata masih skala mikro.
28
Abu Choir, Manajemen Entrepreneurship Berbasis Pesantren Dalam Mengembangkan Sumber Pembiayan Pendidikan, Disertasi,UIN Malang: 2016,20. 29 Hendrawan Supratikno et al, Advancest Strategic Management, Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003,6.
24
2. Strategi Diversifikasi Terkait Prinsip dalam strategi ini adalah “Jangan menaruh telur dalam sekranjang” yang mempunyai arti bahwa memungkinkan dalam sebuah usaha dapat dikembangkan dengan usaha-usaha lain yang terkait, walaupun skala masih kecil tetapi tidak menuntut kemungkinan dapat dikembangkan dengan jenis usaha yang lain tetapi masih ada keterkaitan dengan usaha utama. 3. Startegi Diversifikasi Tak Terkait Dalam strategi ini disebut juga strategi konglomerasi kekuatan modal dan kemampuan menejerial yang baik menentukan kesuksesan dalam sebuah usaha, sehingga mampu mengelola bermacam- macam jenis usaha atau bisnis 4. Strategi Putar Haluan (Turnaround) dan Pemangkasan (Retrenchment) Kedua strategi ini dimaksudkan untuk membenahi portofolio usaha yang tidak sehat, dan urgensi persoalan yang dihadapi. Tujuan pemangkasan adalah strategi yang bersifat jangka pendek untuk meningkatkan efisiensi dan keuntungan dalam berbisnis atau usaha. 5. Strategi Diversi dan Likuidasi Evaluasi terhadap usaha-usaha yang dijalankan dan apabila tidak bisa dilanjutkan usaha-usaha tersebut biasanya dijual ke pihak lain dengan tujuan untuk efisiensi dan menyehatkan usaha-usaha lain yang dijalankan.
25
6. Strategi Kombinasi Lima strategi diatas bukanlah sebuah pilihan, artinya dalam berwirausaha harus mampu mengkombinasaikan dari beberapa strategi yang telah disampaikan diatas. Begitu pula dalam mengembangkan kewirausahaan di pesantren. Dan menjadi cirri khas pesantren dalam melakukan sesuatu diawali dengn manajemen dan strategi yang seadanya sehingga membutuhkan waktu yang relative lama untuk mengembangkan semua usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren Darussalam Watucongol. D. Implementasi Pengembangan Kewirausahaan Sosial di Pondok Pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang Nilai penting dalam kewirausahaan sosial adalah tidak hanya profit oriented tetapi juga social oriented ditambah lagi karena di kembangkan di pesantren menjadi religious oriented. Berdasarkan temuan di lapangan bahwa unit-unit usaha yang dijalankan oleh pondok pesantren tidak hanya mengejar keuntungan saja, tetapi 50% usaha yang dijalankan adalah untuk kegiatan sosial dan pemberdayaan masyarakat sekitar serta juga kepada anggota Gada Dewa yang tersebar di 21 kecamatan se kabupaten Magelang dan terdiri dari 31 kelompok / korda khususnya. Adapun datanya sebagai berikut: 1. Usaha Peternakan a) Pembibitan ikan Dalam usaha ini pondok pesantren memiliki lahan seluas 35.000 m2 (3,5 ha) Lokasinya di jalan raya Muntilan-Borobudur, dan 3,5 ha ini
26
adalah untuk pembibitan ikan nila dan lele. Luas lahan tersebut untuk sebuah usaha pembibitan ikan, 3,5 ha bukanlah lahan yang kecil. Hal ini dikarenakan komitmen dari pengasuh pondok pesantren Darussalam untuk mentasarufkan atau mengalokasikan 50 % bibit ikan yang di bibitkan untuk mayarakat yang membutuhkan. Masyarakat umum bisa mengambil manfaat dari usaha yang dikembangan oleh pondok pesantren ini tidak hanya yang berwujud dari bibit ikan, akan tetapi pendidikan dan pelatihan serta penyuluhan terkait dengan cara pengeloaan dan pemeliharaan ikan yang baik dan benar. Sehingga dalam unit usaha ini juga diselenggarakan kursus ternak ikan yang didapat secara gratis dan memperoleh fasilitas yang gratis pula selama satu bulan. Distribusi bibit ikan sebagai wujud komitmen sosial oriented ini tidak hanya diperuntukkan masyarakat di sekitar kabupaten magelang saja, akan tetapi juga sampai di jaringan pesantren di seluruh jawa tengah antara lain, Boyolali, Sragen, Wonosobo, Purworejo, Semarang dan Jepara.30 Untuk usaha ini dikelola oleh pondok pesantren dengan melibatkan anggota Gada Dewa sebagai teknisi dan tenaga. Hasil dari usaha ini 50% untuk operasional pesantren yang sekalanya besar (bukan untuk operasional) contoh untuk haul muassis (pendiri) ponpes
30
Wawancara dengan Bapak Triyono ketua Gada Dewa, tanggal 15 Februari 2017 pukul 13.30 WIB.
27
Darussalam.31
Kemudian
50 % nya lagi untuk sosial dengan
pemberdayaan Gada Dewa yang tersebar di 31 lokasi di kabupaten magelang dan kabupaten sekitar. Adapula kolam yang khusus dikelola oleh santri sebagai wahana belajar dan mengembangkan diri santri sebagai bekal kemandirian santri pasca belajar di pesantren. Sirkulasi keuangan dari usaha ini sangatlah besar. Dari luas tanah 3,5 ha ini dalam satu bulan mengasilkan bibit ikan nila dan lele sebanyak 400,000 ekor. Maka sesuai komitmen kewirausahaan sosialnya 50% nya untuk sosial. Peneliti mensimulasikan untuk gambaran bahwa yang sosial ini kalau dinominalkan uang Harga satu ekor bibit ikan nila atau lele ukuran 7-9 cm itu per ekor seharga Rp. 150 x 200,000 ekor = Rp. 30,000,000. Artinya dari usaha pembibitan ikan ini komitmen untuk kewirausahaan sosialnya adalah sebesar Rp. 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah).32
Dari 200,000 ekor ini
didistribusikan ke 31 titik Gada Dewa dan masyarakat lain yang membutuhkan. Dalam pengelolaan
hibah dari pondok pesantren Darussalam
yang berupa bibit ikan tersebut, masing-masing kelompok Gada Dewa dalam waktu tertentu melaporkan perkembangan usahanya kepada pengurus pondok pesantren dan pengurus Gada Dewa pusat,adapun tujuan dari laporan tersebut adalah apabila ada kendala dan masalah 31
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq , tanggal 15 Februari 2017 pukul 09.30 WIB. 32 Wawancara dengan Bapak Triyono Pengurus Gada Dewa, tanggal 24 Februari 2017 pukul 13.30 WIB.
28
dalam pengelolaannya pengurus bisa memberikan solusi terkait masalah tersebut. Sehingga penerima hibah selain dapat bibit ikan juga dapat ilmu dan pendampingan dalam pengelolaannya sehingga meminimalisir kerugian dalam usaha. b) Sapi Peternakan sapi ini merupakan usaha yang sudah cukup lama dijalankan oleh pondok pesantren, tetapi dalam perkembangannya tidak bisa sebesar seperti pembibitan ikan. Lokasinya di sebelah selatan makam Santreen (makam KH. Ahmad Abdul Haq). Adapun sapi yang khusus di ternakkan adalah jenis lemosin. Jenis peternakan ini adalah penggemukan atau sapi pedaging. Keuntungan dari ternak ini adalah 50% bagi pengelola yang melibatkan masyarakat sekitar pondok pesantren. c) Kambing Jenis kambing yang diternakkan adalah kambing etawa. Tetapi dalam usaha ini pondok pesantren tidak terlibat langsung karena dalam pelaksanaanya di kelola oleh Gada Dewa yang tersebar di 31 lokasi tersebut. d) Bebek Dalam usaha ternak bebek yang mengelola adalah santri langsung karena dalam pemeliharaannya yang tidak begitu sulit sehingga tidak mengganggu aktifitas santri dalam belajar. Dan dari keuntungan ternak bebek ini 50 % juga dikelola santri langsung.lokasi
29
ternak bebebk ini disebelah ternak sapi yang letaknya di selatan makam Santreen. 2. Usaha pertanian Dalam usaha pertanian ini pondok pesantren Darussalam mengembangkan pertanian model hortikutura dengan sistem tumpang sari, adapun luas lahan sekitar 2 ha. Jenis tanaman yang dikembangkan adalah melon dan lombok. Adapun untuk padi juga dikembangkan di sebagian lahan milik pondok pesantren seluas 1ha. Hasil dari pertanian ini juga seperti usaha-usah lain yang dijalankan oleh pondok pesantren yaitu sebagian untuk kegiatan sosial dan sebagiannya untuk kebutuhan pondok pesantren.33 3. Usaha boga Dalam usaha boga ini adalah khususnya memproduksi makanan ringan atau kue-kue yang mudah dipasarkan dan menjadi konsumsi masyarakat sekitar magelang, antara lain roti, emping dan peyek. Usaha ini awalnya hanya untuk membekali santri putri dalam berwirausaha dan tidak ada target keuntungan tertentu, tetapi dengan berjalannya waktu ternyata produksi yang dihasilkan oleh santri-santri putri ini dapat dipasarkan ke pasar-pasar lokal atau di jual di area makam Gunungpring. Terkait dengan
33
Wawancara dengan pengasuh pondok pesantren Darussalam, KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq, tanggal 15 Februari 2017 pukul 09.30 WIB.
