PERBEDAANHASIL BELAJAR SISWA YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL DISCOVERYLEARNINGDENGAN MODELFREE INQUIRY LEARNING PADA KONSEP EKOSISTEM (Studi Eksperimen pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya) Differences Student Results The Process LearningUsedDiscovery Learning Model and Free Inquiry LearningModelon the Ecosystem Concept at 7 th Grade the ninth public junior high School at Tasikmalaya
Diki Setiawan, Purwati Kuswarini Suprapto, Ai Sri Kosnayani
*Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jln. SiliwangiNo. 24 Kotak Pos 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya Kode Pos 46115Email :
[email protected]
ABSTRACT The purposed of this research knew it had differences of student studies result which was learning process used discovery learning model and free inquiry learning model on ecosystem concept. This research conducted on Desember 2013 until April 2014 at of the ninth public junior high school Tasikmalaya. The method of the research was pre experiment. The population of this research were all of 7 th grade studens of the ninth public junior high school Tasikmalaya academic year of 2013/2014 as much as eleven classes totally 419 students. The interpretation of sample used purposive sampling technique selected VII J class for free inquiry learning model and VII K class fordiscovery learning model. The measure of study result used an instrument study result of test. Data analysis technique used t test independentwith the standard signifikan = 0,05. The average of the result of students’ learning process by using discovery learning model as 22,91 and free inquiry learning model as 18,73. Grounded on result of analyzing the data and testing the hypothesis can be concluded that there were a difference between the result of student’s learning by usingdiscovery learning model year 2013/2014 with free inquiry learning model at the 7 th grade of the ninth public junior high school Tasikmalaya in academic year 2013/2014 and the discovery learning model of better than free inquiry learning model.
Keyword: discovery learning model, free inquiry learning model ,ecosystem.
1
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiPerbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses Pembelajarannya Menggunakan ModelDiscovery Learning dengan Model Free Inquiry Learning pada Konsep Ekosistem di Kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan padatanggal 10 Maret s.d. 14 Maret 2014 di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya. Metode penelitian yang digunakan adalah pre experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya Tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 11 kelas dengan jumlah 419 orang. Pengambilan Sampel menggunakan teknik purposive sampling, terpilih kelas VII Jdengan model free inquiry learning dan kelas VII Kdengan model discovery learning. Untuk mengukur hasil belajar digunakan instrument berupa tes hasil belajar. Teknik analisis data menggunakan uji t independen dengan taraf Signifikan = 0,05. Rata-rata hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan modeldiscovery learning dengan model free inquiry learning sebesar 22,91 dan model free inquiry learning sebesar 18,73. Berdasarkan hasil analisis data dan pengujian hipotesis didapat kesimpulan bahwa ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model discovery learning dengan model free inquiry learning di kelasVII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2013/2014 dan model discovery learning lebih baik dari model free inquiry learning.
Kata
kunci:
model
discovery
learning,
model
free
inquiry
learning,Ekosistem.
2
1. Pendahuluan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan konsep pembelajaran alam dan mempunyai hubungan yang luas terkait dengan kehidupan manusia. Berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan pengetahuan alam diarahkan untuk inkuri dan berbuat sehingga dapat membantu siswa memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan guru IPA kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya rata-rata nilai ulangan IPA yang dicapai di kelas VII yakni 70,00 sedangkan Kriteria Ketuntasan Minimal adalah 75,00. Kejadian ini menunjukan bahwa kurangnya kemampuan dalampenguasaan dan pemahaman siswa terhadap proses pembelajaran IPA yang masih menggunakan model tradisional, sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan dan menjawab soal-soal yang diberikan pada saat ulangan. Pada saat berlangsungnyakegiatanbelajar mengajar di kelas, guru IPA SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya kebanyakan kurang menguasai dan memahami model pembelajarannya, sehingga masih belum efektif dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPA, pada metode ceramah ini pembelajaran didominasi oleh guru, sedangkan siswa pada saat proses pembelajaran kebanyakan
hanya
mendengarkan dan
memperhatikan.
Pembelajaran seperti ini dirasa kurang merangsang siswa agar lebih kreatif, inovatif dan imajinatif dalam mencerna materi yang disampaikan oleh guru. Pemecahan masalah pembelajaran yang seperti demikian maka diperlukan solusi yang tepat dalam penyesuaian model pembelajaran yang cocok dan sesuai dengan hasil dan tujuan pendidikan. Maka dari itu diperlukan pengembangan yang efektif dari model sebelumnya agar siswa 3
lebih aktif dan lebih mengembangkan materi yang diberikan oleh guru. Sehingga tugas guru adalah merancang sedemikian rupa kegiatan pembelajaran agar siswa dapat meningkatkan dan berkreativitas dalam mengembangkan pengetahuannya. Dalam peningkatan daya serap dan kemauan siswa dalam proses belajar mengajar agar lebih termotivasi dan aktif terutama pada konsep ekosistem pastinya dapat dilakukan beberapa hal yang dilaksanakan oleh guru. Hal yang dapat dilakukan dapat berupa penggunaan model pembelajaran,salah satunya adalah penggunaan model discovery learning. Model pembelajaran ini dalam pelaksanaannya dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam memecahkan suatu masalah dengan baik sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Selain itu tujuan pendidikan juga dapat tercapai. Terdapat model-model pembelajaranyang dipelajari, namun pada kesempatan kali ini peneliti mencoba menggunakan modeldiscoverylearning dengan model free inquiry learning.Pada modeldiscovery learning ada lima tahap yang harus dilakukan apersepsi, investigasi, diskusi, penerapan, pengayaan. Peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja. Siswa mengikuti petunjuk dan menemukan sendiri penyelesaiannya. Selanjutnya pada investigasi siswa bekerja secara bebas, individual atau berkelompok. Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru. Guru harus selalu menjaga suasana agar investigasi tidak berhenti di tengah jalan. Dalam hal investigasi yang dilaksanakan secara berkelompok, siswa dapat
melakukan berbagai
pengalaman belajar. Para siswa terlibat dalam setiap tahap kegiatan seperti mengidentifikasi topik,
mengorganisasi kelompoknya,
terlibat
dalam
merencanakan tugas pembelajaran, penyelidikan, menyiapkan laporan, menyampaikan laporan akhir, dan mengevaluasi program.
4
Pada model free inquiry learning umumnya digunakan bagi siswa yang telah berpengalaman belajar dan menempatkan siswa seolah-olah bekerja seperti seorang ilmuan. Selanjutnya siswa diberi kebebasan menentukan permasalahan untuk diselidiki, menemukan dan menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkah-langkah yang diperlukan. Selama proses ini, bimbingan dari guru sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali. Keuntungan belajar dengan model ini adalah adanya kemungkinan siswa dalam memecahkan masalah dan mempunyai alternatif pemecahan masalah lebih dari satu cara, karena tergantung bagaimana cara mereka mengonstruksi jawabannya sendiri. Selain itu, ada kemungkinan siswa menemukan cara dan solusi yang baru atau belum pernah ditemukan oleh orang lain dari masalah yang diselidiki. 2. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan modeldiscovery learning dengan model free inquiry learning pada konsep Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya. 3. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre experiment. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelasVII SMP Negeri 9 Kota TasikmalayaTahun Pelajaran 2013/2014 sebanyak 11 kelas yang berjumlah419 orang siswa. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yang diambil dengan carapurposive sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah siswa kelas VII-J dan VII-K SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya, dengan alasan karena kelas tersebut memilikitingkat keaktifan yang sama.
5
Disain penelitian yang dilakukan adalah Alternative Treatment Posttest Only With Nonequivalent Groups Design. Desain ini menggunakan prosedur yang sama seperti perbandingan kelompok statis, dengan pengecualian bahwa kelompok perbandingan nonequivalent menerima treatmen yang berbeda. Pola
: Group A
X1 ________ O
------------------Group B Keterangan
X2 ________O
:
A
= Kelas pertama
B
= Kelas kedua
X1=Perlakuan (Traetment) kelas pertama dengan menggunakan model
kooperatif
tipe
Group
Investigationdengan
pendekatan
konstruktivisme X2 = Perlakuan (Treatment) kelas kedua dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipa Group Investigation dengan pendekatan Inquiry O
= Hasil observasi sesudah diberikan perlakuan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar siswa pada konsepEkosistem.Tes ini berupa pilihan ganda dengan empat option dengan jumlah 50 soal.Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalayasemester dua tahun pelajaran 2013/2014. 4. Hasil Penelitian dan Pembahasan a. Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data serta pengujian hipotesis, diperoleh bahwa ada perbedaan antara model discovery learning dengan free inquiry learningpada konsep Ekosistem di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya. Hal ini dapat dilihat dengan adanya perbedaan hasil belajar antara modeldiscovery learningdi Kelas VII K danyang proses pembelajarannya menggunakan modelfree inquiry learningdi Kelas VII J.
6
Perbedaan hasil belajar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Ni
X
S2
S
Discovery Learning
34
22.91
7.65
2.76
Free Inquiry Learning
34
18.73
12.75
3.57
Model
Tabel 2 Ringkasan Hasil Uji t thitung
ttabel
6,85
2,00
kesimpulan Analisis thitung >ttabel
Kesimpulan Terdapat perbedaan ratarata antara dua kelompok
b. Pembahasan 1) Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan Model Discovery Learning Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model discovery learning diperoleh x = 22,91 dengan
= 7,65 dari
= 2,76 dan nilai χ2hitung
7,58< χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM mata pelajaran IPA di kelas VII-K SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai rata-rata di kelas VII-K SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya pada konsep Ekosistem adalah 76,37. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model discovery learning telah mencapai nilai KKM yang telah di tentukan. Hasil
belajar
siswayang
menggunakan
model
discovery
learningmemiliki hasil belajar yang lebih tinggi, hal ini di karenakan proses pembelajaran yang menggunakan model discovery learning memberi siswa kesempatan untuk belajar aktif di luar kelas. 7
Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model discovery learning siswa di berikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok dengan melakukan kegiatan observasi yaitu mencari jawaban dari objek lingkungan sekitar sekolah yang diamati. Untuk mengetahui sampai mana pemahaman siswa dari pengamatan yang telah di lakukan. 100 80 60 Pertemuan ke-1 40
Pertemuan ke-2
20 0 Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6
Gambar 1. Diagram Hasil Diskusi Kelompok Model Discovery Learning. Gambar diagram tersebut menjelaskan hasil diskusi kelompok kelas model discovery learningpada pertemuan kesatu dan kedua dimana pada pertemuan kesatu,nilai yang di peroleh tiap kelompok bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok enam dengan nilai 85 sedangkan nilai terendah di peroleh kelompok satu dengan nilai 60. Sedangkan pada pertemuan kedua nilai terbesar di peroleh kelompok tiga dan enam dengan nilai 90, sedangkan nilai terkecil di peroleh kelompok dua dan lima dimana kedua kelompok tersebut juga memiliki nilai yang sama yaitu 80. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 85 berbeda dengan nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 80 dan nilai terbesarnya 90, membuktikan pemahaman siswa dipertemuan pertama masih kurang dan belum terbiasa dengan model yang digunakan sedangkan dipertemuan kedua pemahaman siswa sudah mulai meningkat dan mulai terbiasa dengan 8
model yang digunakan sehingga nilai yang diperoleh dipertemuan kedua cukup tinggi. Masih adanya kelompok yang mendapatkan nilai rendah membuktikan bahwa masih ada siswa yang tidak aktif pada saat melakukan pengamatan dan lebih didominasi oleh siswa yang lebih pintar dalam mengerjakannya. Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan adanya peningkatan pada pertemuan kedua.Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam penerimaan materi yang di berikan. 2) Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan Model FreeInquiry Learning Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan
model free inquiry learning
diperoleh x = 18,73 dengan s2= 12,75 dari s = 3,57 dan nilai χ2hitung 2,51< χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII-J SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai ratarata di kelas VII-J
SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya pada Konsep
Ekosistem adalah 62,43. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model freeinquiry learning belum bisa mencapai nilai KKM yang telah di tentukan. Hasil belajar siswayang menggunakan model freeinquiry learning memiliki hasil belajar yang lebih rendah, hal ini di karenakan proses pembelajaran yang menggunakan model freeinquiry learning kurang cocok karena model free inquiry learning siswa kurang atau tidak sama sekali diberikan bimbingan oleh guru sehingga kurang memahami materi dalam proses pembelajaran dan siswa dituntut untuk mencari sendiri permasalahan mengenai materi yang diajarkan. Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model freeinquiry learning siswa di berikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok dengan melakukan kegiatan observasi yaitu mencari jawaban dari objek lingkungan sekitar sekolah yang diamati.
9
Setelah melakukan pembelajaran dengan menggunakan model freeinquiry learning siswa di berikan lembar kerja siswa yang dikerjakan secara berkelompok untuk mengtahui sampai mana pemahaman siswa dari pengamatan yang telah di lakukan. 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Pertemuan ke-1 Pertemuan ke-2
Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 Kel 6 Gambar2.Diagram Hasil Diskusi Kelompok Model Free Inquiry Learning. Gambar diagram tersebut menjelaskan hasil diskusi kelompok kelas model free inquiry learning pada pertemuan kesatu dan kedua dimana pada pertemuan kesatu,nilai yang di peroleh tiap kelompok bervariasi. Nilai tertinggi diperoleh oleh kelompok empat dengan nilai 70 sedangkan nilai terendah di peroleh kelompok satu dan enam dengan nilai yang sama 60. Sedangkan pada pertemuan kedua nilai terbesar di peroleh kelompok tiga dan empat dimana kedua kelompok tersebut mendapatkan nilai yang sama yaitu 80, sedangkan nilai terkecil di peroleh kelompok satu dan enam dimana kedua kelompok tersebut juga memiliki nilai yang sama yaitu 70. Pada pertemuan pertama nilai terkecil yang diperoleh siswa 60 dan nilai terbesarnya 70 berbeda dengan nilai yang diperoleh siswa pada pertemuan kedua yaitu nilai terkecil yang diperoleh siswa 70 dan nilai terbesarnya 80, membuktikan pemahaman siswa dipertemuan pertama masih kurang dan belum terbiasa dengan model yang digunakan sedangkan dipertemuan kedua pemahaman siswa sudah mulai meningkat
10
dan mulai terbiasa dengan model yang digunakan sehingga nilai yang diperoleh dipertemuan kedua cukup tinggi. Masih adanya
kelompok
yang
mendapatkan
nilai rendah
membuktikan bahwa masih ada siswa yang belum memahami materi pada saat melakukan pengamatan dan lebih di dominasi oleh siswa yang lebih pintardalammengerjakannya.Jika dilihat dari diagram diatas menunjukan ada peningkatan pada pertemuan kedua. Hal ini membuktikan adanya perbedaan kemampuan siswa dalam penerimaan materi yang di berikan. Hasil belajar siswa dengan menggunakan model free inquiry learning belum mencapai KKM, karena dalam model ini masih terdapat kelemahan dalam proses pembelajarannya seperti kurangnya bimbingan dari guru, LKS yang tidak tersusun dengan baik, tidak adanya sumber buku pada saat pembelajaran dan tidak munculnya ide-ide baru dalam pernyataan yang dilontarkan siswa berkaitan dengan materi. Dengan demikian model free inquiry learning tidak dapat meningkatkan hasil belajar siswa di kelas VII J SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya. 3) Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Proses pembelajarannya Menggunakan ModelDiscovery Learning dengan Model Free Inquiry Learning Dari penelitian yang telah di lakukan, peneliti menggunakan dua sampel dengan perlakuan yang berbeda. Peneliti menggunakan kelas VII-J dan VII-K sebagai sampel dan model discovery learning danfreeinquiry learning sebagai perlakuan. Berdasarkan data hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses
pembelajarannya
diperoleh x = 22,91 dengan
menggunakan = 7,65 dari
model
discovery
learning
= 2,76 dan nilai χ2 hitung 7,58<
χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII-K SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai ratarata di kelas VII-K SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya pada konsep Sistem Ekosistem adalah 76,37. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses 11
pembelajaran yang menggunakan model discovery learning telah mencapai nilai KKM yang telah di tentukan. Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yang proses pembelajarannya menggunakan model freeinquiry learning diperoleh x = 18,73 dengan s2 = 12,75 dari s = 3,57 dan nilai χ2 hitung 2,51< χ2tabel 7,81 dengan kesimpulan sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Adapun KKM pelajaran IPA di kelas VII-J SMP Negeri 9Kota Tasikmalaya adalah 75,00. Dari hasil konversi, nilai ratarata di kelas VII-J SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya
pada konsep
Ekosistem adalah 62,43. Jika di lihat dari nilai rata-rata maka proses pembelajaran yang menggunakan model free inquiry learning belum bisa mencapai nilai KKM yang telah di tentukan. Rata-rata hasil belajar siswa dapat dilihat dari diagram berikut ini: 100 80 60 40 20 0 Model Discovery Learning
Model Free Inquiry Nilai Rata-rata KKM Learning
Gambar 3 Daftar nilai Rata-rata Model Discovery Learning, Model Free Inquiry Learningdan KKM Berdasarkan
diagram
tersebut
bahwa
siswa
yang
proses
pembelajarannya menggunakan model discovery learning memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model freeinquiry learning. Hal tersebut menunjukan
ada
perbedaan
hasil
belajar
siswa
yang
proses
pembelajarannya menggunakan modeldiscovery learning dengan model 12
free
inquiry
learning.
Hal
ini
disebabkan
model
discovery
learningmemiliki hasil belajar yang lebih tinggi,dibandingkan dengan menggunakan model free inquiry learning. Didalam pembelajaran model discovery learningsiswa melakukan observasi secara berkelompok atau individu, menjelaskan hasil penemuan dan mendiskusikan kesimpulan mengenai kegiatan selama proses belajar. Peranan guru adalah menyatakan persoalan, kemudian membimbing siswa untuk menemukan penyelesaian dari persoalan dengan perintah-perintah atau dengan lembar kerja.Guru hanya sebagai motivator dan fasilitator yang memberikan dorongan siswa untuk dapat mengungkapkan pendapat atau menuangkan pemikiran mereka serta menggunakan pengetahuan awal mereka dalam memahami situasi baru, dan banyaknya minat siswa dalam model discovery learning. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model discovery learning lebih unggul di bandingkan dengan model freeinquiry learning yaitu siswa dapat lebih terkontrol dengan adanya bimbingan guru pada saat pembelajaran awal sampai akhir, siswa juga lebih aktif bertanya mengenai permasalahan yang diberikan guru, dan siswa dibebaskan untuk mencari sendiri informasi yang ingin mereka ketahui yaitu melalui berbagai sumber dari buku maupun dari sumber lainnya. Sedangkan didalam pembelajaran model freeinquiry learningpada umumnya siswa melakukan kegiatan observasi, mengumpulkan data yang berkaitan dengan observasi dan merumuskan kesimpulan berdasarkan data yang dikumpulkan. Dalam pelaksanaannya siswa diberi kebebasan menentukan
permasalahan
untuk
diselidiki,
menemukan
dan
menyelesaikan masalah secara mandiri, merancang prosedur atau langkahlangkah
yang
diperlukan.
Selama
proses
ini,
peranan
guru
dalammembimbing siswa sangat sedikit diberikan atau bahkan tidak diberikan sama sekali dan peran guru untuk mendorong siswa
13
mengkomunikasikan
hasil
kegiatan
pembelajaran
sehingga
dapat
bermanfaat bagi semua siswa dalam kelas. Apabila
melihat
dari
kondisi
siswa
selama
penelitian
menggunakanmodel freeinquiry learning kurang cocok digunakan karena siswa tidak terbiasa dengan pembelajaran model free inquirylearning yang di haruskan untuk menentukan masalah, menemukan dan mencari materi pembelajaran sendiri, sehingga siswa merasa canggung dan kurang paham terhadap pembelajaran yang sedang di pelajari, sehingga siswa tidak biasa mengeksplor kemampuan yang ada pada dirinya. Dengan demikian peranan guru pada model discovery learning dan model free inquiry learning memiliki perbedaan atau tidak sama. 5. Kesimpulan a. Ada perbedaan hasil belajar siswa yang proses pembelajarannya menggunakan
modeldiscovery
learning
dengan
model
free
inquirylearning di kelas VII SMP Negeri 9 Kota Tasikmalaya pada Konsep Ekosistem. b. Siswa yang proses pembelajarannya menggunakan model discovery learningmenunjukan rata-rata hasil belajar yang lebih baik yaitu 22,91 dibandingkan dengan menggunakan model freeinquiry learning yaitu dengan rata-rata 18,73. c. Dari skor nilai tersebut dapat diketahui bahwa penggunaan model discovery learning lebih cocok untuk digunakan dan memberikan hasil yang lebih baik dari pada penggunaan model free inquiry learning pada Konsep Ekosistem.
14
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi.(2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. (2013). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Bumi Raksa. Heriawan, Adang. (2012). Metodologi Pembelajaran. Serang-Banten : LP3G. Jauhar,
Mohammad. (2011). Implementasi konstruktivistik.Jakarta : Prestasi Pustakaraya.
Behavioristik
dan
Mulyatiningsih.(2012). Model Discovery Learning.Serang-Banten : LP3G. Munawan.(2009). Pengertian Hasil Belajar.[Online]. Tersedia :http://aniendriani.blogspot.com/2011/03/pengertian-hasilbelajar.html(15Desember 2013)
di
Mutia, Rita. (2013). Langkah Pembelajaran Discovery Learning.[Online]. Tersedia di :http://belajar-sastraaceh.blogspot.com/2013/11/langkahpemebelajaran-discovery.html(4 November 2013 ) Roestiyah.(2008). Model Discovery Learning.Banten : LP3G. Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan makna pembelajaran.Bandung : Alfabeta. Sutikno, Sobry. (2009). Pengertian Belajar.Bandung : Alfabeta. Tjatur, Andreas. (2012). Ringkasan Materi Bio Kelas 7 Ekosistem.[Online]. Tersedia di :http://learningjust4u.wordpress.com/2012/01/10/ringkasanmateri-bio-kelas-7-januari-2012-ekosistem/(2 Januari 2014 ) Wulan, Ana Ratna. (2008). Taksonomi Bloom-revisi. Yamin, Maritinis. (2008). Paradikma Pendidikan Konstruktivistik.. Jakarta: Gaung Persada (GP) Pres Jakarta Riwayat Penulis Diki Setiawanadalahmahasiswa angkatan 2014 pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang menyusun skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
15