IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESSMENT) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang)
Oleh ZAKIYAH WULANSARI, S.Ag NIM. M1.12.018
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 1
2
IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas HarapanTengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang)
Oleh ZAKIYAH WULANSARI, S. Ag NIM. M1.12.018 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam Salatiga, 28Pebruari 2015 Pembimbing 1
Pembimbing 2
Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. NIP. 19670112199203 1 003
Dr. Zakiyuddin Baidhawy M.Ag NIP. 197205212005011003
3
LEMBAR PENGESAHAN TESIS
Nama
: Zakiyah Wulansari
NIM
: M1.12.018
Program Studi
: Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian
: 7 Maret 2015
Judul Tesis
:IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC APPROACH) DAN PENILAIAN OTENTIK (AUTHENTIC ASSESMENT) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang)
Panitia Munaqosah Tesis
1. Ketua Penguji :Asfa Widiyanto, MA., Ph. D
______________
2. Sekretaris
:Dr. Winarno, S.Si., M.Pd
______________
3. Penguji I
:Dr. H. Sa’adi, M.Ag
______________
4. Penguji II
:Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd
______________
5. Penguji III
:Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag______________
4
PERNYATAAN KEASLIAN
“Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dari sepanjang sepengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah dipublikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijazah pada Institut Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya.”
Salatiga, 27 Pebruari 2015 Yang membuat pernyataan
Zakiyah Wulansari
5
ABSTRAK IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH DAN PENILAIAN OTENTIK PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013 (Studi Kasus di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kab. Semarang) Kurikulum merupakan komponen pendidikan yang dijadikan acuan oleh lembaga pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif. Pada saat ini kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari KTSP 2006 dan KBK 2004. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kurikulum 2013 (studi kasus di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran). Penelitian ini membahas (1) Pemahaman guru PAI dan Budi Pekerti terhadap kurikulum 2013 (2) Respon guru (3) Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti (4) Kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 yang diterapkan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksploratif kualitatif. Subyeknya adalah guru pengampu mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti secara khusus. Instrumen yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi, dan wawancara. Data yang dianalisis adalah Permendikbud No 65 dan 66, RPP, rekaman proses pembelajaran di kelas, penilaian yang digunakan, dan hasil wawancara Hasil penelitian ini menunjukkan (1) Guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti memahami aturan yang tertera dalam PP No 65 dan 66, baik secara administratif berupa RPP, pendekatan ilmiah dan penilaian otentik. (2) Respon positif diberikan guru mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti terhadap implementasi kurikulum 2013. Selain penambahan struktur kurikulum menjadi tiga jam, model pendekatan yang digunakan mampu menjadikan guru sebagai fasilitator bagi siswa dan sumber belajar bisa diambilkan dari berbagai pihak. Walaupun keluhan guru tentang implementasi penilaian otentik, karena dianggap merepotkan. (3) Guru telah melaksanakan pendekatan scientificyang meliputi mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Proses menanya yang idealnya dilakukan oleh siswa secara langsung, namun masih dibutuhkan stimulus dari guru. Implementasi penilaian otentik dilaksanakan, walaupun masih terdapat kebingungan dari guru ketika harus melakukan penilaian sikap dan ketrampilan secara utuh yang sesuai dengan permendikbud No 66 tentang penilaian. (4) Kelebihannya pendekatan yang dikembangkan mampu mengembangkan kreatifitas siswa dan penilaian yang digunakan menyeluruh tiga ranah. Hambatan yang ada diantaranya kurangnya kesiapan guru dan siswa serta kurangnya sarana prasarana yang memadai.
6
ABSTRACT IMPLEMENTATION OF SCIENTIFIC APPROACH AND AUTHENTIC ASSESSMENT IN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM AND BUDI PEKERTI’S SUBJECTS IN THE CURRICULUM 2013 (A case study in SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaranand SMK Negeri 1 Tengaran) Curriculum is an educational component that is used as a reference by the institution. Continuos curriculum improvement is imperative that the national education system is always relevant and competitive. The current curriculum used is the Curriculum 2013. Curriculum 2013 is the development of KTSP 2006 and KBK 2004. Purpose of this study is to investigate the implementation of a scientific approach and authentic assessment in Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s subjects in the curriculum 2013 (a case study in SMK Telekomunikasi Tunas Harapan and SMK Negeri 1 Tengaran). This study discusses (1) Teachers understanding of the curriculum 2013. (2) Responses of teachers. (3) Implementation of a scientific approach and authentic assessment in Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s subject. (4) Advantages and disadvantages of curriculum 2013 that applied. Research design used in this study is exploratory qualitative. The study subjects were the teachers of Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s subjects. The instrument used is the study of documentation, observation and interviews. The data analyzed were permendikud No 65 and 66, RPP, recording the learning process in the classroom, assessment is used and the results of intervie The results of this study indicate (1) The subject teachers of PAI dan Budi Pekerti’s understand the rules contained in PP No 65 and No 66, administratively form of lesson plan, scientific approach and authentic assessment. (2) Positive Responses from subject teachers of PAI dan Budi Pekerti on the implementation of curriculum 2013. The eother than the addition of the structure the curriculum into 3 hours, a model approach that is used to make the teachers as a facilitator for students and learning resources that can be deducted from various parties. Thus, reducing the learning process lectures. Feedback on the assessment applied too troublesome. (3) The teachers have applied a scientific approach to the Pendidikan Agama Islam and Budi Pekerti’s subjects. Although there are some records that should be fixed. Such as, ask process should ideally be done by the students directly, but still needed the stimulus of teachers. The teachers have applied authentic assessment. Teachers feel confused when they have to make an assessment as a whole attitude and skills appropriate Permendikbud No 65 and 66. (4) The adventages of curriculum 2013 that the approach is able to develop students creativity and thorough assessment used include attitudes, knowledge and skills. The shortages include the lack of preparedness of teachers and students as well as and the lack of infrastructurews.
7
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia rahmat dan hidayah-Nya, sehingga akhirnya Tesis ini dapat selesai. Penulisan tesis ini dimaksudkan untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam Program Pasca Sarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, disamping manfaat yang mungkin dapat disumbangkan dari hasil penelitian ini kepada pihak yang berkepentingan. Penulisan tesis ini merupakan kesempatan yang teramat berharga untuk mencoba menerapkan beberapa teori yang diperoleh selama duduk di bangku kuliah dalam situasi dunia nyata. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik dalam pengungkapan, penyajian dan pemilihan kata-kata maupun pembahasan materi tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karenanya dengan penuh kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik dan segala bentuk pengarahan dari semua pihak untuk perbaikan tesis ini. Banyak pihak yang telah dengan tulus ikhlas memberikan bantuan, baik itu melalui kata-kata ataupun dorongan semangat langsung atau tak langsung untuk menyelesaikan penulisan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih disertai penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: 1. Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku RektorInstitut Agama Islam Negeri Salatiga sekaligus dosen pembimbing utama yang telah mencurahkan perhatian dan tenaga serta dorongan kepada penulis hingga selesainya tesis ini. 2. Dr. Zakiyuddin Baidhawy, M.Ag, selaku Direktur Pascasarjana STAIN Salatiga sekaligus dosen pembimbing kedua yang telah banyak dan penuh sabar membantu dan memberikan saran-saran serta perhatian sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
8
3. Para staff pengajar Program Pascasarjana STAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu Pendidikan Islam dan cabangnya melalui suatu kegiatan belajar mengajar dengan dasar pemikiran analitis dan pengetahuan yang lebih baik dan penuh kesabaran. 4. Para staf administrasi yang telah banyak membantu dan mempermudah penulis dalam menyelesaikan studi di Program Pascasarjana STAIN Salatiga. 5. Mohamad Ibnu Nadhir, S.Pd, selaku Kepala SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang. 6. Indrattuti, S.Pd, selaku Kepala SMK N 1 Tengaran Kabupaten Semarang 7. Semua rekan guru, karyawan, siswa dan komite sekolah, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran yang telah banyak membantu dengan meluangkan waktu berharganya sehingga terselesaikannya tesis ini 8. Bapak (alm), Ibu, Ibu mertua, Suami (Mahbub, M.Pd.I), anak-anakku (Afuza Luqyanata Awwaly Al Emza, Beniah Efrem Tsania Al Emza dan Chamud Tsalitsa Musanned) dan saudara/keponakan, yang telah memberikan support, kasih sayang, dan bpk / ibu teman-teman pascasarjana angkatan 2012 yang telah memberikan dukungan, semangat serta sebuah persahabatan dan kerjasama yang baik selama kuliah di Program Pasca Sarjana STAIN Salatiga. 9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Selain kepada pribadi-pribadi di atas, penulis ingin pula menorehkan catatan kepada pihak yang teramat besar pula perannya dalam membantu saya untuk menyelesaikan studi ini. Hanya doa yang dapat penulis panjatkan semoga Allah SWT berkenan membalas semua kebaikan Bapak, Ibu, Saudara dan teman-teman. Wassalamu’alaikum Wr. Wb. Salatiga, 27 Pebruari 2015
Zakiyah Wulansari
9
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL…………………………………………………......... i LEMBAR PERSETUJUAN………………………………………….......... ii LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………........... iii SURAT PERNYATAAN…………………………...................................... iv ABSTRAK……………………………………………………………….... v PENGANTAR…..………………………………………………………… vii DAFTAR ISI………………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL…………………………………………………………. xi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xii BAB I PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1 B. Rumusan Masalah…………………………………………………. 10 C. Signifikansi Penelitian…………………………………………….. 12 D. Kajian Pustaka…………………………………………………….. 15 E. Metode Penelitian…………………………………………………. 44 F. Sistematika Pembahasan………………………………………….. 52 BAB II GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN.………................. 54 A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang……………. 54 B. SMK Negeri 1 Tengaran…………………………………………… 65 BAB III PEMAHAMAN DAN RESPON GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP
10
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013……………………………. 77 A. Pemahaman Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013………….. ……………
77
B. Respon Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013……………………….. 87 BAB IV IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC) DAN AUTHENTHIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013…………………….. 99 A. Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) pada MataPelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti……………………….............................................99 B. Implementasi Penilaian Otentik (Authentic Assesment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti…………………………………………………….126 C. Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013………….143 BAB V PENUTUP………………………………………………………… 151 A. Kesimpulan………………………………………………………… 151 B. Saran……………………………………………………………….. 156 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIOGRAFI PENULIS
11
DAFTAR TABEL
1. Tabel 2.2 tentang Struktur Organisasi SMK Negeri 1 Tengaran… 66 2. Tabel 2.1 tentang Struktur Organisasi SMK Telekomunikasi Tunas Harapan….…………………………………………………. 162 3. Tabel 4.1 tentang Hasil pemahaman, respon, implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada SMKTelekomunikasi Tunas Harapan dan SMK Negeri 1 Tengaran. ……………..
163
12
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pengkodean pada metode pengumpulan data………………… 164 2. Catatan Observasi……………………………………………… 165 3. Catatan Wawancara……………………………………………..177 4. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Negeri1 Tengaran………………………………………………………. 216 5. Surat Keterangan Penelitian dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan………………………………………………… 217
13
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum mempunyai kedudukan sentral dalam seluruh proses pendidikan. Kurikulum mengarahkan segala bentuk aktifitas pendidikan demi tercapainya tujuan pendidikan. Kurikulum dipahami sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan pendidikan.1 Sehingga berhasil tidaknya suatu pendidikan, mampu tidaknya seorang peserta didik dan pendidik dalam mencapai tujuan pembelajaran dan yang lebih tinggi yaitu tujuan pendidikan itu sendiri. Kurikulum dan pendidikan memiliki keterkaitan yang sangat erat yang teraplikasi dalam proses pendidikan atau pembelajaran dalam sebuah lembaga pendidikan. Proses pembelajaran yang efektif dan dapat mencapai tujuan itulah yang dikehendaki dalam sebuah kurikulum.Sejalandenganitumenurut Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, kurikulum adalah Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaransertacarayangdigunakansebagaipedomanpenyelenggaraankeg iatan pembelajaran untuk mencapaitujuanpendidikantertentu.2 Dalam dunia pendidikan, salah satu kunci untuk menentukan kualitas lulusan adalah kurikulum pendidikannya. Karena pentingnya, maka setiap 1
Burhan Nurgiyantoro, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan, Yogyakarta: BPFE, 1998,3. 2 Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), Jakarta: Cemerlang, 4.
14
kurun waktu tertentu kurikulum selalu dievaluasi untuk kemudian disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar. Kementerian pendidikan dan kebudayaan juga secara teratur melakukan evaluasi terhadap peraturan yang terkait dengan kurikulum. Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan teknologi, pengetahuan dan metode belajar semakin lama semakin maju pesat. Sementara itu di sisi lain, prioritas kebijakan nasional ikut berubah. Begitu juga pola pembiayaan pendidikan serta kondisi sosial, termasuk perubahan pada tuntunan profesi serta kebutuhan dan keinginan pelanggan. Semua ikut memberikan dorongan bagi penyelenggara pendidikan untuk selalu melakukan proses perbaikan, modifikasi dan evaluasi pada kurikulum yang digunakan. Secara historis-kronologis, kurikulum pendidikan di Indonesia sendiri telah mengalami berbagai revisi, tentu saja disesuaikan dengan mindstream yang berkembang pada saat itu. Perkembangan itu terbagi menjadi dua fase yaitu pra kemerdekaan dan pasca kemerdekaan, dimana masing-masing memiki karakteristik tersendiri. Sejak 1945, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu tahun 1947 dikenal dengan Rencana Pelajaran dirinci dalam Rencana Pelajaran Terurai, 1964 dikenal dengan sebutan Rencana Pendidikan Sekolah Dasar, 1968 dikenal dengan Kurikulum Sekolah Dasar, 1973 dikenal dengan Kurikulum Proyek Perintis Sekolah Pembangunan, 1975 dikenal dengan Kurikulum Sekolah Dasar, 1984 yang dikenal Kurikulum 1984 dengan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), 1994 yang dikenal dengaan Kurikulum 1994, 1997 dikenal dengan Revisi
15
Kurikulum 1994, 2004 dikenal dengan Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi, 2006 dikenal dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan tahun 2013 dikenal dengan kurikulum 2013.3 Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi yang pernah digagas dalam Rintisan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004, tapi belum terselesaikan karena desakan untuk segera mengimplementasikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006.4 Penyempurnaan itu terlihat dalam peraturan yang dikeluarkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tentang standar kompetensi lulusan, standar penilaian
pendidikan,
kerangka
dasar
dan
struktur
kurikulum
sekolah/madrasah serta buku pembelajaran sebagai sumber utama. Perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013 mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan standar sarana prasarana tidak mengalami perubahan. Dari keempat perubahan pada standar pendidikan yang ada, pemerintah melahirkan berbagai peraturan pemerintah maupun peraturan menteri sehingga menjadi landasan yuridis implementasi kurikulum 2013. Peraturan pemerintah no 32 tahun 2013 tentang perubahan PP No 19 tahun 2005 tantang standar Nasional Pendidikan, peraturan menteri pendidikan dan 3
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013, Bandung 16 Maret 2013. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013, diunduh pada minggu, 9 Pebruari 2013 jam 16.13. 4
16
kebudayaan republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 55 tahun 2013 tentang standar isi, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia no 65 tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah, peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan no 66 tahun 2013 tentang standar penilaian pendidikan.5 Standar kompetensi lulusan diturunkan dari kebutuhan, standar isi diturunkan dari standar kompentensi lulusan melalui kompetensi inti yang bebas mata pelajaran. Semua mata pelajaran harus berkontribusi terhadap pembentukan sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Mata pelajaran diturunkan dari kompetensi yang ingin dicapai, semua mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti (setiap kelas).6 Kurikulum 2013 melahirkan beberapa kebijakan yang membedakan dengan kurikulum yang berlaku sebelumnya, penggunaan istilah kompetensi inti dan kompetensi dasar digunakan untuk mewujudkan tujuan pembelajaran setiap mata pelajaran yang meliputi ranah sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Di dalam lampiran permendikbud no 65 tahun 2013 tentang standar proses disebutkan bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan ilmiah (scientific) yang terdiri dari mengamati, menanya,
5
Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK, Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo Semarang Tahun 2013. 6 Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
17
menalar, mencoba dan mengkomunikasikan.7 Meskipun dikembangkan lagi menjadi mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengolah data, mengkomunikasikan, menginovasi dan mencipta, namun, tujuan dari beberapa proses pembelajaran yang harus ada dalam pembelajaran scientific sama, yaitu menekankan bahwa belajar tidak hanya terjadi di ruang kelas, tetapi juga di lingkungan sekolah dan masyarakat. Selain pendekatan yang digunakan adalah pendekatan ilmiah (scientific), dikenal juga istilah lain yang digunakan yaitu penilaian otentik. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untukmenilaimulaidarimasukan(input),
proses,dan
keluaran
(output)
pembelajaran.8 Penilaian ini meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan, dimana masing-masing ranah terbagi menjadi beberapa kategori dengan karakteristiknya yang berbeda sehingga hasil pendidikan lebih komprehensif. Sebagaibagiandaripendidikannasional,PendidikanAgamamempunyaipe ranyang sangat penting dan strategis dalam rangka mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Peraturan Pemerintah No. 55 tahun 2007 tentang Pendidikan
Agama
dan
PendidikanKeagamaanpasal2ayat(1)secarategasmenyatakanbahwa PendidikanAgama berfungsimembentukmanusiaIndonesiayangberimandanbertakwakepadaT uhanYang MahaEsasertaberakhlakmuliadanmampumenjagakedamaiandankerukuna
7 8
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…
18
nhubungan interdanantarumat beragama.9 Melihat demikian pentingnya pendidikan agama di sekolah dan perguruan
tinggi
sebagaimanadirumuskandalamperaturanperundang-
undangandiatas,makaPendidikan Agama,khususnyaPendidikanAgamaIslam,memainkanperandantanggungjawa byang sangat besar dalam ikut serta mewujudkan tujuan pendidikan nasional, terutama
untuk
mempersiapkanpesertadidikdalammemahamiajaran-
ajaranagamadanberbagaiilmuyang
dipelajari
serta
melaksanakannya
dalamkehidupansehari-hari. Aspek-aspek yang harus dikuasai oleh peserta didik sesuai dengan standar kurikulum 2013 yaitu aspek sikap yang terbagi menjadi sikap spiritual yang tertuang dalam kompetensi inti 1, sikap sosial yang tertuang dalam kompetensi inti 2, aspek pengetahuan yang tercakup dalam kompetensi inti 3 dan aspek ketrampilan yang tercakup dalam kompetensi inti 4. Hal ini, kiranya tidak ada perbedaan dengan tujuan dan ruang lingkup dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, terutama pada ranah aspek sikap spiritual dan sosial. Keberhasilan suatu pendidikan, salah satu faktor penentunya adalah guru, selain sarana prasarana dan hal yang menunjang lainnya. Pelaku utama dalam proses belajar mengajar terletak di tangan guru, tentunya dibarengi dengan kesiapan siswa dalam menerima materi yang ada. Metode yang digunakan guru akan mempengaruhi proses transformasi ilmu dari guru kepada
9
Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan
19
siswa. Maka, guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam menggunakan metode dan cara mengajarnya, sehingga tujuan pendidikan dapat terpenuhi. Guru adalah unsur manusiawi dalam pendidikan. Menurut Syaiful Bachri Jamarah, guru adalah figur manusia sumber yang menempati posisi dan memegang
peran
penting
dalam
pendidikan.
Ketika
semua
orang
mempersoalkan masalah dunia pendidikan, figur guru mesti terlibat dalam agenda pembicaraan, terutama yang menyangkut persoalan pendidikan formal.10 Apabila dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu, proses pembelajaran yang ada pada saat itu masih belum mencerminkan adanya pembelajaranyangberpusatpadasiswa(studentcentered)
Pembelajaranyang
sering diterapkan di sekolah-sekolah pada waktu itu adalah pembelajaran konvensional.Guruadalahsumberinformasiutamabagisiswa.
Gurumerupakan
subjek aktif yang tugasnya memberikan informasi dan ilmu pengetahuan, sedangkansiswahanyapasifkarenatugasmerekahanyamenampungapasaja yang diberikan guru ke dalam pikirannya. Akibatnya, komunikasi hanya berlangsungsatu arah saja yaitu hanyadari gurukesiswa. Metode ceramah dianggap sebagai metode yang paling ampuh dalam melakukan proses belajar mengajar. Kurikulum 2013 menawarkan suatu regulasi dan kebijakan yang berbeda dengan kenyataan yang ada di lapangan. Student centered menjadi salah satu metode dan cara, yang idealnya digunakan oleh para guru dalam 10
Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2000, 1.
20
mengelola proses belajar mengajar, namun itu belum sepenuhnya terpenuhi. Perubahan mindsetcara menyampaikan materi kepada siswa, merupakan suatu pekerjaan besar bagi guru untuk merubahnya, karena hampir menjadi budaya bahwa siswa hanya dianggap botol kosong yang boleh diisi apapun oleh guru. Kurangnya kreatifitas guru memilih metode dalam proses belajar mengajar pun akhirnya menjadi bumerang bagi dunia pendidikan. Kesiapan belajar siswa pun dibutuhkan, baik sebelum pembelajaran di mulai maupun tugas-tugas dan pekerjaan tambahan yang harus dilakukan siswa. Rasa ingin tahu, budaya gemar menelaah dan membaca, sangat minim dimiliki oleh siswa. Kecenderungan untuk mengerjakan tugas dengan meminta dan mengandalkan teman yang mampu menjadi pemandangan sehari-hari. Pekerjaan rumah dan tugas yang diberikan guru, yang seharusnya dikerjakan di rumah, yang sedianya diberikan kepada guru untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa, ternyata pekerjaan dan tugas itu dikerjakan secara instan sebelum pembelajaran berlangsung, sehingga tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa tidak terpenuhi. Terpenuhinya sarana dan prasarana pendidikan, merupakan salah satu faktor keberhasilan dari sebuah kurikulum. Walaupun tidak bisa dijadikan patokan utama, bahwa terpenuhinya sarana prasarana pendidikan menjadikan tolok ukur sebuah keberhasilan pendidikan. Namun, kekurangan sarana prasana yang ada, menjadi salah satu factor penyebab ketidakberhasilan suatu pendidikan. Pengawasan baik secara langsung maupun tidak langsung dari
21
pemerintah terhadap implementasi kurikulum 2013, agak kurang. Berbagai perbedaan pendapat dari pemangku jabatan untuk menyelesaikan beragam persoalan di lapangan sering kali muncul. Sehingga, hal ini berpengaruh terhadap kebijakan yang ada di sekolah sebagai pelaksananya. Model
penilaian
otentik
diduniapendidikankarenamodel
dewasainibanyak
dibicarakan
inidirekomendasikan,ataubahkan
harusditekankan,penggunaannyadalam
kegiatan
menilai
hasil
belajar.Salahsatupermasalahanyang munculadalahbelumtentusemuagurumemahami konsepdanpelaksanaanpenilaianotentik.Jikasebuah belumterpahami,bagaimana
konsep
mungkinkitamaumempergunakannya
untukkeperluanpraktispadakegiatan pembelajaran?Mungkinsajaorangmenyangka
ataumengatakan
telahmempergunakanpenilaian otentik untuk menilai hasil belajarsiswa, tetapipada kenyataannya tidakdemikian, dimana penilaian hanya terbatas pada aspek pengetahuan saja. Di wilayah Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang, sebagai tempat uji coba pelaksanaan kurikulum 2013 meliputi lima sekolah, diantaranya SMK Telekomunikasi Tunas Harapan, SMK N 1 Tengaran, SMK N 1 Bawen, SMK Widya Praja Ungaran dan SMK NU Ungaran. Dari uraian di atas peneliti ingin mengamati bagaimana implementasi pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik yang menjadi arahan dari kurikulum 2013 terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan
22
Budi Pekerti khusus kelas X. Sehingga peneliti merumuskan penelitian ini dengan judul “Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) dan Penilaian Otentik (Authentic Assessment) dalam Kurikulum 2013 Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti (Studi kasus di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang dan SMK N 1 Tengaran Kab.Semarang)
B. Rumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah Beberapa persoalan muncul dengan diberlakukannya regulasi kurikulum 2013, di antaranya: a.
Pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kab. Semarang maupun SMK N 1 Tengaran terhadap munculnya kurikulum 2013 terkesan hanya berjalan secara administratif.
b.
Respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan regulasi baru, masih dipertanyakan.
c.
Implementasi kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menjadi hal yang harus ditangani lebih serius, karena untuk menghilangkan metode mengajar ceramah bukanlah hal yang mudah dan melakukan penilaian yang mencakup tiga ranah, juga membutuhkan waktu tersendiri.
23
d.
Masih terdapat kekurangan dengan diberlakukannya kurikulum 2013, baik dari sisi kesiapan pemerintah sampai kepada pelaksana di lapangan
2. Pembatasan Masalah Untuk membatasi agar pembahasan dalam tesis ini tidak terlalu luas, serta untuk memperoleh gambaran yang cukup jelas, maka ruang lingkup pembahasan dalam penulisan tesis ini ialah sebagai berikut: Penelitian ini, dibatasi pada implementasi kurikulum 2013 dalam ranah pendekatan ilmiah (scientific approach) yang meliputi langkahlangkah diantaranya mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi serta penilaian otentik (authentic assessment) meliputi penilaian sikap baik spiritual maupun sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Implementasi kurikulum 2013 ini, penulis batasi pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, karena implementasi kurikulum 2013 baru diterapkan pada siswa kelas X sehingga akan terlihat pada peran guru dan siswa dalam melaksanakannya. Kelebihan dan kekurangan dari pelaksanaan kurikulum 2013 kami tambahkan sehingga memudahkan para pengguna untuk memanfaatkan penelitian ini sebagai referensi ke depan.
3. Perumusan Masalah
24
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis memfokuskan penelitian ini sebagai berikut: a. Bagaimana pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mengenai pendekatan
ilmiah (scientific approach) dan penilaian
otentikdalam kurikulum 2013? b. Bagaimana respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK N 1 Tengaran terhadap kurikulum 2013? c. Sejauh mana implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang? d. Bagaimana kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013 yang sedang diterapkan di SMK N 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang?
C. Signifikansi Penelitian 1.
Tujuan penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini sebagai berikut: a. Untuk mengetahui pemahaman guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan adanya pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment)
25
pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di kurikulum 2013. b. Untuk mengetahui respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dengan adanya regulasi di kurikulum 2013. c. Untuk mengetahui implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. d. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dari implementasi kurikulum 2013 di lapangan. 2.
Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah suatu rumusan tehadap perlunya penelitian dan pembahasan yang dilakukan berkenaan dengan karya tulis yang dibahas, dari hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain : a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan yang berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 khususnya pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti serta dapat menjadi bahan masukan bagi siapapun yang berminat menindaklanjuti. b. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi:
26
1) Bagi penulis, hal ini bisa menambah wawasan dan cakrawala keilmuan
khususnya
yang
berkaitan
dengan
aturan
dan
implementasi kurikulum 2013. 2) Bagi lembaga yang bersangkutan khususnya guru sebagai subjek penelitian, diharapkan dapat menambah khazanah ilmiah yang konstruktif, baik dalam rangka peningkatan profesionalitas guru, menyangkut aspek pedagogik, profesional, kepribadian maupun sosial,
yang perlu dikembangkan kedepan sehingga harapan
seluruh bangsa Indonesia terwujud terutama menyangkut output dan outcome yang dihasilkan yaitu melahirkan generasi yang berkualtas. 3) Bagi
guru
sebagai
subjek
penelitian,
diharapkan
mampu
meningkatkan aspek profesionalitasnya sehingga perannya sebagai transformer ilmu dan fasilitator siswa tidak terputus. 4) Bagi
pemerintah
dinas
Pendidikan,
diharapkan
mampu
mengakomodasi segala kekurangan baik berupa pemenuhan sarana prasarana pendidikan yang menunjang maupun dukungan secara moral sehingga kurikulum 2013 tetap berjalan sesuai aturan yang telah ditentukan. 5) Bagi seluruh pembaca, sebagai pengetahuan atau informasi untuk menambah partisipasi dan kepedulian terhadap dunia pendidikan karena dibutuhkan keterlibatan banyak pihak untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih bermutu dan menjanjikan.
27
D. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang implementasi kurikulum sudah sering dilakukan, baik tentang kurikulum KBK maupun KTSP, seperti penelitian yang dilakukan
Nur
Faiko
yang
berjudul
“Penerapan
KTSP
Pada
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan Siswa Kelas VIII DI SMP Negeri 1Gresik” yang menyoroti tentang penerapan KTSP pada perencanaan, penerapan dan penilaian pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kompetensi menulis laporan perjalanan di SMP Negeri 1 Gresik, serta faktor pendukung dan penghambat penerapan KTSP pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia kompetensi menulis laporan perjalanan di SMP Negeri 1 Gresik.Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Subyek penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik yang berjumlah dua orang. Instrumen yang digunakan adalah studi dokumentasi, observasi/pengamatan, dan wawancara. Data yang dianalisis adalah silabus, RPP, rekaman proses pembelajaran
di
kelas,
penilaian
yang
digunakan,
dan
hasil
wawancara.Hasil penelitian ini menunjukkan , Guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik telah menggunakan silabus
28
dan RPP yang sesuai dengan KTSP. Akan tetapi guru belum melakukan pengembangan terhadap silabus dan RPP yang disusun oleh Depdiknas; Guru Bahasa dan Sastra Indonesia kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik melakukan proses pembelajaran sesuai dengan KTSP, yaitu melakukan tahap-tahap kegiatan, yaitu pre test (kegiatan awal), kegiatan inti, dan post test (kegiatan akhir); (3) Guru Bahasa dan Sastra Indonesia di SMP Negeri 1 Gresik menggunakan rubrik penilaian untuk menilai hasil laporan perjalanan siswa, aspek yang dinilai dalam rubrik penilaian mencakup bahasa (baik, benar, komunikatif, dan efektif), keruntutan ruang dan waktu, kelengkapan Isi (5W + 1H), sistematika laporan (pendahuluan, isi, penutup); (4) Guru merasa merasa kesulitan dalam membuat RPP; (5) Guru tidak mengikuti kegiatan belajar mengajar secara utuh pada kegiatan melakukan perjalanan, karena siswa mengadakan perjalanan secara berkelompok-kelompok dengan tujuan yang berbeda.11 Walaupun titik temu diantara keduanya terletak pada kajian implementasi kurikulum, namun
fokus
implementasinya
yang
berbeda,
dimana
peneliti
menggunakan kurikulum 2013, sementara penelitian ini menggunakan kurikulum KTSP. Perbedaan yang lain terletak di rumusan masalah yang akan diteliti, Nur Faiko mencari bagaimana dengan perencanaan, penerapan, penilaian serta faktor pendukung dan penghambatnya, sementara peneliti lebih menitikberatkan pada implementasi proses dan penilaian serta hasil yang diharapkan. 11
Nur Faiko, Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik, Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, UM, 2007.
