LAPORAN AKHIR PENDIDIKAN KARAKTER
Pendampingan Pembelajaran Berbasis Komunikasi Empatik dan Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Nilai Karakter Anak Usia Dini Pada Guru-Guru TK Gugus VI Singaraja
Oleh:
Nice Maylani Asril, M.Psi., Psikolog (Ketua) NIP: 1987050820121212001 Luh Ayu Tirtayani, M.Psi, Psikolog (Anggota) NIP: 198206232012122002. Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari, S.Pd., M.Pd. (Anggota)
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan Ganesha dengan SPK Nomor: 10/UN48.16/PM/2016 Tanggal 25 Februari 2016
Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Fakultas Ilmu Pendidikan Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Pendidikan Ganesha Tahun 2016
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii RINGKASAN ..................................................................................................... iv BAB I ANALISIS SITUASI ............................................................................... 1 BAB II. TUJUAN DAN MANFAAT ................................................................ 10 a. Tujuan ......................................................................................................... 10 b. Manfaat ...................................................................................................... 10 BAB III. TARGET LUARAN .......................................................................... 11 BAB IV. METODE DAN RENCANA KEGIATAN ........................................ 12 a. Pemecahan Masalah ................................................................................... 12 b. Metode Pelaksanaan Kegiatan ................................................................... 13 c. Jadwal Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat .......................................... 15 d. Keterkaitan .................................................................................................. 16 e. Rancangan Evaluasi .................................................................................... 16 BAB V. ORGANISASI PELAKSANA ............................................................. 18 BAB VI. PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL .................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 27 LAMPIRAN
RINGKASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan di lembaga mitra yaitu TK Gugus VI Singaraja yang berlokasi di pesisir utara Kota Singaraja Kabupaten Buleleng ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), permasalahan yang dihadapi peserta didik dengan kebutuhan khusus, komunikasi empatik, dan bentuk-bentuk respon empatik dalam menangani ABK di kelas inklusi, serta untuk meningkatkan keterampilan guru dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik dengan kebutuhan khususnya, merumuskan rencana penanganan dengan komunikasi empatik, dan menerapkan komunikasi yang empatik selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas inklusi. Target yang ingin dicapai pada pelaksanaan P2M ini adalah adanya peningkatan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai karakteristik ABK, nilai karakter berbasis kearifan lokal, permasalahan yang dihadapai peserta didik dengan kebutuhan khusus, komunikasi empatik, dan bentuk-bentuk respon empatik dalam menangani ABK di kelas inklusi, serta adanya peningkatan keterampilan guru dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik dengan kebutuhan khusunya, merumuskan rencana penanganan dengan komunikasi empatik, dan menerapkan komunikasi yang empatik selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas inklusi. Khalayak sasaran utama dari kegiatan pendampingan pembelajaran dalam mengembangkan nilai karakter anak usia dini kepada para guru dan kepala di TK Gugus VI Singaraja. Berdasarkan identifikasi, maka dirumuskan dua permasalahan yang dihadapi oleh mitra yaitu adanya kebutuhan informasi mengenai pendampingan yang empatik oleh pendidik (guru dan kepala lembaga pendidikan) guna meningkatkan nilai karakter berbasis kearifan lokal bagi peserta didik dalam mengikuti kegiatan di kelas inklusi, dan masih lemahnya keterampilan guru dalam menerapkan komunikasi empatik sebagaimana stimulus yang dimuncukan oleh peserta didik. Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah menggunakan pendampingan berbasis aset. Pendampingan ini meliputi penerapan pelatihan, penyusunan program, pelaksanaan open class dan refleksi, serta revisi program. Ketercapaian tujuan kegiatan diperoleh melalui evaluasi, yang melibatkan observasi di workshop dan kelas. Hasil akhir dari kegiatan pengabdian ini adalah guru lebih terampil dalam menerapkan pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan tersusunnya modul pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal untuk mengembangkan nilai karakter pada anak usia dini. Kata Kunci: komunikasi empatik, kearifan lokal, nilai karakter, anak usia dini
BAB I ANALISIS SITUASI
Pendidikan karakter telah menjadi perhatian dunia pendidikan di Indonesia dalam rangka mempersiapkan generasi yang berkualitas, bukan hanya untuk kepentingan individu warga negara, tetapi juga untuk warga masyarakat secara keseluruhan. Pendidikan karakter dapat diartikan sebagai usaha yang dilakukan secara sengaja dari seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pembentukan karakter secara optimal (Permendiknas 137 tahun 2014). Pengembangan nilai karakter diharapkan juga selalu ada dalam setiap konteks pendidikan, baik pendidikan formal, informal, maupun nonformal. Dunia pendidikan diharapkan sebagai motor penggerak untuk memfasilitasi pembangunan karakter, sehingga anggota masyarakat mempunyai kesadaran kehidupan berbangsa dan bernegara yang harmonis dan demokratis dengan tetap memperhatikan norma-norma di masyarakat yang telah menjadi kesepakatan bersama. Pembangunan karakter dan pendidikan karakter menjadi suatu keharusan karena pendidikan tidak hanya menjadikan peserta didik menjadi cerdas, tetapi juga harus mempunyai budi pekerti dan sopan santun sehingga keberadaannya sebagai anggota masyarakat menjadi bermakna baik bagi dirinya. Pendidikan karakter dan kebudayaan memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan. Tanpa proses pendidikan tidak mungkin kebudayaan itu berlangsung dan berkembang. Proses pendidikan tidak lebih dari sebagai proses transmisi kebudayaan. Dalam perspektif Antropologi, pendidikan merupakan transformasi sistem sosial budaya dari satu generasi ke generasi lainnya dalam suatu masyarakat. Tilaar (2000: 56) menjelaskan bahwa ”Pendidikan merupakan proses pembudayaan”. Dengan kata lain, pendidikan dan kebudayaan memiliki hubungan yang tidak dapat dipisahkan. Ketika berbicara tentang pendidikan, maka kebudayaan pun ikut serta di dalamnya. Tidak ada kebudayaan tanpa pendidikan dan begitu pula praksis pendidikan selalu berada di dalam lingkup kebudayaan. Nilai-nilai luhur budaya yang dimiliki kelompok masyarakat di Indonesia sudah merupakan milik bangsa sebagai potensi yang tak ternilai harganya untuk pembangunan dan kemajuan bangsa Indonesia. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk baik dari segi budaya, agama,
maupun bahasa yang memiliki nilai-nilai. Nilai-nilai luhur budaya itu sering disebut sebagai kearifan lokal. Menurut Rahyono, kearifan lokal merupakan kecerdasan manusia yang dimiliki oleh kelompok etnis tertentu yang diperoleh melalui pengalaman masyarakat. Artinya, kearifan lokal adalah hasil dari masyarakat tertentu melalui pengalaman mereka dan belum tentu dialami oleh masyarakat yang lain. Nilai-nilai tersebut akan melekat sangat kuat pada masyarakat tertentu dan nilai itu sudah melalui perjalanan waktu yang panjang, sepanjang keberadaan masyarakat tersebut. Berdasarkan sudut pandang ini, implementasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal sangatlah penting bagi pendidikan di Indonesia. Pada lingkup budaya di pesisir utara Bali, kearifan lokal mengalami akulturasi dari berbagai budaya yaitu budaya Bali, Bugis, Arab, dan Jawa. Adapun nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang antara lain Manyama braya (semua bersaudara), Tat Twam Asi (senasib sepenanggungan), Tri Kaya Parisudha (berpikir, berkata, berbuat), Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan), yakni Pariangan (harmoni dengan Tuhan), Pawongan (harmoni dengan sesama manusia), Palemahan (harmoni dengan lingkungan alam), cepat tanggap, berinisiatif, ketekunan, siap menolong, rendah hati, rajin beribadah, dermawan kepada semua orang dan kerja keras (Kusnadi, 2000). Nilai-nilai tersebut sangat berkaitan dengan beberapa nilai dari 18 Nilai –nilai dalam pendidikan karakter yang termuat dalam Pusat Kurikulum Diknas, 2010 (yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab). Pembangunan karakter bangsa dalam konteks pendidikan seharusnya telah dimulai dari anak usia dini. Bloom (Santrock, 2010) mengungkapkan dalam penelitiannya bahwa ternyata 50% dari semua potensi hidup manusia terbentuk ketika kita berada di dalam kandungan sampai usia 4 tahun, lalu 30% potensi berikutnya terbentuk pada usia 4-8 tahun. Seorang penulis sekaligus pendidik yang hidup pada tahun 1592-1670, John Amos Comenius dalam Morrison (2012) pun meyakini bahwa pendidikan harus dimulai di usia dini karena “tanaman muda dapat ditanam, dicangkok, dipangkas dan dibentuk. Ketika sudah menjadi pohon, proses-proses tersebut tidak mungkin dilakukan”. Maksudnya adalah masa kanak-kanak adalah masa yang masih mudah untuk dibentuk dengan memberikan pendidikan dan pembelajaran yang bersifat positif dan membangun, sehingga secara sistematis hal
