STRATEGI PEMBINAAN AKTIVITAS KEAGAMAAN SISWA DI SEKOLAH DASAR NEGERI TLOGOARUM 01 DAN SEKOLAH DASAR NEGERI TRANGKILAN KECAMATAN WEDARI JAKSA KABUPATEN PATI
SINOPSIS TESIS
Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Magister Studi Islam
Oleh: SHODIQ NIM. 105112104
PROGRAM PASCASARJANA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) WALISONGO 2012
1
ABSTRAK Shodiq: Strategi Pembinaan Keagamaan Siswa SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan untuk : untuk menjelaskan strategi pembinaan keagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati, dan menganalisis faktorfaktor penghambat dan solusinya dalam pembinaan aktivitas keberagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif yang berdasarkan studi lapangan (field research) dengan pendekatan phenomenologis. Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mengambil obyek studi di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Dalam pengumpulan data, Strategi Pembinaan Keagamaan Siswa di SDN Tlogohraum 01 dan di SDN Trangkilan : Mengoptimalkan pembinaan aktifitas Keagamaan siswa di SDN Tlogohraum 01 dan di SDN Trangkilan. Mengoptimalkan penerapan kontrol bagi siswa dalam segala aktivitas pengamalan budaya agama di sekolah. Siswa yang ada harus melakukan kegiatan sesuai dengan program. Semua guru membantu dan mendukung dalam mendampingi siswa untuk pembinaan aktifitas keberagamaan di SDN Tlogoharum 01 dan di SDN Trangkilan. Fasilitas yang terpenuhi secara penuh dalam aktifitasnya. Semua guru diberi tugas sesuai dengan jabatannya. Sekolah akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan dan program yang seolah-olah di luar kegiatan akademik Kesiapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keberagamaan di sekolah. Adapun temuan-temuan strategi pembinaan keagamaan siswa di SDN Tlogoharum 01 dan di SDN Trangkilan antara lain : Penambahan jam di luar PBM melalui eskul keagamaan, Memberi tugas untuk banyak belajar di rumah, misalkan; mengerjakan PR pada LKS, membuat kaligrafi, Mencari tambahan materi agama di luar sekolah, Setiap pembelajaran PAI siswa diharuskan membawa buku LKS, Pada waktu jam istirahat pertama sekitar jam 09.15-0945 siswa dijadwal melaksanakan shalat dhuha untuk kelas IV -VI.
2
Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam dalam UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berdasarkan UU Sisdiknas di atas, salah satu ciri manusia berkualitas adalah mereka yang tangguh iman dan takwanya serta memiliki akhlak mulia. Dengan demikian, salah satu ciri kompetensi keluaran pendidikan kita adalah ketangguhan dalam iman dan takwa serta memiliki akhlak mulia. Pendidikan agama mempunyai peran yang sangat strategis dalam hal peningkatan iman, takwa, dan akhlak mulia. Hal itu disebabkan karena dalam struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), pendidikan agama merupakan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Di sisi lain, pendidikan agama khususnya pendidikan agama Islam menemui banyak tantangan dan kritik. Tantangan yang dihadapi dalam Pendidikan Agama Islam sebagai sebuah mata pelajaran adalah bagaimana mengimplementasikan pendidikan agama Islam. Pengajaran agama Islam bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, tetapi bagaimana mengarahkan peserta didik agar memiliki kualitas iman, taqwa, dan akhlak mulia. Dengan demikian, materi pendidikan agama meliputi pengetahuan tentang agama dan bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat. Sedangkan implementasinya dalam kehidupan sehari-hari mereka selalu dengan akhlak yang mulia di mana pun mereka berada dan dalam aktivitas apa pun.
3
Rumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan di atas, peneliti merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana aktivitas keagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati? 2. Apa saja faktor-faktor penunjang dan penghambat dalam aktivitas keagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati?
Tujuan Penelitian Secara spesifik, penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi, serta berupaya semaksimal mungkin untuk: 1. Menjelaskan strategi pembinaan aktivitas keagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. 2. Menjelaskan dan menganalisis faktor-faktor penghambat dan solusinya dalam pembinaan aktivitas keagamaan siswa di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Secara Teoritis Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pemikiran bagi pemerhati di bidang pendidikan untuk dapat melakukan penelitian keagamaan di sekolah dasar yang lebih mendalam tentang pembinaan keagamaan siswa di sekolah, khususnya di sekolah dasar. 2. Secara Praktis a. Sebagai bahan rujukan bagi guru, khususnya guru agama serta kepala sekolah dalam membina keberagamaan aktivitas siswa di sekolah.
4
b. Sebagai masukan yang konstruktif bagi pengembangan kegiatan pembinaan keberagamaan siswa dan untuk mengetahui keadaan keberagamaan siswa sehingga dapat merencanakan dan melaksanakan kegiatan keagamaan yang bersifat pembinaan. c. Sebagai bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan dalam mengambil keputusan tentang kebijakan pembinaan siswa, khususnya kegiatan pembinaan keberagamaan siswa di sekolah.
Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Fokus penelitian ini berkaitan strategi pembinaan keagamaan siswa. Oleh karena itu, pendekatan yang cocok digunakan adalah kualitatif.
Pendekatan
kualitatif,
yaitu
prosedur
penelitian
yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata, gambar-gambar, dan kebanyakan bukan angka-angka serta perilaku yang dapat diamati. Kalaupun ada angka-angka, sifatnya hanya sebagai penunjang.1 Adapun alasan digunakan pendekatan ini adalah sebagai berikut: a. Penelitian tentang strategi pembinaan aktivitas keberagamaan siswa ini berhubungan dengan masalah perilaku manusia atau sosial masyarakat (guru dan siswa) dalam setting alamiah. b. Masalah penelitian yang dikaji bersifat deskriptif analitis. c. Peneliti sebagai pengumpul data utama. d. Penelitian tentang strategi pembinaan keagamaan siswa berarti mementingkan proses maupun produk serta mencari makna secara deskriptif. e. Data yang diutamakan tentang strategi pembinaan keagamaan siswa adalah data primer. f. Dalam proses menentukan kesimpulan penelitian digunakan check and recheck dari berbagai sudut pandang yang diperoleh dari beberapa informan.
5
g. Analisis data diadakan sejak awal penelitian dan bersamaan dengan pengumpulan data. 2. Fokus Penelitian Penelitian ini penulis fokuskan pada perencanaan, implementasi, dan evaluasi pembinaan aktivitas keagamaan, yang meliputi perencanaan, implementasi,
dan
evaluasi,
serta
faktor-faktor
pendukung
dan
penghambat dalam pembinaan aktivitas keberagamaan siswa. Hal-hal yang terkait dengan perencanaan, meliputi : penyusunan kebijakan, program, jadwal, penanggung jawab, dan pelaksana lapangan. Hal-hal yang berkaitan dengan implementasi, meliputi: deskripsi pelaksanaan aktivitas keberagamaan, presensi kegiatan, pemberian sanksi. Sedangkan hal-hal yang berhubungan dengan evaluasi, meliputi: evaluasi pelaksanaan aktivitas keberagamaan, evaluasi pengelolaan kegiatan, dan evaluasi faktor penghambat dan pendukung. 3. Setting Penelitian dan Sumber Data 1) Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN Tlogoharum dan SDN Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati yang bernaung di bawah Dinas Pendidikan Kabupaten Pati Jawa Tengah. Waktu penelitian dilakukan pada semester gasal bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012. Karena sekolah tersebut sebagai sekolah inti di Kecamatan Wedarijaksa. 2) Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa, guru PAI dan guru kelas SDN Tlogoharum dan SDN Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. 4. Pengumpulan Data Untuk mendapatkan data, baik data primer maupun data sekunder, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu : a. Observasi Observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang diteliti. Metode ini digunakan
6
untuk mencari data tentang kenyataan keagamaan siswa dan pelaksanaan pembinaan kegiatan keberagamaan siswa Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Peneliti
menggunakan
metode
observasi
untuk
melihat
bagaimana kegiatan keagamaan siswa di sekolah, sejak mereka tiba di sekolah hingga menjelang pulang sekolah. Peneliti mengamati bagaimana siswa berdoa sebelum memasuki kelas, sebelum memulai pelajaran di kelas, serta menjelang pulang sekolah. Selan itu, peneliti juga mengamati bagaimana kegiatan sikap siswa dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Sikapnya dengan guru, serta dengan teman sebaya. Peneliti juga terlibat langsung dalam kegiatan sholat Dhuha dan sholat dhuhur berjama‟ah untuk melihat bagaimana pelaksanaan kegiatan tersebut. Selain itu, peneliti juga mengamati kegiatan ekstrakurikuler yang terkait dengan keberagamaan siswa, seperti seni baca al-qur‟an, kaligrafi, pramuka, dan lainnya.2. b. Wawancara (Interview) Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. c. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah kegiatan mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya.3. 5. Metode Analisis Data Penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh dan sesuai dengan konteks melalui pengumpulan data dari latar alami dengan memanfaatkan diri peneliti sebagai instrumen kunci. Pada
penelitian
ini
analisis
data
dilakukan
bersamaan
dengan
pengumpulan data dan dilanjutkan setelah kembali dari lapangan. Hasil
7
analisis sementara akan selalu dikonfirmasikan dengan data baru yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang memiliki tingkat kepercayaan lebih akurat baik diperoleh melalui wawancara, observasi maupun dokumentasi. Di sisi lain pemanfaatan teori yang relevan dipakai sebagai pisau analisis data kualitatif akan menghasilkan analisis deskriptif yang berbobot dan memiliki makna mendalam. Data-data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian dianalisis berdasarkan model analisis interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Ada empat komponen yang dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan/verifikasi.4. Data yang berhasil dikumpulkan dan sesuai dengan kebutuhan peneliti, kemudian di analisis secara mendalam untuk mencari pola realitas dan kemudian dilakukan komparasi antara strategi pembinaan aktivitas keberagamaan yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum 01 dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan. Dari sinilah akan di dapat kedalaman analisis dari komponen-komponen yang diteliti yang berkaitan dengan dua sekolahan tersebut, yaitu: SD Negeri Tlogoarum 01 dan SD Negeri Trangkilan. Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk penulisan yang tersusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab Pertama, berisi pendahuluan, terdiri latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, tinjauan pustaka, kajian teori, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab Kedua, merupakan tinjauan teoritis mengenai strategi pembinaan keberagamaan
siswa,
konsep
keberagamaan,
hakikat
keberagamaan,
komponen-komponennya. Bab Ketiga, berisi pemaparan hasil penelitian tentang kondisi yang peneliti temui di lapangan. Pada bab ini berisikan : usaha–usaha yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam membina keberagamaan siswa di masing
8
– masing sekolah. Dilanjutkan dengan pihak-pihak yang terlibat pembinaan keagamaan di Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum 01 dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. Kemudian adanya respon siswa dan masyarakat. Bab Keempat, analisis bab ini berisi uraian-uraian faktor-faktor yang menghambat pihak sekolah dalam membina keberagamaan siswa, kemudian analisis faktor-faktor penunjang dan usaha-usaha strategis untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut. Dilanjutkan dengan menganalisis faktor penghambat dan faktor-faktor penunjang serta pemecahan yang dilakukan oleh kepala sekolah dan para guru Sekolah Dasar Negeri Tlogoarum 01 dan Sekolah Dasar Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati.
PENGERTIAN STRATEGI PEMBINAAN KEAGAMAAN SISWA A. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Inggris strategy yang berarti “the art of planning operations in war, especially of the movement of armies and navies into favorable positions for fighting”.5. Yang artinya strategi adalah seni dalam gerakan-gerakan pasukan darat dan laut untuk menempati posisi yang menguntungkan dalam pertempuran. Di samping itu strategi juga berasal dari bahasa Yunani strategia yang artinya the art of the general, seninya orang jendral/panglima.6. Dalam kamus-kamus bahasa Inggris, strategi juga diartikan sebagai ilmu siasat (perang). Dengan demikian istilah strategi sebelumnya berasal dari istilah
kemiliteran,
yaitu
upaya
untuk
mendapatkan
posisi
yang
menguntungkan dengan tujuan mencapai kemenangan. Jika kata strategi ini dimasukkan ke dalam dunia pendidikan secara luas dalam skala global, “strategi merupakan kebijakan-kebijakan yang mendasar dalam pengembangan pendidikan sehingga tercapai tujuan pendidikan secara lebih terarah, efektif, dan efisien”.7 Jika dilihat secara mikro dalam strategi operasional, khususnya dalam proses pembelajaran maka
9
pengertiannya adalah kiat-kiat dan langkah-langkah mendasar dalam proses pembelajaran yang mengantarkan siswa dalam mencapai tujuan.8 Hal senada juga dikemukakan oleh Muhammad Ali bahwa strategi pembelajaran merupakan langkah dan prosedur yang ditempuh dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan.
B. Fungsi Strategi Pembinaan Keagamaan Strategi merupakan komponen integral dan tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. 1. Perencanaan (Planning) Menurut Ivor K. Davies, perencanaan yaitu pekerjaan yang dilakukan seorang guru untuk merumuskan tujuan belajar.9. Sedangkan menurut Syaiful Sagala, perencanaan (planning) adalah fungsi manajemen yang menentukan secara jelas pemilihan pola-pola pengaruh untuk para pengambil keputusan sehingga dapat koordinasi dari sedemikian banyak keputusan dalam suatu kurun waktu tertentu dan mengarah kepada tujuantujuan yang telah ditentukan. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan merupakan suatu proses yang memungkinkan seorang manajer melihat ke masa depan dan menemukan berbagai alternatif arah kegiatan. Karena itu perencanaan adalah nadi dari manajemen.10 Jadi perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian (organizing) menurut Terry adalah menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang diintegrasikan sehingga hubungan mereka satu sama lain dalam organisasi dipengaruhi oleh hubungan keseluruhan dalam sistem. Organisasi mempunyai sebuah misi sebagai alasan bagi keberadaan dirinya.11 Lingkungan belajar dan
10
pendelegasian tanggung jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan dan latihan yang telah direncanakan oleh guru manajer.12 3. Pelaksanaan (Actuating) Pelaksanaan (actuating) adalah kemampuan pemimpin pendidikan menggerakkan semua personal institusi pendidikan untuk menyelesaikan tugas-tugas kependidikan, meningkatkan hubungan kerja antar personil, membina kerjasama, menggerakkan sumber daya organisasi dan memberi motivasi kerja.13 Pelaksanaan Strategi manajerial disesuaikan dengan potensi dan kebutuhan tiap-tiap sekolah.14
C. Pengertian Pembinaan Pembinaan berasal dari kata Arab: – يبنى – بنى membangun.
15
Dalam
Kamus
Besar
Bahasa
بناء
yang artinya
Indonesia
diartikan
“pembangunan watak manusia sebagai pribadi dan makhluk sosial melalui pendidikan dalam sekolah, keluarga, organisasi, pergaulan, ideologi, dan agama”.16 W.S. Winkle memberikan pengertian, pembinaan berarti “pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok dalam membuat pemilihan secara bijaksana dan dalam mengadakan penyesuaian diri terhadap tujuan hidup.17 Menurut Bachrudin Suryabrata, pembinaan berarti “pemulihan kembali kesatuan hubungan hidup dan kehidupan yang terjalin antara manusia dengan pribadinya, manusia dengan manusia, manusia dengan sesamanya, manusia dengan keseluruhan, manusia dengan kholiknya sebagai makhluk Tuhan”.18 Sedangkan menurut Bino Walgito, pembinaan berarti “bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau kelompok individu dalam menghindari
atau
mengatasi
kesulitan
di
dalam
hidupnya
untuk
mengembangkan kemampuan-kemampuan agar individu atau kelompok individu itu dapat memecahkan masalah sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri dengan baik untuk mencapai kesejahteraan hidup.19 Dari pendapat-pendapat di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud pembinaan adalah suatu kegiatan atau perbuatan memberikan
11
pertolongan kepada orang lain karena kepeduliannya, berupa pikiran atau pengetahuan untuk memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Pada kenyataan manusia membutuhkan bimbingan serta petunjuk atau hidayah ke jalan yang benar untuk kebahagiaan dunia dan akhirat. Sebab itulah Islam mengajarkan agar para pemeluknya selalu memperhatikan kehidupan dunia dan akhirat. Memberi pembinaan agama Islam terhadap anak-anak orang lain sama dengan melakukan dakwah. Dakwah merupakan salah satu bagian dari usaha penyebaran ajaran Islam disamping amar ma‟ruf dan nahi mungkar sebagai kewajiban umat Islam dimanapun berada dan dalam kedudukan apapun. Jadi pembinaan terhadap peserta didik terutama pembinaan keberagamaan bukan semata-mata hanya tugas guru PAI dalam lembaga. Sebagaimana tertuang dalam Kemenag RI atau ulama melainkan juga sebagai tugas kewajiban umat Islam secara keseluruhan, bahkan menurut Syeh Mahmud Abduh hukumnya wajib „ain.20, artinya seluruh umat Islam adalah kedudukan apapun tanpa terkecuali wajib berdakwah. Sebagaimana firman Allah:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. 3: 104). Syeh Muhammad Abduh menghukumi wajib „ain dalam berdakwah dengan alasan bahwa huruf lam yang terdapat pada kalimat “waltakum” mengandung makna perintah yang sifatnya mutlak tanpa syarat, sedangkan huruf mim yang terdapat pada kalimat “minkum” mengandung makna lilbayan, artinya bersifat penjelasan. Jadi menurut dia seluruh umat Islam dengan ilmu yang dimiliki betapapun minimnya wajib mendakwahkannya kepada orang lain.21
12
D. Pengertian Keagamaan Pada dasarnya, keagamaan atau religiusitas (sifat dari agama atau religius) itu tidaklah identik dengan agama. Agama lebih menunjukkan kelembagaan, kebaktian kepada Tuhan atau kepada “dewa Atas” dalam aspeknya yang resmi, yuridis, peraturan-peraturan dan hukum-hukumnya, serta
keseluruhan
organisasi-organisasi
melingkupi segi-segi
sosial,
dan
sebagainya
yang
kemasyarakatan. Sedangkan keberagamaan atau
religiusitas lebih melihat aspek yang “didalam hati nurani” pribadi, sikap personal yang sedikit banyak misteri bagi orang lain karena menapaskan intimitas jiwa, cita rasa yang mencakup totalitas (termasuk rasio dan rasa manusiawinya) ke dalam pribadi manusia. Jadi, keagamaan adalah aturan-aturan yang ditetapkan oleh Allah SWT dan para rasul-Nya yang sudah tertulis dalam Al-quran dan sunnah-Nya.
E. Pengertian tentang Agama, Beragama dan Keagamaan Menurut etimologi kata agama berarti percaya atau kepercayaan sedangkan menurut terminologi pendapat.22 bahwa “agama adalah sebagai hubungan antara mahkluk dengan khaliknya, hubungan ini terwujud dalam sikap batinnya serta tampak pada ibadahnya yang dilakukannya, dan tercermin pula dalam sikap kesehariannya”. Secara istilah “agama” berarti peraturan Allah yang diturunkan . Nya kepada manusia dengan perantara Rasul Nya untuk jadi pedoman bagi manusia dalam melaksankaan kehidupan dan penghidupan mereka di dalam segala aspeknya agar mereka mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan akhirat.. Agama mengandung unsur . unsur peraturan Allah yang diberikan- Nya kepada manusia, yang berisi pedoman pelaksanaan kehidupan dan penghidupan manusia di dalam segal aspeknya, yang bertujuan agar manusia mencapai kejayaan hidup secara lahir dan bathin serta dunia dan akhirat. F. Pengertian Siswa Siswa atau peserta didik merupakan sosok yang masih memerlukan bimbingan dari guru dalam pendidikan dan pengajaran. Oleh karena itu peserta
didik disebut sebagai salah satu komponen terpenting dalam
13
pendidikan, sebab ia merupakan faktor penentu keberhasilan pengajaran. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran peserta didik sebagai subjek pendidikan. Dengan kata lain, siswa adalah orang yang menerima pengaruh dari orang lain yang lebih dewasa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya agar tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya.
1) Sikap Siswa Terhadap Agama Menurut Zakiah Daradjat, sikap siswa terhadap aagama dapat dibedakan menjadi empat, yaitu:23 a) Percaya turut-turutan Yaitu percaya kepada Tuhan dan menjalankan ajaran agama karena ia terdidik dalam lingkungan beragama, karena orangtuanya orang beragama,
teman-teman
dan
masyarakat
sekelilingnya
rajin
menjalankan ibadah dan ajaran agama. Maka ia ikut percaya dan melaksanakan
ajaran
agama
sekedar
mengikuti
suasana
dan
lingkungan dimana ia hidup. b) Percaya dengan kesadaran Sekitar usia 16 tahun, siswa mulai meninjau dan meneliti kembali cara beragama pada masa kecil. Ia tidak puas dengan pengertian atau pemahaman tentang ajaran agama yang diterimanya ketika kecil. Ia ingin menjadikan agama sebagai hal baru untuk membuktikan pribadinya, karena ia tidak mau lagi beragama sekedar ikut-ikutan c) Percaya tapi ragu-ragu Kebimbangan terhadap ajaran agama yang pernah diterima tanpa kritik semasa kecilnya merupakan tanda bahwa kesadaran agama mulai tumbuh pada siswa yang bertepatan dengan masa remaja. Biasanya kebimbangan itu muncul setelah pertumbuhan kecerdasan mencapai kematangannya, sehingga ia dapat mengkritik, menerima atau menolak apa yang saja yang dijelaskan kepadanya. Dapat dikatakan bahwa pada masa remaja akhir, keyakinan beragama lebih diwarnai oleh pikiran,
14
berbeda dengan pada masa permulaan remaja dimana perasaan yang lebih menguasai keyakinan agamanya. d) Tidak percaya sama sekali Salah satu perkembangan yang terjadi adalah mengingkari adanya Tuhan dan menggantinya dengan keyakinan lain atau mungkin pula hanya tidak mempercayai adanya Tuhan secara mutlak. Seperti diketahui, semakin bertambah kemampuan seseorangan dalam mengetahui sebab-akibat sesuatu, maka semakin kurang kembalinya kepada Tuhan dalam menerangkan sesuatu yang tidak dikenalnya. Menurut Muhaimin terdapat empat model yang dipilih dan perlu dikembangkan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam, yaitu:24 a) Model Terhubung (Connected), yaitu model pembelajaran yang sengaja diusahakan untuk menghubungkan satu topik dengan topik lain dalam satu bidang studi. Misalnya guru PAI ketika menjelaskan ayat al-Qur‟an tentang proses kejadian manusia dhubungkan dengan konsep keimanan dan akhlak dalam mata pelajaran PAI, atau topik lain tentang keimanan dihubungkan dengan aspek-aspek akhlak, fikih dan tarikh. Jika digambarkan dalam bentuk skema dapat dilihat dalam contoh berikut:
Aspek Keimanan
Aspek Akhlak Aspek Al-Qur‟an/ Hadits Aspek Fiqh
Aspek Tarikh
15
b) Model Sequenced, yaitu model pembelajaran dimana pada saat guru PAI mengajarkan suatu aspek mata pelajaran PAI maka ia dapat menyusun kembali urutan topik suatu mata pelajaran tersebut dan dimasukkannya topik-topik dari aspek lainnya dalam mata pelajaran PAI kedalam urutan pengajarannya, tentunya dalam topik yang sama atau relevan. Misalnya ketika guru mengajarkan QS alDzariyat [51]:56 yang menyangkut tugas
manusia sebagai
makhluk yang beribadah kepada-Nya, mulai dari bacaan alqur‟an dan tajwidnya, makna kandungannya, mengamalkan isinya. Kemudian dimasukkan dengan aspek keimanan tentang tandatanda penghayatan terhadap sifat-sifat Allah dalam perilaku seharihari, aspek akhlak tentang kebiasaan bersikap husnudhon kepada Allah, aspek fikih mengembangkan topik memahami hukumhukum Islam, dan seterusnya. Contoh tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
QS. Al-Dzariyat (56) (1)
Aspek Keimanan (2)
Aspek Akhlak (3)
Aspek Tarikh (5)
Aspek Fiqh (4)
G. Pembahasan Tentang Kegiatan-Kegiatan Keagamaan di Sekolah 1. Macam-macam Kegiatan Keagamaan Menurut Pedoman Kemenag RI tentang kegiatan ekstrakurikuler di SD tahun 2011, Kegiatan ekstrakurikuler keagamaan pendidikan Agama Islam untuk pembinaan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jenis-jenisnya ada 6 macam, yaitu: a. Melaksanakan peribadatan sesuai dengan ketentuan agama masingmasing
16
b. Memperingati Hari-hari besar Agama c. Melaksanakan perbuatan amaliah sesuai dengan norma agama d. Membina toleransi kehidupan Antar Umat beragama e. Mengadakan lomba yang bersifat keagamaan f. Menyelenggarakan Kegiatan seni yang bernafaskan keagamaan Kegiatan keagamaan dapat dilaksanakan secara perorangan maupun kelompok-kelompok. Kegiatan perorangan merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan pengayaan pengetahuan, penyaluran bakat, serta minat siswa. Sedangkan kegiatan kelompok dapat mengarahkan siswa hidup bermasyarakat. 2. Tujuan dan Manfaat Kegiatan Keagamaan di Sekolah Tujuan dilaksanakannya ekstrakurikuler keagamaan adalah untuk memperdalam pengetahuan siswa mengenai materi yang diperoleh di kelas, mengenal hubungan antar mata pelajaran dengan keimanan dan ketaqwaan, menyalurkan bakat dan minat siswa, serta melengkapi upaya pembinaan manusia seutuhnya. Sebagian disebutkan dalam Al-qur‟an tentang anjuran kepada kita agar menyeru kepada yang ma‟ruf dan mencegah kepada yang mungkar, yaitu disebutkan dalam QS. Ali-Imran ayat 104.
GAMBARAN UMUM SEKOLAH DASAR NEGERI TRANGKILAN DAN SEKOLAH
DASAR
NEGERI
TLOGOHARUM
01
KECAMATAN
WEDARIJAKSA KABUPATEN PATI A. Gambaran Umum Tentang SD Negeri Trangkilan Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. 1. Letak Geografis SD Negeri Trangkilan. SD Negeri Trangkilan terletak di desa Trangkilan Kecamatan Weda rijaksa Kabupaten Pati. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut: a. Sebelah barat
:
Jalan persawahan Desa Trangkilan
17
b. Sebelah utara
:
Jalan Juwana – Wedarijaksa disamping balai desa Trangkilan dan TK Pertiwi desa Trangkilan
c. Sebelah timur
:
Perumahan guru SDN Trangkilan dan Sekolah Diniyah depannya lapangan sepak bola
d. Sebelah selatan :
Persawahan
dan
tanaman
bawang
merah
masyarakat desa Trangkilan. 2. Sejarah SD Negeri Trangkilan Berdirinya SD Negeri Trangkilan tidak terlepas dari dukungan masyarakat yang telah dirintis oleh para tokoh masyarakat desa Trangkilan dan sekitarntya, sebagai lembaga pendidikan dasar yang cukup tua, mulai beroperasi pada tanggal 19 September 1954 dengan sebutan SR (Sekolah Rakyat) .Dibangun I lokal tiga kelas,
dengan luas tanah 914 m2.
Berkembang menjadi enam kelas mulai tahun 1963. Dari sejak awal berdiri, SD Negeri Trangkilan mengalami perputaran roda kepemimpinan, dan yang pernah menjabat sebagai Pemimpin SD Negeri Trangkilan, antara lain : a.
(1954 – 1963)
Hardi
b. Partoyo
(1963 – 1971)
c.
Soetar
(1971 – 1982)
d. Kahar
(1982 – 1989)
e.
Asmisih
(1989 – 2000)
f.
Sugiarti, Ama.
( 2000 – 2010)
g. Ngatini,S.Pd
(2010- Sekarang )25
3. Visi dan Misi SDN Trangkilan a.
Visi : Terwujudnya masyarakat sekolah yang
cerdas, maju, dalam
iptek dan Imtaq.
b.
Misi : 1) Melaksanakan pembelajaran dan pembinaan secara pakem sehingga dapat mengembangkan kemampuan yang optimal.
18
2) Membentuk masyarakat sekolah yang gemar Imtek. 3) Membentuk masyarakat sekolah yang memiliki keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 4) Mendorong siswa menggali potensi diri sendiri.
B. Strategi Pembinaan Aktivitas Keagaman di SDN Trangkilan SDN Trangkilan secara sosiologis berada di lingkungan masyarakat yang
religious,
sehingga
cukup
menjadi
daya
dukung
dalam
mengimplementasikan nilai-nilai agama, namun secara formal SDN Trangkilan menerapkan program pengembangan PAI masuk pada bagian program pengembangan budaya sekolah mulai tahun 2007, bersamaan dengan itu sekolah juga mulai menerapkan kebijakan tentang penggunaan busana muslim pada hari Jumat sebagai upaya simbul religious di sekolah. 1) Implementasi Kebiasaan Jujur, Percaya Diri, Dan Bertanggung Jawab a) Melaksanakan kegiatan layanan pembelajaran melalui jam Pengembangan diri. b) Pembuatan tulisan tentang jujur. Percaya diri ,bertanggung jawab c) Pemasangan
tulisan
tentang
jujur,
percaya
diri
dan
bertanggung jawab d) Melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok e) Melaksanakan kegiatan pembinaan kelompok f) Pengamatan dari semua guru 2) Implementasi Kebiasaan Bersih a) sosialisasi tentang tata tertib sekolah b) pemberian materi jam pengembangan diri c) melaksanakan
kegiatan
layanan
pembelajaran
kebersihan d) gersitin (gerakan kebersihan secara rutin )
tentang
19
e) gersila (gerakan kebersihan secara berkala) f) gersimum ( gerakan kebersihan secara umum ) g) penilaian lewat kegiatan Pengembangan diri h) pengawasan yang efektif dari semua guru dan wali kelas. 3) Pengembangan Budaya dan Lingkungan Hidup a) Sosialisasi sekolah sehat b) pembentukan panitia c) penyusunan anggaran d) pelaksanaan sosialisasi e) evaluasi f) pelaporan 4) Ceramah Tentang Etika a) Pembentukan panitia b) Penyusunan anggaran c) Konsultasi dengan kepala sekolah d) Mencari nara sumber e) Melaksanakan kegiatan f) Evaluasi g) Penyusunan laporan Sebagaimana dipahami bersama bahwa Pendidikan Agama Islam dalam bentuk mata pelajaran PAI terutama di sekolah-sekolah umum dirasakan masih kurang baik dari sisi kuantitas jam pelajaran maupun kualitas pembelajaran serta suasana keagamaan di sekolah berupa budaya, tradisi maupun ritual keagamaannya. Berdasarkan hasil penemuan peneliti terdapat upaya - upaya sistematis untuk mengelola / memenaj pengembangan PAI di SDN Trangkilan. Pengembangan PAI harus dilakukan dan menjadi tanggung jawab bersama seiring dengan kedudukan PAI dalam kurikulum sekolah yang sebenarnya menjadi inti kurikulum sekolah. Hal ini paling tidak didasarkan falsafah Negara Pancasila terutama pada sila pertama,
20
UU No. 20 tentang Sisdiknas pada pasal 1 ayat 1, UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen, serta Permendiknas, No. 22 tahun 2006.
C. Gambaran Umum Tentang SD Negeri Tlogoharum 01 Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati. 1. Letak Geografis SD Tlogoharum 01 Lokasinya strategis karena berada di jalur Jalan Raya Juwana – Tayu km. 6. Adapun batas-batasnya adalah sebagai berikut: a. Sebelah utara
: SDN Tlogoharum 02
b. Sebelah timur
: TK Pertiwi Desa Tlogoharum
c. Sebelah selatan : Jalan Raya Juwana – Tayu Km. 6 d. Sebelah barat
: Jalan desa dan perkampungan masyarakat
2. Sejarah Berdirinya SD N Tlogoharum 01 Berdirinya SDN Tlogoharum 01 tanggal 2 Januari 1917 dirintis dan dibangun pada masa kolonial Belanda. Lembaga pendidikan ini sangat tua, satu kecamatan saat itu baru ada empat lembaga Volks School. Desa-desa di sekitarnya belum ada lembaga pendidikan, masyarakat sekitarnya sekolah di Volks School. Pada pemerintahan Belanda SR (Sekolah Rakyat) angka satu terdiri dari kelas I sampai dengan kelas III. Volks School adalah SR angka dua terdiri dari kelas IV sampai dengan kelas VI. Tahun 1965 SR Karanganyar dirubah diganti SD Tlogoharum 01. SR angka satu digabung dengan SR angka dua jadi SR 6 tahun sebelum tahun 1965-an. Pada tahun 1972/1973 ada pengangkatan guru inpres dan tahun 1976 pengangkatan kepala sekolah ber-SK sampai sekarang SDN Tlogoharum 01 sebagai SD inti Gugus Cempaka dengan jumlah keanggotaan tujuh SD.
21
Pergantian Kepala Sekolah SDN Tlogoharum 01 a. Sukarjan
(1917-1926)
b. Suhadi
(1927-1941)
c. Tomo
(1942-1955)
d. Kastingal
(1956-1976)
e. Mukri
(1977-1982)
f. Pirso
(1983-1995)
g. Maratun, BA
(1996-2003)
h. Hartati, S.Pd
(2004-2005)
i. Eko Budi Santoso, S.Pd (2006-2007) j. Dwiningtyas, S.Pd
(2008-sekarang)26
3. Visi-Misi Sekolah Visi
: Terwujudnya Masyarakat Sekolah yang Cerdas, Maju dalam IPTEK dan IMTAQ.
Misi
: 1.
Membentuk masyarakat sekolah yang cerdas dengan mengembangkan pembelajaran PAKEM.
2.
Membentuk masyarakat yang gemar IPTEK.
3.
Membentuk masyarakat sekolah yang memiliki keimanan dan ketaqwaan Tuhan Yang Maha Esa.
4. Keadaan guru SD Negeri Tlogoharum 01 SD Negeri Tlogoharum 01 mempunyai tenaga guru sebanyak 11 orang, terdiri dari 7 orang yang berstatus PNS dan 3 orang yang berstatus honorer. Dan satu orang sebagai penjaga sekolah. .
22
ANALISIS
STRATEGI
PEMBINAAN
KEAGAMAAN
DAN
PROBLEMATIKA SERTA SOLUSINYA DI SDN TRANGKILAN DAN DI SDN TLOGOHARUM 01 KEC.WEDARIJAKSA PATI A. Analisis Strategi pembinaan keagamaan dan solusinya di SDN Trangkilan dan di SDN Tlogoharum 01 Berdasarkan data dari beberapa sumber di lapangan yang dapat dikumpulkan, dapat penulis kemukakan secara umum, yakni proses strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa yang dilaksanakan di SDN Trangkilan dan di SDN Tlogoharum 01 berjalan dengan baik, hal itu terbukti di antaranya program kegiatan pengembangan Pendidikan Agama Islam untuk mewujudkan religious culture di sekolah dapat berlangsung secara efektif dan efesien. Sebagaimana yang telah tertera dalam Bab I bahwa tujuan penelitian ini untuk
mendeskripsikan bagaimana penerapan strategi pembinaan
pengembangan Pendidikan Agama Islam, serta memberikan gambaran tentang beberapa problema dan solusinya dalam penerapannya. Mengingat bahwa data-data yang terkumpul bersifat kualitatif, maka dalam menganalisa data penulis
menggunakan
analisis
deskriptif
kualitatif,
yaitu
dengan
mendeskripsikan dan menganalisis antara penerapan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa dengan konsep yang ditemukan dalam studi kepustakaan. Dalam hal ini penulis menganalisis tentang penerapan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa dalam mewujudkan religious culture di SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01 dan problema-problema serta solusinya. Budaya sekolah merujuk pada suatu sistem nilai, kepercayaan dan norma-norma yang diterima secara bersama, serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang sama di antara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.27 Tetapi perlu diingat, tujuan yang baik jika tidak dibarengi dengan pengelolaan yang baik pula, maka hasil yang
23
efektif sulit untuk diwujudkan. Dari sinilah diperlukan satu bentuk pengelolaan yang mendukung terciptanya budaya sekolah yang efektif dan efisien. Hal ini harus diwujudkan di sekolah, karena budaya merupakan bagian integral dari pendidikan itu sendiri. Selain itu juga telah tercantum dalam UUD 1945 Pasal 32 (2), yang berbunyi: “Negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.”.28
B. Problematika yang Muncul serta solusinya pembinaan keagamaan di SDN Trangkilan. Dengan popularitasnya SDN Trangkilan ini, memang sejak dulu peserta didik yang masuk di SLTP unggulan di wilayah kawedanan Juwana ini ratarata dari anak-anak berprestasi di tingkat SDnya, dan mereka secara umum berasal dari keluarga kelas memengah ke atas. Selain itu, hampir dapat dipastikan di atas 80% lulusanya dapat memasuki SLTP negeri yang menjadi pilihannya bahkan ada sebagaian yang dapat di terima di sekolah yang terbaik di ibu kota kabupaten. Melihat asal-usul peserta didik maupun lulusannya ini saja, tentunya menjadi poin tersendiri terhadap penilaian bagaimana mutu kegiatan
belajar-mengajar
di
sekolah
tersebut
termasuk
pembinaan
keberagamaan siswa PAI dalam mewujudkan budaya religius di sekolah yang menjadi bagian dari program khusus. Namun demikian, dalam kenyataannya sekolah mengalami tantangan bahkan bisa bearti kendala-kendala dalam proses pencapaiannya. Maka berikut ini akan dijelaskan problem - problem dalam pelaksanaan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan khususnya, yang peneliti dapatkan melalui wawancara dan pengamatan selama penelitian : 1. Belum optimalnya tugas tim Pengembang PAI dari pihak
guru dan
tim Rohis ( siswa ) 2. Belum optimalnya penerapan kontrol bagi
siswa dalam segala
aktivitas pengamalan budaya agama di sekolah, kontrol ini berlaku
24
bagi seluruh anggota (siswa), yang dalam pengontrolannya dibuatkan buku kontrol yang dipegang oleh tim pengembang dan atau guru yang mengajar PAI pada kelas masing-masing, berisi keaktifan mengikuti kegiatan baca yasin bersama-sama di halaman SD, membaca asmaulhusna, kepedulian berinfak, kedisiplinan dan perilaku serta berbagai aktifitas yang masuk dalam program pengembangan diri dan ekstrakurikuler keagamaan. 3. siswa yang ada tidak melakukan kegiatan sesuai dengan program. 4. ada guru yang merasa keberatan dalam mendampingi siswa karena faktor kesehatan. 5. ada fasilitas yang belum terpenuhi secara penuh. 6. keterbatasan tenaga karena semua guru sudah diberi tugas dobel dalam jabatan sekolah. 7. Kekhawatiran sekolah akan persepsi masyarakat sebagai sekolah yang banyak aturan dan program yang seolah-olah di luar kegiatan akademik (wawancara dengan Ibu kepala sekolah) 8. Ketidak siapan pihak internal akan konsekwensi logis yang harus dilaksanakan dalam perwujudan suasana keagamaan di sekolah. Dari beberapa faktor problem yang ada dalam strategi pembinaan aktifitas keberagamaaan siswa (Budaya agama di Sekolah) di t rangkilan, kesemuanya dianggap pengelola sekolah sebagai tantangan. Dengan kata lain, masih adanya hambatan dalam proses ini dianggap sebagai satu hal yang lumrah bagi lembaga, karena dalam peningkatan mutu sekolah perlu adanya semangat kreasi dalam segala kegiatan dalam hal ini misalnya diniati sebagai nilai berda‟wah tentunya tidak langsung diterima, sebagaimana Nabi Muhammad SAW., ketika mensyiarkan Islam, semuanya membutuhkan proses panjang dan istiqomah, dan selalu positif thinking bahwa niat/tujuan yang mulia pastinya dimudahkan oleh Allah swt. Namun tentunya dibarengi dengan rangkaian tindakan
dan
pengembangan
secara
tepat
dan
berkesinambungan oleh pihak pengembang pembina aktifitas keberagamaan siswa sekolah.
25
C. Problematika yang Muncul dalam Strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa di SDN Tlogoharum 01 1.
Manajemen SDN. Tlogoharum 01 tentang strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa masih kurang bagus.
2.
Kurangannya pengontrolan aktifitas keagamaan di sekolah dalam pembuatan managemen sebagi laporan identitas keaktifan keagamaan masing-masing siswa.
3.
Adanya siswa yang seharusnya masuk sekolah di SDLB.
4.
Terbatasnya tenaga pendidik di pendidikan sekolah dasar.
5.
Salah satu tenaga pendidik terforsirnya dalam mendampingi siswa.
D. Solusi yang dilakukan dalam Pengembangan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa. Dari paparan data penelitian sebagaimana peneliti jabarkan pada babbab sebelumnya, didapat temuan penelitian terkait dengan perlunya dan problematikanya pengembangan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan dalam mewujudkan religious culture di sekolah, maka berikut ini akan peneliti paparkan solusi-solusi untuk mengatasi problematika yang diperlukan dalam pelaksanaan strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01 dalam mewujudkan religious culture sebagai berikut : 1. Keterbatasan alokasi waktu pelajaran PAI. Keterbatasan alokasi waktu pelajaran PAI yang hanya 2 jam pelajaran sangat dirasakan di SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01, meskipun hal demikian dapat disiasati dengan melakukan berbagai inovasi seperti pengembangan metode pembelajaran dan penegakan disiplin kelas yang tinggi. Menurut Pak Sunoto, sebagai tim pengembang PAI dan guru PAI dalam menghadapi persoalan – persoalan tersebut disiasati antara lain dengan melakukan: a. Penambahan jam di luar PBM melalui eskul keagamaan. b. Memberi tugas untuk banyak belajar di rumah, misalkan; mengerjakan PR pada LKS, membuat kaligrafi.
26
c. Mencari tambahan materi agama di luar sekolah. d. Setiap pembelajaran PAI siswa diharuskan membawa buku LKS. e. Pada waktu jam istirahat pertama sekitar jam 09.15-0945 siswa dijadwal melaksanakan shalat dhuha untuk kelas IV -VI.
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan temuan di lapangan yang telah penulis sajikan di bab-bab sebelumnya, baik berasal dari data-data literatur yang terkait dengan penelitian ini, maupun data-data yang diperoleh dari hasil penelitian
di
lapangan
melalui
metode
observasi,
wawancara
dan
dokumentasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan langkahlangkah teknik analisis data, akhirnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Implementasi pengembangan PAI dalam mewujudkan religious culture di SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum; meliputi 3 S (budaya senyum, salam, sapa), membaca yasin bersama di halaman SD yang diikuti kelas I – VI bagi anak yang belum bisa membaca sebagai pengganti surat Alikhlas sampai selesai temannya membaca yasin, salat dzuha kelas IV - VI, berdo‟a
sebelum
memulai
pelajaran,
memberikan
infak
jum‟at,
pengumpulan zakat firah. Budaya tersebut terbukti dapat meningkatkan spiritualitas siswa, meningkatkan rasa persaudaraan dan toleransi, meningkatkan
kedisiplinan
dan
kesungguhan
dalam
belajar
dan
beraktifitas, dapat meningkatkan sikap tawadlu‟ siswa pada guru sebagai bentuk penghormatan dan keyakinan akan mendapat berkah dari gurunya berupa manfaat ilmu pengetahuan yang didapat dari guru, serta dapat menjadikan mentalitas siswa lebih stabil sehingga berpengaruh pada kelulusan dan nilai yang membanggakan. Dari sepuluh macam program pengembangan PAI dalam mewujudkan
religious culture tersebut
sebagian besar tingkat pelaksanaannya masih pada level sedang atau cukup. Dengan kata lain berarti masih belum maksimal.
27
2. Strategi pembinaan aktifitas keberagamaan siswa dalam mewujudkan religious culture di SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum, merupakan suatu upaya-upaya yang telah dilakukan sekolah adalah sebagai berikut: a. Menyusun rencana yang biasa disebut RKS (Rencana Kerja Sekolah dan RKAS (Rencana Kegiatan Anggaran Sekolah). b. Menyusun rencana program yang akan dijadikan dasar perjalanan di dalam melaksanakan program Pengembangan PAI. c. Tim Pengembang PAI yang terdiri dari 9 (sembilan) guru yang dipilih berdasarkan tingkat keilmuan agama dan akhlaknya. Sedangkan tim Rohis masing-masing sekitar 9 siswa/siswi, siswa/siswi terpilih merupakan siswa yang berprestasi dan berakhlak baik. d. Mengadakan koordinasi dan rapat-rapat diadakan diawali oleh (Tim Pengembang PAI) dilanjutkan untuk membangun komitmen bersama seluruh guru dan , memberikan pengetahuan dan sharing kepada civitas SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01. Pada moment ini sekaligus digunakan sebagai muhasabah/evaluasi dari pelaksanaan Pengembang PAI secara intensif. Dan berikutnya melakukan sosialisasi dan pembinaan terus menerus kepada semua warga sekolah, yang dilakukan setiap Senin pagi (apel pagi) sebelum jam pelajaran pertama selama 30 menit. Selain itu kepada orang tua siswa juga diberikan pengarahan, yang dilakukan pada awal tahun pelajaran baru. Serta adanya penempelan do‟a harian dan seni nuansa Islami. e. Motivasi, pemberian motivasi disini berbentuk peningkatan nilai dalam mata pelajaran agama, yakni berupa penghargaan ditambah nilai PAI. f. Monitoring dan ajakan, ini merupakan tugas Tim Pengembang PAI dan Tim Rohis, dimana setiap harinya terdapat petugas piket Tim Rohis yang berjumlah 9 siswa/siswi untuk membantu guru mengumpulkan absensi pembiasaan membaca yasin bersama dan membaca asmaul husna berjamaah yang diikuti semua siswa-siswi . g. Adapun bentuk monitoring yang formal berbentuk pembuatan buku catatan kedisiplinan siswa dalam kegiatan khusus keagamaan.
28
h. Evaluasi pelaksanaan Pengembang PAI dilaksanakan tiap satu (1) bulan sekali dengan Tim Pengembang PAI dan Tim Rohis, sedangkan evaluasi tahunan dengan pihak sekolah dilakukan secara menyeluruh guru, karyawan untuk mendapat masukan dan saran-saran untuk tahuntahun selanjutnya. 3. Proses pewujudan religious culture dilakukan dengan dua strategi, yaitu: (a) Instructive sequential strategy dan (b) Constructive secuential strategi. Pada strategi pertama, upaya pewujudan religious culture menekankan pada aspek struktural yang bersifat instruktif yang mengandalkan komitmen pimpinan untuk melakukan upaya sistematis melalui force untuk mewujudkan religious cultures, sehingga punishment dijadikan sebagai salah satu cara unrtuk mewujudkan religious culture. Pada strategi kedua upaya pewujudan religious culture Sekolah lebih menekankan pentingnya membangun kesadaran diri (Self Awareness) sehingga diharapkan akan tercipta sikap, perilaku dan kebiasaan religius yang pada akhirnya akan membentuk religious culture di Sekolah. 4. Terbentuknya religious culture di SDN Trangkilan dan SDN Tlogoharum 01 meliputi : a. Semangat dan aktif dari seluruh unsur di sekolah meliputi; kepala sekolah, Tim Pengembang PAI dan Tim Rohis, dewan guru, dan siswasiswi (seluruh warga sekolah). b. Keteladanan dari kepala sekolah, guru PAI khususnya, dan dewan guru pada umumnya. c. Diterapkannya tata tertib dan pembiasaan serta kedisiplinan siswa. d. Tersedianya sarana atau tempat ibadah yang representatif berupa musholla dijadikan pusat kegiatan siswa. e. Tersedianya sarana prasarana kegiatan keagamaan termasuk mushala, buku-buku bacaan bernuansa Islami di perpustakaan walaupun masih terbatas.
29
B. Saran - Saran : 1. Pembudayaan nilai-nilai agama (religious culture) di komunitas sekolah bukan sekedar menjadi bagian dari asesoris kegiatan sekolah saja, akan tapi harus merupakan bagian utama masuk pada program inti kebijakan sekolah. 2. Pengembangan Pendidikan Agama Islam juga diharapkan dalam rangka meningktakan
daya
tarik
animo
masyarakat
terhadap
sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana telah diungkap di awal bahwa lembaga pendidikan yang dapat menawarkan prestasi akademik dan suasana religius akan memiliki daya tarik bagi masyarakat. Oleh sebab itu kebijakan penciptaan religious culture seharusnya menjadi kebijakan inti yang strategis dalam rangka mampu meningkatkan kualaitas dan daya tarik dan animo masyarakat. 3. Perlunya sekolah dalam hal ini kepala sekolah memberi penyadaran dan semangat lebih bagi para guru agama Islam dan Tim Pengembang PAI untuk lebih peduli dalam pengembangan kegiatan dan menata sarana prasarana yang sudah disediakan. 4. Diperlukan juga suatu dukungan yang kuat dari stakeholder (komite sekolah, masyarakat, orang tua / wali murid) dalam rangka memberi motivasi, pengakuan dan penghargaan dalam rangka pengembangan PAI untuk mewujudkan religious culture di sekolah.
30
Catatan Akhir 1
Danim, 2002: 61 Moleong, 1999: 115 3 Arikunto, 2002 : 206 4 Miles dan Huberman, 1994: 23 5 Hornby, AS, 1977: 870 6 Darwisy Djamaludin, 1998: 193 7 Djamaludin: 194. 8 Ali Muhammad, 2000: 67. 9 Ivor K. Davies, 1991: 50 10 Syaiful Sagala, 2004: 19. 11 Syaiful Sagala, 2004: 23. 12 Ivor K. Davies, 1991: 38. 13 Syaiful Sagala, 2004: 26. 14 Budi Raharjo, 2003: 17. 15 Yunus Mahmud, 1989: 73. 16 Dep. P & K. 2003: 118. 17 W.S. Winkle S.J, 1982: 20. 18 Sudarto, 1981: 98. 19 Walgito Bino, 1982: 12. 20 Siddiq Samsuri, 1982: 12 21 Siddiq Samsuri, 1982: 13. 22 Quraish Shihab, 1999:131 23 Zakiah Daradjat, 1996:137, 24 Muhaimin 2009:79 25 Dokumen SDN Trangkilan dikutip pada tanggal 24 Desember 2011. 26 Data dokumen SDN Tlogoharum 01 pada tanggal 26 Desember 2011 27 Abdul Aziz Wahab, 2008: 227 28 Tim Srikandi, 2010: 89 2
31
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Muhammad. 2000. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algasindo, Cet. X. hal 67 Arikunto, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung, Pustaka Setia, hal. 206. Bahri Syaiful. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta. Budi Raharjo, 2003. Managemen Berbasis Sekolah, Jakarta: Dep. Pendidikan Nasional, hal. 17 Darwisy Djamaludin. 1998. Strategi Belajar Mengajar (PBM-PAI di Sekolah). Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang. Dep. Agama RI. 2002. Al Qur’an dan Terjemahan. Madinatul Munawaroh. Dep. P & K. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai pustaka. Dradjat, Zakiyah. 1982. Pembinaan Remaja. Jakarta: PT Bulan Bintang. ---------------------. 1996. Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: PT Bulan Bintang. Mulyasa E., 2005, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosda Karya. Ghazali, Imam. 1958, Ihya Ulumuddin, Kairo : Maktabah Mathbah al masyad al husainy. Hanafiah, Muhibuddin, 2007, Arah Baru Pendidikan Islam, Jakarta: Republika Hari Sudrajat, 2002. Pedoman Perumusan Tujuan Interaksional, jakarta : Dirjrn Kelembagaan Agama Islam, hal 2.
Honrby, AS. 1977. Oxford Advance Learner Dictionary, Oxford California University Press, hal. 870. Ivor K. Davies. 1991. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press. Jalalludin Rohmat,2002,Psikologi Agama. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal 53. Kumpulan Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Dirjen Pendis tahun 2007, Jakarta: Depag RI.
32
Muhaimin, 2009, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama di Sekolah. Bandung : Remaja Rosdakarya, hal. 79 -------------, 2006,Nuansa Baru Pendidikan Islam, Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 305. Nanang Fattah, 2003, Konsep Managemen Berbasis Sekolah (MBS) dan Dewan Sekolah, Bandung : Pustaka Bani Quraisy Ndraha, Taliziduhu, 1999, Budaya Organisasi, Jakarta: Renika Cipta, hal. 82 Neor, Hery. 1995. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Logos. Oemar Hamelik, 2003, Kurikulum dan Pembelajaran, jakarta : Bumi Aksara. Shihab, Quraish. 1999. Membumikan Al Quran. Bandung: Mizan. Sudarajat Hari. 2002. Pedoman Perumusan Tujuan Interaksional. Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, hal. 2. Syamsuri Siddiq. 1982. Dakwah dan Teknik Berkhotbah. Bandung: PT. Al Maarif. Sudarto. 1981. Kapita Selekta Hukum Pidana. Bandung: Alumni. Sunaryo, dkk. 1995. Al-Qur’an dan Terjemahannya. Jakarta: Depag RI. Syaiful Sagala. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: PT. Nimas Multima. Tim Penyusun.Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1999. Kamus BesarBahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Srikandi, 2010, UUD’45 dan Amandemennya, Surabaya: Srikandi. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, Semarang: Aneka Ilmu. W.S. Winkle S.J. 1982. Bimbingan Penyuluhan di Sekolah Menengah. Jakarta: PT. Gramedia. Walgito Bino. 1982. Bimbingan dan Konseling di Perguruan Tinggi. Jogjakarta: Psikolog UGM. Yunus, Mahmud. 1989. Kamus Arab Indonesia. Jakarta: Hidakarya Agung