29
Penelitian yang dilakukan oleh Muh taufiq tentang : Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdatul Wathan (NW)Pancor Lombok Timur. Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui kesiapan pengelola Madrasah dalam implementasi kurikulum berbasis kompetensi (KBK), pelaksanaan KBK pada pembelajaran, berbagai faktor pendukung dan penghambat dalam mengimplementasikan KBK di Madrasah Aliyah NW Pancor serta upaya yang dilakukan untuk menaggulanginya.12 Rumusan masalah ini pula yang membedakan penelitian. Begitu juga dengan metode penelitiannya yang menggunakan deskriptif kualitatif, sementara peneliti menggunakan metode eksploratif. Penelitian yang dilakukan oleh Resti fauziah yang berjudul Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Pendekatan Saintifik yang digunakan sama dengan salah satu implementasi kurikulum 2013, yang meliputi Observing,
Questioning,
Experimenting,
Associating
dan
Communicating.13 Namun, banyak perbedaan yang muncul, diantaranya metode yang dipakai adalah campuran antara kualitatif dan kuantitaf dengan model penelitian tindakan kelas, dimana salah satu langkah untuk menambah semangat pembelajaran salah satunya digunakan metode
12
Mut Taufiq, Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, Lombok Timur, Tesis, Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta, 2010. 13 Resti Fauziah, Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah, Jurnal Ivotec, Volume IX, No 2 Agustus 2013: 165178, Universitas Pendidikan Indonesia,
30
pembelajaran berdasarkan masalah. Sementara, penelitian ini, kami fokuskan ke metode eksploratif kualitatif, yang menggambarkan respon dan pemahaman warga sekolah, proses pembelajaran dan penilaian dan hasil pembelajaran serta kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013. 2. Kerangka Teori a. Pendekatan Ilmiah (Scientific) Metode scientific pertama kali diperkenalkan ke ilmu pendidikan Amerika pada akhir abad ke 19, sebagai penekanan pada metode laboratorium formalistic yang mengarah pada fakta-fakta ilmiah. Discovery Education menyebutkan bahwa The scientific method is the tool that scientists use to find the answers to questions. It is the process of thinking through the possible solutions to a problem and testing each possibility to find the best solution.14 Scientific
Methodmerupakan
serangkaian
proses
untuk
menjawab pertanyaan. Melalui proses berfikir, sebuah hipotesis diajukan untuk menjadi jawaban sementara atas pertanyaan yang diajukan. Serangkaian tes dijalankan untuk menguji hipotesis tersebut, sampai ditemukan jawaban yang sebenarnya atas pertanyaan yang muncul pada bagian awal proses. Kenneth
Lafferty
Hess
Family
Charitable
Foundation
menyatakan bahwa: The Scientific Method is a process for experimentation that is used to explore observations and answer questions. Scientists 14
Discovery Education, Scientific Method, 2006 diambil pada kamis, 6 Maret 2014 http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbook/scientificmethod..ht ml.
31
use the scientific method to search for cause and effect relationships in nature. In other words, they design an experiment so that changes to one item cause something else to vary in a predictable way.15 Definisi ini lebih eksplisit menggunakan istilah eksperimen sebagai alat yang digunakan untuk menjawab pertanyaan. Sehingga bisa digambarkan bahwa Scientific Method merupakan serangkaian proses ilmiah yang diawali dengan suatu pertanyaan, diikuti pengajuan hipotesis sebagai jawaban sementara atas pertanyaan yang muncul, lalu dikatakan proses pengujian hipotesis melalui eksperimen dan pada akhirnya disusun kesimpulan sebagai jawaban yang lebih shahih. Menurut Varelas, metode ini memudahkan guru atau pengembang kurikulum untuk memperbaiki proses pembelajaran yaitu dengan memecah proses ke dalam langkah-langkah atau tahapantahapan secara terperinci yang memuat instruksi untuk siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.16 Hal ini sejalan dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui dalam proses belajar mengajar di kurikulum 2013. Sund & Leslie mendefinisikan Scientific Method sebagai proses sains yang terdiri dari enam langkah, yaitu (1) stating the problem, (2) formulating hypotheses, (3) designing an experiment, (4) making observation, (5) collecting data from the experiment, (6) 15
Mc Guire, Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall 2007, Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams. 16 Maria Varelas and Michael Ford, The Scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience, 2009, 31.
32
drawing conclutions.17 Tahap ini dimulai dari masalah yang dimunculkan dengan suatu pertanyaan ilmiah. Proses berikutnya membuat hipotesis, melakukan observasi atau eksperimen, dan akhirnya membuat kesimpulan. Sementara itu Griffith menggambarkan Scientific Method sebagai proses bersiklus dengan tiga tingkat, di antaranya; (1) observation or experiments, (2) generalitation, (3) hypothesis or theory.18 Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa Scientific Method adalah jalan untuk membuat dan menjawab pertanyaan ilmiah melalui observasi dan atau eksperimen. Pendekatan scientific atau lebih umum dikatakan pendekatan ilmiah merupakan pendekatan dalam kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, ada yang menjadikan scientific sebagai pendekatan atau metode. Namun karakteristik dari pendekatan scientific tidak berbeda dengan metode saintifik (scientific method). Sesuai
dengan
Standar
Kompetensi
Lulusan,
sasaran
pembelajaran mencakup pengembangan ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dielaborasi untuk setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan perolehan (proses psikologis) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktifitas menerima, 17
R.B.Sund & Leslie, Teaching Science by Inquiry in the Secondary School, Columbus: Charles E. Merill Publishing Company, 1973,12. 18 Griffith, The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction to Physic, New York: McGraw Hill, 2007, 4.
33
menjalankan,
menghargai,
menghayati
dan
mengamalkan.
Pengetahuan diperoleh melalui aktifitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Ketrampilan diperoleh melalui aktifitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta. Karakteristik kompetensi beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.19Pendekatan scientific dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasi/menalar dan mengkomunikasikan. Prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, sesuai dalam Permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses, diantaranya: a. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu b. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar c. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah d. Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis kompetensi e. Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu f. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi g. Dari pembelajaran verbalisme menuju ketrampilan aplikatif h. Peningkatan dan keseimbangan antara ketrampilan fisikal (hardskills) dan ketrampilan mental (softkills) i. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat j. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan member keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan 19
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
34
(ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani) k. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; l. Pembelajaran yang menerapkan prisnsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas. m. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran; dan n. Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.20 Pengelolaan Kelas seperti yang tercantum dalam Salinan lampiran Permendikbud No 65 tahun 2013 tentang Standar Proses, diantaranya; a. Guru menyesuaikan pengaturan tempat duduk peserta didik sesuai dengan tujuan dan karakteristik proses pembelajaran. b. Volume dan intonasi suara guru dalam proses pembelajaran harus dapat didengar dengan baik oleh peserta didik. c. Guru wajib menggunakan kata-kata santun, lugas dan mudah dimengerti oleh peserta didik. d. Guru menyesuaikan materi pelajaran dengan kecepatan dan kemampuan belajar peserta didik. e. Guru menciptakan ketertiban, kedisiplinan, kenyamanan, dan keselamatan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran. f. Guru memberikan penguatan dan umpan balik terhadap respons dan hasil belajar peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. g. Guru mendorong dan menghargai peserta didik untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. h. Guru berpakaian sopan, bersih, dan rapi. i. Pada tiap awal semester, guru menjelaskan kepada peserta didik silabus mata pelajaran; dan j. Guru memulai dan mengakhiri proses pembelajaran sesuai dengan waktu yang dijadwalkan.21
20 21
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013… Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
35
Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan pendahuluan, inti dan penutup.Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; b. memberi motivasi belajar siswa secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan seharihari, dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional daninternasional; c.mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuansebelumnya dengan materi yang akan dipelajari; d. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akandicapai; dan e. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus. Kegiatan Inti Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode pembelajaran,media pembelajaran, dan sumber belajar yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau saintifik dan/atauinkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/ataupembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project basedlearning)disesuaikan dengan karakteristik kompetensi dan jenjang pendidikan. KegiatanPenutup Dalam kegiatan penutup, guru bersama siswa baik secara individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi: a. seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telahberlangsung; b. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; c. melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas, baik tugas individual maupun kelompok; dan d. menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan berikutnya.22
22
Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013…
36
Strategi pembelajaran yang dianjurkan pada kurikulum 2013 mengacu pada salah satu strategi yang ada, pendekatan discovery learning, project based learning dan problem based learning.23 Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang sesuai dengan lingkungannya. Strategi
Discovery
Learningadalah
teori
belajar
yang
didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi sendiri. Discovery Learning merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.24 Sebagai strategi belajar, Discovery Learning menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui dengan mementingkan partisipasi aktif dari tiap peserta didik. Kelebihan atau keunggulan Discovery Learning, seperti yang diungkapkan oleh Suherman; a. Siswa aktif dalam kegiatan belajar 23 24
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013… Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Cet. 7, Jakarta: Reineka Cipta, 2008,20.
37
b. Siswa memahami benar bahan pelajaran c. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas d. Siswa dengan memperoleh pengetahuan dengan metode
penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks e. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.25 Langkah yang ditempuh untuk mencapai Discovery Learning a. Menentukan tujuan pembelajaran b. Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c. Memilih materi pelajaran. d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi) e. Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contohcontoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik f. Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik26 Discovery Learning terjadi apabila individu terlibat, terutama dalam penggunaan proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip yang sebelumnya tidak diketahui. Strategi Project Based Learning dikembangkan berdasarkan faham filsafat konstruktivisme dalam pembelajaran. Konstruktivisme mengembangkan atmosfer pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menyusun sendiri pengetahuannya.27 Strategi ini merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek 25
Suherman dkk, Common TextBook Strategi pembelajaran Matematika Kontemporer, Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI bandung, 2001,179. 26 Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013… 27 Bell, Children’s Science, Contructivism and Learning in Science, Victoria: Deakin University Pers,1995, 28.
38
secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Prinsip yang mendasaripembelajaran berbasis proyek adalah: a. Pembelajaran berpusat pada peserta didik yang melibatkan tugas-tugas pada kehidupan nyata untuk memperkaya pembelajaran. b. Tugas proyek menekankan pada kegiatan penelitian berdasarkan suatu tema atau topik yang telah ditentukan dalam pembelajaran. c. Penyelidikan atau eksperimen dilakukan secara otentik dan menghasilkan produk nyata yang telah dianalisis dan dikembangkan berdasarkan tema/topik yang disusun dalam bentuk produk (laporan atau hasil karya). Produk, laporan atau hasil karya tersebut selanjutnya dikomunikasikan untuk mendapat tanggapan dan umpan balik untuk perbaikan proyek berikutnya.28 Langkah - langkah pembelajaran dalam Project Based Learning sebagaiamana dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation terdiri dari: a. Start with the essential question b. Design a plan for the project c. Create a schedule d. Monitor the students and the progress of the project e. Assess the outcome f. Evaluate the experience29 Secara umum langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis proyek, sebagaimana uraian materi pada pelatihan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa langkah awal yang dipakai adalah penentuan 28
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013… The Goerge Lucas Educational Foundation, Instructional Module Project Based Learning, 2005, diambil pada Selasa, 8 april 2014 jam 08.46 dari http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. 29
39
proyek,
perancangan
langkah-langkah
penyelesaian
proyek,
penyusunan jadwal pelaksanaan proyek, penyelesaian proyek dengan fasilitasi
dan
monitoring
guru,
penyusunan
laporan
dan
presentasi/publikasi hasil proyek dan evaluasi proses dan hasil proyek.30 Penerapan pembelajaran berbasis proyek sanggup membuat peserta didik mengalami proses pembelajaran yang bermakna, yaitu pembelajaran
yang
dikembangkan
berdasarkan
paham
konstruktivisme. Peserta didik diberi kesempatan untuk menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung, membuat presentasi untuk orang lain, mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain, bekerja dalam kelompok, memberikan usul atau gagasannya untuk orang lain dan berbagai aktivitas lainnya. Semuanya menggambarkan tentang bagaimana semestinya orang dewasa belajar agar lebih bermakna. Problem
Based
Learning
adalah
pembelajaran
yang
menggunakan masalah nyata (autentik) yang tidak terstruktur (illstructured) dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan masalah dan berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru.31 Pembelajaran
30 31
berbasis
masalah
dirancang
Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013… Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
dalam
suatu
prosedur
40
pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dan menggunakan instruktur sebagai pelatih metakognitif32
Di dalam Problem Based Learning pusat pembelajaran adalah peserta didik (student centered), sementara guru berperan sebagai fasilitator yang memfasilitasi peserta didik untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya. Langkah-langkah yang ditempuh, sesuai Uraian materi pelatihan Kurikulum 2013, antara lain; a. b. c. d. e.
Mengorientasika peserta didik terhadap masalah Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok Mengembangkan dan menyajikan hasil karya Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.33
Problem Based Learning digunakan untuk merangsang berfikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi masalah. Untuk mencapai hal ini, guru membantu peserta didik secara kritis mengidentifikasi informasi dan strategi yang relevan dan sumber belajar
yang
menyelesaikan
relevan masalah
untuk
melakukan
tersebut.
penyelidikan
Dalam
dalam
mengembangkan
keterampilan ini, kerjasama antar peserta didik secara berpasangan atau berkelompok diperlukan untuk mengidentifikasi informasi dan
32
Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa, No 1 Th XXXX Januari 2007, I Wayan sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui Penerapan Model Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle Learning” dalam Pembelajaran Fisika. 33 Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013…
41
strategi yang relevan dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah yang mereka temukan. b. Penilaian Otentik Otentik atau Autentik diartikan dapat dipercaya; benar; asli; sumber-sumber.34 Autentik diartikan dapat dipercaya; asli; tulen; sah.35 Penilaian
otentik
merupakan
penilaian
yang
dilakukan
secarakomprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dankeluaran (output) pembelajaran.36 Berkenaan dengan penilaian otentik, seperti yang disampaikan dalam penelitian Burhan Nurgiyantoro, disebutkan bahwa The necessarystepsto include(1)setting
developan the
authenticassessment standard;(2)assigning
authentictasks;(3)selecting thecriteria;and(4)designingtherubric. Langkah ini akan sangat membantu guru dalam mengimplementasikan penilaian otentik sebagai wujud realisasi kurikulum 2013. Lebih lanjut dalam Judith T.M.Gulikers menyebutkan bahwa The two most important reasons for using authentic competency-based assessment are (a) their construct validity and (b) their impact on student learning, also called consequential validity.37 34
W.J.S.Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2006, 69. 35 Dep.pend. Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat, Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008, 101. 36 Salinan Lampiran Permendikbud No 66 tahun 2013… 37 Judith T.M.Gulikers, A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment, Educational Technology Research and Development, 2004, Volume 52, Issue 3.
42
Pada hakikatnya, penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan menyeluruh yang menggambarkan kemampuan siswa, prestasi, motivasi, dan sikap pada pembelajaran yang relevan. Penilaian ini menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrument untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensisikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut. Penilaian kompetensi sikap Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) olehpeserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untukobservasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalahdaftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik. 1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secaraberkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secaralangsung maupun tidak langsung dengan menggunakanpedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yangdiamati. 2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara memintapeserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangandirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yangdigunakan berupa lembar penilaian diri. 3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengancara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait denganpencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupalembar penilaian antarpeserta didik. 4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelasyang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dankelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap danperilaku.38 Adapun tujuan penilaian ranah afektif menurut Arikuntoadalah
38
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013…
43
(1)mendapatkanumpanbalik (feedback),baikbagigurumaupunsiswasebagaidasaruntuk memperbaiki proses belajar-mengajar dan mengadakan programperbaikan(remedialprogram)bagianakdidiknya, (2) mengetahuitingkatperubahantingkahlakuanakdidikyang dicapai, yang antara lain diperlukan sebagai bahan untuk perbaikantingkahlakuanakdidik, (3)menempatkananak didik dalam situasi belajar-mengajar yang tepat, sesuai dengan tingkatpencapaian dan kemampuan serta karakteristik anak didik, dan (4) mengenal latar belakang kegiatan belajar dan kelainan tingkah laku anak didik.39 Sehubungan dengan tujuan penilaian ranah afektif, maka yang menjadi
sasarandalam
penilaian
ranah
afektif
adalahperilaku,minat,perasaan,danmotivasianakdidik,
bukan
pengetahuannya.Jadi,dikatakanbahwafaktorafeksi menunjangkeberhasilanbelajarpesertadidik,halitudapat diartikanbahwafaktorafeksiyangtinggiataupositifakan peluang
untuk
lebih
berhasil
memberi secara
Sebaliknya,jikafaktorafeksipesertadidikrendah,halitu dapatdiartikanbahwa faktor sehingga
sulit
afeksinya untuk
kurang
mencapai
optimal. juga
mendukung keberhasilan
secaraoptimal.Jikafaktorafeksipesertadidikrendah,maka guruharusmengadakantindaklanjut,misalnyaolehguru
bimbingan
konseling untuk menangani atau membantu memotivasi peserta didik. Adapun
langkah-langkahyangdigunakan
dalampengukuranranahafektifadalah
39
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2013, 1963.
44
(1) penentuan komponen afeksi apa yang akan diiventori, misalnya apakah unsur sikap, minat, motivasi, watakperilaku,perasaan,atauyanglain,(2)penentuancara inventori data afektif yangakan dipilih, misalnya apakahlewat pengamatan,wawancara, ataupemberianangket,dan misalnyakitamemilihcarapemberianangket,(3)pembuatan kisikisipengujiandanindicator(pertanyaan)tiapkomponen afektif.Misalnya,jikamenanyakanaspeksikap,makasecara substansial hal-hal apa saja yang perlu ditanyakan yang mendukung sikap,(4)pembuatan daftar pertanyaan angket yang sesuai dengan kisi-kisi. Selain itu, juga ditentukan rentangan skala penilaian (skala Likert), misalnya 1-5, 5 (sangat tinggi) dan 1 (sangat rendah), (5) pelaksanaan pengisianangketolehpesertadidikdandiikutipenyekoran. Misalnya,jikaada10buahpertanyaan,skortertinggi50dan terendah 10, dan (6) pembuatan pedoman posisi afektif siswa,misalnya;41-keatas;tinggi,26-40;sedang,10-25; rendah.40 Penilaian Kompetensi Pengetahuan Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, teslisan, dan penugasan. 1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawabansingkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumenuraian dilengkapi pedoman penskoran. 2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan. 3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atauprojek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuaidengan karakteristik tugas. Penilaian Kompetensi Keterampilan Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikansuatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik,projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupadaftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik. 1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupaketerampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuaidengan tuntutan kompetensi. 2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputikegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secaratertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. 3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengancara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik 40
Burhan Nurgiantoro, Penilaian… 2010,489.
45
dalambidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untukmengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/ataukreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karyatersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkankepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.41 Pelaksanaan penilaian kompetensi pengetahuan, sering kali dilakukan oleh guru, baik secara tertulis dengan tes pilihan ganda maupun model tes yang lain. Sementara untuk penilain untuk mengetahui ketrampilan yang dimiliki peserta didik, bisa dilakukan dengan
penilaian
kinerja.
Penilaiankinerjabukanmemintasiswauntukmenjawab
pertanyaan
pilihan gandapadakertasdanpensil. 42Guru yang melakukan penilaian kinerja akan meminta siswa mendemonstrasikan bahwa mereka dapat melakukantugas-tugas tertentu seperti melakukan
suatu
eksperimen,
menulis suatu
menginterpretasikan
karangan, jawaban
terhadap suatu masalah, memainkan suatu lagu atau melukis suatu gambar.
Penilaian
kinerja
menuntutsiswadapatmendemonstrasikanketerampilannyadalamsuatusi tuasi testing. SurapranatadanHattamenyatakan portofolioberartisebagaikumpulanevidence(dokumen,bukti)yangberisi informasi tentang kemampuan dan perkembangan peserta didik dari waktu 41
ke
Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013… Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: University Press, 2000, 53. 42
46
waktu.43Portofolioadalahkumpulanhasilkaryaseorangsiswa,sebagaiha silpelaksanaan tugaskinerja,yangditentukanolehguruatauolehsiswabersamaguru,seba gai bagian dari usaha mencapai tujuan belajar, atau mencapai kompetensi
yang
ditentukandalamkurikulum.Olehkarenaitu,tidaksetiapkumpulankaryas eorang siswa disebut portofolio. Portofolio dalam arti ini, dapat digunakan sebagai instrumen penilaian atau salah satu komponen dari instrumen penilaian, untuk menilai kompetensi siswa, atau menilai hasil belajar siswa. Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan: 1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai; 2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai denganbentuk instrumen yang digunakan; dan 3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatifsesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik44 Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Penilaian sikap dilakukan melalui observasi/pengamatan menggunakan jurnal, penilaian diri dan atau penilaian antar teman. Penilaian pengetahuan melalui tes tertulis, tes lisan dan atau penugasan. Penilaian ketrampilan melalui tes praktik, penilaian proyek dan penilaian portofolio. 43
Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006,30. 44 Salinan Lampiran permendikbud No 66 Tahun 2013…
47
Banyak pemaparan dari para ahli tentang kurikulum 2013 baik melalui seminar maupun pelatihan dan pendidikan, namun penelitian yang berkenaan dengan kurikulum 2013 merupakan hal baru, sehingga sangatlah beralasan apabila penelitian terhadap kurikulum yang baru ini dilakukan. c. Kinerja dan Kompetensi Guru Guru dalam proses belajar mengajar di kelas dipandang dapat memainkan peran penting dalam membantu peserta didik untuk membangun sikap positif dalam belajar, membangkitkan rasa ingin tahu, mendorong kemandirian dan menciptakan situasi dan kondisi yang mendukung untuk belajar. Kinerja dan kompetensi guru memiliki tanggung jawab yang besar dalam transformasi ilmu kepada siswa dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketergantungan menjadi mandiri, dari tidak terampil menjadi terampil, dengan metode-metode pembelajaran tertentu, yang bukan lagi mempersiapkan siswa yang pasif, melainkan siswa berpengetahuan yang senantiasa mampu menyerap dan menyesuaikan diri dengan informasi baru dengan berpikir, bertanya, menggali, mencipta an mengembangkan cara-cara tertentu dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupannya. Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) ditegaskan bahwa pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen
48
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini. Arahan tersebut menyatakan bahwa guru sebagai agen pembelajaran yang bertanggung jawab dalam proses pentransferan ilmu pengetahuan siswa. Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.45Sebagai perencana, maka guru harus mampu mendesain pembelajaran yang sesuai dengan kondisi di lapangan, sebagai pengelola maka guru harus mampu menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif sehingga siswa dapat belajar dengan baik, dan sebagai evaluator maka guru harus mampu melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Lebih lanjut Brown dalam Sardiman menjelaskan tugas dan peranan guru, antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan belajar siswa.46 Pembelajaran sebagai wujud dari kinerja guru, maka segala kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru harus menyatu dan menghayati tugas-tugas yang relevan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan siswa serta kemampuan guru dalam mengorganisasikan materi pembelajaran dengan raga teknologi pembalajaran yang memadai. 45
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14 46 A.M.Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2000, h.142
49
Hudoyo menjelaskan bahwa tugas guru sebagai pelaksana kurikulum harus memahami empat pertanyaan kurikulum yaitu mengapa, apa, bagaimana dan kepada siapa topic-topik harus diajarkan? Pertanyaan pertama, mengapa topik-topik harus diajarkan, berkaitan
dengan
pemahaman
guru
tentang kegunaan
materi.
Pertanyaan kedua, apa yang akan diajarkan, berkaitan dengan penguasaan guru terhadap bahan yang akan diajarkan. Pertanyaan ketiga, bagaimana mengajarkan, berkaitan dengan penguasaan guru tentang strategi pembelajaran, dan pertanyaan keempat, kepada siapa bahan ajar diajarkan, berkaitan dengan pemahaman guru tentang karakteristik siswa yang belajar.47 Agar guru dapat mengajar dengan baik, maka syarat pertama yang harus dimiliki adalah menguasai betul dengan cermat dan jelas apa yang akan diajarkan. Seorang guru yang tidak menguasai bahan ajar, tidak mungkin dapat mengajar dengan baik. Hal penting dalam pembelajaran setelah guru menguasai bahan ajar adalah peran guru mengelola pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran menjadi hal penting karena berkaitan langsung dengan aktivitas belajar siswa. Upaya guru untuk menguasai bahan ajar yang akan diajarkan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajran dengan optimal dapat terwujud jika dalam diri guru tersebut ada dorongan dan tekad yang kuat untuk menjalankan tugasnya dengan baik. 47
H.Hudoyo, Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di Depan Kelas, Surabaya: Usaha Nasional, 1979, h.25
50
Dengan demikian, untuk mendapatkan proses dan hasil belajar siswa yang berkualitas tentu memerlukan kinerja guru yang maksimal. Agar guru tersebut menunjukkan kinerjanya yang tinggi, paling tidak guru tersebut harus memiliki penguasaan terhadap materi apa yang akan diajarkan dan bagaimana mengajarkannya agar pembelajaran data berlangsung efektif dan efisien serta komitmen untuk menjalankan tugas-tugas tersebut. Penguasaan bidang studi oleh guru akan tampak dalam perilaku nyata ketika ia mengajar. Penguasaan itu akan tampak pada kemampuan guru dalam menjelaskan, mengorganisasikan bahan ajar dan sikap guru. Semakin baik penguasaan bahan ajar oleh guru, maka kemampuan guru dalam menjelaskan dan mengorganisasikan bahan ajar juga semakin baik. Guru yang kurang mampu penguasaan bahan ajar, akan kehilangan kepercayaan diri bila berada dalam kelas, selalu ragu-ragu dan tidak dapat memberikan jawaban yang tepat dan tuntas atas pertanyaan siswa. Hal ini akan berakibat kurang baik dalam mengajarkan materi, sebab akan merendahkan mutu pembelajaran dan dapat menimbulkan kesulitan pemahaman siswa. Lebih dari itu, guru yang tidak menguasai bidang studi akan diremehkan oleh siswa. Mulyasa menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks yang melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Aspek-aspek yang saling berkaitan
51
tersebut, antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pembelajaran dan lingkungan belajar.48 Mengorganisir dalam pembelajaran adalah pekerjaan yang dilakukan seorang guru dalam mengatur dan menggunakan sumber belajar dengan maksud mencapai tujuan belajar dengan cara yang efektif dan efisien. Pernyataan ini dipertegas oleh Usman bahwa pengelolaan pembelajaran terkait dengan upaya guru untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung,
mengembangkan
bahan
ajar
dengan
baik,
dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk memahami materi pelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang harus mereka capai.49 Kondisi pembelajaran yang efektif dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan sarana pembelajaran, mampu menjalin hubungan interpersonal dengan siswa serta mengendalikannya dalam suasana yang menyenangkan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang efektif akan mempengaruhi kualitas pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa kemampuan mengelola pembelajaran selama proses belajar mengajar dengan beberapa dimensi yaitu, menciptakan dan memelihara kondisi pembelajaran yang optimal, melaksanakan kegiatan pembelajaran dan
48
E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Rosdakarya, 2007, h.136 49 M.U.Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002, h. 21
52
membina hubungan yang positif dengan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Sejalan dengan perubahan kurikulum, maka bukan lagi eranya bagi seorang guru untuk selalu menunggu petunjuk dari atasan. Ia harus proaktif mencari, berimprovisasi dan melakukan inovasi baik pada saat pembuatan RPP maupun pada saat melakukan proses transformasi pengetahuan di dalam kelas. Pada saat ini, guru tidak lagi harus menjadi sumber belajar yang utama, namun, harus sanggup menjadi fasilitator yang mampu menerapkan berbagai macam metode dan strategi saat mengajar. Siswa dilibatkan secara penuh pada saat proses belajar mengajar di kelas. Guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi pelaksanaan kurikulum. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah harus diawali dengan adanya komitmen guru untuk menjalankan tugasnya secara aktif, kreatif dan inovatif. Mulyasa menjelaskan bahwa komitmen secara mandiri perlu dibangun pada setiap individu warga sekolah termasuk guru, terutama untuk menghilangkan setting pemikiran dan budaya kekakuan birokrasi,
seperti
harus
menunggu
petunjuk
atasan
dengan
mengubahnya menjadi pemikiran yang kreatif dan inovatif.50 Sehingga komitmen diartikan sebagai suatu keberpihakan diri terhadap suatu pekerjaan atau tugas atas dasar loyalitas, tanggung jawab dan
50
E. Mulyasa, op.cit.,h.151
53
keterlibatan secara psikologis dalam tugas, seperti kebanggaan dan rela berkorban. Terkait dengan tugas yang diberikan kepada guru, diperlukan komitmen adanya komunikasi dan peran guru dalam mengarahkan dan membimbing siswa sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung efektif. Kompetensi
guru
merupakan
salah
satu
faktor
yang
mempengaruhi terjadinya tujuan pembelajaran dan pendidikan di sekolah, namun kompetensi guru tidak berdiri sendiri, dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar dan lama mengajar. Pengembangan kompetensi merupakan suatu proses yang berhasil memahirkan seperangkat ketrampilan yang dibutuhkan untuk mencapai domain kehidupan. Kompetensi guru dinilai penting sebagai alat seleksi dalam penerimaan calon guru, yang dapat dijadikan pedoman dalam rangka pembinaan dan pengembangan tenaga guru. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan
Kompetensi
guru.
Dijelaskan
bahwa
Standar
Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari empat (4) kompetensi utama,
yaitu kompentensi pedagogik,
professional.
kepribadian, sosial dan
54
Kompetensi pedagogik merupakan suatu kemampuan seseorang dalam bidang ilmu pendidikan. Untuk menjadi guru yang profesional harus memiliki pengetahuan dan pemahaman serta kemampuan dan ketrampilan pada bidang profesi kependidikan. Pengetahuan dan pemahaman yanag harus dimiliki seorang guru sebagai profesi kependidikan meliputi: peserta didik, terori belajar dan pembelajaran, kurikulum dan perencanaan pengajaran, budaya dan masyarakat sekitar sekolah, filsafat dan teori pendidikan, evaluasi, teknik dasar dalam mengembangkan proses belajar, teknologi dan pemanfaatannya dalam pendidikan, penelitian dan moral, etika dan kaidah profesi.51 Sementara kompetensi kepribadian merupakan suatu masalah yang abstrak, hanya dapat dilihat melalui penampilan, tindakan, ucapan dan cara berpakaian seseorang. Setiap orang memiliki kepribadian yang berbeda. Seperti yang disampaikan Mulyasa bahwa seorang guru harus memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlaq mulia dan dapat menjadi teladan. Selain itu pribadi guru yang terintegrasi dengan penampilan kedewasaan yang layak diteladani, memiliki sikap dan kemampuan memimpin yang demokratis serta ngayomi siswa.52 Berdasarkan kompetensi tersebut, seorang guru harus bertindak secara konsisten sesuai norma agama, hukum, social dan budaya,
51
Depdiknas, Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002, h. 27 52 E.Mulyasa, op.cit.,h.118
55
menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan berakhlaq mulia mampu menjadi teladan siswa. Kompetensi sosial guru merupakan kemampuan guru dalam hal berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan, wali siswa dan masyarakat sekitar.53 Jadi seorang guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dan santun dengan siswa, sesama guru dan tenaga kependidikan, orang tua siswa dan masyarakat sekitar. Selain itu, diharapkan guru memiliki kemampuan bekerja sama dengan sesamanya. Kompetensi professional merupakan suatu kemampuan yang sesuai dengan keahliannya, seperti menyampaikan sesuatu kepada siswa dalam rangka menjalankan tugas dan profesinya. Kemampuan memahami bahan ajar dan materi yang harus diajarkan menjadi bagian dari kompetensi ini. Dalam sistem pengajaran modern, keterlibatan guru mulai dari perencanaan, inovasi pendidikan sampai kepada pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu pengajaran. Guru di sekolah mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, orang tua, teman, dokter, motivator dan lain sebagainya. Selain guru, ada hal yag tidak bisa diabaikan dalam proses belajar mengajar yaitu fasilitas yang merupakan bagian yang ikut
53
Depdiknas, Standar Kompetensi Guru (SKG), Jakarta: Depdiknas, 2003, h. 27.
56
mempengaruhi hasil dari proses pembelajaran. Tanpa fasilitas, maka proses improvisasi pendidikan tidak akan berjalan dengan baik.
E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menitik beratkan pada field research atau penelitian lapangan, namun juga tidak mengesampingkan pada studi kepustakaan atau library research terutama untuk menyusun landasan teori. Sehubungandenganpermasalahanyangdiangkatolehpeneliti,makajenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatifdimana mengkaji berbagai studi dan kumpulan berbagai jenis materi empiris seperti studi kasus, pengalaman personal, pengakuan instropeksi, kisah hidup, wawancara, artifak, berbagai teks dan produksi kultural, pengamatan, sejarah, interaksional dan berbagai
teks
Fokuspenelitianyangakandilakukanadalahinteraksilangsungdenganmateri, pengajar
visual. para
serta peserta didik baik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
maupun di SMK Negeri 1Tengaran Kabupaten Semarang. Pendekatan yang digunakan adalah eksploratif. Eksploratif bersifat eksplorasi yang artinya penjelajahan lapangan dengan tujuan memperoleh pengetahuan lebih banyak (tentang keadaan), terutama sumber-sumber alam yang terdapat di tempat itu; penyelidikan; penjajakan.54Penelitian Eksplotarif dilakukan bilamana literature atau hasil penelitian yang membahas masalah tersebut masih langka.55 Peneliti mengidentifikasi orang-orang yang ada
54 55
Dep.Pend.Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia…359. Slamet Soeseno, Teknik Penulisan Ilmiah Populer, Jakarta: Gramedia, 2006,7.
57
berdasarkan kepentingan penelitian, mencatat kejadian-kejadian. Dari kategorikategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di lapangan. Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha mencari ide-ide atau hubungan-hubungan yang baru. Sehingga peneliti akan menfokuskan pada implementasi kurikulum 2013 dengan menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X. Peneliti juga akan mengupas lebih dalam bagaimana kekurangan dan kelebihan kurikulum 2013. Berbagai bahan kajian empiris itu disajikan dalam rincian persoalan di berbagai momen dan berbagai pemaknaan dan berbagai kehidupan sosial.
2. Lokasipenelitian Lokasi
penelitian
yangdijadikansebagaitempatuntukpenelitian
iniadalahpadaSMK Telekomunikasi Tunas Harapan dan SMK N 1 Tengaran Kab Semarang. Peneliti memilih SMK Telekomunikasi Tunas Kab Semarang dan SMK N 1 Tengaran sebagai tempat penelitian, karena dua SMK tersebut merupakan SMK yang ditunjuk dari Dinas Pendidikan Kab Semarang untuk menggunakan kurikulum 2013 pada kelas X.
3. Subjek Penelitian Adapunsampelyangdiambilpenelitisebanyaktigakategori:
yakni
materi berupa aturan atau pijakan hukum dan produknya berupa kurikulum, proses berhubungan dengan pelaksanaan dan aplikasi hukum
58
itu dan hasil yang berkaitan dengan output setelah diberlakukan dan diterapkan kurikulum 2013. Jadisampelyangdiambilolehpenelitidapat berupa materi yang telah jadi/matang, baik berupa UU, Permendiknas, PP, kurikulum, pelaku dan penikmatnya
yang kesemuanya itu terdapat dan diambil dari beberapa
sumber diantaranya dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang dan SMK N 1 Tengaran Kab. Semarang.
4. Data dan Sumber Data a. Data 1). DataPrimer Data primer adalah data yang di dapat dari sumber pertama baik dari individu maupun perseorangan seperti hasil wawanacara dan observasi yang dilakukan peneliti. Data primer yang akan digunakan adalah informan, yang dianggap mengetahui dan melaksanakan kurikulum 2013. Adapun yang akan menjadi informan pada penelitian ini adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dan siswa.Selain itu, observasi terhadap proses belajar mengajar dan laporan hasil belajar siswa menjadi data yang kami perlukan.
59
2). Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari Undang-undang, Permendikbud dan
Keputusan
Menteri
Agama
yang
diberlakukan
pada
pelaksanaan kurikulum 2013.Dokumen-dokumen resmidanarsiparsipbaik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang maupun
SMK
N
1Tengaran
Kab.
Semarang
. Datainiberupadatayangdiperolehlangsungdariorangataupimpinan dan
informasiyangsengajadipilih/diambil
olehpenelitiuntukmemperolehdata-dataatau informasiyangadarelevansinyadenganpermasalahanini. b. SumberData Sumberdatamerupakandatadatasebagaipenunjangatauacuandalam
penelitian
iniyangmemilikiperanyangsangatpenting dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdiguna kan untuk memperoleh data dalam penelitian. 1). Kata-katadanTindakan Katakatadantindakanorangyangdiamatiataudiwawancaraimerupakan sumberdatautama.Sumberdatautamadicatatmelaluicatatantertulis. 2). DataTertulis Datatertulismerupakansumberdatayangdiambilmelaluidatadatabuku, majalah i l m i a h sumber dari skripsi, dokumen dan lain-
60
lain.
Daridata
tersebutdiataspenelitidapatmemperoleh
datainformasiyangberkaitan
sebagai
bahan
penelitian,
seperti
informasi tentang lingkaran keluarga yangditeliti. 5. TeknikPengumpulanData Metodepengumpulandatapenelitianmemilikiperanyangsangatpentin g dalamsuatupenelitian,khususnyasebagaialatatauteknikyangdapatdigunakan untuk memperoleh data dalam penelitian. a. Observasi Adapunobservasiyangdilakukanpenulistermasukdalamjenis observasi partisipasif dimanapenulisterlibatlangsungdengankegiatanseharihariorang yangsedangdiamatiatauyangdigunakansebagaisumberdatapenelitian. Sambilmelakukanpengamatan,penulisikutmelakukanapayangdikerjakan oleh sumberdata. Dalammetodeobservasiinipenulistidakhanyamengamatiobyekstudi tetapijugamencatathal-halyangterdapatpadaobyektersebut.Selainitu metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tentang situasi dan kondisisecarauniversaldariobyekpenelitian,yakni point-point penting dari adanya hukum normatif sehingga dijadikan pijakan oleh guru dalam menentukan kualitas hasil belajarnya baik yang bersumber dan diterapkan di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang maupun SMK N 1 Tengaran,
tentunya
tetap
dilengkapi
dengan
letakgeografis/lokasi
sekolah,kondisisaranaprasarana jugastrukturorganisasinya.
61
b. Wawancara Peneliti menggunakan wawancara peneliti
hanya
tidak
membawa
terstruktur,
dimana pedoman
wawancarayangmemuatgarisbesartentanghal-halyangakanditanyakankepada subyek, karenanya pewawancara harus memahami cara yang terbaik untuk mengontak yang diwawancarai, secara cermat menggunakan alat, pokokpokok pertanyaan, telah menetapkan waktu dan telah ditentukan secara pasti siapa, apa dan dimana akan diadakan wawancara. Adapun pertanyaan yang diajukan
kepada
subyek,
secara
pokokakan
mengungkapbeberapa
pertanyaan dari yang kurang mendalam (pheriperal) sampai pada pertanyaan yang teramat mendalam (Probing) dalam rangka menggali, mengklarifikasi/ mencari kesadaran kritis dalam mencari penjelasan yang bertujuan menfokuskan kembali jika dalam wawancara terjadi pembiasan tentangbagaimanadata yang dikumpulkan. c. Dokumentasi Metodedokumenyangdimaksud dalam penelitian ini adalah hasil belajar, kopian kurikulum 2013, kurikulum dan aturan yang terakit dengannya di sekolah, catatan-catatan, peraturan tertulis, surat kabar, f oto kegiatan, surat keputusan, koran yang berkaitan, data-data guru yang telah dan belum pernah mengikuti pendidikan dan latihan tentang kurikulum 2013 dan guru yang telah dan belum menerapkannya dalam KBM seharihari danyang berhubungan langsung dengan penelitian dalam tesis ini.
62
6. TeknikAnalisaData Penelitian menggambarkan kembali data-data yang telah terkumpul mengenai
materi
hukum
kependidikan, terapan dan
dan
atau
undang-undang,
kurikulum
hasilnya di SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan Tengaran Kabupaten Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran Kabupaten Semarang. Dataitudikumpulkandalamanekamacamcara seperti
observasi,
wawancara, dokumentasi, tetapi analisis kualitatif tetap menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun ke dalam teks yang diperluas. a. ReduksiData Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian padapenyederhanaan,pengabstrakan,dantranformasidata“kasar”yangmu ncul
daricatatan-catatan
tertulisdilapangan.
Reduksidatabukanlah
suatuhalyang terpisahdarianalisis,iamerupakanbagiandarianalisis.Reduksidatamerupa kan
suatu
bentukanalisis
yangmenajamkan,
menggolongkan,
mengarahkan, membuangyangtidakperlu,danmengorganisasikandatadengancarasede mikian rupasehinggakesimpulanfinalnyadapatditarikdandiverifikasikan.Denga ncara itu,kitatidakmenepisdatayangadadarikonteksdimanadataituterjadiatau
63
diperoleh.
b. PenyajianData Alur
penting
yangkedua
darikegiatan
analisis
penyajikan
adalah data.
Kamimembatasisuatu“penyajian”sebagaisekumpulaninformasitersusun yang memberikemungkinanadanyapenarikankesimpulandanpengambilantind akan. Dengan melihat penyajian-penyajian kita dapatmemahami apa yang
sedang
terjadidanapayangharusdilakukanlebihjauhmenganalisisataukahmenga mbil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang didapat dari penyajian-penyajian tersebut. c. MenarikKesimpulan/Verifikasi Kegiatan
analisis
ketiga
yang
penting
adalahmenarik
kesimpulan
atau
verifikasidanpermulaanpengumpulandata.Daripermulaanpengumpulan data, seorang penganalisis kualitatif mulai mencari arti benda-benda mencatat
keteraturan,
pola-pola,
yangmungkinalursebabakibat,
penjelasan,
danproposisi.
konfigurasi
Penarikankesimpulan
dalampandanganpenelitihanyalahsebagian dari satu kegiatan dari konfigurasi
yang
utuh.
Kesimpulan-kesimpulan
diverifikasikanselamapenelitianberlangsung.
juga
64
Dalam pengertian ini, analisis data kualitatif merupakan upayayang berlanjut,berulangdanterusmenerus.Masalahreduksidatapenyajiandata, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi menjadi gambaran keberhasilan
secara
berurutansebagairangkaiankegiatananalisisyangsalingsusulmenyusul.N amun duahallainnyaitusenantiasamerupakanbagiandarilapangan.
F. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan ini memuat suatu kerangka pemikiran yang akan dituangkan dalam lima bab yang disusun secara sistematis. BAB I Pendahuluan terdiri dari; latar belakang masalah, rumusan masalah yang terdiri dari identifikasi masalah, pembatasan masalah dan perumusan masalah, signifikansi penelitian yang meliputi tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kajian pustaka yang terdiri dari penelitian terdahulu dan kerangka teori, metode penelitian dan sistematika pembahasan. BAB II Deskripsi Data Penelitian yang membahas tentang profil sekolah, visi dan misi sertastruktur organisasi baik di SMK N 1 Tengaran maupun di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab Semarang. BAB III Analisa Data yang terdiri dua macam pembahasan, yaitu pemahaman dan respon guru mata pelajaran Pendidikan Agama
65
Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang dan SMK N 1 Tengaran tentang kurikulum 2013. BAB IV Data Hasil Penelitian yang penulis laksanakan yang meliputi dua sub pokok bahasan terdiri dari implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan kab Semarang dan SMK N 1 Tengaran dan kelebihan dan kekurangan pendekatan ilmiah (scientific) dan penilaian otentik (authentic) pada kurikulum 2013. BAB V Kesimpulan dan Saran.
66
BAB II GAMBARAN UMUM SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN DAN SMK NEGERI 1 TENGARAN A. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan 1. Profil Sekolah Pada era global yang berdampak pada berbagai bidang, bahkan terjadi krisis global yang mendera dunia saat ini, dibutuhkan banyak tenaga terampil dan mandiri yang mampu bersaing dalam segala bidang.Tuntutan profesionalitas calon tenaga kerja di segala bidang akan terus meningkat.Tantangan ini tidak dapat ditawar lagi, sebab tuntutan akan profesionalisme, kemandirian dan integritas diri dipertaruhkan. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten Semarang adalah salah satu Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki Kompetensi Keahlian: Teknik Komputer dan Jaringan, Rekayasa Perangkat Lunak, Multimedia, dan Teknik Kendaraan Ringan. SMK ini menyelenggarakan program-program untuk mempersiapkan calon tenaga
67
profesional dan lulusan yang kompeten, kompetitif dan memiliki dedikasi tinggi untuk bekerja keras dimanapun berada atau melanjutkan pendidikan di jenjang yang lebih tinggi. Untuk mewujudkan harapan tersebut, diperlukan berbagai potensi, diantaranya SDM yang berkualitas baik tenaga pendidik (guru) maupun tenaga kependidikan serta sumber daya lainnya sebagai pendukung proses pembelajaran yakni sarana fisik berupa ruang belajar, fasilitas peralatan praktik dan tidak kalah penting adalah daya dukung masyarakat, dunia usaha/dunia industri, pemerintah daerah serta pemerintah pusat dalam bentuk pendanaan kegiatan pembelajaran maupun kelengkapan sarana praktik dan perhatian terhadap perkembangan siswa. Melalui dorongan berbagai komponen tersebut diharapkan dapat menunjang tercapainya standarisasi kompetensi yang telah ditetapkan. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan berdiri pada tahun 2001 dengan jurusan Teknik Informatika. Pada tahun tersebut, masih jarang didirikan sekolah dengan program keahlian Teknik Informatika khususnya untuk wilayah Kabupaten Semarang, sehingga animo siswa sangat banyak. Kepedulian Bapak Hendrawan selaku pendiri Yayasan Tunas Harapan terhadap pendidikan terwujud dengan didirikannya sekolah ini. Pada tahun berikutnya, membuka jurusan baru yaitu Teknik Elektronika Komunikasi dan Teknik Mekanik Otomotif. Perkembangan SMK Telekomunikasi terjadi sangat pesat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari jumlah siswa sudah hampir mencapai
68
1000 orang yang berasal dari berbagai daerah, baik seputar Kabupaten Semarang, Salatiga, Boyolali, Kota Semarang maupun luar Jawa Tengah dan luar Pulau Jawa. Walaupun SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan sekolah swasta, namun pengembangan sarana prasarana tidak kalah dengan sekolah negeri bahkan lebih baik. Begitu juga dengan prestasi yang ditorehkan oleh siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan sehingga mampu menjadikan sekolah ini terbaik di kabupaten Semarang. 2. Visidan Misi Menjadikan Pusat Pendidikan untuk menciptakan Sumber Daya Manusia yang Profesional dan Kompetitif, mempunyai wawasan IPTEK dan IMTAQ, berwawasan Nasional dan Internasional untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah dalam rangka memenuhi kebutuhan Pembangunan Nasional baik saat ini maupun dimasa yang akan datang sejalan kecenderungan era globalisasi.
Menyediakan wadah pendidikan yang mempunyai keunggulan dan mampu menciptakan Sumber Daya Manusia dalam mengatasi kebutuhan SDM dalam pembangunan Nasional Indonesia.
Menghasilkan SDM yang dapat menjadi faktor keunggulan dalam berbagai sektor pembangunan.
Mengubah peserta didik dari status beban , menjadi asset yang produktif.
69
Menghasilkan tenaga kerja yang profesional untuk memenuhi kebutuhan industri khususnya dan tuntutan pembangunan pada umumnya.
Membekali
peserta
didik
dengan
kemampuan
untuk
mengembangkan dirinya secara berkelanjutan.
Mendidik untuk menghasilkan lulusan yang memiiliki IMTAQ dan IPTEK yang mampu bersaing di era informasi yang menglobal.
3. Tujuan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabuapten Semarang telah ditetapkan menjadi SMK berpotensi yang dikembangkan menjadi SMK Rintisan Bertaraf Internasional meskipun pada media 2012 program ini telah dihapuskan. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang memiliki keinginan untuk maju yang didorong kerja keras, kerja cerdas, kerja ikhlas dan kerja tuntas semua komponen yang ada, untuk meningkatkan mutu pendidikan.Sejalan dengan tuntutan masyarakat sekitarnya, tuntutan dunia usaha / dunia industri
maupun tuntutan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam era global, SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan sarana prasanana pendidikan dalam rangka untuk meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatnya mutu pendidikan di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kabupaten Semarang dapat menghasilkan tamatan yang memiliki SDM berkualitas, sehingga mampu memenangkan persaingan global.
70
4. Geografis Kondisi geografis SMK Telekomunikasi Tunas Harapan secara umum adalah terletak di jalan umbul senjoyo desa bener Kec. Tengaran Kab. Semarang propinsi Jawa Tengah dengan batas-batas sebagai berikut : Timur
: Perumahan senjoyo dan objek wisata senjoyo
Selatan
: Perumahan dan kawasan industry radius 1 km
Barat
: Jalan Solo- Semarang dan terminal tingkir
Utara
: Jalan Salatiga- Karanggede (boyolali) Gedung sekolah terletak di pingggir jalan umbul senjoyo yang
menghubungkan jalan Solo-semarang dengan obyek Umbul senjoyo dan jalan Salatiga - Suruh serta terletak 100 m dari terminal Tingkir Salatiga sehingga sangat mudah dijangkau oleh siswa. Kurang lebih 250 meter sebelah selatan bangunan sekolah terdapat Bank BRI yang memudahkan para siswa untuk menabung atau menerima kiriman uang dari orangtua, saudara, atau bantuan dari instansi lain. Untuk segi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya Polsek Tingkir Salatiga yang ada di sebelah tenggara kurang lebih 300 meter dari gedung sekolah. Untuk pembinaan iman para siswa khususnya yang beragama Islam, ada masjid dua lantai dengan kapasitas 1000 jamaah sehingga bisa digunakan untuk kegiatan ibadah bagi civitas akademika seperti salat
71
jumat atau salat dzuhur berjamaah sekaligus pembinaan keagaaman melaui rohis. Puskesmas cebongan yang memilki fasilitas 24 jam yang letaknya kurang lebih 500 meter dari sekolah juga sangat mendukung sekolah, jika sewaktu-waktu ada siswa sakit bisa cepat-cepat dibawa ke puskesmas meskipun di sekolah juga ada UKS dengan seorang tenaga medis yang memadahi. Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang ekonomi juga bidang studi yang lain di jalan Solo-Semarang depan terminal Tingkir berdiri Telsa Center yang merupakan unit produksi dari sekolah. Sebagai sarana pendukung kegiatan pembelajaran sekolah telah dilengkapi dengan sarana sistem informasi yang cukup baik, triangle tiang pemancar dan penerima signal, acces point , server dengan spesifikasi cukup tinggi serta didukung acces internet dari beberapa provider membuat hot spot area ataupun WiFi sekolah memilki kuota dengan kecepatan acces relative tinggi bagi civitas akademika. Disamping itu dibangun pula, unit produksi untuk program keahlian Multi Media berupa proses pembuatan dan pencetakan MMT. Sistem piket untuk siswa diatur sedemikian rupa, sehingga tidak mengurangi dan menghalangi siswa untuk mengikuti jam tatap muka di kelas. Didirikan pada awal bulan Juli 2014, sehingga dibutuhkan pemasaran dan promosi yang kuat memasarkan produk yang dihasilkan.
72
5. Sosial Budaya Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman karena cukup jauh dari pusat keramaian kota namun akses jalan tidak terlalu jauh dari jalan utama Solo-Semarang sehingga mudah menggapainya. Akses internet sangat menonjol disekolah ini bahkan merupakan pencitraan publik untuk sekolah ini.Prestasi akademik dan non akademik selalu ditorehkan dengan selalu menempati peringkat pertama Ujian Nasional tingkat Kabupaten Semarang dan juga juara umum Lomba Ketrampilan Siswa (LKS) serta juara O2SN dan Science terapan SMK. Kondisi orang tua peserta didik sangat beragam dari pejabat, pengusaha, pegawai negeri/swasta, petani, pedagang dan lain-lain. Kondisi ekonomi yang cukup merupakan modal kuat bagi pengembangan sekolah, beasiswa juga disediakan bagi orang tua peserta didik yang kurang mampu atau siswa yang berprestasi. Mereka berasal dari Kabupaten Semarang, Salatiga, Boyolali maupun beberapa kota lain seperti Jepara, Kudus, Purwodadi bahkan luar Jawa seperti Sumatera dan Papua. Pada dasarnya orang tua peserta didik merupakan masyarakat berbudaya yang telah sadar tentang pentingnya pendidikan yang bermutu bagi putra-putri mereka. Kepedulian orang tua terlihat pada terpenuhinya kebutuhan siswa berupa laptop yang digunakan siswa untuk praktik pembelajaran, walaupun setiap laboratorium komputer sudah disediakan sesuai kebutuhan. Hampir setiap siswa memilikinya, sehingga memudahkan bagi guru pengampu mata pelajaran paket A dan B untuk memberikan penugasan mandiri.
73
Seleksi masuk bagi siswa baru cukup ketat. Penerimaan Peserta Didik Baru menyeleksi kemampuan intelektual, bakat minat, kesehatan, buta warna, tidak bertato, tidak bertindik, tinggi badan minimal 160 cm dan lain-lainnya, sehingga akan mendapatkan siswa baru dengan bibit yang unggul. Sekolah ini menerapkan kedisiplinan yang cukup baik bila dibanding
sekolah
lain.Ini
penting
berkaitan
dengan
kegiatan
pembelajaran agar proses transformasi pendidikan dapat dilakukan dengan baik (proses). Sedangkan untuk output siswa terjadi hal yang unik apabila kita berbicara tentang sekolah kejuruan, dimana prosentase siswa yang melanjutkan cukup tinggi dibanding yang bekerja. Beberapa kerjasama dengan industri untuk tamatan dilaksanakan disekolah seperti dengan PT. Fukusuke, PT Anabatic, PT Unilever, PT Epsson dan laian-lain telah dilaksanakan sekolah memalui BKK dengan dukungan perangkat sistem informasi. Sekolah telah terakreditasi A dari Badan Akreditasi Sekolah (BAS) untuk semua program keahliannya, sehingga secara umum telah memenuhi 8 standar pelayanan pendidikan meskipun masih ada beberapa kelemahan untuk standar tertentu. Semenjak tahun 2008 sekolah telah mengimplementasikan ISO 9001:2008 dari URS sehingga mutu sekolah senantiasa terjaga.Prosedur ditujukan untuk menjelaskan cara-cara melakukan tinjauan atas Sistem Manajemen Mutu sehingga dapat menilai keefektifan sistem dan menentukan usaha manajemen untuk memperbaiki sistem secara berkelanjutan. Agenda tinjauan atau evaluasi, misalnya
74
mengenai hasil audit internal maupun eksternal,tindakan koreksi sejak rapat terakhir,tindak lanjut dari tinjauan manajemen,umpan balik pelanggan, tindakan pencegahan dan tindakan koreksi,kinerja proses dan kesesuaian
pencapaiannya,perubahan-perubahan
atau
usul
untuk
memperbaiki sistem,penetapan sasaran mutu dan peningkatan produktifitas efisiensi kerja senantiasa dilakukan. Apabila sistem manual dirasa tidak mampu mendukung sistem maka diusahakan mengadopsisistem informasi yang lebih tepat sesuai tujuan misal perpustakaan, akademik maupun proses pembelajaran. Pelayanan kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Hal ini terlihat di pagi hari, siswa yang datang ke sekolah disambut oleh guruguru yang piket gerbang. Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan melakukan pendampingan siswa selama proses pembelajaran baik di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri selama siswa melakukan Prakerin di kelas XI pada semester 4. Bimbingan yang menyeluruh pun dilakukan oleh Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Berbagai kegiatan ekstra kurikuler diberikan kepada siswa, yang terbagi ke dalam ekstra wajib dan ekstra pilihan. Ekstra wajib meliputi latihan pleton inti (baris berbaris), pramuka dan rohis. Sementara ekstra pilihan, meliputi basket, volley ball, futsal, badminton, tae kwondo, PMR, tenis meja, tari dan karya ilmiah remaja. Sementara itu, untuk mewadahi
75
kreatifitas pengembangan bahasa, dibentuklah klub bahasa Inggris dan bahasa Jepang. Prestasi siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan baik di tingkat kabupaten maupun propinsi antara lain: Juara I siswa berprestasi SMK tingkat propinsi pada tahun 2009, Juara I English debate tingkat kabupaten pada tahun 2009, juara II lomba band SMK tingkat propinsi pada tahun 2010, juara bola basket O2SN tingkat karesidenan Semarang pada tahun 2011 sampai sekarang, Juara I LKS tingkat kabupaten pada tahun 2009 sampai sekarang yang meliputi networking support, web design, animasi, graphic design, matematika-olimpiade sains terapan, software application, fisika terapan, juara I TUB-PBB Kab Semarang pada tahun 2009 sampai sekarang. Permasalahan yang muncul baik mengenai pribadi, keluarga maupun belajar siswa diakomodir oleh Wali Kelas yang bekerja sama dengan BP/BK. Pelaksanaan home visit dilakukan bagi siswa yang sakit atau yang tidak masuk tanpa keterangan lebih dari satu hari. Kepedulian guru dan staf merupakan gambaran akan kepedulian dan tanggung jawab yang diberikan orang tua yang mempercayakan anaknya untuk dididik di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.
6. Sarana Prasarana SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Kabupaten Semarang berdiri di atas lahan 4,5 Ha telah memiliki sarana dan prasarana
76
yang cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya ruang teori sebanyak 33 ruang teori yang telah dilengkapi dengan LCD proyektor. Ruangan ini akan dipakai oleh siswa untuk pembelajaran normative maupun adaptif. Selain itu, dibangun pula 12 (dua belas) ruang laboratorium computer untuk menunjang pembelajaran praktik, yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan diantara computer, netbook maupun LCD proyektor. Untuk menunjang pembelajaran produktif program keahlian teknik kendaraan ringan, dibangun pula 3 bengkel yang memadai berikut sarana yang dibutuhkan. Untuk program keahlian multi media disediakan studio Telsa TV sebagai wahana penyaluran karya siswa yang terpancar sampai radius 12 km. Pada tahun 2008, dilengkapi dengan pembangunan asrama untuk siswa baik putra yang terdiri dari 4 (empat) lantai dan asrama putri, yang dibangun secara terpisah.Hal ini dimaksudkan untuk menampung siswa yang di luar wilayah Kabupaten Semarang atau yang membutuhkan. Kelebihan diberikan kepada siswa yang tinggal di asrama, diantaranya mendapatkan pelayanan pembelajaran malam, laundry untuk baju seragam dan berbagai fasilitas yang lainnya. Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala sekolah, meeting room, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang koperasi siswa, ruang BP / BK, ruang OSIS, kamar mandi / WC, gudang, Masjid / Aula, kantin, rumah dinas Kasek, Asrama
77
Guru/Karyawan, tempat sepeda, garasi mobil, lapangan sepak bola, lapangan bola volly, lapangan bola basket, gardu piket, reservoar, tempat parkir mobil dan taman – taman penghijauan.
78
B. SMK Negeri 1 Tengaran 1.
Profil Sekolah Pemerintah Jawa Tengah mencanangkan sebagai propinsi vokasi, memiliki pengaruh yang besar terhadap berdirinya sekolah menengah kejuruan di wilayah kabupaten Semarang pada khususnya. Hal ini terlihat dengan didirikannya sekolah menengah kejuruan di berbagai pelosok wilayah kabupaten Semarang, diantaranya di daerah Susukan dan Tengaran. Pada awal berdirinya, sekolah ini bernama Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Kecil yang berlokasi di SMP Negeri 2 Tengaran beralamat Jalan Raya Salatiga-Solo KM. 07 Karangduren Tengaran dengan jadwal masuk mulai jam 13.00 WIB. Pada tanggal 1 Agustus 2005, SMK Kecil tersebut berpindah di Jalan Darun Na'im, Karangduren, Tengaran dengan menempati gedung sendiri yang berposisi berada di belakang SMP Negeri 2 Tengaran. SMK Kecil Tengaran tersebut dengan Program Keahlian yaitu Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Tata Busana (TB) yang dipimpin oleh Bapak Drs. H. Saliminudin, MM. Pada tahun pelajaran 2006/2007 sekolah tersebut berganti nama, dari SMK Kecil Tengaran menjadi SMK Negeri 1 Tengaran dan masih dibawah pimpinan Bapak Drs. H. Saliminudin, MM. dengan bertambah jurusan menjadi 5 (lima) yaitu :Teknik Kendaraan Ringan (TKR), Teknik Sepeda Motor (TSM), Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), Tata Busana (TB), Tata Boga (TG), hingga tahun pelajaran 2013/2014
79
sekarang. Dengan alamat kontak SMK Negeri 1 Tengaran Alamat: Jl. Darun Na'im, Karangduren, Tengaran Kab. Semarang - Jawa Tengah Indonesia, Telepon: +62-0298-3405144 Fax: 0298-3405166 Email:
[email protected], Web: www.smkn1tengaran.sch.id. StrukturOrganisasiSMK N 1 Tengaran
Sumber : www.smkn1tengaran.sch.id juga hasil observasi
2.
Visi, Misi, Motto dan Program Kerja a.
Visi Menjadi Pusat Diklat Sertifikasi (Centre of Training and Certification) yang unggul dalam mewujudkan lulusan yang Profesional, Adaptabel, Responsif didasari Iman dan Taqwa
80
b.
Misi :
1.
Mengembangkan keunggulan melalui keprigelan, keetelatenan dan kebersihan dengan mengengedepankan kemandirian dan kreatifitas serta menumbuhkan rasa kejujuran dan kepedulian terhadap sesama dan lingkungan.
2.
Meningkatkan pemahaman warga sekolah pelaksanaan kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan KTSP dan Spektrum.
3.
Meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan bidang dan tugasnya.
4.
Melengkapi sekolah dengan sarana yang memadai untuk mencapai tataran ideal
5.
Menciptakan lingkungan yang aman, nyaman, dan kondusif untuk mengasah kasanah keilmuan.
6.
menjadi pusat kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan memberikan fasilitas penelitian dan eksperimen
7.
Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah, Lembaga Swadaya Masyarakat, stake holders dan instansi serta institusi pendukung pendidikan lainnya.
c.
Motto SMK Negeri 1 Tengaran memiliki motto untuk mutu pendidikan yaitu TEPAT, yang diuraikan menjadi Tangguh dalam
81
menghadapi tantangan, Eksis dalam teknologi, Produktif dalam setiap pemikiran, Andal dalam berkompetisi, Teliti dalam segala sikap dan perbuatan. Untuk Mutu Organisasi TAKWA yang diuraikan Taat melaksanakan kewajiban, Amanah melaksanakan tugas, Kritis mensikapi setiap perbuatan, Wajar meraih keberhasilan, Arif setiap kata dan tindakan. d.
Program Kerja SMK Negeri 1 Tengaran memiliki program kerja yang dibagi dalam dua kategori, program unggulan dan program pengembangan sarana prioritas 1.
Program Unggulan a) Menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN) b) Mengembangkan sikap dan kompetensi keagamaan c) Mengembangkan potensi siswa berbasis multiple intelligence d) Mengembangkan budaya daerah e) Mengembangkan kemampuan bahasa dan teknologi informasi f)
2.
Meningkatkan daya serap ke perguruan tinggi favorit.
ProgramPengembangan Sarana Prioritas a) Membangun 1 Bengkel praktik siswa dengan konstruksi bangunan 1 tingkat
82
b) Membangun parkir area c) Pembangunan Kantin Siswa d) Perbaikan dan Pengecetan Lapangan Olah Raga e) Pengembangan Jaringan Infrastruktur LAN (Intranet dan Internet) f)
Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Sekolah (SIMS)
g) Melengkapi Sarana dan Prasarana Perpustakaan dan Lab Komputer h) Membangun Aula
3.
i)
Renovasi Tampilan Depan Skolah/Gerbang Sekolah
j)
Renovasi Koridor
Geografis Secara umum SMK Negeri 1 Tengaran terletak di tempat yang strategis, dapat diakses oleh semua transportasi umum, karena terletak 100 m dari jalan raya Solo-Semarang sehingga memudahkan bagi pelanggan yang akan berkunjung ke lokasi.
Gedung sekolah dikelilingi rumah
penduduk, tepatnya di jalan Darun Naim Karang Duren Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Lokasi berada tepat di belakang pasar Kembang Sari yang memudahkan para civitas akademika memenuhi kebutuhan sekolahnya.
83
Dari sisi keamanan sekolah sangat didukung dengan adanya Polsek Tingkir Salatiga yang ada di sebelah utara kurang lebih 600 meter dari gedung sekolah dan dibangunnya asrama TNI yang berjarak kurang lebih 100 m. Pelaksanaan sholat dhuhur berjamaah bagi guru dan siswa maupun kegiatan pembelajaran bisa dilaksanakan di musholla yang dibangun di dekat pintu gerbang masuk ke lokasi sekolah, sehingga mengurangi alasan siswa untuk meninggalkan sholat dhuhur dan memperlancar proses belajar mengajar khususnya untuk pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan budi pekerti. Pembangunan kantin di sekolah pun dilakukan yang berada di dalam lokasi sekolah sebanyak 12 (dua belas) kantin. Posisi antar kantin dibuat strategis sesuai dengan kebutuhan siswa, seperti di belakang ruang praktek siswa, di dekat lapangan olah raga, di belakang ruang teori dan di dekat parker siswa. Dengan dipenuhinya jumlah kantin dan makanan yang beragam diharapkan siswa dan guru tidak keluar dari lingkungan sekolah selama proses pembelajaran berlangsung. Untuk mendukung pembelajaran khususnya bidang prakarya dan kewirausahaan siswa di depan sekolah berdiri Unit Produksi untuk bidang Tata Busana. Terlihat beberapa pelanggan dan siswa sedang melakukan transaksi usaha baik pemesanan baru maupun mengambil pesanan yang sudah jadi. Ketrampilan siswa sudah teruji sehingga masyarakat mempercayakan kebutuhan busananya kepada mereka.
84
4.
Sosial budaya Lingkungan sekolah berada ditempat sejuk asri dan nyaman walaupun berada di belakang pasar, namun keramaian pasar tidak sampai terdengar di lingkungan sekolah. Dari kelima program keahlian, SMK Negeri 1 Tengaran memiliki program keahlian yang seringkali mewakili kabupaten Semarang untuk maju Lomba Ketrampilan Siswa dalam bidang produktif Teknik Kendaraan Ringan. Beberapa prestasi lain yang ditorehkan oleh SMK Negeri 1 Tengaran, diantaranya dalam bidang lomba Kewirausahaan dan Tata Busana. Secara umum kondisi orang tua siswa berada pada posisi menengah dan sejahtera, walaupun ada 10 persen orang tua siswa berada pada posisi ekonomi pra sejahtera. Pemerintah memberikan Bantuan Operasional Siswa, meringankan siswa dan orang tua dalam pembayaran uang sekolah. Bahkan, siswa yang berada pada kondisi ekonomi pra sejahtera digratiskan dalam pembayaran uang sekolah. Beasiswa yang lain, diberikan berupa bantuan BAZIS dari potongan gaji dari pegawai. Animo siswa untuk mendaftar di SMK Negeri 1 Tengaran lumayan banyak. Terbukti hampir setiap tahun pembelajaran baru, calon pendaftar sebanyak 1.100 orang, padahal yang dibutuhkan berkisar 500 siswa. Pendaftaran pun hanya dilakukan selama 1 (satu) minggu, sesuai aturan yang ditetapkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Semarang. Program keahlian yang menjadi favorit masyarakat yaitu Teknik
85
Kendaraan Ringan dan Tata Busana. Hal ini terjadi, karena SMK Negeri 1 Tengaran tidak melakukan pemungutan uang sumbangan pembangunan dan biaya bulanan yang relative rendah. Penyaluran tenaga kerja siswa yang telah lulus dari SMK Negeri 1 Tengaran dikelola oleh Bursa Kerja Khusus di bawah wakil kepala bidang Kehumasan. Kerja sama dengan Dunia Usaha/Dunia Industri seperti dengan PT. Fukusuke Kogyo Indonesia dan PT SMART Tbk. Prosentase siswa yang bekerja lebih banyak dibanding siswa yang melanjutkan kuliah. Ada beberapa perusahaan di seputar kecamatan Tengaran menampung siswa lulusan dari program keahlian Tata Busana. Semenjak
tahun
2011,SMK
Negeri
1
Tengaran
telah
mengimplementasikan ISO 9001:2008. Prosedur ini berisi Standar Operasional Prosedur, Instruksi Kerja yang dijabarkan ke dalam form dari masing-masing unit kerja. Sistem Manajemen Mutu diawali oleh audit internal yang dilakukan oleh pihak dalam yang dilanjutkan dengan audit eksternal dari pihak luar. Dengan dijalankannya prosedur ini dapat dilihat program perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan tata cara menyelesaikan masalah yang muncul dari masing-masing unit. Cara ini, mempermudah kepala sekolah dan stafnya untuk melakukan tinjauan supaya sistem berjalan dengan baik. Penggalakan kegiatan ekstra kurikuler di bawah lingkup Wakil Kepala Sekolah bidang Kesiswaan, meliputi beberapa macam, seperti kesenian, olah raga terutama basket, bola voli dan futsal. PMR pun
86
digemari oleh siswa, paskibra dan aktifnya pramuka dan osis.Pelayanan kepada siswa pun dilakukan dengan sepenuh hati. Wakil Kepala Sekolah Kesiswaan melakukan pendampingan siswa selama proses pembelajaran baik di sekolah maupun di dunia usaha/dunia industri selama siswa melakukan Prakerin di kelas XI pada semester 4. Bimbingan yang menyeluruh pun dilakukan oleh Bimbingan Penyuluhan dan Bimbingan Konseling, baik dilakukan secara individu maupun kelompok. Proses pembelajaran intra kurikuler dari hari senin sampai hari sabtu yang dimulai dari jam 07.00 sampai jam 14.30. Untuk menyeimbangkan potensi bakat dan minat yang dimiliki oleh siswa, dibentuklah berbagai kegiatan ekstra kurikuler di bawah tanggung jawab wakil kepala sekolah bagian kesiswaan. Kegiatan olah raga seperti basket, bola voli dan futsal diikuti oleh sebagian besar siswa, yang biasanya dilakukan secara terjadwal sesuai dengan kelompoknya. Ekstra band pun tidak kalah diikuti oleh banyak siswa terutama yang memiliki bakat music dan vokal. Kesibukan wakil kepala sekolah pun terlihat ketika mendekati peringatan hari besar nasional, dimana sejumlah siswa selama bermingguminggu akan berlatih baris berbaris di halaman sekolah. Hal ini menyita waktu dan tenaga bagi siswa dan tim pelatihnya, bahkan seringkali harus meninggalkan jam pembelajaran intra kurikuler dalam beberapa waktu. Aktifitas siswa yang tergabung dalam OSIS maupun pramuka juga terlihat. Berbagai kegiatan OSIS seperti pemilihan ketua umum, pelatihan LDK, dan menjalankan program-programnya seperti penggalangan donor darah
87
dan peringatan hari besar agama maupun nasional. Pelaksanaan kemah bhakti setahun sekali, renungan suci dan mencari jejak merupakan bagian program dari pramuka yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Pertemuan rohis pun dilakukan secara berkala, meliputi kegiatan baca tulis al Qur’an, ceramah keagamaan dan bakti sosial. Pada tahun 2012 siswa SMK Negeri 1 Tengaran mewakili Indonesia pada ajang International Exhibition for Young Inventors di Bangkok, Thailand. Tim SMK Negeri 1 Tengaran terpilih karena temuan program permainan edukatif berbasis mobile untuk siswa SD, Jarimatika. Lomba berlangsung pada tanggal 28-30 Juni 2012 diikuti ratusan peserta dari 38 negara. Pada tahun 2013, mendapatkan bantuan revitalisasi mesin oven cat dari Direktorat Pendidikan Kejuruan Departemen Pendidikan. Alat tersebut menjadi alat penunjang praktek siswa program keahlian teknik Kendaraan Ringan untuk mengecat bodi mobil. Beberapa kejuruan diperoleh oleh siswa pada mata Lomba Ketrampilan Siswa pada program keahlian Teknik Kendaraan Ringan dan mata pelajaran Kewirausaahaan. Bahkan pada tahun 2014, SMK Negeri 1 Tengaran mendapat gelar juara umum pada Lomba Ketrampilan Siswa tingkat Kabupaten Semarang, dengan memperoleh 7 (tujuh) kejuaraan pada lomba tersebut.
5.
Sarana Prasarana SMK Negeri 1 Tengaran memiliki sarana dan prasarana yang cukup memadai dalam rangka pengembangan sekolah, diantaranya ruang
88
teori sebanyak 33 ruang yang digunakan untuk pembelajaran kelompok paket A dan B maupun pembelajaran paket C yang membutuhkan ruang teori biasa. Selain itu, dibangun pula 11 ruang praktek untuk menunjang pembelajaran praktik, yang dilengkapi dengan fasilitas yang dibutuhkan. Dari 11 ruang praktek tersebut, terbagi ke dalam 3 ruang praktek Tata Busana, 2 ruang praktek Teknik Kendaraan Ringan, 2 ruang praktek Rekayasa Prangkat Lunak, 1 ruang praktek Teknik Sepeda Motor, 1 ruang praktek Tata Boga, 2 laboratorium komputer. Di depan sekolah dibangun pula ruangan untuk unit produksi SMK Negeri 1 Tengaran berupa produk pembuatan sekaligus pemasaran untuk program keahlian Tata Busana. Setiap harinya, tampak beberapa pengunjung mendatangi stand tersebut yang dilayani oleh siswa yang sedang melaksanakan pembelajaran praktik. Gedung
pertemuan
dibangun,
untuk
melayani
kunjungan
pelanggan dengan kapasitas 250 orang. Selain digunakan untuk ruang pertemuan, gedung tersebut juga berfungsi sebagai tempat latihan olah raga, bagi guru dan siswa, rekrutmen tenaga kerja dan sebagainya. Beberapa ruang juga dibangun sebagai penunjang proses pembelajaran diantaranya, ruang guru, ruang kantor TU, ruang kepala sekolah, ruang wakil kepala sekolah, ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang koperasi siswa, ruang BP/BK dan ruang konseling, kamar mandi sebanyak 25 ruang, gudang sebanyak 4 ruang, musholla, kantin sekolah sebanyak 12 buah, rumah penjaga sekolah, tempat parkir sepeda untuk
89
guru, siswa maupun tamu, lapangan bola volly, lapangan bola basket dan gardu piket petugas keamanan. Asrama siswa dibangun untuk menampung siswa yang berasal dari daerah yang sulit dijangkau kendaraan umum. Ada beberapa persyaratan siswa yang tinggal di asrama, diantaranya berasal dari tempat tinggal yang jauh, keluarga yang kurang mampu dan memiliki prestasi yang bagus. Asrama ini lebih banyak digunakan untuk menampung siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional, sehingga memudahkan bagi siswa untuk memperoleh jam pembelajaran tambahan di malam hari. Koleksi perpustakaan SMK Negeri 1 Tengaran memiliki stok buku kurang lebih 2.200 eksemplar yang terdiri dari buku pelajaran, buku fiksi, non fiksi dan buku referensi yang ditulis dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Terdapat juga data elektronik melalui email dan akses internet yang dapat digunakan setiap saat serta adanya hotspot area dimana setiap orang dapat mengakses internet secara gratis.
90
BAB III PEMAHAMAN DAN RESPON GURU MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI TERHADAP IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 A. Pemahaman Guru Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 1.
SMK Negeri 1 Tengaran SMK Negeri 1 Tengaran merupakan salah satu sekolah yang ditunjuk
oleh
dinas
pendidikan
kabupaten
Semarang
untuk
mengimplementasikan kurikulum 2013 pada kelas X secara keseluruhan. Hal ini memacu para guru dan civitas akademika untuk berbenah mempersiapkannya secara maksimal. Salah satu bentuk persiapan yang ada yaitu dikirimkannya lima (5) orang guru untuk mengikuti pelatihan kurikulum 2013, yang terdiri dari guru Matematika, Bahasa Indonesia dan Sejarah. Sejalan dengan program pengembangan pemahaman kurikulum 2013, Ibu Kepala Sekolah menyampaikan pendapatnya: “Saya berharap pengiriman untuk diklat kurikulum 2013 terbatas pada guru 3 (tiga) mata pelajaran saja. Apalagi pengirimannya pun mepet menjelang kurikulum 2013 dilaksanakan. Untuk diklat kepala sekolah sendiri, dilaksanakan sekali di bulan Juni 2013 di Solo.” 56 Menanggapi hal itu bapak waka kurikulum, menambahkan:
56
W(S2)1
tidak untuk mau baru
91
“Di awal pemberlakuan kurikulum 2013 kemarin, guru yang mendapatkan pelatihan baru 5 (orang) ditambah kepala sekolah. Sehingga langkah kami, hanya belajar secara mandiri dari undangundang yang dikeluarkan. Pelatihan kepada seluruh guru, kami lakukan di bulan Desember 2013, ketika libur semester.” 57 Sementara dari kementrian agama kab Semarang bidang PAIS mengadakan pelatihan kurikulum 2013 untuk guru-guru Pendidikan Agama Islam SMK se kab Semarang. Pelatihan tersebut diikuti oleh tiga (3) orang guru, yaitu Ibu Dra. Nur Solichah, M.Pd, Bapak Fathan Budiman, S.H.I dan Ibu Siti Suhartini,S.Pd.I. Sementara Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I tidak mengikuti dikarenakan terbatasnya kuota yang ditetapkan. Sebagaimana hasil wawancara kami dengan Ibu Nur Solichah yang menyampaikan bahwa kuota dari kementrian Agama Kab Semarang hanya memperbolehkan maksimal mengirimkan tiga (3) orang guru.58 Pelatihan tersebut berlangsung tiga hari, yang diikuti oleh hampir 90 (Sembilan puluh) peserta dari 33 SMK yang ada di wilayah Kab Semarang. Pelatih dan mentor yang handal dan profesional dihadirkan selama pelatihan tersebut. Selain pemaparan materi secara teori peserta juga diminta membuat produk berupa rencana pelaksanaan pembelajaran untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti untuk kelas X. Di akhir pertemuan, diadakan micro teaching berbasis
57 58
W(S2)3
W(S2)2a
92
pendekatan ilmiah yang dilakukan secara bergilir dari masing-masing kelompok.59 Berkaitan dengan Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I yang belum mengikuti pelatihan kurikulum 2013 dari kemenag Kab. Semarang, sedikit mengalami kesulitan untuk memahami aturan yang ada, baik di PP No 65 tentang standar proses dan PP No 66 tentang standar penilaian. Seperti yang beliau sampaikan di sela-sela obrolan kami, “Pelatihan kurikulum 2013 yang diadakan di SMK Negeri 1 Tengaran hanya mengarah kepada pembuatan RPP, namun untuk implementasi dari PP 65 dan 66 disampaikan secara umum. Sehingga, pemahaman saya jauh berbeda dengan pemahaman teman-teman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang lain. Apalagi, pelatihan yang diadakan dari kemenag sesuai dengan tuntutan yang harus dilakukan oleh guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti.” Dari observasi yang kami lakukan terhadap hasil rencana pelaksanaan pembelajaran dari guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMK N 1 Tengaran, kami dapatkan bahwa menyelesaikan
sebagian
rencana
pelaksanaan
guru baru
pembelajaran
dari
keseluruhan materi yang ada. Walaupun, materi belum terselesaikan secara keseluruhan, kami dapatkan bahwa rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat telah sesuai dengan undang-undang yang berlaku. Telah tampak prosedur kegiatan belajar mengajar yang dimulai dari pendahuluan, kegiatan inti maupun penutup, dimana masing-masing item kegiatan ditambah dengan durasi waktu yang dibutuhkan.
59
W(S2)3
93
Begitu pula dengan proses penilaian, telah lengkap dituliskan model penilaian yang digunakan, bentuk soal sekaligus kunci jawaban yang ada. Demikian juga dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang dibuat oleh Ibu Heni telah mencerminkan aturan yang ditetapkan., karena dalam pembuatannya beliau menyesuaikan dengan kebutuhan yang ada. Dari wawancara dan observasi terhadap dokumen yang tersedia, dapat dikatakan bahwa guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi pekerti memahami regulasi yang ada dalam PP No 65 dan 66. PP No 65 berkaitan dengan standar proses berupa kegiatan inti dalam pembelajaran
yang
meliputi
proses
mengamati,
menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan. Peraturan yang tercantum dalam PP No 66 yang berupa penilaian ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan juga telah tampak pada rencana pelaksana pembelajaran yang dibuat. Berkaitan dengan pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik, berikut kami sampaikan beberapa wawancara dan observasi kepada guru. Seperti yang disampaikan Bapak Fathan, bahwa pendekatan saintifik kalau diterapkan dalam metode pembelajaran sangat ideal, karena guru hanya berfungsi sebagai fasilitator, bukan satu-satunya sumber belajar yang utama.60 Ibu Nur Sholikah menyampaikan: “Ya sebisanya saya praktekkan pendekatan ilmiah ini, walaupun kadang saya harus menstimulasi siswa untuk bertanya. Praktek ini 60
W(S2)3
94
sangat mendukung dan saya gunakan untuk jurusan RPL, sementara untuk jurusan TKR tidak bisa maksimal.”61
Pernyataan yang sama disampaikan oleh Ibu Heni pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti: “Siswa kebanyakan pasif, sehingga begitu masuk kelas langsung saya bentuk kelompok kecil membahas tugasnya masing-masing. Itu saja saya bisa terapkan untuk jurusan TG dan TB, namun untuk jurusan TKR dan TSM sangat susah saya berikan.”62 Guru-guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah memahami menanya,
pendekatan ilmiah yang meliputi proses mengamati, mengekplorasi,
mengasosiasi
dan
mengkomunikasi.
Implementasi dari kegiatan ini pun terlihat selama proses observasi yang dilakukan oleh peneliti. Metode pembelajaran ilmiah tidak bisa dilepaskan dari penilaian otentik. Data yang kami himpun, sebagian besar diperoleh dari wawancara dan observasi terhadap subyek. Seperti penuturan yang disampaikan bapak waka kurikulum: “Secara umum teman-teman guru sudah memahami penilaian yang harus kita lakukan, walaupun rumit. Hal itu terbukti, ketika para guru harus mengirimkan (3) tiga nilai itu, mereka membuatnya dengan baik, meskipun sejarah nilai itu tidak kami peroleh.” 63 Permasalahan yang muncul memang sudah diakomodir oleh pihak kurikulum terutama berkenaan dengan proses penilaian. Menurut beliau, keluhan dari hampir sebagian guru adalah berkenaan dengan penilaian. Hal ini juga dirasakan oleh bapak waka kurikulum: 61
W(S2)3 W(S2)3 63 W(S2)2a 62
95
“Sebagai guru biasa, memang mudah menjalankan penilaian ini secara tuntas, namun karena beban pekerjaan di kurikulum ini terlalu besar, terkadang kami juga kewalahan untuk menyiapkan semua instrument penilaian yang dibutuhkan.” 64 Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap penilaian otentik terlihat pada aktifitas guru mata pelajaran ini untuk melakukan penilaian pada setiap kompetensi yang diajarkan. Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap yang dilakukan di awal, proses dan akhir pembelajaran, yang digunakan untuk menilai keseluruhan sikap siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Dari berbagai wawancara dan observasi yang telah kami lakukan, kami menyakini bahwa guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK N 1 Tengaran telah memahami undang-undang yang diberlakukan. Terbukti dengan hasil rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dikumpulkan, implementasi pendekatan ilmiah sudah berjalan dan penilaian otentik sudah dilakukan. Namun pembenahan tetap harus dilakukan demi kesempurnaan sebuah program.
2.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Implementasi kurikulum 2013 telah berlangsung sejak bulan Juli 2013, namun pemahaman dari guru tentang pelaksanaan kurikulum 2013 beragam. Beberapa hal yang menjadi pemicunya, salah satunya adalah kesiapan guru memahami kurikulum 2013 yang diwujudkan dalam bentuk pelatihan yang difasilitasi negara. 64
W(S2)2a
96
Pemerintah belum menganggarkan pelatihan yang diberikan untuk guru, selain kepala sekolah. Di bulan Juli - Agustus 2013, ada lima guru yang diminta mengahadiri pelatihan dengan skala nasional untuk guru Matematika dan Bahasa Indonesia masing-masing terdiri dari 2 (dua) orang dan 1 (satu) orang dari mata pelajaran Sejarah Indonesia. Hal ini sangat berpengaruh kepada pemahaman guru untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 dalam proses belajar mengajar. Hal ini diakui oleh waka kurikulum: “Pemerintah kurang cepat dalam mengambil langkah untuk memberikan pelatihan kepada guru, padahal bulan Juli 2013, kurikulum ini harus mulai berjalan. Walaupun pihak sekolah sudah melakukan secara mandiri baik seminar maupun pelatihan pembuatan RPP. Namun, menurut kami hal ini masih kurang banyak, terbukti baru 3 (tiga) guru pengampu mata pelajaran saja yang ditugaskan. Sementara itu masih banyak guru yang belum memahami.”65 .Dari hasil pelatihan yang diberikan kepada tiga pengampu mata pelajaran pun mengalami perbedaan, Hal ini terlihat ketika pembahasan dilakukan untuk menyamakan persepsi dalam pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran. Terlepas dari perbedaan tersebut, dalam kesempatan pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran, terlihat kesiapan guru dalam mengaplikasikan pengetahuan mereka dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Berkaitan dengan pelatihan yang dilakukan oleh pihak sekolah terhadap guru-guru, biasanya mengambil waktu habis jumatan, dimana
65
W(S1)b1
97
pada jam tersebut, pembelajaran diakhiri agak awal dibanding hari efektif yang lain. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah: “Untuk lebih memahamkan kurikulum 2013 ini, sekolah melakukan pelatihan secara mandiri, biasanya kita gunakan hari jumat setelah jumatan. Siswa kelas X memang masih masuk untuk mengikuti ekstra pramuka, namun pembelajaran di kelas hari jumat, selesai jam 11.45.”66 Pelatihan yang dilakukan kurang lebih dimulai bulan Agustus sampai bulan Oktober, kurang lebih ada 10 (sepuluh) kali pertemuan, yang terbagi ke dalam beberapa sesi. Durasi pelatihan yang diberikan, setidaknya mampu mengurangi ketidaktahuan para guru tentang kurikulum 2013 secara umum. Pelatihan kurikulum 2013 pun diadakan oleh Kementrian Agama bidang PAIS kab. Semarang bagi guru pengampu mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti yang dilakukan di hotel Cantik Ungaran, selama tiga (3) hari. Hal ini sangat membantu pemahaman para guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap regulasi yang baru. Hal itu terbukti, ketika kami melakukan observasi terhadap hasil rencana pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang telah dibuat, terbukti
sudah sesuai dengan apa yang
diamanatkan dalam undang-undang no 65. Di dalam rencana pelaksanaan pembelajaran, tertuang kegiatan inti yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan, yang disesuaikan dengan durasi waktu yang dibutuhkan. Begitu juga terhadap
66
W(S1)a
98
penilaian otentik yang harus dilakukan oleh guru meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Sehingga, guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti memahami aturan yang dikeluarkan pemerintah PP No 65 dan No 66 Yang sangat menentukan perbedaan kurikulum 2013 dengan KTSP adalah pendekatan yang diberikan kepada siswa, yaitu pendekatan ilmiah. Hal ini membawa pengaruh kepada proses penyampaian materi kepada siswa. Pemahaman guru dengan adanya pendekatan saintifik telah menunjukkan peningkatan, sebagaimana disampaikan bapak kepala sekolah: “Sesuai dengan supervisi yang saya lakukan terhadap 40 guru, menunjukkan adanya implementasi ilmiah ke dalam proses belajar mengajar di kelas. Walaupun masih ada beberapa yang terkesan memaksakan untuk prakteknya, namun hal itu menunjukkan pemahaman guru terhadap pendekatan ilmiah.” 67 Senada dengan pernyataan bapak kepala sekolah, sengaja kami melakukan observasi terhadap implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, dimana proses belajar mengajar dilakukan secara outdoor. Di awal pertemuan guru melakukan presensi dan memberikan motivasi kepada siswa, dilanjutkan dengan kegiatan inti berupa penyampaian tujuan pembelajaran secara umum dan khusus. Guru menstimulasi siswa dengan guru memberikan peragaan membaca ayat al Qur’an. Dilanjutkan proses tanya jawab antar guru dan siswa maupun siswa dengan siswa. Setelah proses tanya jawab
67
W(S1)a
99
selesai, dilanjutkan dengan pembentukan kelompok kecil, yang diberi tugas sesuai materinya yaitu analisis Qur’an Surat An Nur ayat 2. Pertemuan selanjutnya, dilakukan proses mempresentasikan tugas yang diberikan.68 Dari berbagai wawancara dan observasi yang kami lakukan, bahwa guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti telah memahami implementasi pendekatan ilmiah, meskipun ada beberapa catatan yang harus dilakukan, diantaranya kreatifitas guru yang perlu ditingkatkan supaya proses belajar mengajar berlangsung dengan baik. Sementara untuk pemahaman guru terhadap penilaian otentik, terlihat dari beberapa wawancara dan observasi yang kami lakukan. Disampaikan waka kurikulum dalam rapat briefing pagi: “Penilaian kurikulum 2013 berbeda dengan KTSP yang mencakup tiga aspek yaitu penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Dimohon nilai bisa dikumpulkan ke bidang kurikulum, paling lambat tanggal 12 Desember 2013.”69 Pemahaman guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terlihat pada wawancara yang kami lakukan terhadap bapak Heru Budi selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menyampaikan: “Untuk penilaian sikap, kita mencoba membuat instrument sendiri, walaupun kami kurang tahu betul atau salah. Kalau penilaian ketrampilan sudah ada instrumennya sejak lama.” 70
68
O(S1)c 69 70
W(S1)b1 W(S1)c
100
Hal ini senada yang dilakukan oleh bapak Ashabul Khoir, bahwa penilaian
beliau
lakukan
sebanyak
tiga
ranah
untuk
setiap
kompetensinya. Walaupun merepotkan, namun tetap harus dilakukan. Penilaian otentik yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan difahami oleh guru pengampu mata diklat Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, terbukti dari dokumen penilaian akhir semester gasal (rapot semester gasal) yang ada di kurikulum, menegaskan bahwa penilaian yang diberikan dari pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam mencakup tiga (3) ranah.