tersebut akan menetap dalam dirinya hingga dewasa nanti, dan sulit untuk mengubah hasil pendidikan dan pembelajaran tersebut jika anak sudah dewasa. Pada pencapaian pembentukan karakter anak usia dini yang berkualitas, dibutuhkan tindakan-tindakan nyata oleh berbagai pihak yang bergerak aktif dalam dunia pendidikan. Pendidikan karakter ini diharapkan dapat menyentuh seluruh anak usia dini, tidak saja anak dengan perkembangan yang normal maupun anak dengan berkebutuhan khusus. Terkait hal tersebut, perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pencetak tenaga pendidik, berperan aktif melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat untuk memberikan pengetahuan dan meningkatkan keterampilan para pendidik. Salah satu yang diterapkan yaitu pendampingan untuk menciptakan pembelajaran
berbasis
komunikasi
empatik
dan
kearifan
lokal
dalam
mengembangkan nilai karakter anak usia dini pada guru-guru TK. Berkaitan dengan program pengabdian ini, maka program pendampingan dilakukan kepada guru-guru di TK Gugus VI Singaraja. Gugus VI terletak di kecamatan Buleleng, kabupaten Buleleng. TK Inti Gugus VI adalah TK Negeri Pembina Singaraja dan memiliki 6 TK Imbas yaitu, TK Ceria Asih, TK Ath Thooriq, TK Dharma Suda, TK Aisyiyah, TK Trisula dan TK Nurul Huda. Pusat TK Gugus VI Singaraja beralamat di Jl. Tekukur No. 16 Singaraja. Adapun anggota dari TK Gugus VI Singaraja terdiri dari guru negeri, guru honorer, dan guru pengabdian berjumlah 50 orang. TK dari Gugus VI Singaraja ini memiliki jumlah anak didik sejumlah 490 orang di tahun ajaran 2014/2015. TK Gugus VI Singaraja memiliki visi yaitu berpartisipasi menguasai IPTEK yang berakar pada nilai-nilai kemampuan yang ada sesuai dengan kurikulum yang berlaku di TK. Misi yang ditetapkan dalam mendukung visi tersebut, yaitu: meningkatkan mutu pendidikan TK searah dengan perkembangan IPTEK; menyelenggarakan program TK yang senantiasa berakar pada sistem nilai normanorma kearifan lokal yang sesuai dengan tahap perkembangan anak; mewujudkan program pendidikan berkarakter yang senantiasa mengikuti perkembangan anak dan lingkungan, serta meningkatkan prestasi dalam bidang pendidikan melalui ekstrakurikuler yang dilandasi oleh budaya bangsa. TK Gugus VI Singaraja berkomitmen untuk menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia dini, dengan menyesuaikan pada tahapan perkembangan anak tersebut. Sesuai dengan misi tersebut, TK Gugus VI Singaraja juga menyelenggarakan pembelajaran bagi anak usia dini dengan kebutuhan khusus (ABK), selain anak normal lainnya. Kelas inklusi
telah dibuka sejak sekitar tahun 2008 di masing-masing TK Gugus VI Singaraja, dengan rata-rata setiap tahunnya menerima tiga hingga lima anak berkebutuhan khusus di tiap TK. Dalam penyelenggaraan pembelajaran ini, kepala-kepala TK maupun guru-guru berupaya menambah pengetahuan ataupun keterampilan menangani ABK melalui pelatihan ataupun membaca buku. TK Gugus VI Singaraja, Kabupaten Buleleng ini menyelenggarakan pembelajaran bagi anak dengan kebutuhan khusus dalam kelas inklusi. Dalam perkembangannya, seluruh TK di cakupan Gugus VI Singaraja ini berupaya untuk melakukan adaptasi proses pembelajaran, demi menyesuaikan kebutuhan anak khusus dengan keunikan-keunikannya. Adaptasi penyelenggaraan pendidikan menuju ke arah dimana kebutuhan perseorangan (individual anak) diakui, merupakan bagian dari pengejawantahan konsep LRE. LRE atau Least Restrictive Environment (Gargiulo & Kilgo, 2005), menekankan bahwa kondisi atau lingkungan belajar yang dibutuhkan oleh ABK adalah lingkungan yang „seminimal mungkin‟ memberikan tekanan atau batasan terhadap anak dalam belajar. Konsep ini selanjutnya membuahkan adanya suatu kurikulum yang dirancang seraca khusus, memfasilitasi suatu kebutuhan khusus dari ABK. Kurikulum ini dikenal dengan IEP (Individualized Educational Programme) atau dikenal sebagai RPI (Rancangan Pembelajaran Individual). RPI memfasilitasi pengembangan setiap potensi yang dimiliki oleh seorang ABK. Rencana pembelajaran individual diyakini sebagai jawaban atas kebutuhan yang unik dan khas yang dimiliki oleh tiap-tiap ABK. RPI memuat kebutuhankebutuhan
anak
(dengan
menggunakan
acuan
aspek,
sebagaimana
target
perkembangan di suatu jenjang pendidikan), upaya yang akan/layak diterapkan dalam melangsungkan proses pembelajaran, target capaian, serta waktu. Dua konsep ini (yaitu: LRE dan IEP/RPI) ini merupakan wujud modifikasi terhadap kurikulum ataupun target belajar yang dikenakan pada anak-anak lain tanpa kebutuhan khusus tertentu. Rancangan pembelajaran yang diberlakukan bagi ABK ini disusun guna memenuhi kebutuhan anak dan selanjutnya menstimulasi individu anak tersebut untuk mencapai perkembangan potensi secara optimal. Sekolah, sebagai lingkungan kedua dalam sosialisasi anak, mengharuskan para guru (pendidik) untuk mampu memberikan stimulasi-stimulasi perkembangan kepribadian secara tepat. Guru merupakan simbol otoritas, yang diharapkan mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif bagi peserta didik dan menjaga
keberfungsian kelompok (Santrock, 2010). Anak mengharapkan agar guru yang mendampingi mereka mampu membentuk interaksi-interaksi yang bermakna, baik antar anak sebagai peserta didik ataupun antara anak dengan guru. Disamping sebagai penyampai materi pembelajaran, guru juga berperan sebagai orangtua kedua sekaligus sebagai motivator bagi anak peserta didik. Motivasi oleh guru sangat dibutuhkan oleh peserta didik, terutama anak dengan kebutuhan khusus. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di TK Gugus VI Singaraja memberikan informasi bahwa terdapat 150 anak didik di Kelompok TK Gugus VI Singaraja yang memunculkan gejala perilaku disruptif (Sulastri, Tirtayani, Asril, 2013). Hal ini setara dengan 47,92 % (150 anak didik) dari keseluruhan anak didik di kelompok TK Gugus VI Singaraja. Perilaku disruptif yang dideteksi, meliputi gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), Oppositional Defiant Disorder (ODD), dan Conduct Disorder (CD). Bentuk perilaku disruptif pada anak ini juga menyebabkan permasalahan pada kemampuan anak untuk mengikuti proses bermain dan belajar di Taman Kanak-kanak. Penelusuran di lapangan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran dan aktivitas anak didik, wawancara dengan guru-guru di TK Gugus VI Singaraja pada bulan Agustus-September 2015. Hasilnya, diketahui ada beberapa kondisi yang disimpulkan menjadi keterbatasan dalam pengejawantahan LRE sebagai lingkungan yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran ABK dalam kelas inklusi di TK Gugus VI Singaraja, yaitu: 1) Guru mengalami kesulitan dalam menganalisis minat dan bakat yang dimiliki anak. Kesulitan ini terkait hambatan guru dalam menjalin komunikasi yang tepat dan efektif terhadap peserta didik dan orangtua. Guru cenderung kesulitan dalam memberikan respon secara empatik terhadap kondisi yang ditampilkan anak didik. 2) Komunikasi yang belum efektif berdampak pada rendahnya minat anak untuk bersekolah. Kondisi ini berdampak pada keterlibatan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran di sekolah.Minat yang rendah dan kondisi belajar yang belum sepenuhnya menyiratkan „penerimaan‟ menjadi hambatan bagi anak untuk menumbuhkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri yang rendah berdampak pada kurangnya kedisiplinan dan sikap optimis dari para peserta didik. Hal ini juga berdampak belum berkembangnya nilai-nilai karakter para peserta didik.
3) Sebagian besar guru mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan efektif terhadap
peserta
didik
maupun
orangtua.
Guru-guru
belum
mampu
mengembangkan layanan konseling yang belum menjadi pilihan pertama bagi orangtua ataupun peserta didik. Konseling dapat menjadi media untuk mengetahui kebutuhan anak sebagai peserta didik. 4) Misi TK Gugus VI Singaraja yaitu menyelenggarakan program TK yang senantiasa berakar pada sistem nilai norma-norma kearifan lokal yang sesuai dengan tahap perkembangan anak; mewujudkan program pendidikan berkarakter yang senantiasa mengikuti perkembangan anak dan lingkungan, belum dapat tercapai dengan maksimal terutama dalam implementasinya pada program pembelajaran untuk ABK.
