STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi
Oleh Veronica Puspitaningrum Suparjo NIM : 029114060
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2007
AKU BELAJAR
Aku belajar bahwa tidak selamanya hidup itu indah Kadang Tuhan mengijinkanku melalui derita Tetapi aku tahu bahwa ia tidak pernah meninggalkanku Sebab itu aku menikmati hidup ini dengan bersyukur
Aku belajar bahwa tidak semua yang aku harapkan menjadi kenyataan Kadang Tuhan membelokkan rencanaku Tetapi aku tahu bahwa itu lebih baik daripada yang aku rencanakan Sebab itu aku belajar menerima semua itu dengan suka cita
Aku belajar cobaan itu pasti datang dalam hidupku Aku tidak mungkin berkata: tidak Tuhan Karena aku tahu bahwa semua itu tidak melampaui kekuatanku Sebab itu aku belajar menghadapinya dengan sabar
Aku belajar bahwa tidak ada kejadian yang harus disesali dan ditangisi Karena rencana-NYA indah bagiku Karena itu aku belajar bersyukur dan bersuka cita dalam segala hal Karena dengan bersyukur dan bersuka cita semua itu menyehatkan jiwaku dan hidupku Inilah yang kudapatkan dari setiap perkataan Bapa di surga
Jeffrey S. Tjandra
Kan kuserahkan semua pergumulanku pada-Mu Yesus Karna kutahu pasti semuanya kan jadi indah pada waktunya
Karya tulis ini kupersembahkan untuk: Bapa Di Surga, Bunda Maria, dan Santo Yusuf Bapak Ibuku tercinta, yang selalu mencintai dan mendukungku Kakak-kakakku
tersayang,
yang
selalu
menyayangi
dan
mendukungku Seseorang yang kukasihi, yang selalu mengasihi dan mendukungku Sahabat-sahabatku terkasih, yang selalu setia menemaniku dalam suka dan duka Orang-orang yang hadir dalam hidupku yang menyayangiku dengan tulus
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta,
Veronica Puspitaningrum Suparjo
STUDI DESKRIPTIF KECEMASAN SISWA SMP DALAM MENGHADAPI MATA PELAJARAN MATEMATIKA ABSTRAK Veronica Puspitaningrum Suparjo Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma 2007 Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk memberikan gambaran tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-kuantitatif yaitu penelitian yang memberikan gambaran berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran skala, yaitu skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Data yang diperoleh dari skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika kemudian diolah dengan menggunakan komputer program SPSS for windows 13.0. Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Wedi dari 5 (lima) kelas yang berjumlah total 160 subjek penelitian dengan rincian 80 orang untuk uji coba dan 80 orang untuk penelitian. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat kecemasan yang dialami siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah.
DESCRIPTIVE STUDY ON THE ANXIETY OF THE STUDENTS OF THE STATE JUNIOR HIGH SCHOOL IN UNDERTAKING MATHEMATIC LESSONS ABSTRACT Veronica Puspitaningrum Suparjo Psychology Faculty Sanata Dharma University Yogyakarta 2007 The purpose of this research is to give descriptions of the anxiety level experienced by the students of the State Junior High School in undertaking mathematic lessons. This research is the descriptive-quantitative, that is a research that provides a general description derived from an analysis of subject answer scores at the prevailing questionaire. The data gathering method used in this research of the anxiety questionaire is the questionaire measuring anxiety levels of the students in undertaking mathematic lessons. The data derived from the anxiety questionaire were then processed using a computer program called SPSS for windows 13.0. The population in this research consists of 5 (five) 8th year classrooms of the State Junior High School II of Wedi, with the total number of respondents amounting 160, divided into 80 try-out respondents and 80 research respondents. The result of this research indicates that the anxiety levels experienced by the students of the State Junior High School in undertaking mathematic lessons have tended to be low.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas limpahan berkat, rahmat, dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika.” Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moral, material maupun spiritual. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin dan dukungan untuk melakukan penelitian. 2. Ibu Sylvia Carolina MYM., S.Psi., M.Si., selaku Kepala Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan membantu dan memberikan dukungan dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Titik Kristiani, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, S.Psi., selaku dosen Pembimbing Akademik pengganti sekaligus pembimbing skripsi yang telah banyak membantu,
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing, mengarahkan, memberikan masukan, saran, dan dukungan selama proses penulisan skripsi ini. 5. Dosen penguji skripsi: Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. & Ibu MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., yang telah memberikan kritik, saran, serta masukan dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna. 6. Dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan bimbingan dan ilmu pengetahuan selama penulis belajar di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 7. Mbak Nanik, mas Gandung, mas Doni, mas Muji, dan pak Gik yang telah memberikan pelayanan yang baik kepada penulis selama ini. 8. Bapak Drs. Tri Wibowo, selaku Kepala SMP Negeri 2 Wedi yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian di SMP Negeri 2 Wedi . 9. Ibu Atik, selaku guru BK yang telah membantu peneliti selama pelaksanaan try out penelitian dan penelitian di SMP Negeri 2 Wedi. 10. Kedua orang tuaku yang selalu menyayangiku, Bapak Agustinus Supardjo dan Ibu Agnes Martini, maturnuwun sanget untuk cinta, doa, dukungan, perhatian, nasehat, dan kasih sayang, yang tak pernah habis untukku. 11. Kakakku tersayang, Monica Puspaningsih (mbak Monic) dan mas Nata, trimakasih banyak untuk cinta, kasih sayang, perhatian, doa, dan dukungannya untuk dek Pit. Thangkyu ya . . .
12. Seorang yang kukasihi, Helarius Wisnugroho (mas Wisnu “Becak”), nggak ada kata yang lain yang bisa adek ucapkan selain trimakasih banyak untuk cinta, kasih sayang, doa, perhatian, pengertian, dan suport yang selalu ada untukku. Trimakasih kau buat hidupku menjadi lebih bermakna dan berwarna. Semoga semua akan menjadi indah pada waktunya. 13. Mas-masku, mas Aji dan mas Gatot yang selalu menyayangiku, mendukungku dan tidak pernah lelah membantuku dan menyemangatiku. Trimakasih banyak atas doa, bantuan-bantuan dan suportnya selama ini sehingga skripsi ini bisa selesai. 14. Sahabat-sahabatku, Asih, mas Nano, Aning, dan Wiwin. Trimakasih banyak untuk persahabatan dan persaudaraan kita selama ini. Trimakasih atas bantuan, doa, saran, masukan, dan dukungan untukku. Trimakasih kalian tetap menemaniku, mensuportku dan memberikan keceriaan di saat-saat letihku. Teman-temanku, Wiwib & Rusman. Trimakasih ya untuk semua . . . 15. Almarhum budhe Marni, trimakasih untuk doa dan pengertian untukku ketika masih sugeng. Pakdhe sulis, trimakasih untuk perhatian dan doanya. Pakdhe dan budhe semuanya, maturnuwun untuk doa dan pangestu-nya untukku. 16. Bulik Tantik dan Om Tomo, trimakasih untuk doa dan kasih sayangnya. Buat dek Erwin, dek Nita dan dek Wahyu, trimakasih ya untuk doa dan suportnya... 17. Om Tarno dan bulik Sri, trimakasih untuk doa dan kasih sayang untukku. Buat adek-adekku tersayang Dewo-Dewi, kalian sumber penghiburanku di saat-saat aku letih...Trimakasih ya buat semuanya . . .
18. Keluarga mbak Indras, mas Pal, si kecil Kueta dan baby Keke, trimakasih untuk perhatian dan suportnya untukku. 19. Sepupu-sepupuku, mbak Dian, dek Fandi, dek Elsa, Nina, Nono, Joko, Catur, Tri (kapan nyusul, he...), dan Alek. Trimakasih untuk doa dan dukungannya untukku. 20. Keluarga mbak Rini, mas Agus dan si kecil Pandu. Trimakasih untuk doa dan dukungannya untukku. 21. Anak-anak kos Sekar Ayu, Gilang, Titis, Tami, Evi, Siska, Rika, Ririn, Lia “Liul”, dek Embik, Tyas, Ika, Putri, Mia, Lia, Watik, Meta, dan Endar. Trimakasih atas doa dan dukungan untukku. Trimakasih atas hari-hari indah selama aku kos di Sekar Ayu. Trimakasih aku masih boleh singgah di Sekar Ayu, meskipun aku udah nggak kos lagi. 22. Anak-anak Psikologi 2002, Ria & mbak Diah (tanpa kalian...nggak tahu deh apa jadinya...he..., thengkyu banget ya kalian membantuku mengambil keputusan penting dalam hidupku), Obed (teman seperjuanganku dulu, he...thengkyu ya buat semua...), Lita & Mita (Akhirnya Pak Adi memperjuangkan kita kan...makasih banget ya buat semua...), Prima (makasih banget aku boleh ngeprint tempatmu waktu itu), Sari, Bona, Roni, Dhesta, Weda, Thea, Ian, Wiwi, Tisa, Tina, Winda, Siska, Ina, mas Adi, Dedy, Tanti, Nopek, Ajeng, Nining, Yanti, Barjo, Wawan, Arba, Ntrik, Rio, Lisna, Irna, Vincent, Suko, Vista, Trisa, Neri, Sutri, Iput, Dewi, Hera, Astria, Nanut, Lia, dan semua yang mengenal aku. Trimakasih untuk kebersamaan kita selama ini. Trimakasih untuk semua doa dan dukungan, saran, dan masukan untukku.
Buat teman-temanku yang belum lulus, tetap bersabar, tetap berjuang, tetap semangat dan Never give up!Cayoo...!! 23. Teman-teman Psikologi angkatan 2001 dan 2003, mbak Rosita, mbak Ita, mbak Deasy, Adi, Pati, Kris, mbak Ajeng, mas Budi (Mbut), mas Aris, Didi, Rachel, dan Dani, trimakasih udah mau berbagi pengalaman, trimakasih untuk masukan dan dukungannya selama ini. 24. Teman-teman SMP-ku, Nita dan Vinda, akhirnya aku menyusul kalian. Trimakasih untuk doa dan dukungannya untukku. 25. Teman-temanku Mudika Gereja Santa Perawan Maria Bunda Kristus Wedi, Teguh, Arif ”Galempong”, Andi “Todung”, Rio, Komar, Heru “Emprit”, Indah, Buyut, Santo “Jenggot”, dan semuanya yang mengenal aku, trimakasih untuk doa, perhatian, kasih sayang, dan dukungan untukku selama aku di Mudika. 26. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah membantu penulis hingga selesainya skripsi ini.
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i HALAMAN PERSETUJUAN…………………………………………………….ii HALAMAN PENGESAHAN…………………..……………………………..…iii MOTTO…………………………………………………………………………..iv HALAMAN PERSEMBAHAN……………………………………………..........v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.................................................................vi ABSTRAK……...……………………………..............……………………........vii ABSTRACT..........................................................................................................viii KATA PENGANTAR............................................................................................ix DAFTAR ISI…...…………………………………………………………..........xiv DAFTAR TABEL................................................................................................xvii DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xviii BAB I.
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……………………………….....................1 B. Rumusan Masalah……………………………..…………………....7 C. Tujuan Penelitian…………………………...…................................7 D. Manfaat Penelitian……………………………...…..........................7
BAB II. DASAR TEORI A. Kecemasan 1. Pengertian kecemasan…………………………………............10 2. Aspek kecemasan…………………………………….……......11
3. Faktor-faktor penyebab kecemasan……………….……...........16 4. Macam-macam kecemasan…………………………................17 5. Fungsi kecemasan……………………………………………..21 B. Siswa SMP 1. Pengertian siswa SMP sebagai remaja awal…………..............22 2. Ciri-ciri siswa SMP sebagai remaja awal…………...................24 3. Karakteristik perkembangan siswa SMP sebagai remaja awal…………………………………………................30 C. Pelajaran Matematika SMP……………………………………......36 D. Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika……...............................................................37 BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……………………………………….....................42 B. Variabel Penelitian……………………………………...................42 C. Definisi Operasional…………………………….............................43 D. Subjek Penelitian……………………………………......................43 E. Metode Pengumpulan Data…………………………......................44 F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur 1. Validitas……………...……………………………………......47 2. Seleksi Item………………………………………………........48 2. Reliabilitas……...……………………………………...............50 G. Analisis Data…………………………………………....................51
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah.........................................................................53 2. Persiapan penelitian...................................................................53 3. Uji coba penelitian.....................................................................54 B. Pelaksanaan Penelitian.....................................................................55 C. Hasil penelitian 1. Deskripsi rata-rata kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika....................................56 2. Kategorisasi tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika....................................57 3. Hasil analisis tambahan a. Deskripsi rata-rata nilai rapor siswa SMP pada mata pelajaran matematika semester lalu..............................58 b. Kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran matematika pada siswa SMP semester lalu..............................................59 4. Pembahasan................................................................................60 BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................63 B. Saran.................................................................................................63 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................66 LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Blue Print Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Tabel 2 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika setelah Uji Coba Tabel 3 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika setelah Uji Coba yang Sudah Diperbaiki Tabel 4 Descriptive Statistic Tabel 5 Norma Kategorisasi Tabel 6 Norma Kategorisasi Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Tabel 7 Kategori Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Tabel 8 Descriptive Statistic Tabel 9 Kategori Rata-rata Nilai Rapor Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa SMP Semester Lalu
DAFTAR LAMPIRAN
1. Skala Uji Coba Penelitian 2. Data Uji Coba Penelitian 3. Skala Penelitian 4. Data Penelitian 5. Out Put 6. Surat Ijin Penelitian 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam dan untuk hidup manusia. Banyak hal-hal di sekitar manusia yang selalu berhubungan dengan matematika. Sebagai contoh: menghitung volume benda, menghitung luas bangun ruang, menghitung panjang, menghitung lebar, dan masih banyak lagi (Setyono, 2006). Kurun waktu belakangan ini, peran matematika dalam kehidupan manusia sudah tidak dapat diragukan lagi. Banyak sekali cabang ilmu pengetahuan yang didasari oleh matematika. Tanpa bantuan matematika tampaknya tidak mungkin dicapai kemajuan yang begitu pesat dalam bidang ilmu pengetahuan alam, teknologi, komputer, dan berbagai bidang yang lain. Dari sini tampak bahwa matematika sangat berperan bagi kehidupan manusia dan
setiap
orang
yang
mempunyai
pengetahuan
matematika
akan
mendapatkan keuntungan dari padanya (Sujono dalam Wijayanti, 2000). Konsep dasar matematika yang benar, yang diajarkan kepada seorang anak, haruslah benar dan kuat, karena ilmu ini demikian penting. Paling tidak, hitungan dasar yang melibatkan penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian harus dikuasai dengan sempurna (Setyono, 2006). Oleh karena itu, diharapkan seseorang, khususnya siswa dapat meningkatkan
prestasi belajar matematikanya pada pendidikan formal mengingat pentingnya ilmu tersebut. Pada kenyataannya, banyak orang mengeluh ketika mempelajari matematika di bangku sekolah formal. Matematika merupakan sesuatu yang membuat muka pucat, sakit perut, atau badan gemetar dan berkeringat dingin. Matematika dianggap sebagai sesuatu yang begitu menakutkan (Setyono, 2006). Sampai saat ini masih saja terdengar tentang sukarnya siswa menguasai materi matematika. Keluhan ini tidak hanya di jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan menengah, tetapi juga pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Salah satu indikator sukarnya siswa menguasai materi matematika, dapat dilihat dari rendahnya prestasi matematika yang diperoleh (Santoso, 1995). Sebagai contoh, hal tersebut dapat dilihat dari hasil Ujian Akhir Nasional (UAN) tahun 2003/2004 pada SMP Negeri Menteng Jakarta, di mana dari total siswa kelas 3 sebanyak 280 pelajar, 19 di antaranya tidak lulus karena nilai UAN-nya di bawah 4,01. Sebanyak 14 orang tidak lulus dalam mata pelajaran Matematika, 2 orang dalam mata pelajaran Bahasa Inggris, dan 2 orang dalam pelajaran Bahasa Indonesia (www. Kompas. co. id, 2004). Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak siswa yang kurang berminat terhadap matematika. Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Jam-jam pelajaran matematika dirasakan sebagai neraka bagi sebagian besar siswa. Dalam mengikuti pelajaran matematika mereka merasa
gelisah, was-was, cemas, yang pada gilirannya nanti perasaan-perasaan tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika (Santoso, 1995). Hal serupa juga disampaikan oleh Sujono (dalam Wijayanti, 2000), bahwa ternyata sampai sekarang masih banyak siswa yang beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar, untuk mempelajarinya diperlukan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu. Oleh karena itu, banyak siswa yang takut terhadap matematika dan sejauh mungkin akan berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan. Menurut Buchory (dalam Kompas, 2007), pendidikan matematika sampai sekarang masih dianggap momok alias menakutkan. Mengapa pada tingkat SMP dan SMU matematika dan ilmu eksata lainnya menjadi momok yang menakutkan? Selama ini ada beberapa anggapan yang dipegang turun-temurun dan masih tetap dianggap sebagai satu-satunya cara mengajar. Inilah beberapa anggapan tersebut: pertama, siswa dianggap sebagai penerima pasif informasi dan guru dianggap sebagai sumber pengetahuan. Kedua, para murid dianggap sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi. Mereka datang, duduk manis, dan hanya mendengarkan guru menyampaikan informasi. Pada anggapan pertama dan kedua, jika informasi yang masuk tidak sesuai dengan “operating system” yang dimiliki seorang siswa, informasi tersebut akan ditolak. Jika dipaksakan, kemungkinan akan menimbulkan kondisi yang tidak menyenangkan pada siswa tersebut dan
