Pengaruh Model Pembelajaran Guided Inquiry terhadap Keterampilan Pemecahkan Masalah pada Sub Konsep Pencemaran Lingkungan (Studi Eksperimen di Kelas X SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015-2016) (The Influence of Using Guided Inquiry Model Learning in the Problem Solving Skills on Environmental Pollution Concept in 10th Grade of the Amanah Islamic Boarding Senior High School Muhammadiyah Tasikmalaya) Effie Lestari Purwati Kuswarini Suprapto
[email protected] Biology Department Faculty of Educational Sciences And Teacher’s Training Siliwangi University Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Post Code 164 Tlp (0265) 330634 Tasikmalaya 46115, e-mail :
[email protected]
ABSTRACT The ability of students problem solving in the learning process was still not good. Therefore, this research aims to know the influence of using guided inquiry model learning in the problem solving skills on environmental pollution concept in 10th grade Math and Natural Science of the Amanah Islamic Boarding Senior High School. Method research of this research was using true experimental design.and design research was using post test only design. The population in this research were all students in 10th grade Math and Natural Science of Amanah Islamic Boarding Senior High School Tasikmalaya Sampels this research used two classes, are experiment class and control class. collected sampels was using total sampling. The collected data this research of using test problem solving skills were 11 essay and student learning activity observation. The results based on tabulation and data analysis with two different test average for independent sample (t test), obtainable tarithmetic = 3,36 and ttable = 2,019. The experimental class of used guided inquiry model learning had an average score test problem solving skills higher level than had an average score test problem solving skills control class of used discovery learning model. The result showed that there was an effect of using guided inquiry model learning to problem solving skills on environmental pollution concept in 10th Grade Math and Natural Science of the Amanah Islamic Boarding Senior High School Muhammadiyah Tasikmalaya. Keyword: guided inquiry model, problem solving skills, environmental pollution
ABSTRAK Kemampuan pemecahan masalah peserta didik dalam proses pembelajaran masih kurang. Oleh karena itu telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas belajar peserta didik dalam pembelajaran guided inquiry terhadap kemampuan pemecahan masalah peserta didik pada materi pencemaran lingkungan di SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya Tahun Ajaran 2015-2016. Metode penelitian yang digunakan adalah true experimental design dan disain penelitian yang digunakan yaitu post test only design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya. Sampel dalam penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling. Instrumen penelitian berupa post test yang digunakan teknik tes tertulis berupa 11 soal essai terbuka, dan lembar pengamatan aktivitas peserta didik. Hasil penelitian berdasarkan pengolahan dan analisis data dengan analisis uji perbedaan dua rata-rata untuk sampel yang independen (uji t), diperoleh thitung = 3,36 dan ttabel = 2,019. Kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry memiliki rata-rata skor keterampilan pemecahan masalah lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata skor keterampilan pemecahan masalah kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran discovery learning. Hal tersebut menunjukan bahwa ada pengaruh penggunaan model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan pemecahan masalah pada konsep pencemaran lingkungan di Kelas X MIPA SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya. Kata Kunci : model guided inquiry, keterampilan pemecahan masalah, pencemaran lingkungan Pendahuluan Pembelajaran yang berlangsung di setiap sekolah tentunya berbeda-beda tetapi semua pembelajaran tersebut mengacu pada satu tujuan yang sama. Peserta didik dipacu untuk lebih memahami pembelajaran dan tentunya memiliki keterampilan yang natinya dapat bermanfaat ketika peserta didik berada pada masyarakat secara langsung. Begitu pun dalam pembelajaran biologi khususnya. Pembelajaran biologi yang mempelajari mengenai berbagai kehidupan tentunya memiliki peran penting dalam kehidupan. Untuk itu dalam mempelajarinya diharapkan peserta didik mampu dan terampil dalam pengaplikasiannya pada kehidupan sehari-hari.
Salah satu kajian dari biologi adalah lingkungan. Tidak dapat dipungkiri, kita sangatlah bergantung dan hidup berdampingan dengan lingkungan. Tentunya masalah-masalah yang terjadi di lingkungan pun merupakan salah satu dari kajian biologi. Pada proses pembelajaran di sekolah ketika peserta didik mempelajari mengenai lingkungan tentunya disajikan pula mengenai masalah-masalah lingkungan yang ada di dalamnya, seperti pencemaran lingkungan. Dalam hal ini pada pembelajaran pun peserta didik diharapkan mampu dan terampil dalam memecahakan masalah lingkungan yang nantinya disajikan oleh guru melalui berbagai soal. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi biologi di SMA Plus
Pesantren
Amanah
Muhammadiyah
Tasikmalaya,
pada
proses
pembelajarannya masih berlangsung satu arah, sehingga kurang adanya timbal balik dari peserta didik, dan akibatnya potensi yang ada pada peserta didik kuang diberdayakan secara optimal. Hal ini akan mempengaruhi pola pikir ataupun cara berpikir peserta didik yang kurang kreatif. Keterampilan pemecahan masalah belum pernah diterapkan dalam pembelajaran Biologi khususnya pada materi pencemaran lingkungan. Guru belum terlalu memahami mengenai keterampilan pemecahan masalah sehingga pembelajaran hanya berorientasi pada hasil belajar tanpa meningkatkan keterampilan yang melibatkan berpikir lebih kompleks. Potensi bepikir peserta didik dapat berkembang jika kita dapat merangsangnya agar ia dapat berpikir dengan optimal. Melihat permaslahan tersebut, perlu adanya inovasi dalam pembelajaran yang dilakukan oleh peserta didik agar pembelajaran dapat lebih bermakna. Peserta didik harus bisa menemukan dan membangun konsep sendiri serta dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. Maka dari itu penulis menyarankan menggunakan model pembelajaran guided inquiry. “Model guided inquiry ini menekankan pada proses mencari dan menemukan sendiri pengetahuan yang ingin didapatkan sehingga pembelajaran dapat lebih bermakna” (Hosnan:2013:340). Guru ikut membimbing peserta didik dalam menemukan jawaban, tetapi bukan berarti guru memberi tahu jawaban kepada peserta didik. Tugas guru hanya menjaadi fasilitator untuk menuntun peserta didik dapat mendapatkan jawaban yang tepat. Dengan ini,
diiharapkan model pembelajaran ini dapat berjalan dengan baik dan memberi pengaruh positif terhadap keterampilan pemecahan masalah pada mata pelajaran Biologi khususnya materi pencemaran lingkungan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran Guided inquiry terhadap keterampilan pemecahan masalah pada Sub Konsep Pencemaran Lingkungan pada kelas XI MIPA di SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah true experimental design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIPA SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2015-2016 sebanyak 2 kelas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 2 kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dengan menggunakan teknik total sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes keterampilan pemecahan masalah pada sub konsep Pencemaran Lingkungan. Tes berupa soal uraian/esai yang berjumlah 11 soal dengan skor maksimum 4. Penelitian ini dilakukan pada peserta didik kelas X MIPA SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya tahun pelajaran 2015-2016. Disain penelitian yang dilakukan adalah post test-only control design. Dalam disain ini terdapat dua kelompok yang kemudian diberi posttest (tes akhir) dengan soal yang telah di uji validitas dan reliabilitas. untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh perlakuan. Setelah data dari penelitian diperoleh, maka data tersebut dianalisis dengan uji pra-syarat normalitas data dengan mengguakan menggunakan liliefors. Sedangkan uji homogenitas menggunakan uji Fmaxsimum. Selanjutnya, Uji hipotesis skor rata-rata keterampilan pemecahan masalah kelas eksperimen dengan skor rata-rata keterampilan pemecahan masalah kelas kontrol setelah melalui uji persyaratan didapatkan bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen sehingga uji hipotesis menggunakan uji t.
Hasil Penelitian dan Pembahasan a.
Hasil Penelitian Dari penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah kelas eksperimen adalah 36,73 Sedangkan rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah yang diperoleh kelas kontrol adalah 32,04. Untuk lebih jelas lihat tabel berikut:
Tabel 1: Data Hasil Penelitian
Eksperimen Kontrol
Tes Keterampilan Pemecahan Masalah 36,73 32,04
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan teknik analisis uji perbedaan dua rata-rata untuk sampel yang independen (uji t), diperoleh thitung = 3,36 dan ttabel 2,019. Hasil analisis adalah sebagai berikut:
Tabel 2: Ringkasan Hasil Uji t thitung 3,36
ttabel 2,019
Hasil Analisis
thitung > +ttabel
Kesimpulan
Kesimpulan Analisis
Tolak Ho
Ada pengaruh penggunaan model pembelajaran Guided Inquiry
b. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian di ketahui bahwa rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah di kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Guided Inquiry (kelas eksperimen) yaitu 36,73. Sedangkan untuk kelas yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Discovery Learning (kelas kontrol) memperoleh rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah yaitu 32,04. Rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah kelas eksperimen lebih tinggi di bandingkan dengan rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah kelas
kontrol. Untuk lebih jelasnya, skor keterampilan pemecahan masalah peserta didik dapat dilihat pada gambar berikut.
40 30 20 10 0
pemecahan masalah
Kelas Eksperi men
Kelas Kontrol
36,73
32,04
Gambar 1 : Diagram Skor Rata-rata Tes Keterampilan Pemecahan Masalah Peserta Didik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Hasil tes keterampilan pemecahan masalah peserta didik di masukan kedalam kriteria ketercapaian setiap indikator keterampilan pemecahan masalah setiap individu maka didapatkan data hasil rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Skor tes keterampilan pemecahan masalah memiliki skor maksimum 4. Berikut adalah hasil ketercapaian indikator pemecahan masalah dapat dilihat pada gambar berikut.
Skor Keterampilan Pemecahan Masalah Rata-rata Setiap Indikator 3,5 3 2,5 2 1,5 1 0,5 0
indikator
1
2 Kelas Eksperimen
3
4
5
Kelas Kontrol
Keterangan indikator: 1. Mengidentifikasi masalah 2. Mendiagnosis masalah 3. Merumuskan alternatif strategi 4. Menentukan dan menerapkan strategi pilihan 5. Evaluasi keberhasilan strategi
Gambar 2.
Berdasarkan
Diagram Rata-rata Skor Tes Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Ketercapaian Indikator Keterampilan Pemecahan Masalah pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol gambar tersebut dapat dijelaskan bahwa skor
ketercapaian indikator tes keterampilan pemecahan masalah dikelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil skor tes ketercapaian di kelas kontrol. Terlihat dari setiap indikator pada keterampilan pemecahan masalah pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry lebih unggul dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan discovery learning. Pada indikator 1 yaitu mengidentifikasi masalah, pada kelas eksperimen skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,42 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 3,18. Pada indikator 2 yaitu mendiagnosis masalah, pada kelas eksperimen skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,39 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 3,13. Pada indikator 3 yaitu merumuskan alternatif strategi, pada kelas eksperimen skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,38 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 2,86. Pada indikator 4 yaitu menetapkan dan menerapkan strategi pilihan, pada kelas eksperimen skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,38 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 2,54.
Dan pada indikator 5 yaitu melakukan evaluasi keberhasilan strategi, pada kelas eksperimen skor rata-rata yang diperoleh yaitu 3,05 sedangkan pada kelas kontrol yaitu 2,42. Hasil rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah setiap indikator keterampilan pemecahan masalah menunjukkan bahwa indikator yang paling tinggi didapat pada kelas eksperimen dan juga kelas kontrol yaitu pada indiktor 1 yaitu mengidentifikasi masalah. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik mampu mengidentifikasi permasalahan yang disajikan dengan baik, karena dari pembelajaran guided inquiry peserta didik dilatih secara nalar dalam mengidentifikasi permaslahan yang disajikan oleh guru. Selain itu indikator yang paling rendah dicapai oleh peserta didik baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol yaitu pada indikator 5 yang merupakan indikator melakukan evaluasi keberhasilan strategi. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan peserta didik dalam mengevaluasi pemecahan masalahnya sendiri sehingga kurang berpikir secara terbuka akan kendala ataupun kemudahan yang didapatkan ketika menyelesaikan suatu masalah. Kelas dengan menggunakan model pembelajaran guided inquiry pada kelas eksperimen, setiap indikator pada keterampilan pemecahan masalah dapat dicapai lebih baik dibandingan dengan kelas kontrol yang menggunakan discovery learning. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran guided inquiry peserta didik dibimbing oleh guru dalam menemukan jawabannya dengan pertanyaan yang runtut sehingga peserta didik lebih mampu menyelesaikan permasalahan yang disajikan oleh guru. Model pembelajaran guided inquiry memberikan pengaruh dalam meningkatkan keterampilan pemecahan masalah peserta didik karena dalam model pembelajaran guided inquiry dimaksudkan untuk meningkatkan partisipasi
dan
prestasi
belajar
peserta
didik
dengan
membangun
pengetahuannya sendiri agar pembelajaran lebih bermakna, karena melalui pembelajaran ini peserta didik belajar bagaimana menggunakan konsep dan proses interaksi untuk menilai apa yang mereka ketahui, mengidentifikasi apa yang ingin diketahui, mengumpulkan infromasi dan secara kolaborasi