TK Gugus VI Singaraja memiliki berbagai potensi yaitu berada ditengah kota Singaraja dengan jumlah anak didik yang banyak dari tahun ke tahun. TK Gugus VI Singaraja juga telah mencapai berbagai prestasi yang membanggakan baik prestasi yang dicapai oleh guru maupun anak didik. TK inti Gugus VI yaitu TK Negeri Pembina Singaraja menjadi TK rujukan bagi seluruh TK swasta yang berada di wilayah Kabupaten Buleleng. Hal ini menunjukkan bahwa dengan dilaksanakannya program pendampingan di TK Gugus VI Singaraja maka hasil program pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan local untuk mengembangkan nilai-nilai karakter anak usia dini dapat menjadi model yang dapat diikuti dan dikembangkan di Gugus TK lainnya di Kapubaten Buleleng. Pada proses perkembangannya, perkembangan kemampuan anak memiliki kaitan yang sangat erat dengan stimulasi lingkungan sekitar. Mengacu pada teori ekologis dari Brofenbrenner‟s (Santrock, 2010), lingkungan yang berperan penting terhadap perkembangan anak adalah sub mikrosistem. Mikrosistem memiliki peran penting dalam perkembangan dikarenakan adanya peluang untuk melakukan interaksi langsung dengan anak. Sekolah merupakan salah satu bagian dari mikrosistem yang berperan besar dalam perkembangan anak. Pendidikan karakter bagi anak usia dini sangatlah memiliki peranan yang penting sebagai langkah awal menciptakan generasi yang cerdas, pintar, dan berakhlak mulia. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter memiliki peranan yang sangat penting sebagai salah satu langkah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, yang menciptakan generasi yang berbudi pekerti luhur. Langkah awal tersebut dimulai dari membangun karakter yang baik pada masa anak usia dini. 18 Nilai-nilai karakter harus dikembangkan pada anak-anak ABK khususnya anak dengan gangguan perilaku disruptif yaitu nilai jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, bersahabat/komunikatif, cinta damai, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Hal ini karena pada anak-anak dengan gangguan perilaku disruptif memiliki beberapa gejala yang dapat menghambat munculnya nilai-nilai karakter yang diharapkan. Adapun gejala perilaku disruptif adalah anak tidak berhasil dalam mempelajari aturan/kesepakatan komunitas, mengacau, memutus, atau mengganggu kegiatan atau rutinitas yang sedang berlangsung (Latin: disruptus, Inggris: disruptive). Mengacu pada DSM IV-TR (APA, 2000), perilaku disruptif didefinisikan sebagai perilaku bermasalah yang terdiri dari: hyperactivity-impulsivity disorder, oppositional defiant disorder, dan conduct disorder. Perilaku disruptif dalam hal ini merupakan suatu bentuk gangguan perilaku, yang menjadikan terhambatnya fungsi anak dalam beradaptasi dengan lingkungan. Wujud dari penerapan pendidikan karakter di sekolah dengan penerapan terintegrasi melalui keteladanan, pembiasaan, pengkondisian lingkungan dan kegiatan-kegiatan spontan serta kegiatan terprogram (Said, 2011). Ini sejalan dengan salah satu pendekatan berdasarkan hasil pembahasan dengan para pendidik yaitu pendekatan penanaman nilai. Pendekatan ini adalah suatu pendekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri siswa. Superka dalam Masnur (2010) mengatakan pendekatan ini bertujuan agar nilai-nilai sosial tertentu dapat dietrima oleh siswa dan merubah nilai-nilai siswa yang tidak sesuai dengan nilai-nilai sosial yang tidak diinginkan. Pendekatan ini menggunakan metode antara lain keteladanan, penguatan positif dan negatif, simulasi, permainan peranan dan lain-lain. Pendekatan-pendekatan tersebut sesuai dengan karakteristik pendekatan pembelajaran anak usia dini. Hainstock dalam Sujiono (2011) menyatakan bahwa pada dasarnya terdapat dua pendekatan utama yang digunakan untuk pendidikan anak usia dini, yaitu pendekatan perilaku dan pendekatan perkembangan. Pendekatan
perilaku beranggapan bahwa konsep-konsep tidaklah berasal dari dalam diri anak dan tidak berkembang secara spontan, dengan perkataan lain konsep-konsep tersebut harus ditanamkan pada anak dan diserap oleh anak, sehingga pendekatan ini melahirkan pengajaran yang berpusat pada guru. Pendekatan perkembangan berpandangan bahwa perkembanganlah yang memberikan kerangka untuk memahami dan menghargai pertumbuhan alami anak usia dini. Anak usia dini adalah individu yang unik, sehingga dalam penanaman nilai karakterpun haruslah menggunakan strategi yang sederhana namun mudah diterima oleh anak. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan: (1) Menumbuhkan pemahaman positif pada diri anak sejak usia dini, salah satunya dengan cara memberikan kepercayaan pada anak untuk mengambil keputusan untuk dirinya sendiri; membantu anak mengarahkan potensinya dengan begitu anak lebih mampu untuk bereksplorasi dengan sendirinya; tidak menekannya baik secara langsung atau secara halus; melalui komunikasi yang empatik. (2) Membiasakan anak bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Pilihan terhadap lingkungan sangat menentukan pembentukan karakter anak. Lingkungan baik dan sehat akan menumbuhkan karakter sehat dan baik, begitu pula sebaliknya. (3) Membangun hubungan spiritual dengan Tuhan Yang Maha Esa adalah hal yang tidak bisa diabaikan. Hubungan spiritual dengan Tuhan YME terbangun melalui pelaksanaan dan penghayatan ibadah ritual yang terimplementasi pada kehidupan sosial. Selain itu menurut (Said, 2011), menyatakan bahwa untuk membangun karakter anak diperlukan terpenuhinya tiga kebutuhan dasar anak yaitu maternal bonding, rasa aman, dan stimulasi fisik dan mental. Maternal bonding merupakan dasar penting dalam pembentukan karakter anak karena aspek ini berperan dalam pembentukan dasar kepercayaan. Maternal bonding dapat dilakukan oleh guru TK sebagai orang tua kedua anak di lembaga pertama pendidikan. Dalam menjalin maternal bonding dibutuhkan keterampilan guru dalam melakukan komunikasi empatik yang efektif. Kebutuhan akan rasa aman merupakan kebutuhan anak akan lingkungan yang stabil dan aman sedangkan kebutuhan akan stimulasi fisik dan mental dapat mempengaruhi sikap dan daya pikir anak.
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT
a. Tujuan Kegiatan Pelatihan dan pendampingan berbasis kaji tindak pembelajaran terhadap guruguru di sekolahmitra dalam kegiatan P2M ini, memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman guru mengenai karakteristik ABK, permasalahan yang dihadapai peserta didik dengan kebutuhan khusus, komunikasi empatik, dan bentuk-bentuk respon empatik dalam menangani ABK di kelas. 2. Meningkatkan keterampilan guru dalam mengidentifikasi permasalahan peserta didik dengan kebutuhan khusunya, merumuskan rencana penanganan dengan komunikasi empatik, dan menerapkan komunikasi yang empatik selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.
b. Manfaat Kegiatan Kegiatan pelatihan dan pendampingan berbasis kaji tindak pembelajaran dalam upaya meningkatkan keterampilan guru dalam berkomunikasi empatik kepada peserta didik dengan kebutuhan khusus (ABK), memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Adanya peningkatanpengetahuan dan pemahaman guru mengenai karakteristik ABK, permasalahan yang dihadapai peserta didik dengan kebutuhan khusus, komunikasi empatik, dan bentuk-bentuk respon empatik dalam menangani ABK di kelas. 2. Adanya
peningkatan
keterampilan
guru
dalam
mengidentifikasi
permasalahan peserta didik dengan kebutuhan khusunya, merumuskan rencana penanganan dengan komunikasi empatik, dan menerapkan komunikasi yang empatik selama berlangsungnya proses pembelajaran di kelas.
BAB III TARGET LUARAN
Target luaran yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah artikel ilmiah tentang program pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal bagi anak usia dini. Target luaran lainnya adalah modul pengembangan karakter anak usia dini berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal yang memuat program pembelajaran karakter pada anak usia dini untuk kelas inklusi.