menimbulkan perasaan tertekan. Kondisi inilah yang disebut sebagai kecemasan. Ketiga, Matematika merupakan suatu pelajaran yang dipelajari dengan “hapalan”. Anggapan tersebut terjadi karena beratnya beban kurikulum yang ada di Indonesia. Guru cenderung mengejar target kurikulum yang dibebankan. Akibatnya patokan yang digunakan bukan penguasaan murid atas suatu materi tetapi berpatokan pada selesai atau tidaknya suatu materi diajarkan. Hal tersebut membuat siswa menjadi merasa terbebani untuk menguasai materi yang diajarkan guru, sehingga memungkinkan timbulnya kecemasan dalam diri siswa. Keempat, siswa yang berbuat kesalahan cenderung akan dihukum. Hukuman/ancaman tersebut juga digunakan untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Adanya hukuman yang diberikan kepada para siswa akan menimbulkan suatu trauma yang mendalam. Dalam jangka pendek efeknya tidak terasa, tetapi dalam jangka panjang, hal itu menimbulkan kerusakan pada “operating system” yang sulit dideteksi. Guru yang memberikan hukuman pada siswa yang salah dalam mengerjakan soal akan menghambat pembelajaran matematika. Hal ini membuat para siswa kemungkinan akan merasa cemas dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Kelima, nilai bagus diidentikkan dengan “pintar” dan nilai jelek diidentikkan dengan “bodoh”. Nilai merupakan suatu umpan balik bagi guru maupun orang tua untuk mencari tahu bagian mana dari suatu materi yang
belum dikuasai oleh siswa, bukan untuk mendeskripsikan seorang siswa pintar atau bodoh. Anggapan guru yang demikian, membuat siswa kemungkinan merasa cemas jika mendapatkan nilai jelek karena siswa akan dianggap bodoh. Keenam, cara pemecahan soal harus sesuai dengan cara yang diajarkan oleh guru, jika tidak siswa dianggap tidak menurut dan jawabannya disalahkan walaupun jawabannya benar (Setyono, 2006). Anggapan tersebut membuat siswa merasa tidak bisa mengembangkan kreativitasnya, karena cara pemecahan soal harus sesuai dengan cara yang diajarkan oleh “guru”, jika tidak, siswa dianggap tidak menurut dan jawabannya disalahkan walaupun jawabannya benar. Kondisi ini memungkinkan siswa merasa tertekan, sehingga menimbulkan kecemasan dalam dirinya. Hal-hal di atas merupakan cara penyampaian pelajaran matematika yang memungkinkan timbulnya kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan aprehensi atau keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Selain itu, kecemasan didefinisikan sebagai manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik) (Daradjat, 1985). Siswa yang mengalami kecemasan terhadap matematika akan menunjukkan berbagai tanggapan emosional bila mereka dihadapkan kepada masalahmasalah yang berkaitan dengan bilangan. Tanggapan emosional ini meliputi aspek fisik, mental, dan perilaku. Menurut Nevid, dkk (2005), Daradjat (1985)
serta Supratiknya (1995), aspek fisik, indikatornya: sulit bernafas, jantung berdebar keras, dan pusing; gangguan pencernaan, gangguan tidur, gangguan makan dan ekspresi wajah. Aspek mental, indikatornya: afektif dan kognitif. Aspek perilaku, indikatornya: menghindar, melekat dan dependen, terguncang serta melakukan gerakan-gerakan neurotik. Penelitian ini penting untuk dilakukan, karena kecemasan siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika mempengaruhi prestasi belajar matematika. Hal ini diungkapkan oleh Santoso (1995), bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara tingkat kecemasan dan prestasi belajar matematika. Ini berarti semakin tinggi tingkat kecemasan siswa, semakin rendah prestasi belajar matematikanya, begitu pula sebaliknya. Dewasa ini, pembelajaran matematika di beberapa sekolah telah menggunakan pendekatan siswa aktif. Selain itu, menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), dengan ciri bahwa pembahasan setiap konsep atau prinsip matematika sebisa mungkin dikaitkan dengan atau diberi pengantar hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari (kontekstual). Pembahasan materi juga disertai gambar ilustrasi atau foto terpilih dan juga contoh-contoh yang aktual (Tazudin, dkk, 2005). Pada kenyataannya, prestasi matematika sampai sekarang masih rendah. Sebagai contoh, dari hasil uji coba Ujian Nasional (UN) di Kudus pada 43 buah SMP, hanya 4 buah SMP yang dinyatakan lolos dan memenuhi standar kelulusan yaitu 4,25; sedangkan 39 SMP lainnya
dinyatakan gagal. Hal tersebut dikarenakan rendahnya nilai pada 6 mata pelajaran yang diujikan terutama matematika (www. Kompas. co. id, 2005). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah siswa masih cemas kendati telah ada cara penyampaian pelajaran yang menarik termasuk dalam mata pelajaran matematika. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tingkat kecemasan pada siswa, khususnya siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
B. Rumusan masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini: Bagaimana gambaran tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika?
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat praktis a. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika, sehingga guru dapat memberikan feed back untuk meningkatkan
kualitas pengelolaan kelas dalam mendayagunakan potensi kelas berupa pemberian kesempatan yang seluas-luasnya pada setiap personal untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang kreatif dan terarah sehingga waktu dan dana yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efisien untuk melakukan kegiatan-kegiatan kelas yang berkaitan dengan kurikulum dan perkembangan siswa. b. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tingkat kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika, sehingga pihak
sekolah dapat
melakukan
usaha-usaha
untuk
mengurangi tingkat kecemasan siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika, misalnya menambah kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan bakat dan ketrampilan siswa dengan harapan agar prestasi belajar matematika meningkat. 2. Manfaat teoritis a. Bagi perkembangan Psikologi Pendidikan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau referensi dalam mengembangkan studi lebih lanjut mengenai tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. b. Bagi perkembangan Psikologi Perkembangan, hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan atau referensi dalam mengembangkan studi lebih lanjut mengenai remaja, khususnya mengenai tingkat kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
c. Bagi penelitian selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu bahan referensi atau sumber informasi dalam mengembangkan penelitian selanjutnya terutama tentang kecemasan yang dialami siswa SMP, khususnya dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
BAB II DASAR TEORI
A. Kecemasan 1. Pengertian kecemasan Kecemasan (anxiety) adalah keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang meliputi: interpretasi subjektif dan rangsangan fisiologis. Reaksi badan secara fisiologis, dapat dicontohkan: bernafas lebih cepat, muka menjadi merah, jantung berdebar-debar, dan berkeringat (Ollendick dalam Clerq, 1994). Anxietas/kecemasan (anxiety) adalah suatu keadaan khawatir pada seseorang yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Banyak hal yang harus dicemaskan, misalnya: kesehatan, relasi sosial, ujian, dan kondisi lingkungan. Hal-hal tersebut merupakan beberapa hal yang dapat menjadi sumber kecemasan. Sedikit cemas mengenai aspek-aspek hidup tersebut merupakan hal yang normal, bahkan adaptif. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap ancaman, tetapi kecemasan bisa menjadi abnormal bila tingkatannya tidak sesuai dengan proporsi ancaman, atau bila sepertinya datang tanpa ada penyebabnya, yaitu: bila bukan merupakan respon terhadap perubahan lingkungan. Dalam bentuk yang ekstrim, kecemasan dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
Menurut Daradjat (1985), kecemasan adalah manifestasi dari berbagai proses emosi yang bercampur baur. Proses emosi ini terjadi ketika orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi) dan pertentangan batin (konflik). Menurut Hall & Lindzey; Wiley & Sons (dalam Supratiknya, 1993), kecemasan adalah suatu keadaan tegangan yang merupakan suatu dorongan, seperti lapar dan seks. Keadaan tegangan ini tidak timbul dari kondisi-kondisi jaringan di dalam tubuh, tetapi ditimbulkan oleh sebabsebab dari luar. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang merupakan respon terhadap suatu ancaman dan menimbulkan perasaan tertekan dan tegang.
2. Aspek kecemasan Supratiknya (1995), mengungkapkan beberapa hal yang merupakan simptom-simptom (gejala-gejala) kecemasan. Simptomsimptom tersebut terdiri atas: a. Senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was, dan keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness). b. Terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, sering merasa tidak mampu, minder, depresi, dan serba sedih. c. Sulit berkonsentrasi dan mengambil keputusan serta serba takut salah.
d. Rasa tegang menjadikan yang bersangkutan selalu bersikap teganglamban, bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan yang datang secara tiba-tiba atau yang tak diharapkan, dan selalu melakukan gerakan-gerakan neurotik tertentu, seperti: mematah-matahkan buku jari, mendehem, dan sebagainya. e. Sering mengeluh bahwa ototnya tegang, khususnya pada leher dan sekitar bagian atas bahu, mengalami diare ringan yang kronik, sering buang air kecil, dan menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk. f. Mengeluarkan banyak keringat dan telapak tangannya sering basah. g. Sering berdebar-debar dan tekanan darahnya tinggi. h. Sering mengalami gangguan pernafasan dan berdebar-debar tanpa sebab yang jelas. i. Sering mengalami “anxiety attacks” atau tiba-tiba cemas tanpa ada pemicunya yang jelas. Gejala-gejalanya dapat berupa: berdebar-debar, sulit bernafas, berkeringat, pingsan, badan terasa dingin, terkencingkencing, atau sakit perut.
Kecemasan terdiri dari begitu banyak ciri fisik, kognisi, dan perilaku (Nevid, Rathus, & Greene, 2005). Ciri-ciri tersebut terdiri atas: a. Fisik, meliputi: kegelisahan, kegugupan; tangan atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar; sensasi dari pita ketat yang mengikat di sekitar dahi; kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada; banyak
berkeringat; telapak tangan yang berkeringat; pening atau pingsan; mulut atau kerongkongan terasa kering; sulit berbicara; sulit bernafas; bernafas pendek; jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang; suara yang bergetar; jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin; pusing; merasa lemas atau mati rasa; sulit menelan; kerongkongan terasa tersekat; leher atau punggung terasa kaku; sensasi seperti tercekik atau tertahan; tangan yang dingin dan lembab; terdapat gangguan sakit perut atau mual; panas dingin; sering buang air kecil; wajah terasa memerah; diare; dan merasa sensitif atau “mudah marah”. b. Behavioral (perilaku), meliputi: perilaku menghindar; perilaku melekat dan dependen; dan perilaku terguncang. c. Kognitif, meliputi: khawatir tentang sesuatu; perasaan terganggu atau ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan; keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi, tanpa ada penjelasan yang jelas; terpaku pada sensasi ketubuhan; sangat waspada terhadap sensasi ketubuhan; merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian; ketakutan akan kehilangan kontrol; ketakutan akan ketidakmampuan untuk
mengatasi
masalah;
berpikir
bahwa
dunia
mengalami
keruntuhan; berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan; berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa bisa diatasi; khawatir terhadap hal-hal yang sepele; berpikir tentang hal mengganggu yang sama secara berulang-ulang; berpikir bahwa harus
bisa kabur dari keramaian, kalau tidak pasti akan pingsan; pikiran terasa bercampur aduk atau kebingungan; tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu; berpikir akan segera mati, meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah secara medis; khawatir akan ditinggal sendirian; sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran.
Daradjat (1985), mengemukakan beberapa gejala kecemasan. Gejala-gejala kecemasan tersebut terdiri atas: a. Gejala fisik, antara lain: ujung-ujung jari terasa dingin, pencernaan tidak teratur, pukulan jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing, dan nafas sesak. b. Gejala mental, antara lain: sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang kepercayaan pada diri, tidak tenteram, dan ingin lari dari kenyataan hidup.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti menyimpulkan ada 3 (tiga) macam aspek kecemasan, antara lain: fisik, mental, dan perilaku. a. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain: 1) Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, dan pusing.
2) Gangguan pencernaan: pencernaan tidak teratur, terdapat gangguan sakit perut atau mual, sering buang air kecil, diare. 3) Gangguan tidur: tidur tidak nyenyak, menderita gangguan tidur berupa insomnia dan mimpi buruk. 4) Gangguan makan: nafsu makan hilang. 5) Ekspresi wajah: kegelisahan, kegugupan, wajah terasa memerah.
b. Mental. Indikator aspek mental, antara lain: 1) Afektif: senantiasa diliputi ketegangan, rasa was-was (khawatir), keresahan yang bersifat tak menentu (diffuse uneasiness), terlalu peka (mudah tersinggung) dalam pergaulan, minder, serba sedih, ketakutan terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan, ketakutan akan kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah, ingin lari dari kenyataan hidup, dan serba takut salah.
2) Kognitif:
sulit
berkonsentrasi,
sulit
mengambil
keputusan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi tanpa ada penjelasan yang jelas, berpikir bahwa semuanya tidak lagi bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan
tanpa
bisa
diatasi,
berpikir
tentang
hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa
harus bisa kabur dari keramaian kalau tidak pasti akan pingsan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu.
c. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain: 1) Menghindar, misalnya: meninggalkan kelas. 2) Melekat dan dependen, misalnya: mencontek. 3) Terguncang, misalnya: sangat terkejut dan tercengang 4) Melakukan
gerakan-gerakan
neurotik,
misalnya:
mematah-
matahkan buku jari dan mendehem.
3. Faktor-faktor penyebab kecemasan Ada beberapa penyebab timbulnya kecemasan. Menurut Daradjat (1985) sebab-sebab timbulnya kecemasan, antara lain: akibat tidak terpenuhinya keinginan-keinginan seksual, yaitu karena merasa diri (fisik) kurang, karena pengaruh pendidikan waktu masih kecil, atau sering terjadi frustasi karena tidak tercapainya sesuatu yang diingini baik material maupun sosial. Mungkin pula akibat dari rasa tidak berdaya, tidak ada rasa kekeluargaan, dan sebagainya. Menurut Kresch & Qrutch (dalam Hartanti & Dwijanti, 1997), timbulnya kecemasan disebabkan karena kurangnya pengalaman dalam menghadapi berbagai kemungkinan yang membuat individu kurang siap menghadapi situasi baru. Sumber-sumber kecemasan terdiri dari dua faktor, yaitu:
a. Faktor internal Kecemasan berasal dari dalam individu, misalnya: perasaan tidak mampu, tidak percaya diri, perasaan bersalah, dan rendah diri. Faktor internal ini pada umumnya sangat dipengaruhi oleh pikiranpikiran negatif dan tidak rasional. b. Faktor eksternal Kecemasan berasal dari luar individu, dapat berupa: penolakan sosial, kritikan dari orang lain, beban tugas atau kerja yang berlebihan, maupun hal-hal lain yang dianggap mengancam. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dapat ditimbulkan oleh dua faktor. Faktor-faktor tersebut, antara lain: internal dan eksternal.
4. Macam-macam kecemasan Freud membedakan tiga macam kecemasan, yaitu: kecemasan realitas, kecemasan neurotik, dan kecemasan moral (Hall & Lindzey; Wiley & Sons dalam Supratiknya, 1993). a. Kecemasan realitas, yaitu: rasa takut akan bahaya-bahaya nyata di dunia luar; kedua tipe kecemasan lain berasal dari kecemasan realitas ini. Kecemasan pada mata pelajaran matematika dapat dimasukkan pada macam kecemasan ini, karena siswa SMP dihadapkan pada suatu kenyataan (realita) yang dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tegang, yaitu dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
b. Kecemasan neurotik, yaitu: rasa takut jangan-jangan insting-insting akan lepas dari kendali dan menyebabkan sang pribadi berbuat sesuatu yang bisa membuatnya dihukum. Kecemasan neurotik bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu sendiri melainkan ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika suatu insting dipuaskan. c. Kecemasan moral, yaitu: rasa takut terhadap suara hati. Orang-orang yang superegonya berkembang dengan baik cenderung merasa bersalah jika mereka melakukan atau bahkan berpikir untuk melakukan sesuatu yang bertentangan dengan norma moral di mana mereka dibesarkan. Mereka disebut mendengarkan bisikan suara hati. Kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam realitas di mana di masa lampau sang pribadi pernah mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan bisa dihukum lagi.
Menurut Daradjat (1985), ada bermacam-macam kecemasan, antara lain: a. Kecemasan yang timbul akibat melihat dan mengetahui ada bahaya yang mengancam dirinya. Cemas tersebut lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya jelas terlihat dalam pikiran. Contoh: saat akan menyeberang jalan, terlihat mobil berlari kencang seakan-akan hendak menabraknya. b. Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk, antara lain:
1) Kecemasan yang umum. Pada kecemasan ini, orang merasa cemas yang kurang jelas, tidak tentu, dan tidak ada hubungannya dengan apa-apa serta mempengaruhi keseluruhan diri pribadi. 2) Kecemasan dalam bentuk takut akan benda-benda atau hal-hal tertentu, contoh: takut melihat darah, serangga, binatang-binatang kecil, tempat yang tinggi, dan orang ramai. 3) Kecemasan dalam bentuk ancaman, yaitu: kecemasan yang menyertai gejala-gejala gangguan dan penyakit jiwa. Orang merasa cemas karena menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sehingga ia merasa terancam oleh sesuatu itu. Kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan pada macam kecemasan ini, karena dalam hal ini mata pelajaran matematika dianggap sebagai ancaman. Siswa merasa cemas karena mereka menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dalam menghadapi mata pelajaran matematika, sehingga mereka merasa terancam oleh mata pelajaran matematika. c. Kecemasan karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani. Kecemasan ini sering pula menyertai gejala-gejala gangguan jiwa, yang kadang-kadang terlihat dalam bentuk yang umum.