30
hasil usaha ini tidak sebesar usaha-usaha lain sehingga motif usaha ini murni membekali santri dalam berwirausaha.34 4. Usaha koperasi/perdagangan Koperasi dan perdagangan yang dijalankan oleh pondok pesantren ini sebetulnya paling awal yang dijalankan, karena sudah lazimnya sebuah pondok pesantren ini
memiliki koperasi untuk mencukupi kebutuhan-
kebutuhan santri, baik kebutuhan pribadi maupun yang bersifat penyediaan alat tulis, kitab-kitab yang dikaji maupun hanya sekedar makanan ringan. tetapi usaha ini tidak bisa dikategorikan social oriented karena hanya bersifat
penyediaan barang untuk
keperluan santri
saja.
Adapun
perdagangan lain selain koperasi adalah kios-kios yang berada di sepanjang jalan masuk makam Gunungpring, ada beberapa kios yang merupakan asset dari pondok pesantren dan dalam usahanya juga melibatkan santri.35 E. Refleksi Pertama, social entrepreneurship dilakukan karena problem kemiskinan masyarakat dan sebagian besar keluarga santri. Disamping itu sebagian kecil juga untuk kebutuhan pesantren. Melalui kegiatan ini juga pesantren mampu menjadi problem solver bagi persoalan santri, ustadz, masyarakat dan pesantren itu sendiri. Para santri juga diajarkan bahwa bekerja merupakan aktivitas yang sangat dianjurkan oleh agama Islam, karena menurut ajaran
34
Wawancara dengan Thoyib pengurus ponpes Darussalam, tanggal 15 Februari 2017 pukul 10.30 WIB. 35 Wawancara dengan Misbach Pengelola Koperasi ponpes Darussalam tanggal 15 Februari 2017 pukul 11.30 WIB.
31
agama Islam, setiap muslim harus bekerja dan mandiri tidak boleh tergantung kepada orang lain. Ajaran agama khususnya fiqih dalam wirausaha digunakan sebagai
bagian
pengalaman
ajaran
agama
dalam
praktik.
Sehingga
kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol merupakan implementasi ajaran fiqih sosial yang juga diajarkan di dunia pesantren. Kedua,
dalam mengembangkan kewirausahaan sosial, pondok
pesantren Darussalam Putri Watucongol selalu memperhatikan nilai-nilai khas pesantren, yaitu: kemandirian,keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, disiplin, tanggung jawab serta keberkahan. Nilai-nilai ini bersumber dari ajaran agama Islam dan merupakan tradisi pesantren dan juga keteladanan dari pengasuh yaitu KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq. Dan dalam melaksanaan seluruh aktivitas usahanya para santri harus berpegang pada nilai-nilai
tadi
sehingga
secara
otomatis
para
santri
mampu
menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam dirinya. Ketiga, orientasi kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh pesantren Darussalam putri Watucongol meliputi beberapa hal penting, yaitu: menjawab kebutuhan santri, perluasan praktik ajaran agama terutama fiqih yang diajarkan di pesantren, menjadi pusat pendidikan kewirausahaan santri, pemberdayaan santri dan masyarakat melalui Gada Dewa, pondok pesantren mampu menjawab persoalan sosial terkait dengan kemiskinan.
BAB IV KEWIRAUSAHAAN SOSIAL SOLUSI EKONOMI UMAT A. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Santri Pengembangan kewirausahaan sosial yang dirintis oleh KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq pengasuh pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang, memang bertujuan salah satunya adalah bagaimana santri ini memiliki jiwa entrepreneurship dan mandiri sehingga pasca nyantri sudah siap terjun di masyrakat dalam segala bidang. Tidak hanya memiliki bekal agama yang kuat untuk menjadi juru dakwah di masyarakat tetapi juga mampu survive untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dan keluarganya. Sehingga tidak tergantung pada orang lain. Santri putra memiliki kompetensi yang lebih banyak dari pada santri putri karena pilihan usaha yang dapat dijadikan ajang pembelajaran lebih banyak dari pada santri putri yang hanya sebatas tata boga dan perdagangan. Adapun santri putra dapat memilih atau belajar disetiap usaha yang dijalankan diantaranya peternakan, perikanan,
pertanian serta perdagangan. Sehingga
dengan kata lain usaha-usaha yang dikembangkan oleh pondok pesantren Darussalam Watucongol Muntilan Magelang, sangat berdampak pada santri diantaranya: a)
Membekali skill santri dalam berwirausaha
b)
Menanamkan jiwa entrepreneurship
32
33
c) Mendidik sikap mandiri, disiplin, ikhlas, tanggung jawab dalam setiap aktifitas. d) Memberikan pengalaman/praktik langsung dalam mengamalkan ajaran Islam khususnya fiqih sosial. Berdasarkan temuan tersebut, maka diperlukan kurikulum kewirausahaan di pondok pesantren sebagai wujud transformasi sistem pendidikan pondok pesantren. Santri merupakan subjek dari Pengembangan kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh pesantren sehingga secara otomatis pesantren membekali skill dalam berwirausaha kepada santri. B. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Masyarakat Masyarakat yang tergabung dalam Gabungan Penderek Watucongol (Gada
Dewa)
sebagai
eksekutor
dalam
kewirausahaan
sosial
yang
dikembangkan oleh pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang, tentunya sangat berdampak secara langsung. Karena latar belakang munculnya usaha-usaha tersebut bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan yang kebanyakan di alami oleh masyarakat yaitu masalah kemiskinan. Masyarakat tidak hanya menerima pasif bantuan atau hibah dari program ini. Karena harus diikuti juga dengan ikhtiyar lahir batin. Iktiyar lahir yaitu dengan usaha pertanian, peternakan, perikanan dan modal dibantu oleh pondok pesantren. Adapun ikhtiyar batin yaitu dengan mengikuti kegiatan-kegiatan rutin yang diadakan oleh pondok pesantren yang sifatnya mingguan, lapanan dan tahunan.
34
Masyarakat yang mengambil manfaat dengan adanya kewirausahaan sosial ini yang tadinya selalu mengeluh dan sulit untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari atau mengikuti kegiatan di pondok pesantren karena alasan transportasi, maka semenjak adanya program ini keluhan-keluhan ini sudah tidak ada lagi, karena usaha yang dijalankan ini berjalan dengan baik dan masyarakat dapat memperoleh keuntungan yang banyak dari usaha-usaha yang dijalankan dengan tanpa meninggalkan kegiatan-kegiatan rutin yang selama ini diikuti di pondok pesantren Darussalam Watucongol. Konsekuensi dari pengembangan kewirausahaan sosial ini maka pondok pesantren harus memfasilitasi pelatihan
kewirausahaan agar masyarakat
penerima manfaat dari program ini mampu melaksankan usaha dengan baik dan memperoleh keuntungan. Pengembangan kewirausahaan sosial ini berdampak pada kemandirian kejujuran, keikhlasan, keberkahan bagi masyarakat, maka lembaga pondok pesantren ini berhasil dalam pengabdian kepada masyarakat. C. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Pondok Pesantren Berdasarkan temuan penelitian ini menunjukkan bahwa sacara prinsip, pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan Magelang,memiliki kemampuan untuk mengembangkan semangat entrepreneurship berdasar nilainilai keagamaan dan kepesantrenan seperti: kemandirian,kejujuran, keikhlasan, kebersamaan dan keberkahan. Artinya bisa melakukan kegiatan ekonomi tanpa mengganggu kegiatan pokoknya, yakni memberikan pendidikan agama kepada
35
para santrinya. Dalam hal ini pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan
Magelang,
berhasil
mengembangkan
pertanian
hortikultura,
perikanan dan peternakan. Sesuatu hal penting dari usaha-usaha tersebut adalah pesantren
mampu
memberikan
bekal
pengetahuan
dan
ketrampilan
entrepreneurship kepada santrinya. Jiwa usaha yang ditanamkan oleh pesantren bukan menempatkan keuntungan dan kapital sebagai tujuan akhir dari usahanya, melainkan tujuan akhirnya adalah bentuk pengabdian kepada masyarakat. Sebab pesantren ada, hadir, dan eksis bersama masyarakat. 36 D. Dampak Transformasi Dalam Mengembangkan Kewirausahaan Sosial Kepada Kyai Gerakan sosial yang dilakukan oleh KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul Haq pengasuh pondok pesantren
Darussalam Putri Watucongol
Muntilan Magelang, peneliti meminjam istilah dari Anne Jennings bahwa kyai mampu mengembangkan masyarakat sebagai bentuk core bussines of pesantren dan spirit of entrepreneurship sekaligus menjadi fenomena baru sehingga terjadi pergeseran paradigma (shifting paradigm) kyai dari nalar thinkable (nalar teks-teks keagamaan) pada nalar unthinkable (persoalan sosial kemanusiaan). Hal ini menjadi diskursus baru mengenai integrasi pesantren dan masyarakat.37 Pengembangan masyarakat dan rekayasa sosial pesantren, khususnya pesantren
36
Darussalam Watucongol telah memperluas peran
Abu Choir, Manajemen Entrepreneurship Berbasis Pesantren, …,80. Anne Jennings, Community Development Supporting Sustainability Education, Dunedin: University of Otago,2008,26. 37
36
fungsional pesantren itu sendiri. Dalam posisi kuturalnya sebagai sub kutur.38 Dengan ide mengembangkan kewirausahaan sosial KH.Agus Nurul Hidayat melakukan gerakan sosial/social movements yang pada gilirannya mendorong terjadinya perubahan sosial dalam kehidupan riil masyarakat seketarnya.39
38
Abdurrahman Wahid, Menggerakkan Tradisi: esai-esai Pesantren,ctk.III, Yogyakarta: LKiS, 2010,9-10. 39 Piort Sztompka, The Socialogy of Social Change, Oxford: Blackwell Publishers,1999,235.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan fokus penelitian,paparan data dan temuan penelitian serta pembahasan-pembahasan maka hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa transformasi
sistem
pendidikan
pondok
pesantren
Darussalam
Putri
Watucongol dalam mengembangan kewirausahaan sosial, yang diawali dari proses transformasi yang sangat sederhana, Karena transformasi yang dilakukan bukanlah merombak semua sistem pendidikannya akan tetapi perubahan yang dilakukan adalah dalam membekali santri dibidang kewirausahaan. Hal ini juga dilakukan karena problem kemiskinan masyarakat dan sebagian besar keluarga santri. Santri terjun langsung
untuk
mengimplementasikan ajaran Islam dalam hal ini adalah fiqih sosial yang didalamnya terdapat ajaran tentang kewirausahaan. Dalam mengembangkan kewirausahaan sosial, pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol selalu memperhatikan nilai-nilai khas pesantren, yaitu: kemandirian, keikhlasan, kejujuran, kesederhanaan, disiplin, tanggung jawab serta keberkahan. Sehingga dampak dari pengembangan kewirausahaan sosial di pondok pesantren ini sangat signifikan bagi penyelesaian masalah-masalah sosial utamanya adalah ekonomi dan kemiskinan. Adapun dampak yang diakibatkan dari pengembangan kewirausahaan sosial ini tidak hanya kepada santri, tetapi juga kepada alumni masyarakat serta pondok pesantren itu sendiri.