BAB IV METODE DAN RENCANA KEGIATAN
a. Pemecahan Masalah Kerangka pemecahan masalah yang diterapkan dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini disajikan pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 Skema Pemecahan Masalah
Berdasarkan Gambar 4.1, tampak bahwa kegiatan pertama dimulai dengan melakukan identifikasi masalah dan dilanjutkan dengan merumuskan solusi. Solusi yang ditawarkan adalah dengan melaksanakan pendampingan „Komunikasi Empatik dan Kearifan Lokal‟ bagi para guru dan pengelola di TK Gugus VI Singaraja yang dikemas dalam pendampingan berbasis aset. Dalam kegiatan ini, guru menyusun program pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal yang selanjutnya diterapkan kepada peserta didik di kelas (atau lingkungan sekolah). Pada akhir kegiatan, guru memiliki panduan masing-masing dalam menerapkan komunikasi yang empatik kepada peserta didik. Guru juga dibekali keterampilan dalam
mengidentifikasi
nilai
karakter
yang
dikembangkan,
keterampilan
memodifikasi program sesuai kebutuhan anak yang berbasis kearifan lokal dan
keterampilan memberikan respon secara empatik. Keterampilan ini diharapkan dapat diaplikasikan kepada peserta didiknya dan diimbaskan di gugus-gugus TK lainnya.
b. Metode Pelaksanaan Kegiatan Berdasarkan atas kerangka pemecahan masalah yang dirumuskan di atas, maka metode pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah menggunakan pendampingan berbasis aset. Pendampingan berbasis aset memasukkan cara pandang baru yang lebih holistik dan kreatif dalam melihat realitas, seperti melihat gelas setengah penuh; mengapresiasi apa yang bekerja dengan baik di masa lampau, dan menggunakan apa yang kita miliki untuk mendapatkan apa yang kita inginkan (Deureu, 2013). Pendekatan ini lebih memilih cara pandang bahwa suatu masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dapat diberdayakan. Aset adalah segala sesuatu yang berharga, bernilai sebagai kekayaan atau perbendaharaan. Segala yang bernilai tersebut memiliki guna untuk memenuhi kebutuhan (Afandi, dkk., 2014). Pendekatan berbasis aset membantu komunitas melihat
kenyataan
mereka
dan
kemungkinan
perubahan
secara
berbeda.
Mempromosikan perubahan fokus pada apa yang ingin mereka capai dan membantu mereka menemukan cara baru dan kreatif untuk mewujudkan visi mereka (Deureu, 2013). Aset utama dari TK Gugus VI Singaraja adalah nilai-nilai kearifan lokal yang mendasari kehidupan guru, anak didik, orang tua, maupun lingkungan sekitar. Nilai kearifan lokal yang tumbuh di masyarakat tempat TK Gugus VI Singaraja yaitu Manyama braya (semua bersaudara), Tat Twam Asi (senasib sepenanggungan), Tri Kaya Parisudha (berpikir, berkata, berbuat), Tri Hita Karana (tiga penyebab kebahagiaan), yakni Pariangan (harmoni dengan Tuhan), Pawongan (harmoni dengan sesama manusia), dan Palemahan (harmoni dengan lingkungan alam). Nilai tersebut dapat mendukung terjadinya perubahan dalam upaya mewujudkan visi dan misi TK Gugus VI Singaraja. Pendampingan berbasis aset yang dilaksanakan, meliputi: penyampaian materi dan workshop (identifikasi kondisi pembelajaran di kelas, asesmen kebutuhan anak didik dan lemahnya nilai karakter, merancang program pembelajaran dengan nilai kearifan lokal), pelaksanaan open class dan refleksi di masing-masing TK (TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih) yang tergabung dalam Gugus VI Singaraja, follow-up pelaksanaan program, dan diakhiri dengan monitoring dan evaluasi program secara keseluruhan.
1. Pendampingan pertama dilakukan dengan penyampaian materi dan workshop tahap 1. Pelatihan ini dilaksanakan di awal sebagai bentuk sharing informasi mengenai keberagaman kebutuhan anak didik (terutama di seting PAUD), hambatan dalam perkembangan anak usia dini, pembelajaran yang empatik, nilai karakter dan kearifan lokal, serta modifikasi perilaku. Pelatihan dilaksanakan selama 1 hari, dengan sesi terakhir adalah peserta merancang program “pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal dalam mengembangkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini”. Kegiatan ini diikuti oleh 30 guru TK Gugus VI Singaraja, 1 orang perwakilan dari UPP Kecamatan Buleleng (sekaligus sebagai narasumber), dan tim pelaksana P2M Undiksha (dosen dan mahasiswa sebagai observer). 2. Pendampingan ke-2 hingga pendampingan ke-3 dilaksanakan dalam bentuk monitoring penerapan pembelajaran empatik berbasis kearifan lokal (dalam kegiatan open class) di TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih. Pendampingan ini memiliki target bahwa guru menerapkan program “pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal dalam mengembangkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini” di seting kelas. Open class dilakukan secara bergilir dari TK satu ke TK lainnya. Pada setiap kegiatan, masing-masing TK mengirimkan perwakilan guru untuk bertindak sebagai observer. Setelah pelaksanaan proses pembelajaran, guru-guru berkumpul untuk memberikan masukan terhadap proses pembelajaran empatik yang telah berlangsung. Jadi dapat digambarkan bahwa setiap kegiatan open class akan diikuti oleh guru-guru dari TK pelaksana, 6 orang guru dari perwakilan TK lain, tim pelaksana P2M Undiksha, dan mahasiswa PG PAUD FIP Undiksha sebagai observer. Peserta untuk tiap-tiap kegiatan ini dialokasikan sebanyak kurang lebih 35 orang. 3. Kegiatan selanjutnya adalah workshop tahap 2. Pelatihan/workshop tahap 2 ini bertujuan untuk memantapkan kemampuan guru-guru dalam menyusun modul yang memuat bentuk komunikasi empatik dan kearifan lokal yang dituangkan dalam proses pembelajaran terhadap anak didik di kelas. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 1 hari dengan peserta dialokasikan sebanyak 35 orang. 4. Pendampingan ke-3 follow-up penerapan “program pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal dalam mengembangkan nilai-nilai
karakter pada anak usia dini” secara mandiri oleh guru. Pendampingan ke-3 ini akan difokuskan pelaksanaannya di TK Negeri Pembina Singaraja. Pada kegiatan ini, tim melibatkan guru kelas melakukan sesi refleksi mengenai penerapan program dalam pembelajaran sehari-hari. Selanjutnya, guru memperbaiki perencanaan program sesuai nilai karakter yang hendak dikembangkan
dengan
tentunya
mempertimbangkan
evaluasi
dalam
penerapan ke-1, ke-2, dan penerapan setelah workshop tahap 2.
c. Jadwal Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat Berikut adalah jadwal pelaksanaan serangkaian kegiatan pengabdian pada masyarakat (P2M) dalam bentuk pendampingan “pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal dalam mengembangkan nilai-nilai karakter pada anak usia dini” pada guru-guru TK Gugus VI Singaraja. Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat No.
Kegiatan
Bulan Maret April Mei Juni Juli Agst. Sept. Okt. Nov. Des. √ √ √
1.
Pembuatan dan penggandaan proposal
2.
Sosialisasi kegiatan
√
3.
Identifikasi peserta
√
4.
Penyampaian materi dan workshop 1
√
5.
Open class 1 di TK Pembina
6.
Open class 2 di TK Ceria Asih
7.
Koordinasi kegiatan Pengayaan keterampilan
8.
Workshop 2
9.
Follow up di TK Negeri Pembina Singaraja
10.
Penyusunan draft laporan pertanggungjawaban
√ √ √ √ √
√
√ √
√
√ √
√ √
11.
Penyusunan publikasi
artikel
12.
Penggandaan laporan pertanggungjawaban dan publikasi
√
√ √ √
√
d. Keterkaitan Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan ini adalah Lembaga Pengabdian pada Masyarakat UNDIKSHA, guru-guru beserta kepala dari tujuh TK di Gugus VI Singaraja.
e. Rancangan Evaluasi Mengacu pada tujuan yang ditetapkan dalam kegiatan ini, ada beberapa indikator keberhasilan yang ditetapkan, yaitu: 1)
meningkatnya pengetahuan dan pemahaman guru mengenai komunikasi empati, khususnya kepada peserta didik;
2)
meningkatnya keterampilan guru dalam mengidentifikasi nilai karakter yang dikembangkan untuk anak didik;
3)
meningkatknya keterampilan guru dalam memodifikasi program sesuai kebutuhan anak yang berbasis kearifan local;
4)
meningkatnya keterampilan guru dalam memberikan respon secara empatik.
Ketercapaian tujuan kegiatan diketahui melalui evaluasi yang melibatkan observasi dalam kegiatan workshop ke-1 dan ke-2, penilaian program pembelajaran berbasis komunikasi empatik dan kearifan lokal yang dihasilkan guru dalam workshop, sesi monitoring penerapan program dalam kegiatan open class, dan followup di akhir pendampingan
BAB V ORGANISASI PELAKSANA
Organisasi tim pelaksana dalam program pengabdian pada masyarakat ini disajikan pada Tabel 5.1.