Berdasarkan kondisi kecemasan, kecemasan digambarkan sebagai state anxiety atau trait anxiety (Cattell, Scheier & Spielberger
dalam Clerq, 1994). State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu (contoh: mengikuti ujian, terbang, kencan pertama, dan lain-lain). Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan “anxiety proneness” (kecenderungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk merasakan
berbagai
macam
keadaan
sebagai
keadaan
yang
membahayakan atau mengancam dan cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai bentuk kecemasan kronis (Spielberger dalam Clerq, 1994). Sebagai contoh: seorang anak dengan sifat kecemasan yang kuat akan bereaksi lebih sering dan dengan intensitas yang lebih tinggi terhadap berbagai situasi. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan dalam kecemasan realitas, kecemasan dalam bentuk ancaman, dan state anxiety. Kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika digolongkan sebagai kecemasan realitas, karena siswa dihadapkan pada suatu realitas, yaitu dalam menghadapi mata pelajaran matematika, di mana realitas ini dapat menimbulkan perasaan tertekan dan tegang. Kecemasan pada mata pelajaran matematika juga termasuk kecemasan yang berbentuk ancaman,
karena siswa menyangka akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan hal tersebut membuat mereka terancam. Kecemasan yang dialami seorang siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat digolongkan ke dalam state anxiety, karena reaksi emosi tersebut hanya bersifat sementara dan timbul pada situasi tertentu yang dirasakan sebagai suatu ancaman. Ancaman yang dimaksud di sini yaitu dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
5. Fungsi kecemasan Fungsi kecemasan yaitu memperingatkan sang pribadi akan adanya bahaya yang merupakan isyarat bagi ego bahwa kalau tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Menurut Hall & Lindzey; Wiley & Sons (dalam Supratiknya, 1993) kecemasan akan memotivasikan sang pribadi untuk melakukan sesuatu. Sang pribadi bisa lari dari daerah yang mengancam, menghalangi impuls yang membahayakan atau menuruti suara hati. Kecemasan juga merupakan pendorong, seperti halnya lapar dan seks. Apabila kecemasan timbul, hal ini akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu supaya tegangan dapat direduksikan atau dihilangkan (Soeryobroto, 1982). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi kecemasan yaitu memperingatkan seseorang akan adanya bahaya yang merupakan
isyarat bagi ego, di mana jika tidak dilakukan tindakan-tindakan tepat, maka bahaya itu akan meningkat sampai ego dikalahkan. Selain itu, mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu supaya tegangan dapat direduksikan atau dihilangkan.
B. Siswa SMP 1. Pengertian siswa SMP sebagai remaja awal Siswa SMP pada umumnya berusia 12 sampai 15 tahun. Usia ini dapat digolongkan dalam masa remaja, khususnya remaja awal (Monks, 2004). Istilah remaja (adolescence) sendiri berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya adolescentia, artinya: remaja) yang berarti “tumbuh’ atau “tumbuh menjadi dewasa” (Hurlock, 1991). Istilah adolescence, mempunyai arti yang lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget (dalam Hurlock, 1991), bahwa secara psikologis, masa remaja merupakan usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek afektif yang kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Perubahan intelektual yang khas dari cara berpikir remaja ini memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. Santrock (2003) mengartikan remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian. Calon (dalam Monks, dkk, 2004) juga mengungkapkan bahwa masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa transisi atau peralihan dengan jelas, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Remaja berada dalam status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian lagi diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Status interim berhubungan dengan masa peralihan yang timbul sesudah pemasakan seksual (pubertas). Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari bahwa remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini. Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk melepaskan remaja dari status interim-nya supaya ia dapat menjadi dewasa yang bertanggung jawab.
Masa remaja berlangsung antara usia 12 sampai 21 tahun, dengan pembagian sebagai berikut: usia 12 sampai 15 tahun merupakan masa remaja awal, usia 15 sampai 18 tahun merupakan masa remaja pertengahan, dan usia 18 sampai 21 tahun merupakan masa remaja akhir (Monks, 2004). Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa SMP dapat digolongkan dalam kategori remaja awal, di mana usianya berkisar antara 12 sampai 15 tahun. Masa ini merupakan masa perkembangan transisi atau peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional.
2. Ciri-ciri siswa SMP sebagai remaja awal Siswa SMP yang termasuk masa remaja awal ini mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1991). Ciri-ciri yang khas pada masa ini akan mendasari timbulnya kecemasan pada diri remaja, dalam penelitian ini khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Ciri-ciri tersebut akan diterangkan secara singkat di bawah ini: a. Masa remaja sebagai periode peralihan Pada masa ini, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Osterrieth (dalam Hurlock, 1991) menjelaskan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa kanak-kanak. Selain itu,
perubahan fisik yang terjadi selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu. Menurut Santrock (2003), masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berpikir abstrak sampai pada kemandirian. Hal serupa diungkapkan oleh Calon (dalam Monks, dkk, 2004) bahwa masa remaja menunjukkan sifat-sifat masa peralihan dengan jelas, karena remaja belum memperoleh status orang dewasa tetapi tidak lagi memiliki status kanak-kanak. Remaja berada dalam status interim sebagai akibat dari posisi yang sebagian diberikan oleh orang tua dan sebagian lagi diperoleh melalui usaha sendiri yang selanjutnya memberikan prestise tertentu padanya. Hal ini membuat status remaja tidak jelas, sehingga terdapat keraguan akan peran yang harus dilakukan (Hurlock, 1991). Masa peralihan tersebut diperlukan untuk mempelajari bahwa remaja mampu memikul tanggung jawabnya nanti dalam masa dewasa. Makin maju masyarakatnya makin sukar tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab ini. Suatu pendidikan yang emansipatoris akan berusaha untuk melepaskan remaja dari status interim-nya supaya ia dapat menjadi dewasa yang bertanggung jawab. Di sini, seorang
remaja dituntut harus “meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Pada periode peralihan ini, dimungkinkan siswa SMP sebagai remaja awal mengalami kecemasan, dalam penelitian ini khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Kecemasan-kecemasan yang mungkin timbul dapat disebabkan oleh: pertama, karena pengalaman masa lalu remaja mempengaruhi apa yang terjadi saat ini dan yang akan datang. Kedua, makin sukarnya tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab dalam masa dewasa.
b. Masa remaja sebagai periode perubahan Adanya perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial, menimbulkan masalah baru bagi remaja. Bagi remaja awal, masalah baru yang timbul lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah, sampai ia sendiri mampu menyelesaikannya sendiri. Selain itu, sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan, tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab tersebut (Hurlock, 1991).
Pada periode ini, dimungkinkan siswa SMP mengalami kecemasan. Hal ini dilatarbelakangi oleh timbulnya masalah baru, di mana masalah yang timbul ini lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang sebelumnya pernah dialami. Selain itu, sikap yang ambivalen yaitu keinginan untuk mendapatkan kebebasan dan adanya ketakutan untuk bertanggung jawab akan akibatnya serta meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
c. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Ada dua alasan adanya kesulitan tersebut. Pertama, kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam
mengatasi
masalah
karena
masalah
mereka
sebagian
diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru sepanjang masa kanakkanak. Kedua, karena para remaja merasa diri mereka mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang tua dan guru-guru (Hurlock, 1991). Alasan-alasan
tersebut
memungkinkan
siswa
SMP
mengalami kecemasan. Hal ini disebabkan karena mereka merasa mandiri, ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain terutama orang tua dan guru-guru mereka, padahal sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman
dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanak-kanak orang tua dan guru-guru selalu terlibat dalam mengatasi masalah mereka.
d. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Majeres (dalam Hurlock, 1991), mengungkapkan bahwa banyak anggapan populer tentang remaja yang sebagian besar bersifat negatif. Stereotip budaya menganggap bahwa remaja merupakan anakanak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya, cenderung merusak, dan berperilaku merusak. Anggapan ini menyebabkan orang dewasa yang harus
membimbing
dan
mengawasi
kehidupan
remaja
takut
bertanggung jawab dan bersikap tidak simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip populer ini mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri. Menurut Anthony (dalam Hurlock, 1991), penerimaan stereotip ini dan meyakini bahwa orang dewasa mempunyai pandangan yang buruk tentang mereka membuat peralihan ke masa dewasa menjadi sulit. Stereotip populer terhadap diri remaja yang bersifat negatif ini mempengaruhi konsep diri remaja menjadi negatif pula, misalnya mereka menjadi memiliki citra diri seperti anggapan orang-orang dewasa terhadap mereka. Hal ini dimungkinkan menimbulkan kecemasan dalam diri remaja.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya remaja, khususnya remaja awal memiliki potensi untuk mengalami kecemasan. Hal ini terlihat dari beberapa ciri yang khas pada masa remaja, antara lain: pertama, masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini, pengalaman masa lalu remaja mempengaruhi apa yang terjadi saat ini dan yang akan datang. Selain itu, makin sukarnya tugas remaja untuk mempelajari tanggung jawab dalam masa dewasa. Kedua, masa remaja sebagai periode perubahan. Pada masa ini remaja menghadapi masalah baru yang lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang sebelumnya pernah dialami. Selain itu, remaja memiliki sikap yang ambivalen di mana di satu sisi remaja ingin mendapatkan kebebasan, sedangkan di sisi lain ada ketakutan untuk bertanggung jawab akan akibatnya. Mereka juga meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut. Ketiga, masa remaja sebagai usia bermasalah. Pada masa ini mereka merasa mandiri, ingin menyelesaikan masalahnya sendiri dan menolak bantuan orang lain terutama orang tua dan guru-guru mereka, padahal sebenarnya sebagian besar dari mereka tidak memiliki pengalaman dalam mengatasi masalah karena sepanjang masa kanakkanak orang tua dan guru-guru selalu terlibat dalam mengatasi masalah mereka. Keempat, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Pada masa ini konsep diri remaja menjadi negatif, mereka merasa diri
mereka tidak rapi, tidak bisa dipercaya, cenderung merusak, dan berperilaku merusak.
3. Karakteristik perkembangan siswa SMP sebagai remaja awal Siswa
SMP
sebagai
remaja
awal
memiliki
beberapa
karakteristik perkembangan (Santrock, 2003). Karakteristik-karakteristik tersebut
dapat
melatarbelakangi
seorang
siswa
SMP
mengalami
kecemasan, dalam penelitian ini khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Karakteristik-karakteristik tersebut, antara lain: a. Perkembangan kognitif Menurut Piaget (dalam Santrock, 2003), remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal. Menurut Piaget, tahap operasional formal (formal operational stage) merupakan tahap keempat dan terakhir dari tahap perkembangan kognitif, yang muncul sekitar usia 11 sampai 15 tahun. Secara lebih nyata, pemikiran operasional
formal
bersifat lebih abstrak daripada pemikiran
operasional konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan
konkret
sebagai
landasan
berpikirnya.
Mereka
mampu
membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis (Santrock, 2003).
Remaja yang normal seharusnya mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya dengan pemikiran logis pada tahap ini. Bagi remaja yang belum mampu, dapat menimbulkan kecemasan dalam dirinya.
b. Perkembangan sosial emosional 1) Konflik orang tua-remaja Masa awal remaja merupakan waktu di mana konflik orang tua-remaja meningkat lebih dari konflik orang tua-anak (Montemayor & Steinberg dalam Santrock, 2003). Peningkatan ini bisa terjadi karena beberapa faktor yang melibatkan pendewasaan remaja dan pendewasaan orang tua, meliputi: perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif termasuk peningkatan idealisme dan penalaran logis, perubahan sosial yang berpusat pada kebebasan dan jati diri, harapan yang tak tercapai, dan perubahan fisik, kognitif, dan sosial orang tua sehubungan dengan usia paruh baya (Laursen & Ferreira dalam Santrock, 2003). Adanya konflik antara orang tua-remaja ini memungkinkan timbulnya kecemasan, baik bagi orang tua maupun remaja.
2) Otonomi dan keterikatan Pada awal masa remaja, sebagian besar individu tidak mempunyai pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat atau dewasa pada semua sisi kehidupan. Hal ini bisa menimbulkan kecemasan bagi remaja. Bersamaan dengan mendesaknya remaja untuk mendapatkan otonomi, orang dewasa yang bijaksana melepaskan kendali di bidang mana remaja dapat membuat keputusan yang pantas dan terus mendampingi remaja pada bidang di mana pengetahuan remaja lebih terbatas. Secara bertahap, remaja akan memperoleh kemampuan untuk membuat keputusan yang dewasa sendiri. Di sisi lain, keterikatan yang aman pada masa bayi merupakan pokok bagi perkembangan kecakapan sosial (Bowlby & Ainsworth dalam Santrock, 2003). Keterikatan yang aman diteorikan sebagai landasan penting bagi perkembangan psikologis berikutnya pada masa kanak-kanak, remaja, dan dewasa sedangkan keterikatan tak aman diteorikan berkaitan dengan kesulitan berhubungan dan masalah-masalah perkembangan selanjutnya. Keterikatan pada orang tua selama masa remaja dapat memiliki fungsi adaptif untuk menyediakan dasar rasa aman di mana remaja dapat mengeksplorasi dan menguasai lingkungan baru serta dunia sosial yang semakin luas dalam kondisi psikologi yang sehat secara psikologis (Allen & Bell dalam Santrock, 2003).
Keterikatan yang aman dengan orang tua dapat membantu remaja dari kecemasan dan kemungkinkan perasaan tertekan atau ketegangan emosi yang berkaitan dengan transisi dari masa kanakkanak menuju dewasa. Keterikatan yang tidak aman dengan orang tua akan menimbulkan kecemasan dan perasaan tertekan pada diri remaja.
3) Teman sebaya a) Fungsi kelompok teman sebaya Teman sebaya adalah individu yang tingkat, kematangan, dan umurnya kurang lebih sama. Teman sebaya menyediakan sarana untuk perbandingan secara sosial dan sumber informasi tentang dunia di luar keluarga. Hubungan teman sebaya diperlukan untuk perkembangan sosial yang normal pada masa remaja. Ketidakmampuan remaja untuk “masuk” ke dalam suatu lingkungan sosial pada masa kanakkanak atau masa remaja dihubungkan dengan berbagai masalah dan gangguan (Santrock, 2003). Salah satunya menimbulkan kecemasan pada remaja.
b) Popularitas, pengabaian, dan penolakan teman sebaya Kemampuan mendengar, komunikasi yang efektif, menjadi diri sendiri, bahagia, menunjukkan antusias dan
perhatian kepada orang lain, serta memiliki rasa percaya diri tapi
tidak
menjadi
sombong,
merupakan
kriteria
dari
popularitas di antara teman sebaya. Remaja yang diabaikan mendapatkan perhatian yang sedikit dari teman sebaya mereka, sementara mereka yang ditolak tidak begitu disukai oleh teman sebaya mereka. Pada remaja yang ditolak akan berisiko terhadap masalah perkembangan mereka (Santrock, 2003). Hal ini dapat menimbulkan kecemasan pada remaja.
4) Kelompok remaja Kelompok berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pribadi remaja, memberi penghargaan kepada mereka, memberikan informasi, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas kepada mereka. Ada hal yang dipandang berperan penting dalam usaha remaja untuk mempertahankan harga diri dan perkembangan identitasnya, yaitu klik (Coleman & Erikson dalam Santrock, 2003). Klik merupakan kelompok dengan jumlah yang lebih kecil, yang melibatkan keakraban yang lebih besar di antara anggota dan lebih kohesif daripada kerumunan, tetapi klik memiliki ukuran yang lebih besar dan tingkat keakraban yang lebih rendah daripada persahabatan. Remaja yang tidak memiliki kelompok tidak memiliki media untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, untuk memberi
penghargaan kepada mereka, untuk memberikan informasi, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas kepada mereka. Hal ini memungkinkan timbulnya kecemasan pada diri remaja. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa seorang remaja pada dasarnya memiliki karakteristik-karakteristik perkembangan tertentu, di mana ada beberapa karakteristik yang dapat memungkinkan seorang remaja mengalami kecemasan. Karakteristik-karakteristik tersebut, antara lain: pertama, perkembangan kognitif, di
mana remaja mampu
membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya dengan pemikiran logis pada tahap ini. Bagi remaja yang belum mampu, dapat menimbulkan kecemasan di dalam dirinya. Kedua, perkembangan sosial emosional, di mana pada tahap ini ada beberapa hal yang penting yang dapat menimbulkan kecemasan pada remaja, antara lain: terjadi konflik antara orang tua-remaja, sebagian besar remaja tidak mempunyai pengetahuan untuk membuat keputusan yang tepat pada semua sisi kehidupan, dan adanya keterikatan yang tidak aman dengan orang tua. Selain itu, ketidakmampuan remaja untuk “masuk” ke dalam suatu lingkungan sosial pada masa kanak-kanak atau masa remaja dapat menimbulkan masalah dan gangguan, misalnya kecemasan. Remaja sering menganggap popularitas, pengabaian, dan penolakan teman sebaya merupakan hal yang penting, di mana penolakan akan berisiko terhadap
masalah perkembangan mereka yaitu menimbulkan kecemasan pada remaja. Selain itu, remaja yang tidak memiliki kelompok tidak memiliki media untuk memenuhi kebutuhan pribadi mereka, untuk memberi penghargaan kepada mereka, memberikan informasi, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas kepada mereka. Hal ini memungkinkan timbulnya kecemasan pada diri remaja.