B. Respon Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Terhadap Implementasi Kurikulum 2013 1.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab. Semarang Pemberlakuan kurikulum 2013 yang dimulai bulan Juli 2013, memunculkan berbagai ragam tanggapan baik yang memberikan kritik dan menerima dengan pemikiran terbuka terhadap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah bahwa: “SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Semarang yang diminta menerapkan kurikulum 2013 mulai bulan Juli 2013 kemarin. Saya yakin temanteman guru memiliki ragam pendapat mengenai perubahan kurikulum ini. Hal ini wajar, karena perubahan yang mendasar terlihat pada pola dan cara mengajar guru berikut penilaiannya.” 71
71
W(S1)a
101
Senada dengan ini, wakil kepala sekolah bidang kurikulum menyampaikan pendapatnya, sebagai berikut; “Perubahan kurikulum ini membuat kami agak kerepotan, terutama menyikapi perubahan beban dan struktur kurikulum 2013. Beberapa mata pelajaran ditiadakan dan diadakan pengurangan jam tatap muka, seperti mata pelajaran KKPI, IPA dan IPS. Demikian pula dengan penambahan beban jam pelajaran, sehingga mengharuskan siswa kelas X untuk memiliki beban 52 jam dalam seminggu, padahal siswa kelas XI dan XII hanya 47 jam. Sehingga jadwal kepulangan siswa pun mengalami perbedaan, disesuaikan dengan beban jam masing-masing.”72 Perbedaan waktu pulang siswa, mengurangi semangat belajar siswa dan guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini terjadi pada hari sabtu, dimana siswa kelas XI dan XII hanya memiliki 4 (empat) jam pelajaran, sementara kelas X masih harus belajar sampai jam ke 9 (Sembilan). Perubahan beban jam mengajar, terlihat ada beberapa perubahan jam seperti mata pelajaran Penjas dan Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang semula 2 jam menjadi 3 jam seminggu, Bahasa Indonesia yang semula 2 jam, menjadi 4 jam. Wakil kepala sekolah bidang kurikulum pun menyampaikan; “Perubahan jam yang signifikan terjadi di kurikulum 2013 ini, sehingga dengan terpaksa kami menambah jam belajar siswa di hari sabtu sampai jam 15.00, walaupun KTSP hanya sampai jam 10.15. Perubahan jam tersebut pada mata pelajaran Penjaskes, Pendidikan Agama Islam menjadi 3 jam. ”73
72 73
W(S1)b W(S1)b
102
Perubahan jam dari struktur KTSP menjadi kurikulum 2013, membawa perubahan kepada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang semula dua (2) jam perminggu menjadi tiga (3) jam perminggu dengan satuan 45 menit perjamnya. Wawancara yang kami lakukan kepada pengampu mata pelajaran Pendidikan
Agama
Islamdan
Budi
Pekerti,
Bapak
Ashab,
menyampaikan: “Penambahan jam menjadi 3 jam per minggu, memberikan keleluasaan waktu pada kami untuk lebih meningkatkan praktek ibadah dan membenahi sikap siswa. Walaupun materi yang diberikan dalam silabus lebih sedikit dibanding KTSP, namun lebih aplikatif dalam kehidupan siswa sehari hari.”74 Respon positif pun kami peroleh dari bapak Heru, selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, yang menyatakan bahwa pemerintah sangat bijaksana ketika menambah jam tatap muka untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Guru pengampu pun mampu berekspresi untuk penambahan praktik ibadah siswa terutama praktik membaca al Qur’an. 75
Pemberlakuan
kurikulum
2013
terutama
berkaitan
dengan
penambahan jam pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditanggapi positif oleh dua (2) guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Intensitas pertemuan yang
74 75
W(S1)c
W(S1)c
103
banyak, mampu membuat guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti memberikan treatment praktek ibadah kepada siswa.. Berkenaan dengan buku pegangan siswa dan guru, pemerintah menjanjikan akan menerbitkan buku tersebut secepatnya, tetapi yang terjadi di lapangan, pembelajaran satu tahun hampir berakhir, buku yang dijanjikan belum juga ada. Sehingga, keluhan dari guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti berkenaan dengan kesiapan pemerintah menerbitkan regulasi kurikulum 2013 tidak dibarengi dengan kesiapan yang matang. Seperti yang disampaikan bapak kepala sekolah: “Untuk anggaran pembelanjaan dana BOS diharapkan digunakan untuk pembelian buku siswa dan guru. Anggaran ini baru terealisir awal tahun 2014. Namun, sampai bulan ini, Mei 2014, buku pegangan siswa dan guru belum juga datang. Inilah yang menjadi problem terbesar yang menghalangi pelaksanaan kurikulum 2013 berjalan lancar.”76 Ketika hal ini kami konfirmasi kepada petugas perpustakaan, Ibu Nuning Widiastuti, menyampaikan: “Uang dari dana BOS sudah dianggarkan untuk melakukan pembelian 8 (delapan) mata pelajaran, namun sampai bulan ini, Mei 2014 belum ada kelanjutannya. Siswa sudah menanyakan kedatangan buku tersebut.”77
Walaupun buku pegangan siswa dan guru belum datang, sekolah memiliki inisiatif untuk mengambil buku dari internet, kemudian memperbanyak sebanyak 30 (tiga puluh) buah. Namun, keluhan dari
76 77
W(S1)a W(S1)e
104
siswa dan guru pun terdengar, karena, jumlah buku yang diperbanyak tidak mampu memenuhi kebutuhan siswa. Setiap selesai pembelajaran, buku harus dikembalikan ke perpustakaan, karena akan digunakan kelas lain. Seperti yang disampaikan Enadevita, siswa kelas XF: “Setiap kali pembelajaran Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, kami mengambil buku yang ada di perpustakaan dan setelah selesai kami mengembalikannya. Sebenarnya kami masih membutuhkan buku sebagai salah satu sumber belajar dan mengerjakan tugas di rumah, namun buku tidak ada di tempat kami, sehingga kesulitankesulitan muncul.”78
Keluhan guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap pemberlakuan kurikulum 2013, memang dianggap wajar karena pemberlakuan kurikulum 2013 tanpa kesiapan yang matang dari berbagai pihak. Pelatihan yang diberikan kepada guruguru pun terbatas kepada guru mata pelajaran tertentu. Terbukti, di awal tahun 2013, dinas pendidikan hanya menunjuk guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika dan Sejarah untuk mengikuti pelatihan tersebut. Sementara itu, pemberlakuan kurikulum 2013 untuk kelas X harus tetap dilaksanakan. Kerepotan guru dalam menerapkan penilaian otentik (authentic assessment) terlihat pada saat penentuan dalam pembuatan rapot semester gasal. Nilai yang terkumpulkan dari semua guru mata pelajaran terdiri dari nilai sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Berikut tanggapan yang disampaikan staf kurikulum bapak Arif Lestiyono, sebagai berikut:
78
W(S1)f
105
“Kurikulum 2013 ini dari segi penilaian sangat merepotkan kami selaku staf kurikulum yang harus membuat program penilaian yang hasilnya akan kami laporkan kepada orang tua.” 79 Perubahan sikap siswa dianggap merupakan bagian dari pengaruh diberlakukannya penilaian otentik (authentic assessment). Hal ini terungkap dari berbagai pendapat yang disampaikan beberapa guru di sela-sela pelaksanaan rapat pleno kenaikan kelas. Ditambahkan oleh waka kesiswaan: “Pelanggaran terhadap aturan sekolah sangat minim terjadi pada anak kelas X, mungkin pemberlakuan authentic assessment merubah pola dan perilaku hidup mereka. Ketika diprosentasi, paling hanya sekitar 10% siswa melakukan pelanggaran dibanding siswa kelas XI dan XII.”80 Kurikululum 2013 menuai tanggapan positif dan kritikan yang disampaikan dari berbagai sisi. Walaupun keluhan dan kelebihan pemberlakuan kurikulum 2013, guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti tetap optimis dapat melaksanakan amanat yang tertera dalam Undang Undang No 65 dan 66 tentang kurikulum 2013 dengan baik.
2. SMK Negeri 1 Tengaran Implementasi kurikulum 2013 baik dari sisi pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) telah dilaksanakan di SMK Negeri 1 Tengaran mulai bulan Juli 2013. Tanggapan positif maupun negatif dari guru dan siswa dengan
79 80
W(S1)d3 W(S1)b2
106
pemberlakuan kurikulum yang baru, namun pemberlakuan kurikulum 2013 tetap berjalan. Seperti yang diungkapkan Ibu kepala sekolah: “Pemberlakuan kurikulum 2013 di jalankan di SMK Negeri 1 Tengaran mulai juli 2013 yang lalu, walaupun banyak keluhan dari para guru dengan kurikulum 2013 tersebut. Namun, kita selaku sekolah yang ditunjuk dari dinas Pendidikan kab. Semarang untuk melaksanakannya sebaik mungkin.”81 Hal
tersebut
juga
diungkapkan
oleh
waka
kurikulum,
menyampaikan: “Guru banyak mengeluhkan perubahan kurikulum tersebut, diantaranya implementasi scientific approach susah diterapkan untuk mata pelajaran tertentu. Apalagi, authentic assessment sangat merepotkan.”82 Berkaitan dengan penambahan jam yang diberlakukan kepada beberapa guru mata pelajaran, seperti Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Penjaskes dan mata pelajaran kelompok C, waka kurikulum menyampaikan: “Penambahan jam yang ada pada beberapa mata pelajaran tertentu, memberikan angin segar pada kita, karena jumlah guru kita kurang lebih 90 (Sembilan puluh) orang, sehingga pembagian jam merata. Ini berpengaruh pada guru yang sertifikasi, karena tidak perlu mencari jam tambahan dari sekolah lain, untuk memenuhi kebutuhan jam minimal.”83 Ternyata penambahan jam memberikan pengaruh yang positif juga dirasakan oleh ibu Nur Sholikhah selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti: “Penambahan waktu untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kami merasa diuntungkan terutama pemenuhan treatment kepada siswa yang belum bisa membaca al 81
W(S2)1 W(S2)2a 83 W(S2)2a 82
107
Quran, bisa kami masukkan di jam pembelajaran. Tidak seperti tahun kemarin, kami butuh waktu di luar jam untuk membimbing siswa membaca al Qur’an.”84 Seperti yang disampaikan oleh Bapak Fathan, S.Pd.I, bahwa penambahan waktu yang semula dua (2) jam menjadi tiga (3) jam perminggu, mampu membawa perubahan pada sikap keberagamaan siswa terutama dari kesadaran pelaksanaan sholat fardlu. Materi yang ada pun mampu dijelaskan secara leluasa dan mendalam.85 Tanggapan positif disampaikan oleh pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mengenai penambahan waktu tatap muka setiap minggunya. Materi yang diberikan bisa disampaikan secara maksimal, selain itu treatment praktek ibadah mampu terlaksana. Pengiriman
buku
yang
terlambat
dari
distributor
pun
mempengaruhi proses belajar mengajar. Keluhan dari siswa tentang hal ini, diungkapkan oleh Satria, siswa kelas 1RPL2, menyampaikan: “Kami mengalami kesulitan ketika akan mengerjakan tugas dari guru, karena panduan secara resmi belum kami dapatkan. Padahal, lembar kreatifitas siswa pun tidak ada. Untuk mengatasi ini, sering kami browsing materi di internet, selesai proses pembelajaran.” 86 Bu Nur Sholikah selaku pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti menyampaikan hal yang sama. Seperti yang disampaikan: “Kami juga kesulitan memberikan tugas kepada siswa, karena buku belum turun juga sampai sekarang (Mei 2014). Sehingga kami memberikan alternatif lain kepada siswa dengan memberikan soft file. Namun kendalanya, untuk jurusan lain selain RPL, siswa 84 85
W(S2)3
86
W(S2)3 W(S2)6
108
kurang begitu memahami soft file dari materi tersebut karena kurang pemahaman mereka tentang komputer.” 87 Beragam cara ditempuh guru untuk menyampaikan materi itu kepada siswa supaya proses belajar mengajar berjalan dengan baik, seperti yang disampaikan oleh Ibu kepala sekolah: “Kami memberikan kebebasan kepada setiap guru untuk memberikan materi itu kepada siswa. Sehingga pemesanan LKS pun kami ijinkan, karena sampai hari ini (Mei 2014) buku belum sampai.” 88 Selain respon positif terhadap pemberlakuan kurikulum 2013 terhadap mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terutama perubahan struktur kurikulum berupa penambahan jam, namun keluhan muncul dari kurangnya sarana prasarana pendukung berupa buku teks pelajaran. Ini bagian dari kekurangsiapan pemerintah pusat dengan belum terdistribusinya buku pegangan guru dan siswa ke setiap sekolah.
Berkaitan dengan implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach), tidak semua guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mampu mengaplikasikan dengan baik, sebagaimana acuan yang ada di dalam undang-undang no 65. Hal itu terjadi karena beberapa faktor yang menjadi kendalanya. Seperti yang disampaikan Ibu Nur Solichah, pendekatan ilmiah mampu dilaksanakan pada semua program keahlian kecuali pada program keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan. Keaktifan siswa yang
87 88
W(S2)3 W(S2)1
109
menjadi kendalanya. Siswa dari program keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan
cenderung pasif, bahkan diskusi
kelompok kecil tidak bisa terlaksana dengan baik.89 Keluhan ini juga sempat disampaikan oleh waka kurikulum, seperti yang disampaikan: “Banyak guru yang mengeluh dengan implentasi ilmiah ini, karena secara umum kita dipaksa harus melaksanakan, sementara dari berbagai sisi kami belum siap.”90 Keaktifan siswa sangat membantu implementasi pendekatan ilmiah, karena langkah yang harus dilakukan guru yaitu proses menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi. Apabila siswa kesulitan untuk diajak aktif selama proses tersebut, maka implementasi pendekatan ilmiah tidak bisa dilakukan. Hal ini terjadi pada program keahlian tertentu, program keahlian Teknik Sepeda Motor dan Teknik Kendaraan Ringan belum bisa dilaksanakan secara maksimal. Penilaian otentik merupakan bagian yang harus dilakukan oleh pelaksana kurikulum 2013. Dibandingkan dengan pendekatan saintifik dalam proses belajar mengajar, lebih banyak keluhan guru pada penilaian otentik
ini.
Terlihat
kerepotan
dari
berbagai
pihak
untuk
mengimplementasikannya dengan baik. Berbeda halnya dengan Ibu Nur Sholikah, pengampu Pendidikan Agama dan Budi Pekerti menyampaikan:
89
W(S2)3 90
W(S2)2a
110
“Dari pemerintah memang belum menyampaikan form yang harus diisi dari setiap penialain yang ada, namun khusus pendidikan agama dan budi pekerti, kami coba-coba membuat sendiri, yang penting seluruh penilaian yang tercantum dalam undang-undang no 66 terpenuhi. Selain itu penilaian otentik ini memberikan pengaruh yang positif terhadap sikap siswa, karena siswa mengerti bahwa guru menilai sikap mereka baik di kelas maupun di luar kelas.” 91 Kerepotan penilaian otentik disampaikan juga oleh Bapak Joko selaku waka kurikulum: “Semester gasal kemarin kita hanya mencoba menerjemahkan sendiri dari 3 ranah penilaian itu, karena pemerintah juga belum mengeluarkan form secara resmi untuk rapot.”92 Dari ketiga ranah penilaian yang ditetapkan, keluhan lebih banyak pada ranah penilaian sikap, karena penilaian pengetahuan dan ketrampilan sudah sering digunakan terutama pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Seperti yang diungkapkan oleh bapak Fathan, menuturkan bahwa penilaian sikap yang harus diberikan pada siswa terlalu merepotkan dengan berbagai form yang harus disediakan.93 Guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mengeluh tentang pelaksanaan penilaian otentik yang dianggap merepotkan, terutama pada penilaian sikap. Dari berbagai observasi dan wawancara di atas, secara keseluruhan, bisa kami sampaikan beberapa hal, diantaranya, tanggapan positif dari guru dan siswa
dengan pemberlakuan kurikulum 2013,
karena merupakan bagian dari peraturan pemerintah yang harus 91
W(S2)3 W(S2)2a 93 W(S2)3 92
111
dijalankan. Implementasi pendekatan saintifik tidak bisa sepenuhnya terlaksana karena beberapa faktor, diantaranya sarana, kemampuan guru dan kreatifitas guru serta siswa. Berbeda dengan penilaian otentik, menurut mereka terlalu rumit dan membutuhkan waktu yang banyak untuk mengolahnya.
112
BAB IV IMPLEMENTASI PENDEKATAN ILMIAH (SCIENTIFIC) DAN AUTHENTIC ASSESMENT (PENILAIAN OTENTIK) PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI DI KURIKULUM 2013
Setelah peneliti berhasil mengumpulkan data dengan metode wawancara, observasi dan dokumentasi, data akan dianalisis dengan pendekatan dan teknik kualitatif eksploratif.Peneliti mengidentifikasi nara sumber yang ada berdasarkan kepentingan penelitian dan mencatat kejadian-kejadian. Dari kategori-kategori itu peneliti mengembangkan konsep sesuai keadaan yang ada di lapangan. Pendekatan eksploratif merupakan pendekatan penelitian yang berusaha mencari ide-ide atau
hubungan-hubungan yang baru. Kurikulum 2013 merupakan
kebijakan baru sehingga belum banyak yang mengungkap dan melakukan penelitian tentang pendekatan ilmiah maupun penilaian otentik.
A.
Implementasi Pendekatan Ilmiah (Scientific) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Sebagaimana yang telah penulis paparkan pada landasan teori, bahwa perubahan terhadap empat standar pendidikan pada kurikulum 2013 mengacu pada standar isi, standar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran dan standar kelulusan. Sementara itu, standar pembiayaan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan dan standar sarana prasarana tidak mengalami perubahan. Sesuai dengan fokus kajian penelitian tentang implementasi
113
pendekatan ilmiah (scientific) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, kami akan mengacu pada permendikbud No 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses terutama mnegenai prinsip pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013, Implementasi pendekatan ilmiah (scientific) kami dapatkan dari metode observasi dan wawancara yang dilakukan terhadap SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran.
1.
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran Perubahan yang mendasar pada kurikulum 2013 terletak pada
standar kelulusan, standar isi, standar proses dan standar penilaian. Dalam proses belajar mengajar, guru harus menerapkannya ketika berinteraksi dengan siswa. Permendikbud No 65 tentang standar proses telah ditentukan proses belajar mengajar meliputi pendahuluan, kegiatan inti dan penutup.
Menurut hasil wawancara dengan Mei Intan siswa kelas XD Jurusan Teknik Komputer dan Jaringan, menyampaikan: “Biasanya Bapak Heru itu kalau mengajar diberi tugas kelompok untuk diskusi, yang sebelumnya disuguhkan film tentang dakwah nabi Muhammad SAW periode Madinah, yang kebetulan materinya Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah. Saya masuk kelompok 2, kemudian kami diberi waktu untuk mendikusikan tentang strategi dakwah nabi di Madinah. Pertemuan selanjutnya, kami diminta mempresentasikannya di depan kelas dan diadakan tanya jawab.”94
94
W(S1)f
114
Demikian juga ketika salah satu siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak kelas XA Adam Rizananda ditanya hal yang sama yakni proses belajar
mengajar
Pendidikan
Agama
Islam
dan
Budi
Pekerti,
menyampaikan: “Untuk semester genap kami telah dibagi tugas setiap kelompoknya. Satu kelas dibagi menjadi empat (4) kelompok, dimana masing masing kelompok memiliki tugas untuk membahas setiap judul bab. Saya sudah menyelesaikan tugas karena termasuk kelompok 1 y aitu membahas materi tentang perintah dalam ayat mencari ilmu. Untuk sekarang, baru sampai kelompok 3 yaitu tentang Wakaf. Waktu itu kami diminta mencari materi di internet dan buku yang ada di perpustakaan, kemudian kami mendiskusikan dengan teman kelompok dan membuat laporan tugas dalam bentuk power point. Setelah pertemuan selanjutnya kami mempresentasikannya.”95 Pendapat lain yang berhasil peneliti temukan ketika menanyakan tentang pelaksanaan permen No 65 tentang standar proses kepada siswa kelas XB jurusan Rekayasa Perangkat Lunak B’tari Alma, katanya: “Pak Aab itu kalau ngajar enak, suka pindah pindah tempat, tidak hanya di kelas, kadang di samping lapangan basket, kadang di masjid habis sholat dhuhur. Untuk materi yang baru diajarkan sekarang tentang wakaf. Kemarin kita diminta melihat video karya siswa jurusan Multi Media kelas XI, videonya lucu tapi mengena, diantaranya tentang anjuran melakukan wakaf. Kemudian, kita dibagi menjadi empat kelompok, diantara masing-masing kelompok mengkaji pengertian, hukum, syarat-syarat wakaf dan hikmah wakaf. Kita diskusikan tugas masing masing kelompok dan membuat catatan penting. Pertemuan minggu berikutnya kita mempresentasikannya tanpa membaca teks, tidak menggunakan metode hafalan tapi pemahaman kita. Pada saat presentasi ada tanya jawab, diteruskan dengan membahas semua materi yang ada. Untuk pertemuan selanjutnya diagendakan ada ulangan lisan dan tertulis.”96
95 96
W(S1)f W(S1)f
115
Sedangkan berdasarkan hasil observasi penulis pada proses belajar mengajar oleh Bapak Ashabul Khoir, S.Pd.I pada Selasa, 22 April 2014 kelas XH Jurusan Multimedia jam ke 3, 4 dan 5, sebagai berikut: 1) Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa, melakukan presensi dan meminta tagihan tugas kelompok selama libur UN kelas XII 2) Jam 09.15-09.30 Istirahat 3) Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok pokok materi yang harus dikuasai siswa 4) Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan menginventarisir barang berharga yang menjadi miliknya dan melihat bagaimana praktik sedekah dan zakat yang ada di daerahnya 5) Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang kegunaan dan cara memanfaatkan barang yang dimiliki sesuai ajaran agama Islam. 6) Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberian tugas kelompok sesuai tema masing-masing.97 Observasi ini kami lanjutkan pada pertemuan berikutnya yaitu pada Selasa 29 April 2014, sebagai berikut: 1) Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikan posisi tempat duduk sesuai kelompok siswa 2) Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkan kelompoknya untuk presentasi 3) Jam 09.15-09.30 Istirahat 4) Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok secara bergantian98 Sementara itu, hasil observasi terhadap proses belajar mengajar yang dilakukan oleh Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag pada Sabtu, 26 April 2014, sebagai berikut: 1) Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan meminta siswa membersihkan kelas
97 98
O(S1)c O(S1)c
116
2) Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokokpokok materi tentang Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah 3) Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabi di Madinah dengan tiga film yang berbeda, guru meminta siswa mengamati tanyangan yang ada dengan LCD Proyektor 4) Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang film yang telah diputar tadi 5) Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yang ada, dibagi menjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw 99 Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan selanjutnya, pada Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut:
1) Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukan presensi, meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya 2) Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yang memiliki tugas yang sama sebelum kembali ke kelompoknya. 3) Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali ke kelompoknya menjadi kelompok ahli 4) Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikan tugasnya dengan tanya jawab 5) Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi 6) Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu penilaian tertulis.100
Pernyataan yang disampaikan Bapak Heru Budi Wiyatno, S.Ag, berkenaan dengan implementasi pendekatan saintifik dalam
mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, sebagai berikut: “Saya mengajar Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti hanya dua (2) kelas yaitu kelas XD dan XE. Sebisa mungkin, saya akan pahami dan terapkan sesuai kemampuan saya.” 101 Dari hasil observasi di atas menggambarkan guru menggunakan langkah awal dalam pembelajaran dengan meminta siswa mengamati 99
O(S1)c O(S1)c 101 W(S1)c 100
117
tayangan gambar, film atau video, buku pegangan siswa maupun sumber belajar yang lain. Pernyataan ini sesuai dengan wawancara peneliti dengan Rizki Zulva, siswa kelas XD, sebagai berikut: “Kebanyakan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang diampu oleh Bapak Heru, kita disuguhkan dengan film-film yang menggambarkan tentang materi yang ada. Film yang paling berkesan menurut saya ketika melihat peristiwa hijrahnya nabi Muhammad SAW ke Madinah.”102 Demikian juga ketika peneliti mewawancarai siswa Tya Ariani siswi kelas XJ jurusan Multimedia menyampaikan: “Sebelum Pak Aab meminta kita (para siswa) untuk berdiskusi kelompok, biasanya kita diminta mempelajari dan membaca buku pegangan siswa, kadang juga buku ensiklopedi yang sesuai dengan materi yang diajarkan. Beberapa kali, kita diperlihatkan video karya kakak kelas.”103 Langkah
kegiatan
inti
yang
pertama
yaitu
mengamati,
diimplementasikan guru dengan memanfaatkan teknologi informasi yang sesuai dengan prinsip pembelajaran kurikulum 2013. Hal ini sesuai dengan Bab IV Pelaksanaan Pembelajaran yang berkaitan dengan Persyaratan Pelaksanaan Proses Pembelajaran yang meliputi Alokasi Waktu Jam Tatap Muka Pembelajaran, Buku Teks Pelajaran dan Pengelolaan Kelas.104 Alokasi waktu yang diharapkan yaitu 45 menit setiap jam tatap muka pembelajaran untuk SMK/SMA sudah dilaksanakan sesuai aturan yang ada. Walaupun masih dibutuhkan kedisiplinan guru untuk mengawali pembelajaran sesuai waktu yang telah ditetapkan. Beberapa faktor menjadi 102
W(S1)f W(S1)f 104 Salinan lampiran Permendikbud No 65…. 103
118
pemicu ketidakdisiplinan masuk tepat waktu. Pengelolaan kelas yang meliputi guru melakukan pengaturan tempat duduk di awal pembelajaran, dan penggunaan ruang selain kelas formal yang digunakan dijalankan sesuai harapan. Kekurangan yang ada yaitu volume dan intonasi suara guru ketika di luar ruang kelas formal perlu ditingkatkan. Dalam kegiatan pendahuluan, guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran dengan memberi motivasi belajar siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.105 Dari observasi yang kami peroleh, kami mendapatkan bahwa guru melaksanakan serangkaian proses yang dimulai dari memberikan motivasi dan menyampaikan tujuan dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Sehingga penyimpangan terhadap Permendikbud No 65 tentang Kegiatan Pendahuluan tidak nampak dan berjalan dengan baik. Proses menanya, telah diimplementasi walaupun masih dibutuhkan stimulus dari guru untuk mengarahkan proses ini berjalan dengan lancar, guru perlu memberikan rangsangan supaya siswa bertanya setelah mengamati materi yang disuguhkan. Gurupun memberikan rangsangan nilai tambahan bagi siswa yang aktif. Ketika peneliti mengkonfirmasi kenyataan ini kepada guru pengampu baik Bapak Ashab maupun Bapak Heru, mereka memiliki kesamaan jawaban, diantaranya: “Siswa kelas X merupakan siswa yang heterogen dari berbagai daerah, sehingga dibutuhkan adaptasi dan penyamaan persepsi di 105
Salinan Lampiran Permendikbud No 65….
119
antara mereka. Kebiasaan lama yang dimiliki siswa ketika SMP yaitu menerima materi dengan metode ceramah tanpa diminta mengkritisi yang telah mereka terima. Faktor lain, juga dikarenakan kesiapan siswa menerima materi baru yang belum pernah mereka dengar. Selain itu, kemampuan untuk mengungkapkan pendapat sangat rendah.”106 Berbagai kekurangan yang tampak dari observasi dan wawancara yang kami dapatkan, tidak sesuai dengan pendapat dari Kenneth bahwa The Scientific Method is a process for experimentation that is used to explore observations and answer question.107Walaupun berbagai faktor yang melatarbelakangi kegiatan inti kedua yaitu menanya tidak berjalan seperti harapan, tetapi guru mempunyai usaha untuk menstimulasi kegiatan tersebut. Langkah ketiga dalam kegiatan inti yaitu mengeksplorasi, dimana siswa diminta mencari, menemukan atau mendapatkan materi, yang dikenal dengan istilah discovery learning, merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain (project based learning), dan siswa untuk secara aktif menyelesaikan masalah dan membangun pengetahuannya (problem based learning). Berbagai macam model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan, kelebihan dan kekurangan masing-masing. Discovery learning merupakan suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat,
106 107
W(S1)c Mc Guire, Using…
120
diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.108 Untuk kegiatan mengeksplorasi, guru cenderung menggunakan discovery learning dimana siswa diminta untuk mencari dan menemukan sendiri materi sesuai tema yang sedang diajarkan, dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas. Selama proses itu, sumber belajar bisa diambil dari banyak tempat. Terkadang kendala muncul, ketika siswa membutuhkan jaringan internet, namun pada saat bersamaan ada ujian online untuk siswa dari kelas lain. Hal ini disampaikan oleh Bapak Heru, sebagai berikut: “Kami sering meminta siswa mencari materi di internet, namun bersamaan dengan ujian online kelas lain, sehingga loading materinya susah. Siswa memiliki alternatif lain, biasanya mereka membawa modem ke sekolah, untuk mengantisipasi kejadian seperti ini. Pendekatan discovery learning paling cocok diterapkan pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dibanding dengan dua pendekatan lainnya.”109 Selama proses mengeksplorasi, terlihat ada proses mengasosiasi materi antar siswa dalam kelompok kelompok kecil maupun dalam kegiatan mengkomunikasikan berupa presentasi kelompok. Durasi yang ditentukan
menyesuaikan kebutuhan kelompok dan kelas untuk
menyelesaikan prosesnya. Kegiatan inti yang berikutnya berjalan dengan sempurna, dimana guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil. Kelompokkelompok tersebut melakukan kegiatan menemukan materi sesuai tugas 108 109
Roestiyah, Strategi… W(S1)c
121
yang diberikan kemudian menyamakan persepsi di antara mereka dan mempresentasikan hasilnya. Dibandingkan kegiatan inti yang lain, mengeksplorasi, mengosiasi dan mengkomunikasi memiliki tingkat pelaksanaan yang tinggi. Durasi waktu yang dibutuhkan lebih banyak dibanding yang lain. Bahkan, proses ini membutuhkan waktu sampai 1 (satu) kali pertemuan atau lebih. Kegiatan mengasosiasi, mengeksplorasi dan mengkomunikasi memiliki pengaruh yang positif terhadap siswa terutama keaktifan siswa dalam kelompoknya, keberanian mengungkapkan ide dan gagasan dan keberanian menyampaikan hasil diskusi kelompok di depan kelas. Hal ini, seperti yang diungkapkan oleh Suherman, bahwa keunggulan Discovery Learning diantaranya siswa aktif dalam kegiatan belajar dan melatih siswa untuk memperoleh pengetahuan dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.110 Langkah kegiatan inti yang terakhir yaitu menyimpulkan, dimana siswa bersama dengan guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Kenyataan yang ada, biasanya guru yang lebih mendominasi kegiatan ini. Terlihat Pak Heru dan Pak Ashab menyimpulkan materi lebih banyak dibandingkan
dengan
siswa.
Ketika
kami
konfirmasi
mereka
menyampaikan: “Biasanya kita agak terburu-buru ketika tahu bahwa waktu hampir habis, sementara rangkaian kegiatan belum semua kita laksanakan, 110
Suherman, Common…
122
jadi untuk kegiatan menyimpulkan lebih banyak kami yang melakukan.”111 Ada kesesuaian antara Permen No 65 tentang standar proses belajar mengajar yang diarahkan menggunakan pendekatan saintifik dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang dibuat oleh Musyawarah Guru Pendidikan Agama Islam SMK Telekomunikasi, diantaranya: A. Langkah-langkah Pembelajaran No. Kegiatan 1.
Waktu
Pendahuluan a. Membuka pembelajaran dengan dengan salam dan berdo’a bersama dipimpin oleh salah seorang 20 menit peserta didik dengan khusuk b. Memperlihatkan kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadirandan memeriksa kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran; c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan tema d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan dicapai; e. Menyampaikantahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, berdiskusi, mengkomunikasikan dengan menyampailan, menanggapi dan membuat kesimpulan hasil diskusi
111
W(S1)c
123
No.
Kegiatan
Waktu
2.
Kegiatan Inti
145 Menit
a. Mengamati - Mencermati bacaan teks tentang substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah - Meyimak penjelasan materi tersebut di atas melalui tayangan video atau media lainnya. b. Menanya - Apa substansi dakwah Rasulullah di Madinah? - Apa strategi dakwah Rasulullah di Madinah? c. Mengeksperimen/Mengexplorasi - Peserta didik mendiskusikan substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah. - Guru mengamati perilaku semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah. - Guru berkolaborasi dengan orang tua untuk mengamati perilaku semangat ukhuwah sebagai implementasi dari pemahaman strategi dakwah Rasulullah SAW di Madinah. d. Asosiasi - Membuat kesimpulan materi substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah. e. Komunikasi. - Mempresentasikan /menyampaikan hasil diskusi tentang materi substansi dan strategi dakwah Rasullullah SAW di Madinah.
3.
Penutup a. Melaksanakan penilaian dan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau tanggapan peserta 15 Menit didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya b. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik yang menguasai materi
124
No.
Kegiatan c.
Waktu
Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.112
Durasi waktu yang telah ditetapkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran mengalami pergeseran, dikarenakan menurut pengamatan peneliti terdapat beberapa faktor diantaranya kondisi kesiapan siswa, kesiapan ruang kelas maupun kondisi mata pelajaran yang berlangsung sebelum dan sesudahnya. Seperti terlihat proses kegiatan belajar yang diampu oleh Bapak Ashab dan Bapak Heru pada kegiatan pendahuluan yang waktu yang ditetapkan 20 menit, namun pada kenyataannya kegiatan pendahuluan membutuhkan waktu 40 menit, karena ada penagihan tugas setelah siswa libur UN. Hal itu juga terjadi pada pada proses belajar mengajar yang diampu oleh Bapak Heru, yang membutuhkan waktu 40 menit di awal karena meminta siswa untuk membersihkan ruangan. Sesuai dengan perencanaan pembelajaran yang tertuang dalam Salinan Lampiran Permendikbud No 65 tentang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disebutkan bahwa komponen RPP terdiri dari identitas sekolah, identitas mata pelajaran, materi, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, kompetensi dasar, materi pembelajaran, metode, mdia pembelajaran,
sumber
belajar,
langkah-langkah
penilaian.113
112
D(S1)3 Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
113
pembalajaran
dan
125
Dari RPP yang kami dapatkan, terdapat kesesuaian antara RPP yang dimiliki guru pengampu PAI dan Budi Pekerti dengan aturan yang terdapat di dalam Permendikbud No 65. Prinsip pembelajaran dalam Kurikulum 2013 sesuai dengan Permendikbud No 65 tahun 2013, diantaranya guru bukan satu-satunya sumber belajar. Hal ini terlihat pada observasi peneliti, guru sering kali meminta siswa untuk mencari materi yang telah ditentukan melalui internet maupun buku di perpustakaan. Selaras juga dengan kutipan wawancara peneliti kepada petugas perpustakaan Ibu Nuning Widiastuti, A.Md, menyampaikan: “Pada jam-jam Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pak Heru dan pak Aab sering meminta siswa meminjam buku, baik buku pegangan siswa maupun sumber belajar yang lain, seperti koran maupun majalah. Bahkan satu (1) jam siswa diminta langsung ke perpustakaan untuk mengakses materi baik melalui internet maupun buku, sampai perpustakaan penuh dengan siswa.”114 Pengaturan
tempat
duduk
bagi
siswa
dilakukan
untuk
mengoptimalkan proses belajar mengajar berjalan dengan lancar. Hal ini sudah dilakukan oleh Pak Heru dan Pak Ashab pada kegiatan pendahuluan. Namun, perlu ada kreatifitas guru untuk menatanya dengan rapi dan tertib. Sesuai observasi peneliti, pengaturan tempat duduk dilakukan ala kadarnya, tanpa memperhatikan kebutuhan, keindahan dan kenyamanan siswa dalam proses belajar mengajar. Keadaan ini juga berlaku ketika pembelajaran dilakukan secara outdoor, yang dilakukan
114
W(S1)e
126
tanpa meja dan kursi yang memadai sehingga konsentrasi siswa mudah pecah dan guru harus berulangkali mengingatkan siswa. Walaupun pembelajaran outdoor perlu dilakukan untuk menghindari kebosanan, seperti yang disampaikan Hamba Fikri Kelas XC, sebagai berikut: “Sekali-kali kita butuh refresh dengan outdoor, karena ketegangan bisa hilang. Biasanya dalam satu semester pak Aab 2 sampai 3 kali melakukan outdoor. Walaupun, konsentrasi gampang hilang karena suara Pak Aab kurang keras dan tempat untuk duduk dan diskusi kurang mendukung. ”115 Proses belajar mengajar pada siswa jurusan Teknik Kendaraan Ringan berbeda dengan jurusan yang lain. Kenyataan ini tampak ketika peneliti melakukan observasi pada kelas XK, Rabu 23 April 2014 jam ke 7-9, sebagai berikut: 1) Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi dan tagihan tugas selama libur 2) Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materi dan langkah pembelajaran 3) Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayangan video contoh praktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagian siswa tertidur, guru sudah mengingatkan dan meminta cuci muka, namun terjadi berulang-ulang) 4) Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya dengan menyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namun tidak ada siswa yang bertanya) 5) Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat (4) kelompok 6) Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswa untuk berdiskusi tahap I dan menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya diantaranya siswa diminta mencari materi di rumah baik via internet maupun buku rujukan yang lainnya.116
115 116
W(S1)f O(S1)c
127
Peneliti melanjutkan observasi pada pertemuan berikutnya, rabu, 30 April 2014 jam ke 7 – 9, sebagai berikut: 1) Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi, memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur (ada beberapa siswa yang dihukum karena membolos shalat jamaah dhuhur) 2) Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumah yang diberikan minggu lalu (hanya dua kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya) dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikannya. 3) Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikan tugas kelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karena tanya jawab hanya dilakukan oleh dua siswa yang sama setiap kelompok yang maju) 4) Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan meminta siswa membersihkan kelasnya.117 Untuk menambah akurat hasil penelitian, peneliti melakukan observasi pada Rabu, 14 Mei 2014 dengan materi yang berbeda yaitu Strategi dan Substansi dakwah Rasulullah SAW periode Madinah, sebagai berikut: 1) Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi, memberikan motivasi ibadah dan memberikan contoh pergaulan yang benar 2) Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokokpokok materi yang akan diajarkan berikut langkah-langkah pembelajaran (siswa keberatan dengan metode diskusi, mereka meminta guru supaya materi dijelaskan langsung tanpa ada pembagian kelompok) 3) Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputar materi (respon hanya sedikit) 4) Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi Dakwah Nabi periode Madinah 5) Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaan seputar materi yang telah diajarkan (respon siswa sudah lebih banyak) 6) Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan dengan mengajak siswa bersama.118 117
O(S1)c
128
Selain observasi, peneliti juga melakukan wawancara dengan Pak Ashab selaku pengampu kelas XK, sebagai berikut: “Kami kesulitan untuk menerapkan kurikulum 2013 terutama untuk langkah-langkah pembelajaran yang dimulai dari mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan. Siswa di jurusan Teknik Kendaraan Ringan secara umum pasif kalau diminta berdiskusi.”119 Ada perbedaan perlakuan antara siswa di jurusan Teknik Kendaraan Ringan dengan siswa di jurusan yang lain. Untuk menemukan jawabannya, peneliti melakukan wawancara dengan ketua Panitia Penerimaan Siswa Baru (Bapak Hendra Christanto, S.Pd), menyampaikan: “Input siswa jurusan TKR memang berbeda dengan siswa jurusan TKJ, RPL maupun MM. Siswa yang memilih jurusan TKR biasanya memiliki jumlah nilai rapot maupun UN lebih rendah dibanding jurusan yang lain.”120 Hal senada juga disampaikan WAKA 1 Bapak Wisnu Handoko, S.T, sebagai berikut: “Posisi nilai siswa TKR dibanding dengan siswa jurusan lain lebih rendah, walaupun kita memberikan perlakuan yang sama, faktor utamanya dari input yang rendah.”121 Dengan melihat data di atas, maka implementasi pendekatan saintifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan, dalam langkah-langkah proses belajar mengajar meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi telah mencerminkan aturan dalam
118
O(S1)c W(S1)c 120 W(S1)d 121 W(S1)b 119
129
permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu ada catatan, seperti pengelolaan kelas yang meliputi pengaturan suara guru ketika proses belajar mengajar terjadi terutama setting tempatnya berada di luar kelas formal dan proses menanya yang masih butuh stimulus dari guru. Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini diterapkan pada kelas TKR, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya bisa dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan menginterpretasikannya. 2.
SMK Negeri 1 Tengaran Pada bulan Juli 2013 implementasi kurikulum 2013 serentak
diberlakukan di lima (5) SMK sekabupaten Semarang, salah satunya di SMK Negeri 1 Tengaran. Sebagaimana wawancara kami dengan Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, menyampaikan: “SMK Negeri 1 Tengaran telah mengimplementasikan kurikulum 2013 semenjak Juli 2014 kepada semua mata pelajaran terutama Pendidikan Agama Islam, dimana guru-guru pengampunya menjadi pioner pelaksanaan kurikulum 2013 sehingga menjadi contoh bagi mata pelajaran yang lain.”122 Di dalam salinan Lampiran permendikbud No 65 tentang Pengelolaan Kelas, disebutkan bahwa Guru memberikan motivasi belajar siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran berikut kompetensi dasarnya dan menyesuaikan pengatura tempat duduk siswa sesuai dengan karakteristik proses pembelajaran.123
122 123
W(S2)2 Salinan lampiran Permendikbud No 65….
130
Observasi yang kami lakukan untuk kelas 1RPL1 dengan pengampu Dra Nur Scolicha, M.Pd, Sabtu, 26 April 2014 1) Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi 2) Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran berikut langkah-langkah yang akan dilalui 3) Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi ekonomi masyarakat sekitar, siswa diminta mengamati 4) Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Respon bagus, komunikasi terjalin baik) 5) Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok 6) Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I 7) Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan berikutnya124 Observasi peneliti lanjutkan pada pertemuan minggu berikutnya, sabtu 3 Mei 2014 1) Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menata posisi tempat duduk siswa sesuai kelompok 2) Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II 3) Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok 4) Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi 5) Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan selanjutnya125 Peneliti pun berhasil mewawancarai siswa kelas IRPL3 (Umi Nur Fadhilah), sebagai berikutnya: “Belajar PAI dan Budi Pekerti yang diampu oleh Ibu Nur menyenangkan, karena kita sering kali diminta diskusi, diperlihatkan film-film Islam, pembelajaran pun terkadang dibawa keluar dari kelas.”126 Proses pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Salinan Permendikbud No 65 dimana guru selalu 124
O(S2)3 O(S2)3 126 W(S2)6 125
131
mengawali
dengan
memberikan
motivasi,
menyampaikan
tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dan mengatur posisi tempat duduk siswa. Pola pengaturan pun terlihat ketika pembelajaran di lakukan di luar kelas. Dari hasil obervasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap kelas IRPL1 dan IRPL3, proses mengamati terlihat dari siswa diminta mengamati potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi masyarakat sekitar. Kreatifitas guru terlihat dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Salinan Lampiran Permendikbud
No
65
tentang
Pelaksanaan
Pembelajaran
yang
menyebutkan bahwa dalam kegiatan inti berupa ketrampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji dan mencipta.127 Mengamati merupakan awal
proses kegiatan inti yang harus
dilakukan oleh guru. Dari wawancara dan observasi yang kami lakukan, kami mendapatkan bahwa proses kegiatan mengamati telah dijalankan dengan baik. Langkah selanjutnya guru meminta tanggapan siswa dengan memperhatikan kenyataan yang ada di sekitarnya, akhirnya muncul diskusi dari gambar yang diberikan. Pendekatan yang digunakan discovery learning, dimana siswa diminta mencari materi yang telah ditentukan menggunakan berbagi sumber belajar.
127
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
132
Proses mengeksplorasi yang diterapkan agak terbatas pada buku pegangan siswa dan ensiklopedi Islam. Keterbatasan untuk mengakses internet karena siswa tidak membawa perangkat yang dibutuhkan. Selama proses mengeksplorasi inilah, proses diskusi kecil masing-masing kelompok yang melahirkan proses mengasosiasikan dalam pengetahuan baru ke dalam catatan yang nantinya digunakan sebagai bahan untuk presentasi. Walaupun sumber belajar diperoleh secara sederhana, namun terdapat kesesuaian dengan prinsip pembelajaran yang digunakan diantaranya dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar.128 Tahapan selanjutnya mengkomunikasikan hasil diskusi kecil ke dalam kelas secara bergantian. Keseluruhan proses mulai dari mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasikan dan mengkomunikasikan berjalan dengan baik. Namun kenyataan itu berbeda ketika peneliti melakukan observasi di kelas IKR2, pada Jum’at, 25 April 2014, sebagai berikut: 1) Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, merapikan seragam yang dikenakan siswa 2) Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran 3) Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil buku pegangan guru di perpustakaan dan membaginya kepada siswa 4) Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan (respon kecil) 5) Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal 128
Salinan Lampiran Permendikbud No 65…
133
6) Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya 129 Ketika peneliti menemukan perbedaan perlakuan terhadap kelas IKR2 dibanding dengan kelas IRPL1, ada konfirmasi dari Ibu Nur selaku pengampu PAI dan Budi Pekerti, sebagai berikut: “Dari awal semester gasal kemarin, kami sudah mencoba untuk menerapkan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam kurikulum 2013, namun hasilnya tidak maksimal untuk siswa jurusan Kendaraan Ringan, ketika mereka diminta untuk diskusi, mereka hanya diam, siswanya cenderung pasif, mungkin karena inputnya berbeda dengan jurusan BG, TB maupun RPL. Sehingga sampai sekarang, pendekatan ceramah dan klasikal masih saya pakai untuk kelas jurusan KR.”130 Untuk melengkapi data, peneliti melakukan wawancara dengan siswa kelas IKR1 (Muhammad Aminudin), menyampaikan: “Saya lebih suka apabila proses belajar mengajar dengan dijelaskan secara langsung tidak perlu ada penugasan-penugasan tertentu, atau diskusi. Saya tidak perlu melakukan sesuatu yang lebih selain mendengarkan. Tapi ya cepat lupa, hari ini dijelaskan besok lupa, apalagi kalau tiba-tiba ada ulangan mendadak, pasti nilainya jelek.”131 Prinsip pembelajaran yang dianut dalam kurikulum 2013, diantaranya dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu.132Prinsip tersebut belum bisa terlaksana dengan maksimal, dimana siswa hanya siap mencari materi dan informasi dari guru, tanpa bisa melakukannya
secara
mandiri.
Kesiapan
pembelajaran masih mengalami banyak kendala.
129
O(S2)3 W(S2)3 131 W(S2)6 132 Salinan Lampiran Permendikbud No 65… 130
siswa
sebelum
proses
134
Implementasi kurikulum 2013 membutuhkan kesiapan dari semua pihak, baik siswa, sarana maupun guru. Kesiapan dan keinginan siswa di kelas IRPL3 lebih baik dibanding kelas IKR2. Observasi pada pengampu PAI dan Budi Pekerti yang lain, yaitu Ibu Heni Wulandari, pada hari Sabtu, 30 April 2014 kelas ISM1, sebagai berikut: 1) Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi 2) Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yang relevan 3) Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi 4) Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materi yang ada di buku pegangan siswa 5) Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok 6) Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I133 Pertemuan selanjutnya, Rabu, 7 Mei 2014 1) Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doa dan melakukan presensi 2) Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II 3) Jam 09.13 – 10.00 Presentasi 4) Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup134 Dari hasil observasi, peneliti mendapatkan data bahwa proses kegiatan pendahuluan dilaksanakan, namun dalam kegiatan inti, peneliti melihat ada kekurangannya yaitu tidak adanya proses menanya antara siswa dan guru dan sebaliknya. Kami mengkonfirmasi hal ini kepada Ibu Heni, beliau menyampaikan “Khususnya saya belum begitu faham dengan tahapan yang harus dilalui, karena saya belum pernah ikut pelatihan, pemahaman yang 133 134
O(S2)3 O(S2)3
135
saya dapat dari Ibu Nur maupun Pak Fathan ternyata belum sempurna.”135 Peneliti juga melakukan wawancara dengan siswa kelas ISM1 (Muji Utami), menyampaikan: “Bu Heni jarang meminta kita melakukan diskusi, kebetulan saja waktu materi wakaf, kami dibentuk kelompok untuk membahas materi ini, sebenarnya kami lebih suka dengan model diskusi, ingatnya materi itu lebih lama dibanding hanya dijelaskan saja.” 136 Hal senada juga disampaikan oleh Wahyu Wulansari, siswa kelas ITB2, menyampaikan: “Ya Bu Heni itu kalau di kelas ya langsung menjelaskan materi tidak pernah dilihatkan film atau video, tidak seperti teman saya yang jurusan RPL yang diajar sama Ibu Nur, mereka selalu diajar dengan cara yang berbeda-beda.”137 Kenyataan yang ada di lapangan tentang masalah guru yang bersangkutan ternyata memiliki perbedaan denga pernyataan yang disampaikan oleh Sardiman bahwa tugas dan peranan guru, antara lain: menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari, dan mengontrol serta mengevaluasi kegiatan belajar siswa.138Sehingga, setiap guru baik yang sudah mendapatkan pelatihan maupun belum, memiliki kinerja dan kompetensi yang sesuai. Observasi kami lanjutkan pada guru pengampu Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang lain, yaitu Bapak Fathan Budiman, S.H.I,
135
W(S2)3 W(S2)6 137 W(S2)6 138 A.M.Sardiman, Interaksi… 136
136
beliau
bukan
lulusan
dari
fakultas
tarbiyah,
namun
mampu
mengimplementasikan materi ajar dengan baik. Hal ini terlihat dari wawancara kami dengan siswa kelas X Boga, sebagai berikut: “Pak Fathan, kalau ngajar enak, biasanya kita diajak keluar dari kelas, menjelaskannya pun gampang difahami. Metode yang dipakai macam-macam, terkadang kita dilihatkan video.”139 Hal ini senada dengan observasi pada kelas X TG, selasa 22 April 2014 jam 12.15 – 14.30 1) Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan memotivasi ibadah 2) Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokok tentang wakaf 3) Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf 4) Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya 5) Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil 6) Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan ke mushola untuk kegiatan selanjutnya 7) Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I 8) Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan selanjutnya 140
Observasi minggu berikutnya, selasa 29 April 2014 jam 12.15 – 14.30 1) Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukan presensi 2) Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II 3) Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok 4) Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan berikutnya yaitu tes pengetahuan tertulis dan menutup proses belajar mengajar.141 Dari hasil observasi, kami mendapatkan data bahwa kegiatan pembelajaran dimulai dari pendahuluan. Hal ini terlihat selama proses 139
W (S2)6 O(S2)3 141 O(S2)3 140
137
pendahuluan diawali dengan memimpin doa, melakukan presensi dan memotivasi belajar serta ibadah siswa. Selama proses kegiatan inti, kami menemukan kegiatan menanya masih banyak didominasi oleh guru. Ketika kami
konfirmasi
kepada
guru
pengampu,
pak
Fathan,
beliau
menyampaikan bahwa: “ Siswa belum bisa secara mandiri memberikan pertanyaan, rasa ingin tahu terhadap sesuatu masih rendah, kepedulian terhadap lingkungan pun rendah, akhirnya, yang kami lakukan menstimulasi siswa supaya bertanya dengan tambahan informasi dan bahkan memberikan pertanyaan terlebih dahulu.”142 Pendekatan saintifik yang digunakan sama dengan salah satu implementasi
kurikulum
2013,
yang
meliputi
observing,
questioning…143Dari data yang kami peroleh, proses menanya tidak berjalan dengan sempurna, masih dibutuhkan stimulus dari guru supaya siswa mau bertanya. Hal ini merupakan salah satu hambatan implementasi kurikulum 2013 berjalan dengan sempurna yaitu kesiapan dari siswa itu sendiri. Kegiatan selanjutnya berupa mengeksplorasi dan mengasosiasi, dilakukan dengan baik dan siswa mampu menggunakan kesempatan sebaik mungkin, hal ini terlihat dari keseriusan mereka mencari materi yang ditugaskan baik buku paket yang tersedia maupun materi yang diperoleh dari sumber lain. Proses mengeksplorasi dilakukan selama dua kali pertemuan, karena waktu yang tidak memungkinkan untuk dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hal ini, mempermudah siswa untuk 142 143
W(S2)3 Resti fauziah, Pendekatan...
138
mencari materi dari sumber lain, terutama internet. Model selanjutnya berupa mempresentasikan hasil dari diskusi untuk setiap kelompok secara bergiliran. Selama proses diskusi kelas, terjadi proses tanya jawab dan kritikan dari kelompok lain. Kelemahan terlihat pada kegiatan penutup, diantaranya guru tidak menyimpulkan materi bersama siswa. Dari data di atas, maka implementasi pendekatan santifik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Negeri 1 Tengaran, dalam langkah-langkah proses belajar mengajar meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiakan dan mengkomunikasikan telah mencerminkan aturan dalam permendikbud No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Walaupun perlu ada catatan, seperti kemampuan guru dalam menguasai metode dan cara menyampaikan materi kepada siswa harus lebih diperhatikan, seperti proses menanya yang lebih didominasi oleh guru dan menyampaikan kesimpulan setelah proses belajar mengajar berakhir. Pemahaman guru pengampu terhadap metode saintifik perlu ditingkatkan melalui pelatihan atau belajar secara mandiri. Pendekatan saintifik berjalan dengan baik pada jurusan tertentu seperti siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak, dimana penguasaan komputer dan internet lebih baik dibanding jurusan lain, hal ini didukung proses mengeksplorasi sering menggunakan media laptop atau komputer. Untuk jurusan lain, baik jurusan Tata Boga, Tata Busana bisa diterapkan,
139
namun butuh kreatifitas guru untuk melakukan proses ini supaya berjalan dengan baik. Kelemahan yang muncul, pada saat implementasi ini diterapkan pada kelas Teknik Sepeda Motor, langkah-langkah ini, belum sepenuhnya bisa dilakukan mengingat keterbatasan dari siswa dalam menerima dan menginterpretasikannya.
B.
Implementasi Penilaian Otentik(Authentic Assesment) Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Sesuai aturan yang tertera dalam Permendikbud No 66 tahun 2013 tentang standar penilaian, menyebutkan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan keluaran (output) pembelajaran. Penilaian tersebut meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Implementasi penilaian otentik, kami lakukan secara observasi, wawancara dan dokumentasi baik di SMK Negeri 1 Tengaran dan SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran.
1. SMK Negeri 1 Tengaran Penilaian otentik merupakan rangkaian penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan
keluaran
(output)
pembelajaran.144Perubahan
penilaian
yang
diberlakukan dalam kurikulum 2013 lebih detail dan rumit dibandingkan 144
Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
140
KTSP. Hal ini seperti yang disampaikan Bapak Joko, selaku Wakil Kepala bidang Kurikulum, “Penilaian kurikulum 2013 lebih rumit dibanding KTSP, form yang digunakan lebih banyak dan lebih detail. Seluruh komponen siswa dinilai, mulai dari sikap di kelas, sehari-hari di lingkungan kelas maupun di luar kelas, penilaian pengetahuan, dan penilaian ketrampilan. Ini memang merumitkan bagi guru, namun bagi siswa lebih transparan.”145 Ruang lingkup penilaian peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan dan ketrampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk mennetukan posisi relative setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.146 Implementasi penilaian otentik pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terlihat pada pembelajaran yang diampu Ibu Nur Sholikhah, S.Ag. Observasi dilakukan pada hari Sabtu, 26 April 2014 dimulai dari jam 08.40-09.15. Selama tenggang waktu tersebut beliau memberlakukan metode diskusi dengan kelompok kecil, pemaparan hasil dan penyampaian kesimpulan. Proses tersebut tidak luput dari pengamatan Ibu Nur Sholikhah, dengan memberikan penilaian siswa menggunakan lembar observasi. Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya, Sabtu, 3 mei 2014. Kami menemukan beliau melanjutkan melakukan penilaian sikap menggunakan lembar observasi, baik selama diskusi kelompok kecil maupun presentasi kelompok. 145
W(S2)2 146 Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
141
Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan pedoman observasi yang berisi sejumlah indicator perilaku yang diamati.147 Hal ini selaras dengan yang disampaikan siswa kelas 1RPL1, Nia: “Selama proses diskusi, bu Nur menilai siswa menggunakan lembaran tertentu, dan itu mengakibatkan kita serius, karena tahu proses diskusi kita dinilai.”148 Proses penilaian kompetensi sikap melalui observasi dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Walaupun indikator yang diamati belum menggambarkan perilaku secara sempurna. Di akhir pembelajaran, beliau membagikan selembar penilaian individu dan penilaian antar individu yang dilakukan oleh teman yang lain. Beberapa saat terlihat suasana hidup di dalam kelas selama guru membagikan lembar penilaian individu. Guru memberikan aturan dalam penilaian tersebut, diantaranya subyektifitas antar teman supaya dikurangi, sehingga nilai yang ada benar-benar obyektif. Observasi kami lanjutkan, pada kelas 1KR2, Jum’at, 25 April 2014. Beliau memberikan perlakuan yang berbeda dengan kelas 1RPL1, penilaian dengan menggunakan lembar observasi pengamatan diskusi tidak dilakukan. Hal ini terjadi, karena proses diskusi kelompok kecil maupun
148
presentasi
kelompok
tidak
ada,
147 Salinan Lampiran Permendikbud No 66… W(S2)6
sehingga
pengamatan
142
menggunakan lembar observasi diskusi pun tidak ada. Ketika kami konfirmasikan kepada Ibu Nur Sholikhah, beliau menyampaikan: “Untuk kelas 1KR1, sengaja tidak ada proses diskusi, sehingga penilaian sikap dengan lembar observasi untuk diskusi tidak kami berlakukan. Namun, penilaian sikap tetap kami berikan dengan penilaian sikap individu dan antar teman. Walaupun tidak secara langsung saya juga mengamati siswa selama proses pembelajaran. Siswa yang aktif dan menghargai penjelasan dari guru memiliki nilai yang berbeda dengan siswa yang pasif dan ngantuk ketika dijelaskan.”149 Kami melihat, di akhir pertemuan tersebut, dibagikan lembar penilaian individu dan antar teman yang harus diisi oleh siswa. Siswa diminta mengisi dengan memberikan tanda pada kolom yang sudah disediakan. Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi.150 Penilaian diri yang dilakukan guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti terhadap siswa pada akhir setiap kompetensi yang diajarkan sesuai dengan Permendikbud no 66. Perlakuan ini, dilakukan juga kepada 1KR2, seperti yang diungkapkan oleh Rachmat Irfan: “Setiap selesai dalam satu bab, biasanya kita diminta untuk mengisi lembar penilaian, ngisinya dengan memberikan check list pada kolom yang sesuai.” 151
149
W(S2)3 Salinan Lampiran Permendibud No 66… 151 W(S2)6 150
143
Selain menggunakan metode penilaian individu dan penilaian antar teman serta observasi, beliau juga menggunakan penilaian jurnal siswa dari catatan wali kelas dan guru Bimbingan Konseling. Hal ini juga dilakukan oleh Ibu Heni Wulandari, S.Pd.I, ketika mengajar di kelas 1SM2 pada hari Sabtu, 30 April 2014. Tampak pada pemberian nilai sikap dari lembar observasi yang beliau berikan untuk kelas tersebut. Pada tahap proses pembelajaran inti, beliau membentuk kelompok siswa ke dalam kelompok kecil. Selama siswa melakukan proses asosiasi pada kelompok kecilnya, beliau memberikan penilaian sikap melalui lembaran observasi untuk diskusi. Ketika siswa kami Tanya tentang proses penilaian itu, mereka memberikan jawaban yang hampir sama. “Ketika bu Heni sudah mengeluarkan lembaran penilaian terhadap diskusi, kami akan sungguh-sungguh melakukannya, biar nilai kami bagus.”152 Observasi kami lanjutkan pada pertemuan selanjutnya, Rabu, 7 Mei 2014, kami dapati, diakhir pembelajaran, siswa diminta untuk melakukan penilaian terhadap diri dan temannya dengan formulir penilaian yang sudah disediakan. Penilaian sikap yang menjadi acuan Bapak Fathan lebih kepada penilaian jurnal siswa yang berisi catatan-catatan guru terhadap perilaku siswa baik di dalam kelas selama proses pembelajaran maupun di luar kelas. Penilaian di luar kelas, beliau ambil dari nilai keaktifan mengikuti 152
W(S2)6
144
sholat jamaah maupun penilaian dari guru Bimbingan Konseling. Hal ini senada yang disampaikan oleh ketua kelas 1TG, menyampaikan: “Sholat dhuhur secara berjamaah yang dilakukan oleh sekolah, ada presensinya, setiap ketua kelas diminta untuk melakukan presensi terhadap siswa yang ada di kelasnya.” 153 Dari beberapa observasi yang kami lakukan terhadap proses penilaian sikap kepada Ibu Nur Sholikhah, Bapak Fathan dan Ibu Heni, kami dapat menyimpulkan bahwa, secara umum penilaian sikap sudah dilakukan, walaupun belum secara maksimal. Ibu Nur Sholikah berusaha menggunakan empat macam model penilaian sikap, seperti penilaian observasi, diri sendiri, antar teman dan jurnal dalam setiap bab yang diajarkan. Namun, penilaian sikap yang dilakukan oleh Ibu Heni hanya terfokus kepada penilaian dengan menggunakan lembar observasi, dan Bapak Fathan lebih cenderung menggunakan penilaian jurnal. Jurnal. . Ketika kami melakukan konfirmasi kepada mereka berdua, berikut pernyataan Ibu Heni: “pada materi ini, saya memang tidak menggunakan penilaian diri, antar teman dan jurnal, karena terbatasnya waktu. Tetapi, pada materi sebelumnya, saya pergunakan semuanya.”154 Pernyataan ini berbeda dengan yang disampaikan bapak Fathan:
“Untuk penilaian sikap, saya lebih setuju, menggunakan penilaian jurnal, hasilnya lebih obyektif dibanding yang lain. Namun, bukan berarti, metode penilaian yang lainnya tidak 153 154
W(S2)6 W(S2)3
145
saya gunakan. Kebetulan, karena saya belum sempat untuk membuat formulir penilaian diri dan antar teman saja, sehingga pada materi ini, tidak saya berikan. Untuk metode penilaian observasi, biasanya kami pergunakan, untuk melihat proses diskusi kelompok kecil dan presentasi kelompok besar.”155 Aspek penilaian pengetahuan yang dilakukan secara umum berjalan dengan baik, yang dilakukan secara lisan maupun tertulis. Seperti yang dilakukan oleh Ibu Heni, pada Rabu, 14 Mei 2014,kelas 1SM1 1) Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan motivasi ibadah siswa serta menyampaikan agenda pembelajaran hari ini 2) Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secara keseluruhan 3) Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secara tertulis dan menyampaikan peraturan mengerjakan soal ulangan 4) Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan 5) Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru menutup pembelajaran.156 Hal yang sama dilakukan oleh Ibu Nur Sholikhah, pada hari Sabtu, 10 Mei 2014 kelas 1RPL1 1) Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menyampaikan agenda pembelajaran yang akan berlangsung 2) Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri 3) Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis secara essay 4) Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri, guru melakukan proses pengawasan 5) Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan guru menutup pembelajaran157. 155
W(S2)3 O(S2)3 157 O(S2)3 156
146
Perbedaan terlihat pada proses penilaian pengetahuan yang dilakukan oleh Bapak fathan, seperti pada observasi kami, Selasa, 6 Mei 2014, sebagai berikut: 1) Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan menyampaikan agenda yang akan berlangsung pada hari ini, diantaranya ada perubahan bentuk soal yang telah disampaikan pada minggu yang lalu. 2) Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaian pengetahuan secara lisan, metodenya setiap siswa diberikan lima (5) pertanyaan yang berbeda. 3) Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran 158 Dari ketiga observasi yang kami peroleh, dapat kami simpulkan bahwa, guru melakukan proses penilaian pengetahuan secara lisan dan tertulisbaik menggunakan soal pilihan ganda maupun essai. Sementara penugasan yang diberikan berupa penyelesaian penugasan diskusi kelompok dikerjakan selama satu minggu sebelum pertemuan berikutnya. Pendidik menilai kompetensi ketrampilan melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemostrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek dan penilaian portofolio.159 Penilaian ketrampilan merupakan kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh guru untuk melengkapi proses penilaian yang tertuang dalam Permen No 66. Hal ini terlihat pada proses penilaian ketrampilan membaca dan menghafal ayat pada pertemuan di bulan Pebruari. Seperti yang disampaikan Ivanka restu siswa kelas 1RPL2: 158 159
O(S2)3 Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
147
“Di awal semester ini, kami diminta melakukan praktek menghafalkan surat tentang larangan berbuat zina dan pentingnya ilmu pengetahuan. Sebenarnya diberi waktu satu minggu mengahafalkan, tapi sampai hari ini, saya masih kurang satu ayat yang belum hafal. Bu Nur memberikan batasan sebelum tes semester genap.”160 Di kelas yang berbeda, kami meminta penjelasan dari Ula Kurnia siswa kelas 1SM1:
“Pada akhir bulan Januari, Bu Heni meminta kita mempraktekkan membaca surat An Nur dan Al Isra kemudian menghafalkannya. Kebetulan, saya sudah praktek membaca dan menghafalkannya, namun, ada beberapa teman saya yang sama sekali belum menghafalkannya.”161 Pak Fathan memiliki kriteria tersendiri dalam menilai praktek membaca dan menghafal siswa. Seperti yang diungkapkannya: “Saya tidak akan memberikan nilai kepada siswa yang melakukan unjuk praktek menghafalkan ayat terlebih dahulu, baru praktek membaca. Biasanya siswa yang belum bisa membaca al Qur’an, akan menggunakan jalan pintas dalam memperoleh nilai, yaitu menghafalkan dengan menggunakan huruf latin bukan huruf arab. Itu tidak mendidik siswa untuk bisa membaca al Qur’an.” 162 Dalam rangka melakukan observasi lebih jauh tentang praktek siswa dalam membaca al Qur’an, kami juga mendapatkan jawab dari Bu Nur: “Siswa di sini heterogin, ada yang sudah mahir membaca al Qur’an, namun ada juga yang belum bisa sama sekali membacanya. Siswa berasal dari latar belakang yang berbeda-beda,
160
W(S2)6 W(S2)6 162 W(S2)3 161
148
sehingga menuntut guru untuk meluangkan waktu di luar jam efektif untuk mengajari siswa membaca al Quran.” 163 Penilaian otentik telah diimplementasikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X di SMK Negeri 1 Tengaran. Walaupun terdapat beberapa kelemahan yang ada, seperti lembar observasi yang dimiliki guru hanya sebatas digunakan untuk penilaian
diskusi,
belum
mencakup
seluruh
materi
yang
tidak
menggunakan metode diskusi. Persiapan guru untuk melakukan penilaian sikap masih kurang. Hal itu terlihat pada salah satu guru yang belum sempat membuat komponen penilaian individu maupun antar teman. Sehingga terkesan, penilaian yang dilakukan tidak menyeluruh dari keseluruhan penilaian yang dianjurkan. Perlu juga dihindari dalam pembuatan ragam soal untuk penilaian individu dan antar teman, karena subyektifitas sering terjadi dengan metode ini. Penilaian aspek pengetahuan sudah terlihat dengan baik, yang menggunakan dua macam cara, yaitu tertulis maupun lisan. Penilaian
praktek
meliputi
tes
praktik,
projek
dan
portofolio.164Sesuai dengan aturan yang terdapat dalam Permendikbud No 66, terdapat beberapa item penilaian ketrampilan. Namun yang terlihat baru penilaian ketrampilan tes praktik. Sementara untuk projek dan penilaian portofolio belum dilakukan.
163
W(S2)3 164 Salinan Lampiran Permendikbud No 66…
149
Begitu pun di aspek ketrampilan, terlihat juga keseluruhan aspek ketrampilan
yang
disesuaikan
dengan
standar
kelulusan
sudah
dilaksanakan, meliputi praktek membaca dan menghafalkan ayat.
2. SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kinerja guru berkaitan dengan tugas perencanaan, pengelolaan pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa.165Kegiatan guru meliputi merencanakan proses pembelajaran, melakukan tatap muka di kelas dan memberikan penilaian terhadap hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik, penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujia tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah dan ujian nasioal.166 Penilaian otentik merupakan salah satu perubahan mendasar dalam Kurikulum 2013, yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penilaian sikap dilaksanakan untuk melihat bagaimana sikap siswa selama mengikuti proses pembelajaran maupun di luar kelas. Guru secara mandiri bisa memberikan penilaian itu maupun antar guru, guru BP dan kesiswaan. Hal ini dilakukan untuk melihat bagaimana sikap siswa secara keseluruhan.
165
Wina Sanjaya, Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Prenada Media, 2005, h.13-14 166 Salinan Lampiran Permendikbud No 66
150
Penilaian pengetahuan dan ketrampilan sudah dilakukan oleh kurikulum yang berlaku sebelumnya, baik KTSP maupun KBK. Implementasi penilaian otentik ini, bisa kita lihat dalam pelaksanaan penilaian di kelas XH, Selasa 22 April 2014. Penugasan yang diberikan
mampu
memacu
siswa
untuk
mengamati
benda
dan
menganalisis prsosesnya. Tampak, guru memberikan penilaian obeservasi selama proses tersebut, sehingga siswa pun antusias mengikuti proses yang ada sampai selesai. Ketika kami konfirmasi kepada siswa, Deviana, menyampaikan: “Selama proses pembelajaran, pak Ashab memberikan nilai pekerjaan dan sikap kami, sehingga kami lebih tekun dan tertib. Kalau tidak memperhatikan, nilai kami jelek.” 167 Observasi kami lanjutkan pada pertemuan minggu selanjutnya, 29 April 2014, terlihat, guru menilai proses diskusi siswa yang dilakukan setelah istirahat pertama. Selama proses itu, memang ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan, karena bukan kelompoknya yang bertugas mempresentasikan materi. Hal itu menjadi perhatian guru, dengan mengingatkan secara terus menerus, sikapnya itu mampu mengurangi nilainya. Seperti ungkapan Bapak Ashabul Khoir, “Terkadang selama proses diskusi, ada beberapa siswa yang tidak memperhatikan, karena merasa bukan kelompoknya. Kami menemukan cara supaya siswa tetap konsentrasi selama proses
167
W(S1)f
151
pembelajaran, diantaranya, siswa yang ramai, kami minta duduk di posisi depan atau kelompoknya kami dahulukan majunya.” 168 Proses penilaian sikap, kami konfirmasi juga kepada siswa XJ, Karina: “Kebanyakan Pak Ashab membentuk kelompok kecil pada kelas kami dan meminta kita melakukan diskusi sesuai tema masingmasing.Selama diskusi kecil itu, beliau memberikan penilaian, sehingga teman kami yang biasanya buat gaduh, jadi diam.” 169 Selain penilaian observasi, Pak Ashab juga membuat form penilaian diri siswa yang diberikan kepada siswa kelas XH pada selasa, 29 April 2014. Pendidik
melakukan
penilaian
kompetensi
sikap
melalui
observasi, penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh peserta didik dan jurnal.170 Dari observasi dan wawancara yang kami lakukan, penilaian sikap dilakukan maksimal terhadap siswa baik menggunakan teknik observasi, penilaian diri, antar teman maupun jurnal. Untuk penilaian pengetahuan, beliau menggunakan tes tertulis soal essai sebanyak 10 soal, yang dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014. Pada hari tersebut, pengawasan diserahkan kepada guru piket, karena beliau ijin. Pada kelas yang lain, yaitu XL, ada sedikit perbedaan, yaitu untuk materi wakaf dan Islam periode Madinah dijadikan satu waktu untuk 168
W(S1)c W(S1)f 170 Salinan Lampiran Permendikbud No 66… 169
152
penilaian pengetahuannya. Yang dipakai adalah tes tertulis dengan soal pilihan ganda sebanyak lima puluh (50) soal. Ketika kami konfirmasikan itu, beliau menjawab: “Untuk kelas XL, saya kekurangan waktu untuk bertemu dengan siswa, karena dijadwalkan hari sabtu, sementara hari sabtu banyak agenda sekolah yang harus meliburkan siswa. Akhirnya, untuk menghemat waktu, untuk penilaian pengetahuan saya gabung dua materi sekaligus.”171 Kompetensi membaca dan menghafal beberapa ayat al Quran yang ada dalam silabus, dilakukan di awal semester. Kami, tidak sempat melihat prosesnya, namun hasil wawancara kami dengan siswa dan guru bisa menjadi bukti, ditambah hasil nilai prakteknya. Seperti yang diungkapkan Karina, siswa XJ: “Di bulan januari 2014 kemarin, ada penilaian praktek membaca al Qur’an dan menghafalnya. Namun, ada beberapa teman yang melakukan di luar batas waktu yang telah ditentukan.” 172 Senada dengan pernyataan Karina, siswa kelas XC, Vicky Bagus: “Penugasan menghafal dan membaca ayat al Qur’an sudah diberikan pada akhir bulan januari, namun, sampai hari ini (Kamis, 8 Mei 2014) saya belum selesai semua surat yang ditugaskan. Karena, saya harus mengikuti tugas yang diberikan sekolah yaitu mengikuti latihan Peleton Inti, jadi, saya dijanjikan sama Pak Ashab, harus bisa menyelesaikan tugas hafalan sampai bulan Pertengahan Bulan Juni 2014.”173 Kesamaan perlakuan terhadap siswa juga dilakukan oleh Bapak Heru, di akhir pembelajaran maupun di awal pembelajaran. Terlihat pada 171
W(S1)c W(S1)f 173 W(S1)f 172
153
observasi, yang kami lakukan pada hari Sabtu, 26 April 2014, sebagai berikut: 1) Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan dengan perjalanan nabi hijrah ke Madinah 2) Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang video yang telah diputarkan 3) Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan sesuai tema yang telah ditetapkan.174 Selama periode waktu di atas, guru melakukan penilaian sikap kepada siswa, berupa penilaian observasi, dengan melihat sikap siswa selama melihat tanyangan video, apakah memperhatikan dengan seksama atau tidak memperhatikan. Penilaian observasi juga dilakukan oleh guru pada proses kegiatan inti yaitu menanya dan asosiasi yang dilakukan oleh siswa. Ketika kami konfirmasikan, Pak Heru menyampaikan: “Setiap kegiatan yang dilakukan oleh siswa, memang saya pantau terus, selain saya bisa menilai siswa secara obyektif, siswa pun menjadi semangat dan terpacu belajarnya.”175 Pada pertemuan, Sabtu, 3 Mei 2014, kami lanjutkan observasi terhadap proses penilaian sikap. Terlihat pula, guru melakukan penilaian siswa sembari mengarahkan proses komunikasi antar siswa. Siswa pun memiliki jawaban yang hampir sama, ketika kami lakukan wawancara dengan beberapa siswa,
174 175
O(S1)c W(S1)c
154
“Ya, kami jadi memperhatikan proses pembelajaran baik ketika ada tanyangan video atau diskusi, karena guru pasti akan menilai sikap kita, jadi ngantuknya hilang. Kita juga harus bisa bicara di depan teman-teman.”176 Di akhir pembelajaran, guru menutup pembelajaran dengan menyampaikan agenda minggu depan. Namun, di akhir pembelajaran kami tidak melihat, guru mengadakan penilaian individu maupun antar teman. Kami konfirmasikan hal itu kepada Bapak Heru, beliau menyampaikan: “Semester gasal kemarin, saya menggunakan penilaian individu dan antar teman, namun hasilnya tidak maksimal, karena, siswa lebih subyektif terhadap diri dan temannya, sehingga semester genap ini, saya hanya menggunakan penilaian observasi untuk menilai mereka, baik dari saya, wali kelas maupun dari guru BK.”177 Untuk melihat bagaimana proses penilaian pengetahuan, kami melakukan observasi pada Sabtu, 10 Mei 2014, sebagai berikut: 1) Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikan motivasi menggunakan waktu senggang 2) 12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukan hari ini 3) 12.50-13.00, siswa mereview materi 4) 13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda 40 soal dan essai 5 5) 13.06-14.45, siswa mengerjakan soal 6) 14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab178 Dari observasi yang kami lakukan, terlihat proses penilaian pengetahuan secara tertulis dilakukan. Untuk mengetahui pelaksanaan tes 176
W(S1)f O(S1)c 178 O(S1)c 177
155
ini di kelas lain, kami tanyakan kepada siswa kelas XE, Mei Intan, dia menyampaikan: “Minggu ini, kami dijanjikan ada ulangan tertulis, seperti kelas XD kemarin. Saya lebih suka tes secara lisan, yang dulu pernah dilakukan semester gasal, tetapi butuh waktu dua kali pertemuan baru selesai. Lha ini mau semesteran, mungkin Pak Heru mempercepat prosesnya supaya materi dan seluruh penilaian bisa selesai.”179 Penilaian Kinerja bukan meminta siswa untuk menjawab pertanyaan pilihan ganda pada kertas dan pensil.180 Dari definisi tersebut guru sudah melakukan penilaian kinerja dengan tes praktik secara tepat. Penilaian praktek sudah dilakukan di akhir Januari 2014, namun, kami melihat ada yang masih melakukan tes unjuk kerja berupa praktek membaca dan menghafal ayat yang telah ditentukan. Seperti yang dilakukan Bagas Damas siswa kelas XE, sedang membaca al Qur’an pada jam istirahat di ruang Bapak Heru. Ketika kami tanyakan hal ini, dia menjawab: “Saya di kasih kesempatan belajar membaca al Qur’an sampai bulan Mei ini, karena pada waktu penilaian praktek membaca al Qur’an, saya belum bisa. Dan untuk praktek menghafalnya minggu depan. Ini memang berat bagi saya, tapi akhirnya saya sudah bisa membaca al Qur’an walaupun belum lancar.”181 Beberapa observasi dan wawancara terhadap nara sumber menghasilkan catatan khusus diantaranya, penilaian sikap terhadap siswa sudah dilakukan walaupun hanya satu item saja yaitu penilaian observasi. 179
W(S1)f Ibrahim Muslimin dan Muhammad Nur, Pengajaran... 181 W(S1)f 180
156
Untuk penilaian diri dan antar teman belum dilakukan dengan beberapa pertimbangan. Penilaian pengetahuan sudah dilakukan dengan baik, sesuai jadwal yang telah dibuat, sehingga hasil dari penilaian pengetahuan lebih bagus dibanding penilaian sikap. Demikian juga dengan penilaian ketrampilan, terlihat antusiasme siswa mengikuti dengan baik, sehingga tampak perubahan siswa dari yang belum bisa membaca al Qur’an akhirnya menjadi bisa. Namun
kesempurnaan
dari
penilaian
ketrampilan
belum
dilaksanakan secara maksimal, seperti projek dan portofolio belum dilakukan secara baik.
C.
Kelebihan dan Hambatan Implementasi Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan perubahan dari KTSP yang digulirkan pada tahun 2008. Hal ini tentu saja menuai pro dan kontra dengan perubahan tersebut, baik dari standar isi, kelulusan, proses pembelajaran maupun penilaian. Kami akan menguaraikan dalam dua kategori, yaitu kelebihan dan kekurangan kurikulum 2013.
1. Kelebihan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2006 atau KTSP. kebudayaan,
Seperti yang disampaikan menteri pendidikan dan
157
“Berbagai kritik terhadap kurikulum 2006 atau KTSP mencoba disikapi dan diakomodir dengan lahirnya kurikulum 2013. Kritikkritik tersebut antara lain, mata pelajaran yang terlalu banayak, kurang relevan dengan kebutuhan dan tuntutan zaman, terlalu menekankan aspek kognitif sementara aspek afektif dan psikomotor penerapannya kurang diperhatikan. Kurikulum dalam penerapannya adanya upaya penyederhanaan dan tematikintegratif. Adapun objek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 adalah menambahkan dan menekankan pada fenomena alam, social dan budaya.182 Berdasarkan survey penelitian terhadap mahasiswa UNNES, didapatkan bahwa keunggulan kurikulum 2013 dibanding dengan kurikulum sebelumnya adanya unsur tematik, pendidikan karakter, integrasi budaya dan mampu membuat siswa aktif.183 Ada perbedaan aspek pengembangan pendidikan pada KTSP yang disempurnakan dalam kurikulum 2013, meliputi spiritual keagamaan, sikap personal-sosial, pengetahuan dan ketrampilan. Selain itu, pada KTSP mata
pelajaran
tertentu
mendukung
kompetensi
tertentu,
yang
disempurnakan dalam Kurikulum 2013 menjadi setiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi baik sikap, pengetahuan dan ketrampilan. Penelitian yang dilakukan oleh Hilda Karli, bahwa kegiatan pembelajaran
KTSP dan Kurikulum 2013, diantaranya KTSP lebih
menekankan pada pembelajaran menekankan pada aspek kogntif, afeksi dan psikomotor namun dalam pelaksanaannya masih pada kognitif saja termasuk penilaian masih berbentuk tes tertulis saja. Sementara di dalam 182 Kemdikbud, 2012. Kurikulum 2013 Tematik Integratif. Diunduh di http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868 Pada 13 Nopember 2014 183 Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies, Persepsi Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari SubKultur Budaya Jawa Tengah,2014
158
kurikulum 2013 pembelajaran menekankan aspek sikap, pengetahuan, ketrampilan dan melakukan penilaian berbentuk tes dan non tes.184 Dari Permendikbud 65, guru diharapkan melakukan kegiatan pendahuluan yang terdiri dari membuka pembelajaran, memimpin doa, melakukan presensi, mengatur tempat duduk, dan menyampaikan tujuan pembelajaran. Urutan pelaksanaannya hendaknya dilakukan dengan baik, biar kondisi siswa tertata. Kegiatan Inti meliputi proses mengamati, menanya, asosiasi, komunikasi dan menyimpulkan dilakukan secara runtut. Guru dituntut untuk lebih kreatif memanfaatkan lingkungan sekitarnya dalam proses pembelajaran, seperti ruang kelas, masjid, lapangan atau berbagai tempat yang memungkinkan. Guru pun bisa membuat posisi duduk siswa sesuai materi dan metode yang digunakan. Model dan metode pembelajaran pun bisa dilakukan secara beragam, sesuai dengan kondisi dan situasi. Hal ini, memacu keterlibatan siswa dibanding model pembelajaran secara ceramah. Siswa memiliki pemikiran terbuka terhadap materi, yang berasal dari berbagai sumber, bukan hanya dari guru sebagai satu-satunya sumber pembelajaran. Proses mengamati memiliki manfaat untuk siswa diantaranya mengarahkan dan membimbing siswa tidak secara langsung terhadap materi yang akan dibahas. Selanjutnya, siswa diharapkan memiliki pemikiran yang kritis dan terbuka wawasannya terhadap pengamatan yang 184
Hilda Karli, Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar, Jurnal Pendidikan Penabur-No.22/Tahun ke-13/Juni 2014
159
sudah dilakukan dan berani mengungkap secara jelas dan lugas di forum. Ketrampilan berbicara pun diasah untuk menyampaikan ide ketika proses asosiasi di dalam kelompok kecilnya maupun dalam kelas. Penilaian yang digunakan pada KTSP menggunakan istilah kognitif,
afeksi,
psikomotor,
sementara
untuk
Kurikulum
2013
menggunanakan istilah pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Namun pelaksanaan pada KTSP penekanan masih pada kognitif (pengetahuan). Yang membedakannya lagi, penilaian tiga ranah aspek ini tertera dalam format Laporan Capaian Kompetensi pada kurikulum 2013 yang tidak dijumpai dalam KTSP. Penilaian sikap, bisa diambil dari observasi guru mata pelajaran selama proses pembelajaran, observasi sesama guru, dan guru BK. Penilaian individu siswa dan antar siswa pun bisa digunakan untuk penilaian sikap ini. Sehingga hasil yang diperoleh lebih akurat karena diambilkan dari berbagai sisi. Tidak hanya kepada peserta didik, kementerian juga mengambil kesimpulan, bahwa diterapkannya kurikulum tersebut menuntut guru untuk
meningkatkan
mengintegrasikan
kualitas
pembelajaran
pembelajaran, dengan
kemampuan
pendekatan
ilmiah,
untuk dan
membangun karakter anak. Selain itu, memengaruhi guru untuk mengembangkan metode pembelajaran. Pada dasarnya, poin-poin tersebut yang menjadi tujuan dari pengembangan kurikulum. Jika hal itu benar-
160
benar terjadi, diharapkan bisa membangkitkan kembali gairah dan semangat pendidikan di Indonesia yang sedang merosot.
2. Hambatan Pelaksanaan Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 membutuhkan persiapan yang matang dari berbagai pihak, namun, di tengah perjalanannya, kami menemukan beberapa hambatan pelaksanaannya. Kesiapan guru menjadi sorotan paling utama selain sarana prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama kurikulum
2013,
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam
mengimplementasikannya. Ketika kami konfirmasikan hal ini, Bu Fita, selaku guru Bahasa Inggris menyampaikan: “Ini kurikulum baru, yang sangat berbeda dengan KTSP, kami belum pernah ikut pelatihan kurikulum 2013. Ketika, saya menanyakan kepada teman-teman yang sudah pernah mengikuti, mereka memiliki jawaban yang beragam satu sama lain. Sehingga, saya menjalankan sepahamnya saya saja.”185 Hal ini senada dengan pernyataan Bapak Joko, selaku Waka Kurikulum SMK N 1 Tengaran:
“Pemerintah memang belum memberikan pelatihan kepada semua guru, kalau dihitung prosentase, baru sekitar 10 % yang diikutkan pelatihan oleh dinas kabupaten. Pada bulan Juli 2013 kami pernah ikut pelatihan di Yogya, dan diteruskan bulan Agustus 2013 di Solo, itu pun kami menemui perbedaan materi yang disampaikan, terutama
185
W(S1)d
161
masalah penilaian. Kami menilai, orang direktorat masih bingung juga menerapkan ini.”186 Jumlah guru yang diikutkan pelatihan memang masih terbatas, baik di SMK N 1 Tengaran maupun SMK Telekomunikasi Tunas Harapan. “Jumlah guru yang diikutkan pelatihan, baru guru Bahasa Indonesia 2 orang, guru Sejarah 1 orang, guru Matematika 2 orang. Rencana pemerintah di akhir Juli nanti ada 5 guru mata diklat yang diikutkan pelatihan, yaitu Seni Budaya, Penjasorkes, Prakarya, Bahasa Inggris dan Matematika. Itu hanya untuk satu guru setiap mata pelajaran, padahal, hampir setiap mata pelajaran, kami memiliki dua sampai tiga guru. Saya anggap ini jauh dari ideal.”187 Demikian ungkapan dari Waka Kurikulum SMK Telekomunikasi Tunas Harapan, Bapak wisnu. Kesiapan buku dari pemerintah untuk setiap mata pelajaran yang telah dijanjikan, sampai akhir bulan Juni belum datang. Hal ini sangat menghambat proses pembelajaran, dimana hampir keseluruhan materi pembelajaran dari setiap mata pelajaran mengalami perubahan. Buku panduan guru dan siswa, telah dibuat oleh pemerintah, namun distribusi ke setiap sekolah mengalami keterlambatan. Untuk memperlancar proses pembelajaran, biasanya guru memperbanyak materi secara mandiri, yang dibagikan kepada siswa. Ini, membutuhkan biaya yang besar, karena dana APBS tidak mencantumkan anggaran untuk memperbanyak buku materi. Sehingga, terkadang, siswa melakukan iuran untuk memperoleh materi pembelajaran. 186 187
W(S2)2 W(S1)b
162
Sarana prasarana yang ada di sekolah merupakan hambatan selanjutnya, terutama perangkat IT yang dibutuhkan. Sekolah yang belum memiliki sarana prasarana tersebut akan merasa tertinggal dalam melakukan proses pembelajaran kurikulum 2013. Kebetulan, untuk SMK Telekomunikasi dan SMK N 1 Tengaran, memiliki sarana prasarana yang dibutuhkan, sehingga tidak ada masalah dalam mengimplementasikannya. Namun, bagi sekolah yang belum memiliki sarana prasarana yang kurang memadai, akan mempersulit implementasinya. Model penilaian yang sedemikian rumit, membutuhkan perhatian guru yang lebih untuk memperoleh nilai yang otentik. Sehingga, bagi guru yang sering kali meninggalkan proses pembelajaran di kelas, akan merasa kesulitan dalam memberikan penilaian sikap. Hambatan lain, dalam proses penilaian yaitu dibutuhkannya kertas dalam jumlah yang besar. Ketika penilaian sikap yang terdiri dari penilaian observasi, individu maupun antar individu dilakukan secara keseluruhan, kertas yang dibutuhkan sangat banyak. Minimal untuk satu kompetensi setiap penilaian sikap, membutuhkan 3 lembar kertas. Setiap siswa dalam satu kompetensi, membutuhkan lebih dari 6 lembar untuk penilaian pengetahuan dan ketrampilan. Apabila, satu mata pelajaran terdiri dari 6 kompetensi dalam satu semester, membutuhkan 36 lembar kertas. Kalau, di kelas terdiri dari 30 siswa, maka kertas yang dibutuhkan sebanyak 1.080 kertas untuk satu mata pelajaran. Apabila, seluruh mata pelajaran yang diajarkan ada 14 macam, sehingga membutuhkan 15.120 lembar kertas.
163
Merubah mind set guru dan siswa bukanlah hal yang mudah, terutama memindahkan pola mengajar mereka yang sudah membudaya menggunakan metode ceramah berubah menggunakan pendekatan ilmiah (scientific) dalam pendekatan pembelajarannya. Tidak sedikit, guru yang masih terjebak dengan pola lama. Demikian juga dengan siswa, yang terbiasa dengan pola mendengarkan dan menerima, sekarang berubah siswa yang harus mencari dan berusaha sendiri memperoleh informasi.
164
Tabel 4.1 Hasil Pemahaman, Respon, Implementasi Pendekatan Ilmiah dan Penilaian Otentik Tingkat SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Pemahaman Guru 1. Guru telah memahami desain 1. aturan pembuatan RPP 2. Guru memahami pendekatan saintifik 3. Guru memahami aturan penilaian 2. yang berlaku namun masih perlu bimbingan untuk pengklasifikasiannya 3.
Respon Guru dan 1. Siswa
Implementasi Pendekatan Ilmiah
Bertambahnya jam pembelajaran pada struktur kurikulum 2013 membawa pengaruh terhadap kelangsungan PBM 2. Berkurangnya jam dan hilangnya mata pelajaran tertentu membawa dampak yang berbeda pula. 3. Perubahan materi pada mata pelajaran tertentu membawa pengaruh pada pendekatan pembelajaran yang digunakan 4. Respon positif dengan model pendekatan saintifik yang diterapkan 5. Respon positif juga diperoleh dari siswa dengan pendekatan dan materi yang berubah 6. Penilaian dianggap merepotkan dan membingungkan 7. Perubahan sikap siswa di kelas dengan penilaian otentik dibanding penilaian pada KTSP 1.Persyaratan pelaksanaan Proses pembelajaran sesuai dengan struktur kurikulum 2013 yang berlaku, penyediaan buku teks pelajaran dan sumber belajar yang mendukung tersedia dengan
SMK Negeri 1 Tengaran Pemahaman guru terhadap perubahan kurikulum terlihat pada hasil RPP yang dibuat Pendekatan saintifik dipahami oleh guru dengan baik Penilaian otentik terlihat membingungkan hampir semua guru, walaupun dilaksanakan dengan baik. 1. Penambahan jam pada mata pelajaran tertentu ditanggapi berbeda oleh guru 2. Pengurangan jam pada mata pelajaran Bahasa Inggris dan peniadaan mata pelajaran IPA telah menuai beragam pendapat 3. Implementasi pendekatan saintifik membawa dampak yang baik pada siswa 4. Implementasi pendekatan saintifik mampu dijalankan dengan baik 5. Respon positif juga diperoleh dari siswa dengan teknik penilaian yang diterapkan. 6. Respon yang kurang baik dengan penilaian yang diterapkan karena merepotkan guru 1.Persyaratan pelaksanaan Proses pembelajaran sesuai dengan struktur kurikulum 2013 yang berlaku, penyediaan buku teks pelajaran dan sumber belajar yang mendukung tersedia
165
sempurna, pengelolaan kelas terkontrol dengan baik, volume dan intonasi suara yang harus diperhatikan guru 2.Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan dilaksanakan dengan baik 3. Kegiatan inti yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi sudah dilakukan tetapi kegiatan menanya masih membutuhkan stimulus dari guru. Kegiatan menyimpulkan lebih banyak didominasi oleh guru. 4.Aktifitas siswa secara mandiri terlihat pada proses mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan 5.Kegiatan inti tidak bisa dilaksanakan secara maksimal pada kelas tertentu yaitu program keahlian TKR 6.Kegiatan penutup dilakukan dengan maksimal baik.
Impelementasi 1. Penilaian Otentik 2. 3. 4.