Tabel 4.1 Organisasi Pelaksana Nama/Status
Keahlian/Pengalaman
Dukungan
Nice Maylani Asril, M.Psi.,
Psikologi Klinis anak/
Buku-buku
Psikolog/Ketua
menangani klien ABK di
dengan
perkembangan
di seting belajar dan rumah anak, (Supervisi UGM)
terkait
permasalahan
anak dalam belajar, dan intervensi
klinis,
psikologi budaya, dan psikologi sosial Luh Ayu Tirtayani, M.Psi.,
Psikologi
Buku-buku
terkait
Psikolog/Anggota 1
Pendidikan/menerapkan
dengan
intervensi terhadap anak
anak,
dengan kebutuhan khusus
berkebutuhan
di seting pembelajaran dan
(ABK), modul pelatihan
melaksanakan pelatihan
komunikasi empatik dan
komunikasi empatik
tritmen di seting kelas.
perkembangan anak khusus
kepada guru-guru SD Tarakanita Yogyakarta (Supervisi UGM) Ni Gusti Ayu Made Yeni
Bidang
Lestari, M.Pd./Anggota 2
Pendidikan / Pendidikan dengan Anak Usia Dini
Teknologi Buku-buku
terkait
pengembangan
media/program pendukung pembelajaran
proses dan
perkembangan anak usia dini.
BAB VI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN HASIL
Pengabdian pada Masyarakat (P2M) Pendampingan Pembelajaran berbasis Komunikasi Empatik dan Kearifan Lokal dalam mengembangkan Nilai Karakter Anak Usia Dini yang dilaksanakan pada Guru-guru TK Gugus VI Singaraja dimulai pada bulan Maret 2016. Kegiatan didahului dengan revisi proposal dan penyesuaian rancangan anggaran biaya serta kegiatan yang dijadwalkan. Sesuai rencana tersebut, kemajuan sebesar 70% adalah pada akhir bulan Agustus 2016. Kegiatan P2M yang telah dilaksanakan meliputi: sosialisasi kegiatan pendampingan kepada segenap guru-guru TK/RA di Gugus VI Singaraja, identifikasi peserta
yang
mengikuti
kegiatan
pendampingan,
penyelenggaraan
pelatihan/workshop ke-1, dan monitoring penerapan pembelajaran empatik berbasis kearifan lokal (dalam kegiatan open class) yang dilaksanakan di 2 TK (TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih Singaraja). Rencana yang belum direalisasikan adalah pelaksanaan pelatihan/workshop tahap 2, yang direncanakan pada minggu ke3 di bulan Agustus 2016. Hal ini disesuaikan dengan kegiatan yang cukup banyak di TK terkait persiapan perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-71 tanggal 17 Agustus 2016. Berikut adalah deskripsi kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan oleh tim. 1)
Sosialisasi
kegiatan
pendampingan
dan
identifikasi
peserta
pelatihan/workshop tahap 1. Pendampingan ini dimulai dengan kegiatan persiapan yakni sosialisasi dan identifikasi peserta, yang dipusatkan di TK Negeri Pembina Singaraja. Kegiatan dilakukan pada tanggal 19 Maret 2016, dilakukan setelah kegiatan pembelajaran di taman kanak-kanak. Sosialisasi dihadiri oleh masing-masing 2 orang perwakilan TK (guru kelas dan Kepala TK). Kegiatan diikuti oleh sekitar 15 peserta (termasuk tim pengabdian pada masyarakat Undiksha). Pada kegiatan ini, tim P2M memaparkan mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan sebagai bentuk tawaran solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh mitra di TK Gugus VI Singaraja. Selanjutnya, dilakukan diskusi mengenai teknis pelaksanaan kegiatan tersebut, agar sesuai dengan kondisi lapang. Hal ini sangat penting mengingat mitra yang dilibatkan (dalam hal ini TK Gugus VI Singaraja)
terdiri atas 7 taman kanak-kanak yang tentunya telah memiliki rencana kegiatan pembelajaran masing-masing. Pada kesempatan ini, dilakukan penyesuaian terhadap jadwal-jadwal pembelajaran dan kegiatan luar sekolah yang ada. Disamping penyesuaian jadwal kegiatan, dilakukan juga identifikasi peserta yang akan mengikuti pelatihan/workshop tahap 1, sebagai kegiatan awal sebelum merancang program pembelajaran yang berbasiskan komunikasi empatik dan kearifan lokal. Dalam pertemuan ini, dicapai keputusan bahwa masing-masing TK dapat mengirimkan 2 guru kelas sebagai delegasi dan Kepala TK. Tabel 7.1 Identifikasi Peserta Pelatihan/Workshop Tahap 1 No.
Nama Lembaga (TK)
Jumlah Guru
1.
TK Ceria Asih
3 orang
2.
TK Dharma Suda
3 orang
3.
TK Negeri Pembina Singaraja
6 orang
4.
RA Ath-Thooriq
3 orang
5.
TK Nurul Huda
3 orang
6.
TK Aisyiyah
3 orang
7.
TK Trisula
3 orang Jumlah
24 orang
Tempat penyelenggaraan disepakati di aula TK Negeri Pembina Singaraja, tanggal 26 Maret 2016. Tempat yang memadai dan mudah dicapai oleh sebagian besar calon peserta menjadi salah satu pertimbangan dalam pemilihan ini.
2)
Pelatihan/workshop ke-1 Kegiatan pelatihan/workshop tahap 1 dilaksanakan sesuai kesepakatan, yakni
tanggal 26 Maret 2016. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 10.00 wita dan diawali dengan pembukaan. Kegiatan ini diikuti oleh 36 peserta, yang terdiri atas guru-guru dan kepala-kepala TK Gugus VI Sngaraja, tim pengabdian (3 orang), narasumber dari Jurusan PG PAUD FIP Undiksha, serta 3 orang mahasiswa Jurusan PG PAUD FIP Undiksha sebagai fasilitator. Kegiatan ini dibuka oleh ketua tim pengabdian pada masyarakat (P2M), dan dilanjutkan dengan pemberian materi oleh narasumber. Narasumber pertama adalah Ibu Mutiara Magta, M.Pd dari Jurusan PG PAUD FIP Undiksha. Narasumber 1 ini menyampaikan
menciptakan
pembelajaran
berbasis
kearifan
lokal
melalui
komunikasi empatik pada anak usia dini. Narasumber menjelaskan mengenai pembelajaran berbasis bearifan lokal dan hal-hal yang harus ditekankan dalam skema ini. Sebagaimana diketahui, pengembangan karakter merupakan inti dalam pembelajaran bagi anak usia dini, sehingga nilai-nilai kearifan lokal merupakan bahan pembelarajan yang harus disertakan di kelas. Nilai-nilai sebagai karma Bali merupakan yang utama distimulasikan pada anak usia dini. Lebih lanjut dipaparkan, mengenai pilar-pilar pendidikan karakter dan nilai-nilai karakter yang ditetapkan secara nasional. Ketika dikaji lebih dalam, nilai-nilai karakter secara nasional tersebut merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai lokal, salah satunya nilai indigenous sebagai karma Bali. Dalam membelajarkan nilai-nilai murni lokal, maka pembelajaran yang empatik adalah sarana yang tepat. Dalam pembelajaran ini, anakanak disadarkan atau dikenalkan pada nilai-nilai yang ada di lingkungannya, dan kemudia secara bersama-sama diajak untuk mampu mengejawantahkan nilai-nilai tersbeut dalam kehidupan sehari-hari. Pada kegiatan penyampaian materi, dilakukan juga sharing session dengan 3 narasumber dari Ketua TK Gugus VI dan pengawas TK dari UPP Kecamatan Buleleng. Ketiganya memberikan materi mengenai kebijakan-kebijakan terkait penyelenggaraan proses pembelajaran yang diamanatkan oleh asosiasi guru TK seIndonesia maupun yang ditetapkan dalam aturan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Buleleng. Narasumber tersebut adalah Luh Sukraningsih, S.Pd. (Ketua TK Gugus VI Singaraja), I Gusti Ayu Nyoman Seriani, S.Pd., M.Pd. dan AA Ngurah Wahyuni, S.Pd., M.Pd (Pengawas UPP Kecamatan Buleleng). Kegiatan selanjutnya adalah workshop penyusunan rencana pembelajaran di kelas, yang melibatkan komunikasi empatik dan kearifan lokal. Pada kegiatan ini, peserta dibagi ke dalam 7 kelompok dan terdiri atas guru-guru dari taman kanakkanak yang beragam. Dalam tiap-tiap kelompok dilakukan sharing session dan didampingi oleh satu fasilitator dari tim pengabdian masyarakat. Masing-masing guru membagi pengalamannya dalam menyusun rencana dan menyelenggarakan proses pembelajaran di kelas mereka masing-masing. Pada sesi ini, peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan dan memberikan saran/masukan terkait kendala yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan pembelajarannya. Sesi selanjutnya (masih dalam kelompok), guru ditugaskan untuk merancang pembelajaran dengan melibatkan komunikasi empatik. Tugas ini diselesaikan oleh kelompok, jadi ada satu rancangan dalam satu kelompok. Alokasi waktu pengerjaan
adalah 30 menit. Selanjutnya, masing-masing hasil kerja dalam kelompok dipresentasikan dan dilakukan diskusi dalam kelompok besar. Setelah istirahat snack, dilanjutkan dengan merancang pembelajaran dengan komunikasi empatik dan melibatkan unsur kearifan lokal. Sebagiamana di sesi sebelumnya, rancangan pembelajaran yang telah disusun secara berkelompok kemudian dipresentasikan kepada seluruh peserta. Tidak seperti di sesi sebelumnya, pada sesi ini guru cukup mengalami kesulitan ketika merancang pembelajaran dengan dua unsur komunikasi empatik dan kearifan lokal. Guru kesulitan menerjemahkan kearifan lokal dengan dipadukan komunikasi empatik, sehingga skenario pembelajaran pun sulit dirancang oleh para peserta. Umumnya, guru hanya menekankan pada salah satu unsurnya saja. Dalam hal ini, guru lebih banyak menekankan tentang kearifan lokal, tanpa menyertakan bentuk-bentuk komunikasi empatik yang harus disertakan dalam pembelajaran yang telah berbasiskan kearifan lokal. Oleh sebab itu, dilaksanakan pemberian materi selama 30 menit mengenai pengejawantahan kearifan lokal dalam pembelajaran di kelas yang disertai dengan penerapan komunikasi secara empatik. Kegiatan ini dilanjutkan dengan revisi rencana pembelajaran (dilakukan kembali dalam kelompok). Pada akhir pelatihan/workshop tahap 1 ini, peserta mengumpulkan tugas yang telah dikerjakan, yakni berupa rancangan pembelajaran dengan menerapkan komunikasi empatik dan kearifan lokal.