C. Pelajaran Matematika SMP Matematika
adalah
ilmu
yang
memiliki
hitungan
dasar
penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian (Setyono, 2005). Pada dasarnya materi-materi mata pelajaran matematika tingkat SMP menuntut siswa agar mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang sematamata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak. Selain itu, diharapkan mereka dapat mengolahnya dengan pemikiran logis untuk dapat mempelajarinya. Menurut Piaget, kemampuan-kemampuan tersebut berada pada tahap pemikiran operasional formal (Santrock, 2003). Pada tingkat SMP ini mereka diharapkan mampu menyusun rencana pemecahan masalah dan secara sistematis menguji cara-cara yang dipikirkannya. Selain itu, siswa SMP diharapkan dapat mengembangkan hipotesis atau memperkirakan cara pemecahan masalah, seperti halnya suatu persamaan aljabar. Berbeda pada tingkat SD, seorang anak berada pada tahap pemikiran operasional konkret, di mana diharapkan siswa mampu untuk melakukan operasi kognitif. Penalaran logis menggantikan pemikiran intuitif
selama nalar dapat diterapkan pada suatu kejadian khusus atau konkret. Selain itu, pada tahap ini diharapkan siswa mampu mengenali bahwa panjang, jumlah, masa, kuantitas, luas, berat, dan isi suatu objek dan substansi tidak berubah meski ada perubahan pada penampilannya. Pada usia SD juga menuntut penalaran pemilahan kelas, yaitu menuntut anak agar secara sistematis mengelompokkan objek-objek ke dalam serangkaian kelas dan sub kelas.
D. Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Sebagai remaja awal, siswa SMP memiliki beberapa ciri dan karakteristik
tertentu
yang
membedakannya
dengan
periode-periode
perkembangan sebelum dan sesudahnya (Hurlock, 1991). Usia mereka biasanya berkisar antara 12 sampai 15 tahun. Ciri-ciri dan karakteristik yang khas ini akan mendasari timbulnya kecemasan dalam diri remaja. Berikut ini akan disebutkan berbagai dinamika kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada siswa SMP. Pertama, masa remaja sebagai periode peralihan. Pada masa ini, apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Demikian halnya jika seseorang mempelajari mata pelajaran matematika. Peletakan dasar matematika ketika anak berumur 5-8 tahun sangatlah penting. Seorang anak dengan pengetahuan dasar yang kuat akan dengan mudah memahami instruksi matematika pada level-level berikutnya. Pembelajaran matematika pada anak-anak, terutama
pada anak usia dini, sangat berpengaruh terhadap keseluruhan proses mempelajari matematika di tahun-tahun berikutnya. Jika konsep dasar yang diletakkan kurang kuat atau anak mendapatkan kesan buruk pada perkenalan pertamanya dengan matematika, maka tahap berikutnya akan menjadi masamasa sulit dan penuh perjuangan (Setyono, 2006). Hal tersebut dapat dicontohkan pada pengalaman seorang anak saat duduk di bangku SD sewaktu pelajaran Matematika. Anak itu pernah dipermalukan di depan kelas oleh gurunya karena tidak bisa mengerjakan soal hitungan di papan tulis. Dia dihukum di depan teman-teman sekelasnya dan gurunya mengatakan agar teman-temannya jangan meniru kebodohan temannya tersebut, kemudian dia diminta berdiri dengan satu kaki sambil kedua tangannya memegang telinga secara bersilangan. Sejak peristiwa itu, matematika menjadi sesuatu yang menakutkan bagi anak tersebut. Hari-hari berikutnya menjadi hari-hari yang penuh tekanan mental. Setiap mata pelajaran matematika dimulai, doanya hanya satu yaitu agar pelajaran tersebut cepat selesai dan gurunya cepat keluar dari kelas. Trauma itu menutup dirinya untuk mempelajari matematika. Hal ini akan menimbulkan kecemasan dalam diri anak tersebut dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Dapat disimpulkan bahwa adanya pengalaman buruk dengan matematika di masa lalu akan menimbulkan kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika pada saat siswa berada pada tingkat SMP. Hal ini dikarenakan siswa SMP termasuk dalam kategori remaja awal, di mana pada masa ini terdapat ciri yang khas yaitu sebagai masa peralihan, di
mana apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Kedua, masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan. Pada masa ini ada stereotip populer yang diberikan orang dewasa kepada remaja, di mana remaja dianggap memiliki konsep diri yang negatif. Penerimaan remaja akan stereotip populer ini membuat remaja merasa bahwa dirinya juga memiliki konsep diri yang negatif. Mereka merasa bahwa matematika merupakan pelajaran yang sukar, untuk mempelajarinya diperlukan kemauan, kemampuan, dan kecerdasan tertentu. Adanya konsep diri negatif pada remaja dan anggapan negatif pada matematika tersebut akan menimbulkan ketakutan terhadap matematika. Matematika dianggap sebagai mata pelajaran yang menakutkan. Jam-jam pelajaran matematika dirasakan sebagai neraka bagi sebagian besar siswa (Santoso, 1995). Parluki (dalam Kedaulatan Rakyat, 2007), menyebutkan bahwa siswa SD atau SMP terkadang takut jika menghadapi matematika. Mereka mengaku bingung saat menghadapi angka-angka. Siswa yang takut terhadap matematika akan berusaha menghindari bilangan dan operasi-operasi bilangan (Sujono dalam Wijayanti, 2000). Hal inilah yang menimbulkan adanya julukan “momok” terhadap matematika. Menurut Buchory (dalam Kompas, 2007), matematika sampai sekarang masih dianggap momok alias menakutkan. Ketiga, pada dasarnya remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal dalam perkembangan kognitifnya. Menurut Piaget tahap operasional formal (formal operational stage) merupakan tahap keempat dan
terakhir dari tahap perkembangan kognitif, yang muncul sekitar usia 11 sampai 15 tahun. Secara lebih nyata, pemikiran operasional formal bersifat lebih abstrak daripada pemikiran operasional konkret. Remaja tidak lagi terbatas pada pengalaman nyata dan konkret sebagai landasan berpikirnya. Mereka mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis (Santrock, 2003). Tuntutan kemampuan-kemampuan tersebut terdapat dalam mata pelajaran matematika. Siswa SMP yang normal seharusnya mampu membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan mengolahnya dengan pemikiran logis pada tahap ini. Bagi siswa SMP yang belum mampu, dapat menimbulkan kecemasan dalam dirinya, khususnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Keempat, pada perkembangan sosial emosional, remaja dapat memenuhi kebutuhan pribadi mereka melalui kelompok remaja. Kelompok remaja akan memberikan penghargaan kepada mereka, memberikan informasi kepada mereka, menaikkan harga diri mereka dan memberikan identitas kepada mereka. Ada beberapa cara mengajar yang dapat menimbulkan kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Sebagai contoh: pertama, siswa dianggap sebagai penerima pasif informasi dan guru dianggap sebagai sumber pengetahuan. Kedua, para murid dianggap sebagai kertas kosong yang siap untuk ditulisi. Mereka datang, duduk manis,
dan hanya mendengarkan guru menyampaikan informasi. Pada anggapananggapan tersebut, jika informasi yang masuk tidak sesuai dengan “operating system” yang dimiliki seorang siswa, informasi tersebut akan ditolak. Jika dipaksakan,
kemungkinan
akan
menimbulkan
kondisi
yang
tidak
menyenangkan pada siswa tersebut dan menimbulkan perasaan tertekan, sehingga menimbulkan kecemasan. Adanya beberapa pengerjaan tugas matematika di kelas yang diselesaikan dengan cara berkelompok dapat memenuhi kebutuhan masingmasing anggotanya, misalnya: mereka dapat bekerja sama dalam pengerjaan tugas. Selain itu, mereka dapat saling memberikan informasi dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas kelompok. Hal ini dapat mengurangi timbulnya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Uraian di atas merupakan dinamika dari berbagai kecemasan yang dialami siswa SMP. Kecemasan yang dimaksud ialah kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini ialah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk memberikan gambaran terhadap satu objek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya dengan melakukan analisis data dan membuat kesimpulan yang berlaku secara umum (Sugiyono, 2000). Berdasarkan teori tersebut, maka penelitian ini menggunakan data kuantitatif, yaitu data yang diperoleh melalui analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya. Tujuan penelitian
ini
dimaksudkan untuk menggambarkan
kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan membuat kesimpulan berdasarkan skor setiap item pada skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika yang disusun peneliti. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, artinya memberikan gambaran tentang kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika berdasarkan analisis skor jawaban subjek pada skala sebagaimana adanya.
B. Variabel Penelitian Menurut Arikunto (1998), variabel penelitian adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian
ini, objek penelitiannya yaitu kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
C. Definisi Operasional Kecemasan adalah suatu keadaan emosi yang tidak menyenangkan yang merupakan respon terhadap suatu ancaman dan menimbulkan perasaan tertekan dan tegang. Pada penelitian ini kecemasan yang diteliti adalah kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Kecemasan ini akan diungkap dengan menggunakan skala kecemasan yang disusun sendiri oleh peneliti. Adapun aspek yang diukur meliputi: fisik, mental, dan perilaku. Skor tinggi menunjukkan kecemasan yang dialami dalam menghadapi mata pelajaran matematika tinggi, sedangkan skor rendah menunjukkan kecemasan yang dialami dalam menghadapi mata pelajaran matematika rendah.
D. Subjek Penelitian Subjek yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah siswa kelas 8 SMP Negeri 2 Wedi tahun ajaran 2007/2008 dengan jumlah subjek 160 siswa. Alasan peneliti memilih subjek siswa kelas 8 SMP dengan pertimbangan bahwa mereka termasuk dalam kategori remaja awal di mana remaja berada pada tahap pemikiran operasional formal. Pada tahap tersebut terdapat tuntutan kemampuan untuk membayangkan situasi rekaan dan kejadian yang semata-mata berupa kemungkinan hipotesis ataupun proporsi abstrak, dan
mencoba mengolahnya dengan pemikiran logis untuk dapat mempelajarinya. Selain itu, siswa kelas 8 SMP sudah mampu beradaptasi dengan situasi di sekolah sedangkan siswa kelas 7 SMP masih berada pada awal adaptasi dan siswa kelas 9 SMP sudah harus memfokuskan diri pada UAS. Metode pengambilan sampel dengan sistem random sampling, yaitu pemilihan sampel di mana seluruh anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Masing-masing anggota pada populasi tersebut memiliki kemungkinan yang sama untuk dipilih.
E. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ialah penyebaran skala, yaitu: skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Skala kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika ini terdiri 120 item, yang terdiri dari 60 item favorable dan 60 item unfavorable. Skala ini disusun berdasarkan aspek dalam kecemasan, meliputi: 1. Fisik. Indikator aspek fisik, antara lain: a. Sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin, dan pusing. b. Gangguan pencernaan c. Gangguan tidur d. Gangguan makan e. Ekspresi wajah
2. Mental. Indikator aspek mental, antara lain: a. Afektif b. Kognitif 3. Perilaku. Indikator aspek perilaku, antara lain: a. Menghindar b. Melekat dan dependen c. Terguncang d. Melakukan gerakan-gerakan neurotik Skala ini menggunakan metode Likert dengan 4 (empat) kategori pilihan jawaban yang tersedia pada setiap item, yaitu: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Pilihan jawaban ini dikelompokkan menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: 1. Item-item favorable a. Sangat Setuju
(SS)
dengan skor 4
b. Setuju
(S)
dengan skor 3
c. Tidak Setuju
(TS)
dengan skor 2
d. Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan skor 1
2. Item-item unfavorable a. Sangat Tidak Setuju
(STS) dengan skor 4
b. Tidak Setuju
(TS)
dengan skor 3
c. Setuju
(S)
dengan skor 2
d. Sangat Setuju
(SS)
dengan skor 1
Menurut Hadi (2000), modifikasi skala Likert yang terdiri dari 4 (empat) kategori jawaban, dimaksudkan untuk menghilangkan kelemahan yang dikandung oleh skala lima tingkat, karena kategori netral mempunyai arti ganda, atau bisa diartikan belum dapat memutuskan. Tersedianya jawaban di tengah juga menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect) terutama bagi mereka yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya. Selain itu, maksud kategori jawaban SS – S – TS – STS ialah untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau tidak setuju. Blue print Skala Kecemasan siswa SMP dalam menghadapi Mata Pelajaran Matematika dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1 Blue Print Skala Kecemasan Siswa SMP Dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Aspek
Item
Total
F
UF
4
4
(1, 13, 16, 22)
(12, 23, 24, 17)
4
4
c) Gangguan tidur
(2, 14, 18, 25) 4
(15, 26, 30, 35) 4
d) Gangguan makan
(3, 19, 27, 31) 4
(36, 29, 43, 46) 4
(4, 28, 37, 45) 4
(20, 51, 54, 63) 4
(5, 21, 32, 47)
(34, 55, 38, 64)
1. Fisik a) Jantung yang berdebar keras, Sulit bernafas, Pusing, Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin. b) Gangguan pencernaan
e) Ekspresi wajah
%
40
33,3
2. Mental a) Afektif
10
10
(6, 33, 39, 40, 41, 48, 49, 56, 65, 66,) 10
(58, 71, 89, 95, 106, 110, 113, 116, 118, 120) 10
(7, 42, 44, 53, 57, 59, 60, 67, 72, 105)
(50, 70, 88, 94, 96, 98, 104, 107, 111, 114)
5
5
b) Melekat dan dependen
(8, 52, 61, 62, 68) 5
(75, 76, 87, 93, 97) 5
c) Terguncang
(9, 69, 73, 74, 77) 5
(81, 86, 92, 99, 103) 5
d) Melakukan gerakan-
(10, 78, 79, 80, 85) 5
(82, 91, 100, 102, 108) 5
gerakan neurotik
(11, 83, 84, 101, 112)
(90, 109, 115, 117, 119) 60
b) Kognitif
3. Perilaku a) Menghindar
Total
60
40
33,3
40
33,3
120
100
F. Pertanggungjawaban Mutu Alat Ukur 1. Validitas Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tes tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Azwar, 2003).
Validitas yang digunakan oleh peneliti ialah validitas isi yang merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional judgment. Validasi ini untuk mencari sejauh mana item-item tes mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (aspek representasi) dan sejauh mana item-item tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak diukur (aspek relevansi) (Azwar, 2005). Item yang disusun ini akan dinilai oleh seorang yang kompeten atau ahli, dalam hal ini yaitu dosen pembimbing.
2. Seleksi item Item-item tersebut kemudian diujicoba untuk mengetahui itemitem yang gugur dan tidak layak digunakan dalam alat ukur penelitian. Item-item yang dinyatakan gugur adalah item-item yang korelasi totalnya rendah (rix < 0,30). Pada skala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika dari 120 item yang diujicobakan terdapat 98 item yang valid dan 22 item yang gugur. Nilai korelasi item total berkisar antara 0,303 sampai 0,691. Item-item yang gugur, yaitu: 3, 4, 9, 14, 20, 30, 31, 37, 46, 51, 53, 75, 76, 87, 90, 94, 97, 99, 101, 109, 117, dan 119. Itemitem yang valid sebanyak 98 item dalam penelitian ini hanya akan digunakan sebanyak 87 item. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan agar jumlah total item pada tiap-tiap aspek dapat terwakili secara seimbang.
Item-item tersebut kemudian disusun ulang secara acak sehingga distribusi item pada skala yang digunakan dalam pengambilan data sesungguhnya menjadi seperti pada tabel 2 dan 3. Tabel 2 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Setelah Uji Coba Item Aspek
F
1. Fisik a) Jantung yang berdebar keras, Sulit bernafas, Pusing, Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin. b) Gangguan pencernaan c) Gangguan tidur d) Gangguan makan e) Ekspresi wajah 2. Mental a) Afektif
b) Kognitif
3. Perilaku a) Menghindar b) Melekat dan dependen c) Terguncang d) Melakukan gerakangerakan neurotik
UF
Sahih
Gugur
Sahih
Gugur
1, 13, 16, 22
-
12, 23, 24, 17
-
2, 18, 25 19, 27 28, 45 5, 21, 32, 47
14 3, 31 4, 37 -
15, 26, 35 36, 29, 43 54, 63 34, 55, 38, 64
30 46 20, 51 -
6, 33, 39, 40, 41, 48, 49, 56, 65, 66
-
58, 71, 89, 95, 106, 110, 113, 116, 118, 120
-
7, 42, 44, 57, 59, 60, 67, 72, 105
53
50, 70, 88, 96, 98, 104, 107, 111, 114
94
8, 52, 61, 62, 68 69, 73, 74, 77
9
10, 78, 79, 80, 85
-
11, 83, 84, 112
101
93 81, 86, 92, 103 82, 91, 100, 102, 108
75, 76, 87, 97 99
115
90, 109, 117, 119
-
Total
Item Sahih
Item Gugur
31
9
38
2
29
11
98
22
Tabel 3 Sebaran Item Skala Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Setelah Uji Coba yang Sudah Diperbaiki Aspek 1. Fisik a) Jantung yang berdebar keras, Sulit bernafas, Pusing, Jari-jari atau anggota tubuh yang menjadi dingin. b) Gangguan pencernaan
c) Gangguan tidur
Item
Total
F
UF
4
3
1, 9, 11, 16
8, 17, 12
3
3
2, 13, 18 2
10, 19, 25 2
14, 20
26, 32
%
29
33,3
2
2
21, 34 4
38, 46 4
3, 15, 22, 35
24, 39, 27, 47
8
7
4, 23, 28, 29, 30, 36, 40, 48 7
42, 53, 68, 72, 80, 85, 87 7
31, 33, 41, 43, 49, 54, 79
52, 67, 73, 74, 78, 81, 83
5
1
5, 37, 44, 45, 50 4
71 4
51, 55, 56, 57 5
61, 66, 70, 77 5
d) Melakukan gerakan-
6, 58, 59, 60, 65 4
62, 69, 75, 76, 82 1
gerakan neurotik Total
7, 63, 64, 84 48
86 39
d) Gangguan makan
e) Ekspresi wajah
2. Mental a) Afektif
b) Kognitif
3. Perilaku a) Menghindar
b) Melekat dan dependen
c) Terguncang
3. Reliabilitas Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable). Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain, seperti: keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Ide pokok yang terkandung dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx’) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi
29
33,3
29
33,3
87
100
koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya semakin rendah. Dalam pengukuran psikologi, koefisien reliabilitas yang mencapai angka rxx’= 1,00 tidak pernah dapat dijumpai. Dalam
penelitian
ini
peneliti
menggunakan
koefisien
reliabilitas alpha, dari program SPSS 13. 0 for windows, di mana data untuk menghitung reliabilitas ini diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada sekelompok responden (single-trial administration). Hal ini dimaksudkan untuk menghindari problem yang mungkin timbul pada pendekatan reliabilitas tes ulang (Azwar, 1999). Koefisien reliabilitas yang diperoleh pada skala ini adalah 0,958. Nilai koefisien tersebut menunjukkan bahwa reliabilitas ini tinggi artinya skala tersebut memenuhi persyaratan alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya. Hasil perhitungan validitas dan reliabilitas di atas menunjukkan bahwa skala tersebut telah memenuhi persyaratan sebagai alat ukur yang digunakan dalam penelitian sesungguhnya.
G. Analisis Data Metode analisis data dalam penelitian ini ialah statistik deskriptif karena data berupa angka-angka. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data seperti mean, modus,
median, variasi kelompok melalui rentang data dan Standar Deviasi (Sugiono, 2000). Hasil penelitian ditentukan dengan membandingkan antara Mean Teoritik dan Mean Empirik. Selain itu juga ditentukan oleh kategori kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Metode analisis data ini digunakan untuk menganalisis tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Pengolahan data menggunakan program SPSS 13.0 for windows.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian 1. Orientasi kancah Penelitian tentang kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Wedi, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten. Jumlah responden yang digunakan sebanyak 160 orang dengan rincian 80 orang untuk uji coba dan 80 orang untuk penelitian. Pengambilan subjek uji coba ini dari kelas yang berbeda yaitu kelas 8 D, 8 E dan 8 A dengan latar belakang ekonomi, keluarga dan lingkungan yang berbeda pula.
2. Persiapan penelitian Persiapan
penelitian
yang
dilakukan
peneliti
untuk
pengambilan data adalah sebagai berikut: a. Mempersiapkan skala untuk mengukur kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. b. Menentukan kelompok subjek uji coba yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian yang sesungguhnya. c. Melaksanakan uji coba instrumen penelitian.
d. Menganalisis data uji coba instrumen penelitian untuk menentukan kesahihan item sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya skala tersebut digunakan dalam penelitian yang sesungguhnya.
3. Uji coba penelitian Pelaksanaan uji coba penelitian pada hari Sabtu, tanggal 5 Mei 2007 di SMP Negeri 2 Wedi dengan mengambil subjek dari 3 kelas, yaitu kelas 8 D, 8 E dan A sebagai tambahan. Hal ini untuk menggenapi jumlah subjek agar berjumlah 80 orang anak. Jumlah subjek tersebut secara rinci sebagai berikut: kelas 8 D sebanyak 38 orang anak, 8 E sebanyak 36 orang anak dan ditambah 8 A sebanyak 6 orang anak dan secara keseluruhan terdiri dari 33 orang laki-laki dan 47 orang perempuan. Penyebaran skala ini dilakukan pada jam pelajaran yang berbeda, karena diambil dari kelas yang berbeda pula. Skala yang disebarkan adalah skala uji coba kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Skala ini meliputi 120 item yang terdiri dari 60 item favorable dan 60 item unfavorable. Pada tahap uji coba ini peneliti menyebarkan skala kecemasan sebanyak 80 buah, di mana skala yang dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 80 buah buku tersebut seluruhnya kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
B. Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 19 Mei 2007 di SMP Negeri 2 Wedi dengan mengambil subjek dari 3 kelas, yaitu kelas 8 C, 8 B dan 8 A sebagai tambahan. Hal ini untuk menggenapi jumlah subjek agar berjumlah 80 orang anak. Jumlah subjek tersebut secara rinci sebagai berikut: kelas 8 C sebanyak 38 orang anak, 8 B sebanyak 35 orang anak dan ditambah 8 A sebanyak 7 orang anak dan secara keseluruhan terdiri dari 39 orang lakilaki dan 41 orang perempuan. Penyebaran skala ini dilakukan pada jam pelajaran yang berbeda, karena diambil dari kelas yang berbeda pula. Skala yang disebarkan adalah skala kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Skala ini meliputi 87 item yang terdiri dari 48 item favorable dan 39 item unfavorable. Pada penelitian ini peneliti menyebarkan skala kecemasan sebanyak 80 buah, di mana skala yang dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari petunjuk pengisian dan skala kecemasan. 80 buah buku tersebut seluruhnya kembali kepada peneliti dan memenuhi syarat untuk dianalisis.
C. Hasil Penelitian 1. Deskripsi rata-rata kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika Gambaran data hasil penelitian adalah sebagai berikut: Tabel 4 Descriptive Statistic
Empirik Teoritik
N
Min
Max
Mean
80 80
104 87
244 348
176,09 217,5
Standard Deviasi 25,602 43,5
Berdasarkan tabel 5 di atas, dapat diketahui data empirik sebagai berikut: Skor minimum sebesar 104; Skor maksimum sebesar 244; Mean empirik sebesar 176,09 dan Standard Deviasi sebesar 25,602. Data teoritik menunjukkan Skor minimum sebesar 87; Skor maksimum sebesar 348; Mean teoritik sebesar 217,5 dan Standard Deviasi sebesar 43,5. Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Mean empirik < Mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini menunjukkan bahwa kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah.
2. Kategorisasi tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika Untuk memperjelas kelompok mana saja yang berada dalam kontinum tinggi, sedang maupun rendah, maka penulis melakukan kategorisasi dengan kategorisasi yang diadaptasi dari Azwar (1999) sebagai berikut: Tabel 5 Norma Kategorisasi Kategori X < (µ - 1,0 ) (µ - 1,0 ) X < (µ + 1,0 ) (µ + 1,0 ) X
Keterangan Rendah Sedang Tinggi
Penentuan kategori tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika dilakukan dengan kategorisasi jenjang berdasarkan standar deviasi dan mean teoritik (Azwar, 2001). Kategori tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika adalah sebagai berikut: Tabel 6 Norma Kategorisasi Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Kategori X < 174 174 X < 261 261 X
Keterangan Rendah Sedang Tinggi
Dari norma tersebut maka dapat dilihat kategori kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika sebagai berikut:
Tabel 7 Kategori Kecemasan Siswa SMP dalam Menghadapi Mata Pelajaran Matematika Kecemasan N 0 45 35
Tinggi Sedang Rendah
% 0 56,25 43,75
Tabel tersebut menunjukkan bahwa dari 80 subjek yang ada, tidak ada satupun subjek yang tergolong dalam kecemasan yang tinggi (0%), 45 orang mengalami kecemasan dengan kategori sedang (56,25%) dan 35 orang mengalami kecemasan dengan kategori rendah (43,75%). Berdasarkan data tersebut tampak bahwa subjek penelitian terbanyak mengalami kecemasan dalam kategori sedang. Artinya, subjek dalam penelitian ini tidak begitu mengalami kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika.
3. Hasil analisis tambahan a. Deskripsi rata-rata nilai raport siswa SMP pada mata pelajaran matematika semester lalu Tabel 8 Descriptive Statistic N
Min
Max
Mean
Standard Deviasi
Empirik
80
60
78
63,07
3,833
Teoritik
80
1
100
50,5
16,5
Berdasarkan tabel 8 di atas, dapat diketahui data empirik sebagai berikut: Skor minimum sebesar 60; Skor maksimum sebesar 78; Mean empirik sebesar 63,07 dan Standard Deviasi sebesar 3,833. Data teoritik menunjukkan Skor minimum sebesar 1; skor maksimum sebesar 100; Mean teoritik sebesar 50,5 dan Standard Deviasi sebesar 16,5. Dari data-data di atas menunjukkan bahwa Mean empirik > Mean teoritik (63,07 > 50,5). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai rapor siswa SMP pada mata pelajaran matematika semester lalu cenderung tinggi.
b. Kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran matematika pada siswa SMP semester lalu Tabel 9 Kategori Rata-rata Nilai Rapor Mata Pelajaran Matematika Pada Siswa SMP Semester Lalu
Rata-rata Nilai Rapor
Tinggi Sedang Rendah
N
%
10 70 0
12.50 87.5 0
Dari tabel di atas, tampak bahwa sebagian besar subjek penelitian memiliki kategori rata-rata nilai rapor mata pelajaran
matematika
sedang.
Dapat
dikatakan
bahwa
prestasi
belajar
matematika pada siswa SMP tergolong cukup baik.
4. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data, diperoleh bahwa nilai mean empirik lebih kecil daripada mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini menunjukkan bahwa siswa SMP memiliki tingkat kecemasan yang cenderung rendah dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Tingkat kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika yang cenderung rendah tersebut dimungkinkan karena beberapa hal. Pertama, ada beberapa perubahan proses belajar mengajar matematika yang selama ini dipakai. Tahun-tahun belakangan ini, sudah ada sebagian guru yang mulai mengganti pendekatannya terhadap anak didik mereka. Dewasa ini pembelajaran matematika telah menggunakan pendekatan siswa aktif. Hal ini dapat dilihat di SMP Negeri 2 Wedi. Selain itu, pendekatan yang digunakan ialah pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning/CTL), dengan ciri bahwa pembahasan setiap konsep atau prinsip matematika sebisa mungkin dikaitkan dengan atau diberi pengantar hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari (kontekstual). Pembahasan materi juga disertai gambar ilustrasi atau foto terpilih dan juga contohcontoh yang aktual. Fakta ini dapat dilihat dari buku-buku matematika yang dipakai oleh guru sebagai panduan untuk mengajar. Adanya
pembelajaran yang demikian, mengajari anak didik (siswa) untuk menjadi aktif dan tidak hanya menghapalkan rumus-rumus yang sudah ada. Penyajian buku-buku matematika yang dibuat sedemikian menarik, dengan menggunakan ilustrasi gambar yang tidak hanya kaku menuliskan rumus matematika merupakan daya tarik tersendiri bagi para siswa. Hal ini membuat metode pengajaran matematika menjadi lebih menarik. Secara otomatis, kecemasan siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung berkurang. Di samping itu, sekarang telah banyak didirikan kursus matematika di lembaga-lembaga pendidikan atau les-les privat pada guru matematika. Hal tersebut dapat membuat siswa yang mengikuti kursus atau les matematika menjadi lebih tenang dalam menghadapi mata pelajaran matematika. Data
rapor
membuktikan
bahwa
kecemasan
dapat
mempengaruhi prestasi belajar matematika. Hal ini terlihat dari adanya kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika yang cenderung rendah, di mana mean empirik kurang dari mean teoritik (176,09 < 217,5). Kecemasan yang cenderung rendah ini menjadikan prestasi belajar matematika siswa SMP cenderung tinggi. Hal ini terlihat pada perbandingan mean empirik dan mean teoritik nilai rapor pada siswa SMP, di mana mean empirik lebih besar daripada mean teoritik (63,07 > 50,5). Jika melihat pada tabel 7, terlihat bahwa 45 orang memiliki kecemasan dengan kategori sedang (56,25%). Berdasarkan data tersebut,
tampak bahwa subjek penelitian terbanyak mengalami kecemasan dengan kategori sedang. Subjek yang mengalami kecemasan yang tergolong sedang diartikan masih ada sedikit kecemasan. Hal ini bisa jadi karena mereka masih terbawa pengalaman masa lalu mereka yang tidak menyenangkan berkaitan dengan matematika. Selain itu, bisa juga karena mereka masih terbawa akan cara mengajar guru matematika yang lama, misalnya: adanya hukuman jika mereka tidak mengerjakan tugas, jawaban soal harus sama dengan yang diajarkan guru, dan sebagainya. Masih adanya sedikit rasa cemas ini memungkinkan siswa memperoleh prestasi yang tidak maksimal dalam mata pelajaran matematika. Hal ini dibuktikan masih ada 87,5 % subjek yang rata-rata nilai rapornya tergolong sedang (tabel 9).
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis deskriptif data diperoleh bahwa nilai mean empirik lebih kecil daripada nilai mean teoritik (176,09 < 217,5). Hal ini berarti tingkat kecemasan pada siswa kelas 8 SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah.
B. Saran 1. Bagi subjek penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika cenderung rendah, meskipun demikian kecemasan itu tetap ada dalam diri para siswa. Subjek sebaiknya membangun cara pandang yang positif terhadap cara mengajar guru matematika sehingga kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat dikurangi dan prestasi belajar matematika meningkat. 2. Bagi guru dan orang tua a. Bagi Guru Guru sebaiknya meningkatkan cara mengajar dengan pendekatan siswa aktif dan pendekatan pembelajaran kontekstual yang dibuat menarik agar kecemasan dalam menghadapi mata pelajaran matematika dapat
dikurangi sehingga prestasi belajar matematika pada siswa dapat meningkat. b. Orang tua Orang tua sebaiknya menanamkan cara pandang positif terhadap matematika dengan melakukan aktivitas yang menarik untuk menciptakan citra yang positif tentang guru matematika dan pelajaran matematika, sehingga hal ini dapat mengurangi kecemasan para siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika dan prestasi belajar matematika dapat meningkat. 3. Bagi lembaga pendidikan Lembaga pendidikan sebaiknya meningkatkan sistem pembelajaran dengan pendekatan siswa aktif dan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL), karena hal tersebut dapat mengurangi kecemasan pada siswa dalam menghadapi mata pelajaran matematika sehingga prestasi belajar matematika meningkat. 4. Bagi peneliti lain a. Bagi peneliti lain yang tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kecemasan siswa SMP dalam menghadapi mata pelajaran matematika, bisa menambah metode pengumpulan data, misalnya dengan wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian sehingga makin mendukung metode pengumpulan data yang digunakan peneliti sebelumnya.
b. Penelitian ini memiliki keterbatasan yang terletak pada alat ukur penelitian, di mana terjadi overlap (tumpang tindih). Melihat adanya keterbatasan ini, diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih memperhatikan secara teliti pada penulisan item dalam pembuatan alat ukur penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 1998. Manajemen Penelitian. Jakarta: PPLPPTK. Azwar, S. 1999. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, S. 2003. Reliabilitas & Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar. 2005. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Clerq. 1994. Tingkah Laku Abnormal dari Sudut Pandang Perkembangan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Daradjat. 1985. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung. Hadari, N. 1982. Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas. Jakarta: Gunung Agung. Hartanti & Dwijayanti, J. E. 1970. Hubungan Antara Konsep Diri dan Kecemasan Menghadapi Masa Depan dengan Penyesuaian Sosial Anak-Anak Madura. Anima. Vol. XII Nomor 46. Hurlock. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Mahmud. 1989. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Monks, dkk. 2004. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nevid, Rathus, & Greene. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta: Erlangga. Santoso. 1995. Pengaruh Pengajaran Berbantuan Komputer Terhadap Tingkat Kecemasan dan Prestasi Belajar Matematika. Widya Dharma. Tahun VI, Nomor 1, 1-13. Santrock. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Penerbit Erlangga. Setyono. 2006. Mathemagics. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sugiyono. 2002. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Supratiknya. 1993. Teori-teori Psikodinamik (Klinis). Yogyakarta: Kanisius. Supratiknya. 1995. Mengenal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius.