37
38
B. Saran-Saran Berdasarkan kesimpulan dari temuan penelitian yang telah diperoleh dan didiskusikan dalam pembahasan maka peneliti menyarankan kepada: 1. Kementerian Agama RI Perlu ada pemetaan dan dampingan dari Kementerian Agama kepada pondok pesantren yang sedang dan telah melakukan transformasi dalam sistem pendidikan atau yang lain sehingga pondok pesantren ini tidak hanya dijadikan sebagai lembaga pendidikan yang mempelajarai ilmuilmu agama tetapi juga sebagai lembaga pemberdayaan dan mampu menggerakkan masyarakat dalam pemecahan masalah yang timbul di masyarakat sekitar sehingga pesantren mampu memperluas peran dan fungsinya. 2. Pemerintah Daerah Program kewirausahaan sosial yang dikembangkan di ponpes Darussalam Putri ini ternyata secara kalkulatif dapat membantu pemerintah daerah dalam mengurangi angka kemiskinan di kabupaten Magelang, terbukti dari sirkulasi hibah yang diberikan kepada masyarakat dari pembibitan ikan. Maka pemerintah daerah dapat memberdayakan pesantren-pesantren lain yang ada di kabupaten Magelang untuk dapat menerapakan model yang sama dengan support pemda. Sehingga secara otomatis program pemerintah daerah dalam mengurangi pengangguran dan mengurangi angka kemiskinan di kabupaten Magelang dapat terwujud.
39
3. Pengasuh Pondok Pesantren Perlu lebih intensif dalam memberikan motivasi dan visi kewirausahaan kepada santri, alumni, masyarakat serta pengelola-pengelola unit usaha melalui berbagai jalur informasi atau kegiatan, supaya budaya entrepreneurship ini dapat dikembangkan. Dilain sisi pengasuh pondok pesantren juga harus dapat mempertahankan nilai-nilai kekhasan pesantren supaya santri, alumni dan masyarakat dalam berwirausaha tidak hanya mengedepankan keuntungan saja (profit oriented) tetapi juga harus mengedepankan kepentingan sosial (social oriented). 4. Pengelola Unit Usaha Peguatan manajemen dalam mengembangkan kewirausahaan sosial menjadi syarat utama untuk mencapai visi social entrepreneurship. Agar tidak ada pergeseran nilai-nilai baik yang selama ini ditanamkan oleh pondok pesantren. 5. Santri Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah diberlakukan itu artinya kompetisi lintas negara menjadi tantangan. Maka untuk santri dalam menghadapi tantangan global ini mau tidak mau harus tekun dalam belajar, juga serius dalam mencari pengalaman
entrepreneurship
sehingga setelah lulus tidak bingung untuk mencari pekerjaan tetapi mampu menciptakan lapangan pekerjaan.
40
6. Pesantren lain Transformasi
sistem
pendidikan
pondok
pesantren
dalam
mengembangkan kewirausahaan sosial ini dapat dijadikan sebagai model dalam mengembangkan kewirausahaan yang telah dilakukan oleh sebagian pondok pesantren, karena pesantren juga dituntut untuk memperluas peran dan fungsinya kepada masyarakat sekitar dalam menyelesaikan persoalan-persoalan sosial (problem solver). Penelitian ini dapat dijadikan inspirasi untuk mengembangkan kewirausahaan tersebut. 7. Peneliti lain a. Agar dilakukan penelitian lanjut yang mampu mengungkap lebih dalam tentang pengembangan kewirausahaan sosial. b. Agar dilakukan tindak lanjut dengan melakukan studi yang sama di lokasi yang berbeda. Terutama kemungkinan kewirausahaan sosial juga bisa dikembangkan di pondok-pondok pesantren modern.
41
DAFTAR PUSTAKA Abawihda, Ridwan. “Kurikulum Pesantren dan Tantangan Perubahan Global” dalam Dinamika Pesantren dan Madrasah. Ismail SM. Nurul Huda. Abdul Khaliq (Ed.). Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002. Abdullah, Amin. Falsafah Kalam di Era Postmodernisme. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 1995. Ali, A. Mukti. Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta: Rajawali Press. 1987. Anwar, Muhammad. Modernisasi Pesantren: Pergeseran Tradisi dan Pudarnya Kyai. Hunafa Jurnal Studia Islamika. Vol.10 No.1. ( 2013) hal.34. Azra, Azyumardi. “Pesantren: Kontinuitas dan Perubahan” dalam pengantar buku Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. 1997. Azra, Azyumardi. Pendidikan Islam: Tradisi dan Modernisasi Menuju Millenium Baru. Jakarta: Logos. 1999. A’la, Abd. Pembaruan Pesantren. Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2006. Arifin, M. Kapita Selekta Pendidikan Islam dan Umum. Jakarta: Biona Aksara. 1995 Bruinessen, Martin Van. Kitab Kuning: Pesantren dan Tarekat. Bandung: Mizan. 1995. Choir, Abu. Manajemen Entrepreneurship Berbasis Pesantren Dalam Mengembangkan Sumber Pembiayan Pendidikan. Disertasi,UIN Malang: 2016. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kiai. Jakarta: LP3ES. 1990. Dhofier, Zamakhsyari. Tradisi Pesantren. Jakarta: LP3ES. 2001. Echols, John M. dan Hasan Sadily. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1992. Effendi, Bakhtiar. “Nilai-nilai Kaum Santri”. dalam Raharjo M. Dawam. Pergulatan Dunia Pesantren: Membangun dari Bawah. Jakarta: P3M. 1985.
42
Effendi, Djohan. “Pesantren dan Kampung Peradaban; Sebuah Pengantar” dalam Indra, Hasbi. Pesantren dan Transformasi Sosial. Jakarta: Penamadani 2003. Fatah, Rohadi Abdul. et al. Rekonstruksi Pesantren Masa Depan: Dari Tradisional, Modern, Hingga Post Modern. Jakarta: PT Listafariska Putra. 2005. Gunusay, Ali Aslan. Entrepreneurship from an Islamic Perspective, Journal of Busisness Ethics. http://link.springer.com/article/10.1007/s10551-014-2223-7. Haedari, Amin dkk. Masa Depan Pesantren, Dalam Tantangan Modernitas dan Tantangan Kompleksitas Global. Jakarta: IRD Press. 2005. HS, Mastuki. Kebangkitan Kelas Menengah Santri: Dari Tradisional, Liberalisme, Posttradisionalisme Hingga Fundamentalisme. TangerangSelatan, Banten: Pustaka Dunia. 2010. Jennings, Anne. Community Development Supporting Sustainability Education. Dunedin: University of Otago. 2008. Lombard, Denys. Nusa Jawa: Silang Budaya, kajian Sejarah Terpadu. Bagian II jaringan Asia. Jakarta: Gramedia. 2006. Madjid, Nurcholish. Bilik-bilik Pesantren Sebuah Potret Perjalanan. Jakarta: Paramadina. 1997. Mas’ud, Abdurrahman. Kyai Tanpa Pesantren (Potret Kyai Kudus), Yogyakarta, Gama Media. 2014. Masyhud, M. Sulthon. et al. Manajemen Pondok Pesantren. Ed. Mundzir Suparta dan Amin Haedari. Jakarta: Diva Pustaka. 2004. Mastuhu. Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren: Suatu kajian Tentang Unsur dan Nilai Sistem Pendidikan Pesantren. Jakarta: INIS. 2010 Nurrochim, Zeni. Peran Da’i Dalam Meningkatkan Ekonomi Umat Tesis. PPs UIN Syarif Hidayatullah . Jakarta: 2004. Pringgodigdo. Ensikplopedi Umum. Yogyakarta: Yayasan Kanisius.1973. Pless, Nicola M. Social Entrepreneurship in Theory and Practice An Introduction, Journal of Business Ethics. Volume 111. Issue 3. .2012. Qomar, Mujamil. Pesantren Dari Transformasi Demokratisasi Institusi. Jakarta: Erlangga. 2005.