3)
Monitoring penerapan pembelajaran empatik berbasis kearifan lokal (dalam dua kali kegiatan open class) Pada tanggal 26 April 2016 Tim pengabdian masyarakan Undiksha
melakukan
koordinasi
pelaksanaan
monitoring
kepada
sekolah
peserta
pendampingan. Kegiatan ini bertempat di TK Negeri Pembina Singaraja yang dihadiri oleh kepala TK dan guru TK Negeri Pembina Singaraja, Kepala TK Ceria Asih dan salah satu gurunya. Hal ini bertujuan untuk menyepakati kesediaan dan waktu pelaksanaan monitoring. Adapun yang dibahas dalam pertemuan tersebut berkaitan dengan RKH yang telah disusun, waktu pengimplementasian RKH yang telah disusun dan prosedur pelaksanaan open class. Monitoring pertama dilakukan di TK Negeri Pembina Singaraja, yaitu pada tanggal 27 April 2016. Guru yang menyusun RKH dan melakukan praktek pembelajaran adalah Komang Sri Astiti dan guru pendamping Kelompok B adalah
Anak Agung Ayu Mayun Astiti. Pertama-tama tim pengabdian pada masyarakat mencermati rencana pembelajaran (RKH) yang telah dibuat untuk melihat apakah guru telah memasukkan unsur kearifan lokal dan nilai-nilai karakter ke dalam RKH. Selanjutnya, tim pengabdian pada masyarakat dan kepala TK Negeri Pembina melihat pengimplementasian RKH tersebut dalam praktek pembelajaran di kelas. Saat pelaksanaan open class, terlihat bahwa guru sudah berusaha menerapkan komunikasi empatik kepada anak terutama anak yang mengalami perilaku disruptif. Saat kegiatan membuat “canang sari” (sarana persembahyangan untuk umat Hindu) guru menjelaskan secara pelan sambil memberikan contoh. Anak juga diajak melakukan secara bergiliran, terkadang guru juga menanyakan siapa yang mau atau bersedia membantu ibu guru dalam membuat “canang sari”. Saat anak praktek membuat canang sari, guru selalu memberikan nasehat bahwa anak juga harus membantu ibu membuat canang di rumah, apa tujuan dari membuat canang, dan kenapa anak harus sembahyang. Saat anak selesai membuat canang, guru akan memberikan pujian atau memberikan jempol sebagai bentuk apresiasi dan motivasi terhadap hasil kerja anak. Sebaliknya, apabila terdapat anak yang tidak mau ikut melakukan kegiatan, guru akan langsung mendekati anak, merangkul dan mengajak bersama-sama membuat “canang sari”. Open class kedua dilaksanakan di TK Ceria Asih pada tanggal 19 Mei 2016. Kegiatan ini dihadiri oleh undangan guru-guru TK Gugus VI Singaraja, tim pengabdian pada masyarakat, dan beberapa mahasiswa PG PAUD FIP Undiksha sebagai observer. Tema yang diangkat di TK Ceria Asih adalah alat musik tradisional beserta kegunaannya. Alat yang dipilih adalha ‘gong’, yang seringkali digunakan dalam kegiatan adat maupun keagamaan di Bali. Guru memperkenalkan berbagai kegiatan dan jenis-jenis gong kepada anak didiknya. Anak terlihat sangat antusias dala pembelajaran ini. Setelah pelaksanaan pembelajaran, maka diadakan sesi refleksi. Pada sesi ini muncul salah satu insight bahwa dalam pembelajaran di kelas, guru kurang membawa contoh ataupun seharusnya menggunakan video, sehingga anak tidak hanya melihat namun juga dapat menyentuh, memainkan, dan mendengar suara yang dikeluarkan oleh alat musik ‘gong’ tersebut.
Pada dua kali open class (di TK Negeri Pembina Singaraja dan TK Ceria Asih), guru mengeluhkan rendahnya kemampuan mereka dalam menyusun rencana pembelajaran beserta kelengkapan yang diperlukan. Karena ini adalah pengalaman awal mengenai ‘komunikasi empatik’, maka guru-guru meminta pendampingan lagi untuk dapat membuat perencanaannya. Pada kesempatan ini, tim pengabdian menyampaikan bahwa memang akan ada lagi pendampingan dengan mengundang narasumber. Dan hal ini akan dilakukan di bulan Agustus 2016. Para guru antusias menyambut kegiatan yang akan dilaksanakan tersebut.
4) Workshop Tahap 2 (Lanjutan) Pembelajaran Empatik Berbasis Kearifan
Lokal Kegiatan berikutnya yang masih dalam anggaran penggunaan dana 70% adalah pelaksanaan workshop tahap 2. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 27 Agustus 2016. Workshop tahap 2 ini dihadiri empat narasumber yang akan memandu guru dalam mempersiapkan panduan rencana pembelajaran yang akan diterapkan di TK nya masing-masing, yang memfasilitasi kearifan lokal dalam pembelajaran empatik. Dua narasumber yaitu, Luh Sukraningsih S.Pd., dan Mutiara Magta, M.Pd. yang juga sebagai narasumber di workshop 1 memperdalam kembali materi yang telah diberikan dan dua narasumber lainnya yaitu, Kade Rediapi, S.Pd., AUD. dan Komang Sudiasri memberikan materi terkait dengan penyusunan rencana pembelajaran sekaligus memberikan contoh. Setelah materi penguatan diberikan, guru-guru dibentuk dalam kelompok-kelompok untuk mencoba menyusun kembali perencanaan pembelajaran komunikasi empatik dan kearifan lokal. Hasil dari kegiatan ini nantinya adalah adanya modul panduan pembelajaran empatik berbasis kearifan lokal, untuk masing-masing TK di Gugus VI Singaraja.
5) Monitoring penerapan pembelajaran empatik berbasis kearifan lokal
Monitoring ketiga dilakukan di TK Negeri Pembina Singaraja, yaitu pada tanggal 26 Oktober 2016. Guru yang menyusun RKH dan melakukan praktek pembelajaran adalah Komang Sri Astiti dan guru pendamping Kelompok B adalah Anak Agung Ayu Mayun Astiti. Kegiatan didahului dengan tim pengabdian pada masyarakat mencermati kembali rencana pembelajaran (RKH) yang telah dibuat untuk melihat apakah guru telah melakuan revisi atau penyempurnaan rencana
kegiatan pembelajaran dengan memasukkan unsur kearifan lokal dan nilai-nilai karakter ke dalam RKH. Selanjutnya, tim pengabdian pada masyarakat dan kepala TK Negeri Pembina melihat pengimplementasian RKH tersebut dalam praktek pembelajaran di kelas. Open class sekaligus pelaksanaan follow up di TK Negeri Pembina mengangkat tema kegiatan tempat ibadah. Saat pelaksanaan open class, terlihat bahwa guru telah menanamkan nilai-nilai karakter dengan melibatkan unsur kearifan lokal. Kegiatan yang diberikan adalah pengenalan tentang tempat-tempat ibadah berbagai agama. Tema ini dapat mengenalkan dan menanamkan nilai saling mengahargai dan menghormati antar berbagai umat agama. Pembelajaran dibagi ke dalam tiga kegiatan, yaitu menebalkan huruf terkait tempat ibadah, membuat kolase “Pura”, dan mengurutkan angka. Sebelum membagi kegiatan, saat pijakan sebelum bermain, guru menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan sambil memberikan contoh agar semua anak dapat memahami. Guru juga menjelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami dan jelas. Terkadang guru juga bertanya dan memberika kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan pendapatnya ataupun bertanya. Saat kegiatan sangat terlihat guru menerapkan komunikasi yang empatik. Anak yang kurang mengerti ataupun terlihat pasif, akan didekati oleh guru dan mengajaknya bicara sambil memberi bimbingan. Anak juga diberikan motivasi melalui kata-kata dan tindakan sehingga anak mau mengikuti kegiatan meskipun masih memerlukan bantuan guru.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, A. dkk.,2014. Modul Participatory Action Research. Surabaya: LPPM UIN Sunan Ampel. Dereau, Christoper. (2013). Pembaru dan Kekuatan Lokal untuk Pembangunan. TT: Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Phase II. Gargiulo, R. & Kilgo, J. (2005). Young children with special needs. 2nd edition. New York: Thomson Delmar Learning. (Diakses dari http://www.books.google.co.id/books). George, S. Morrison. (2012). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Masnur, M. (2010). Pendidikan Karakter Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Menjawab
Tantangan
Krisis
Kusnadi. (2000). Nelayan: Strategi Adaptasi dan Jaringan Sosial. Bandung: Humaniora Utama Press. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010 tanggal 28 Januari 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 NOMOR 23 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5105). Said, Moh. (2011). Pendidikan Karakter di Sekolah. Surabaya: Jaring Pena. Santrock, J. W. (2010). Educational psychology. 4th edition. New York: McGraw Hill. Sujiono, Yuliani Nurani. (2011). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. Sulastri, N.M., Tirtayani, L.A., Asril, N.M. (2013). Deteksi Perilaku Disruptif Anak (Studi Deskriptif Pada Taman Kanak-Kanak Gugus Vi Singaraja). – Tidak dipublikasikan. Tilaar, H.A.R .(2009). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
BIODATA KETUA PENGABDIAN
1. IDENTITAS DIRI 1. Nama Lengkap (dengan gelar) 2. Jenis Kelamin 3. Jabatan Fungsional 4. NIP/NIK/NIM 5. NIDN 6. Tempat dan Tanggal Lahir 7. e_mail 8. Nomor Telepon/Hp. 9. Alamat Kantor 10. Nomor Telepon/Fax 11. Lulusan yang Telah Dihasilkan 12
Mata Kuliah yang diampu
Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi. Perempuan Tenaga Pengajar 198705082012122001 0008058701 Singaraja, 8 Mei 1987
[email protected] 0878 3962 3238 Jl. Udayana, Singaraja, Bali 81117 S1= 100 Orang S2=….Orang S3=….Orang Metodologi Pengembangan Motorik Halus Strategi Pengembangan Program Pembelajaran Parenting Microteaching
2. RIWAYAT PENDIDIKAN Program:
S1 Universitas Sanata Dharma Psikologi Bidang Ilmu 2004 Tahun Masuk 2008 Tahun Lulus Tingkat Judul Skripsi/Tesis/ Perbedaan kelekatan Aman dilihat Desertasi dari Status Pekerjaan Ibu Nama PT
Nama Promotor
S2 Universitas Gadjah Mada
Psikologi Klinis 2009 2011 Pengalaman Manajemen Diri Remaja dengan Diabetes Melitus Tipe 1: Sebuah analisis interpretatif fenomenologi dengan perspektif konteks indigenization from without Kwartarini Wahyu Pembimbing/ Agnes Indar Etikawati, Prof. S.Psi., M.Psi., Psikolog Yuniarti, M.Med., SC., Ph.D
3. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi) N Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan
No. Sumber 2007 1
Fenomena Anak Nongkrong di Mall Biaya sendiri Yogyakarta dalam Perspektif Psikologi Sosial
2009 2
Validitas Psikologi
2009 3
Skills for Intervention
2013 4
Gelah Raga, The Existence of Biaya sendiri Custom: An Exploration of
.
. .
.
dan
Reliabilitas Post
Tes Biaya sendiri
Jml (Juta Rp) 5.000.000
10.000.000
Traumatic Fak. Psikologi 2000 USD Univ. Sanata Dharma bekerjasama dengan Psychology Beyond Borders 10.000.000
Parenting Experience in Child’s Social emotional Development
4. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi) Judul Pengabdian Kepada Pendanaan Masyarakat No. Tahun Sumber Jml (Juta Rp) 1.
2013
Peningkatan Keterampilan DIPA FIP Penyusunan Dan Pelaksanaan Rencana Kegiatan Harian (Rkh) Melalui Pendampingan Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran Pada Guru Tk Di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali
Rp. 10.000.000,-
5. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL N Tahun No.
Judul Artikel Ilmiah
Volume/
Nama Jurnal
12012 .
22013 .
Nomor Experiencing and Managing Vol. 1 No. 2 Type 1 Diabetes Mellitus for Adolescents in Indonesia: an integrated phenomenology and indigenous psychological analysis Illness Perception, Stress, Vol. 2 No. 1 Religiousity, Depression, Social Support, and Self Management of Diabetes in Indonesia
International Journal of Research Studies in Psychology
International Journal of Research Studies in Psychology
6. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (ORAL PRESENTATION) Nama Pertemuan No. Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat Ilmiah/Seminar 1.
International Congress Of Psychology
Experiencing and Juli 2012 di Capetown Managing Type 1 South Africa Diabetes Mellitus for Adolescents in Indonesia: an integrated phenomenology and indigenous psychological analysis
2.
Asia Association Of Social Psychology
Gelah Raga, The 21-14 Agustus di Existence of Custom: An Universitas Gajah Mada Exploration of Parenting Yogyakarta Experience in Child’s Social emotional Development
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat memenuhi persyaratan dalam pengajuan P2M Undiksha Tahun 2016.
Singaraja, Nopember 2016 Ketua Pengusul,
Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog NIP. 198705082012122001
IDENTITAS ANGGOTA 1
1. IDENTITAS DIRI 1. Nama Lengkap (dengan gelar) 2. Jenis Kelamin 3. Jabatan Fungsional 4. NIP/NIK/NIM 5. NIDN 6. Tempat dan Tanggal Lahir 7. e-mail 8. Nomor Telepon/Hp. 9. Alamat Kantor 10. Nomor Telepon/Fax 11. Lulusan yang Telah Dihasilkan 12
Mata Kuliah yang diampu
Luh Ayu Tirtayani, S.Psi., M.Psi. Psikolog Perempuan Asisten Ahli 198206232012122002 0023068207 Denpasar, 23 Juni 1982
[email protected] 08179504224 Jl. Udayana, Singaraja, Bali 81117 S1= 100 Orang S2=….Orang S3=….Orang Modifikasi Perilaku Anak Psikologi Pendidikan Metode Pengembangan Bahasa Microteaching
2. RIWAYAT PENDIDIKAN Program: S1
S2
Nama PT
Universitas Diponegoro
Universitas Gadjah Mada
Bidang Ilmu
Psikologi
Psikologi Pendidikan
Tahun Masuk
2001
2008
Tahun Lulus
2007
2012
Judul Skripsi/Tesis/ Desertasi
Wanita Bali dalam Pemaknaan Peran (Studi Kualitatif Fenomenologis terhadap Triple-Roles Wanita Bali di Desa Adat Kuta)
Program ‘Kereta Anak Tertib’ dalam Menurunkan Perilaku Disruptif Anak Taman Kanakkanak
Nama Pembimbing/ Promotor
Prof. Drs. Darmanto Jatman, SU
Dr. Wisjnu Martani, SU., Psikolog
3. PENGALAMAN PENELITIAN (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi)
No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber
1.
2013
Gelah Raga, The Existence of Custom: An Exploration of Parenting
Mandiri
Jml (Juta Rp) 10
Experience in Child’s Social emotional Development 2.
2013
Deteksi Perilaku Disruptif Anak: Studi DIPA FIP Deskriptif Pada Taman Kanak-Kanak Undiksha Gugus VI Singaraja
8
3.
2014
Penerapan Teknik Modifikasi Perilaku Melalui Permainan Goak-Goakan Untuk Menurunkan Perilaku Disruptif Anak Di TK Gugus VI Singaraja
DIPA FIP Undiksha
7
4.
2014
Fenomena Perilaku Disruptif di Daerah Pesisir: Studi kasus di TK Gugus VI Singaraja
Mandiri
6
5.
2015
Persepsi Guru TK terhadap Pendidikan DIPA Seks untuk Anak Usia Dini: Penelitian Undiksha deskriptif di TK Kabupaten Buleleng
8
6.
2015
Pengembangan Media Pembelajaran Bilingual e-flashcards Berbasis Kearifan Lokal
DIPA FIP Undiksha
6
7.
2015
Fenomena Triple-Roles pada Wanita Bali dengan Anak Disruptif
Mandiri
10
8.