Tampomas, dkk. 2005. Matematika. Jakarta: Yudhistira. Tazudin, dkk. 2005. Matematika Kontekstual. Jakarta: Literatur Media Sukses. Triton, P. B. 2006. SPSS 13.0 Terapan Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET. Wijayanti. 2000. Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika dan Hubungannya Dengan Prestasi Belajar Matematika dan Tingkat Keadaan Ekonomi Orang Tua, serta Perbedaan Tingkat Kecemasan Dalam Menghadapi Pelajaran Matematika Antara Siswa Putra dan Putri, Di Kalangan Para Siswa Kelas I SMUN I Jatinom Klaten Tahun Ajaran 1998/1999. Skripsi (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma. www. Kompas. co. id, 2004 www. Kompas. co. id, 2005
LAMPIRAN
SKALA PENELITIAN
Kuesioner
Nama
: ………………………………….
Usia
: ………………………………….
Jenis Kelamin : L / P * Petunjuk Pengisian : Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengambarkan kondisi Anda dalam menghadapi mata pelajaran Matematika. Bayangkanlah bahwa Anda menghadapi situasi tersebut. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama kemudian berikanlah jawaban Anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan cara menyilang (X). Semua jawaban yang Anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang dianggap salah atau memalukan apabila sesuai dengan keadaan Anda. Keterangan: - SS
: Apabila Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
-S
: Apabila Anda setuju dengan pernyataan tersebut.
- TS
: Apabila Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- STS : Apabila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. -*
: Coret yang tidak perlu.
Contoh Pengerjaan: No.
Pernyataan
1.
Saya merasa resah ketika hari ini ada pelajaran matematika.
2.
Saya selalu pergi ke toilet saat akan mengikuti pelajaran matematika.
SS
S
X
X
TS
STS
No. 1. 2. 3.
4.
5.
6.
7. 8.
9.
10.
11. 12. 13.
14.
15.
Pernyataan Jantung saya berdebar keras ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Perut saya menjadi mual ketika hari ini ada pelajaran matematika. Saya tidak dapat tidur dengan nyenyak ketika besok pagi ada pelajaran matematika. Saya menjadi tidak berselera makan karena teringat besok harus berhadapan dengan materi matematika. Saya sering gugup saat bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya merasa was-was ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan materi matematika. Saya menjadi sulit berkonsentrasi ketika sebentar lagi pelajaran akan berganti matematika. Saya selalu pergi ke toilet saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya akan melihat pekerjaan teman saya saat guru matematika memberikan soal untuk dikerjakan pada saat pelajaran matematika. Saya akan sangat terkejut jika tiba-tiba guru matematika memanggil nama saya untuk maju ke depan mengerjakan soal hitungan. Saya sering mematah-matahkan buku jari karena suasana kelas menjadi tegang pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Jantung saya berdetak normal saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya menjadi sulit bernafas ketika sebentar lagi pelajaran matematika dimulai. Saya menjadi sering buang air kecil ketika guru matematika mulai menyampaikan materi. Saya merasa perut saya normalnormal saja ketika akan mengikuti
SS
S
TS
STS
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25. 26.
27.
28.
29.
30.
pelajaran matematika. Kepala saya mendadak pusing ketika guru matematika memasuki kelas untuk memulai pelajaran matematika. Suhu pada jari-jari tangan saya terasa normal ketika pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya terkena diare ketika teringat sukarnya materi-materi matematika yang akan disampaikan besok pagi. Saya sempat mengalami insomnia (tidak dapat tidur) ketika saya melihat ada pelajaran matematika di jadwal saya besok. Selera makan saya biasa-biasa saja saat ingat sukarnya mempelajari matematika. Wajah saya terasa memerah saat guru matematika memasuki ruangan kelas untuk menyampaikan materi. Jari-jari tangan saya menjadi dingin ketika pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya merasa dapat bernafas lega ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Saya tidak merasa pusing ketika guru matematika memasuki kelas untuk memulai pelajaran matematika. Perut saya terasa mulas saat teringat pelajaran matematika yang sukar. Saya jarang ingin buang air kecil ketika guru matematika mulai menyampaikan materi. Saya sering mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan materi matematika. Nafsu makan saya menjadi berkurang ketika besok pagi ada pelajaran matematika. Saya tidak mengalami gangguan tidur, seperti insomnia (tidak dapat tidur) ketika saya melihat ada pelajaran matematika di jadwal saya besok siang. Buang air besar saya lancar walaupun
31.
32. 33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41. 42.
43.
44.
besok pagi ada pelajaran matematika. Saya merasa sulit memejamkan mata saat memikirkan pelajaran matematika. Saya sering gelisah saat jam pelajaran matematika akan dimulai. Saya merasa tegang ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan guru matematika pada jam pelajaran matematika. Saya menampakkan ekspresi wajah tenang saat bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya tidak merasa mual walaupun teringat pelajaran matematika yang sukar. Saya dapat tidur dengan nyenyak meskipun besok pagi ada pelajaran matematika. Saya merasa perut saya menjadi kenyang jika ingat tegangnya suasana kelas saat pelajaran matematika. Saya merasa tetap terlihat tenang saat jam pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya menjadi minder saat akan menghadapi pelajaran matematika karena matematika bagi saya sulit. Saya merasa sedih ketika akan mengikuti pelajaran matematika karena saya merasa tidak mampu mengerjakan soal-soal hitungan. Saya merasa resah ketika hari ini ada pelajaran matematika. Saya menjadi sulit mengambil keputusan ketika pelajaran matematika beberapa menit lagi akan segera dimulai. Saya tidak mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan materi matematika. Pikiran saya menjadi tidak menentu jika pada saat pelajaran matematika saya dipanggil maju ke depan untuk mengerjakan soal mengenai
45.
46. 47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
faktorisasi suku aljabar. Tiba-tiba nafsu makan saya menjadi hilang ketika besok pagi harus berhadapan dengan bilangan-bilangan matematika yang membingungkan. Saya tetap dapat tidur kendati sambil memikirkan pelajaran matematika. Saya tidak bisa menyembunyikan kegugupan saya ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Saya menjadi sensitif saat temanteman sedang mendiskusikan PR matematika yang akan dibahas pada jam pelajaran matematika nanti siang. Saya merasa takut jika nanti nama saya dipanggil guru untuk maju ke depan mengerjakan soal matematika pada jam pelajaran matematika. Saya tetap dapat berkonsentrasi saat sebentar lagi pelajaran akan berganti matematika. Nafsu makan saya tetap biasa saja walaupun besok pagi ada pelajaran matematika. Saya sering meninggalkan kelas ketika sebentar lagi jam pelajaran matematika dimulai. Saya berpikir bahwa teman-teman akan menganggap saya bodoh jika di depan kelas saya tidak bisa mengerjakan soal matematika. Saya merasa perut saya tetap normal meskipun teringat suasana kelas yang tegang pada saat pelajaran matematika. Saya merasa tidak ada perubahan pada wajah saya saat guru matematika memasuki ruangan kelas untuk menyampaikan materi. Saya merasa takut tidak bisa menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru pada saat pelajaran matematika nanti. Saya berpikir bahwa saya tidak bisa
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
mengendalikan diri lagi pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya merasa tenang ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan materi matematika. Pikiran saya menjadi kacau ketika bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, pertanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya sering teringat akan masa lalu saya ketika pernah dihukum guru matematika untuk berdiri di depan kelas karena tidak mengerjakan PR, sehingga saya menjadi sering terganggu saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya sering melarikan diri daripada harus bertemu dengan guru matematika pada saat jam pelajaran matematika. Saya sering ingin meninggalkan kelas saat sebentar lagi guru matematika tiba di kelas untuk menyampaikan materi. Nafsu makan saya tidak berubah ketika besok pagi harus berhadapan dengan bilangan-bilangan matematika yang membingungkan. Saya merasa wajah saya nampak rileks walaupun sebentar lagi harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Saya merasa takut akan kehilangan kontrol saat mengikuti pelajaran matematika nanti. Saya merasa takut salah kalau nanti pada jam pelajaran matematika disuruh guru untuk mengerjakan soal di depan kelas. Saya sering berpikir untuk segera kabur dari kelas saat pelajaran matematika akan dimulai. Jika dimungkinkan, saya memilih membolos daripada harus mengerjakan soal-soal matematika yang memusingkan pada saat jam
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75. 76.
77. 78.
79.
80.
81.
pelajaran matematika. Saya akan menggantungkan diri pada teman saya yang pintar matematika pada saat jam pelajaran matematika. Saya bisa mengambil keputusan ketika pelajaran matematika beberapa menit lagi akan segera dimulai. Saya merasa rileks walaupun sebentar lagi harus berhadapan dengan guru matematika. Saya tidak mampu menghilangkan pikiran buruk bahwa mengerjakan soal matematika itu sangat sulit pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan lebih mempercayai kebenaran pekerjaan matematika teman saya daripada pekerjaan saya sendiri, sehingga saya mencontoh pekerjaannya pada saat pelajaran matematika. Saya akan berusaha mencontek pekerjaan teman saya pada saat guru matematika memberikan soal latihan. Saya jarang ke toilet saat akan mengikuti pelajaran matematika. Meninggalkan kelas ketika sebentar lagi jam pelajaran matematika dimulai bukanlah pilihan yang bijaksana. Saya tidak bisa mengerjakan soal matematika seorang diri. Saya akan tercengang jika tiba-tiba bel pergantian jam pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya akan diam terpaku jika tiba-tiba guru matematika muncul di depan pintu dan siap untuk memulai pelajaran. Saya akan kebingungan jika tiba-tiba suasana kelas menjadi hening karena sebentar lagi pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan lebih yakin mengerjakan soal matematika sendiri daripada melihat pekerjaan teman saya pada
82.
83. 84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
saat pelajaran matematika. Saya akan tetap tenang jika guru matematika memanggil nama saya untuk maju ke depan mengerjakan soal. Saya sering mendehem ketika guru matematika mulai memasuki kelas. Saya sering memainkan pena saat guru matematika mulai menjelaskan mengenai materi matematika. Saya seperti akan pingsan jika tibatiba guru matematika menyuruh saya maju ke depan untuk mengerjakan soal. Bagi saya, menggantungkan diri pada teman yang pintar matematika pada saat jam pelajaran matematika akan merugikan saya sendiri. Melarikan diri daripada harus bertemu dengan guru matematika pada saat jam pelajaran matematika bukanlah kebiasaan saya. Pikiran saya tetap tenang jika nanti pada saat pelajaran matematika saya dipanggil maju ke depan untuk mengerjakan soal mengenai faktorisasi suku aljabar. Saya tetap percaya diri saat akan menghadapi pelajaran matematika walaupun pelajaran tersebut bagi saya sulit. Saya tidak biasa mematah-matahkan buku jari jika suasana kelas menjadi tegang pada saat jam pelajaran matematika akan dimulai. Saya bersikap biasa saja ketika tibatiba bel pergantian jam pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya akan lebih mempercayai kebenaran PR matematika saya sendiri daripada pekerjaan teman saya sehingga saya tidak mencontoh pekerjaannya. Saya sudah siap di kelas saat sebentar lagi guru matematika tiba di kelas
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103. 104.
105. 106. 107.
untuk menyampaikan materi. Saya berpikir bahwa saya akan mendapatkan pengalaman yang menarik jika di depan kelas saya tidak bisa mengerjakan soal matematika. Saya merasa senang ketika akan mengikuti pelajaran matematika karena saya merasa mampu mengerjakan soal-soal hitungan. Saya berpikir bahwa saya bisa mengendalikan diri pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Membolos saat jam pelajaran matematika bagi saya tidak ada gunanya. Saya tetap dapat memusatkan perhatian ketika bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, pertanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Mencontek pekerjaan teman saya pada saat guru matematika memberikan soal latihan bagi saya akan merugikan diri saya sendiri. Saya akan tersenyum jika tiba-tiba guru matematika muncul di depan pintu dan siap untuk memulai pelajaran. Saya akan sering mematah-matahkan leher selama pelajaran matematika berlangsung. Saya tetap dapat berkonsentrasi walaupun tiba-tiba suasana kelas menjadi hening karena sebentar lagi pelajaran matematika akan dimulai. Saya bisa mengerjakan soal matematika sendiri. Saya sering teringat akan masa lalu saya yang menyenangkan tentang matematika, sehingga sampai saat ini saya merasa senang ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Saya sering berpikir untuk bisa menghindari pelajaran matematika. Hati saya merasa nyaman walaupun hari ini ada pelajaran matematika. Saya sering berpikir untuk tetap
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
mengikuti pelajaran matematika pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan tetap tenang walaupun tibatiba guru matematika memberikan soal untuk dikerjakan pada saat pelajaran matematika. Saya tidak terbiasa mendehem ketika guru matematika mulai memasuki ruangan kelas. Saya merasa tenang-tenang saja pada saat teman-teman saya sedang mendiskusikan PR matematika yang akan dibahas pada jam pelajaran matematika nanti siang. Saya mampu menghilangkan pikiran buruk bahwa mengerjakan soal matematika itu sangat sulit pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan sering menggerak-gerakkan kaki saya ketika jam pelajaran matematika dimulai. Saya merasa siap jika nanti nama saya dipanggil guru untuk maju ke depan mengerjakan soal matematika pada jam pelajaran matematika. Saya sering berpikir untuk tetap berada di kelas untuk mengikuti pelajaran matematika. Saya tidak terbiasa memainkan pena pada saat guru matematika mulai menjelaskan mengenai materi matematika. Saya merasa akan mampu menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru pada saat jam pelajaran matematika nanti, sehingga saya tidak perlu merasa takut. Saya tidak terbiasa mematahmatahkan leher selama pelajaran matematika berlangsung. Saya merasa tetap dapat mengontrol diri walaupun sebentar lagi ada pelajaran matematika. Saya tidak terbiasa menggerakgerakkan kaki saya pada saat pelajaran
120.
matematika dimulai. Saya merasa akan mampu mengerjakan soal matematika di depan kelas pada jam pelajaran matematika.
DATA HASIL TRY OUT
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
Subjek S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 S12 S13 S14 S15 S16 S17 S18 S19 S20 S21 S22 S23 S24 S25 S26 S27 S28 S29 S30 S31 S32 S33 S34 S35 S36 S37 S38 S39 S40
1 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 3 3 4 4 4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 4 2 3 3 3 3 4
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 3
3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
4 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1
5 3 3 2 3 3 3 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3
6 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 4 4 2 3 3 3 2 2
7 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 3 3 4 1 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 3 2 3
8 2 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
9 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 4 4 2 2 3 3 3 3
10 3 4 4 3 3 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4
11 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 2 2 2 1 3 2 3 1 2 1 1 1 1 2 2 1 4 2 3 4 2 3 3 2 2 2
12 2 3 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 4 4 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 3 2 3 3 2 3 2 2 3 3
13 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1
14 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2
15 2 2 3 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 1 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2
16 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
S41 S42 S43 S44 S45 S46 S47 S48 S49 S50 S51 S52 S53 S54 S55 S56 S57 S58 S59 S60 S61 S62 S63 S64 S65 S66 S67 S68 S69 S70 S71 S72 S73 S74 S75 S76 S77 S78 S79 S80
3 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 1
1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 4 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2
3 3 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 1 1 1 1 2 1 1
3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2
3 4 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 2 1 3 3 2 1 2 2 3 3 1 3 3 1 1 3 2 3 3 2
3 4 2 3 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 1 1 2 2 3 2 1
1 2 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 1 2 3 2 1 3 1 1 1 1 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 4 2 3 1 1 2 2 2 1 2 1 2 3 4 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1
3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 1 3 3 3 3 2 3 4 4 1 3 2 3 3 2 1 3 3 4 4 3 4 1 4 2 2 2 2 2
2 4 4 3 4 3 4 4 3 3 2 2 1 3 3 3 2 4 4 4 3 4 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 3 2
1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 3 4 2 3 2 1 1 1 2 1 1 3 3 2 3 2
2 1 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 3 3 3 1 4 1 3 1 3 2 2 3 1 2 2 1 1 2 3 3 2 2
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2
1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 1 1 2 1 2 1 1 1 2 3 1 3 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 1 3 2 1 1 1 2 2 2 2
3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 3 1 2 1 2 1 1 2
17 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 2 3 2 1 3 2 2 2 3 3 2
18 2 2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2
19 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 2 2 1 2 2 2
20 2 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 4 4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
21 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 3 2
22 3 2 2 3 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 3 1 3 4 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 2 2
23 3 2 1 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1 4 2 3 3 3 3 3
24 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 3 2 1 3 2 2 3 3 3 2
25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3
26 2 1 1 2 2 1 3 1 1 1 2 2 2 2 2 3 2 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 1 2 2 2 3 2 2 3 2
27 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 4 3 1 2 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 1 1 3 3 2 2 1
28 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1
29 2 2 2 2 2 1 2 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 1
30 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2
31 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3
32 3 2 2 2 3 4 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 4 2 3 4 3 3 3
33 4 3 2 2 3 4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 4 2 3 3 3 2 4
34 1 3 2 2 3 1 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 4 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3
3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 3 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 4 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1
3 3 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2
3 3 2 1 2 2 3 3 1 2 1 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 2
4 3 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 1 1 2 2 3 1 2
4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 4 3 3 2 3 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2
4 4 2 2 2 2 2 3 2 4 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 2 1 2
1 2 2 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 2 2 2 1 2 1 2 1 2 3
2 1 1 3 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 4 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1
2 3 2 1 1 1 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1
2 2 2 1 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 1 4 2 3 1 1 1 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2
1 1 2 1 2 2 2 2 1 3 2 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1
1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2
3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 1 1 1 2 3 3 3 2
3 4 1 1 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 4 1 1 2 4 3 3 2
3 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1 3 2 3 2 2
35 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2
36 2 1 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 4 3 2 1
37 2 2 2 2 2 4 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 1 2 3 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3
38 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 4 2 3 3 2 3 2
39 3 4 2 3 3 2 3 2 2 1 1 1 2 1 3 2 1 3 2 3 3 2 2 3 1 2 4 1 2 1 2 1 2 2 2 3 4 3 2 3
40 2 2 4 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 1 3 2 2 3 3 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 1 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3
41 2 2 2 2 3 4 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3
42 3 3 3 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 2 3 3 1 2 3 2 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
43 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 3 2 3 2
44 4 3 2 2 2 4 4 2 2 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 4 4 2 2 4 1 3 4 2 1 3 4 3 2 4 3 2 3 3 3 4
45 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 2 1 2 2 2 2 4 2 2 2 2 3 2 1
46 1 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 3 1 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3
47 3 2 4 2 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2 3 2 3 2 4
48 2 1 2 2 2 4 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 1 2 2 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 2 3 3 2
49 4 3 4 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 2 3 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2 4 2 3 3 4 4 4
50 3 1 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3
51 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 1
52 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 3 2 2
2 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 3 2
2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2
1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 2 2 4 3 1 1 2 2 3 1 1 1 2 2 2 4 3 2 3 1 4 4 2 4 1 3
2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 2 3 2
3 4 1 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 4 1 2 3 2 2 1 3 1 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 1 1 2 3 3 3 2
4 3 1 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 1 3 3 2 2 3 3 1 1 2 3 2 3 2
3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 3 3 3 4 4 4 1 1 1 3 3 3 2
2 3 1 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2
3 3 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 3 1 3 2
4 4 2 4 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 1 2 3 4 4 1 1 2 2 2 2 3 3 4 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 2
2 3 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 3 1 2 2 2 2 3 3 1 1 2 2 2 2 2
3 3 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2
2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 1 1 2 2 3 3 2
2 3 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 3 1 3 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2
2 4 2 4 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 1 3 4 3 3 2 4 4 1 2 3 3 3 4 2
3 1 1 2 3 3 2 3 1 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 4 1 1 2 2 2 2
3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 2
1 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 3 3 3 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1
53 4 3 2 2 2 4 4 2 2 3 2 2 4 4 3 4 3 3 2 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 3 4 3 3 3 2 3 2 3 3 3
54 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 3 2 3
55 2 3 1 2 2 3 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
56 3 3 2 2 3 4 4 2 3 3 3 3 3 1 3 4 3 3 3 3 3 3 3 1 1 2 4 1 1 2 4 2 2 4 2 2 3 4 3 3
57 3 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
58 3 2 1 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 1 3 2 2 4 3 2 2 3 2 3
59 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 3 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 3 2 3
60 4 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 2 3 4 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 3 2 3 2 2 3 3
61 1 2 2 2 2 4 1 1 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
62 1 3 4 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 3 4 2 2 2 3 2 4
63 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
64 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 1 2 1 3 2 3 2 2 2 2
65 4 4 4 2 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 1 3 1 2 3 2 2 3 4 2 2 3 3 3
66 4 2 1 3 3 4 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 2 2 4 2 3 2 3 3 4
67 3 3 1 2 2 4 2 2 2 3 3 1 2 1 3 3 3 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 3 4 2 2 2 3 2 4
68 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 3 3 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 3 3 2 2 2 3 2 3
69 3 2 2 2 2 4 2 2 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 1 1 3 2 3 2 2 2 3 3 2
70 3 1 4 2 1 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2
4 4 2 1 4 3 3 3 2 2 2 2 3 2 4 2 1 2 3 3 2 1 2 3 4 2 3 2 2 2 2 4 3 4 3 3 2 4 4 1
3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2
4 3 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2
4 4 2 4 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 3 4 3 4 4 2 1 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 1 1 2 3 3 3 2
1 3 2 3 2 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2
3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 1 1 2 2 2 3 2
2 3 1 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 3 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 4 1 1 2 2 3 1
4 3 2 4 4 3 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 3 1 3 4 3 3 2 3 2 1 3 1 3 1 1 2 2 3 2 2
2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2 4 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 2
1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2 4 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 3 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2
2 1 2 3 2 2 1 3 1 2 2 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2
2 3 1 1 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 1
3 3 2 3 4 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 2 4 2 2 3 3 2 2 2 3 3 3 1 2 2 3 3 2
4 4 2 4 4 4 3 3 3 3 2 2 1 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 1 1 3 3 3 3 2
1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 3 2 3 2 2 3 1 1 1 1 1 3 2 2 1 3 2 3 2 1 1 1 1 2 2 3 3 2
1 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 4 1 2
2 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 1 2 2 4 2 1 2 3 3 2 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 1 3 1 1 1 2 1 2 1
2 3 1 2 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2
71 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2
72 3 1 3 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 3 1 4 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3
73 4 2 2 2 1 4 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 3 2 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2
74 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 4 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 3 2 2 2 3 3 3
75 1 2 4 3 2 3 1 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 3 3 2 2 2 2 2
76 1 1 1 3 3 1 2 1 2 1 2 3 3 3 2 3 1 1 1 3 1 3 3 4 4 2 2 3 4 4 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2
77 4 3 4 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 3 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3
78 3 2 4 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3
79 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 1 2 2 2 3 3 4 4 2 4 2 1 1 2 2 2 1 1 1 4 2 3 4 2 3 3 3 2 3
80 2 3 1 2 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 3 2 2 3 3 3 3
81 4 4 1 2 2 1 3 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 4 2 2 3 2 3 2
82 1 4 4 2 3 1 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 1 4 3 3 3 2 2 2 1 1 2 3 2 1 4 2 3 3 3 3 3
83 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2
84 3 2 4 2 2 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3 2 2 3 3 2 1 1 1 1 4 3 2 3 3 2 3 3 2 2
85 4 1 4 3 3 2 3 2 2 3 3 1 2 2 3 3 2 2 3 3 4 2 2 1 1 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 3 3 3 2 3
86 1 1 1 3 2 1 2 2 1 1 2 2 3 1 2 1 2 2 1 4 2 2 2 2 1 1 1 1 1 3 1 1 2 4 2 2 2 2 3 3
87 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 1 2 2 4 4 2 2 4 4 4 1 1 4 3 3 3 2 2 3 2
88 3 4 4 2 3 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 2 3 3 1 1 2 3 2 1 4 2 3 3 3 3 3
2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1
3 4 2 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 4 1 1 3 3 2 3 2
1 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 4 2 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1
1 2 2 1 2 2 2 3 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2 3 3 2 2 2 1 3 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 2 2 2
3 4 3 4 2 2 4 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 2 1 4 2 4 1 2 2 3 3 2 3 2 2 2 1 4 1 3 1 1 2
2 2 3 4 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2 3 1 3 2 4 3 1 4 4 4 1 2 1 1 2
4 4 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 1 1 3 3 3 2 2
3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 1 1 2 2 2 3 2
3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 1 1 1 2 3 3 3 4 1 3 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 3 1
1 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 2 2 2 2
3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 1 3 4 2 1 2 1 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2
4 4 2 3 4 4 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 2 3 1 1 3 3 3 3 2 2 4 3 1 1 3 3 3 3 2
2 3 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 3 3 1 3 3 2 2 3 3 4 1 1 3 3 2 2 3
1 1 3 2 3 1 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 2 2 3 3 3 2 2 2 3 4 1 1 2 3 2 2 2
4 4 2 3 3 1 2 2 3 1 1 2 2 3 3 1 1 3 2 2 1 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 2 3 1 2
1 1 2 1 2 1 2 2 1 3 1 2 3 2 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 1 1 2 1 2 2
4 3 3 4 2 1 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 1 3 1 1 2 3 1 2 2 4 4 3 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1
4 4 2 3 4 3 3 3 2 2 2 2 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 1 1 3 3 3 3 2
89 3 2 1 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 4 2 2 2 2 2 2
90 4 2 1 2 2 3 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 1 2 3 2 2 3 3 3 1 1 3 3 3 2 3 4 3 2 2 2 2 3
91 2 2 4 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3
92 4 2 1 2 2 1 3 3 2 1 2 2 2 1 3 2 3 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 3 2 2 2
93 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 3 2 2 2 2 2 3
94 3 4 4 3 2 3 4 4 2 4 3 3 4 4 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3
95 1 1 2 2 2 1 3 3 2 3 3 2 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 4 2 3 1 2 2 3
96 3 2 1 3 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 3 3 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 4 1 3 2 2 3 2
97 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 4 4 3 2 2 3 2 2
98 3 2 1 3 3 1 2 2 2 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 4 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3
99 100 101 102 103 104 105 106 1 2 2 2 3 2 3 3 1 2 3 2 2 2 1 3 1 3 4 1 1 1 4 1 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 1 3 2 1 1 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 1 1 3 3 1 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 3 3 1 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3 3 2 2 4 1 3 2 3 3 3 1 3 1 2 3 3 1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 2 3 1 2 2 4 1 2 2 3 1 2 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 4 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 1 2 1 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 3 3 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1 2 2 4 2 1 3 3 3 3 4 4 4 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3
1 3 1 2 3 3 3 3 1 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2
1 1 2 2 3 4 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 4 1 1 1 3 2 3 3
4 4 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 3 2
2 2 2 2 3 3 2 3 1 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 3 3 2 1 1 1 2 2 3 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 3 2
2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
4 4 3 3 4 1 2 3 2 3 3 3 4 2 1 1 3 1 2 2 4 2 4 2 2 2 3 2 3 1 2 3 4 1 1 2 3 2 4 3
2 4 2 2 4 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 1 1 1 1 2 3 2 3 2
3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2
1 1 2 4 1 1 4 3 1 1 1 1 4 2 1 2 2 1 1 1 2 3 2 1 1 1 4 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2
2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2
1 1 2 3 2 1 3 2 1 1 1 1 4 2 3 2 1 1 1 1 2 3 1 1 1 2 4 2 2 3 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2
1 4 2 3 3 3 2 3 1 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 2 3 3
1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 3 3 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 3 3
1 3 2 2 3 2 2 2 1 1 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2
2 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 1
3 2 2 1 3 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 3 3 2 2
1 3 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 3 2 3 2 2 1 3 2 1 2 1 1 1 1 1 3 2 1 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2
2 4 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2 2
107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 Total 2 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2 2 3 2 294 2 2 3 2 1 3 3 2 3 3 3 2 3 3 269 1 1 1 1 2 2 1 1 1 3 3 2 3 1 261 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 267 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 3 291 1 3 3 1 1 2 1 1 1 1 1 3 1 1 259 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 3 3 286 2 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 3 248 2 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 3 260 2 1 2 2 3 1 3 2 1 2 1 1 1 2 236 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 281 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 256 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 249 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 229 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 303 1 3 2 3 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 278 2 3 1 3 3 3 3 2 3 3 1 2 3 3 272 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 284 3 3 2 3 2 4 4 2 4 3 2 4 3 4 280 3 1 2 3 2 1 2 4 4 3 1 2 4 3 271 3 3 1 3 3 4 4 2 3 3 2 3 4 4 294 2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 237 2 2 2 3 3 1 3 2 2 3 2 2 2 3 251 2 2 4 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 256 2 2 4 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 236 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 229 2 2 1 2 2 1 2 2 4 2 2 2 2 2 232 1 1 2 1 1 2 1 2 2 2 4 2 4 2 192 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 4 2 4 1 186 1 3 2 4 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 219 1 2 3 3 2 3 3 1 3 2 3 2 3 2 266 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 229 1 3 2 1 1 2 2 1 3 3 3 3 4 4 242 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 356 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 254 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 290 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 272 2 3 2 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 305 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 284 3 3 2 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 305
1 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1
4 4 2 3 3 3 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2
4 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 3 3 3 1 1 1 2 2 3 1 1 3 3 2 2 2 3 3 3 1 1 2 3 1 1 2
3 3 3 3 3 2 2 3 1 2 2 2 3 2 3 2 3 2 1 1 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 3 2
1 4 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
3 2 1 3 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2 4 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3
3 2 2 3 4 4 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 2 2 2 4 2 1 1 2 3 3 4 2
4 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 1 2 1 3 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2
2 4 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 3 3 3 2 3 3 4 1 2 1 3 1 1 3
2 4 2 2 3 3 2 3 3 1 2 3 4 3 1 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 1 1 2 3 3 3 2
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 1 2 2 4 2 3 4 2 3 2 3 2 1 2 1 1 3 2 1 1 2
2 4 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
4 1 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 4 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 4 3 3 2 2 3 2 3 4 1 2 1 2 4 1 3
2 4 2 2 3 4 3 3 3 3 2 3 4 3 1 3 2 3 3 3 3 2 3 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 1 3 3 3 2
287 332 232 266 301 261 267 308 204 239 226 235 305 264 304 247 233 262 236 246 226 227 250 251 271 278 251 296 274 282 253 263 267 146 145 206 267 260 266 230
ANALISIS UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS
SKALA PENELITIAN
Kuesioner
Nama
: ………………………………….
Usia
: ………………………………….
Jenis Kelamin : L / P * Petunjuk Pengisian : Di bawah ini terdapat sejumlah pernyataan yang mengambarkan kondisi Anda dalam menghadapi mata pelajaran Matematika. Bayangkanlah bahwa Anda menghadapi situasi tersebut. Bacalah setiap pernyataan di bawah ini dengan seksama kemudian berikanlah jawaban Anda pada lembar jawaban yang tersedia dengan cara menyilang (X). Semua jawaban yang Anda berikan adalah benar, tidak ada jawaban yang dianggap salah atau memalukan apabila sesuai dengan keadaan Anda. Keterangan: - SS
: Apabila Anda sangat setuju dengan pernyataan tersebut.
-S
: Apabila Anda setuju dengan pernyataan tersebut.
- TS
: Apabila Anda tidak setuju dengan pernyataan tersebut.
- STS : Apabila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan tersebut. -*
: Coret yang tidak perlu.
Contoh Pengerjaan: No.
Pernyataan
1.
Saya merasa resah ketika hari ini ada pelajaran matematika.
2.
Saya selalu pergi ke toilet saat akan mengikuti pelajaran matematika.
SS
S
X
X
TS
STS
No. 1. 2.
3.
4. 5.
6.
7. 8. 9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Pernyataan Jantung saya berdebar keras ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Perut saya menjadi mual ketika hari ini ada pelajaran matematika. Saya sering gugup saat bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya merasa was-was ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan materi matematika. Saya selalu pergi ke toilet saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya akan sangat terkejut jika tiba-tiba guru matematika memanggil nama saya untuk maju ke depan mengerjakan soal hitungan. Saya sering mematah-matahkan buku jari karena suasana kelas menjadi tegang pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Jantung saya berdetak normal saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya menjadi sulit bernafas ketika sebentar lagi pelajaran matematika dimulai. Saya merasa perut saya normalnormal saja ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Kepala saya mendadak pusing ketika guru matematika memasuki kelas untuk memulai pelajaran matematika. Suhu pada jari-jari tangan saya terasa normal ketika pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya terkena diare ketika teringat sukarnya materi-materi matematika yang akan disampaikan besok pagi. Saya sempat mengalami insomnia (tidak dapat tidur) ketika saya melihat ada pelajaran matematika di jadwal saya besok. Wajah saya terasa memerah saat guru matematika memasuki ruangan kelas untuk menyampaikan materi.
SS
S
TS
STS
16.
17.
18. 19.
20.
21.
22. 23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30. 31.
Jari-jari tangan saya menjadi dingin ketika pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya merasa dapat bernafas lega ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Perut saya terasa mulas saat teringat pelajaran matematika yang sukar. Saya jarang ingin buang air kecil ketika guru matematika mulai menyampaikan materi. Saya sering mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan materi matematika. Nafsu makan saya menjadi berkurang ketika besok pagi ada pelajaran matematika. Saya sering gelisah saat jam pelajaran matematika akan dimulai. Saya merasa tegang ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan guru matematika pada jam pelajaran matematika. Saya menampakkan ekspresi wajah tenang saat bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya tidak merasa mual walaupun teringat pelajaran matematika yang sukar. Saya dapat tidur dengan nyenyak meskipun besok pagi ada pelajaran matematika. Saya merasa tetap terlihat tenang saat jam pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya menjadi minder saat akan menghadapi pelajaran matematika karena matematika bagi saya sulit. Saya merasa sedih ketika akan mengikuti pelajaran matematika karena saya merasa tidak mampu mengerjakan soal-soal hitungan. Saya merasa resah ketika hari ini ada pelajaran matematika. Saya menjadi sulit mengambil
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
keputusan ketika pelajaran matematika beberapa menit lagi akan segera dimulai. Saya tidak mengalami mimpi buruk yang berkaitan dengan materi matematika. Pikiran saya menjadi tidak menentu jika pada saat pelajaran matematika saya dipanggil maju ke depan untuk mengerjakan soal mengenai faktorisasi suku aljabar. Tiba-tiba nafsu makan saya menjadi hilang ketika besok pagi harus berhadapan dengan bilangan-bilangan matematika yang membingungkan. Saya tidak bisa menyembunyikan kegugupan saya ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Saya merasa takut jika nanti nama saya dipanggil guru untuk maju ke depan mengerjakan soal matematika pada jam pelajaran matematika. Saya sering meninggalkan kelas ketika sebentar lagi jam pelajaran matematika dimulai. Saya merasa perut saya tetap normal meskipun teringat suasana kelas yang tegang pada saat pelajaran matematika. Saya merasa tidak ada perubahan pada wajah saya saat guru matematika memasuki ruangan kelas untuk menyampaikan materi. Saya merasa takut tidak bisa menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru pada saat pelajaran matematika nanti. Saya berpikir bahwa saya tidak bisa mengendalikan diri lagi pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya merasa tenang ketika sebentar lagi harus berhadapan dengan materi matematika. Saya sering teringat akan masa lalu saya ketika pernah dihukum guru
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
matematika untuk berdiri di depan kelas karena tidak mengerjakan PR, sehingga saya menjadi sering terganggu saat akan mengikuti pelajaran matematika. Saya sering melarikan diri daripada harus bertemu dengan guru matematika pada saat jam pelajaran matematika. Saya sering ingin meninggalkan kelas saat sebentar lagi guru matematika tiba di kelas untuk menyampaikan materi. Nafsu makan saya tidak berubah ketika besok pagi harus berhadapan dengan bilangan-bilangan matematika yang membingungkan. Saya merasa wajah saya nampak rileks walaupun sebentar lagi harus berhadapan dengan pelajaran matematika. Saya merasa takut salah kalau nanti pada jam pelajaran matematika disuruh guru untuk mengerjakan soal di depan kelas. Saya sering berpikir untuk segera kabur dari kelas saat pelajaran matematika akan dimulai. Jika dimungkinkan, saya memilih membolos daripada harus mengerjakan soal-soal matematika yang memusingkan pada saat jam pelajaran matematika. Saya akan menggantungkan diri pada teman saya yang pintar matematika pada saat jam pelajaran matematika. Saya bisa mengambil keputusan ketika pelajaran matematika beberapa menit lagi akan segera dimulai. Saya merasa rileks walaupun sebentar lagi harus berhadapan dengan guru matematika. Saya tidak mampu menghilangkan pikiran buruk bahwa mengerjakan soal matematika itu sangat sulit pada saat pelajaran matematika akan dimulai.
55.
56.
57. 58.
59.
60.
61.
62.
63. 64.
65.
66.
67.
Saya akan lebih mempercayai kebenaran pekerjaan matematika teman saya daripada pekerjaan saya sendiri, sehingga saya mencontoh pekerjaannya pada saat pelajaran matematika. Saya akan berusaha mencontek pekerjaan teman saya pada saat guru matematika memberikan soal latihan. Saya tidak bisa mengerjakan soal matematika seorang diri. Saya akan tercengang jika tiba-tiba bel pergantian jam pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya akan diam terpaku jika tiba-tiba guru matematika muncul di depan pintu dan siap untuk memulai pelajaran. Saya akan kebingungan jika tiba-tiba suasana kelas menjadi hening karena sebentar lagi pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan lebih yakin mengerjakan soal matematika sendiri daripada melihat pekerjaan teman saya pada saat pelajaran matematika. Saya akan tetap tenang jika guru matematika memanggil nama saya untuk maju ke depan mengerjakan soal. Saya sering mendehem ketika guru matematika mulai memasuki kelas. Saya sering memainkan pena saat guru matematika mulai menjelaskan mengenai materi matematika. Saya seperti akan pingsan jika tibatiba guru matematika menyuruh saya maju ke depan untuk mengerjakan soal. Bagi saya, menggantungkan diri pada teman yang pintar matematika pada saat jam pelajaran matematika akan merugikan saya sendiri. Pikiran saya tetap tenang jika nanti pada saat pelajaran matematika saya
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77. 78.
79.
dipanggil maju ke depan untuk mengerjakan soal mengenai faktorisasi suku aljabar. Saya tetap percaya diri saat akan menghadapi pelajaran matematika walaupun pelajaran tersebut bagi saya sulit. Saya bersikap biasa saja ketika tibatiba bel pergantian jam pelajaran berbunyi, tanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya akan lebih mempercayai kebenaran PR matematika saya sendiri daripada pekerjaan teman saya sehingga saya tidak mencontoh pekerjaannya. Saya sudah siap di kelas saat sebentar lagi guru matematika tiba di kelas untuk menyampaikan materi. Saya merasa senang ketika akan mengikuti pelajaran matematika karena saya merasa mampu mengerjakan soal-soal hitungan. Saya berpikir bahwa saya bisa mengendalikan diri pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya tetap dapat memusatkan perhatian ketika bel tanda pergantian pelajaran berbunyi, pertanda pelajaran matematika akan segera dimulai. Saya akan tersenyum jika tiba-tiba guru matematika muncul di depan pintu dan siap untuk memulai pelajaran. Saya tetap dapat berkonsentrasi walaupun tiba-tiba suasana kelas menjadi hening karena sebentar lagi pelajaran matematika akan dimulai. Saya bisa mengerjakan soal matematika sendiri. Saya sering teringat akan masa lalu saya yang menyenangkan tentang matematika, sehingga sampai saat ini saya merasa senang ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Saya sering berpikir untuk bisa
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
menghindari pelajaran matematika. Hati saya merasa nyaman walaupun hari ini ada pelajaran matematika. Saya sering berpikir untuk tetap mengikuti pelajaran matematika pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan tetap tenang walaupun tibatiba guru matematika memberikan soal untuk dikerjakan pada saat pelajaran matematika. Saya mampu menghilangkan pikiran buruk bahwa mengerjakan soal matematika itu sangat sulit pada saat pelajaran matematika akan dimulai. Saya akan sering menggerak-gerakkan kaki saya ketika jam pelajaran matematika dimulai. Saya merasa siap jika nanti nama saya dipanggil guru untuk maju ke depan mengerjakan soal matematika pada jam pelajaran matematika. Saya tidak terbiasa memainkan pena pada saat guru matematika mulai menjelaskan mengenai materi matematika. Saya merasa akan mampu menyelesaikan soal matematika yang diberikan oleh guru pada saat jam pelajaran matematika nanti, sehingga saya tidak perlu merasa takut.
DATA HASIL PENELITIAN
No. Subjek 1 S1 2 S2 3 S3 4 S4 5 S5 6 S6 7 S7 8 S8 9 S9 10 S10 11 S11 12 S12 13 S13 14 S14 15 S15 16 S16 17 S17 18 S18 19 S19 20 S20 21 S21 22 S22 23 S23 24 S24 25 S25 26 S26 27 S27 28 S28 29 S29 30 S30 31 S31 32 S32 33 S33 34 S34 35 S35 36 S36 37 S37 38 S38 39 S39 40 S40
1 2 2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2
3 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 3 2 2
4 3 2 3 2 2 2 4 3 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 3 3 2 1 2 3 2 1 2 1 2 3 3 3 2
5 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2
6 3 3 4 1 3 3 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 2 3 2 3 3 1 1 2 3 2 3 3 3 1 3 2 3 3 4 3 4 1 3
7 1 2 2 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 1
8 2 2 1 3 3 3 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 2 2 2
9 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1
10 2 2 1 4 2 4 2 2 2 3 1 1 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2
11 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1
12 2 2 2 4 2 2 3 2 2 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2 3 2 1 2 3 2 3 2 2
13 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1
14 2 2 1 1 2 4 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 3 2 3 2 1
15 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2
16 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 3 2 1 1
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
S41 S42 S43 S44 S45 S46 S47 S48 S49 S50 S51 S52 S53 S54 S55 S56 S57 S58 S59 S60 S61 S62 S63 S64 S65 S66 S67 S68 S69 S70 S71 S72 S73 S74 S75 S76 S77 S78 S79 S80
2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 4 4 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 1 2 2 3 2 2 3 4 4 4 1
2 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1
2 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 2 3 4 3 2 4 2 2 2 2 4 3 1 3 4 4 3 3 3
1 2 1 2 1 4 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 4 1 2 2 3
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2
2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2
2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 4 3 3 3 3 2
2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2
2 2 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2
2 2 1 3 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 4 1 3 3 3 2
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 4 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 1 2 2 3 2 2 2
17 3 2 1 4 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 3 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 3 2 1 2
18 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 1 3 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1
19 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 4 1 1 2 3 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2
20 1 2 1 2 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 1 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1
21 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 1 2 2 4 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1
22 2 2 2 2 3 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 3 3 2 2
23 3 3 1 2 3 4 3 2 2 3 3 2 1 2 2 3 1 1 1 2 3 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 3 1 2 3 3 3 3 1 2
24 2 2 1 4 3 3 2 1 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 1 3 2 3 3 2 1 2 2 3 3 4 3
25 2 2 1 2 2 3 3 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 3 1 3 2
26 2 2 2 1 2 4 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1
27 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 1 2 1 3 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2
28 2 2 3 4 4 3 2 2 3 2 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 2
29 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 1 3 1 2 2 3 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 4 2 4 2 2
30 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 4 2 1 3 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 1 2
31 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 3 2 3 2 2
32 2 2 2 3 2 1 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 4 2 1 3 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1
33 3 3 4 2 3 3 2 2 3 2 4 3 2 2 2 4 2 1 1 3 3 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 1 3 3 3 3 2
34 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 1 3 1 1 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 4 2 4 2
2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 3 3 2 3 3 3
2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 3 3 3 2
2 3 2 4 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 2 1 3 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 4 2 2 2
2 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 3 3 3 3 2
2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 3 4 4 2
3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 3 1 1 2 2 1 2 1 2 3 2 2 2 4 3 1 2 2 1 3 3 2
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 1 1 2 2 1 2 4 1 2 1 4 2 2 2 2 1 1 1 3 2 2 2 3 2
2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 3 3 2
2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 4 3 3 3
2 2 2 1 1 3 4 2 2 3 3 2 2 2 2 3 1 3 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 1 4 4 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 3 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 1 1 2 3 3 3 2
2 3 2 1 1 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 3 2 2 2 1 2 2 4 4 2 1 1 3 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 3 2
2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 2 1 1 3 4 3 2 3 2 3 2 2 4 3 2 3 4 4 3 4 3
2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2
35 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2
36 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 4 2 2 2 3 3 3 2 1 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3
37 1 2 1 2 1 1 3 3 3 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 1
38 2 3 2 3 2 2 3 1 2 3 1 1 1 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2
39 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 3 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
40 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 4 2 3 1 2 2 2 2 3 2 2 2 4 2 4 2 3
41 2 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 1 3 2 3 1 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 1 3 3 3 1 2
42 2 2 1 2 3 3 3 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 3 2 1 2 4 3 3 4
43 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 1 2
44 2 3 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 4 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 3 1
45 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 2 1
46 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2
47 2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1
48 3 3 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 3 2 3 2 2 1 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 1 3 3 2 2 4 4 4 1 3
49 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1
50 2 1 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1
51 2 2 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 1
52 2 2 2 1 2 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 4 2 2 3 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 3 4 2
2 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 3 3 4 2 2 2 2 3 4 3 2 3 2 3 2 2 3 2 2 3 4 4 3 4 3
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 2 2 2
3 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 4 2 1 2 2 2 2 2 1 3 1 3 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 2
2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 1 4 2 2 2 2 2 3 3 3 4 2 3 2 2 4 3 2 3 4 4 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 1 3 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2
2 2 2 4 4 3 2 1 2 2 2 2 4 2 1 3 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 4 4 2 2 3
2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 4 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 3 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2
2 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 4 3 1 3 2 2 2 2 3 2 3 3 4 2 2 2 2 4 2 2 1 4 4 3 4 3
2 2 1 1 1 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 2 2
2 1 1 1 1 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 4 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 1 2 3 1 2 1 2 2 3 3 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3
53 2 2 1 3 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2
54 2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 2 2 1 2 1 3 3 2 2 2 1 1 4 3 4 2 3
55 2 2 1 2 3 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2
56 2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 1 2 1 1 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 3 2 1 1
57 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 1 2 2 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 1 3 1 2 2 2 2 3 3
58 2 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
59 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 3 3 3 2 1
60 2 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2
61 3 2 1 1 3 2 2 3 2 3 1 2 1 1 2 2 2 1 2 2 1 3 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 2 3 2 1 2
62 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 1 2 2 1 3 3 2 3
63 2 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 3 2 1 1
64 2 2 2 2 3 2 3 3 3 3 1 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 3 3 2 2 2 3 2 1 2
65 1 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 1 1 2 4 1 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2 2 1 1 2 4 2 1 1 3 2 3 3 2
66 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 4 2 1 2 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 1 1 2 2 2 3 4
67 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 1 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 4 3
68 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 3 1
69 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 4 2
70 2 2 2 3 1 3 2 3 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 4 2 2 2 2 2 1 1 2 2 3 3 3
2 3 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 1 2 1 2 2 1 2 3 2 3 3 3 3
2 2 1 2 3 2 2 1 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 3 1 2 2 2 3 4 2
2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 3 3 2 2
2 3 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 1 3 2 3 3 4 3
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2
2 2 1 2 2 3 1 2 2 3 2 1 3 3 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 2 4 4 2 3 2
2 3 2 3 3 1 3 1 2 3 2 2 4 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 3 1 2 2 3 3 3 2
2 3 2 2 3 2 3 3 3 2 2 3 4 3 3 3 3 2 2 3 2 1 2 2 3 1 3 2 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2
2 3 1 2 3 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 4 2
2 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 4 2
2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 3 4 2 4 2
2 2 4 2 2 1 2 3 2 2 2 2 3 2 1 2 1 2 2 4 4 1 3 4 2 1 2 2 2 1 2 1 3 1 1 1 1 3 3 2
2 3 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 4 2 2 2 2 3 2 1 1 1 2 2 3 1 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3
2 2 2 3 3 1 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2
2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2
2 3 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 2 3 1 1 1 2 2 2 1 2 2 2 1 3 1 3 1 1 2 2 3 3 2
71 2 2 2 2 3 1 3 2 2 3 1 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 1 1 2 3 2 4 3
72 3 3 1 2 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 1 3 2 1 2 1 1 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2
73 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 3 1 3 3 1
74 2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 2
75 3 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 1 2 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 3
76 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
77 2 2 1 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2
78 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 3 3 2 3 2 2 3 3 1 1 3 2 3 2 2
79 2 2 1 2 2 2 2 2 3 3 1 2 1 1 1 4 1 1 1 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 2 2 1 2 2 2 3 1 2
80 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 4 3
81 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2
82 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 3 3 2 3
83 2 2 3 3 1 3 2 3 2 2 4 2 2 2 2 2 2 2 3 1 2 3 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3
84 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 3 3 2 2 2 3 3 1 2
85 3 3 2 1 3 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2 2 2 3 1 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 4 3
86 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 1 2 2 2 4 2 2 2 2 1 3 2 2 2 2 4 4 2 2 2 3 3 1 2 3 2 3 4 2
87 Total 2 188 3 192 2 161 2 196 3 210 3 210 2 209 2 193 2 192 3 194 2 171 1 172 2 104 2 151 2 166 2 195 2 143 2 140 2 166 4 176 2 160 2 177 1 142 2 123 2 167 2 156 2 150 2 143 2 163 2 164 1 159 2 162 2 165 1 132 1 141 3 204 2 207 2 215 4 191 2 170
2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2
2 4 2 3 3 3 1 3 3 2 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 1 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 2
2 2 3 2 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 1 1 2 2 1 3 1 2 3 2 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2
2 2 2 2 3 3 2 2 2 2 2 3 4 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 1 2 3 1 2 1 3 2 2 2 2 2 3 3 2
2 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 3 1 2 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 2 2 2
2 3 3 4 3 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2
3 4 4 1 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 3 1 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 3 3 2
2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 2 2
2 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2 2 2 2 2
2 2 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 3 2 2 1 1 1 2 1 1 2 2 2 2
2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 3 2 2 2 2 2 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3 2 3 3 2
2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 2 3 2 1 3 2 2 3 2 2 2 3 1 3 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2
2 3 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 1 2 2 2 2 2
2 3 2 3 3 4 3 3 3 2 2 3 4 3 3 2 2 3 3 2 2 1 3 1 3 1 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2 3 3 2
2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2
2 3 2 1 3 4 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 1 1 2 1 1 1 2 1 3 1 2 3 3 3 2 2 3 1 2 3 2 3 3 2
176 199 168 188 189 211 197 183 197 184 182 173 224 192 184 191 150 175 184 155 147 135 185 171 199 139 184 191 184 155 177 182 175 129 156 196 205 226 244 185
TABEL FREKUENSI DAN HISTOGRAM HASIL PENELITIAN
DATA SEKUNDER NILAI RAPOR
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Prestasi Belajar 60 60 60 60 61 64 64 64 61 60 61 60 69 65 65 60 64 70 60 62 62 61 62 76 60 63 62 60 67 60 63 60 64 66 63 60 60 60 60 60 61 64 61 60
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
64 62 61 67 64 64 68 61 60 63 72 62 64 63 65 60 60 78 65 61 65 61 60 61 74 69 71 60 60 68 60 62 60 62 61 60
TABEL FREKUENSI DAN HISTOGRAM NILAI RAPOR