mengevaluasi hipotesisnya berdasarkan data yang telah dikumpulkan. Adapun kelebihan model pembelajaran guided inquiry ini diantaranya peserta didik dituntut aktif dalam membangun pengetahuan akan pemecahan suatu masalah dan memecahkan persoalan atau pertanyaan mengenai materi ajar dengan melakukan diskusi di dalam kelompok serta menemukan informasi dari berbagai sumber. Selain itu, dalam pembelajaran yang berlangsung pada model guided inquiry peserta didik di tuntut untuk berdiskusi aktif, menyampaikan pertanyaan ataupun menyampaikan ide dan gagasannya secara terbuka. Di dalam proses pembelajarannya setiap langkah atau kegiatan guru ikut membimbing, membimbing disini hanya mengarahkan tapi tidak memberi tahu langsung mengenai jawaban akan pertanyaan-pertanyaan yang dipelajari. Selain memiliki kelebihan, model pembelajaran guided inquiry juga memiliki kelemahan yaitu hanya beberapa orang saja yang bisa berperan aktif dalam pembelajaran karena pembelajaran guided inqury ini dibutuhkan kemampuan yang lebih tinggi dibandingakan dengan pembelajaran biasanya. Juga kelemahan yang yang lainnya juga terdapat pada sumber belajar yang harus dari berbagai sumber agar lebih meningkatkan pemahaman pada peserta didik, jika minim sumber belajar, maka dikhawatirkan pemahaman peserta didik kurang maksimal. Model Pembelajaran discovery learning pun sebetulnya dapat meningkatkan keterampilan pemecahan masalah karena memiliki persamaan dengan model pembelajaran guided inquiry yaitu sama-sama saling melakukan diskusi dan berbasis pemecahan masalah serta pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Namun pada model pembelajaran discovery learning ini peserta didik dituntut mampu mencari pengetahuannya secara luas sesuai dengan sumber yang ada, namun pembangunan pengetahuan ataupun pembuktian konsep pada pembelajaran discovery learning ini dibutuhkan kerja sama dengan guru agar peserta didik tidak salah konsep ataupun pemahaman dalam materi yang dipelajarinya.
Kesimpulan 1. ada pengaruh penggunaan model pembelajaran guided inquiry terhadap keterampilan pemecahan masalah pada sub konsep Pencemaran Lingkungan di kelas X MIPA SMA Plus Pesantren Amanah Muhammadiyah Tasikmalaya tahun ajaran 2015-2016; 2. nilai rata-rata kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran guided inquiry yaitu 36,73, lebih tinggi dari nilai rata-rata kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran discovery learning yaitu 32,04; dan 3. rata-rata skor tes keterampilan pemecahan lebih tinggi dibandingkan dengan hasil rata-rata skor tes keterampilan pemecahan masalah di kelas kontrol. Saran 1. bagi guru yang akan melakukan pembelajaran dengan guided inquiry disarankan masalah yang dikemukakan dalam pembelajaran adalah masalah yang ada disekitar peserta didik agar dapat terjadi pembelajaran bermakna yang akan membangkitkan minat serta aktivias belajar peserta didik terhadap materi biologi sehingga dapat melatih keterampilan pemecahan masalah peserta didik; 2. dalam pelaksanaan model pembelajaran guided inquiry sebaiknya observasi atau pengamatan ditugaskan diluar jam pelajaran agar pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan efisisen;dan 3. bagi yang ingin melakukan penelitian mengenai keterampilan pemecahan masalah, bisa mencoba memakai model pembelajaran
free iquiry untuk
dijadikan perbandingan.
Daftar Pustaka Anam, Khoirul (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Destalia, L et al. (2104). Peningkatan Keterampilan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar melalui Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dengan Metode Eksperimen pada Materi Pencemaran Lingkungan.(Nopember), 3 (4). Jember.
Dwiyatmo, Kus. (2007). Pencemaran Lingkungan dan Peranannya. Yogyakarta: Citra Aji Parama. Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Bogor: Ghalia Indonesia. Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi Berpikir. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset Loucks, Horsley, et al. (2000). Inquiry and the National Science Education Standards: A Guide for Teaching and Learning. National Academies Press. Meidawati, Yeni. (2104). Pengaruh Pendekatan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing terhadap Peningkatan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP. Jurnaal Pendidikan dan Keguruan, 1(2). Nurhayati, Nunung. (2013). Pencemaran Lingkungan. Bandung : Yrama Widya Sagala, S. (2014). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung:Alfabeta. Sanjaya, M. (2007). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tawil, Muh dan Liliasari. (2013). Berpikir Kompleks dalam Pembelajaran IPA. Makassar: Badan Penerbit UNM. Wardhana, W.A (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Wena, M. (2008). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Malang: Bumi Aksara Riwayat Penulis Effie Lestari adalah mahasiswa angkatan 2012 pada Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang menyusun skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan