The Influence of Using Guided Inquiry Model Learning in The Science Process Skills on Human Reproduction System Concept in 11th MIPA Grade of the 3th Public Senior High School at Tasikmalaya
Novi Juliyanti Purwati Kuswarini Suprapto
[email protected]
Biology Department Faculty of Educational Sciences And Teacher’s Training Siliwangi University Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Post Code 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115, e-mail :
[email protected]
ABSTRACT The purpose of this research was to know the influence of using guided inquiry model learning to science process skills on human reproduction system concept in11th MIPA Grade of the 3th Public Senior High School at Tasikmalaya. This research was held on Nopember 2015 until March 2016. Method research of this research was using true experimental design. The population in this research were all of the students in 11th MIPA grade of the 3th Public Senior High School at Tasikmalaya total of 7 classes. Sampels this research used two classes, are experiment class and control class. collected sampels was using cluster random sampling. The collected data this research of using test science process skills were 10 essay. Analysis using t test. The results showed that the experimental class of used guided inquiry model learning had an average score test KPS higher level than had an average score test KPS control class of used discovery learning model. The result showed that there was an influence of using guided inquiry model learning to science process skills on human reproduction system concept in11th MIPA Grade of the 3th Public Senior High School at Tasikmalaya. Keyword: guided inquiry model, science process skills, human reproduction system
Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Guided Inquiry Terhadap Keterampilan Proses Sains pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia ( Studi Eksperimen di Kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015-2016)
Novi Juliyanti Purwati Kuswarini Suprapto
[email protected]
Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kotak Pos 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115, e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh penggunaan model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan proses sains pada konsep sistem reproduksi manusia di Kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Nopember 2015 sampai dengan bulan Maret 2016 di SMA Negeri 3 Tasikmalaya. Metode penelitian ini menggunakan metode true experiment design. Populasinya adalah seluruh peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya sebanyak 7 kelas, dengan jumlah peserta didik sebanyak 221 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sampel diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan tes tertulis keterampilan proses sains berupa soal essai/uraian sebanyak 10 soal. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry memiliki rata-rata skor KPS lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor KPS kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran discovery learning. Hal tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan proses sains pada konsep sistem reproduksi manusia di Kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya.
Kata Kunci : model guided inquiry, keterampilan proses sains, sistem reproduksi manusia
Pendahuluan Pada masa sekarang ini perkembangan dibidang pendidikan menunjukkan kemajuan yang bertahap. Di Indonesia, pergantian kurikulum dari KTSP atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan menjadi Kurikulum 2013 merupakan awal agar peserta didik dituntut untuk menjadi lebih aktif serta menjadikan peserta didik “Student Center Learning” dalam proses belajar mengajar. Kajian bidang ilmu dewasa ini merupakan sebuah bidang yang sangat berpengaruh salah satunya terhadap keberhasilan hasil belajar peserta didik, contohnya kajian bidang ilmu Biologi yang membahas mengenai pengetahuan yang ada dikehidupan sehari-hari seperti proses bernapas, bergerak, proses mencerna makanan serta proses reproduksi. hal tersebut akan lebih menarik apabila disampaikan dengan bantuan model yang diterapkan secara menarik agar peserta didik lebih termotivasi untuk belajar. Pembelajaran merupakan kegiatan yang dilaksanakan didalam kelas maupun diluar kelas dimana terjadi interaksi antara guru dan peserta didik, serta terjadi pentransferan ilmu. Namun, kebanyakan pembelajaran yang dilakukan pada saat ini kurang merujuk kepada keterampilan proses sains peserta didik sehingga
peserta
didik memiliki
keterampilan
yang
minimum
apabila
dibandingkan dengan peserta didik di sekolah-sekolah negara luar. Namun jika diperhatikan di lapangan dan berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi di SMAN 3 Tasikmalaya, penyampaian materi ajar walaupun menggunakan model kurikulum 2013 tetapi kegiatan proses belajar mengajar masih berpusat pada guru, seharusnya guru hanya bertindak sebagai fasilitator dan peserta didiknya sendiri yang menemukan pemecahan masalah dalam pembelajaran. Kemudian dalam proses pembelajarannya walaupun guru sudah menerapkan pendekatan scientific yang memiliki langkah-langkah hampir merujuk pada keterampilan proses sains tetapi guru belum pernah mencoba melakukan pengukuran keterampilan proses sains hanya sebatas hasil belajar. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap keterampilan proses sains peserta didik, karena dapat dilihat salah satunya dari hasil belajar peserta didik bahwa
rata-rata nilai sebagian peserta didik masih berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Sehubungan dengan hal tersebut, salah satu alternatif yang digunakan untuk mengatasi kesulitan peserta didik dalam penguasaan konsep yaitu dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Guided inquiryterhadap keterampilan proses sains pada Konsep Sistem Reproduksi Manusia pada kelas XI MIPA di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Tasikmalaya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2015-2016 sebanyak 7 kelas.Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan proses sains pada konsep Sistem Reproduksi Manusia. Tes berupa soal uraian/esai yang berjumlah 10 soal dengan skor maksimum 4.Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Tasikmalaya tahun pelajaran 2015-2016. Disain penelitian
yangdilakukan adalah post test-only control design.
Dalam disain ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara random, kemudian diberi posttest (tes akhir) dengan soal yang telah di uji validitas dan reliabilitas untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian Dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor tes KPS kelas eksperimen adalah 30,1. Sedangkan rata-rata skor tes KPS yang diperoleh kelas kontrol adalah 25,16. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut:
Tabel 1: Data Hasil Penelitian Tes KPS 30,1 25,16
Eksperimen Kontrol
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisis uji perbedaan dua rata-rata untuk sampel yang independen (uji t), diperoleh t
hitung
= -8,00dan t
tabel2,011.
Tabel 2: Ringkasan Hasil Uji t thitung
ttabel
Hasil Analisis
Kesimpulan
Kesimpulan Analisis
-8,00
2,011
thitung<-ttabel
Tolak Ho
Adapengaruh penggunaan model pembelajaran Guided Inquiry
b. Pembahasan Selama penelitian, peneliti menggunakan dua kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen pada proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran guided inquirysedangkan kelas kontrol menggunakan model pembelajaran discovery learning. Hasil keterampilan proses sains peserta didik diperoleh dari hasil tes tertulis keterampilan proses sains dengan 10 soal essai yang terdiri dari aspek KPS yaitu aspek mengamati, mengelompokan, mengajukan hipotesis, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, serta menerapkan konsep. Tes tersebut dilaksanakan setelah proses pembelajaran berlangsung. Dan dari hasil penelitian KPS diperoleh datarata-rata skor tes keterampilan proses sains kedua kelas tersebut. Untuk melihat hasil pembelajaran dari kedua kelas tadi, disajikan dalam gambar berikut ini:
40 30 20 10 0
Tes KPS
Kelas Eksperimen 30.1
Kelas Kontrol 25.16
Gambar 1 :Diagram Diagram Skor Rata-rata Rata Tes Keterampilan Proses Sains Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Dari hasil penelitian di ketahui bahwa rata-rata rata skor tes KPS di kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry Inquiry(kelas eksperimen) yaitu 30,1. Sedangkan untuk kelas yang proses pembelajarannya menggunakan
model
pembelajaran
Discovery
Learning
(kelas
kontrol)
memperoleh rata-rata rata skor tes KPS yaitu 25,16. rata-rata rata skor tes KPS kelas eksperimen lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata rata rata skor tes KPS kelas kontrol. Adapun KKM mata pelajaran Biologi kelas XI MIPA di SMA Negeri 3 Tasikmalaya hasil konversi yaitu 26,70. Dari rata-rata rata skor posttest posttestdapat di lihat bahwa kelas eksperimen telah mencapai KKM, sedangkan kelas kontrol belum mencapai KKM. Apabila hasil tes tertulis keterampilan proses sains (KPS) peserta didik di masukan kedalam kriteria ketercapaian aspek KPS setiap individu maka didapatkan data hasil rata-rata rata skor tes KPS pada setiap aspek KPSyang KPS terbagi kedalam 10 soal dengan 4 soal terdiri dari dari aspek menerapkan konsep, 2 soal terdiri dari Mengelompokan. Dan aspek mengamati, mengajukan hipotesis, meramalkan, serta menggunakan alat dan bahan masing-masing masing 1 soal.Skor Skor tes KPS dengan skor maksimum yaitu 4.Dapat 4.Dapat dilihat kedua data pada kelas ekspe eksperimen dan kelas kontrol pada gambar berikut.