Ruang Lingkup penilaian mencakup tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan Teknik penilaian sikap dilaksanakan dengan baik Teknik penilaian pengetahuan dilaksanakan dengan baik Teknik penilaian ketrampilan telah dilaksanakan dengan beberapa kekurangan yaitu penilaian projek dan portofolio masih butuh bimbingan
walaupun dengan belum sempurna, pengelolaan kelas terkontrol dengan baik, dimana pembelajaran dilakukan di mushola mengurangi kejenuhan siswa. 2.Kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan dilaksanakan dengan baik 3. Kegiatan inti yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi sudah dilakukan tetapi kegiatan menanya masih membutuhkan stimulus dari guru. 4.Aktifitas siswa secara mandiri terlihat pada proses mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasi dengan bantuan dan stimulus dari guru. 5.Kegiatan inti tidak bisa dilaksanakan secara maksimal pada kelas tertentu yaitu program keahlian TKR dan TSM 6.Kegiatan penutup dilakukan dengan maksimal baik. 1. Ruang Lingkup penilaian mencakup tiga ranah yaitu sikap, pengetahuan dan ketrampilan 2. Teknik penilaian sikap dilaksanakan dengan baik 3. Teknik penilaian pengetahuan dilaksanakan dengan baik 4. Teknik penilaian ketrampilan telah dilaksanakan dengan beberapa kekurangan yaitu penilaian projek dan portofolio masih butuh bimbingan
166
BABV PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis menelaah teori dan menganalisa hasil penelitian tentang implementasi pendekatan ilmiah (scientific approach) dan penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, maka dapat kita ambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemberian pelatihan kurikulum 2013, yang telah dilaksanakan oleh Kementrian Agama bidang PAIS kab. Semarang maupun pihak SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang dan SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang telah dipahami oleh guru pengampu mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti. Terbukti dengan pembuatan RPP yang telah dibuat berdasarkan aturan yang tertera dalam PP No 65 tahun 2013 tentang standar proses. Pendekatan ilmiah (scientific approach) yang meliputi proses mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam proses belajar mengajar. Aspek mengamati dipahami guru sebagai langkah untuk memperlihatkan materi secara umum kepada siswa menggunakan berbagai media. Proses menanya dipahami sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh siswa setelah proses mengamati, yang membutuhkan keaktifan dan kesiapan siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar. Mengeksplorasi merupakan langkah yang harus
167
dilakukan siswa dengan guru sebagai fasilitatornya dengan cara membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Proses mengeksplorasi difahami sebagai proses mencari referensi materi dari berbagai sumber yang ada. Selama proses mengeksplorasi tersebut, siswa juga melakukan proses mengasosiasi pengetahuannya dengan kelompok-kelompok kecil. Proses terakhir dalam kegiatan inti adalah mengkomunikasikan. Guru memahami
bahwa
proses
mengkomunikasikan
dilakukan
secara
bergantian sesuai dengan nomer urut yang ada. Begitu juga dengan penilaian otentik (authentic assessment) yang meliputi penilaian sikap, pengetahuan dan ketrampilan telah dipahami. Berdasarkan observasi dan wawancara yang kami lakukan, kami menemukan bahwa guru melakukan penilaian sikap di awal, selama proses dan akhir pembelajaran untuk setiap babnya. Permasalahan muncul, ketika ada salah seorang guru di SMK Negeri 1 Tengaran Kab Semarang yang belum pernah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Kementrian Agama. Sehingga berpengaruh terhadap pemahaman guru terhadap implementasi pendekatan ilmiah dan penilaian otentik. Pelatihan kurikulum 2013 yang diselenggarakan oleh sekolah lebih banyak menyangkut pembuatan RPP, bukan ke aplikasi pendekatan dan penilaian yang digunakan. 2. Perubahan struktur kurikulum 2013 diantaranya penambahan jam dan pengurangan materi yang ada dalam silabus mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti ditanggapi positif oleh guru yang bersangkutan. Bertambahnya jam dimanfaatkan guru untuk menutupi
168
kekurangan kompetensi yang harus dikuasai siswa, seperti kompetensi praktek sholat dan membaca al Qur’an. Lingkungan sekolah dimanfaatkan untuk kegiatan belajar mengajar, selain ruang kelas formal, penggunaan masjid atau musholla sekolah, pembelajaran outdoor pun dilakukan. Pendekatan ilmiah dan penilaian otentik ternyata mampu menambah semangat siswa dalam belajar. Tanggapan positif berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 dari sisi penambahan dari struktur kurikulum maupun pendekatan ilmiah (scientific approach), namun kesulitan guru dalam mengimplementasikan penilaian otentik ranah sikap, menjadi kendala pelaksanaannya. Kerepotan guru yang harus memberikan penilaian yang mencakup seluruh kegiatan siswa baik di kelas selama proses belajar mengajar maupun di luar kelas. Selain itu, keluhan dari guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti mengenai keberadaan buku teks pegangan guru dan siswa yang sampai penelitian ini kami lakukan, buku tersebut belum juga datang. Padahal implementasi kurikulum 2013 hampir berlangsung selama satu tahun. Upaya guru untuk memperbanyak sendiri materi yang ada, tidak mampu menyelesaikan masalah secara tuntas. 3. Berdasarkan observasi dan wawancara kami terhadap guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, pendekatan ilmiah (scientific approach) telah dilaksanakan. Langkah-langkah yang dilakukan oleh guru diawali dengan proses mengamati, dimana guru memberikan stimulus kepada siswa berupa tayangan gambar atau film yang dipresentasikan
169
menggunakan lcd proyektor dan surat kabar yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas pada hari itu. Proses berikutnya yaitu menanya, yang dilakukan oleh guru terhadap siswa. Proses ini yang tidak sesuai dengan aturan yang diterapkan dalam PP No 65, dimana proses menanya dilakukan oleh siswa terhadap siswa atau siswa terhadap guru. Analisa penulis, ini menggambarkan bahwa kesiapan siswa terhadap materi masih kurang atau keberanian siswa untuk mengungkapkan ide dan pokok pikirannya
mengalami
kesulitan.
Selanjutnya,
dilakukan
proses
mengeksplorasi, guru membentuk siswa dalam kelompok-kelompok kecil dan membagi tugas untuk masing-masing kelompok kecil tersebut. Proses mengeksplorasi yang dilakukan siswa terlihat pada kegiatan siswa untuk memperoleh materi yang ditugaskan guru, dari berbagai sumber belajar. Di sini terlihat bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar utama dan berperan sebagai fasilitator selama proses belajar mengajar. Siswa SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran kab. Semarang memanfaatkan media internet selama proses mengeksplorasi ini yang telah terpenuhi hotspot area, dilengkapi dengan laptop yang dibawa oleh siswa secara mandiri. Proses mengasosiasi tidak terlepas dari proses mengeksplorasi, karena diskusi kelompok-kelompok kecil masih berjalan, dimana siswa menyamakan persepsi terhadap materi yang sudah mereka cari selama proses mengeksplorasi tersebut. Guru meminta kelompok-kelompok kecil tersebut menuangkan hasil diskusinya pada tampilan power point yang akan memudahkan siswa untuk mempresentasikan hasilnya. Langkah
170
terakhir dari kegiatan inti yaitu mengkomunikasikan, yang tampak dari pemaparanyang dilakukan secara bergantian. Implementasi penilaian otentik (authentic assessment) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Tengaran dan SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang telah dilaksanakan. Penilaian yang meliputi ranah sikap, pengetahuan dan ketrampilan dilakukan secara berkesinambungan disesuaikan dengan kebutuhan. Seperti, siswa SMK Negeri 1 Tengaran kab. Semarang diminta melakukan ketrampilan membaca dan mengahafal ayat tertentu di awal semester sampai akhir semester. Sehingga penilaian ini meringankan bagi siswa yang kurang menguasai kompetensi tersebut. Untuk penilaian pengetahuan, dilakukan setelah menyelesaikan satu kompetensi, yang ditambah dengan nilai penugasan pada kompetensi yang sama. Penilaian sikap dilakukan oleh guru di awal dan akhir pertemuan setiap kompetensi baru dan selama proses diskusi kelompok kecil yang berupa observasi. 4. Kurikulum 2013 menawarkan hal yang baru, baik berupa pendekatan ilmiah (scientific approach) maupun penilaian otentik (authentic assessment). Pekerjaan guru yang berhubungan dengan penyampaian materi kepada siswa, menjadi terkurangi. Peran guru sebagai fasilitator terlihat,
dengan
pembentukan
kelompok-kelompok
kecil
berikut
pemberian tugas kepada siswa. Sehingga, kelas menjadi hidup dan bermakna, karena siswa mencari sumber belajar dari berbagai referensi, bukan guru satu-satunya sebagai sumber belajar. Penilaian otentik
171
membawa dampak perubahan pada sikap siswa, terutama sikap siswa di kelas. Kesadaran siswa terhadap penilaian yang dilakukan oleh guru, memacu siswa untuk memperbaiki sikapnya baik di kelas tatap muka maupun di luar kelas. Hambatan yang ada di antaranya dibutuhkan kesiapan guru selain sarana prasarana yang dibutuhkan. Guru, yang seharusnya menjadi pelaku utama kurikulum
2013,
memiliki
keterbatasan
kemampuan
dalam
mengimplementasikannya. Penyediaan buku teks pelajaran bagi guru dan siswa yang mengalami keterlambatan dalam pendistribusiannya menjadi kendala tersendiri berikut pemanfaatan teknologi informasi yang kurang maksimal mampu menghambat pelaksanaan kurikulum 2013.
B. Saran 1. Pemerintah Pemerintah
seharusnya
mempertimbangkan
secara
matang
dalam
mengeluarkan kebijakan baru terutama berkaitan dengan perubahan kurikulum 2013. Pelatihan bagi kepala sekolah maupun guru sebaiknya tidak dilakukan secara mendadak dan terbatas. Yang terjadi di lapangan, Kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan di bulan Juli 2013, namun pelatihan baru dilakukan mulai bulan tersebut. Sekolah harus mencari format yang tepat untuk menerapkannya. Sehingga sekolah yang diminta menjadi pioneer K13 hanya dijadikan sebagai kelinci percobaan.
172
Sinkronisasi pemahaman antara dinas pendidikan pusat dengan dinas pendidikan daerah harus dilakukan. Ketika kebingungan di sekolah terjadi, dinas pendidikan daerah tidak mampu menjadi menemukan solusi yang benar. 2. Sarana Prasarana Penyiapan sarana prasarana yang memadai sangat dibutuhkan untuk keberlangsungan implementasi kurikulum 2013. Ruang kelas dan ruang penunjang lain harus tersedia demi kelangsungan proses belajar mengajar. Penyediaan LCD proyektor, laptop dan speaker aktif menjadi faktor penunjang utama. Area hotspot atau wifi menjadi penunjang yang lain, sehingga sumber belajar bisa diambil sewaktu-waktu. 3. Guru Kreatifitas guru menjadi faktor utama keberlangsungan Kurikulum 2013. Kepandaian guru mengelola kelas, menggunakan dan memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia, kesiapan menerima perubahan dan informasi yang global berkaitan dengan Kurikulum 2013 menjadi tuntutan utama seorang guru. 4. Siswa Keaktifan siswa dalam menerima dan mengelola model belajar yang diterapkan harus dimiliki. Mindset siswa harus dirubah
terhadap
perubahan pola belajar yang selama ini, dimana guru menjadi sumber belajar menjadi sekedar fasilitator. Usaha memahami materi pembelajaran secara
mandiri
harus
diterapkan,
tidak
diperkenankan
hanya
173
mengandalkan informasi itu dari guru. 5. Orang Tua
Bagi orang tua, diharapkan memperhatikan pola tingkah laku putraputrinya, terutama dorongan untuk belajar. Yang terjadi selama ini, beberapa
pengakuan
dari
siswa,
orang
tuanya
tidak
pernah
memperhatikannya, terutama masalah belajar putra-putrinya. Mereka hanya dicukupkan dengan materi tanpa diingatkan untuk belajar lebih serius.
174
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,Suharsimi.Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.Jakarta: Bumi Aksara. 2013. Bell.Children’s
Science, Contructivism and Learning in Science. Victoria:
Deakin University Pers, 1995. Dawson, Catherine. Metodologi PenelitianPraktis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2001. Dep. Pend. Nasional.Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21), Jakarta: Depdiknas. 2002. Dep. Pend. Nasional.Standar Kompetensi Guru (SKG). Jakarta: Depdiknas, 2003. Dep. Pend. Nasional.Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT gramedia Pustaka Utama, 2008. Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2000. Discovery Education. Scientific Method. 2006.http://school.discovery.com/SciencefairCentral/scifairstudies/handbo ok/scientificmethod..html (6 Maret 2014). Faiko, Nur.Penerapan KTSP pada Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia Kompetensi Menulis Laporan Perjalanan siswa Kelas VIII di SMP Negeri 1 Gresik. Skripsi Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra. UM. 2007. Fauziah, Resti.Pendekatan Saintifik Pembelajaran Elektronika Dasar Melalui Model Pembelajaran Berbasis Masalah.Jurnal Ivotec. Volume IX. No 2 Agustus 2013: 165-178. Universitas Pendidikan Indonesia. Furchan, Arief.Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional. 1982. http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbud-kurikulum2013 (6 Maret 2014)
175
The Goerge Lucas Educational Foundation.Instructional Module Project Based Learning. 2005.http://www.edutopia.org/modules/PBL/whatpbl.php. (8 April 2014). Griffith.The Physics of Everyday Phenomena: A Conceptual Introduction to Physic. New York: McGraw Hill. 2007. Guire, Mc. Using the Scientific Method, Learning Assistance Review (TLAR) Fall, Vol 12 Issue2, p33-45,13p.2 Diagrams.2007. Gulikers, Judith T.M.A Five-Dimesional Framework for Authentic Assessment, dalam jurnal Educational Technology Research and Development,Volume 52, Issue 3. 2004. .Hudoyo, H.Pengembangan Kurikulum Matematika & Pelaksanaannya di Depan Kelas. Surabaya: Usaha Nasional. 1979. Huberman, Michael.AnalisaData Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia, 1992. Indonesian Journal of Curriculum and Educational Technology Studies. Persepsi Civitas Akademika FIP UNNES Mengenai Kurikulum 2013 ditinjau dari Sub-Kultur Budaya Jawa Tengah.2014. Jurnal pendidikan dan Pengajaran Undiksa. No 1 Th XXXX Januari, I Wayan sadia, Pengembangan Kemampuan Berfikir Formal siswa SMA Mellaui Penerapan Model Pembelajaran ’Problem Based Learning” dan ”Cycle Learning” dalam Pembelajaran Fisika.2007. Karli, Hilda.
Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan
Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Penabur-No.22/Tahun ke-13/Juni 2014. Kemdikbud,
2012.
Kurikulum
2013
Tematik
Integratif.
Diunduh
di
http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/868(13 Nopember 2014). Materi Pelatihan dan Pendampingan Kurikulum 2013. oleh Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2013. Modul pendidikan dan latihan Profesi Guru (PLPG) Kelompok Guru PAI dan Budi Pekerti di SD/SMP/SMA/SMK. Panitia Sertifikasi Guru LPTK Rayon 206 IAIN Walisongo Semarang Tahun 2013. 2013.
176
Mulyasa, E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Rosdakarya, 2007. Muslimin, Ibrahim dan Muhammad Nur.Pengajaran Berdasarkan Masalah, Surabaya: University Press, 2000. Nurgiyantoro, Burhan.Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum Sekolah: Sebuah Pengantar Teoritis dan Pelaksanaan. Yogyakarta: BPFE. 1998. Paparan Mendikbud Sosialisasi Kurikulum 2013. Bandung 16 maret 2013. Patton, Michael Quinn.Metode Evaluasi Kualitatif. Yogyakarta: Pustaka pelajar. 1991. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) Peraturan pemerintah No 55 tahun 2007 Tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan Poerwadarminta,W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia, edisi ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2006. Roestiyah.Strategi Belajar Mengajar. Cet. 7. Jakarta: Reineka Cipta, 2008. Salinan Lampiran Permendikbud No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Salinan Lampiran Permendikbud No 66 Tahun 2013 Tentang Standar Penilaian Sanjaya,
Wina.Pembelajaran
Dalam
Implementasi
Kurikulum
Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Prenada Media. 2005. Sardiman, A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2000. Suherman
dkk.Common
TextBook
Strategi
pembelajaran
Matematika
Kontemporer. Bandung: Jurusan pendidikan matematika UPI Bandung. 2001. Slamet Soeseno.Teknik Penulisan Ilmiah Populer. Jakarta: Gramedia. 2006. Surapranata, Sumarna dan Muhammad Hatta.Penilaian Portofolio: Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: Remaja Rosdakarya. 2006. Sund, R.B. & Leslie.Teaching Science by Inquiry in the Secondary School. Columbus: Charles E. Merill Publishing Company. 1973.
177
Taufiq, Muh. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kendala yang Dihadapi Pengelola Madrasah Aliyah Nahdlatul Wathan (NW) Pancor, Lombok Timur, Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta. 2010. Usman, M.U.Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2002. Varelas, Maria and Michael Ford.The Scientific method and scientific inquiry: Tensions in teaching and learning, USA: Wiley InterScience. 2009.
O(S1)c
A. SMK TELEKOMUNIKASI TUNAS HARAPAN KAB SEMARANG
178
CATATAN OBSERVASI Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Selasa, 22 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XH
Waktu
: 08.30 - 11.00 (Jam ke 3 - 5)
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1. 2. 3. 4.
5. 6.
Jam 08.35 – 09.15 Guru masuk kelas, memimpin doa, melakukan presensi dan meminta tagihan tugas kelompok selama libur UN kelas XII Jam 09.15-09.30 Istirahat Jam 09.38-10.00 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok pokok materi yang harus dikuasai siswa Jam 10.00-10,30 Guru meminta siswa menelaah dan menginventarisir barang berharga yang menjadi miliknya dan melihat bagaimana praktik sedekah dan zakat yang ada di daerahnya Jam 10.30-10.52 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang kegunaan dan cara memanfaatkan barang yang dimiliki sesuai ajaran agama Islam. Jam 10.52-11.03 Pembagian kelompok berikut pemberian tugas kelompok sesuai tema masing-masing
Selasa 29 April 2014, sebagai berikut: 7.
Jam 08.32-08.45 Guru melakukan presensi, menyesuaikan posisi tempat duduk sesuai kelompok siswa 8. Jam 08.45-09.15 Guru meminta siswa menyiapkan kelompoknya untuk presentasi 9. Jam 09.15-09.30 Istirahat 10. Jam 0930-11.05 Presentasi dan tanya jawab antar kelompok secara bergantian O(S1)c CATATAN OBSERVASI
179
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Sabtu, 26 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XD
Waktu
: 12.30 - 14.45 (jam ke 7 - 9)
Subyek
: Heru Budi Wiyatno, S.Ag
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1. 2. 3.
4. 5.
Jam 12.35-13.15 Guru melakukan prsesensi dan meminta siswa membersihkan kelas Jam 13.15-13.28 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi tentang Substansi dan Strategi Dakwah Periode Madinah Jam 13.28-14.10 Guru memutarkan film tentang dakwah nabi di Madinah dengan tiga film yang berbeda, guru meminta siswa mengamati tanyangan yang ada dengan LCD Proyektor Jam 14.10-14.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang film yang telah diputar tadi Jam 14.35-14.50 Guru membagi kelompok sesuai tugas yang ada, dibagi menjadi 3 kelompok dengan metode jigsaw
Sabtu, 3 Mei 2014, sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Jam 12.33-12.40 Guru memimpin berdoa dan melakukan presensi, meminta siswa untuk duduk sesuai kelompoknya Jam 12.40-13.10 Guru meminta siswa berdiskusi yang memiliki tugas yang sama sebelum kembali ke kelompoknya. Jam 13.10-13.28 Guru meminta siswa kembali ke kelompoknya menjadi kelompok ahli Jam 13.28-14.35 Guru Setiap kelompok mempresentasikan tugasnya dengan tanya jawab Jam 14.35-14.55 Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi Jam 14.55-14.59 Guru memberikan rencana pertemuan selanjutnya yaitu penilaian tertulis. O(S1)c CATATAN OBSERVASI
180
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Rabu, 23 April 2014
Tempat
: Ruang Kelas XK
Waktu
: 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9)
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1. Jam 12.35 – 13.10 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi dan tagihan tugas selama libur 2. Jam 13.10 – 13.20 Guru menyampaikan tujuan, pokok materi dan langkah pembelajaran 3. Jam 13.20 – 14.00 Guru meminta siswa mengamati tayangan video contoh praktek wakaf yang ada di masyarakat (sebagian siswa tertidur, guru sudah mengingatkan dan meminta cuci muka, namun terjadi berulang-ulang) 4. Jam 14.00 – 14.15 Guru menstimulasi siswa bertanya dengan menyampaikan ada tambahan nilai bagi yang bertanya (namun tidak ada siswa yang bertanya) 5. Jam 14.15 – 14.28 Guru membentuk kelompok menjadi empat (4) kelompok 6. Jam 14.28 – 14.45 Guru mengarahkan dan menstimulasi siswa untuk berdiskusi tahap I dan menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya diantaranya siswa diminta mencari materi di rumah baik via internet maupun buku rujukan yang lainnya Rabu, 30 April 2014 jam ke 7 – 9 7. Jam 12.40 – 13.05 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi, memberikan motivasi ibadah terutama sholat dhuhur (ada beberapa siswa yang dihukum karena membolos shalat jamaah dhuhur) 8. Jam 13.05 – 13.26 Guru meminta tagihan pekerjaan rumah yang diberikan minggu lalu (hanya dua kelompok yang telah menyelesaikan tugasnya) dan memberikan kesempatan untuk menyelesaikannya. 9. Jam 13.26 – 14.30 Guru meminta siswa mempresentasikan tugas kelompoknya (diskusi hanya berjalan satu arah, karena tanya jawab hanya dilakukan oleh dua siswa yang sama setiap kelompok yang maju)
181
10. Jam 14.30-14.45 Guru dan menyimpulkan materi dan meminta siswa membersihkan kelasnya.
O(S1)c CATATAN OBSERVASI
182
Sifat
: Terbuka/Langsung
Hari/Tanggal
: Rabu, 14 Mei 2014
Tempat
: Ruang kelas XK
Waktu
: Jam 12.45 - 15.00
Subyek
: Ashabul Khoir, S.Pd.I
Jenis Data
: Implementasi Pendekatan Saintifik
Agenda
: Proses Belajar Mengajar
1. 2.
3. 4. 5. 6.
Jam 12.30 – 12.50 Guru membuka pelajaran, melakukan presensi, memberikan motivasi ibadah dan memberikan contoh pergaulan yang benar Jam 12.50 – 13.05 Guru menyampaikan tujuan dan pokok-pokok materi yang akan diajarkan berikut langkah-langkah pembelajaran (siswa keberatan dengan metode diskusi, mereka meminta guru supaya materi dijelaskan langsung tanpa ada pembagian kelompok) Jam 13.05 – 13.16 Guru memberikan pertanyaan seputar materi (respon hanya sedikit) Jam 13.16 – 14.15 Guru menjelaskan materi Substansi Dakwah Nabi periode Madinah Jam 14.15 – 14.35 Guru menguji siswa dengan pertanyaan seputar materi yang telah diajarkan (respon siswa sudah lebih banyak) Jam 14.35 – 14.45 Guru memberikan kesimpulan dengan mengajak siswa bersama
O(S1)c CATATAN OBSERVASI
183
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
: Terbuka/Langsung : Sabtu, 26 April 2014 : Ruang Kelas XD : 12.30 - 14.45 (Jam ke 7 - 9) : Heru Budi Wiyatno, S.Ag : Implementasi Pendekatan Saintifik : Proses Belajar Mengajar
1. Jam 13.28-14.10, guru menayangkan video berkenaan dengan perjalanan nabi hijrah ke Madinah 2. Jam 14.10-14.35, guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang video yang telah diputarkan 3. Jam 14.35-14.50, guru meminta siswa membentuk kelompok kecil untuk mendiskusikan sesuai tema yang telah ditetapkan
O(S1)c
184
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Terbuka/Langsung : Sabtu, 10 Mei 2014 : Ruang kelas XD : 12.30 - 14.45 : Heru Budi Wiyatno, S.Ag : Implementasi Penilaian Otentik : Proses Belajar Mengajar
Jam 12.30-12.45, guru melakukan presensi dan memberikan motivasi menggunakan waktu senggang 12.45-12.50, guru menjelaskan agenda yang akan dilakukan hari ini 12.50-13.00, siswa mereview materi 13.00-13.06, guru membagi soal yang terdiri dari pilihan ganda 40 soal dan essai 5 13.06-14.45, siswa mengerjakan soal 14.45, siswa mengumpulkan lembar jawab
O(S2)3
185
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
: Terbuka/Langsung : Sabtu, 26 April 2014 : Ruang Kelas 1RPL1 : 07.00 - 09.15 : Dra Nur Sholichah, M.Pd : Implementasi Pendekatan saintifik : Proses Belajar Mengajar
1. Jam 07.04 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi 2. Jam 07.15 – 07.28 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran berikut langkah-langkah yang akan dilalui 3. Jam 07.28 – 08.01 Guru membagi potongan gambar dari surat kabar tentang kondisi ekonomi masyarakat sekitar, siswa diminta mengamati 4. Jam 08.01 – 08.29 Guru melakukan tanya jawab (Respon bagus, komunikasi terjalin baik) 5. Jam 08.29 – 08.38 pembagian kelompok 6. Jam 08.38 – 09.13 Diskusi Tahap I 7. Jam 09.13 – 09.16 menyampaikan rencana pertemuan berikutnya Sabtu 3 Mei 2014 1. 2. 3. 4. 5.
Jam 07.05 – 07.15 guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menata posisi tempat duduk siswa sesuai kelompok Jam 07.15 – 08.00 Diskusi Tahap II Jam 08.00 – 09.02 Presentasi kelompok Jam 09.02 – 09.11 Guru bersama siswa menyimpulkan materi Jam 09.11 – 09.15 Guru menyampaikan agenda pertemuan selanjutnya
O(S2)3
186
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Terbuka/Langsung : Jum'at, 25 April 2014 : Ruang Kelas 1IKR2 : 07.00 - 09.15 : Dra Nur Sholichah, M.Pd : Implementasi pendekatan Saintifik : Proses Belajar Mengajar
Jam 07.05 – 07.15 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, merapikan seragam yang dikenakan siswa Jam 07.15 – 07.29 Guru menyampaikan tujuan dan materi pokok pembelajaran Jam 07.29 – 07.35 Guru meminta siswa mengambil buku pegangan guru di perpustakaan dan membaginya kepada siswa Jam 07.35 – 07.50 Guru menstimulasi siswa dengan memberikan beberapa pertanyaan yang relevan (respon kecil) Jam 07.50 – 09.07 Guru memberikan materi kepada siswa secara klasikal Jam 09.07 – 09.15 Guru menyampaikan rencana pertemuan selanjutnya
O(S2)3
187
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda 1. 2. 3. 4. 5. 6.
: Terbuka/Langsung : Sabtu, 30 April 2014 : Ruang Kelas 1SM1 : 08.30 - 11.00 : Heni Wulandari, S.Pd.I : Implementasi Pendekatan Saintifik : Proses Belajar Mengajar
Jam 08.33 – 08.45 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi Jam 08.45 – 08.58 Guru menyampaikan pertanyaan yang relevan Jam 08.58 – 09.15 Guru menyampaikan tujuan dan pokok materi Jam 09.15 – 09.43 Guru meminta siswa mempelajari materi yang ada di buku pegangan siswa Jam 09.43 – 10.00 pembagian kelompok Jam 10.20 – 11.00 Diskusi kelompok tahap I
Rabu, 7 Mei 2014 1. 2. 3. 4.
Jam 08.40 – 08.50 Guru membuka pembelajaran dengan doa dan melakukan presensi Jam 08.50 – 09.13 Diskusi kelompok tahap II Jam 09.13 – 10.00 Presentasi Jam 10.18 – 11.00 Presentasi dan penutup
O(S2)3
188
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
: Terbuka/Langsung : Selasa, 22 April 2014 : Ruang Kelas 1TG : 12.15 - 14.30 : Fathan, S.H.I : Implementasi Pendekatan saintifik : Proses Belajar Mengajar
Jam 12.18 – 12.25 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan memotivasi ibadah Jam 12.25 – 12.38 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan materi pokok tentang wakaf Jam 12.38 – 13.03 menanyangkan video contoh praktik wakaf Jam 13.03 – 13.35 Guru menstimulasi siswa untuk bertanya Jam 13.35 – 13.45 Guru membagi siswa dalam kelompok kecil Jam 13.45 – 13.56 Guru membimbing siswa untuk melakukan ke mushola untuk kegiatan selanjutnya Jam 13.56 – 14.27 Diskusi tahap I Jam 14.27 – 14.30 Dipimpin doa dan rencana pertemuan selanjutnya
Selasa 29 April 2014 jam 12.15 – 14.30 1. 2. 3. 4.
Jam 12.25 – 12.31 Membuka pembelajaran dan melakukan presensi Jam 12.31 – 13.05 Diskusi tahap II Jam 13.05 -14.20 Presentasi Kelompok Jam 14.20 – 14.30 Guru merencanakan agenda pertemuan berikutnya yaitu tes pengetahuan tertulis dan menutup proses belajar mengajar
O(S2)3
189
CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1. 2. 3. 4. 5.
: Terbuka/Langsung : Rabu, 14 Mei 2014 : Ruang Kelas 1SM1 : 08.30 - 11.00 ( Jam ke 3 - 5) : Heni Wulandari, S.Pd.I : Implementasi Penilaian Otentik : Proses Belajar Mengajar
Jam 08.35-08.50 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan motivasi ibadah siswa serta menyampaikan agenda pembelajaran hari ini Jam 08.50-09.30 Guru mereview ulang materi secara keseluruhan Jam 09.30-09.43 Guru membagikan soal ulangan secara tertulis dan menyampaikan peraturan mengerjakan soal ulangan Jam 09.43-10.50 Siswa mengerjakan soal ulangan Jam 10.50-11.00 Siswa mengumpulkan hasil ulangan, Guru menutup pembelajaran
190
O(S2)3 CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1. 2. 3. 4. 5.
: Terbuka/Langsung : Sabtu, 10 Mei 2014 : Ruang Kelas 1RPL1 : Jam 07.00 - 09.15 (Jam ke 1 - 3) : Dra Nur Sholichah, M.Pd : Implementasi Penilaian Otentik : Proses Belajar Mengajar
Jam 07.05-07.12 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi, menyampaikan agenda pembelajaran yang akan berlangsung Jam 07.12-07.50 Siswa mempelajari materi secara mandiri Jam 07.50-08.05 Guru membacakan 10 soal ulangan tertulis secara essay Jam 08.05-09.12 Siswa mengerjakan soal secara mandiri, guru melakukan proses pengawasan Jam 09.12-09.15 Siswa mengumpulkan hasil ulangan dan guru menutup pembelajaran
191
O(S2)3 CATATAN OBSERVASI
Sifat Hari/Tanggal Tempat Waktu Subyek Jenis Data Agenda
1.
2. 3.
: Terbuka/Langsung : Selasa, 6 Mei 2014 : Ruang Kelas 1TG : Jam 12.15 - 14.30 (Jam ke 7 - 9) : Fathan, S.H.I : Implementasi Penilaian Otentik : Proses Belajar Mengajar
Jam 12.15-12.30 Guru membuka pembelajaran, melakukan presensi dan menyampaikan agenda yang akan berlangsung pada hari ini, diantaranya ada perubahan bentuk soal yang telah disampaikan pada minggu yang lalu. Jam 12.30-14.30 Siswa secara bergiliran melakukan penilaian pengetahuan secara lisan, metodenya setiap siswa diberikan lima (5) pertanyaan yang berbeda. Jam 14.30 Guru menutup pembelajaran
192
BIODATAPENELITI
Nama
:Zakiyah Wulansari, S.Ag
TempatTanggalLahir:Kab Semarang, 26 Desember 1978 AlamatRumah
: Kalibening RT/RW03/III Kec. Tingkir Kota Salatiga
Alamat Email
:
[email protected]
Telp
: 085-865-222-881
GRADUASIPENDIDIKAN 1. MI Asas Islam Kalibening Salatiga Tahun1984-1990 2. MTsN Salatiga Tahun 1990-1993 3. MAPK MAN 1 Surakarta Tahun 1993-1996 4. STAIN Salatiga Tahun 1996-2000 5. Pascasarjana STAIN Salatiga 2012-2015
JABATAN TERAKHIR Guru SMK Telekomunikasi Tunas Harapan Kab Semarang Mulai Tahun 2001 - sekarang
193
SURATPERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Nama
: Zakiyah Wulansari, S.Ag
NIM
: M.1.12.1018
Alamat
: Kalibening RT 03 RW 03 Kec. Tingkir Salatiga
Menyatakan bahwa kami tidak berkeberatan apabila naskah tesis ini dipublikasikan. Demikian pernyataan ini kami buat
Hormat Kami
Zakiyah Wulansari, S.Ag