Metodologi
Menuju
43
Raharjo, Dawan. Pesantren dan Pembaharuan. Jakarta: LP3S. 1985. Rais. M. Amin. Cakrawala Islam: Antara cita dan Fakta. Bandung. Mizan, 1995. Saifuddin, Fahmi D. “Pesantren dan Penguatan Basis Pedesaan”, dalam Ma’shum, Saifullah (Ed.). Dinamika Pesantren: Telaah Kritis Keberadaan Pesantren Saat Ini. Jakarta: Yayasan Islam al-Hamidiyah dan Yayasan Saifuddin Zuhri. 1998. Suhartini, A. Halim. Rr. dkk, Manajemen Pesantren. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. 2005. Steenbrink, Karel A. Pesantren, Madrasah, Sekolah: Pendidikan Islam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3ES. 1986. Shihab, Alwi. Islam Inklusif. Bandung: Mizan. 2002. Syukur, Fatah. Dinamika Pesantren dan Madrasah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo. 2002. Said,
Hasani Ahmad. Meneguhkan Kembali Tradisi Pesantren di Nusantara. ejournal.iainpurwokerto.ac.id.Vol. 9. IAIN Purwokerto: 2011
Siradj, Said Agil. Pesantren Masa Depan Wacana Pemberdayaan dan Transformasi Pesantren. Bandung: Pustaka Hidayah. 1999. Soekanto, Soryono. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1997. cet. XXIII. Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitaif, Kualitatif, dan R&I, Bandung: Ganesa. 2006. Supratikno, Hendrawan. et al, Advancest Strategic Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. 2003. Susilo, L. Fauroni. Menggerakkan Ekonomi Syariah Dari Pesantren , Yogyakarta: Forum Pengkajian Pondok Pesantren Yogyakarta (FP3Y). 2007. Sztompka, Piort. The Socialogy of Social Change. Oxford: Blackwell Publishers.1999. .
Tokarski, Christine K.Volkmann Kim Oliver. Social Entrepreneurship and Social Business An Introduction and Discussion with Case Studies. Springer Gabler.
44
Vasakaria, Vasuda. A Study on Social Entrepreneurship and The Characteristics of Social Entrepreneurship. The Icfaian Journal of management Research. Vol.VII. No.4. 2008. Wahid, Abdurrahman. Menggerakkan Tradisi Pesantren. Yogyakarta: LKis. 2001 Wahid, Abdurrahman. “Principles of Pesantren Education”, dalam Manfred Oepen and Wolfang Karcher (Eds.). The Impact of Pesantren. Jakarta: P3M. 1988. Yasmadi. Modernisasi Pesantren. Kritik Nurcholish Madjid Terhadap Pendidikan Islam Tradisional. Jakarta: Ciputat Press. 2002. Zarkasyi, Abdullah Syukri. Manajemen Pesantren: Pengalaman Pondok Modern Gontor Ponorogo: Timurti Press. 2005. Zuhri, Saifudin. Sejarah Kebangkitan Islam dan Perkembangannya di Indonesia, Bandung : Al-Ma’arif Bandung . 1979.
Zubaidi. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Pesantren. Desertasi. Program Pasca Sarjana UIN Sunan Kalijaga . Yogyakarta: Pustaka Pesantren. 2007.
45
PEDOMAN WAWANCARA DAN PENGGALIAN INFORMASI Informan meliputi A. Pengasuh Pondok Pesantren Darussalam Putri Watucongol Muntilan 1. Menggali informasi tentang sejarah pesantren? 2. Menggali informasi tentang profile pesantren serta dinamika perkembangan? 3. Bagaimana latar belakang pesantren mengembangkan kewirausahaan sosial? 4. Bagaiman proses transformasi sistem pendidikan dalam mengembangkan kewirausahaan sosial.? 5. Bagaimana dampak dalam transformasi sistem pendidikan dalam mengembangkan kewirausahaan sosial.?
B. Santri 1. Apakah santri dilibatkan dalam kegiatan usaha-usaha yang dijalankan oleh pesantren? 2. Koperasi dan perdagangan bagaimana pengelolaannya? 3. Apakah ada keuntungan dan dampak yang diterima oleh santri dari usaha-usaha yang dikelola oleh santri?
C. Pengelola usaha 1. Apa saja jenis –jenis usaha yang dijalankan oleh pesantren? 2. Berapa luas lahan untuk masing-masing usaha yang dijalankan? 3. Bagaimana sistem menjalankan usaha yang berorientasi sosial? 4. Bagaimana komitmen untuk social oriented? 5. Berapakah omset pertahun dari semua hasil usaha (kalau bisa berjenis usaha) ?
D. Masyarakat 1. Apakah masyarakat dilibatkan dalam kegiatan kewirausahaan yang dijalankan oleh pesantren? 2. Bagaimana bentuk keterlibatan masyarakat? 3. Bagaimana bentuk support dari pesantren? 4. Apakah masyarakat merasa terbantu dengan program/kegiatan usaha yang dijalankan oleh pesantren ini? 5. Apakah masyarakat mendapat keuntungan dari kewirausahaan sosial yang dikembangkan oleh pesantren? PEDOMAN OBSERVASI 1. Mengamati kondisi fisik pesantren 2. Mengamati kegiatan-kegiatan santri
46
3. Mengamati seluruh kegiatan usaha yang dijalankan oleh pesantren. 4. Mengamati aktifitas masyarakat sekitar pesantren PEDOMAN DOKUMENTASI 1. Dokumentasi kegiatan-kegiatan usaha yang dikembangkan oleh pesantren 2. Dokumen-dokumen arsip atau tulisan yang sifatnya administratif.
47
Catatan Lapangan 1 Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal : Senin, 20 Juni 2016 Pukul : 18.30 – 20.00 WIB Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Pertemuan yang pertama ini peneliti datang bersama ketua KMPI (Komunitas Masyarakat Pesantren Indonesia) bapak Kyai Muh. Amin sebagai informan peneliti bahwa Ponpes Darussalam Putri Watucongol telah mengembangkan Kewirausahaan Sosial. Dalam pertemuan ini peneliti memperkenlkan diri, menyampaikan maksud tujuan silaturrahim. Dengan transkip percakapan sebagi berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Mohon maaf Kyai perkenalkan nama saya Muhammad Agus Luqman, mahasiswa pasca sarjana iain salatiga yang akan menyelesaikan tugas akhir (menyusun tesis). Kyai Agus Iya terus apa yang bisa saya bantu? Nurul Hidayat Agus luqman Maaf kyai saya dapat info dari pak kyai Amin bahwa pondok pesantren ini telah mengembangkan kewirausahaan sosial, apakah benar begitu pak kyai? Kyai Agus Waduh Pak Amin ini bisa saja…..he..he…saya tidak Nurul Hidayat tahu namanya mas yang jelas pesantren ini dengan dibantu gada dewa melakukan usaha-usaha yang tujuannya adalah membantu masyarakat. Agus luqman Apabila benar begitu, saya mohon ijin kyai untuk mengadakan penelitian di pondok pesantren ini. Kyai Agus Silahkan mas, selagi ada yang bisa saya bantu maka saya Nurul Hidayat bantu. Agus luqman Iya kyai.,trus apa saja jenis usahanya ya kyai? Kyai Agus Pertanian ada, perikanan ada, peternakan ada, koperasi Nurul Hidayat dan pabrik kue. Agus luqman Apakah semuanya melibatkan masyarakat kyai? Kyai Agus Tidak semua mas, contoh pabrik kue ini hanya Nurul Hidayat melibatkan satri putri saja mas.. Agus luqman Ow, begitu ya. Agus luqman Sejak kapan kyai pesantren ini mengembangkan kewirausahaan sosial? Kyai Agus Sejak tahun 2010 mas. Nurul Hidayat Agus luqman Apakah ada kendala-kendala dalam mengembangkan
48
kewirausahaan ini kyai? Kyai Agus Tidak mas, sampai saat ini lancar-lancar saja, tidak ada Nurul Hidayat kendala yang berarti, malah beberapa kali pemprov juga ikut serta membantu dalam program ini Agus luqman Maaf kyai karena ini merupakan pertemuan pertama maksud dan tujuan saya silaturahim sudah saya sampaikan maka lain waktu saya pasti akan merepotkan kyai untuk saya mintai informasi terkait dengan penelitian yang akan saya lakukan dipesantren ini, karena sudah dapat dipastikan bahwa pesantren ini benar-benar telah mengembangankan kewirausahaan sosial, Kyai Agus Iya mas tidak apa-apa, nanti selain saya mas agus bisa Nurul Hidayat minta informasi ke Gada Dewa( Gabungan Pemuda penderek Watucongol) sebagai pelaksana sekaligus pengelola beberapa usaha yang kita jalankan. Agus luqman Iya kyai, terima kasih sebelumnya karena telah diperkenankan saya untuk meneliti di ponpes ini, dan saya mohon maaf apabila sewaktu-waktu merepotkan kyai. Mohon doa restunya semoga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar dan baik.