4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
kelas eksperimen kelas kontrol
Gambar 2 :Diagram Rata-rata Skor Tes KPSdalam Ketercapaian Aspek KPS Peserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen hampir semua rata-rata aspek KPS lebih unggul dibandingkan pada kelas kontrol.Namun hanya ada satu aspek KPS pada kelas kontrol yang lebih tinggi dari kelas eksperimen yaitu aspek mengajukan hipotesis.Kemudian berikut ini data mengenai rata-rata skor observasi KPS yang diteliti oleh seorang observer.Skor maksimum pada observasi KPS yaitu 3.Dapat dilihat pada gambar berikut. 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0
kelas eksperimen kelas kontrol
Gambar 3 :Diagram Rata-rata Skor ObservasiPeserta Didik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa rata-rata skor observasi KPS di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan pada kelas kontrol dan hanya ada satu aspek yang memiliki rata-rata observasi yang sama yaitu aspek mengelompokan. Hal tersebut karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol pada aspek mengelompokan peserta didik dibantu dengan penanyangan media pembelajaran video animasi dan juga diberi gambar-gambar yang berhubungan dengan materi ajar. Model pembelajaran guided inquiry dengan bantuan video animasi memberikan pengaruh dalam meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik karena dalam model pembelajaran guided inquiry memiliki kelebihan diantaranya peserta didik dituntut aktif dalam mengembangkan pola pikir dalam berproses sains dapat menemukan dan memecahkan persoalan atau pertanyaan mengenai materi ajar dengan melakukan diskusi di dalam kelompok serta menemukan informasi dari berbagai sumber. Kemudian peserta didik di berikan kesempatan untuk melakukan diskusi dan melakukan tanya jawab sehingga peserta didik yang lain dapat mengemukan ide atau gagasan dengan peserta didik yang belum memahami materi ajar. Selain itu model pembelajaran ini pula menuntut peserta didik agar dapat memberikan gambaran terlebih dahulu sebelum di berikan penjelasan oleh guru. Dan di dalam proses pembelajarannya setiap langkah atau kegiatan guru ikut membimbing secara intensif, membimbing disini hanya mengarahkan tapi tidak memberi tahu langsung mengenai konsep yang dipelajari. Model Pembelajaran discovery learning dengan bantuan video animasi sedikitnya dapat meningkatkan keterampilan proses sains karena memiliki persamaan dengan model pembelajaran guided inquiry yaitu sama-sama saling melakukan diskusi dan berbasis penemuan serta pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Namun pada model pembelajaran discovery learning ini peserta didik di hadapkan pada permasalahan yang belum di tetapkan dan peserta didik hanya terpaku pada sumber belajar yang di sediakan oleh guru.Sehingga pada model pembelajaran ini peserta didik hanya melakukan pembuktian konsep yang telah ada saja.