2015
Self-monitoring Perempuan Bali
Mandiri
8
9.
2016
Deteksi Faktor-faktor Penyebab Permasalahan Perilaku Disruptif pada Anak Usia Dini di Kabupaten Buleleng-Bali
DIPA Undiksha
10
10.
2016
Pengembangan Materi Pendidikan Seksual untuk Anak Usia Dini
DIPA FIP Undiksha
13
4. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (bukan skripsi, tesis, maupun disertasi) No.
Tahun
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat
Pendanaan Sumber
Jml (Juta Rp)
1.
2013
Peningkatan Keterampilan Penyusunan Dan Pelaksanaan Rencana Kegiatan Harian (Rkh) Melalui Pendampingan Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran Pada Guru Tk Di Kabupaten Buleleng Provinsi Bali
DIPA FIP Undiksha
10
2.
2014
Peningkatan Keterampilan Penanganan Perilaku Disruptif Anak melalui Pendampingan Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran pada Guru TK di Kota Singaraja Kabupaten Buleleng Provinsi Bali
DIPA FIP Undiksha
11
3.
2015
Pelatihan ‘Komunikasi Empatik’ Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran pada Guru TK Laboratorium Undiksha dan SLBC Negeri di Kota Singaraja Kab. Buleleng
DIPA FIP Undiksha
12
4.
2016
Pendampingan Pembelajaran Berbasis Komunikasi Empatik dan Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Nilai Karakter Anak Usia Dini pada Guru-guru TK Gugus VI Singaraja
DIPA Undiksha
20
5. PENGALAMAN PENULISAN ARTIKEL ILMIAH DALAM JURNAL No. Tahun Judul Artikel Ilmiah Volume/ Nama Jurnal Nomor 1. 2012 Jurnal Psikologi Penerapan Program ‘Kereta Anak Vol. 8 No. 2 Fakultas UIN Tertib’ di Taman Kanak-kanak SUSKA Riau 2. 2015 Mimbar Ilmu Fakultas Ilmu Pendidikan Undiksha
6. PEMAKALAH SEMINAR ILMIAH (ORAL PRESENTATION) Nama Pertemuan No. Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat Ilmiah/Seminar Semiloknas Keragaman Suku, Agama, Ras, Gender sebagai Modal Sosial untuk Demokrasi dan Masyarakat Madani
Wanita Bali dalam Pemaknaan Peran
2.
Munastemil APPI Tahun 2014
Intervensi Keperilakuan: 8 Februari 2014 Kombinasi Precision Request dan Economy Token untuk Universitas Bina Menurunkan Perilaku Nusantara, Jakarta Disruptif Anak di Taman Kanak-kanak
3.
15th PECERA Annual Conferense
Behaviour Problems in 8-10 Februari 2014 Balinese Preschool: The Role of Pasisi (Coastal) Culture to the Emergence of Disruptive Behaviour in North-Bali
1.
13-14 Agustus 2007 Fakultas Psikologi UGM dan Konrad Adenaur Shiftung, Yogyakarta
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat memenuhi persyaratan dalam pengajuan Program Penelitian FIP Undiksha Tahun 2016. Singaraja, November 2016 Ketua Pengusul,
Luh Ayu Tirtayani, S.Psi., M.Psi., Psikolog NIP. 19820623201212200
BIODATA ANGGOTA PELAKSANA 2 1. Identitas Diri 1
Nama Lengkap (dengan gelar)
Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari, S.Pd., M.Pd.
2
Jenis kelamin
Perempuan
3
Jabatan Fungsional
-
4
NIP
-
5.
Tempat dan Tanggal Lahir
Tabanan,13 Oktober 1988
6
Alamat Rumah
Jl. Tri Brata No. 9 Singaraja
7
Nomor Telepon/Fax
-
8
Nomor HP
081295796670/081915603621
9
Alamat Kantor
Jalan Udayana – Singaraja
10 Nomor Telepon/Fax
-
11 Alamat e-mail
[email protected]
2. Riwayat Pendidikan 1. Program
S1
S2
2.Nama PT
UNDIKSHA
Universitas Negeri Jakarta
3.Bidang ilmu
Teknologi Pendidikan
Pendidikan Anak Usia Dini
4.Tahun Masuk
2006
2011
5.Tahun Lulus
2010
2013
6. Judul Skripsi/ Tesis/Disertasi
Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar Budi Pekerti Siswa Kelas VII di SMP Lab Undiksha Singaraja Tahun Pelajaran 2010
Peningkatan Kemampuan BacaTulis Permulaan Melalui Penggunaan Media Wayang Abjad Kontekstual (Penelitian Tindakan di TK B Dwi Jaya Marga Tabanan-Bali, 2013)
7. Nama Pembimbing/ Promotor
Prof. Dr. Anggan Prof. Dr. dr. Myrnawati C.H.,M.S., Suhandana, M.Pd. PKK.
3. Pengalaman Penelitian No.
Tahun
Judul Penelitian
Pendanaan Sumber
Jumlah (Juta)
1.
2014
Penerapan Teknik Modifikasi Perilaku Melalui Permainan Goak-Goakan Untuk Menurunkan Perilaku Disruptif Anak Di Tk Gugus VI Singaraja
DIPA FIP
8
2.
2015
E-Flashcards: Pengembangan Media Pembelajaran Bilingual Berbasis Kearifan Lokal untuk Anak Usia Dini
DIPA FIP
6
3.
2016
Deteksi Faktor-Faktor Penyebab Permasalahan Perilaku Disruptif Pada Anak Usia Dini Di Kabupaten Buleleng-Bali
DIPA UNDIKSHA
10
4. PENGALAMAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (bukan skripsi, tesis, maupun desertasi) No
Tahun
1.
2014
2.
2015
Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Peningkatan Keterampilan Penanganan Perilaku Disruptif Anak Melalui Pendampingan Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran Pada Guru Tk Di Kota Singaraja Kabupaten Buleleng Provinsi Bali Pelatihan “Komunikasi Empatik” Berbasis Kaji Tindak Pembelajaran Pada Guru-Guru TK Negeri Pembina DAN SLB-C Negeri Di Kota Singaraja, Buleleng
Pendanaan Sumber Jml (Juta Rp)
DIPA Fakultas
11
DIPA Fakultas
12
3.
2016
Pendampingan Pembelajaran Berbasis Komunikasi Empatik dan Kearifan Lokal dalam Mengembangkan Nilai Karakter Anak Usia Dini Pada Guru-Guru TK Gugus VI Singaraja
DIPA UNDIKSHA
20
5. Pengalaman Penulisan Artikel Ilmiah Dalam Jurnal No. 1.
Tahun 2013
Judul Artikel Ilmiah
Volume/ Nomor
Peningkatan Kemampuan Baca-Tulis Vol. 7 No.2 Permulaan Melalui Penggunaan Media Wayang Abjad Kontekstual (Penelitian Tindakan di TK B Dwi Jaya Marga Tabanan-Bali, 2013)
Nama Jurnal Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Negeri Jakarta
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima resikonya. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk dapat memenuhi persyaratan dalam pengajuan P2M Dana DIPA FIP Undiksha Tahun 2016.
Singaraja, November 2016 Anggota Pelaksana 2
Ni Gusti Ayu Made Yeni Lestari, S.Pd., M.Pd. NIR. 2014.5.132
a) Foto Kegiatan Pelatihan/Workshop Tahap 1
b) Foto Kegiatan Open Class I Di TK Negeri Pembina Singaraja
Gambar 01. Guru Bersama Anak Belajar Membuat “Canang Sari”
Gambar 02. Ibu Guru menjelaskan tentang “Canang Sari” dan mengajak anak untuk membantu Ibu membuat di rumah
Gambar 03. Ibu guru menerapkan komunikasi empatik dengan melakukan pendekatan personal kepada anak yang pasif dalam mengikuti kegiatan
Gambar 04. Ibu guru mencoba mendekati dan mengajak anak yang mengalami kebutuhan khusus untuk mengikuti kegiatan
c) Foto Kegiatan Open Class II Di TK Ceria Asih
Gambar 01. Guru mengajak anak bernyanyi lagu tentang “Gong”
Gambar 02. Guru mengajak anak bercakap-cakap tentang kegiatan dari bangun sampai waktu tidur kembali
Gambar 03. Guru bercerita tentang “Jeruk dan Wortel” dan menanamkan nilai-nilai karakter kepada anak
d) Workshop Tahap II
e) Foto Kegiatan Follow Up/Open Class III Di TK Negeri Pembina Singaraja
Gambar 01. Guru mencontohkan kegiatan yang akan diberikan dan memberikan kesempatan pada anak untuk terlibat
Gambar 02. Guru mendampingi dan memberikan bimbingan pada anak yang mengalami kesulitan menebalkan huruf
Gambar 03. Guru memotivasi dan menjelaskan kembali kegiatan yang semestinya dilakukan kepada anak yang terlihat pasif
Gambar 04. Guru mendekati dan membimbing anak membuat kolase