49
Catatan Lapangan II Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal : Senin, 2 Januari 2017 Pukul : 09.30 – 10.00 WIB Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Pertemuan yang kedua ini peneliti menggali informasi tentang sejarah dan profil pondok pesatren Darussalam Putri Watucongol, dan mohon izin untuk menemui dan mewancarai beberapa santri serta pengelola usaha yang dikembangkan pondok pesantren. Dengan transkip percakapan sebagi berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum wr.wb. Mohon maaf Kyai masih ingat dengan saya (karena pertemuan pertama dengan kedua ini jaraknya sangat lama kira-kira 8 bulanan memungkinkan kyai Agus Nurul Hidayat lupa, maka peneliti menanyakan kembali supaya memudahkan dalam berkomunikasi). Saya yang sowan dengan pak Amin dulu pak kyai,… Kyai Agus Oya…yang mau neliti itu ya,..kok lama mas gak ditindak Nurul Hidayat lanjuti? Agus luqman Iya kyai, maaf setelah silaturahim yang pertama itu kebetulan ada kerjaan yang harus diselesaikan jadi mau tidak mau saya harus kerjaan dulu kyai, jadi mohon maaf samapi lama tidak ditindak lanjuti… Kyai Agus Iya mas tidak apa-apa… Nurul Hidayat Terus apa yang bisa saya bantu mas? Agus luqman Iya kyai yang pertama data yang saya butuhkan terkait sejarah dan porfil pesantren kyai… Kyai Agus untuk sejarah nanti seingat saya ya mas masalahnya Nurul Hidayat panjang kalu dijelaskan panjang lebar…untuk profil lain nanti mas Agus minta tolong sama kang Toyib supaya dicarikan di secretariat. Agus luqman Iya kyai.,.. Untuk sejarah berdirinya ponpes ini bagaimana kyai mulai tahun kapan dan siapa pendirinya? Kyai Agus Pondok Pesantren Darussalam merupakan pesantren Nurul Hidayat yang tertua di Muntilan, Magelang, yang didirikan pada masa Pangeran Diponegoro oleh kakek Simbah Kyai H. Dalhar Nahrowi yakni Kyai Abdurrauf bin Raden Bagus Kemuning Hasan Tuqo. Pada waktu itu belum berbentuk pondok pesantren yang formal atau berbentuk lembaga
50
pendidikan tetapi hanya sebatas majlis taklim dan pengajian-pengajian rutin, karena tekanan penjajah belanda pada waktu itu yang melarang berdirinya lembaga pendidikan selain lembaga pendidikan milik Belanda. KH. Dalhar Nahrowi (mbah Dalhar) adalah mursyid tarekat Sadziliyah dan menjadi suri teladan di masyarakat sekitarnya. Agus luqman
Terus siap saja kyai penerus-penerus yang mengasuh pesantren ini Kyai Agus Pada masa asuhan kyai Abdurrahman bapak KH. Dalhar Nurul Hidayat pesantren ini sempat pindah ke Tempur, tetapi menjelang kyai Abdurrahman wafat pesantren ini dipindah kembali ke Watucongol. Setelah kyai Abdurrahman berpulang, kepemimpinan pesantren beralih ke KH. Dalhar. Sepeninggal kyai Dalhar, pesantren pun dipimpin oleh KH. Ahmad Abdul Haq (mbah Mad Watucongol). Pada tahun 2010 KH. Ahmad Abdul Haq berpulang kemudian kepemimpinan pondok pesantren ini diasuh oleh tiga putra KH. Ahmad Abdul Haq. Salah satunya adalah KH. Agus Nurul Hidayat Ahmad Abdul haq yang khusus mengasuh pesantren Darussalam putri Agus luqman Ow, begitu ya.mohon maaf kyai untuk profil detailnya berarti saya bertanya ke kang toyib ya? Kyai Agus Iya mas.. Nurul Hidayat Agus luqman Informasi lain saya harus menemui siapa ya kyai? Kyai Agus Untuk masalah usaha saya serahkan sepenuhnya kepada Nurul Hidayat “Gada Dewa” Agus luqman ‘Gada Dewa” apa itu kyai? Kyai Agus “Gada Dewa” itu kepanjangannya Gabungan Pemuda Nurul Hidayat Penderek Watucongol” Agus luqman Oww..begitu terus anggotanya itu alumni atau siapa kyai? Kyai Agus Tidak, alumni malah ikut akhir-akhir ini, Gada dewa ini Nurul Hidayat beranggotakan masyarakat umum yang berlatar belakang macam-macam dan secara sukarela menjadi anggota gada dewa. Agus luqman Terus kegiatan Gada Dewa ini apa kyai? Kyai Agus Banyak mas ada kegiatan-kegiatan sosial, pengajian, Nurul Hidayat istighosah dan kegiatan ekonomi bersama. Bahkan bisa dikatakan seluruh usaha di pondok pesantren ini juga atas kerja sama dari gada dewa. Agus luqman Saya bisa ketemu dengan pengurus gada dewa kyai? Kyai Agus Bisa…nanti biar diantar sama kang Toyib Nurul Hidayat
51
Agus luqman
Oya kyai, untuk yang melatar belakangi pesantren ini mengembangkan kewirausahaan sosial apa ya? Kyai Agus Intinya bagaimana pondok pesantren itu dapat membantu Nurul Hidayat masyarakat, karena masyarakat kebanyakan permasalahannya itu ekonomi, jadi kami berusaha bagaimana caranya pesantren ini mampu menyelesaikan masalah-maslaah tersebut. Awalnya melalui diskusi beberapa orang pengurus Gada dewa untuk mencari solusi itu kemudian munculah ide untuk melakukan beberapa usaha yang memungkinkan dijalankan oleh pesantren dan masyarakat mampu melaksanakan usahausaha tersebut..dan itu diawai pada tahun 2010 setelah mbah mad meninggal dan setelah terjadi erupsi gunung merapi tahun 2010 itu. Agus luqman Iya kyai…untuk jenis usahanya seperti yang sudh disampaikan kemrin itu ya kyai? Kyai Agus Iya mas..nanti mas bisa lihat-lihat dan observasi ke Nurul Hidayat lokasi langsung biar diantar kang Toyib Agus luqman Iya kyai terima kasih, Sementara itu dulu kyai saya tak langsung menemui santri dan gada dewa tersebut.. Kyai Agus Iya tak panggilkan dulu kang toyibnya. Nurul Hidayat Agus luqman Terima kasih kyai. Kyai Agus Sama-sama mas. Nurul Hidayat
52
Catatan Lapangan III Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal : Rabu, 15 Februari 2017 Pukul : 09.30 – 10.00 WIB Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Pertemuan yang ketiga ini peneliti menggali informasi tentang implementasi dan dampak dari kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesatren Darussalam Putri Watucongol. Dengan transkip percakapan sebagi berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Mohon maaf Kyai saya silaturahim dan merepotkan lagi karena masih banyak informasi yang perlu saya gali di pondok pesantren ini. Kyai Agus Wa’alaikum salam, wr.wb. Nurul Hidayat Iya tidak apa-apa mas, santai aja. Kira-kira informasi apa ya yang bisa saya bantu untuk mas? Agus luqman Iya kyai, terkait dengan implementasi atau pelaksanaan kewirausahaan sosial ini bagaimama ya? Kyai Agus Jadi begini mas, sebetulnya pelaksana usaha-usaha ini Nurul Hidayat adalah mereka yang sejak awal siap untuk mengelola,jadi kami tidak susah untuk mencari orang atau dalam pengelolaan ini. Agus luqman Terus sistem pengelolaannya bagiamana kyai? Kyai Agus Ada 2 sistem mas dalam pengelolaan usaha-usaha ini. Nurul Hidayat Yang pertama: usaha yang dikelola secara total oleh masyarakat dalam hal ini adalah Gada dewa. Baik itu terkait dengan perencanaan, pengelolaan/produksi sampai distribusi/ pemasaran serta untuk yang diberikan kepada masyarakat yang membutuhkan.contoh usaha pembibitan ikan. Pesantren hanya memfasilitasi kebutuhan material pokok. Yang kedua: usaha yang dikelola pesantren tetapi pengelolanya itu santri atau masyarakat yang sistemnya bagi hasil. Contoh peternakan, dan pertanian Trus yang ketiga tidak ada sistemnya..he..he.. Agus luqman Maksudnya kyai..? Kyai Agus Maksudnya yang tidak ada sistem itu,.usaha yang Nurul Hidayat merupakan peningkatan life skill ketrampilan hidup yang dibekalkan kepada para santri,khususnya santri putri. Usaha ini adalah pembuatan kue atau roti-roti.
53
Agus luqman
Trus hasil dari pembuatan roti dan kue-kue itu dijual atau dikonsumsi sendiri kyai? Kyai Agus Ya ada yang dikonsumsi, dan ada yang di jual.. Nurul Hidayat Agus luqman Keuntungan dari penjualan itu kyai? Kyai Agus Kita serahlan pada santri prinsip modal bisa kembali Nurul Hidayat santri ini mendapat pengalaman serta mendapat hasil walaupun sedikit, sehingga usaha ini bisa jalan.. Agus luqman Dijual kemana kyai? Kyai Agus Ya sekitar-sekitar sini saja mas.. Nurul Hidayat Agus luqman Jadi belum produksi yang skala besar kyai? Kyai Agus Belum mas.. Nurul Hidayat Agus luqman Terus untuk usaha yang lain kyai seperti pembibitan ikan apakah juga keuntungannya untuk pondok pesantren contoh untuk operasioanal. Kyai Agus Oh ..tidak mas. Semua pengeloaan sampai keuntungan Nurul Hidayat dikelola gada dewa. Agus luqman Berarti pesantren tidak mengambil keuntungan itu untuk operasioanal Kyai Agus Tidak mas, Cuma dalam kegiatan-kegiatan yang skala Nurul Hidayat besar dan membutuhkan biaya yang banyak (contoh haul Muasis pondok) pesantren tidak mengeluarkan dana, semuanya sudah dicukupi oleh gada dewa melalui keuntungan-keuntungan usaha yang dikelola. Agus luqman Ow begitu.. Kyai Agus Iya mas… Nurul Hidayat Agus luqman Untuk koperasi didepan itu kyai? Kyai Agus Ow itu hanya menjual kitab-kitab yang dibutuhkan santri Nurul Hidayat serta kebutuhan-kebutuhan keseharian santri. Agus luqman Apakah itu juga termasuk usaha yang dijalankan pesantren kyai? Kyai Agus Iya, tetapi itu hanya sifatnya fasilitas untuk santri mas, Nurul Hidayat biar mudah mencari kitab dan tidak jauh-jauh keluar untuk membeli kebutuhan pribadi. Dan itu kami serahkan kepda pengurus pondok mas pengelolaannya. Agus luqman Untuk yang pertanian bagaimana kyai? Kyai Agus Seperti yang sudah saya sampaikan tadi untuk pertanian Nurul Hidayat sistemnya bagi hasil, jadi tanah/sawah itu milik pesantren kemudian di keloala masyarakat kemudian bagi hasil dan hasil yang untuk pesantren digunakan untuk mencukupi kebutuhan para santri..misal kebutuhan beras.
54
Agus luqman
Mohon maaf kyai bisa saya nanti diperbolehkan keliling untuk observasi ke semua usaha yang dikembangkan di pesantren? Terima kasih kyai. Kyai Agus Boleh silahkan mas kami terbuka kok untuk ini.. Nurul Hidayat Agus luqman Terima kasih kyai informasinya, sekalian ini saya pamit untuk observasi ke lapangan Kyai Agus Sama-sama mas, silahkan.. Nurul Hidayat Agus luqman Assalamu’alaikum Kyai Agus Wa’alaikum salam Nurul Hidayat
55
Catatan Lapangan IV Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal Pukul Informan ponpes
: Rabu, 15 Februari 2017 : 09.30 – 10.00 WIB : Thoyib (santri senior, pengurus sekaligus ustadz di
Darussalam Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang keterlibatan santri/ustadz dalam kegiatan kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesatren Darussalam Putri Watucongol. Dengan transkip percakapan sebagi berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Mohon maaf mas mengganggu aktifitas mas sebentar,mau minta informasi terkait kegiatan ponpes. Thoyib Wa’alaikum salam, wr.wb. Iya tidak apa-apa mas, santai aja. Kira-kira informasi apa ya yang bisa saya bantu untuk mas? Agus luqman Mas sudah lama nyantri di ponpes ini? Thoyib Lumayan mas sudah sekitar 14 tahun. Agus luqman Waow lumayan lama ya mas..? Thoyib Iya mas, ya pingin dapat berkah juga.. Agus luqman Berkah mas? Thoyib Iya, karena saya punya keyakinan semakin lama saya nyantri dan dapat membantu pondok pesantren maka saya yakin akan keberkahan itu.. Agus luqman Ow..begitu salut saya dengan mas.. Thoyib Ah biasa saja mas,.. Agus luqman Berarti mas tahu dong semua dengan kegiatan ponpes baiktentang pendidikan dan kegiatan-kegiatan lain yang dikembangkan ponpes? Thoyib Iya tahu mas, bahkan saya terlibat didalamnya.. Agus luqman Terlibat dalam hal apa mas? Thoyib Ya semuanya. Agus luqman Masalah kegiatan pembelajaran atau kegiatan yang lain? Thoyib Semua mas. Agus luqman Berarti jengan juga paham terkait dengan kegiatan kewirausahaan dan masalah Gada Dewa ? Thoyib Paham mas, masalah usaha-usaha yang dikembangkan di
56
Agus luqman
Thoyib
Agus luqman Thoyib
Agus luqman Thoyib Agus luqman
Thoyib Agus luqman Thoyib
Agus luqman Thoyib Agus luqman Thoyib Agus luqman Thoyib Agus luqman Thoyib
ponpes ini ada banyak mas, ada peternakan, perikanan, pertanian, pembuatan kue, dan koperasi atau perdagangan. Kalau tadi mas bilang terlibat dalam semua kegiatan apakah juga terlibat dalam semua kegiatan usaha tersebut? Tidak mas, Cuma dalam kegiatan-kegiatan yang memungkinkan kami bisa lakukan mas, Karena kita juga punya kewajiban lain yang lebih penting, yaitu belajar. Ow begitu..apa mas yang bisa dikerjakan atau dilakukan santri yang tidak mengganggu belajar? Kita bisa bantu di peternakan mas, ada bebek, sapi. Karena letak ternaknya juga tidak jauh dengan pondok pesantren. Ada yang lain mas? Kalau yang santri putri itu bisa buat kue atau roti mas. Trus kira-kira apa yang didapat oleh mas dan temanteman santri yang lain dari kegiatan-kegiatan kewirausahan tersebut mas? Banyak mas.. Apa saja mas? Kita dapat pengalaman berwirausaha, terus kita dapat ketrampilan sebagai bekal besok klu sudah tidak mondok, terus kita juga dapat keuntungan dari usahausaha tersebut. Berarti sangat bemanfaat yam as kegiatan kewirausahaan yang dikembangkan di ponpes ini. Sangat bemanfaat mas. Mas tahu tentag Gada Dewa? Tahu mas. Bisa bantu saya untuk diantar ke salah satu pengurusnya mas? Sangat bisa mas..he..he…santai saja nanti kita antar. Terima kasih mas atas informasinya Sama-sama mas, mari saya antar ke pak Tri
57
Catatan Lapangan V Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal : Rabu, 15 Februari 2017 Pukul : 12.30 – 14.00 WIB Informan : Triyono (pengurus Gada Dewa dan pengelola pembibitan Ikan) Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang sistem dan strategi kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol khusus masalah pembibitan ikan. Dengan transkip percakapan sebagai berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Triyono Wa’alaikum salam, wr.wb. Agus luqman Mohon maaf pak Tri mengganggu aktifitas pak Tri sebentar,mau minta informasi terkait kegiatan kewirausahaan ponpes. Triyono Iya tidak apa-apa mas, santai aja. Agus luqman Sebelumnya perkenalkan nama saya Agus Luqman Mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga yang sekarang sedang menyelesaikan tuga akhir dan penelitian di Ponpes Darussalam Watucongol. Triyono Iya mas, rumah mas mana Agus luqman Saya dari kecamatan Klego Boyolali pak. Triyono Ow dekat pk kyai Mukri dong? (pak kyai Mukri ini adalah pengasuh Ponpes Umul Qurok Klego yang merupakan salah satu mitra dari kewirausahaan yang dikembangkan di ponpes Watucongol) Agus luqman Dekat pak. Triyono Kira-kira informasi apa ya yang bisa saya bantu untuk mas? Agus luqman Gini pak terkait dengan kewirausahaan yang dikembangan di ponpes Darussalam, tadi saya sudah sowan ke gus Nurul dan sudah banyak informasi terkait ponpes dan kegiatan-kegiatan usaha, oleh gus Nurul saya disuruh menemui pak Tri untuk memperoleh secara detail informasi tekait dengan beberapa usaha tersebut, karena pak tri merupakan pengelola usaha tersebut. Triyono Ow begitu, trus yng belum dijelaskan tadi apa mas? Agus luqman Terakait proses, sistem, strategi dan pengelolaannya pak.
58
Triyono
Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
Untuk kewirausahaan sosial ini sudah dimulai sejak kapan ya pak Tri ? Secara menyeluruh itu di mulai pada tahun 2013, walaupun tahun – tahun sebelumnya juga sudah dirintis usaha-usaha tetapi masih lingkupnya internal. Pada tahun 2013 itu sudah melibatkan ekstrenal, masyarakat luas kita bikin usaha-usaha mulai dari perikanan dengan spesifikasi pembenihan untuk ikannila dan lele sangkuring. Dan nila ini juga bermutu tinggi yaitu dari Vietnam dan kalifornia. Terus ini nanti konsumennya khusus, tidaak ke pasar umum? Tidak mas, karena untuk menjaga kualitas. Jadi kita bikin pasar sendiri ya disini ini, nanti para konsumen yang datang ke lokasi ini. Terus apakah ada komitmen sosialnya dari usaha ini pak? Adam as, kita punya sistem Profit Oriented dan Social oriented . Dari poerikanan ini kit abisa mengeluarkan sejak tahun 2013 untuk konsumen pondok pesantren di seluruh jawa tengah, antar lain: Boyolali, Sragen, Jepara,Wonosobo, Purworejo, kab. Semarang dll. Terus bagaimana tekhnisnya pak? Kita survey dulu lokasinya, kemudian tingkat aklimatisasinya, kemudian kapasitasnya baru kita distribusikan. Cuma-Cuma itu pak?tidak ada biaya ganti ongkos transportasinya.. Cuma-Cuma mas…bahkan operasional nya kita semua yang nanggung. Trus untuk pemasaran kalau sudah besar itu gimana pak Tri? Bebas, mereka diberikan kebebasan untuk menjual sendiri hasil dari panen ikan tersebut. kita tidak ada ikatan apapun. Dan itu sudah berali-kali. Trus presentasi dari usaha ini untuk yang di profitkan berapa persen dan untuk sosialnya berapa persen pak? 50 % profit 50 % sosial Dalam pemberian benih ini apakah begitu saja dikasih atau bagaimana pak Tri? Ya itu tadi sebelum saya kasih benih saya survey dulu bagaimana suhu udaranya, jenis airnya, kemudian lokasinya. Tidak hanya itu kita juga memberikan penyuluhan cara pembesaran ikan yang baik sehingga tingkat kerugiannya sangat minim. Walaupun secara
59
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono
serampangan bisa, kita kasih mintanya berapa kita kasih, tapi nanti hasilnya akan beda jauh dengan menggunakan cara yang baik. Jadi produksi ikannya hanya dua jenis ini ya Lele dan Nila ya pak? Iya mas. Untuk usaha lain selain pembenihan ikan pak, apa saja? Ada, ternak sapi sebelah makam mbah mad, peternakan bebek. Sama seperti yang disini, disana juga profit oriented dan social oriented,…trus Hortikulrura.. Apa saja pak horti yang dikembangkan pak? Cabe, melon sama semangka jadi satu tempat.. Berarti tumpang sari ya pak? Iya sistem tumpang sari. Dimana itu lokasinya pak? Nanti biar mas Thoyib mengantar kelokasinya..oya disana juga ada papaya kalifornia dan thailand juga. Untuk lokasi pembenihan disini berapa pak luasnya? 35.000 m mas atau 3,5ha Waoow luas nggih.. Ini tanahnya sewa atau bagai mana pak? Gak ini tanahnya milik pondok semua. Terus yang mengolala dan tenaga bagaimana pak 80% tenaganya adalah masyarakat dan semua mendapat gaji. Ada juga yang dijalankan di masing-masing daerah oleh gada dewa. Ada berapa komunitas pak? 31 komunitas mas. Berarti disetiap kecamatan ada ya pak? Semuanya ada bahkan ada beberapa kecamatan itu ada 2 komunitas. Semua komunitas itu menjalankan usaha seperti ini ya pak? Iya masing-maisng korda itu menjalankan usaha pembesaran ikan, ternak, dan pertanian. Semua kita fasilitasi diantaranya benih ikan gratis silahkan besarkan, pelihara dan jual sendiri dan hasilnya dinikmati angggota itu sendiri.kemudian kita juga sudah distribusi kambing etawa dan sapi sudah ratusan ke semua komunitas dan bibit –bibit pertanian juga. Apakah usaha-usaha pemberdayaan ini ada perhatian dari pemerintah daerah? Kalau kabupaten tidak, tetapi kalu pemerintah provinsi
60
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono
Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono Agus luqman Triyono
pernah ada, dengan membantu induk ikan, itik, sapi dan kambing. Untuk mengkoordinasikan Gada dewa itu bagaiman pak? Ya kita buat forum-forum rutin yang sifatnya mingguan, lapanan dan tahunan. Kegiatannya apa saja pak? Ya diawali istighosah, tausiyah kemudian sharing terkait dengan perkembangan usaha masing-masing. Apakah dari usaha ini ada dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat atau anggota gada dewa itu sendiri pak? Alhamdulillah secara ekonomi sangat berdampak bagi anggota gada dewa yang mayoritas anggotanya adalah dari kelas bawah yang secara ekonomi sangat minim, tetapi dengan adanya usaha ini sudah tidak ada keluahan dari anggota terkait dengan ekonomi. Jadi usaha-usaha ini kita jalankan lahir batin. Lahirnya melalui usaha-usaha ini Batinnya melalui istighosah dan mujahadah. Kemudian dampak untuk santri bagaimana pak? Setiap usaha yang dijalankan pasti melibatkan santri, jadi selain dapat materi, santri juga mendapatkan skill dalam berwirausaha. Prosesnya bagaimana pak kok usaha seperti ini bisa besar dan berdampak besar pula, tahapannya bagaimana? Kalau tahapan sangat panjang mas prosesnya..yang jelas dakwah yang dijalnkan oleh gus nurul ini sangat mengena dengan metode pendekatan yang tepat sehingga potensi-potensi yang bermacam-macam ini bisa dimaksimalkan untuk merintis usaha sesuai dengan latar belakang jamaah atau gada dewa. Jadi pembenahan ahklak anggota gada dewa dulu kemudian pemberdayaan ekonomi. Apakah sebelum gada dewa ini ada, ponpes belum mengajarkan life skill kepada santri? Belum mas, ..semuanya bermula ya setelah gada dewa ini besar dan mampu menjalankan usaha-usaha. Baik pak,sementara itu info yang saya butuhkan nanti sewaktu-waktu saya repotkan lagi bisa ya pak.. He,,he,,,monggo kita sangat terbuka mas. Terima kasih pak tri atas bantuannya. Iya mas sama-sama Ini saya akan ke peternakan sapi dan bebek pak, Iya biar diantar mas thoyib mas. Inggih pak, matur suwun. Assalamu’alaikum.. Wa’alaikum salam
61
Catatan Lapangan VI Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal Pukul Informan koperasi)
: Rabu, 15 Februari 2017 : 14.30 – 15.00 WIB : Misbach (pengurus ponpes, santri dan pengelola
Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang sistem dan strategi kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol khusus masalah pembibitan ikan. Dengan transkip percakapan sebagai berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Misbach Wa’alaikum salam, wr.wb. Agus luqman Mohon maaf misbach mengganggu aktifitas mas misbach sebentar,mau minta informasi terkait kegiatan kewirausahaan ponpes. Misbach Iya tidak apa-apa mas. Agus luqman Sebelumnya perkenalkan nama saya Agus Luqman Mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga yang sekarang sedang menyelesaikan tuga akhir dan penelitian di Ponpes Darussalam Watucongol. Langsung saja ya mas Misbach Iya , gimana Agus luqman Mas misbach nyantri disini sudah mulaii tahun berapa mas? Misbach Kira-kira tahun 2007 mas. Agus luqman Sudah lama ya? Misbach Ya begitulah mas.. Agus luqman Mas misbach ini yang diserahi untuk mengelola koperasi nggih? Misbach Iya mas muali 2 tahun lalu. Agus luqman Bagai mana perkembangannya mas Misbach Ya lumayan, prinsip kebutuhan santri dapat tercukupi mas itu menurut saya sudah bagus. Agus luqman Menyediakan apa saja mas koperasinya? Misbach Ya kitab-kitab yang diajarkan di ponpes ini mas, kemudian kebutuhan santri, baju, kopyah dan perlengkapan ibadah lain. Agus luqman Untuk melaksankan ini apakah ada target keuntungan tertentu mas? Misbach Ah tidak ada.. Agus luqman Berarti ini murni untuk memfasiitasi santri ya mas misbach Misbach Iya .
62
Agus luqman Misbach Agus luqman Misbach
Terus pengelolannya itu masih dipegang ndalem atau bagaiman Untuk koperasi yang mengelola pengurus pondok mas. Jadi ini ya usaha dari pengurus pondok. Terima kasih mas atas informasinya Sama-sama mas.
63
Catatan Lapangan VII Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal Pukul Informan
: Rabu, 15 Februari 2017 : 15.30 – 16.00 WIB : Badrudin (pengelola pertanian)
Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang sistem dan strategi kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol khusus masalah pembibitan ikan. Dengan transkip percakapan sebagai berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Badrudin Wa’alaikum salam, wr.wb. Agus luqman Mohon maaf pak Badrudin mengganggu aktifitas pak badrudin sebentar,mau minta informasi terkait kegiatan kewirausahaan ponpes. Badrudin Iya tidak apa-apa mas. Agus luqman Sebelumnya perkenalkan nama saya Agus Luqman Mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga yang sekarang sedang menyelesaikan tuga akhir dan penelitian di Ponpes Darussalam Watucongol. Badrudin Iya mas Agus luqman Langsung saja ya pak Badrudin Iya , gimana Agus luqman Pak badrudin ini yang mengurusi sawah pondok nggih? Badrudin Iya mas, bersama teman-teman, kalau sendiri gak mampu mas. Agus luqman Berapa luas sawah ini pak? Badrudin Kira-kira 1ha mas. Agus luqman Ditanami apa saja pak sawah ini? Badrudin Macam-macam mas. kadang padi, kadang melon, cabe dan semangka. Agus luqman Terus bagiman sistem bagi hasilnya dengan pondok pak? Badrudin Separuh mas.. jadi hasil panen separuh kembali ke pondok separuh untuk yang mengelola. Agus luqman Hasilnya bagus pak? Badrudin Sangat bagus Karena tanah disini sangat subur, airnya gak pernah telat dan enak pokoknya. Agus luqman Untuk modal dari mana pak? Badrudin Modal seluruhnya dari pondok pak, saya dan teman-teman hanya merawat dan mengelola saja.
64
Agus luqman Badrudin Agus luqman Badrudin Agus luqman
Badrudin Agus luqman Badrudin Agus luqman Badrudin Agus luqman Badrudin
Pernah gagal panen pak? Pernah sekali Terus bagaimana kalau gagal panen? Biasanya kalu gagal panen kita dapat kompensasi dari pondok mas jadi tidak ikut mennaggung rugi atas gagal panen itu. Saya dapat informasi dari pak tri bahwa sistem pertaniannya dengan sistem tumpang sari pak, dengan budidaya melon, cabe dan semangka, apakah benar itu? Iya mas benar tapi itu setahun sekali saja mas..dan kali ini pas tanam padi Hasilnya lebih bagus yang hortikultura atau tanaman padi pak? Klu boleh pilih ya yang hortikultura hasilnya lebih banyak.tetapi pondo juga butuh beras jadi harus gantian mas Ow begitu pak, sementara itu dulu ya pak, lain kali mungkin merepotkan bapak lagi Tidak apa-apa mas Assalamu’alaikum Wa’alaikum salam
65
Catatan Lapangan VIII Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal Pukul Informan
: Rabu, 15 Februari 2017 : 15.30 – 16.00 WIB : Muslih (pengelola peternakan)
Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang sistem dan strategi kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol khusus masalah pembibitan ikan. Dengan transkip percakapan sebagai berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Muslih Wa’alaikum salam, wr.wb. Agus luqman Mohon maaf pak Muslih mengganggu aktifitas pak Muslih sebentar,mau minta informasi terkait kegiatan kewirausahaan ponpes. Muslih Iya tidak apa-apa mas. Agus luqman Sebelumnya perkenalkan nama saya Agus Luqman Mahasiswa Pascasarjana IAIN Salatiga yang sekarang sedang menyelesaikan tuga akhir dan penelitian di Ponpes Darussalam Watucongol. Muslih Iya mas Agus luqman Langsung saja ya pak Muslih Iya , gimana Agus luqman Pak Muslih ini yang mengurusi peternakan pondok nggih? Muslih Iya mas Agus luqman Apa saja yang diternak disini pak? Muslih Sapi dan bebek mas Agus luqman Banyak pak sapinya? Muslih Nggak mas Cuma 4 ekor Agus luqman Bebeknya banyak pak? Muslih Kira-kira Cuma 300 ekor mas Agus luqman Untuk sapi jenisnya sapi apa pak? Muslih Sapi lemosin mas.. Agus luqman Tidak nernak sapi lokal ya pak Muslih Tidak mas, hasilnya tidak sepadan dengan tenaganya mas karo sapi lokal, jadi kau sapi lokal itu perkembangannya sangat lama. Tidak seperti sapi lemosin yang perkembanganny asangat cepat. Agus luqman Berapa bulan pak untuk pemeliharaan /penggembukannya? Muslih Rata-rata 3-4 bulan mas.
66
Agus luqman Muslih Agus luqman Muslih Agus luqman Muslih Agus luqman Muslih
Agus luqman Muslih
Sistemnya gimama pak, gaduh atau Cuma tenaga cari rumput? Sistemnya gaduh mas, jadi keuntungannya separoh-separoh. Kira-kira dalam satu penjualan sapi bapak dapat bagain berapa pak? Rata-rata 1.5 sampai 2 juta an mas. Wah lumayan ya pak. Ya lumaynlah mas. Kalau yang bebek bagaimana pak? Bebek kebanyakan yang memlihara para santri mas, saya Cuma mengawasi saja, karena kandangnya yang berdekatan jadi mudah untuk mengawasinya. Ow begitu, ya sudah kalau begitu terima kasih pak informasiya, silahkan dilanjut aktifitasnya. Assalamu’alaikum Wa’alaikum salam
67
Catatan Lapangan IX Metode pengumpulan data : Wawancara Hari tanggal Pukul Informan pembibitan Ikan)
: Jumat, 24 Februari 2017 : 15.30 – 16.00 WIB : Triyono (pengurus Gada Dewa dan pengelola
Media/alat yang digunakan alat rekam dan buku catatan kecil Deskripsi data : Dalam wawancara ini peneliti menggali informasi tentang sistem dan strategi kewirausahaan yang dikembangkan di pondok pesantren Darussalam Putri Watucongol khusus masalah pembibitan ikan. Dengan transkip percakapan sebagai berikut: (bahasa yang digunakan dalam percakapan asli adalah menggunakan bahasa Jawa) Agus luqman Assalamu’alaikum,… Triyono Wa’alaikum salam, wr.wb. Agus luqman Mohon maaf pak Tri mengganggu aktifitas pak Tri kemarin ada yang kelupaan belum Tanya sama pak tri Triyono Iya tidak apa-apa mas, apa mas yang belum? Agus luqman Itu terkait harga bibit ikan pak?setelah saya ketik di rumah kok kelihatany ada yang kurang dan itu merupakan data pokok.. Triyono Iya mas, Agus luqman Kalau dijual perekor atau perliter pak? Triyono Tergantung permintaan mas.bisa ekoran bisa literan. Agus luqman Kalau ekoran berapa pak tri? Triyono Untuk ukuran 3-4 cm itu harganya 50,00 Untuk ukuran 4-6 cm itu harganya 90,00 Untuk ukuran 5-7 cm itu harganya 140,00 Untuk ukuran 7-9 cm itu harganya 180,00 Untuk ukurn 9-12 cm itu harganya 225,00 Agus luqman Idealnya untuk bibit itu yang ukuran berapa pak? Triyono Ya ideal ya 9cm sampai 10 cm an mas. Tetapi untuk panturanan biasanya minta yang ukuran 3-4 cm dengan harga 50,00 dan biasanya minta ekoran tidak literan. Kalau untuk magelangan biasanaya minta 7-9 cm dengan harga 180,00 dan minta kiloan . hitungannya satu kilonya 35.000. Agus luqman Untuk omset setahunnya berapa pak? Triyono Waduh kalau untuk omset satahun sangat besar saya
68
Agus Luqman
Triyono Agus Luqman Triyono
Agus Luqman
Triyono Agus Luqman Triyono
hitungnya, perbulan aja ya.klau terhitung ekor 400.000 ekor satu bulan.diambil randomnya tengah dengan ukuran 5-7 dengan harga 140-150 Berarti 400.000 x 150 ekor ya pak Jadinya 60.000.000..luar biasa Jadi yang di sosialkan itu separohnya ya pak? Iya Berarti 30.000.000 perbulan untuk sosial. Ya kita tidak menghitung itu mas, yang jelas komitmen ke sosial tidak bisa diganggu gugat, misal sudah ada yang mau beli tetapi stock yang untuk komersial/profit ini habis dan yang ada ini adalah stock untuk social maka kita tidak akan mengambil yang jatah untuk social tersebut. Dan tidak hanya itu yang social ini jug abisa meminta bibit yang sesui dengan keinginannya.jadi kalu minta bibit yang bagus dengan ukuran yang agak besar juga bisa. Jadi kalau dikalkulasi yang untuk social pebulan kalau dinominalkan 30.000.000x 12 bulan= 360.000.000 ini angka yang sangat luar biasa untuk sebuah gerakan social dari sebuah pondok pesantren…seandainya ini pemerintah dapat mengadopsi model ini maka secara otomatis angka kemiskinan di kabupaten magelang akan berkurang setiap tahun. Iya begitulah mas, Baik pak tri saya kira ini info yang luar biasa dan terima kasih telah memberikan informasi untuk penelitian ini.. Iya mas sama-sama.
69
KOLAM BIBIT IKAN SIAP DI HIBAHKAN
KOLAM PEMBENIHAN/ INDUKAN IKAN
Wawancara dengan Pak Triyono pengelola pembenihan ikan
70
Ternak Sapi Lemoosin
Ternak Bebek
Lahan Pertanian
71
KOLAM PEMBENIHAN IKAN
KOLAM PEMBENIHAN IKAN
BENIH IKAN NILA SIAP JUAL
72
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: Muhammad Agus Luqman
NIM
: MI.14.006
Jenis kelamin
: Laki-laki
Tempat Tanggal Lahir
: Boyolali, 14 September 1983
Email
:
[email protected]
Program studi
: Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Formal 1. 2. 3. 4.
MI Islamiyah Karangpakel Klego Boyolali lulus tahun 1994 MTs N Andong Boyolali lulus tahun 1997 SMU N 1 Andong Boyolali lulus tahun 2000 STAIN Salatiga lulus tahun 2005
Pengalaman Organisasi 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Ketua IPNU Kabupaten Boyolali Sekretaris PW IPNU Jawa Tengah Ketua HMJ Tarbiyah STAIN Salatiga Ketua PMII Kota Salatiga Wakil Ketua PC. GP. ANSOR Boyolali Ketua Kelompok Kerja Kepala Ma’arif Se Kabupaten Boyolali Wakil sekeretaris IKA PMII Salatiga