Kesimpulan 1. nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakanmodel pembelajaranguided inquiry yaitu 30,1, lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan model pembelajarandiscovery learning yaitu 25,16; 2. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaraan guided inquiry dapat memberikan pengaruh yaitu meningkatkan keterampilan proses sains peserta didik pada aspek mengamati, mengelompokan, meramalkan, menggunakan alat dan bahan, serta menerapkan konsep. 3. rata-rata skor tes KPS dan skor observasi KPS kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata skor tes KPS dan skor observasi KPS kelas kontrol ;dan 4. ada pengaruh penggunaan model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan proses sains padakonsep Sistem Reproduksi Manusia di kelas XI MIPA SMA Negeri 3Tasikmalaya tahun ajaran 2015-2016. Saran 1. model pembelajaran guided inquiry merupakan model pembelajaran yang membutuhkan lebih banyak waktu dalam pelaksanaan pembelajarannya, untuk kedepannya diharapkan guru yang menggunakan model ini mampu mengefektifkan waktu dengan baik agar pembelajaran dapat terlaksana secara sistematis; 2. dalam melakukan penelitian mengenai keterampilan proses sains guru harus mempersiapkan tes yang sekiranya terpenuhi dalam aspek-aspek KPS tanpa terbebani konsep yang sudah ada pada buku, kemudian pembatasan aspek KPS yang dipilih juga harus di sesuaikan dengan materi yang akan diajarkan serta apabila ingin melakukan observasi keterampilan proses sains lebih baik menggunakan 2 orang observer;dan 3. dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas, guru hendaknya menyelenggarakan pembelajaran yang bervariasi, sehingga peserta didik sebagai subjek pendidikan dalam proses pentransferan ilmu tidak selalu dibebani oleh konsep saja melainkan dapat melakukan aktivitas-aktivitas
keterampilan proses yang lain seperti yang telah dilaksanakan dalam penelitian ini. Daftar Pustaka Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Ambarsari, Wiwin, dkk. (2013). “Penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing Terhadap keterampilan proses sains dasar pada Pelajaran biologi siswa kelas VIII SMP Negeri 7 Surakarta”.Jurnal Pendidikan Biologi, 5(1). Anam, Khoirul. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri Metode dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Aqib, Zainal. (2013). Model-Model Media dan Strategi Pembelajaran Kontekstual (inovatif). Bandung : Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Tindakan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta. Arsyad, Azhar. (2014). Media pembelajaran. Depok : Raja Grafindo Persada. Budiyono, Setiadi. (2011). Anatomi Tubuh Manusia. Bekasi: Laskar Aksara. Creswell, John W. (2014). Research Design. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Daryanto. (2010). Media Pembelajaran. Bandung : Yrama Widya. Dimyati dan Mudjiono. (2013). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Hamalik, Oemar. (2004). Proses Belajar Mengajar.Jakarta : Bumi Aksara. Hosnan.(2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad ke 21.Bogor : Ghalia Indonesia. Jihad, Asep dan Abdul Haris. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta : Multi Presindo. Kurniasih, Imas dan Berlin Sani. (2015). Model Pembelajaran. Jakarta : Kata Pena. Prawira, Yudha Ananda. (2008). ”Analisis Butir Soal dengan Menggunakan Software ANATESV4”. Modul Universitas Pendidikan Indonesia. Rustaman, Nuryani. (2004). ”Assesment Pendidikan IPA”. Jurnal Diklat NTT04.
Sastrawan, et.al. (2014). ”Pengaruh Model Pembelajaran PBL Berbantuan Media Visual Animasi Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus II Tampaksiring Gianyar”. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta. Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta. Syaifuddin. (2003). Anatomi Fisiologi. Jakarta: EGC. Syaifuddin. (2010). Atlas Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia. Jakarta : Salemba Medika. Suharsono dan Popo Mustofa Kamil.(2012). Biologi Umum.Tasikmalaya : Universitas Siliwangi. Tawil, Muh dan Liliasari.(2014). Keterampilan-Keterampilan Sains dan Implementasinya dalam pembelajaran IPA.Makasar : Badan Penerbit UNM. Thobroni, M. (2015).Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Praktik. Yogyakarta: Ar-ruz Media. Yuniastuti, Euis. (2013). “Peningkatan keterampilan proses, motivasi, dan hasil belajar biologi dengan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing pada siswa kelas VII SMP kartika V-1 Balikpapan”. Jurnal Penelitian Pendidikan, 14(1) ISSN 1412-565 X. Riwayat Penulis Novi Juliyanti adalahmahasiswa angkatan 2012 pada Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang menyusun skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan