Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH (LAKIP) TAHUN 2009
DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
i
PENGANTAR
PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Keuangan merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian visi dan misi Departemen Keuangan pada Tahun Anggaran 2009. LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009 merupakan LAKIP tahun terakhir pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009. Penyusunan LAKIP Departemen Keuangan mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah serta Rencana Strategis Departemen Keuangan Tahun 20052009 sebagaimana telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 157/PMK.01/2008. LAKIP mempunyai beberapa fungsi, antara lain merupakan alat penilai kinerja secara kuantitatif, sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Keuangan menuju terwujudnya good governance, dan sebagai wujud transparansi serta pertanggungjawaban kepada masyarakat, di satu sisi, dan di sisi lain, LAKIP merupakan alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan. Selanjutnya sejalan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi, Departemen Keuangan telah menerapkan sistem Balanced Scorecard (BSC) sebagai alat manajemen kinerja. Performance Departemen Keuangan diukur atas dasar penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan pencapaian sasaran-sasaran strategis (SS/DK) sebagaimana telah ditetapkan pada tahun 2009 sebagai kontrak kinerja Departemen Keuangan Tahun 2009. Departemen Keuangan sebagai unsur pelaksana pemerintah sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006 mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan dibidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Departemen Keuangan menetapkan visi: Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
i
PENGANTAR
Selanjutnya dalam rangka mencapai visi di atas, Departemen Keuangan menetapkan 5 (lima) misi yaitu misi di bidang fiskal, bidang ekonomi, bidang politik, bidang sosial budaya, dan bidang kelembagaan. Pelaksanaan dari kelima misi tersebut berpedoman pada RPJMN Tahun 2004-2009 dan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN Tahun Anggaran 2009 yang didalamnya memuat Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2009. Misi tersebut selanjutnya dirinci dalam Rencana Strategik (Renstra) Departemen Keuangan yang digunakan sebagai landasan penyusunan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). RKT berfungsi sebagai rencana kerja operasional secara kuantitatif, yang pada intinya merupakan implementasi pelaksanaan tugas yang sangat strategis dalam bidang pengelolaan keuangan negara, mulai dari penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN), melaksanakan APBN dengan menghimpun penerimaan dan menyalurkan dana APBN, dan akhirnya mempertanggungjawabkan melalui Perhitungan Anggaran Negara (PAN). Dalam situasi dan kondisi perekonomian yang sangat fluktuatif, serta tuntutan masyarakat yang sangat dinamis, tugas pengelolaan keuangan negara dirasakan semakin berat dan penuh tantangan. Walaupun demikian, dengan dimotivasi oleh visi dan misi yang telah ditetapkan aparatur Departemen Keuangan telah berhasil mengatasinya, sehingga tugas yang diemban dapat diselesaikan sesuai dengan harapan. Penyusunan LAKIP Tahun 2009 ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan transparan serta sekaligus sebagai pertanggungjawaban atas pencapaian visi dan misi yang diamanatkan kepada Departemen Keuangan.
MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
RINGKASAN EKSEKUTIF A. TUJUAN DAN SASARAN SRATEGIS Tujuan dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Departemen Keuangan adalah penyampaian pertanggungjawaban atas pencapaian rencana strategis Departemen Keuangan tahun 2005-2009, yang disusun berdasarkan Ketetapan MPR No.XI/MPR 1998 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas Korupsi dan Nepotisme dan Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama yang dijabarkan lebih lanjut dalam RPJM Nasional Tahun 2004-2009, serta Inpres No 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). Departemen
Keuangan
mempunyai
tugas
membantu
Presiden
dalam
menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Keuangan mempunyai fungsi: (1) merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan tehnis di bidang keuangan dan kekayaan negara; (2) melaksanakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara; (3) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; (4) melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan negara; dan (5) menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden. Dalam era globalisasi ini Departemen Keuangan senantiasa berupaya untuk meningkatkan kualitas agar lebih profesional dan mampu mencapai kesetaraan di pasar global. Untuk itu setiap pegawai Departemen Keuangan dituntut untuk terus meningkatkan integritas dan kredibilitas, sehingga dipercaya dan dibanggakan serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung tercapainya masyarakat adil dan makmur. Terkait dengan hal tersebut, Departemen Keuangan mempunyai Visi “Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi”. Untuk mewujudkan visi tersebut dilaksanakan melalui 5 (lima) misi, yaitu: (1) misi bidang fiskal; (2) misi bidang ekonomi; (3) misi bidang sosial budaya; (4) misi bidang politik; dan (5) misi bidang kelembagaan. Seiring dengan berjalannya Program Reformasi Birokrasi di Departemen Keuangan dengan mengacu pada visi dan misi tersebut dirumuskan Balance Scorecard (BSC) sebagai tool manajemen kinerja. Pengukuran kinerja dalam BSC merupakan hasil suatu penilaian yang didasarkan pada indikator utama (IKU) yang telah diidentifikasikan untuk tercapainya sasaran strategis dan tujuan sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
iii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Strategi Departemen Keuangan. Dalam Peta strategi telah ditetapkan 20 sasaran strategis yang merupakan kontrak kerja Departemen Keuangan tahun 2009. Sasaran strategis tersebut
dikelompokkan dalam tema: (1) Pendapatan Negara; (2) Belanja Negara;
(3) Pembiayaan Negara; (4) Kekayaan Negara; (5) Pasar Modal dan Lembaga Keuangan non Bank; (6) Sistem Pengelolaan Keuangan Negara; (7) Reformasi Birokrasi; (8)
Kerjasama
Internasional;
(9)
Kesekretariatan,
Pendididikan,
dan
SDM;
dan
(10) Pengawasan dan Pengendalian Intern. Sasaran strategis Departemen Keuangan dalam Tahun 2009 sebagai berikut: (1) Tingkat pendapatan yang optimal dengan beberapa IKU antara lain jumlah pendapatan negara dibidang pajak, penerimaan negara di bidang PNBP, penerimaan bea dan cukai; (2) Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien dengan IKU persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu, kesesuaian SAPSK sesuai standar biaya, penyaluran dana transfer
ke daerah, dan penyaluran dana transfer ke
daerah tepat waktu; (3) Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan IKU pemenuhan target pembiayaan melalui utang; (4) Pengelolaan kekayaan negara yang optimal dengan IKU jumlah satker yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar; (5) Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat, dengan beberapa IKU diantaranya adalah persentase pertumbuhan nilai transaksi dan frekuensi saham harian, pertumbuhan dana yang dikelola lembaga penjamin, dan lainnya; (6) Kepastian hukum dan transparansi dengan IKU indeks kepuasan wajib pajak (WP) atas administrasi perpajakan pada KPP WP Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama; (7) Transparasi dan mekanisme yang sederhana dengan IKU antara lain indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran, perbendaharaan, transfer ke daerah, dan risiko fiskal; (8) Fiscal balance dengan IKU indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah; (9) Transparansi dan kredibilitas dengan IKU ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang dan pemabayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran ; (10) Penyelesaian tepat waktu permohonan pengelolaan kekayaan negara dengan IKU indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu ; (11) Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank (LKNB) yang professional dengan IKU indeks kepuasan stakeholderss Bapepam-LK; (12) Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum dengan IKU tingkat akurasi kebijakan fiskal, rata-rata persentase deviasi asumsi makro, target defisit, proyeksi pendapatan negara, dan persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara; (13) Pelayanan prima yang mencakup IKU pelayanan prima pada
DJA, DJP, DJBC, DJPb, DJKN, DJPK, dan
Bapepam–LK; (14) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
iv
RINGKASAN EKSEKUTIF
kekayaan negara dengan IKU antara lain persentase akurasi perencanaan kas dan rasio beban utang terhadap total utang; (15) Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi
akan
fungsi
sosialisasi/penyuluhan (pendidikan
dan
Departemen terhadap
komunikasi)
Keuangan
rencana
dengan
IKU
persentase
sosialisasi/penyuluhan,
pemahaman
K/L
terhadap
tingkat
fungsi
jumlah
coverage
pengelolaan
perbendaharaan Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan
negara,
piutang
negara,
dan
lelang
Sosialisasi
dan
diseminasi
peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan, peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang, jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional,dan internasional, dan kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK; (16) Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum dengan IKU: persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008), persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan, persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak, persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan, persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti, persentase kepatuhan pelaporan aset oleh K/L, dan persentase kepatuhan dan penegakan ketentuan/peraturan; (17) Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi dengan IKU tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik, jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerja sama teknik luar negeri, dan rasio jam pelatihan terhadap jam kerja; (18) Mengembangkan organisasi yang handal dan modern dengan IKU persentase penyelesaian SOP dan persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan; (19) Mewujudkan good governance dengan IKU Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61,62, 70,71, 96,97,98,99); dan (20) Membangun sistem informasi yang terintegrasi dengan IKU Service Level Agreement (SLA) index. B. PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIS Dalam mengemban tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara ditengah krisis global yang menyebabkan sebagian besar perekonomian negara-negara maju dan negara-negara berkembang terpuruk, Departemen Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Melalui kebijakan stimulus fiskal berupa pemotongan pajak (penurunan dan penyederhanaan pajak, kenaikan PTKP, dan penurunan PPh Badan); subsidi PPN minyak goreng, PPN Bahan Bakar Nabati (BBN), PPN eksplorasi migas, PPh geothermal, PPh 21, dan BM ditanggung pemerintah, dan subsidi bukan pajak (pemotongan tarif listrik industri, stimulus paket belanja), perekonomian nasional mampu tumbuh positif sebesar 4,5 persen, sementara negara-negara lainnya kecuali Cina dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
v
RINGKASAN EKSEKUTIF
India mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Selain itu, melalui alokasi pemberian subsidi benih, pupuk, pasar murah, dan pembangunan irigasi, Departemen Keuangan bersama instansi terkait telah mampu mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah yaitu 2,78 persen, dan menjaga kestabilan nilai rupiah. Selanjutnya untuk meningkatkan kegiatan
ekonomi
dan
kesejateraan
masyarakat,
Pemerintah
terus
melanjutkan
pembangunan infrastruktur seperti pembangkit listrik 10.000 mega watt, jalan, jembatan dan pelabuhan,
program pemberian bantuan langsung ke masyarakat berupa Raskin,
BLT, Jamkesnas, BOS, KUR, PNPM, dan kebijakan lainnya. Melalui berbagai program ini diharapkan investasi dan daya beli masyarakat meningkat kembali, sehingga tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat ditekan. Hasil dari berbagai kebijakan tersebut juga tercermin pada realisasi penerimaan negara dan hibah yang dalam tahun 2009 mencapai Rp 868,95 triliun dengan realisasi belanja negara sebesar Rp 956,38 triliun, sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi sebesar Rp 87,43 triliun atau 1,6 persen terhadap PDB. Defisit tersebut dibiayai dari sumber dalam dan luar negeri yang mencapai Rp 125,78 triliun. Dengan demikian pada tahun 2009, telah terjadi surplus sebesar Rp 38,35 triliun. Surplus ini rencananya akan dialokasikan antara lain
untuk belanja insfrastrukur pada APBN 2010. Membaiknya
pertumbuhan ekonomi, rendahnya tingkat inflasi, relatif stabilnya nilai tukar rupiah, serta terjaganya kesinambungan APBN 2009, telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 1.355,40 pada akhir tahun 2008 menjadi 2.518,99 pada akhir tahun 2009. Secara umum sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2009 telah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan beberapa diantaranya nilainya di atas 100 persen. Namun, beberapa IKU masih belum sesuai dengan yang ditargetkan. Ke depan hal ini diharapkan tidak akan terjadi. Secara rinci pencapaian sasaran strategis dalam tahun 2009 dapat dijelaskan sebagai berikut. Pencapaian seluruh indikator kinerja sasaran pendapatan negara yang optimal pada umumnya telah melampaui 100 persen, kecuali penerimaan pajak yang nilai capaiaannya masih sedikit dibawah 100 persen. Dalam tahun 2009, nilai capaian indikator kinerja jumlah pendapatan negara PNBP sebesar 103,86%; jumlah penerimaan bea dan cukai sebesar 104,6%; jumlah penerimaan remunerasi penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek sebesar 100%; dan jumlah penerimaan negara dari biaya administrasi lelang sebesar 131,37%. Sedangkan nilai capaian penerimaan pajak sebesar 98 persen dari yang ditargetkan dalam APBN-P. Tidak tercapainya IKU ini terutama
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
vi
RINGKASAN EKSEKUTIF
dikarenakan menurunnya penerimaan PPN impor dan PPn BM terkait dengan menurunnya impor sebagai dampak krisis global. Sasaran strategis alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu, nilai capaian seluruh IKU nya telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Dari 5 (lima) IKU, 4 (empat) IKU yaitu persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu, persentase kesesuaian SAPSK dengan standar biaya, persentase penyaluran dana transfer ke daerah, dan persentase penyaluran dana tepat waktu, nilai capaiannya sesuai target yang ditetapkan, yaitu 100 persen. Sementara 1 (satu) IKU yaitu persentase ketepatan penyediaan dana nilai capainya sebesar 109,5 persen, atau di atas target yang ditetapkan. Nilai capaian sasaran strategis
“pembiayaan yang aman bagi kesinambungan
fiskal” dengan IKU pemenuhan target pembiayaan utang mencapai 99,5 persen, relatif sama dengan yang ditargetkan dalam tahun 2009. Sasaran strategis kekayaan negara yang optimal, yang didukung oleh IKU jumlah satuan kerja yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar, nilai capaiannya sudah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan sedikit di atas yang ditargetkan yaitu 100,5 persen. Sasaran strategis selanjutnya adalah terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang tumbuh sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat, yang didukung oleh 6 (enam) IKU, hampir semua IKU melampaui target, kecuali sasaran persentase pertumbuhan dana yang dikelola lembaga pembiayaan dan penjaminan yang nilai capainya masih sangat rendah yaitu 6,3 persen. 5 (lima) IKU yang realisasinya di atas 100 persen, yaitu IKU persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian dan persentase pertumbuhan frekuensi transaksi saham harian, masingmasing mencapai 387,08 persen dan 136,67 persen, indikator sasaran jumlah emiten baru sesuai target nilai capaiannya 180 persen, dan nilai capaian indikator sasaran persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian mencapai 219 persen dan dana pensiun mencapai lebih dari 500 persen. Sasaran strategis keenam yaitu kepastian hukum dan transparansi yang didukung oleh IKU kepuasan wajib pajak atas administrasi perpajakan KPP wajib pajak besar, KPP Madya, dan KPP Pratama serta IKU indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai. Dari hasil survey yang dilakukan, indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai
nilai capaiannya
mencapai 102,5 persen, atau lebih tinggi dari sasaran yang ditetapkan. Sedangkan hasil survey yang dilakukan di KPP WP besar dan Madya nilai capaiannya masing-masing sebesar 93 persen dan 97 persen. Sasaran strategis transparansi dan mekanisme yang sederhana, yang didukung oleh 4 (empat) IKU, sebanyak 2 (dua) IKU yaitu indeks kepuasan K/L terhadap
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
vii
RINGKASAN EKSEKUTIF
pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran dan indeks kepuasan Pemda nilai capaian IKU nya telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Sedangkan IKU indeks kepuasan K/L di bidang perbendaharan dan persentase penggunaan anggaran risiko fiskal nilai capaiannya sedikit dibawah target yang ditetapkan, yaitu masing-masing sebesar 93,4 persen dan 98,9 persen. Pencapaian sasaran strategis fiscal balance dengan IKU indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Dalam tahun 2009 nilai capaiannya sebesar 109,1 persen. Demikian pula pencapaian sasaran strategis transparansi dan kredibilitas dan sasaran strategis pelaksanaan, pengaturan, dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional juga telah melampaui sasaran yang ditetapkan. Sasaran strategis kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum. Sasaran ini didukung oleh 5 (lima) IKU yaitu tingkat akurasi kebijakan fiskal, rata-rata persentase deviasi asumsi makro, deviasi target defisit, deviasi proyeksi pendapatan negara, dan efektifitas kebijakan pendapatan. Nilai capaian IKU-IKU tersebut masing-masing sebesar 105,43 persen, 162,00 persen, 146,00 persen, 166,00 persen, dan 103,27 persen. Sasaran strategis pelayanan prima yang didukung oleh 11 indikator sasaran, 10 (sepuluh) IKU diantaranya nilai capaian kinerjanya telah melebihi 100 persen. Sedangkan 1 (satu) indikator penyelesaian PMK/KMK baru mencapai 94,7 persen, atau masih dibawah target yang ditetapkan. Belum tercapainya sasaran ini antara lain disebabkan belum lengkapnya persyaratan yang diperlukan untuk penetapan PMK/KMK. Sasaran strategis meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara, sasaran strategis pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan, sasaran strategis mewujudkan good governance, dan sasaran strategis membangun sistem informasi yang terintegrasi, pada umumnya realisasi IKU nya telah sesuai dengan target yang ditetapkan, bahkan beberapa sasaran nilai capainya diatas 100 persen. Namun, satu IKU yaitu persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti nilai capaiannya masih dibawah target. Hal ini dikarenakan masih terdapat 2 (dua) temuan yang belum ditindaklanjuti. Sementara itu sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi, 1 (satu) IKU yaitu rasio jam pelatihan terhadap jam kerja, nilai capaiannya telah sesuai dengan target. Namun, 2 (dua) IKU
yaitu tingkat
kompetensi karyawan untuk jabatan tematik dan IKU jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerjasama teknik luar negeri, nilai capaiannya belum sesuai
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
viii
RINGKASAN EKSEKUTIF
dengan yang diharapkan. Belum tercapainya indikator sasaran tersebut antara lain dikarenakan adanya hambatan pada saat pelaksanaan. Sementara itu apabila dilihat dari pelaksanaan RPJMN selama lima tahun terakhir, Departemen Keuangan telah menjalankan tugasnya dengan baik. Selama pelaksanaan RPJMN 2004-2009, penerimaan pajak yang berhasil dihimpun meningkat 84,8 persen, yaitu dari Rp 347,0 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 641.4 triliun pada tahun 2009. Demikian pula penerimaan negara bukan pajak juga meningkat 54,1 persen, yaitu dari Rp 146,9 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 226,4 triliun pada tahun 2009. Selanjutnya dalam mengalokasikan belanja negara, prosentase
belanja modal dan infrastruktur semakin
meningkat, yang antara lain dimaksudkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sementara itu dalam rangka memeratakan pembanguan di daerah, belanja/transfer ke daerah semakin meningkat yaitu dari Rp 150.5 triliun pada tahun 2005 menjadi Rp 308.6 triliun pada tahun 2009, atau meningkat 105,05 persen. Perkembangan APBN secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut. PERKEMBANGAN APBN 2005 - 2009 (dalam Triliun Rp)
A
Pendapatan Negara dan Hibah 1 Penerimaan Dalam Negeri a Penerimaan Perpajakan b Penerimaan Negara Bukan Pajak 2 Hibah 3 Surplus BI B Belanja Negara 1 Belanja Pemerintah Pusat 2 Transfer Ke Daerah Suspen C Surplus/Defisit Anggaran % terhadap PDB D Pembiayaan 1 Pembiayaan Dalam Negeri 2 Pembiayaan Luar Negeri (neto) Kelebihan /kekurangan
2005
2006
2007
2008
2009
495.2 493.9 347.0 146.9 1.3 0.0 509.6 361.2 150.5 -2.0 -14.4 -0.5 14.7 24.9 -10.3 0
638.0 636.2 409.2 227.0 1.8 0.0 667.1 440.0 226.2 0.9 -29.1 -0.9 29.4 56.0 -26.6 0
707.8 706.1 491.0 215.1 1.7 13.7 757.6 504.6 253.3 0.24 -49.8 -1.3 42.5 66.3 -23.9 -7.4
981.6 979.3 658.7 320.6 2.3 0.0 985.7 693.4 292.4 -0.1 -4.1 -0.1 84.1 97.3 -13.2 79.9
868.9 867.8 641.4 226.4 1.1 0.0 956.4 647.8 308.6 0.0 -87.4 -1.6 125.8 142.6 -16.8 38.3
C. TANTANGAN DAN LANGKAH-LANGKAH ANTISIPATIF Dalam mewujudkan sasaran yang telah ditetapkan, terdapat berbagai kendala yang harus dihadapi baik dari faktor eksternal maupun internal. Dari sisi eksternal faktor-faktor yang menghambat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan antara lain belum pulihnya krisis global yang terjadi sejak 2008 yang berdampak pada menurunnya perekonomian negara-negara maju yang merupakan mitra dagang Indonesia dan semakin terbatasnya
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
ix
RINGKASAN EKSEKUTIF
likuiditas global. Memburuknya perekonomian dunia tersebut berimbas pada perekonomian Indonesia khususnya sektor manufaktur/industri pengolahan dan sektor perdagangan. Ekspor mengalami penurunan sebagai akibat dari menurunnya permintaan dari negara mitra dagang. Sementara impor menurun sejalan dengan menurunnya kegiatan dunia usaha dan industri pengolahan, dan pada gilirannya berdampak pada menurunnya penerimaan pajak khususnya PPN dan PPnBM impor dan PPh impor, sehingga target penerimaan pajak tersebut tidak dapat tercapai. Tantangan lainnya adalah terbatasnya likuiditas di pasar global yang menyebabkan kompetisi untuk mendapatkan modal murah dari luar negeri (pinjaman dan Surat Berharga Negara/SBN valas) menjadi semakin tinggi. Hal ini menyebabkan yield surat berharga negara (SBN) dengan dominasi valas serta bunga pinjaman luar negeri menjadi tinggi. Selain itu, fluktuasi nilai tukar rupiah yang tidak menentu, dapat meningkatkan resiko penerbitan SBN dengan dominasi valas. Sementara tantangan dari dalam negeri, potensi pasar SBN domestik dan pasar keuangan domestik masih relatif terbatas, kualitas SDM, sarana, dan TIK Departemen Keuangan belum memadai, dan koordinasi dengan instansi terkait belum semuanya berjalan seperti dengan yang diharapkan. Ke depan, untuk lebih meningkatkan hasil capaian IKU, ditengah era globalisasi ini berbagai kebijakan yang ada perlu terus dilanjutkan dan disempurnakan. Beberapa kebijakan yang kiranya perlu dilanjutkan dan disempurnakan antara lain: (1) meningkatkan pengembangan model ekonomi makro untuk meningkatkan akurasi asumsi makro dasar APBN; (2) meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi dengan instansi terkait; (3) mengembangkan Economic Executive Dashboard, (4) melakukan kajian dibidang perpajakan, kepabeaan, cukai, ekonomi, keuangan dan kekayaan negara; (5) menerapkan standar internasional untuk pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan termasuk Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) dan mengembangkan early warning system di sektor keuangan; (6) meningkatkan kualitas manajemen dan operasional lembaga keuangan; (7) melakukan penguatan perlindungan bagi investor lembaga keuangan termasuk pemantapan koordinasi penegakan hukum di bidang pasar modal dan LK; (8) mengembangkan pasar SBN domestik, memperluas basis investor SBN domestik dan instrumen SBN; (9) merekrut
dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan
berkompetensi tinggi; dan (10) meningkatkan kualitas pelaporan contingent liability.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI Halaman Pengantar..………………………………………………………………………………….
i
Ringkasan Eksekutif ……………………………………………………………………....
iii
Daftar Isi ..………………….………………………………………………………………..
xi
Daftar Tabel................................................................................................................
xiii
Daftar Grafik...............................................................................................................
xv
BAB I
BAB II
BAB III
Pendahuluan………………………………………………………………..
1
A. Latar Belakang ……………………………………..………………….
1
B. Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi …………………………….
2
C. Mandat dan Peran Strategis………………………………………….
5
D. Sistematika Laporan ………………………………………………….
6
Rencana Strategis dan Rencana Kinerja………………………………..
8
A. Alur Pikir ………………………………………………………………
8
B. Rencana Strategis ……………..…………………………………….
9
• Visi………………………………………………………………….
9
• Misi…………………………………………………………………
10
• Tujuan……………………………………………………………...
11
• Sasaran……………………………………………………………
16
• Program……………………………………………………………
22
C. Rencana Kinerja berdasarkan Rencana Strategis (versi RKT)…..
23
D. Balance Score Card (BSC)……………………………………………
23
E. Rencana Kinerja versi Balance Score Card (BSC)…………………
25
Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis……………………………………...
37
A. Pengukuran Sasaran………………………………………………….
37
A.1.
Tema Pendapatan Negara ……………………………………
37
A.2.
Tema Belanja Negara ………………………………………….
58
A.3.
Tema Pembiayaan Negara ……………………………………
61
A.4.
Tema Kekayaan Negara………………………………………..
64
A.5.
Tema Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank……
67
A.6.
Tema Sistem Pengelolaan Keuangan Negara………………
76
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
xi
DAFTAR ISI
BAB IV
A.7.
Tema Reformasi Birokrasi………………………………………
100
A.8.
Tema Kerjasama Internasional………………………………..
128
A.9.
Tema Kesekretariatan, Pendidikan, dan SDM……………….
130
A.10. Tema Pengawasan dan Pengendalian Intern………………
135
B. Akuntabilitas Keuangan ……………...……………………………….
146
Penutup ……………………………………………………………………
149
Lampiran-lampiran A. Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) B. Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS)
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
xii
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.
Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan...............................................................................................
3
Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Golongan..............................................................................................................
3-4
Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Jabatan.................................................................................................................
4
Tabel 4.
Keterkaitan Tema dan BSC..................................................................................
26
Tabel 5.
Penetapan Sasaran dan IKU Departemen Keuangan..........................................
31
Tabel 6.
Penerimaan Negara Bukan Pajak tahun Anggaran 2009....................................
38
Tabel 7.
Pencapaian Target PNBP tahun 2005-2009........................................................
39
Tabel 8.
Evaluasi Penerimaan Pajak Per Jenis Pajak Neto Tahun 2009..........................
40
Tabel 9.
Kinerja Penerimaan Pajak 2005 – 2009...............................................................
44
Tabel 10.
Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009......................
45
Tabel 11.
Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009…………………………………………
46
Tabel 12.
Perbandingan Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009…………....
47
Tabel 13.
Data Indikator Bea Masuk Tahun 2008 dan 2009………………………………..
48
Tabel 14.
Data Indikator Cukai Tahun 2008 dan 2009………………………………………
50
Tabel 15.
Penerimaan Remunerasi Tahun 2009……………………………………………..
52
Tabel 16.
Realisasi Biad PPN Tahun 2005-2009…………………………………………….
53
Tabel 17.
Realisasi PNDS Tahun 2005-2009…………………………………………………
53
Tabel 18.
Data Realisasi Frekuensi, Hasil Bersih Lelang dan Bea Lelang Tahun 2005 s.d. 2009………………………………………………………………………………
54
Tabel 19.
Perkembangan Jumlah Daerah dan Besaran Transfer Tahun 2004 s/d 2009…
60
Tabel 20.
Perpres Alokasi DAU dan Permenkeu Dana Penyeimbang Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2005 – 2010……………………………………………………….
61
Tabel 21.
Realisasi Pemenuhan Pembiayaan Melalui Utang Tahun 2005-2008…………..
63
Tabel 22.
Jumlah Satker Yang Telah Diinventarisasi dan Dinilai Wajar s.d Tahun 2009…
66
Tabel 23.
Indeks Penutupan Bursa Efek 2008-2009…………………………………………
68
Tabel 24.
Rata-Rata Indeks Kepuasan Insititusi Publik………………………………………
78
Tabel 2.
Tabel 3.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
xiii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 25.
Hasil survey pada 5 (lima) KPPBC…………………………………………………
Tabel 26.
Data Pemberian Fasilitas Pembebasan dan/atau Keringanan BM
79
Tahun 2008 dan 2009………………………………………………………………..
81
Tabel 27.
Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009………………..
82
Tabel 28.
Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009………………..
82
Tabel 29.
Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009………………..
83
Tabel 30.
Realisasi Penyaluran Transfer ke Daerah tahun 2008……………………………
88
Tabel 31.
Realisasi Pembayaran Utang 2005-2008………………………………………….
92
Tabel 32.
Penetapan status penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan BMN…………………………………………………………….
94
Tabel 33.
Indeks Kepuasaan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah…………..
95
Tabel 34.
Deviasi Asumsi Makro……………………………………………………………….
96
Tabel 35.
Proyeksi dan Realisasi Defisit Kuartal 1-4 Tahun 2009………………………….
97
Tabel 36.
Proyeksi dan Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2009……………………….
98
Tabel 37.
Perda yang dievaluasi tahun 2007–2009…………………………………………..
109
Tabel 38.
Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang Tahun 20052009…………………………………………………………………………………….
115
Tabel 39.
Jumlah Satker yang Mendapatkan Sosialisasi Tahun 2009……………………..
118
Tabel 40.
Indeks Opini Laporan Keuangan Departemen Keuangan……………………….
126
Tabel 41.
Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009…………………………………………………………………………………..
142
Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009…………………………………………………………………………………..
142
Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009…………………………………………………………………………………….
143
Data Realisasi Kegiatan di Bidang Audit Tahun 2008 dan 2009…………………………………………………………………………………….
145
Realisasi Anggaran Departemen Keuangan Tahun 2009………………………..
146
Tabel 42.
Tabel 43.
Tabel 44.
Tabel 45.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
xiv
DAFTAR GRAFIK
DAFTAR GRAFIK Halaman Grafik 1.
Peta Strategi Departemen Keuangan Tahun 2009..............................................
25
Grafik 2.
Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009…………........
45
Grafik 3.
Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009 ……………………………………......
46
Grafik 4.
Realisasi Penerimaan PDRI dan PPN Hasil Tembakau Tahun 2008 dan 2009.....................................................................................................................
48
Grafik 5.
Penerimaan pembiayaan APBN selama 3 tahun terakhir……………………......
56
Grafik 6.
Siklus Penyusunan APBN……………………………………………………….......
59
Grafik 7.
Perkembangan IHSG dan Transaksi Asing (Jan 2008 – 4 Nov 2009)…….........
70
Grafik 8.
Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa untuk setiap Unsur Layanan 2009…............
85
Grafik 9.
Perkembangan Jumlah Peserta Diklat BPPK Tahun 2004 – 2009………….......
132
Grafik 10.
Sebaran Peserta Professional Human Resource Development (PHRD) Tahap III Untuk Program Gelar Berdasarkan Unit Asal Periode 2004-2009………........
132
Grafik 11.
Realisasi LHP dan LHAI Itjen………………………………………………………..
137
Grafik 12.
Pencapaian LHP dan LHAI Itjen…………………………………………………….
138
Grafik 13.
Perkembangan Penyelesaian Perda APBD Tahun 2006 s/d 2009……………..
145
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
xv
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di dalam setiap aspek kehidupan, apalagi kehidupan bernegara yang salah satu tujuannya adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat (RPJMN 2004-2009) diperlukan berbagai sumber daya. Salah satu sumber daya yang menjadi darah setiap organisasi adalah sumber daya keuangan (dana). Namun disadari bahwa sumber daya keuangan ini, sebagaimana sumber daya yang lain yang bersifat ekonomis, ketersediannya sangat terbatas. Oleh karena itu, sumber daya yang terbatas ini perlu dikelola dengan sebaik-baiknya agar baik perolehan maupun penggunaannya dapat dilakukan dengan cara yang baik dan dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat. Departemen Keuangan, berdasarkan Perpres Nomor 9 Tahun 2005 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara RI sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 47 tahun 2009, mempunyai tugas yang sangat strategis, yaitu melaksanakan tugas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugas pengelolaan keuangan negara tersebut, Departemen Keuangan dituntut untuk melaksanakannya dengan prudent, transparan, akuntabel, efektif, dan efisien. Dalam rangka melaksanakan tugas yang sangat strategis dan dengan cara-cara yang baik tersebut, Departemen Keuangan menetapkan visi: Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi. Kemudian, untuk mencapai visi di atas, telah ditetapkan misi, rencana strategis, tujuan, dan sasaran serta rencana kerja yang terukur dan dilaksanakan setiap tahun. Selanjutnya, sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi
Pemerintah,
pelaksanaan
rencana
kerja
tersebut
harus
dipertanggungjawabkan setiap tahun dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). LAKIP ini disusun sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban Departemen Keuangan dalam melaksanakan tugas dan fungsi selama Tahun 2009, dalam rangka melaksanakan misi dan mencapai visi tersebut. Di samping itu, LAKIP ini juga dimaksudkan sebagai wujud akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Departemen Keuangan menuju terwujudnya good
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
1
BAB I PENDAHULUAN
governance, wujud transparansi dan akuntabilitas kepada masyarakat, dan sekaligus sebagai alat kendali dan pemacu peningkatan kinerja setiap unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan, serta sebagai salah satu alat untuk mendapatkan masukan bagi stakeholders demi perbaikan kinerja Departemen Keuangan.
B. TUGAS, FUNGSI, DAN STRUKTUR ORGANISASI Dalam melaksanakan peran strategis seperti diuraikan diatas, sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Keuangan
sebagaimana
telah
diubah
dengan
PMK
Nomor
143.1/PMK.01/2009, Departemen Keuangan mempunyai tugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dalam melaksanakan tugasnya, Departemen Keuangan mempunyai fungsi: (a) merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan, dan kebijakan teknis di bidang keuangan dan kekayaan negara; (b) melaksanakan urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara; (c) mengelola barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya; (d) melakukan pengawasan atas pelaksanaan tugas di bidang keuangan dan kekayaan negara; serta (e) menyampaikan laporan hasil evaluasi, saran, dan pertimbangan di bidang keuangan dan kekayaan negara kepada Presiden. Dalam menjalankan tugas dan fungsi Departemen Keuangan, Menteri Keuangan dibantu oleh unit–unit eselon I dan staf ahli sebagai berikut: 1. Sekretariat Jenderal; 2. Direktorat Jenderal Anggaran; 3. Direktorat Jenderal Pajak; 4. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai; 5. Direktorat Jenderal Perbendaharaan; 6. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara; 7. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan; 8. Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang; 9. Inspektorat Jenderal; 10. Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan; 11. Badan Kebijakan Fiskal; 12. Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan; 13. Staf Ahli Bidang Hubungan Ekonomi Keuangan Internasional; 14. Staf Ahli Bidang Penerimaan Negara; 15. Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara; 16. Staf Ahli Bidang Pengembangan Pasar Modal; dan 17. Staf Ahli Bidang Pembinaan Umum Pengelolaan Kekayaan Negara. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
2
BAB I PENDAHULUAN
Selain itu, untuk mendukung tugas dan fungsi Departemen Keuangan telah dibentuk Pusat Sistem Informasi dan Teknologi Keuangan, Pusat Pembinaan Akuntansi dan Jasa Penilai, Pusat Analisis dan Harmonisasi Kebijakan, Pusat Investasi Pemerintah, Pusat Layanan Pengadaan Secara Elektronik, dan Sekretariat Pengadilan Pajak. Dalam menjalankan tugasnya, Departemen Keuangan didukung oleh 61.215 orang pegawai dari berbagai bidang keahlian seperti ekonomi, keuangan, bisnis, hukum, tehnik, administrasi, dan lainnya. Komposisi pegawai Departemen Keuangan dapat dilihat dari tingkat pendidikan, golongan dan jabatan sebagai berikut: Tabel 1. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Tingkat Pendidikan No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah Pegawai
1.
S-3
55
orang
2.
S-2
4.190
orang
3.
Sarjana (S-1)
17.751
orang
4.
Diploma 3
11.054
orang
5.
Diploma 1 dan SLTA
26.263
orang
6.
SLTP
1.318
orang
7.
Sekolah Dasar
584
orang
61.215
orang
Jumlah
Tabel 2. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Golongan No.
Golongan
Jumlah Pegawai
1.
Golongan I/a
79 orang
2.
Golongan I/b
163 orang
3.
Golongan I/c
78 orang
4.
Golongan I/d
109 orang
5.
Golongan II/a
4.783 orang
6.
Golongan II/b
5.273 orang
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
3
BAB I PENDAHULUAN
No. Golongan 7. Golongan II/c
Jumlah Pegawai 8.218 orang
8.
Golongan II/d
6.921 orang
9.
Golongan III/a
10.815 orang
10.
Golongan III/b
11.752 orang
11.
Golongan III/c
6.556 orang
12.
Golongan III/d
4.724 orang
13.
Golongan IV/a
977 orang
14.
Golongan IV/b
574 orang
15.
Golongan IV/c
99 orang
16.
Golongan IV/d
86 orang
17.
Golongan IV/e
8 orang
Jumlah
61.215 orang
Tabel 3. Komposisi Sumber Daya Manusia Departemen Keuangan Berdasarkan Jabatan No.
Jabatan
Jumlah Pegawai orang*)
1.
Eselon I
2.
Eselon II
215 orang
3.
Eselon III
1.295 orang
4.
Eselon IV
7.280 orang
5.
Eselon V
694 orang
6.
Pegawai fungsional
11.278 orang
7.
Pelaksana
40.438 orang
Jumlah
61.215 orang
15
*)
Keterangan: 2 (dua) jabatan eselon I dirangkap
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
4
BAB I PENDAHULUAN
C. MANDAT DAN PERAN STRATEGIS Departemen Keuangan mempunyai peran yang strategis yaitu pengelola keuangan dan kekayaan negara. Sebagaimana diamatkan dalam UU nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Presiden sebagai pemegang kekuasaan pegelolaan keuangan negara memberi kuasa kepada Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal dan wakil pemerintah dalam kepemilikan kekayaan negara yang dipisahkan. Dalam rangka melaksanakan kekuasaan sebagai pengelola fiskal, Menteri Keuangan mempunyai tugas sebagai berikut: (1) menyusun kebijakan fiskal dan kerangka ekonomi makro; (2) menyusun rancangan APBN dan rancangan Perubahan APBN; (3) mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran; (4) melakukan perjanjian internasional di bidang keuangan; (5) melaksanakan pemungutan pendapatan negara yang telah ditetapkan dengan Undang-Undang; (6) melaksanakan fungsi bendahara umum negara; (7) menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban APBN; dan (8) melaksanakan tugas-tugas lain di bidang pengelolaan fiskal berdasarkan ketentuan Undang-Undang. Sebagaimana diketahui bahwa APBN yang terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan merupakan wujud pengelolaan keuangan negara yang ditetapkan tiap tahun melalui Undang-Undang. APBN disusun sesuai dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan dalam menghimpun pendapatan negara, yang berpedoman pada rencana kerja pemerintah dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara. Dalam hal anggaran diperkirakan mengalami defisit, ditetapkanlah sumber-sumber pembiayaan untuk menutup defisit tersebut. Sebaliknya, apabila anggaran diperkirakan surplus maka Menteri Keuangan mengajukan rencana penggunaan surplus kepada DPR. Dalam mengemban tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara ditengah krisis global yang menyebabkan sebagian besar perekonomian negara-negara maju dan negara-negara berkembang terpuruk, Departemen Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik melalui kebijakan stimulus fiskal berupa pemotongan pajak, pemberian subsidi, dan stimulus paket belanja, serta peningkatan belanja infrastruktur dalam APBN 2009, sehingga perekonomian nasional mampu tumbuh positif sebesar 4,5 persen, sementara negara-negara lainnya kecuali Cina dan India mengalami pertumbuhan ekonomi yang negatif. Selain itu, melalui alokasi pemberian subsidi benih, pupuk, pasar murah, dan pembangunan infrastruktur, Departemen Keuangan bersama instansi terkait telah mampu mengendalikan inflasi pada tingkat yang rendah yaitu 2,78 persen, dan menjaga kestabilan nilai tukar rupiah. Dengan membaiknya indikator-indikator ekonomi tersebut, realisasi pendapatan negara mencapai Rp868,95 triliun yang meliputi penerimaan dalam negeri sebesar Rp868,83 trliun, serta belanja negara sebesar
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
5
BAB I PENDAHULUAN
Rp956,38 triliun, sehingga defisit APBN dapat ditekan menjadi 1,6 persen terhadap PDB. Pendapatan negara dan hibah sebesar Rp868,95 tersebut terdiri atas penerimaan perpajakan sebesar Rp 641,38 triliun, Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) sebesar Rp226,45 triliun, dan hibah sebesar Rp1,12 triliun. Sementara belanja negara terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp647,81 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp308,57 triliun. Selanjutnya untuk menutup defisit APBN 2009 sebesar Rp87,43 triliun, diupayakan melalui pembiayaan dalam negeri sebesar Rp142,61 triliun dan pembiayaan luar negeri neto sebesar minus Rp16,83 triliun. Dengan demikian dalam
APBN 2009
terjadi surplus sebesar Rp38,35 triliun. Membaiknya indikator ekonomi Indonesia dan kinerja APBN tahun 2009 telah mendorong meningkatnya kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan oleh meningkatnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dari 1.355,4 pada akhir tahun 2008 menjadi 2.518,99 pada akhir tahun 2009. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara, serta APBN tersebut didukung oleh pencapaian visi, misi, dan sasaran strategis yang telah ditetapkan. Visi Departemen Keuangan adalah ”Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur dan berperadaban tinggi”. Untuk mewujudkan visi tersebut dilaksanakan melalui 5 (lima) misi, yaitu: (1) misi bidang fiskal; (2) misi bidang ekonomi; (3) misi bidang kelembagaan; (4) misi bidang sosial budaya; dan (5) misi bidang politik.
D. SISTEMATIKA LAPORAN Sistematika penyajian LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009 adalah sebagai berikut: Ikhtisar Eksekutif, yang menguraikan secara singkat tentang tujuan dan sasaran yang akan dicapai beserta hasil capaian, kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai tujuan dan sasaran, langkah-langkah yang diambil, serta langkah antisipatifnya. Bab I. Pendahuluan, yang menguraikan tentang tugas, fungsi dan struktur organisasi, mandat dan peran srategis instansi Departemen Keuangan, serta sistematika laporan. Bab II. Rencana Strategis dan Rencana Kinerja tahun 2009, yang menguraikan tentang rencana strategis, rencana kinerja, dan penetapan strategi Departemen Keuangan Tahun 2009. Bab III. Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis, menguraikan tentang pengukuran, sasaran dan akuntabilitas pencapaian sasaran strategis Departemen Keuangan tahun 2009.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
6
BAB I PENDAHULUAN
Bab IV. Penutup, yang menguraikan tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian sasaran yang telah ditetapkan, permasalahan dan kendala, serta strategi pemecahaannya untuk tahun mendatang.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
7
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
BAB II RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA A. ALUR PIKIR LANDASAN Undang-undang No 25 Tahun 2004 Paket Undang-undang Bidang Keuangan Negara (UU No.17, UU No.1 dan UU No.15 Tahun 2004) RPJM NAS 2004-2009 APBN Tahun Anggaran 2009
Tugas Departemen Keuangan Membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian tugas pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara
VISI MISI Faktor Kunci Penentu Keberhasilan
TUJUAN
SASARAN INDIKATOR SASARAN KEBIJAKAN PROGRAM
Umpan Balik
LAKIP
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
Umpan Balik
8
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
B. RENCANA STRATEGIS Perencanaan strategis merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan yang bersifat mendasar dan dibuat secara integral, efisien dan koordinatif serta disusun mengikuti alur pikir sebagaimana bagan di atas. Departemen Keuangan bertugas membantu Presiden dalam menyelenggarakan sebagian urusan pemerintahan di bidang keuangan dan kekayaan negara. Dengan demikian Departemen Keuangan menjadi pengelola keuangan negara dan sekaligus pengelola kekayaan negara. Dalam era globalisasi saat ini Departemen Keuangan dituntut berpandangan jauh ke depan, serta berupaya meningkatkan kualitas agar lebih profesional dan mampu mencapai tingkat kesetaraan di pasar global. Berkaitan dengan itu, setiap aparatur Departemen Keuangan didorong untuk lebih meningkatkan integritas dan kredibilitasnya sehingga dipercaya dan dibanggakan masyarakat serta bekerja secara profesional dan efisien untuk mendukung tercapainya masyarakat adil dan makmur.
VISI Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Departemen Keuangan mempunyai visi sebagai berikut : “Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya
dan
dibanggakan
masyarakat
serta
instrumen
bagi
proses
transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi” Pengertian pengelola keuangan
dan kekayaan negara dalam visi tersebut
bermakna bahwa Departemen Keuangan adalah lembaga/institusi yang mempunyai tugas menghimpun
dan
mengalokasikan
keuangan
negara
serta
memelihara
barang
milik/kekayaan negara. Bertaraf internasional artinya setara atau tidak berbeda dengan lembaga/institusi yang ada di negara maju sebagai refleksi cita-cita dalam mencapai tingkat standar dunia atau standar internasional baik kualitas aparaturnya maupun kualitas kinerja serta hasil-hasilnya. Dipercaya dan dibanggakan masyarakat adalah semakin meningkatnya kepercayaan masyarakat karena pengelolaan keuangan dan kekayaan negara dilakukan secara transparan, yaitu semua penerimaan negara, belanja negara dan pembiayaan defisit anggaran dilakukan melalui mekanisme APBN. Instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi, artinya Departemen Keuangan memegang peran sangat penting dalam menuju masyarakat adil dan makmur sebagaimana dicita-citakan dalam pembukaan UUD 1945 dengan tetap berpegang teguh pada nilai budaya dan kepribadian bangsa Indonesia.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
9
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
MISI Dalam rangka pencapaian visi, Departemen Keuangan menetapkan 5 (lima) misi, yaitu: 1. di Bidang Fiskal Misi bidang fiskal adalah mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat serta mengelola kekayaan dan utang negara secara hati-hati (prudent), bertanggung jawab dan transparan. Dalam misi ini, kebijakan fiskal diarahkan untuk menyehatkan APBN
dengan meningkatkan pendapatan negara, penghematan belanja negara,
pengurangan subsidi serta pinjaman luar negeri secara bertahap serta peningkatan disiplin anggaran.
Strategi yang dilakukan dalam penyehatan APBN adalah:
(1) menurunkan defisit secara bertahap menuju seimbang atau surplus melalui peningkatan penerimaan pajak dan Penerimaan Bukan Pajak (PNBP) serta pengendalian dan penajaman prioritas alokasi belanja negara; dan (2) menurunkan secara bertahap rasio utang terhadap PDB melalui pemilihan alternatif kebijakan pembiayaan yang tepat. Sementara kebijakan pengelolaan kekayaan negara diarahkan untuk meningkatkan efektifitas pemanfaatan barang/kekayaan negara melalui penertiban pengelolaan barang milik/kekayaan negara. 2. di Bidang Ekonomi Misi Bidang Ekonomi yaitu mengatasi masalah ekonomi bangsa serta secara proaktif senantiasa mengambil peran strategis dalam upaya membangun ekonomi bangsa, yang mampu menghantarkan bangsa Indonesia menuju masyarakat yang dicita-citakan. Pada dasarnya misi ini diarahkan untuk menjaga kestabilan ekonomi makro. Dalam pada itu, Departemen Keuangan selalu proaktif melaksakan reformasi di bidang ekonomi antara lain mewujudkan lembaga keuangan bukan bank yang sehat dan handal dan memantapkan pelaksanaan perimbangan keuangan pusat dan daerah. Di lain pihak Departemen Keuangan secara proaktif juga diharapkan untuk dapat melaksanakan agenda reformasi di bidang ekonomi guna mewujudkan lembaga keuangan non bank yang sehat dan handal, menciptakan pasar modal yang maju, mengelola Surat Utang Negara (SUN) dengan meminimalkan biaya bunga dalam jangka panjang pada tingkat risiko yang dapat dikendalikan, dan meningkatkan efisiensi dan akurasi sasaran dalam pengelolaan belanja negara baik belanja pusat maupun transfer ke daerah. 3. di Bidang Politik Misi di bidang politik adalah mendorong proses demokratisasi fiskal dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
10
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
ekonomi. Dengan misi ini Departemen Keuangan melakukan penyiapan peraturan dan perundang-undangan di bidang keuangan maupun kekayaan negara untuk mendukung proses demokratisasi fiskal dan ekonomi. Selain itu, Departemen Keuangan juga dapat berperan dalam memantapkan pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. 4. di Bidang Sosial Budaya Misi di bidang sosial budaya adalah mengembangkan masyarakat finansial yang berbudaya dan modern. Misi ini dilakukan dengan melaksanakan sosialisasi APBN, kebijakan perpajakan, penganggaran, dan kebijakan keuangan daerah lainnya, sehingga Departemen Keuangan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidang keuangan dan kekayaan negara. 5. di Bidang Kelembagaan Misi di bidang kelembagaan adalah senantiasa memperbarui diri sesuai aspirasi masyarakat dan perkembangan mutakhir teknologi keuangan dan administrasi publik, serta pembenahan dan pembangunan kelembagaan di bidang keuangan yang baik dan kuat yang akan memberikan dukungan dan pedoman pelaksanaan yang rasional dan adil, dengan didukung oleh pelaksana yang potensial dan mempunyai intregitas yang tinggi. Implementasi dari misi ini antara lain dilaksanakan melalui peningkatan pembinaan dan pengembangan SDM, mewujudkan egovernment, layanan publik baik antar pemerintah, pemerintah dengan pelaku bisnis, dan pemerintah dengan masyarakat serta terwujudnya hubungan kelembagaan yang efektif dengan lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif, dan lembaga-lembaga non pemerintah. Untuk itu, organisasi dan tatalaksana Departemen Keuangan harus selalu dapat disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan dan tuntutan masyarakat.
TUJUAN Tujuan merupakan implementasi atau penjabaran dari misi yang akan dicapai atau dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, dan menggambarkan arah strategik organisasi, perbaikan-perbaikan yang ingin diciptakan sesuai dengan tugas dan fungsi, serta meletakkan kerangka prioritas untuk memfokuskan program dan kegiatan yang akan dilaksanakan. Tujuan Departemen Keuangan untuk periode 2004-2009 adalah sebagai berikut:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
11
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
1. Tujuan di bidang Fiskal a.
meningkatkan pendapatan negara dan mengamankan keuangan negara dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat;
b.
memantapkan
pelaksanaan
sistem
penganggaran
yang
transparan
dan
akuntabel; c.
mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, credible, dan sustainable;
d.
mewujudkan research based policies di bidang pendapatan negara;
e.
mewujudkan research based policies di bidang belanja negara;
f.
mewujudkan research based policies di bidang pembiayaan anggaran;
g.
mewujudkan policies based research di bidang pengelolaan keuangan negara;
h.
peningkatan kualitas kerangka ekonomi makro sebagai landasan utama penyusunan APBN;
i.
mewujudkan kerangka ekonomi makro dan kebijakan fiskal sebagai landasan utama penyusunan APBN secara berkualitas;
j.
mewujudkan kerjasama ekonomi dan keuangan internasional;
k.
mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dalam rangka Desentralisasi, Dekosentrasi, dan Tugas Pembantuan berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas;
l.
mewujudkan policies based research di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah;
m. mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat resiko yang dapat ditolerir; n.
mewujudkan
penyelenggaraan
sistem
informasi
keuangan
daerah
yang
transparan, akurat, relevan, tepat waktu, dan dapat dipertanggungjawabkan; o.
mengoptimalkan pengelolaan utang dan perumusan pembiayaan defisit agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat resiko yang dapat ditolerir;
p.
mengoptimalkan pengelolaan investasi pemerintah yang efisien dengan risiko yang terkendali dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
q.
mewujudkan pengelolaan kas negara yang transparan dan akuntabel;
r.
mewujudkan pengelolaan piutang pemerintah yang berasal dari pinjaman dalam dan luar negeri yang efektif dan efisien;
s.
mewujudkan pengelolaan Two Step Loan (TSL) yang handal;
t.
mewujudkan peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja negara untuk menjaga kesinambungan fiskal;
u.
meningkatkan pengelolan dana investasi secara tertib, taat hukum, transparan,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
12
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
dan akuntabel sebagai salah satu sumber penerimaan negara; v.
meningkatkan akuntabilitas keuangan negara;
w.
mengoptimalkan pengelolaan pengeluaran dan penatausahaan penerimaan negara secara efisien dan efektif;
x.
mewujudkan pengelolaan Kekayaan Negara yang sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas publik, dan kepastian nilai;
y.
mewujudkan pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang yang efisien, efektif, transparan, dapat dipertanggungjawabkan dan lebih menjamin kepastian hukum;
z.
mewujudkan kegiatan penilaian kekayaan negara yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan dan lebih menjamin kepastian hukum;
aa. mewujudkan kegiatan penilaian kekayaan Negara yang efektif, efisien, dan dapat dipertanggungjawabkan; bb. terwujudnya bukti kepemilikan seluruh kekayaan negara; cc. terwujudnya tertib administrasi pengelolaan kekayaan negara. 2. Tujuan di bidang Ekonomi a.
meningkatkan
kesehatan
lembaga
keuangan
serta
kemampuan
dalam
memobilisasi dana masyarakat; b.
meningkatkan perlindungan nasabah dan pengembangan infrastruktur pendukung jasa keuangan;
c.
meningkatkan perlindungan investor pasar modal.
3. Tujuan di bidang Sosial Budaya a. mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, credibel, dan sustainable; b. memantapkan pelaksanaan sistem penganggaran yang transparan dan akuntabel; c. mengoptimalkan pengelolaaan utang dan perumusan pembiayaan defisit agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat resiko yang dapat ditolerir; d. meningkatkan pendapatan negara dan mengamankan keuangan negara dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat; e. meningkatkan perlindungan investor pasar modal; f.
mewujudkan landasan hukum yang kokoh di bidang keuangan negara dan kekayaan negara dan pemberian informasi hukum yang memadai;
g. mewujudkan komunikasi yang efektif serta peningkatan dukungan dan partisipasi publik terhadap kebijakan di bidang keuangan dan kekayaan negara; h. mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang sesuai dengan asas fungsional,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
13
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas publik, dan kepastian nilai; i.
mewujudkan pengelolaan kas negara yang transparan dan akuntabel;
j.
meningkatkan pengelolan dana investasi secara tertib, taat hukum, transparan, dan akuntabel sebagai salah satu sumber penerimaan negara;
k. meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui pengelolaan keuangan BLU secara efisien dan efektif; l.
meningkatkan akuntabilitas keuangan negara.
4. Tujuan di bidang Politik a. mewujudkan perencanaan kebijakan APBN yang sehat, credibel, dan sustainable; b. mewujudkan peningkatan efektivitas dan efisiensi belanja negara untuk menjaga kesinambungan fiskal; c. memantapkan pelaksanaan sistem penganggaran yang transparan dan akuntabel; d. mewujudkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dalam rangka Desentralisasi, Dekosentrasi, dan Tugas Pembantuan berdasarkan prinsip transparansi dan akuntabilitas; e. mewujudkan policies based research di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah; f.
mewujudkan optimalisasi perumusan dan pelaksanaan kebijakan agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat resiko yang dapat ditolerir;
g. mendorong terwujudnya implementasi prinsip-prinsip Good Governance (GG) dan bebas KKN di Departemen; h. mengoptimalkan pengelolaan utang dan perumusan pembiayaan defisit agar diperoleh sumber pembiayaan dengan biaya rendah dan tingkat risiko yang dapat ditolerir; i.
meningkatkan pendapatan negara dan mengamankan keuangan negara dengan mempertimbangkan perkembangan dunia usaha dan aspek keadilan masyarakat;
j.
meningkatkan
kesehatan
lembaga
keuangan
serta
kemampuan
dalam
memobilisasi dana masyarakat; k. meningkatkan perlindungan investor pasar modal; l.
meningkatkan perlindungan nasabah dan pengembangan infrastruktur pendukung jasa keuangan;
m. melakukan
diversifikasi
sumber-sumber
pendanaan
pembangunan
jangka
panjang; n. mewujudkan pengelolaan Kekayaan Negara yang sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas publik, dan kepastian nilai; o. mewujudkan pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang yang efisien,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
14
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
efektif, transparan, dapat lebih menjamin kepastian hukum; p. terwujudnya harmonisasi regulasi aspek fiskal di bidang pengelolaan kekayaan negara; q. mewujudkan sistem perbendaharaan negara yang modern; r.
meningkatkan akuntabilitas keuangan negara;
s. mewujudkan landasan hukum yang kokoh di bidang keuangan negara dan kekayaan negara dan pemberian informasi hukum yang memadai. 5. Tujuan di bidang Kelembagaan a. mewujudkan e-Government di Departemen Keuangan; b. melaksanakan
program
dan
kegiatan
serta
tertib
administrasi
keuangan
Departemen; c. meningkatkan kualitas administrasi dan pembinaan kepegawaian; d. memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana departemen; e. mewujudkan kelembagaan Departemen Keuangan yang efektif dan efisien; f.
mewujudkan landasan hukum yang kokoh di bidang keuangan negara dan kekayaan negara dan pemberian informasi hukum yang memadai;
g. melaksanakan pelayanan prima terhadap tugas/kegiatan pimpinan Departemen; h. memberikan dukungan administrasi sengketa pajak; i.
mendorong terwujudnya implementasi prinsip-prinsip Good Governance (GG) dan bebas KKN di Departemen;
j.
memenuhi kualitas SDM yang dibutuhkan oleh Departemen Keuangan serta berpartisipasi dalam meningkatkan pengetahuan masyarakat di bidan keuangan dan kekayaan negara (menjadikan BPPK sebagai Pusat Pembelajaran-Learning Center);
k. mengembangkan kajian ilmiah di bidang keuangan publik dan akuntansi pemerintah (menjadikan BPPK sebagai Pusat Riset Pengembangan KeilmuanKnowledge Development Research Center); l.
meningkatkan perlindungan investor pasar modal;
m. meningkatkan pengelolaan dana investasi secara tertib, taat hukum transparan, dan akuntabel sebagai salah satu sumber penerimaan negara; n. meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui pengelolaan keuangan BLU secara efisien dan efektif; o. mewujudkan sistem perbendaharaan negara yang modern; p. meningkatkan akuntabilitas keuangan negara; q. mewujudkan pengelolaan Kekayaan Negara yang sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, keterbukaan, efisiensi, akuntabilitas publik, dan kepastian nilai;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
15
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
r.
mewujudkan pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang yang efisien, efektif, transparan, dapat lebih menjamin kepastian hukum.
SASARAN Sasaran merupakan penjabaran dari tujuan yang secara terukur akan dicapai secara nyata dalam jangka waktu satu tahun. Sasaran Departemen Keuangan merupakan bagian integral dari proses perencanaan strategis yang bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur dan menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil, dan dapat dicapai dalam periode 1 (satu) tahun. Sasaran Departemen Keuangan untuk tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1. Sasaran di bidang Fiskal a.
meningkatnya penerimaan negara dari pajak secara optimal dan kepercayaan masyarakat yang tinggi;
b.
meningkatnya pelayanan publik dan perlindungan masyarakat;
c.
terwujudnya reformasi kebijakan administrasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP);
d.
terselenggaranya penyusunan anggaran berbasis kinerja;
e.
terwujudnya pengelolaan dan pembinaan pelaksanaan anggaran negara kepada Kementerian Negara/Lembaga;
f.
terwujudnya kebijakan APBN yang sehat, credible, dan sustainable;
g.
terselenggaranya pemantauan, evaluasi dan analisa perkembangan realisasi APBN serta pelaksanaan kebijakan fiskal dan langkah-langkah administratif dan kebijakan pendapatan negara, belanja negara dan pembiayaan anggaran;
h.
tersusunnya kerangka perencanaan APBN jangka menengah (Medium Term Budget);
i.
terwujudnya pengembangan dan penyusunan format baru APBN sesuai dengan standar internasional di bidang statistik dan akuntansi keuangan Pemerintah (manual GFS 2001);
j.
meningkatnya kualitas research based policies yang representatif di bidang pendapatan negara;
k.
meningkatnya kualitas research based policies yang representatif di bidang belanja negara;
l.
meningkatnya kualitas research based policies yang representatif di bidang pembiayaan anggaran;
m.
meningkatnya kualitas policies based research yang representatif di bidang pengelolaan keuangan negara;
n.
perumusan kerangka ekonomi makro jangka pendek dan menengah;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
16
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
o.
terwujudnya kerangka ekonomi makro, pokok-pokok kebijakan fiskal, dan asumsi dasar penyusunan APBN yang akurat dan realistis;
p.
meningkatnya kerjasama ekonomi dan keuangan dengan lembaga-lembaga keuangan internasional dan bilateral;
q.
berkurangnya ketimpangan fiskal baik antara pemerintah pusat dan daerah maupun antar pemerintah daerah;
r.
terlaksananya penyusunan, perumusan dan pelaksanaan kebijakan dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan;
s.
terlaksananya
perumusan
kebijakan
penataan
keuangan
daerah
dan
pengendalian defisit dan surplus anggaran daerah; t.
terlaksananya perumusan kebijakan, bimbingan teknis, pemantauan dan evaluasi kemampuan keuangan daerah;
u.
meningkatnya policies based research yang representatif di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah;
v.
meningkatnya efektifitas dan efisiensi pengeluaran negara untuk menjaga kesinambungan fiskal;
w.
terciptanya redefinisi perencanaan dan pemanfaatan pinjaman untuk daerah dalam kontribusi terhadap pembangunan nasional;
x.
terwujudnya format laporan APBD yang terstandarisasi;
y.
terwujudnya penyusunan informasi APBD yang terkonsolidasi;
z.
meningkatnya kecepatan dan ketepatan penyusunan informasi keuangan daerah;
aa.
adanya penyempurnaan mekanisme sumber pembiayaan APBN melalui pengelolaan SBN (Surat Berharga Negara);
bb.
berkembangnya pasar dan infrastruktur SUN;
cc.
adanya penyempurnaan mekanisme sumber pembiayaan APBN melalui pengelolaan SBN (Surat Berharga Negara) dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara);
dd.
adanya penyempurnaan strategi pinjaman pemerintah;
ee.
tercapainya struktur portofolio utang yang optimal dan tingkat risiko keuangan yang terkendali;
ff.
tersedianya rekomendasi kebijakan di bidang kewajiban kontijensi yang optimal dan mendukung ketahanan fiskal;
gg.
terlaksananya kewajiban pemerintah untuk pembayaran bunga/kupon dan pokok utang secara tepat waktu;
hh.
terwujudnya sistem informasi pengelolaan dan pengolahan data utang yang bermanfaat bagi stakeholderss;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
17
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
ii.
terwujudnya Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan utang;
jj.
tercapainya penyerapan pinjaman luar negeri yang maksimal sehingga dana pinjaman dapat digunakan tepat waktu;
kk.
terwujudnya pengelolaan investasi pemerintah yang optimal, efektif, efisien dalam rangka memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau mafaat lainnya;
ll.
terselenggarakannya pengelolaan kas negara yang akurat, efisien, dan reliabel;
mm. terlaksananya penyaluran dan penatausahaan penerusan pinjaman pemerintah yang berasal dari pinjaman dalam dan luar negeri sesuai ketentuan; nn.
terwujudnya penetapan BUMN Perbankan yang eligible untuk mengelola TSL (Eks Bank Indonesia);
oo.
tercapainya alokasi subsidi yang tepat sasaran;
pp.
terintegrasinya alokasi penggunaan dana PNBP dengan sumber PNBP yang bersangkutan;
qq.
terselenggaranya pengelolaan investasi pemerintah yang tertib, akuntabel, dan transparan;
rr.
tersusunnya pedoman dan penyajian statistik laporan keuangan pemerintah;
ss.
terwujudnya laporan keuangan pemerintah yang tepat waktu, handal, dan transparan;
tt.
tersalurkannya dana APBN sesuai ketentuan;
uu.
terwujudnya penatausahaan PNBP;
vv.
terbukukannya seluruh penerimaan dan pengeluaran APBN;
ww. terselenggaranya pengelolaan Barang Milik Negara yang tertib, tepat guna, dan tepat sasaran; xx.
terselenggaranya pengelolaan investasi pemerintah yang tertib, efektif, dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan investasi pemerintah (tujuan ekonomis, sosial, dan tujuan lainnya);
yy.
meningkatnya Capacity Building;
zz.
terlaksananya
pembinaan,
pengawasan
dan
pengendalian
aset
secara
berkesinambungan; aaa. meningkatnya kualitas pengurusan piutang negara dan pemantapan reformasi lelang sehingga dapat mengoptimalkan PNBP; bbb. tersedianya informasi tentang jumlah dan nilai riil kekayaan negara; ccc. terlaksananya persertifikatan kekayaan negara; ddd. terselenggaranya tertib administrasi kekayaan negara. 2. Sasaran di bidang Ekonomi a. meningkatnya pengawasan dan kepastian hukum di sektor jasa keuangan;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
18
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
b. meningkatnya pengawasan lembaga keuangan; c. terwujudnya pengembangan infrastruktur lembaga keuangan; d. meningkatnya pengawasan dan kepastian hukum di bidang pasar modal; e. meningkatnya peran dan kualitas pelaku di sektor jasa keuangan; f.
terwujudnya perluasan alternatif investasi dan pembiayaan.
3. Sasaran di bidang Sosial Budaya a. pengembangan dan penyusunan format baru APBN sesuai dengan standar internasional di bidang statistik dan akuntansi keuangan pemerintah (manual GFS 2001); b. terselenggaranya penyebarluasan data dan informasi kebijakan fiskal dan APBN melalui berbagai media komunikasi; c. peningkatan pemahaman di bidang penganggaran; d. terwujudnya pengelolaan dan pembinaan pelaksanaan anggaran negara kepada Kementerian Negara/Lembaga; e. berkembangnya pasar dan infrastruktur SUN; f.
adanya
penyempurnaan
mekanisme
sumber
pembiayaan
APBN
melalui
pengelolaan SBN (Surat Berharga Negara) dan SBSN (Surat Berharga Syariah Negara); g. meningkatnya pelayanan publik dan perlindungan masyarakat; h. meningkatnya penerimaan negara dari pajak secara optimal dan kepercayaan masyarakat yang tinggi; i.
terwujudnya perluasan alternatif investasi dan pembiayaan;
j.
tersedianya informasi hukum yang memadai;
k. terlaksananya pembahasan RUU dan tersampaikan informasi kebijakan di bidang keuangan negara kepada masyarakat; l.
meningkatnya terkoordinasinya
pemahaman, pelaksanaan
kesadaran, diseminasi
dan
dukungan
informasi
di
publik
bidang
serta
keuangan
masyarakat; m. meningkatnya kualitas pengelolaan kekayaan negara, pengurusan piutang negara dan pemantapan reformasi lelang sehingga dapat mengoptimalkan PNBP; n. terselenggarakannya pengelolaan kas negara yang akurat, efisien, dan reliabel; o. terselenggaranya pengelolaan investasi pemerintah yang tertib, akuntabel, dan transparan; p. terwujudnya good governance dan peningkatan kinerja pelayanan publik bagi instansi pemerintah yang menerapkan PK BLU; q. terwujudnya percepatan penyelesaian dan peningkatan kualitas laporan keuangan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
19
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
pemerintah pusat. 4. Sasaran di bidang Politik a. terwujudnya kebijakan APBN yang sehat, credible, dan sustainable; b. terintegrasinya alokasi penggunaan dana PNBP dengan sumber PNBP yang bersangkutan; c. tersusunnya
himpunan
rencana
kerja
dan
anggaran
Kementerian
Negara/Lembaga yang rinci, teratur, dan transparan; d. tercapainya alokasi subsidi yang tepat sasaran; e. tersusunnya dan terlaksananya kebijakan pengelolaan keuangan dalam rangka desentralisasi, dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan; f.
meningkatnya policies based research yang representatif di bidang hubungan keuangan pusat dan daerah;
g. terwujudnya perencanaan dan pelaksanaan kebijakan pinjaman dan obligasi daerah yang efektif; h. meningkatnya pengawasan terhadap efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara; i.
terselesaikannnya penyusunan dan penyempurnaan ketentuan perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan utang;
j.
berkembangnya pasar dan infrastruktur SUN;
k. adanya penyempurnaan dan strategi pinjaman pemerintah; l.
terwujudnya reformasi kebijakan dan administrasi kepabeanaan dan cukai;
m. meningkatnya penyaluran kredit untuk usaha menengah, kecil dan mikro; n. terwujudnya penyempurnaan peraturan perundangan untuk pengembangan lembaga keuangan; o. meningkatnya pengawasan dan kepastian hukum di sektor jasa keuangan; p. meningkatnya pengawasan dan kepastian hukum di bidang pasar modal; q. meningkatnya perlindungan kepada nasabah dan pemilik polis asuransi, serta peserta dana pensiun; r.
terwujudnya perluasan alternatif investasi dan pembiayaan;
s. terselenggaranya pengelolaan Kekayaan Negara Potensial dan Kekayaan Negara lainnya yang profesional, efektif, dan efisien; t.
meningkatnya kualitas pengurusan piutang negara dan pemantapan reformasi lelang sehingga dapat mengoptimalkan PNBP;
u. terciptanya harmonisasi aspek fiskal pada peraturan pengelolaan kekayaan negara; v. terwujudnya pengembangan dan penyempurnaan sistem perbendaharaan negara
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
20
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
yang terintegrasi; w. tersusunnya standar, sistem, dan prosedur akuntansi; x. terwujudnya penyempurnaan dan perumusan peraturan perundang-undangan di bidang keuangan dan kekayaan negara; 5. Sasaran di bidang Kelembagaan a. terwujudnya infrastruktur IT yang terintegrasi dalam rangka penyelenggaraan sistem informasi Departemen Keuangan; b. terwujudnya integrasi aplikasi dasar yang merupakan visualisasi bisnis proses Departemen Keuangan; c. terwujudnya layanan publik yang memudahkan hubungan antar pemerintah (G2G), pemerintah dengan bisnis (G2B), dan antara pemerintah dengan masyarakat (G2C); d. meningkatnya penerimaan negara dari pajak secara optimal dan kepercayaan masyarakat yang tinggi; e. meningkatkan pelayanan publik dan perlindungan masyarakat; f.
meningkatnya kualitas perencanaan program dan keuangan, pengelolaan keuangan dan laporan keuangan Departemen;
g. meningkatnya pelayanan kepegawaian kepada stakeholderss dengan cara meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi kepegawaian; h. meningkatnya
kualitas
pembinaan
administrasi
dan
pengelolaan
perlengkapan/kekayaan departemen; i.
meningkatnya kualitas kelembagaan dan ketatalaksanaan Departemen Keuangan;
j.
tersedianya peraturan perundang-undangan untuk menunjang tugas pimpinan departemen;
k. terwujudnya hubungan kelembagaan yang efektif dengan lembaga legislatif, yudikatif, eksekutif, dan lembaga-lembaga non pemerintah; l.
terwujudnya reformasi kebijakan dan administrasi sengketa pajak;
m. meningkatnya pengawasan terhadan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara; n. terselenggaranya diklat berbasis kompetensi dan teknologi informasi (TI); o. meningkatnya kesempatan mengembangkan kompetensi diri (hard skill maupun soft skill) bagi pegawai Departemen Keuangan; p. meningkatnya kualitas pelayanan dalam bidang penyelenggaraan diklat keuangan dan kekayaan negara; q. terselenggaranya pengabdian kepada masyarakat; r.
terselenggaranya kajian ilmiah di bidang Keuangan Publik dan Akuntansi
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
21
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Pemerintah; s. meningkatnya pengawasan dan kepastian hukum di bidang pasar modal; t.
terwujudnya pengembangan pasar;
u. meningkatnya peran dan kualitas pelaku di sektor jasa keuangan; v. terselenggaranya pengelolaan investasi pemerintah yang tertib, akuntabel, dan transparan; w. terwujudnya good governance dan peningkatan kinerja pelayanan publik bagi instansi pemerintah yang menerapkan PK BLU; x. terwujudnya pengembangan dan penyempurnaan sistem perbendaharaan negara yang terintegrasi; y. terwujudnya dukungan pengembangan dan penyempurnaan aplikasi sistem perbendaharaan; z. terwujudnya pelayanan sistem informasi dan komputerisasi yang optimal bagi seluruh komponen yang terkait dengan pengelolaan dan komunikasi data; aa. berkembangnya jabatan fungsional pengelola perbendaharaan; bb. tersusunnya standar, sistem, dan prosedur akuntansi; cc. tersusunnya pedoman dan penyajian statistik laporan keuangan pemerintah; dd. meningkatnya Capacity Building; ee. meningkatnya kualitas pengurusan piutang negara dan pemantapan reformasi lelang sehingga dapat mengoptimalkan PNBP. Pada tahun 2009, sasaran-sasaran tersebut di atas diformulasikan dalam MOF Strategy Map yang terdiri dari 4 perspektif dengan 20 sasaran strategis dan 74 IKU, namun terdapat beberapa IKU yang pelaksanaannya dikoordinasi oleh satu unit organisasi (Sekretariat Jenderal), sehingga jumlah IKU menjadi 64 IKU sebagaimana diuraikan dalam Tabel 5. Penetapan Sasaran dan IKU Departemen Keuangan yang selanjutnyaa disajikan dalam Bab. III . PROGRAM Program merupakan kumpulan kegiatan nyata, sistematis dan terpadu yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan untuk mendapatkan suatu hasil. Programprogram yang telah ditetapkan dalam Tahun 2009 adalah sebagai berikut : 1.
Program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara;
2.
Program Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur;
3.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara;
4.
Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara;
5.
Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
22
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
6.
Program Pembinaan Akuntansi Keuangan Negara;
7.
Program Pengembangan Kelembagaan Keuangan;
8.
Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan;
9.
Program Pengelolaan dan Pembiayaan Utang;
10.
Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran
11.
Program Pelaksanaan Pendidikan Tinggi;
12.
Program Penerapan Kepemerintahan yang Baik;
13.
Program Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kekayaan Negara.
C. RENCANA KINERJA BERDASARKAN RENCANA STRATEGIS (VERSI RKT) Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis tahun 2005-2009 sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 157/PMK.01/2008 tentang Rencana Strategis Departemen Keuangan Tahun 2005-2009. Rencana kinerja menjabarkan input kinerja yang merupakan nilai kualitatif yang melekat pada setiap indikator kinerja, baik tingkat sasaran maupun tingkat kegiatan, dan juga merupakan pembanding bagi proses pengukuran keberhasilan organisasi yang dilakukan pada setiap akhir periode pelaksanaan. Rencana Kinerja berisi target yang harus dilaksanakan
dan
menjadi
ukuran
kinerja
unit
masing-masing
serta
dipertanggungjawabkan dalam LAKIP pada setiap akhir tahun anggaran. Rencana Kinerja Departemen Keuangan tahun 2009 telah dibuat di awal tahun anggaran, memuat kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran sesuai program yang ditetapkan dan indikator keberhasilan pencapaian. Rencana kinerja ini dapat dilihat pada realisasi pencapaian dalam formulir Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) dan Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Lampiran LAKIP 2009. D. BALANCE SCORE CARD (BSC) Seiring dengan bergulirnya program reformasi birokrasi yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Keuangan Nomor 30/KMK.01/2007 tentang Reformasi Birokrasi Departemen Keuangan, Departemen Keuangan menerapkan manajemen kinerja berbasis Balance Score Card (BSC). Dipilihnya BSC sebagai sistem manajemen strategis dan kinerja Departemen Keuangan dikarenakan antara lain pada metode BSC digunakan beberapa perspektif dalam pengukuran kinerja dan manajemen sehingga mampu memberikan pandangan yang lebih komprehensif tentang kinerja organisasi baik ukuran finansial maupun non finansial, baik internal maupun eksternal organisasi. BSC juga dapat memberikan umpan balik bagi kinerja periode berjalan dan kinerja di masa mendatang serta merupakan suatu sistem pengendalian strategis yang memberikan payung bagi
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
23
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
pengendalian manajemen agar aktivitas operasional terhubung dengan strategi organisasi. Di samping itu, BSC juga menerapkan suatu konsep yang merubah strategi menjadi sasaran strategis. Untuk menjamin tercapainya sasaran dan target secara optimal dan tepat waktu, visi dan misi Departemen Keuangan harus menjadi acuan sekaligus landasan penyusunan strategi. Dari visi dan misi tersebut kemudian dirumuskan sasaran strategis Departemen Keuangan (DK). Sasaran strategis adalah faktor utama yang harus ada dalam BSC, yang kemudian dikembangkan menjadi ukuran-ukuran strategis (Indikator Kinerja Utama/IKU) dan targetnya. Adapun keterkaitan antara sasaran, program, dan kegiatan dalam RKT dengan sasaran strategis dan Indikator Kinerja Utama (IKU) dalam BSC adalah sebagai berikut: sasaran, program, dan kegiatan pokok yang diuraikan dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dikonversi menjadi IKU dalam metode BSC yang dijadikan ukuran pencapaian kinerja sasaran. Selanjutnya sasaran-sasaran tersebut dikelompokkan menjadi Sasaran Strategis (SS/DK) sebagai pendukung pencapaian program yang telah ditetapkan dan dikelompokkan ke dalam tema sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategi Departemen Keuangan. Dalam Peta Strategi Departemen Keuangan telah ditetapkan 20 sasaran strategis yang merupakan kontrak kinerja Departemen Keuangan tahun 2009. Adapun sasaran strategis Departemen Keuangan tahun 2009 dikelompokkan dalam 10 tema, yaitu: (1) Tema Pendapatan Negara; (2) Tema Belanja Negara; (3) Tema Pembiayaan Negara, (4) Tema Kekayaan Negara; (5) Tema Pasar Modal dan Lembaga Keuangan non Bank; (6) Tema Sistem Pengelolaan Keuangan Negara; (7) Tema Reformasi Birokrasi; (8) Tema Kerjasama Internasional; (9) Tema Kesekretariatan, Pendididikan, dan SDM, serta; (10) Tema Pengawasan dan Pengendalian Intern. Sementara sasaran strategis Departemen Keuangan dalam tahun 2009 versi BSC adalah sebagai berikut: (1) Tingkat pendapatan yang optimal; (2) Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien; (3) Pembiayaan yang aman bagi
kesinambungan
fiskal.
(4)
Pengelolaan
kekayaan
negara
yang
optimal;
(5) Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat; (6) Kepastian hukum dan transparansi; (7) Transparasi dan mekanisme yang sederhana; (8) Fiskal balance; (9) Transparansi dan kredibilitas; (10) Penyelesaian tepat waktu; (11) Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank (LKNB) yang profesional; (12) Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum; (13) Pelayanan prima; (14) Meningkatkan efisiensi dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
24
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara; (15) Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Depkeu; (16) Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum; (17) Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi; (18) Mengembangkan organisasi yang handal dan modern; (19) Mewujudkan good governance; dan (20) Membangun sistem informasi yang terintegrasi. E. RENCANA KINERJA VERSI BALANCE SCORE CARD (BSC)
Grafik 1. Peta Strategi Departemen Keuangan Tahun 2009 Peta strategi Departemen Keuangan menerapkan 4 perspektif, yaitu: stakeholders perspective (strategic outcome), customers perspective, internal process perspective dan learning and growth perspective. Dari Peta Strategi Departemen Keuangan Tahun 2009 tersebut diketahui bahwa jumlah sasaran strategis yang dikembangkan oleh Departemen Keuangan mencapai 20 (dua puluh) sasaran strategis (SS/DK) dan IKU yang diidentifikasi sebanyak 64 IKU. Selanjutnya keterkaitan antara tema, sasaran strategis, dan IKU dapat disajikan dalam tabel berikut.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
25
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tabel 4. Keterkaitan Tema dan BSC
Tema 1.
Pendapatan Negara
Sasaran Strategis Tingkat pendapatan yang optimal (DK. 1)
Indikator Kinerja Utama (IKU) a. Jumlah Pendapatan Negara di Bidang PNBP (DK 1.1.1); b. Jumlah Penerimaan Pajak (DK 1.1.2); c. Jumlah Penerimaan Bea dan Cukai (DK 1.1.3); d. Jumlah penerimaan renumerasi atas penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek (idle cash KUN) (DK 1.1.4) e. Jumlah Penerimaan Negara dari Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara dan Bea Lelang dan Penerimaan Pembiayaan APBN yang Optimal (DK 1.1.5);
2.
Belanja Negara
Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien (DK.2)
a. Persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu (DK.2.1); b. Persentase kesesuaian SAPSK sesuai dengan standar biaya (DK 2.2); c. Persentase ketepatan penyediaan dana (DK 2.3); d. Persentase penyaluran jumlah dana transfer ke daerah (DK 2.4); e. Persentase penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu (DK 2.5)
3.
Pembiayaan Negara
Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal (DK.3)
Pemenuhan target pembiayaan melalui utang (DK.3.1)
4.
Kekayaan Negara
Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Optimal (DK.4)
Jumlah Satker Yang Selesai Diinventarisasi Dan Dinilai Wajar (DK.4.1)
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
26
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tema 5.
Pasar Modal dan LKNB
Sasaran Strategis Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar,efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat (DK.5)
Indikator Kinerja Utama (IKU) a. Persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian (DK.5.1); b. Persentase pertumbuhan frekuensi saham harian (DK.5.2); c. Jumlah emiten baru sesuai target (DK.5.3); d. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh lembaga penjaminan dan pembiayaan (DK.5.4.1); e. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian (DK.5.4.2); f. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri dana pensiun (DK.5.4.3)
6.
Sistem Pengelolaan Keuangan Negara
Kepastian hukum dan transparansi (DK.6)
a. Indeks kepuasan WP atas administrasi perpajakan dari hasil survey KPP WP Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama (DK.6.1); b. Indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai (DK.6.1.2)
Transparansi dan mekanisme yang sederhana (DK.7)
a. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat bidang anggaran (DK.7.1.1); b. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat bidang perbendaharaan (DK.7.1.2); c. Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan belanja transfer ke daerah (DK.7.1.3); d. Persentase penggunaan anggaran risiko fiskal (DK.7.2)
Fiscal balance (DK.8)
Indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah (DK.8.1)
Transparansi dan kredibilitas (DK.9)
a. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang (DK.9.1); b. Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran (DK.9.2)
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
27
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tema
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu (DK10)
Indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu (DK10.1)
Pelaksanaan pengaturan, pembinaan,dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional (DK 11)
Indeks kepuasan stakeholderss Bapepam-LK (DK.11.1)
Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum (DK.12)
a. Tingkat akurasi kebijakan fiskal (DK.12.1) • Rata-rata persentase deviasi asumsi makro (DK.12.1.1); • Persentase deviasi target defisit APBN (DK.12.1.2); • Persentase deviasi proyeksi pendapatan negara (DK.12.1.3); b. Persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara (DK.12.2);
7.
Reformasi Birokrasi
Pelayanan prima (DK.13)
a. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win ke pihak eksternal (DK.13.1.1); • Penyelesaian PMK/KMK; • Efisiensi layanan e-procurement; • Penyelesaian surat roya; • Pelayanan ijin akuntan publik dan penilai publik. b. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang anggaran ke pihak eksternal (DK.13.1.2); c. Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan (DK.13.1.3); d. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal (DK.13.1.4); e. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal (DK.13.1.5);
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
28
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tema
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU) f. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal (DK.13.1.6); g. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal (DK.13.1.7); h. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan ke pihak eksternal (DK.13.1.8);
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara (DK14)
a. Persentase tingkat akurasi perencanaan kas (DK.14.1); b. Rasio beban utang terhadap total utang (DK.14.2); c. Persentase jumlah penggunaan BMN (DK.14.3)
Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Depkeu (DK.15)
a. Persentase jumlah sosialisasi/penyuluhan terhadap rencana sosialisasi/penyuluhan (DK.15.1.1); b. Tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan (DK.15.1.2); c. Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, dan lelang (DK.15.1.3); d. Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan (DK.15.1.4); e. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang (DK.15.1.5); f. Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK (DK.15.1.6);
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
29
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tema
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU)
Mengembangkan organisasi yang handal dan modern (DK.18)
Persentase penyelesaian SOP (DK.18.1.1)
Mewujudkan good governance (DK.19)
Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61,62, 70,71, 96,97,98,99) (DK.19.2.2)
Membangun sistem informasi yang terintegrasi (DK.20)
Service Level Agreement (SLA) index (DK.20.1)
8.
Kerjasama Internasional
Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi (DK.17)
Jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerja sama tehnik luar negeri (DK.17.3)
9.
Kesekretariatan, Pendidikan, dan SDM
Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Depkeu (DK.15)
Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional (DK.15.2);
Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi (DK.17)
a. Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik (DK.17.1);
Mengembangkan organisasi yang handal dan modern (DK.18)
Persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan (DK18.1.9)
Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum (DK.16)
a. Persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008) (DK.16.1.1);
10. Pengawasan dan Pengendalian Internal
b. Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja (DK.17.2)
b. Persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan (DK.16.1.2); c. Persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana (DK.16.1.3); d. Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak (DK.16.1.4); e. Persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan (DK.16.1.5);
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
30
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Tema
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama (IKU) f. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti (DK.16.1.6); g. Persentase kepatuhan pelaporan aset oleh K/L (DK.16.1.7); h. Persentase kepatuhan dan penegakkan ketentuan/peraturan (DK.16.1.8)
Sementara Penetapan Sasaran Tahun 2009 adalah sebagaimana disajikan dalam tabel berikut: Tabel 5. Penetapan Sasaran dan IKU Departemen Keuangan
SASARAN STRATEGIS 1 Tingkat pendapatan yang optimal Indikator Kinerja 1. Jumlah pendapatan negara di bidang PNBP 2. Jumlah penerimaan pajak
Satuan
Target
% Rp/Milyar % Rp/Milyar
100 218.037,6 100 587.827,24
Rp/ Milyar Rp/Trilyun
74.568,14 3
Rp/Milyar
664,85
3. Jumlah penerimaan bea dan cukai 4. Jumlah penerimaan renumerasi atas penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek (idle cash KUN) 5. Jumlah penerimaan negara dari biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea lelang dan penerimaan pembiayaan APBN yang optimal SASARAN STRATEGIS 2 Alokasi dan pelaksanaan belanja Negara yang tepat waktu dan efisien Indikator Kinerja 6. Persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu 7. Persentase kesesuaian SAPSK sesuai dengan standar biaya 8. Persentase ketepatan penyediaan dana 9. Persentase penyaluran jumlah dana transfer ke daerah 10. Persentase penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
Satuan
Target
%
100
%
100
% %
90 100
%
100
31
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
SASARAN STRATEGIS 3 Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal Indikator Kinerja
Satuan
11. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang
%
Target 100
SASARAN STRATEGIS 4 Pengelolaan kekayaan negara yang optimal Indikator Kinerja 12. Jumlah satker yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar
Satuan
Target
satker
9.773
SASARAN STRATEGIS 5 Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar,efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat Indikator Kinerja 13. Persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian 14. Persentase pertumbuhan frekuensi saham harian 15. Jumlah emiten baru sesuai target 16. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh lembaga penjaminan dan pembiayaan 17. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian 18. Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri dana pensiun
Satuan
Target
%
2,40
% emiten %
2,40 10 10
%
4
%
-1
SASARAN STRATEGIS 6 Kepastian hukum dan transparansi Indikator Kinerja 19. Indeks kepuasan WP atas administrasi perpajakan dari hasil survey: • KPP WP Besar • KPP Madya • KPP Pratama 20. Indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai
Satuan Angka indeks kepuasan
%
Target
83 77 72 60
SASARAN STRATEGIS 7 Transparansi dan mekanisme yang sederhana Indikator Kinerja 21. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
Satuan indeks
Target 3
32
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Indikator Kinerja 22. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran dan di bidang perbendaharaan 23. Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan belanja transfer ke daerah 24. Persentase penggunaan anggaran risiko fiskal
Satuan indeks
Target 3,2
indeks
3
%
83
SASARAN STRATEGIS 8 Fiscal balance Indikator Kinerja 25. Indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah
Satuan
Target
indeks
3
SASARAN STRATEGIS 9 Transparansi dan kredibilitas Indikator Kinerja 26. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang 27. Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
Satuan
Target
informasi
380
%
100
SASARAN STRATEGIS 10 Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu Indikator Kinerja
Satuan
Target
28. Indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan Negara tepat waktu
indeks
80 (baik)
SASARAN STRATEGIS 11 Pelaksanaan pengaturan, pembinaan,dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional Indikator Kinerja 29. Indeks kepuasan stakeholderss Bapepam- LK
Satuan
Target
indeks
75
SASARAN STRATEGIS 12 Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum Indikator Kinerja
Satuan
Target
30. Tingkat akurasi kebijakan fiskal • Rata-rata persentase deviasi asumsi makro • Persentase deviasi target defisit APBN • Persentase deviasi proyeksi pendapatan negara 31. Persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara
% % % % %
88 20 10 5 70
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
33
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
SASARAN STRATEGIS 13 Pelayanan prima Indikator Kinerja
Satuan
Target
32. Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win ke pihak eksternal • Penyelesaian PMK/KMK • Efisiensi layanan e-procurement • Penyelesaian surat roya • Pelayanan ijin akuntan publik dan penilai publik 33. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang anggaran ke pihak eksternal 34. Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan 35. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal 36. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal 37. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal 38. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal 39. Rasio realisasi dari janji layanan quick-win di bidang pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan ke pihak eksternal
%
100
hari kerja %
10
% hari kerja
100 20
%
100
%
100
%
80
%
90
%
80
%
100
%
95
SASARAN STRATEGIS 14 Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara Indikator Kinerja
Satuan
Target
40. Persentase tingkat akurasi perencanaan kas 41. Rasio beban utang terhadap total utang 42. Persentase jumlah penggunaan BMN yang telah diinventarisasi
% % %
80 15 90
SASARAN STRATEGIS 15 Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan Indikator Kinerja
Satuan
Target
43. Persentase jumlah sosialisasi/penyuluhan terhadap rencana sosialisasi/penyuluhan 44. Tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan 45. Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, dan lelang
%
100
satker
17.000
orang
10.000
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
34
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
Indikator Kinerja 46. Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan 47. Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang 48. Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional,dan internasional 49. Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK
Satuan %
Target 80
-
50
mitra
60
orang
6.500
SASARAN STRATEGIS 16 Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum Indikator Kinerja
Satuan
Target
50. Persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008) 51. Persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan 52. Persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana 53. Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak 54. Persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan 55. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti 56. Persentase kepatuhan pelaporan aset oleh K/L 57. Persentase kepatuhan dan penegakan ketentuan/peraturan
%
20
%
25
% %
70 15
%
40
%
100
% %
70 80
SASARAN STRATEGIS 17 Merekrut dan mengembangkan SDM yang terintegritas dan berkompetensi tinggi Indikator Kinerja
Satuan
Target
58. Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik 59. Jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerja sama teknik luar negeri 60. Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja
% hibah
80 575
%
3,55
SASARAN STRATEGIS 18 Mengembangkan organisasi yang handal dan modern Indikator Kinerja
Satuan
Target
61. Persentase penyelesaian SOP 62. Persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan
% %
100 100
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
35
BAB II PERENCANAAN STRATEGIS
SASARAN STRATEGIS 19 Mewujudkan good governance Indikator Kinerja
Satuan
Target
63. Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61,62, 70,71, 96,97,98,99)
indeks
2,57
SASARAN STRATEGIS 20 Membangun sistem informasi yang terintegrasi Indikator Kinerja 64. Service Level Agreement (SLA) index
Satuan
Target
%
92
Selanjutnya, dalam pembahasan Pengukuran, Evaluasi, dan Analisis dalam Bab III mengacu kepada Sasaran Strategis (SS/DK), Indikator Kinerja Utama, dan Penetapan Sasaran sebagaimana diuraikan dalam BSC.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
36
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS A. PENGUKURAN SASARAN Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan program sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Departemen Keuangan. Pengukuran kinerja dimaksud merupakan hasil dari suatu penilaian yang didasarkan pada Indikator Kinerja Utama (IKU) yang telah diidentifikasikan untuk tercapainya sasaran-sasaran strategis dan tujuan strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam Peta Strategi Departemen Keuangan yang menjadi kontrak kinerja pada Tahun 2009. Dalam kontrak kinerja tersebut, Departemen Keuangan menetapkan 20 sasaran strategis dalam Peta Strategi yang mendukung pencapaian tujuan strategis. Sasaran strategis Departemen Keuangan dikelompokkan dalam beberapa tema, yaitu: A.1. TEMA PENDAPATAN NEGARA DK 1. Tingkat pendapatan yang optimal Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1. Jumlah pendapatan negara di bidang PNBP
Rp 218.037,63 M
Rp 226.449,70 M
2. Jumlah penerimaan pajak
Rp 577.386,78 M
Rp 565.770,53 M
3. Jumlah penerimaan bea dan cukai
Rp 74.568,14 M
Rp 75.390,11 M
4. Jumlah penerimaan remunerasi atas penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek (idle cash KUN)
Rp 3.000,000 M
Rp 3.000,139 M
5. Jumlah penerimaan negara dari biaya administrasi pengurusan piutang negara dan bea lelang dan penerimaan pembiayaan APBN yang optimal
Rp 576,75 M
Rp 757,69 M
Tema pendapatan negara merupakan implementasi misi fiskal dan ekonomi. Tema ini didukung oleh lima unit organisasi eselon I, yaitu DJA, DJP, DJBC, DJPB, dan DJKN. Sasaran strategis utama dalam tema ini adalah Tingkat Pendapatan yang Optimal (DK 1). Pendapatan negara merupakan penerimaan negara yang berasal dari penerimaan negara pajak, penerimaan negara bukan pajak, dan hibah. Dilihat dari sumbernya, penerimaan negara yang dikelola oleh Departemen Keuangan adalah penerimaan dari pajak, bea dan cukai, PNBP (SDA migas, laba BUMN, dan PNBP lain), biaya administrasi (biad) pengurusan piutang negara, serta remunerasi atas penyimpanan, penempatan,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
37
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
investasi jangka pendek (Idle Cash KUN). Kelima sumber tersebut kemudian dijabarkan ke dalam 5 Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai berikut: 1.
Jumlah Pendapatan Negara di Bidang PNBP (DK 1.1.1) Tabel 6. Penerimaan Negara Bukan Pajak tahun Anggaran 2009 (dalam miliar rupiah)
MAP
421
Keterangan
87,45
103,86
A. Penerimaan sumber Daya Alam (SDA)
173.496,52
138.653,36
137.910,00
79,49
99,46
162.123,07
127.748,17
125.749,77
77,56
98,44
123.029,74
91.491,00
90.055,96
73,20
98,43
39.093,33
36.257,12
35.813,40
91,61
98,78
11.373,45
10.905,20
12.160,20
106,92
111,51
8.723,45
8.720,15
9.322,52
106,87
106,91
84,43
106,33
117,41
139,06
110,42
8.639,02
8.613,82
9.205,11
106,55
106,86
2.500,00
1.715,05
2.345,30
93,81
136,75
1.235,60
1.036,45
1.423,80
115,23
137,37
1.249,21
427,69
677,75
54,25
158,47
15,19
54,90
74,20
488,48
135,15
-
196,01
169,55
-
86,50
150,00
150,00
92,06
61,37
61,37
-
320,00
400,39
-
125,12
30.794,00
28.614,67
26.052,90
84,60
91,05
2.646,35
2.646,35
49.210,80
42.232,34
54.936,43
111,63
130,08
b. Gas Alam 2. SDA Non Migas a. Pertambangan Umum
421311
- Iuran Tetap
421312
- Royalti
42143 42144
b. Kehutanan - Dana Reboisasi - Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) - Iuran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) - Pendapatan Penggunaan Kawasan Hutan
4215
c. Perikanan
4216
d. Pertambangan Panas Bumi
422 423995 423
% Realisasi thd APBN-P
226.449,70
42121
42142
% Realisasi thd APBN
218.037,63
a. Minyak Bumi
42141
Realisasi
258.943,56
42111
4214
APBN-P
I. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
1. SDA Migas
4213
APBN
B. Bagian Laba BUMN C. Sisa Surplus Bank Indonesia D. PNBP Lainnya
100,00
4231
1. Pendapatan Penjualan dan Sewa
14.758,13
16.580,04
15.246,91
103,31
91,96
42311
- Pendapatan Penjualan Hasil Produksi/Sitaan
6.677,94
6.971,72
4.001,16
59,92
57,39
423113
- Pendapatan Penjualan Hasil Tambang
-
6.794,64
3.833,49
-
56,42
42312
- Pendapatan Penjualan Aset
33,15
33,01
109,47
330,23
331,63
42314
- Pendapatan Sewa
102,56
68,13
129,11
125,89
189,51
423131
- Pendapatan Bersih Hasil Penjualan BBM
-
2.681,76
2.227,86
-
83,07
423132
- Pendapatan Minyak Mentah DMO
7.944,49
6.825,42
6.800,57
85,60
99,64
423139
- Pendapatan lainnya dari Kegi. Hulu Migas
-
0,00
1.978,79
-
0,00
16.332,89
17.201,95
20.399,10
124,90
118,59
1.844,45
1.844,45
2.703,12
146,55
146,55
4232
2. Pendapatan Jasa
4233
3. Pendapatan Bunga
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
38
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
MAP
Keterangan
4232
4. Pendapatan Kejaksaan dan Peradilan
4235
5. Pendapatan Pendidikan
4236
6. Pendapatan Gratifikasi dan Uang Sitaan
4237
7. Pendapatan Iuran dan Denda
4239
8. Pendapatan Lain-lain
424
APBN
E. Pendapatan BLU
APBN-P
Realisasi
% Realisasi thd APBN
% Realisasi thd APBN-P
33,12
33,12
164,63
497,07
497,07
5.508,39
6.039,44
3.392,01
61,58
56,16
38,70
38,70
635,71
1.642,66
1.642,66
687,88
474,58
605,44
88,02
127,57
10.007,24
2.666,41
11.789,51
117,81
442,15
5.442,24
5.890,91
7.714,80
141,76
130,96
Jumlah pendapatan Negara di bidang PNBP yang pada tahun 2009 mencapai Rp 226.449,70 miliar atau mencapai 103,86% dari target yang ditetapkan dalam APBN-P 2009 yaitu sebesar Rp 218.037,63 miliar. Strategi kebijakan yang ditempuh untuk memenuhi target PNBP yang ditetapkan dalam APBN-P diarahkan pada kebijakan intensifikasi dan ekstensifikasi dalam upaya pencapaian optimalisasi dan efektifitas.
Optimalisasi
dan
efektifitas
PNBP
yang
bersumber
dari
Kementerian/Lembaga ditempuh melalui beberapa langkah sebagai berikut: (i) melakukan review, evaluasi, dan penyempurnaan peraturan pelaksanaan UU PNBP; (ii)
meningkatkan
efektivitas
pelaksanaan
kebijakan
PNBP;
(iii)
menertibkan
pengelolaan administrasi di bidang PNBP; (iv) menyempurnakan sistem administrasi di bidang PNBP; (v) mempertajam alokasi penggunaan dana PNBP. Pencapaian target PNBP selama tahun 2005-2009 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 7. Pencapaian Target PNBP Tahun 2005-2009 ( miliar rupiah)
TAHUN
TARGET
REALISASI
% REALISASI
2005
180.697,39
146.888,31
81.29%
2006
229.829,27
226.950,07
98.75%
2007
198.253,68
215.119,71
108.51%
2008
282.814,42
320.604,63
113.36%
2009
218.037,63
226.449,70
103,86%
)
* data berdasarkan buku merah Pencapaian target PNBP dalam periode Tahun 2005-2008 rata-rata mengalami kenaikan. Hal ini terlihat dari pencapaian target pada Tahun 2005 sebesar 81,29 persen menjadi 113,36 persen pada Tahun 2008. Secara rata-rata, pencapaian target PNBP dalam periode tersebut mencapai 100,47 persen. Untuk target Tahun 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan Tahun 2008 sebesar Rp64,77 triliun
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
39
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
atau 22,90 persen. Penurunan ini disebabkan oleh adanya perubahan asumsi harga minyak mentah Indonesia sebagai akibat dari turunnya harga minyak mentah dunia. Program yang mendukung IKU ini adalah Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara dengan kegiatan-kegiatan: •
Mengintensifkan pencapaian target PNBP SDA Migas
•
Mengintensifkan pencapaian target PNBP lainnya dari sektor Migas
•
Pembinaan/Pemantauan PNBP dari kegiatan Usaha Panas Bumi
•
Pemantauan PNBP dari Kegiatan Usaha Hilir Migas
•
Mengintensifkan Penerimaan Laba BUMN Selain kegiatan yang secara langsung mendukung tercapainya target PNBP
diatas ada kegiatan yang merupakan kegiatan yang masuk ke dalam Quick Win penerimaan yang mendukung tercapainya target PNBP yaitu, penyusunan RPP Jenis dan Tarif PNBP pada Kementerian/Lembaga. Pada tahun 2009 dari 15 RPP yang ditargetkan diselesaikan sebanyak 12 RPP telah diterbitkan yaitu untuk Kementerian/Lembaga: Departemen Kesehatan, Departemen Komunikasi dan Informasi, BPK, BPS, Departemen Dalam Negeri, Departemen Perhubungan, Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Departemen Keuangan, BAPETEN, Kementerian Negara Pemuda dan Olah Raga, Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Lembaga Administrasi Negara, Badan Pengawas Obat dan Makanan, dan Perpustakaan Nasional. Selain itu juga, DJA telah menyelesaikan PP sebagai turunan dari UU Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP yaitu PP Nomor 29 Tahun 2009 tentang Tatacara Penentuan Jumlah Pembayaran dan Penyetoran PNBP Yang Terutang. 2.
Jumlah Penerimaan Pajak (DK 1.1.2) Tabel 8. Evaluasi Penerimaan Pajak Per Jenis Pajak Neto Tahun 2009 (miliar rupiah)
No A
Jenis Pajak PPh Non Migas
APBN-P 2009
Realisasi s.d. 31 Desember 2009 growth (%)
Pencapaian
2009
2008
(%)
291.175,80
267.530,64
250.479,81
6,81
91,88
1
PPh Ps 21
46.935,11
52.050,83
51.713,08
0,65
110,90
2
PPh Ps 22
5.952,33
4.354,41
4.950,86
(12,05)
73,15
3
PPh Ps 22
24.885,00
19.206,76
25.059,21
(23,35)
77,18
4
PPh Ps 23
3.726,67
16.027,39
18.073,20
(11,32)
67,55
5
PPh Ps 25/29 OP
3.510,91
3.346,81
3.608,12
(7,24)
95,33
6
PPh Ps 25/29 Badan
134.968,88
120.315,77
106.368,03
13,11
89,14
7
PPh Ps 26
22.024,07
18.365,05
14.880,32
23,42
83,39
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
40
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
No
Jenis Pajak
8
PPh Final
9 10
2009
2008
growth (%)
Pencapaian (%)
29.109,01
33.808,90
25.162,67
34,36
116,15
PPh Fiskal Luar
63,82
31,79
641,48
(95,04)
49,81
PPh Non Migas
-
22,94
22,84
0,43
-
PPN dan PPnBM
203.084,00
214.348,36
209.639,14
2,25
105,55
1
PPN Dalam Negeri
114.116,77
141.725,70
116.744,36
21,40
124,19
2
PPN Impor
77.330,03
63.442,08
81.118,05
(21,79)
82,04
3
PPnBM Dalam Negeri
7.369,95
6.082,82
7.512,52
(19,03)
82,54
4
PPnBM Impor
3.804,43
2.810,62
3.951,56
(28,87)
73,88
5
PPN/PPnBM Lainnya
462,82
287,13
312,65
(8,16)
62,04
PBB dan BPHTB
30.843,59
30.733,13
30.931,31
(0,64)
99,64
1
PBB
23.863,64
24.271,61
25.357,56
(4,28)
101,71
2
BPHTB
6.979,95
6.461,52
5.573,76
15,93
92,57
Pajak Lainnya
3.249,95
3.114,57
3.034,28
2,65
95,83
B
C
D
E
Realisasi s.d. 31 Desember 2009
APBN-P 2009
1
Bea Materai
1.251,96
948,96
954,19
(0,55)
75,80
2
Penjualan Benda Materai
1.806,89
2.085,03
1.875,89
11,15
115,39
3
PTLL
10,75
1,53
1,24
23,35
14,25
4
Bunga Penagihan PPh
126,13
32,28
139,91
(76,93)
25,59
5
Bunga Penagihan PPN
53,78
44,94
62,91
(28,57)
83,56
6
Bunga Penagihan PPnBM
0,25
0,07
0,06
15,83
27,28
7
Bunga Penagihan PTLL
0,20
1,77
0,07
2.274,05
907,20
49.033,43
50.043,83
77.018,97
(35,02)
102,06
Total Non Migas (A+B+C+D)
528.353,34
515.726,70
494.084,54
4,38
97,61
Total (A+B+C+D+E)
577.386,77
565.770,53
571.103,52
(0,93)
97,99
PPh Migas
Sumber : :Laporan Mingguan DJPb
Sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2009 dalam menghimpun penerimaan dari sektor perpajakan adalah sebesar Rp 616.747,37 miliar sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009. Target penerimaan tersebut mengalami koreksi dan revisi sesuai target penerimaan pajak pada APBN-P tahun 2009 melalui penetapan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009, sehingga target tersebut ditetapkan sebesar Rp 577.386,78 miliar. Penurunan target penerimaan pajak pada tahun 2009 terjadi sebagai dampak pemutakhiran asumsi dasar ekonomi makro pada APBN 2009, terutama perubahan asumsi harga minyak dari US$ 80 per barel menjadi US$ 45 per barel, sehingga secara signifikan menyebabkan penurunan target penerimaan PPh Migas tahun 2009 dalam APBN-P sebesar 26,35% dibandingkan dengan realisasi PPh Migas tahun 2008. Selain itu, dampak krisis ekonomi global menyebabkan pemerintah melakukan kebijakan countercyclical berupa stimulus fiskal terutama untuk (a) memelihara daya beli masyarakat; (b) menjaga daya tahan perusahaan/sektor usaha menghadapi krisis
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
41
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
global; serta (c) meningkatkan daya serap tenaga kerja dan meredam PHK melalui kebijakan pembangunan infrastruktur padat karya. Sebagai kebijakan untuk memelihara daya beli masyarakat, stimulus fiskal diberikan dalam bentuk tax saving berupa penyederhanaan lapisan penghasilan, penurunan tarif untuk Wajib Pajak (WP) orang pribadi (tarif tertinggi dari 35 persen menjadi 30 persen), dan kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) dari Rp13,2 juta menjadi Rp15,8 juta per individu. Stimulus
perpajakan
yang
ditujukan
untuk
mempertahankan
daya
beli
masyarakat juga diberikan dalam bentuk subsidi pajak/pajak ditanggung Pemerintah (DTP). DTP tersebut dialokasikan pada PPN minyak goreng dan PPN bahan bakar nabati (BBN). Selain itu, Pemerintah juga memberikan subsidi PPh pasal 21 orang pribadi (OP) yang ditujukan untuk mengurangi beban karyawan dengan penghasilan sampai dengan Rp 5 juta. Pajak yang dipungut oleh perusahaan dari karyawan ditanggung oleh Pemerintah dan dikembalikan kepada karyawan sebagai stimulus fiskal. Sementara itu, sebagai kebijakan untuk meningkatkan daya saing dan daya tahan usaha, stimulus perpajakan diberikan dalam bentuk penurunan tarif tunggal Wajib Pajak badan. Kebijakan tersebut juga telah diatur dalam Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas UU Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Salah satu perubahan mendasar dalam amendemen UU PPh tersebut adalah diterapkannya tarif tunggal Wajib Pajak badan sebesar 28 persen pada tahun 2009 dan diberikannya fasilitas untuk perusahaan masuk bursa dalam bentuk penurunan tarif sebesar 5 persen lebih rendah daripada tarif tunggal Wajib Pajak badan yang berlaku. Di samping itu, Wajib Pajak badan juga mendapat keringanan beban pajak berupa pemberian insentif pajak untuk perusahaan yang bergerak pada sektor tertentu dan/atau berlokasi di daerah tertentu. Optimalisasi Penerimaan Pajak menghasilkan kinerja penerimaan pajak tahun 2009 sebesar 97,99 persen dengan rincian: (a) Penerimaan PPh Non Migas (91,88%) atau terealisasi sebesar Rp. 267.530,64 miliar; (b) Penerimaan PPN dan PPnBM atau (105,55%) terealisasi sebesar Rp. 214.348,36 miliar; (c) Penerimaan PBB (101,71%) atau terealisasi sebesar Rp. 24.271,61 miliar; (d) Penerimaan BPHTB (92,57%) atau terealisasi sebesar Rp. 6.461,52 miliar; (e) Penerimaan Migas (102,06%) atau terealisasi sebesar Rp. 50.043,83 miliar; serta (f) Penerimaan Pajak Lainnya (95,83%) atau terealisasi sebesar Rp. 3.114,57 miliar.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
42
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Total realisasi penerimaan pajak tahun 2009 tercapai (97,99%) atau terealisasi sebesar Rp. 565.770,53 miliar. Jika dibandingkan dengan realisasi penerimaan tahun 2008 sebesar Rp 571.101,04 miliar, terdapat pertumbuhan sebesar -0,93%. Jika dilihat pertumbuhan realisasi penerimaan tahun 2009 dibandingkan realisasi penerimaan tahun 2008, terlihat bahwa terdapat pertumbuhan negatif pada penerimaan PBB (-4,34%) dan penerimaan PPh Migas (-35,02%). Hal tersebut terjadi karena lebih rendahnya penerimaan PBB pertambangan migas yang mendominasi penerimaan PBB seiring dengan merosotnya ICP dalam tahun 2009, serta karena adanya perbedaan asumsi ICP pada APBN-P 2009 sebesar US$ 61,0 per barel, lebih rendah dibandingkan dengan realisasi ICP pada tahun 2008 yang mencapai US$ 96,8 per barel sehingga menyebabkan penurunan penerimaan PPh migas tahun 2009 secara signifikan. Memburuknya perekonomian dunia pada akhir 2008 dan awal 2009 berpengaruh pada perekonomian nasional khususnya dunia usaha. Hal ini terlihat dari menurunnya angka impor nasional dan tentunya berpengaruh langsung pada penerimaan PPN dan PPnBM Impor dan PPh Impor. Penerimaan PPN impor dan PPnBM Impor menurun sebesar 21,79% dan 28,87% dibandingkan tahun 2008. Demikian pula dengan PPh 22 Impor yang menurun sebesar 23,35%. Selain itu, penyerapan yang rendah atas anggaran insentif PPh Pasal 21 sebesar Rp 6,5 triliun untuk pekerja berpenghasilan hingga Rp 5 juta per bulan adalah salah satu penyebab tidak tercapainya target. Sektor usaha dominan yang sangat terpengaruh atas adanya krisis ekonomi global adalah industri pengolahan dan pertambangan, dimana penerimaan dari sektor industri pengolahan hanya tumbuh sebesar 19,62% dibandingkan 30,81% dari tahun sebelumnya, dan sektor pertambangan yang tumbuh negatif sebesar 51,43% dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 30,38%. Seperti telah diuraikan di atas mengenai krisis ekonomi global, penurunan yang tajam dari harga minyak dunia dibandingkan tahun 2008 dengan harga tertinggi 147 dollar AS per barrel menjadi 32 dollar AS di akhir 2008 dan awal 2009, walaupun kembali normal di pertengahan tahun 2009. Realisasi penerimaan pajak selama 5 (lima) tahun terakhir, setiap tahunnya selalu mengalami pertumbuhan lebih dari 18% kecuali tahun 2009. Tahun 2005 sebesar 21,90%, tahun 2006 sebesar 19,56%, tahun 2007 sebesar 21,39%, tahun 2008 sebesar 29,27%, dan tahun 2009 sebesar 4,19%. Dalam kurun waktu 2005 – 2009, penerimaan pajak mengalami pertumbuhan sebesar 19,39% untuk penerimaan termasuk PPh migas dan 19,30% untuk penerimaan tanpa PPh migas. Apabila memperhitungkan pertumbuhan alami penerimaan yaitu penerimaan yang diperoleh dari perkalian angka pertumbuhan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
43
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
ekonomi dan inflasi, rata-rata kinerja penerimaan adalah sebesar 5,85% (termasuk PPh migas) dan 5,76 (tanpa PPh migas). Kinerja penerimaan tertinggi dicapai pada tahun 2008 yaitu sebesar 16,04% (termasuk PPh migas) dan 11,32% (tanpa PPh migas), sedangkan tantangan terberat dalam pencapaian kinerja penerimaan adalah pada tahun 2009 dengan kinerja -8,47% (termasuk PPh migas) dan -3,15% (tanpa PPh migas). Tingginya harga minyak dunia pada tahun 2008 berpengaruh pada penerimaan secara keseluruhan. Begitu pula pada kondisi perekonomian nasional yang menyumbang pertumbuhan ekonomi mengakibatkan penerimaan PPN dan PPh Badan tumbuh dengan cukup baik. Hal tersebut ditunjang pula dengan pelaksanaan program Sunset Policy di tahun 2008 yang mendapat respon positif dari Wajib Pajak.
Tabel 9. Kinerja Penerimaan Pajak 2005 - 2009 No
URAIAN
1
Penerimaan Dalam Negeri
2
Total Penerimaan Perpajakan
3
Total Penerimaan DJP termasuk PPh Migas
4
Penerimaan PPh Migas
5
Penerimaan DJP tanpa PPh Migas
6 7 8 9 10
Pertumbuhan Pen. DJP termasuk PPh Migas Pertumbuhan Pen. DJP tanpa PPh Migas Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Pertumb. Alami Pen. DJP Peningkatan Kinerja Pen. DJP termasuk PPh Migas Peningkatan Kinerja Pen. DJP tanpa PPh Migas
11 12
2005
2006
2007
(triliun rupiah) 2008 2009
493,92
636,15
706,11
979,30
867,83
347,03
409,20
490,99
658,70
641,38
298,34
358,05
426,23
607,45
584,66
34,99
43,19
44,01
77,02
50,04
263,35 24,84% 21,90% 5,60% 17,10% 16,16%
314,86 20,01% 19,56% 5,60% 6,80% 12,78%
382,22 19,04% 21,39% 6,30% 6,59% 13,31%
530,43 42,51% 38,78% 6,20% 11,06% 17,95%
534,62 -3,75% 0,79% 4,50% 2,78% 7,53%
8,68%
7,23%
5,74%
16,04%
-8,47%
5,74%
6,78%
8,09%
11,32%
-3,15%
Kegiatan Penyusunan Amandemen UU PPN dan PPnBM menghasilkan kinerja output kegiatan sebesar 100,00 persen atau terealisasi sebanyak 1.00 buah UU PPN dan PPnBM hasil amandemen, yaitu Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Latar belakang perubahan UU PPN dan PPnBM didasarkan pada (i) perkembangan ekonomi yang sangat dinamis baik di tingkat nasional, regional serta internasional; (ii) perkembangan transaksi bisnis; (iii) perubahan pola konsumsi masyarakat terhadap barang dan jasa; (iv) adanya gagasan untuk memberikan restitusi bagi pengusaha yang melakukan ekspor jasa kena pajak dan barang kena pajak tidak berwujud; serta (v) adanya gagasan untuk mendorong turis asing untuk LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
44
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
berbelanja lebih banyak di Indonesia dengan memberikan restitusi PPN atas barang yang dibeli oleh turis asing. Oleh karena itu, perubahan UU PPN bertujuan untuk meningkatkan kepastian hukum, menyederhanakan sistem PPN, mengurangi biaya kepatuhan, meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, mengamankan penerimaan pajak serta mengurangi distorsi dan peningkatan kegiatan ekonomi. Penerimaan pajak berada di bawah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara dengan kegiatan utama optimalisasi penerimaan pajak. 3.
Jumlah Penerimaan Bea dan Cukai (DK 1.1.3) Pengukuran tingkat capaian kinerja DJBC tahun 2009 dilakukan dengan cara membandingkan antara target dengan realisasi masing-masing indikator kinerja sasaran. Indikator utama tingkat keberhasilan tersebut dapat dilihat pada besaran sebagai berikut :
a.
Target penerimaan DJBC tahun 2009 Tabel 10. Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009 (Miliar Rp)
No
Jenis Penerimaan
Target APBN-P 2008
2009
Kenaikan
%
1.
Bea Masuk*)
15.820,90
18.623,50
2.802,60
17,70%
2.
Bea Keluar
11.158,30
1.399,60
-9.758,70
-87,46%
3.
Cukai
45.717,50
54.545,04
8.827,54
19,31%
72.696,70
74.568,14
1.598,44
2,57%
Ket: *) tidak termasuk BM DTP Tahun 2008 sebesar Rp 2.000 M Tahun 2009 sebesar Rp 2.500 M
Grafik 2. Perbandingan Target Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009 (Triliun Rp)
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
45
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2009 tanggal 25 Agustus 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2008 tanggal 10 Nopember 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2009, target penerimaan yang dibebankan kepada DJBC untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp 74.568,14 Milyar, dengan perincian sebagai berikut : • Bea Masuk
: Rp 18.623,50 Milyar;
• Cukai
: Rp 54.545,04 Milyar;
• Bea Keluar
: Rp 1.399,60 Milyar.
Target Bea Masuk tersebut tidak termasuk BM DTP Sebesar Rp 2.500 milyar yang merupakan transaksi non cash. Dibandingkan dengan tahun 2008, untuk tahun 2009 target penerimaan yang dibebankan kepada DJBC naik sebesar 2,57%. Hal ini terutama disebabkan karena terjadinya kenaikan target Bea Masuk sebesar 17,70 %, target Cukai sebesar 19,31%, sedangkan target Bea Keluar turun sebesar 87,46%. b.
Realisasi penerimaan DJBC tahun 2009 Tabel 11. Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009 (Trilun Rp) No
Jenis Penerimaan
Target
Realisasi
Tingkat Pencapaian
Surplus Tahunan Nominal
%
1.
Bea Masuk
18.623,50
18.108,40
97,23%
-515,10
2,77%
2.
Bea Keluar
1.399,60
562,76
40,21%
-836,84
-59,79%
3.
Cukai
54.545,04
56.718,95
103,99%
2.173,91
3,99%
74.568,14
75.390,11
101,10%
821,97
1,10%
Grafik 3. Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2009 (Trilun Rp)
18,62
Ket. Sumber Data Ditjen Perbendaharaan s.d. 31 Desember 2009
Di tengah situasi perekonomian yang masih belum pulih akibat dari krisis global, selama tahun 2009 DJBC mencatat dan membukukan realisasi penerimaan yang
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
46
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
cukup menggembirakan, karena masih dapat memenuhi target yang ditetapkan oleh pemerintah dan DPR. Realisasi penerimaan DJBC tahun 2009 adalah sebesar Rp 75.390,11 milyar. Penerimaan tersebut terdiri dari: • Bea Masuk
:Rp. 18.108,40 Milyar;
• Bea Keluar
:Rp.
• Cukai
:Rp. 56.718,95 Milyar.
Realisasi
562,76 Milyar;
penerimaan
DJBC
pada
tahun
2009
mengalami
penurunan
dibandingkan dengan tahun 2008 sebesar Rp 12.203,79 milyar atau 13,93%. Penurunan terjadi dari sisi penerimaan Bea Masuk sebesar Rp 4.655,40 milyar atau 20,46% dan penerimaan Bea Keluar sebesar Rp 12.983,71 milyar atau 95,85%. Sedangkan penerimaan Cukai meningkat sebesar Rp 5.467,15 milyar atau 10,67%. Terjadinya penurunan penerimaan Bea Masuk pada tahun 2009 disebabkan karena menurunnya kegiatan impor ekspor sebagai dampak krisis ekonomi global yang terjadi sejak triwulan IV tahun 2008 dan masih berlangsung sampai Triwulan II tahun 2009. Sedangkan penurunan penerimaan Bea Keluar lebih disebabkan oleh kebijakan Pemerintah dalam menetapkan besarnya Tarif Bea Keluar dan Harga Patokan Ekspor yang kurang berorientasi kepada upaya pengoptimalan penerimaan. Untuk lebih jelasnya turunnya penerimaan DJBC pada Tahun 2009 dibanding tahun 2008, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 12. Perbandingan Realisasi Penerimaan DJBC Tahun 2008 dan 2009 (Milyar Rp)
No
Jenis Penerimaan
Realisasi 2008
2009
Surplus
%
1.
Bea Masuk
22.763,8
18.108,40
-4.655,40
-20,45%
2.
Bea Keluar
13.578,3
562,76
-13.015,54
-95,85%
3.
Cukai
51.251,8
56.718,95
5.467,15
10,67%
87.593,9
75.390,11
-12.203,79
13,93%
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
47
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c.
Realisasi penerimaan PDRI dan PPN Hasil Tembakau tahun 2009 Grafik 4. Realisasi Penerimaan PDRI dan PPN Hasil Tembakau Tahun 2008 dan 2009 (Trilun Rp)
Disamping tugas pokoknya melaksanakan pemungutan terhadap pungutan negara dibidang Kepabeanan dan Cukai, DJBC juga mengemban tugas untuk melaksanakan pemungutan dibidang perpajakan lainnya yaitu pemungutan terhadap Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI) yang meliputi PPN Impor, PPnBM Impor dan PPh pasal 22 Impor serta pemungutan terhadap PPN hasil tembakau. Selama tahun 2009 DJBC berhasil memungut penerimaan dari PDRI dan PPN hasil tembakau sebesar Rp 96,04 Triliun atau turun 20,37 % dibandingkan tahun 2008 (Rp 120,60 Triliun). d.
Faktor yang mempengaruhi penerimaan di bidang bea dan cukai 1) Bea Masuk Tabel 13. Data Indikator Bea Masuk Tahun 2008 dan 2009
Uraian
No
Bea Masuk (Milyar Rp)
1
2008
Devisa Bayar (US$ Juta)
3
Tarif Efektif Rata2 (%)
4
Kurs Rata2 (Rp)
Growth
Target
16.123,50
1,91%
Realisasi
22.761,31
18.101,23
-20,47%
143,87%
112,27%
-21,97%
94.270,64
75.251,00
-20,18%
2,50
2,33
-6,93%
9.644,88
10.282,94
6,62%
% 2
2009
15.820,90
Penerimaan Bea Masuk ditentukan oleh beberapa variabel antara lain: Nilai Devisa Bayar, Tarif Efektif Rata-rata dan Nilai Tukar Rupiah atau Kurs. Ketiga variabel tersebut berbanding lurus terhadap peningkatan nilai penerimaan Bea Masuk. Semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi, diharapkan meningkatkan Devisa Bayar yang akan berdampak positif bagi peningkatan penerimaan Bea Masuk. Namun demikian terdapat faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan dampak penurunan terhadap penerimaan, yaitu antara lain: adanya komitmen perdagangan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
48
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
internasional, dimana Indonesia terikat perjanjian dengan negara-negara lain di bidang liberalisasi perdagangan. Kesepakatan seperti : ASEAN Free Trade Area (AFTA), ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA), IJ-EPA dengan Jepang dan ASEAN-Korea Selatan Free Trade Area (AKFTA), berdampak pada penurunan tarif serta berbagai fasilitas perdagangan dan industri yang diberikan pemerintah dalam rangka mendorong peningkatan daya saing. Variabel lain yang mempengaruhi penerimaan Bea Masuk adalah Nilai tukar Rupiah/kurs terhadap US$, yang menjadi salah satu variabel Nilai Dasar Perhitungan Bea Masuk (NDPBM). Faktor nilai tukar rupiah akan berpengaruh terhadap penerimaan Bea Masuk, dimana nilai tukar rupiah yang tinggi cenderung meningkatkan Bea Masuk, namun disisi lain dapat mempengaruhi tingkat importasi, yang berdampak negatif terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk. Penurunan Tarif Efektif rata-rata dan nilai tukar Rupiah akan sangat berpengaruh terhadap tingkat penerimaan Bea Masuk. 2) Bea Keluar Jenis penerimaan lain yang menjadi tanggung-jawab Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada tahun anggaran 2008 adalah: Bea Keluar. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan maka mulai tahun 2008 Direktorat Jenderal Bea dan Cukai bertanggung jawab atas pemungutan Bea Keluar. Dasar pengenaan Bea Keluar adalah amanat dalam perubahan undang-undang tersebut, yang menyatakan bahwa terhadap barang ekspor dapat dikenakan Bea Keluar. Bea Keluar akan menjadi penerimaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, sebagai pengganti Pungutan Ekspor yang selama ini merupakan penerimaan Direktorat Jenderal Anggaran. Tujuan pengenaan Bea Keluar sebagaimana dimaksud Undang–Undang Nomor 17 Tahun 2006 antara lain adalah: untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri, melindungi kelestarian sumber daya alam, mengantisipasi kenaikan harga yang cukup drastis dari komoditi ekspor tertentu di pasaran internasional atau menjaga stabilitas harga komoditi tertentu di dalam negeri. Tahun 2009 realisasi penerimaan bea keluar tidak memenuhi target yang ditetapkan, disebabkan karena kebijakan bea keluar masih belum optimal dalam menghasilkan penerimaan. Ambang batas Harga Patokan Ekspor (HPE) yang dijadikan sebagai pedoman pengenaan bea keluar masih terlalu tinggi yaitu USD 700/Ton, sedangkan selama tahun 2009 pergerakan harga CPO di pasaran internasional belum dapat menjangkau HPE tersebut. Harga referensi di Rotterdam LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
49
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
yang dijadikan patokan dalam penetapan HPE sepanjang tahun 2009 berkisar antara USD 600/Ton sampai USD 650/Ton, atau masih di bawah ambang batas yang dikenakan bea keluar. Langkah-langkah
yang
dapat
ditempuh
untuk
lebih
mengoptimalkan
penerimaan bea keluar antara lain : i)
Melakukan revisi PMK terkait penetapan Tarif dan Komoditi yang terkena BK, yaitu: • Batas ambang HPE yang tidak dikenakan BK diturunkan menjadi US$ 500/Ton dari US$700/Ton; • Tarif minimal BK tahun tahun 2010 sebesar 5%. Untuk kisaran harga US$ 501/Ton s.d. US$ 550/Ton; • Selanjutnya dikenakan tarif progresif sebesar 1,5% untuk setiap kenaikan HPE US$ 50/Ton; • Tidak melibatkan asosiasi eksportir dalam penentuan penetapan HPE;
ii) Meminta BPKP melakukan Audit terhadap perusahaan eksportir Batu Bara dan CPO yang belum pernah dilakukan post audit 3) Cukai Tabel 14. Data Indikator Cukai Tahun 2008 dan 2009
Uraian
No
1
Cukai
2008
Growth
Target
45.717,50
54.545,04
19,31%
Realisasi
51.251,67
56.718,95
10,67%
112,11%
103,99%
-7,24%
249,76
267,38
7,05%
% 2
2009
Produksi HT (Miliar Batang)
Faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja penerimaan cukai adalah upaya peningkatan efektifitas pemungutan cukai. Penerimaan cukai hingga saat ini masih merupakan sumber penerimaan negara yang penting. Perkembangan penerimaan cukai juga sangat dipengaruhi oleh perkembangan jumlah produksi barang kena cukai serta tarif dan Harga Jual Eceran (HJE) produk Hasil Tembakau. Dalam upaya meningkatkan target penerimaan dari sektor cukai ditemukan kendala diantaranya dalam bentuk penyimpangan seperti pita cukai palsu, atau pita yang tidak sesuai peruntukannya. Untuk mengeliminasi penyimpangan tersebut, disamping dilakukan perubahan peraturan, juga dilakukan penegakan hukum terhadap pemakai jasa yang melanggar aturan, dan melaksanakan operasi pemberantasan pita cukai ilegal.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
50
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Dengan mengasumsikan tidak adanya kebijakan yang diambil pada tahun 2008 maka penerimaan cukai sangat bergantung pada produksi Barang Kena Cukai (BKC). Oleh karena itu untuk mencapai target cukai yang ditetapkan perlu dilakukan langkah-langkah administratif di bidang cukai. Adapun langkah
administratif yang ditempuh di bidang cukai adalah: (i)
operasi pasar atas peredaran Hasil Tembakau ilegal seperti Hasil Tembakau tidak dilekati pita cukai (polos), dilekati pita cukai palsu, atau dilekati pita cukai yang bukan peruntukannya; (ii) operasi Intelijen yaitu operasi secara tertutup untuk mengumpulkan data dan informasi terkait dengan penindakan atas pelanggaran di bidang cukai; (iii) penyempurnaan desain dan feature pita cukai; (iv) audit cukai, yaitu dengan melakukan audit reguler atau audit investigasi; dan (v) sosialisasi atas ketentuan peraturan di bidang cukai. 4.
Jumlah penerimaan renumerasi atas penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek (idle cash KUN) (DK 1.1.4) Seperti diamanatkan Undang-Undang Keuangan Negara No. 17 Tahun 2004 bahwa penempatan Uang Negara dapat memperoleh imbalan dan Menteri Keuangan dapat melakukan penempatan uang negara untuk memperoleh hasil yang optimal. Sebelum 2009, Uang Negara yang disimpan di Bank Indonesia belum memperoleh imbalan (remunerasi) dari Bank Indonesia. Namun setelah tahun 2009, Uang Negara di Bank Indonesia yang jumlahnya cukup besar memperoleh imbalan yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk kesejahteraan masyarakat. Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, pada tanggal 30 Januari 2009 ditandatangani kesepakatan bersama antara Menteri Keuangan dan Gubernur BI nomor 17/KMK.05/2009/11/3/KEP.GBI/2009 tentang Koordinasi Pengelolaan Uang Negara. Materi pokok dalam Kesepakatan Bersama tersebut antara lain penentuan jumlah SKM, penentuan rekening penempatan, besaran bunga pada rekening KUN dan rekening penempatan, mekanisme perhitungan dan pembayaran bunga, dan masa mulai berlakunya Kesepakatan Bersama dimaksud. Kesepakatan bersama ini juga telah ditindaklanjuti dengan Keputusan Gubernur BI dan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur hal-hal teknis pelaksanaan Keputusan Bersama tersebut. Remunerasi yang ditetapkan dalam kontrak kinerja diperoleh dari: i) Penempatan idle cash RKUN (hasil penerapan TSA); ii) Penempatan idle cash Rekening Bendahara Pengeluaran K/L (hasil penerapan Treasury National Pooling); iii) Jasa yang diberikan oleh Bank Operasional I KPPN.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
51
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Besarnya nilai remunerasi dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut: i) BI Rate; untuk penempatan pada BI sebesar 65% dari BI rate, untuk penempatan pada Bank Umum sebesar 100% BI Rate. Sementara BI Rate ditentukan oleh kondisi pasar; ii) Besaran saldo RKUN pada akhir hari yang ditentukan oleh realisasi penerimaan dan pengeluaran negara; iii) Besaran saldo rekening Bendahara Pengeluaran K/L pada akhir hari; iv) Jasa yang diberikan oleh Bank Operasional (BO) I KPPN. Tabel 15. Penerimaan Remunerasi Tahun 2009 Q-1 Target Realisasi
Q-2
Q-3
Q-4
Total
450 Miliar
950 Miliar
1.050 Miliar
550 Miliar
3.000 Miliar
681,8 Miliar
831,34 Miliar
859,549 Miliar
627,449 Miliar
3.000,139 Miliar
Target sebesar Rp 3 triliun merupakan amanat yang tercantum dalam UU No. 41 tahun 2008 tentang APBN Tahun Anggaran 2009. Pada penjelasan ayat (7) dicantumkan target sebagai berikut: 42325
Pendapatan atas pengelolaan rekening
tunggal Perbendaharaan
(Treasury Single AccountI/TSA) dan /atau atas penempatan uang Negara (3 Triliun) 3.000.000.000.000 Oleh karena itu, sumber penerimaan akan berasal dari : 423251
Pendapatan atas penerbitan SP2D dalam rangka TSA
423252
Pendapatan atas penempatan Uang Negara pada Bank Umum
423253
Pendapatan atas pelaksanaan Treasury National Pooling
423254
Pendapatan atas penempatan Uang Negara di Bank Indonesia
Pada saat ini, remunerasi yang diberikan oleh BI adalah sebesar 65% dari BI rate, sedangkan penempatan di Bank Umum mendapatkan remunerasi sebesar BI rate. Oleh karena itu pencapaian target sebesar 3 Trilliun di pengaruhi oleh banyak faktor, antara lain: i) tingkat bunga BI rate yang dipengaruhi oleh kondisi pasar. ii) besaran saldo pada akhir hari di RKUN yang dipengaruhi oleh besaran penerimaan dan pengeluaran negara.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
52
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
5.
Jumlah Penerimaan Negara dari Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara dan Bea Lelang dan Penerimaan Pembiayaan APBN yang Optimal (DK 1.1.5) Penerimaan ini terdiri atas tiga komponen, yaitu: (1) jumlah PNBP dari biaya administrasi pengurusan piutang negara, (2) jumlah PNBP dari bea lelang, dan (3) jumlah penerimaan pembiayaan APBN. Ketiga jenis komponen penerimaan tersebut diusahakan oleh Departemen Keuangan c.q Direktorat Jenderal Kekayaan Negara. Capaian realisasi penerimaan sampai dengan akhir tahun 2009 adalah 131,37%, yaitu dari total penerimaan pendapatan dan pembiayaan APBN yang ditargetkan sebesar Rp 576,75 milyar rupiah dapat tercapai sebesar Rp757,69 milyar rupiah. a. Bidang Pengurusan Piutang Negara Realisasi Biad PPN selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 16. Realisasi Biad PPN Tahun 2005-2009 Tahun
Target Biad PPN (dalam Jutaan Rp)
Realisasi Biad PPN (dalam Jutaan Rp)
2005 2006 2007 2008 2009
80.434 82.080 50.786 42.269 61.550
54.798 66.046 38.022 61.473 52.97
Realisasi PNDS selama 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut: Tabel 17. Realisasi PNDS Tahun 2005-2009 Tahun
Target PNDS (dalam Jutaan Rp)
Realisasi PNDS (dalam Jutaan Rp)
2005 2006 2007 2008 2009
1.156.638 1.172.572 880.661 704.551 1.060.000
992.576 991.640 492.146 829.655 586.640
Target Penerimaan Biaya Administrasi (Biad) Pengurusan Piutang Negara (PPN) sebesar Rp61,55 milyar dapat terealisasi sebesar Rp52,97 milyar (86,06%). Sedangkan target Penerimaan Pengurusan Piutang Negara Dapat Diselesaikan (PNDS) sebesar Rp1.060 milyar terealisasi sebesar Rp586,64 milyar (55,06%). Biad Pengurusan Piutang Negara sampai dengan triwulan IV belum mencapai target karena salah satu rencana penjualan aset debitur PT Benoa yang cukup besar tidak terealisasi karena adanya gugatan dari debitur dan masih menunggu putusan kasasi dari Mahkamah Agung.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
53
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Realisasi Biad dan PNDS tahun 2009 jika dibandingkan dengan realisasi tahun 2008 mengalami penurunan. Realisasi Biad dan PNDS dalam kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi dengan titik pencapaian terendah pada tahun 2007. Hal ini disebabkan antara lain: (1) Pasca berlakunya PP 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas PP 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara yang menyebutkan bahwa piutang BUMN bukan lagi sebagai piutang negara yang diurus oleh PUPN maka piutang BUMN tidak lagi menjadi penerimaan negara; (2) kualitas sisa piutang negara yang masih ditangani semakin menurun, antara lain: • Debitur/penanggung hutang tidak kooperatif dalam menyelesaikan hutang • Hutang tidak didukung barang jaminan/tidak menutupi jumlah hutang • Penjualan lelang eksekusi barang jaminan sering tidak laku karena barang jaminan tidak marketable, barang jaminan bermasalah atau daya beli masyarakat terbatas. Walaupun pasca berlakunya PP 33 Tahun 2006 tentang Perubahan atas PP 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara disebutkan bahwa piutang BUMN bukan lagi sebagai piutang negara yang diurus oleh PUPN, namun berdasarkan hasil inventarisasi piutang pemerintah pada 30 (tiga puluh) Kementerian/Lembaga selama tahun 2009 terdapat potensi piutang pemerintah yang
dapat
diserahkan
Rp1.058.703.772.858,
pengurusannya
USD5.926.623,
kepada
PUPN
AUD1.079.993,
sebesar
CAD39.600
dan
GBP199.156. b. Bidang pelayanan Lelang Tabel 18. Data Realisasi Frekuensi, Hasil Bersih Lelang dan Bea Lelang Tahun 2005 s.d. 2009 (dalam ribuan)
Tahun
Hasil Bersih Lelang
Frekuensi Lelang
Target
Bea Lelang
Realisasi
Target
Realisasi
2005
15.785
2.000.000.000
2.272.555.922
20.000.000
29.543.529
2006 2007 2008
18.488 13.233 15.346
2.300.000.000 2.377.432.568 2.492.430.031
2.218.214.122 2.583.691.428 4.297.612.448
30.000.000 35.661.488 31.384.031
33.163.434 48.582.474 57.196.883
2009
20.431
2.766.291.460
5.082.785.518
38.300.000
69.719.630
PNBP dari bea lelang dengan target sebesar Rp38.300.000.000 dapat terealisasi sebesar Rp69.719.630.000. Sementara hasil bersih lelang selama tahun 2009
dapat
terealisasi
sebesar
Rp5.082.785.518.000
dari
target
Rp2.766.291.460.000.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
54
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Hasil bersih lelang berikut bea lelang dapat melampaui target karena terdapat lelang yang bernilai besar antara lain : (1) lelang aset sitaan Pengadilan Negeri kelas I Tanjung Karang dengan nilai pokok lelang Rp200,4 milyar, (2) lelang PUPN atas barang jaminan obligor MRNIA sebesar Rp90,05 M, dan (3) peningkatan frekuensi lelang Hak Tanggungan dan fidusia dari bank BUMN sebagai dampak berlakunya PP Nomor 33 tahun 2006. Realisasi frekuensi lelang, hasil bersih lelang dan bea lelang sepanjang tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 cenderung meningkat kecuali pada 2007, frekuensi lelang mengalami penurunan, namun realisasi hasil bersih lelang dan bea lelang masih lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan frekuensi lelang disebabkan karena reorganisasi kantor operasional DJKN (perubahan dari KP2LN menjadi KPKNL) berdampak pada pelayanan lelang yang baru mulai efektif pada bulan Maret-April 2007 setelah para Pejabat Lelang Kelas I pada KPKNL dikukuhkan kembali. Pada tahun 2008 dan 2009 terjadi kenaikan hasil bersih lelang dan bea lelang yang sangat signifikan karena terdapat beberapa pelaksanaan lelang dengan nilai cukup besar. Pada tahun 2008 lelang yang bernilai besar antara lain: • Lelang eksekusi Pengadilan yang dilakukan KPKNL Bogor dengan nilai Rp216.800.000.000,-. • Lelang eksekusi PUPN senilai Rp117.000.000.000,- terhadap barang jaminan dari aset kredit eks BDL an. debitur PT Pengembangan Agropariwisata Prima eks Bank Pacific. • Lelang UUHT PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. yang dilakukan KPKNL Surabaya dengan debitur PT Djayanti Group senilai Rp151.600.000.000,-. • Lelang aset PT PELINDO IV yang dilakukan KPKNL Samarinda dengan nilai Rp 31.275.000.000,-. • Lelang aset PT TASPEN yang dilakukan KPKNL Jakarta V senilai Rp 19.650.000.000,-. • Lelang yang dilakukan KPKNL Tangerang terhadap harta pailit PT Opal Indah Industrial senilai Rp 41.000.000.000,-. Pada tahun 2009 lelang yang bernilai besar antara lain : • Lelang aset sitaan Pengadilan Negeri kelas I Tanjung Karang dengan nilai pokok lelang Rp200,4 milyar. • Lelang PUPN atas barang jaminan obligor MRNIA sebesar Rp90,05 M.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
55
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c. Bidang Pembiayaan APBN Grafik 5. Penerimaan pembiayaan APBN selama 3 tahun terakhir
1556,33
1600 1400 1200 1000 800
510
600 400 200 0
635 476,9
Target Realisasi
200234,6 2007
2008
2009
Penerimaan pembiayaan APBN yang berasal dari penyelesaian kekayaan negara lain-lain dengan target sebesar Rp476,9 milyar dapat terealisasi sebesar Rp635 milyar. Tercapainya penerimaan pembiayaan APBN yang melebihi target karena: • penjualan aset eks BPPN dan PT PPA yang telah direncanakan dan nilai yang signifikan dapat direalisasikan termasuk setoran dari nasabah/obligor eks PKPS, • adanya koordinasi yang baik antara Bank Indonesia, Kejaksaan Agung, Tim Likuidasi dan PT PPA sehingga memperlancar dalam pencairan aset, • percepatan inventarisasi aset, • percepatan penyerahan aset kredit kepada PUPN, dan • percepatan penjualan aset properti. Pada tahun 2008 penerimaan pembiayaan APBN yang berasal dari penyelesaian kekayaan negara lain-lain jauh melampaui realisasi tahun 2007 dan 2009 karena: • Adanya dana PT Timor sebesar Rp1.232.961.093.795,61,- yang tetap berada di kas negara sampai menunggu selesainya proses hukum • Terdapat penyelesaian aset eks. BDL senilai Rp45.389.268.501,20. Adapun program yang mendukung pencapaian IKU tersebut adalah Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara dengan kegiatankegiatan antara lain: 1) Monitoring dan pengawasan kegiatan kantor vertikal dalam melaksanakan pengurusan piutang negara dengan indikator outcome PNDS (55,06%) dan biad PPN (86,06%). Walupun monitoring capaian dan evaluasi telah dilakukan tiap bulan, target PNDS untuk tahun 2009 tidak dapat dicapai karena: (1) Pasca
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
56
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
berlakunya PP 33 Tahun 2006 maka piutang BUMN tidak lagi menjadi penerimaan negara; (2) kualitas sisa piutang negara yang masih ditangani semakin menurun, antara lain: (i) hutang tidak didukung barang jaminan/tidak menutupi jumlah hutang, (ii) barang jaminan tidak marketable. 2) Inventarisasi piutang negara dari instansi pemerintah dan Kementerian/Lembaga yang terkait LKPP dengan indikator outcomes terinventarisasinya piutang pemerintah dan Kementerian/Lembaga tercapai 150%. Dari rencana tingkat capaian sebanyak 20 Kementerian/Lembaga dapat terealisasi sebesar 30 Kementerian/Lembaga.
Hasil
Kementerian/Lembaga
adalah
inventarisasi sebanyak
piutang 762
pemerintah debitur
pada
dengan
30 nilai
Rp1.058.703.772.858,-, USD 5.926.623,00, AUD 1.079.993,00, CAD 39.600,00 dan GBP 199.156,00. 3) Pencapaian realisasi pelaksanaan lelang dengan indikator outcomes tercapainya target pelaksanaan lelang tercapai 164%. Hasil bersih lelang berikut bea lelang dapat melampaui target karena terdapat lelang yang potensial antara lain : (1) lelang aset sitaan Pengadilan Negeri kelas I Tanjung Karang dengan nilai pokok lelang Rp200,4 milyar dan (2) lelang PUPN atas barang jaminan obligor MRNIA sebesar Rp90,05 M. 4) Inventarisasi aset eks. KKKS dan Barang Rampasan dengan indikator output hasil inventarisasi aset eks. KKKS dan Barang Rampasan tercapai 195,33%. Rencana tingkat capaian inventarisasi aset sebanyak 150 unit dapat terealisasi sebanyak 293 unit. 5) Inventarisasi aset eks. BDL dengan indikator output Hasil Inventarisasi aset eks. Bank Dalam Likuidasi (BDL) tercapai 105,51. Rencana tingkat capaian inventarisasi aset sebanyak 127 unit dapat terealisasi sebanyak 134 unit. 6) Inventarisasi aset eks. Kelolaan PT. PPA dengan indikator output hasil Inventarisasi aset eks. Kelolaan PT. PPA tercapai 112%. Rencana tingkat capaian inventarisasi aset sebanyak 3.000 unit dapat terealisasi sebanyak 3.360 unit. 7) Inventarisasi aset properti eks. BPPN dengan indikator output hasil Inventarisasi aset eks. Properti BPPN tercapai 1.570%. Rencana tingkat capaian inventarisasi aset properti sebanyak 10 unit dapat terealisasi sebanyak 157 unit.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
57
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
A.2. TEMA BELANJA NEGARA DK 2. Alokasi dan pelaksanaan belanja Negara yang tepat waktu dan efisien Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1.
Persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu
100,00%
100,00%
2.
Persentase kesesuaian SAPSK sesuai dengan standar biaya
100,00%
100,00%
3. Persentase ketepatan penyediaan dana
90,00%
98,58%
4. Persentase penyaluran jumlah dana transfer ke daerah
100,00%
100,71%
5. Persentase penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu
100,00%
100,00%
Departemen Keuangan dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan negara, khususnya belanja negara, menetapkan tema belanja negara yang didukung oleh empat unit organisasi eselon I, yaitu DJA, DJPB, dan DJPK. Sasaran strategis dalam tema ini adalah Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien (DK 2). Dalam sasaran strategis ini terdapat 5 IKU yaitu: 1.
Persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu (DK 2.1) Pada tahun 2009 telah diselesaikan Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) secara tepat waktu pada bulan November 2009. Kegiatan yang mendukung tercapainya target dimaksud adalah Penetapan Pagu Indikatif, Pagu Sementara dan Pagu Definitif. Rincian kegiatan yang dilakukan telah sesuai dengan siklus penyusunan APBN yang terdiri dari: a. Penetapan Pagu Indikatif ditetapkan secara tepat waktu
dengan SEB Menteri
Keuangan dan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional pada bulan April 2009. Pagu Indikatif yang ditetapkan dalam SEB adalah sebesar Rp323,89 triliun. Pagu Indikatif merupakan ancar-ancar untuk setiap Kementerian Negara/Lembaga guna menyempurnakan rancangan awal RKP tahun 2010. b. Berdasarkan SE Menteri Keuangan Nomor 1927/MK.02/2009 tanggal 6 Juli 2009, Pemerintah telah mengalokasikan dana sebesar Rp327,5 triliun. Terdapat perbedaan sebesar Rp3,7 triliun, hal ini telah disepakati antara DPR-RI dengan Pemerintah pada tanggal 15-16 Juni 2009. Kesepakatan ini akan dijadikan acuan bagi penyusunan RKA-KL disamping juga harus mengacu kepada RKP 2010. c. Untuk pagu definitif, berdasarkan kesepakatan antara Pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR-RI pada tanggal 17 September 2009, alokasi Pagu Definitif APBN 2010 bagi Kementerian Negara/Lembaga sebesar Rp340,1 triliun atau naik sebesar
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
58
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Rp12,5 triliun dibanding Pagu Sementara. Atas dasar kesepakatan tersebut Menteri Keuangan telah mengeluarkan SE Nomor SE-2679/MK.02/2009 tanggal 24 September 2009 tentang Pagu Definitif Kementerian Negara/Lembaga Tahun 2010. Grafik 6. Siklus Penyusunan APBN JANUARI – APRIL
SEPTEMBER - DESEMBER
MEI – AGUSTUS (4) Pembahasan Pokok-pokok Kebijakan Fiskal & RKP
DPR
(8) Pembahasan RKA-KL
(9)
UU APBN
PEMBAHASAN RAPBN
(11)
(7) Kebijakan Umum dan Prioritas Anggaran
KABINET/ PRESIDEN
KEMENTRIAN PERENCANAAN
KEPPRES TENTANG RINCIAN APBN
PENELAAHAN KONSISTENSI DENGAN RKP
SEB PRIORITAS PROGRAM DAN INDIKASI PAGU
(6)
(2) SE PAGU SEMENTARA
Kementrian Keuangan
(5)
LAMPIRAN RAPBN (HIMPUNAN RKAKL)
(10)
(13)
RANCANGAN KEPPRES TTG RINCIAN APBN
PENGESAHAN
PENELAAHAN KONSISTENSI DENGAN PRIORITAS ANGGARAN
(1) Kement. Negara/ Lembaga
NOTA KEUANGAN RAPBN DAN LAMPIRAN
Renstra KL
Rancangan Renja KL
(3)
RKA-KL
(12)
(14)
KONSEP DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN
Kegiatan yang secara langsung mendukung pencapaian sasaran adalah sebagai berikut : a) Melaksanakan pengembangan dan penerapan Sistem Penganggaran b) Menyusun Standar Biaya baik Standar Biaya Umum maupun Standar Biaya Khusus c) Menetapkan pagu K/L mulai dari pagu indikatif, pagu sementara, dan pagu definitif d) Penelaahan RKA-KL untuk rencana kegiatan tahun 2010 Keempat kegiatan tersebut berada di bawah Program Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran dan Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara. 2.
Persentase kesesuaian SAPSK sesuai dengan standar biaya (DK 2.2) SAPSK yang ditetapkan telah sesuai dengan Standar Biaya yang telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PM.01/2009 tentang Standar Biaya Umum tahun 2010 serta Peraturan Menteri Keuangan Nomor 108/PMK.02/2009 tentang Standar Biaya Khusus. Kegiatan yang dilakukan adalah dengan melakukan penelaahan dan bimbingan teknis atas RKA-KL untuk TA 2010 untuk memastikan bahwa RKA-KL yang disusun telah mengacu kepada Standar Biaya.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
59
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
3.
Persentase ketepatan penyediaan dana (DK 2.3) Dalam rangka pengelolaan uang negara perlu diatur penyaluran dana bagi Rekening Pengeluaran Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat (RPK BUN P) pada bank umum guna menampung dana dari Rekening Kas Umum Negara yang akan dipergunakan oleh Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) untuk membiayai pengeluaran negara. Untuk dapat mendukung pengelolaan keuangan negara yang baik, transparan, akuntabel dan berkesinambungan diterapkan Treasury Single Account (TSA). Sehubungan dengan itu, KPPN diwajibkan mengajukan permintaan kebutuhan dana untuk penyediaan dana SP2D yang akan dicairkan kepada Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Agar data pengiriman permintaan kebutuhan dana KPPN dapat diterima dengan cepat dan akurat maka KPPN dalam mengirimkan permintaan kebutuhan dana wajib menggunakan aplikasi ekirana. Untuk tahun 2009 ditargetkan ketepatan penyediaan dana untuk membiayai pengeluaran negara sebesar 90%, dan pada akhir tahun 2009 tercapai sebesar 98,58%. Kendala pencapaian IKU ini adalah terdapatnya gangguan jaringan intranet dan aplikasi e-kirana sehingga KPPN tidak dapat mengirimkan permintaan kebutuhan dana dan tambahan kebutuhan dana melalui e-kirana. Oleh karena itu, rekomendasi terkait pencapaian IKU ini adalah perbaikan jaringan agar dapat mempercepat pengiriman data kebutuhan dana.
4.
Persentase penyaluran jumlah dana transfer ke daerah (DK 2.4) dan Persentase penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu (DK 2.5) Tabel 19. Perkembangan Jumlah Daerah dan Besaran Transfer Tahun 2004 s/d 2009 No
Daerah
2004
2005
2006
2007
2008
2009
1
Provinsi
30
32
33
33
33
33
2
Kabupaten/Kota
410
434
434
434
451
477
3
Jumlah
440
466
467
467
484
510
4
Realisasi Transfer
129,7
150,5
226,2
253,3
292,6
303,1
16,04
50,30
11,98
15,51
3,59
(Triliun rupiah) 5
% Kenaikan
Perkembangan alokasi Dana Transfer ke Daerah selama lima tahun terakhir telah mencapai sasaran sesuai renstra tahun 2004-2009 dan mengalami kemajuan yang cukup signifikan. Perhitungan dan pengalokasian tersebut diberlakukan pada seluruh daerah berdasarkan perhitungan tertentu. DBH dengan persentase tertentu,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
60
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
DAU dengan formula tertentu, DAK dengan kriteria tertentu, Dana Otsus dan Penyesuaian
dilakukan
berdasarkan
undang-undang
terkait.
Di
sisi
lain,
perkembangan jumlah daerah penerima Dana Transfer ke Daerah dari tahun 2004 sebanyak 440 menjadi 510 pada tahun 2009, atau meningkat 70 daerah selama 5 tahun, sebagaimana terlihat pada tabel di atas. Sepanjang tahun 2009, terdapat pencapaian sasaran Transfer ke Daerah yang pada awal tahun belum ditetapkan sebagai konsekuensi penetapan UU-APBN tahun 2009, antara lain Pengalokasian Dana Tambahan Penghasilan Guru Tahun 2009. Pada
akhir
tahun
2009,
dengan
ditetapkannya
Perpres
Nomor
52/2009
mengamanatkan bahwa bagi guru yang belum memperoleh Tunjangan Profesi Guru diberikan tambahan penghasilan. Rapat koordinasi mengenai data, juknis, dan muatan pengaturan dalam Peraturan Menteri Keuangan telah selesai dilaksanakan, walaupun tidak ada dukungan dana dalam DIPA tahun 2009. Koordinasi dilakukan dengan Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Dalam Negeri. Secara rinci, Perpres maupun Permenkeu terkait alokasi DAU dan dana penyeimbang yang telah ditetapkan selama tahun 2004-2009 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 20. Perpres Alokasi DAU dan Permenkeu Dana Penyeimbang Yang Diterbitkan Tahun Anggaran 2005 – 2010 Alokasi Tahun 2006
2007 2008
2009
2010
Perpres (miliar Rp)
Peraturan Menteri Keuangan (Miliar Rp)
JUMLAH DAERAH
145.664,20
300.65
33 Provinsi
Perpres 74 Tahun 2005
PMK No. 123 Tahun 2005
434 Kab/Kota
164.787,40
842,91
33 Provinsi
Perpres 104 Tahun 2006
PMK No. 129 Tahun 2006
434 Kab/Kota
179.507,14
242,84
33 Provinsi
Perpres 110 Tahun 2007
PMK No. 172 Tahun 2007
451 Kab/Kota
186.414,1
-
33 Provinsi
Perpres 74 Tahun 2008
-
477 Kab/Kota
192.490,34
-
33 Provinsi
Perpres 53 Tahun 2009
-
477 b/Kota
A.3. TEMA PEMBIAYAAN NEGARA Tema pembiayaan negara merupakan implementasi misi fiskal, ekonomi, dan politik. Tema ini menjadi tanggungjawab Ditjen Pengelolaan Utang. Sasaran strategis dalam tema ini adalah Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal (DK 3) dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) Pemenuhan target pembiayaan melalui utang (DK 3.1).
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
61
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
a. Pemenuhan target pembiayaan melalui utang pada tahun 2009 ditargetkan sebesar Rp177,73 triliun (100%) dengan capaian realisasi sebesar Rp176,79 triliun (99,47%), yang terdiri dari: 1) Penarikan Pinjaman Program ditargetkan sebesar Rp30,32 triliun (ekuivalen USD2.994 juta) dengan realisasi sebesar Rp28,94 triliun (ekuivalen USD2.944 juta). Jumlah realisasi tersebut merupakan jumlah keseluruhan kegiatan pengelolaan Pinjaman Program di tahun 2009 berasal dari 10 perjanjian. Sumber pinjaman berasal dari Bank Dunia sebesar USD1.544 juta, Asian Development Bank (ADB) sebesar USD500 juta, Japan International Cooperation Agency (JICA) sebesar USD600 juta, dan Pemerintah Perancis sebesar USD300 juta. Pada Pinjaman Program yang bersumber dari Bank Dunia, terjadi perubahan target dari semula sebesar USD1.594 juta menjadi USD1.544 juta. Perubahan target tersebut ditetapkan dalam Rapat Monitoring dan Evaluasi APBN-P 2009 tanggal 16 Oktober 2009. 2) Pembiayaan melalui SBN ditargetkan secara neto sebesar Rp99,26 triliun atau secara bruto sebesar Rp144,80 triliun. Adapun realisasi penerbitan SBN secara neto Rp99,44 triliun atau secara bruto sebesar Rp144,56 triliun, yang terdiri dari realisasi penerbitan SUN bruto sebesar Rp128,007 triliun dan realisasi penerbitan SBSN bruto sebesar Rp16,55 triliun. Realisasi SBN neto melampaui target yang ditetapkan karena pembukuan accrued interest sebesar Rp185,8 miliar diperhitungkan sebagai bagian dari realisasi SBN neto. Jumlah realisasi penerbitan SUN sebesar Rp128,007 triliun merupakan jumlah keseluruhan kegiatan penerbitan SUN di tahun 2009 yang berasal dari: a). Realisasi penerbitan SUN dalam mata uang rupiah sampai dengan 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp88,236 triliun. Jumlah penerbitan tersebut terdiri dari penerbitan Obligasi Negara (ON) sebesar Rp54,5 triliun, penerbitan Surat Perbendaharaan Negara (SPN) sebesar Rp24,7 triliun, penjualan Obligasi Negara Ritel (ORI) seri ORI006 sebesar Rp8,54 triliun dan penerbitan SUN melalui private placement sebesar Rp500 miliar. b). Realisasi penerbitan SUN dalam mata uang asing denominasi USD sampai dengan 31 Desember 2009 adalah sebesar Rp36,075 triliun (ekuivalen USD3 miliar), sedangkan realisasi penerbitan SUN mata uang asing denominasi Yen (Samurai Bond/Shibosai) adalah sebesar Rp3,695 triliun (ekuivalen JPY35,00 miliar atau USD350 juta).
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
62
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Jumlah realisasi penerbitan SBSN tahun 2009 sebesar Rp16,55 triliun, dengan rincian sebagai berikut: a)
Penerbitan Sukuk Ritel dengan nilai nominal Rp5,56 triliun;
b)
Penerbitan SBSN Valas sebesar Rp7,03 triliun (ekuivalen USD650);
c)
Private placement SDHI dengan nilai nominal Rp2,69 triliun; dan
d)
Penerbitan SBSN reguler (IFR) dengan cara lelang sebesar Rp 1,28 triliun. Masih rendahnya realisasi penerbitan SBSN tahun 2009, yaitu hanya mencapai
Rp16,55 triliun, antara lain disebabkan karena terlambatnya persetujuan DPR atas penggunaan BMN sebagai aset SBSN, sehingga mengakibatkan penundaan program penerbitan yang sudah direncanakan. Selain itu, tingginya ekspektasi imbal-hasil (yield) yang diinginkan oleh investor menyebabkan pelaksanaan penerbitan tidak memberikan hasil yang optimal. Dengan demikian, target pemenuhan pembiayaan APBN melalui utang di tahun 2009 relatif dapat terpenuhi. b. Selama periode 2005-2008, pemenuhan target pembiayaan melalui utang dirinci sebagai berikut: Tabel 21. Realisasi Pemenuhan Pembiayaan Melalui Utang Tahun 2005-2008 Jenis Pembiayaan melalui utang 1. Penerbitan SUN gross
2005
2006
2007
2008
a. dalam mata uang rupiah
Rp22,54 triliun
Rp42,58 triliun
Rp86,38 triliun
Rp82,23 triliun
b. dalam denominasi USD
Rp24,49 triliun
Rp18,47 triliun
Rp13,58 triliun
Rp39,32 triliun
(ekuivalen
(ekuivalen USD2
(ekuivalen
(ekuivalen
USD2,5 miliar)
miliar)
USD1,5 miliar)
USD4,2 miliar)
Rp12,26 triliun
Rp13,58 triliun
Rp19.61 triliun
Rp30,10 triliun
(ekuivalen
(ekuivalen
(ekuivalen
(ekuivalen
USD1,24 miliar)
USD1,5 miliar)
USD2,11 miliar)
USD2,77 miliar)
-
-
-
Rp4,70 triliun
2. Pengadaan Pinjaman Program
3. Penerbitan SBSN gross (dalam mata uang Rupiah)
c. Beberapa tantangan dalam pemenuhan pembiayaan melalui utang, antara lain: 1) potensi pasar SBN domestik relatif masih terbatas, disebabkan karena masih terbatasnya perkembangan industri pasar keuangan domestik; 2) penerbitan obligasi valas berpotensi meningkatkan risiko nilai tukar, akan tetapi obligasi valas tetap dibutuhkan karena menjadi alternatif untuk menghindari crowding out effect; 3) target penerbitan SBN yang terlalu besar dan tidak diimbangi dengan pertumbuhan pasar domestik, dapat mendorong naiknya imbal hasil yang diminta investor;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
63
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
4) ketersediaan pinjaman lunak yang disediakan oleh pemberi pinjaman semakin terbatas. d. Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, antara lain: 1) bekerjasama dengan lembaga terkait dalam mengupayakan pengembangan pasar SBN domestik, memperluas basis investor SBN domestik, dan mengembangkan instrumen SBN; 2) mengembangkan strategi pengelolaan risiko utang melalui instrumen derivatif (hedging) dan penerapan konsep asset liability management dengan Bank Indonesia (natural hedging); 3) meningkatkan koordinasi dengan lembaga-lembaga baik domestik dan internasional dalam rangka mendapatkan sumber pembiayaan utang alternatif; 4) target pembiayaan APBN melalui SBN perlu ditetapkan secara realistis dengan mempertimbangkan daya serap pasar dan pengelolaan portofolio dan risiko utang; 5) meningkatkan fleksibilitas pembiayaan utang melalui penerapan konsep utang neto. Secara umum pencapaian sasaran strategis pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal dengan indikator pemenuhan target untuk pembiayaan APBN melalui utang selama periode 2005-2009 dapat dilaksanakan dengan baik. Selain pembiayaan yang berasal dari utang, pembiayaan APBN juga dapat berupa dana investasi pemerintah dan restrukturisasi BUMN. Penjelasan mengenai capaian pembiayaan ini telah diuraikan dalam DK 1.1.5 A.4. TEMA KEKAYAAN NEGARA Tema kekayaan negara merupakan implementasi misi fiskal. Sasaran strategis utama dalam tema ini adalah Pengelolaan Kekayaan Negara Yang Optimal (DK.4). Pengelolaan kekayaan negara yang optimal merupakan pengelolaan atas Barang Milik Negara, Kekayaan Negara Yang Dipisahkan, Kekayaan Negara Lain-Lain, termasuk inventarisasi dan penilaian kekayaan negara. Inventarisasi dan penilaian BMN dilakukan dalam upaya memperoleh nilai wajar BMN yang perolehannya sebelum 31 Desember 2004 dalam rangka memperbaiki kualitas opini Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dari BPK. Selain itu, Inventarisasi dan Penilaian dilakukan untuk mendukung kebijakan lain dalam pengelolaan BMN, seperti pemanfaatan atau pemindahtanganan BMN. Dari kegiatan inventarisasi kekayaan negara dicapai kinerja antara lain pada tahun 2007 dan 2008 telah dilaksanakan inventarisasi dan penilaian BMN yang berasal dari 38 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) berupa objek tanah dengan hasil nilai wajar sebesar Rp12,27 triliun. Penilaian BMN dilakukan dalam rangka mewujudkan nilai wajar
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
64
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
BMN pada satker K/L, yang hasilnya untuk perbaikan LKPP dari sudut pengelolaan BMN. Nilai wajar juga diperlukan untuk mendukung kebijakan lain dalam pengelolaan BMN antara lain penilaian BMN dalam rangka pembentukan Badan Layanan Umum (BLU), penilaian BMN sebagai penyertaan modal negara, serta penilaian BMN sebagai underlying penerbitan Sukuk. Capaian kinerja di bidang penilaian kekayaan negara antara lain: (i) penilaian BMN sebagai underlying asset SBSN dengan nilai Rp45,13 triliun; (ii) penilaian dalam rangka pembentukan BLU dengan nilai Rp74,32 triliun; (iii) penilaian BMN sebagai penyertaan modal negara dengan nilai Rp5,25 miliar; dan (iv) penilaian dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan BMN sebanyak 191 laporan penilaian. Dalam
pencapaian
sasaran
strategis
ini,
Departemen
Keuangan
mengidentifikasikan 1 Indikator Kinerja Utama (IKU), yaitu Jumlah Satker Yang Selesai Diinventarisasi Dan Dinilai Wajar. Total seluruh satker di Kementerian/Lembaga yang tercatat adalah sebanyak 20.330 satker. Penilaian BMN meliputi tanah dan atau bangunan, kendaraan dan inventaris kantor yang bernilai Rp.300.000,00 ke atas. Untuk tahun 2009, rencana tingkat capaian (target) satker yang diinventarisasi dan dinilai wajar sebanyak 9.158 satker dan dapat terealisasi sebanyak 9.201 satker (100,47%). Target tersebut dapat tercapai karena : a. Pemberdayaan sebagian besar sumber daya yang dimiliki (SDM, sarana, prasarana dan TIK) untuk melaksanakan penertiban BMN antara lain bantuan pegawai dari kantor pusat, maupun Kanwil dan KPKNL yang sudah selesai untuk membantu penyelesaian inventarisasi
dan
penilaian
pada
Kanwil/KPKNL
yang
belum
menyelesaikan
inventarisasi dan penilaian; b. Peningkatan koordinasi yang baik dengan Satuan Kerja sehingga mempercepat pelaksanaan penertiban BMN.; c. Penerapan Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi (SIMAK) BMN yang makin merata di seluruh K/L; d. Monitoring dan evaluasi secara berjenjang oleh Kantor Pusat dan Kanwil yang dilakukan periodik; e. Pembentukan Tim Trouble Shooter yang bertugas untuk memberikan bimbingan, arahan serta pemberian saran perbaikan kepada Kanwil/KPKNL dalam pelaksanaan inventarisasi dan penilaian BMN. Capaian Kinerja di bidang Pengelolaan Kekayaan Negara: Jumlah satker yang telah diinventarisasi dan dinilai wajar sampai dengan tahun 2009 sebanyak 19.760 dengan perincian sebagai berikut:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
65
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 22. Jumlah Satker Yang Telah Diinventarisasi dan Dinilai Wajar s.d Tahun 2009 Tahun
Jumlah Satker
Saldo Awal
Saldo Akhir
(Lap BMN akhir smt II tahun
(Saldo awal +/- Koreksi Hasil
2007)
Penilaian +/- mutasi)
2007
1.198
Rp5.248.396.682.979
Rp17.903.085.072.941
2008
9.361
Rp74.033.057.957.019
Rp155.105.039.323.761
2009
9.201
Rp145.148.420.670.767
Rp291.006.209.690.640
TOTAL
19.760
Rp224.429.875.310.765
Rp464.014.334.087.342
Sampai dengan tahun 2009, sesuai hasil pelaksanaan Inventarisasi dan Penilaian Barang
Milik
Negara
(BMN),
saldo
awal
nilai
BMN
terkoreksi
sebesar
Rp239.584.458.776.577,-. a. Penerimaan pembiayaan APBN yang berasal dari hasil pengelolaan aset eks BPPN, aset eks BDL dan aset eks. PT. PPA tahun 2009 sebesar Rp.635 milyar atau sebesar 133 % dari target sebesar Rp.476,9 Milyar. Pencapaian kinerja yang dapat melampaui target
tersebut
disebabkan
oleh
(i)
percepatan
inventarisasi
dan
verifikasi
berkas/dokumen aset eks BPPN, PT PPA dan BDL;(ii) percepatan penyerahan aset kredit kepada PUPN;(iii) percepatan penjualan aset properti; b. Selain penilaian dalam rangka penertiban BMN, capaian kinerja di bidang penilaian kekayaan negara antara lain: (i) Penilaian BMN sebagai underlying asset SBSN dengan nilai Rp45,13 trilyun; (ii) Penilaian dalam rangka pembentukan BLU dengan nilai Rp.74,32 trilyun; (iii) Penilaian BMN sebagai penyertaan modal negara dengan nilai
Rp5,25
milyar;
dan
(iv)
Penilaian
dalam
rangka
pemanfaatan
dan
pemindahtanganan BMN sebanyak 191 laporan penilaian. Pemenuhan kinerja tersebut dapat tercapai karena peningkatan kuantitas dan kualitas Penilai DJKN, sehingga proses survei lapangan dan penyusunan laporan penilaian dapat diselesaikan sesuai standar operating procedures yang ditetapkan. Proses pembinaan dan review terhadap penilaian dilakukan secara rutin oleh Direktorat Penilaian untuk menjaga mutu hasil penilaian.; c. Pengkajian dan pemberian rekomendasi atas rencana privatisasi pada 20 BUMN, pengkajian penambahan Penyertaan Modal Negara (PMN) pada 36 BUMN dan telah ditetapkan PMN pada 16 BUMN , pembentukan BUMN dan penetapan status kekayaan awal BP Migas. Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara dipisahkan tersebut belum dapat sepenuhnya dilaksanakan karena sebagian proses penyelesaian tergantung kepada pihak lain seperti PT PPA dalam hal pengkajian privatisasi dan restrukturisasi BUMN. Dalam proses PMN, pengkajian internal oleh DJKN memerlukan LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
66
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
kehati-hatian yang tinggi karena berdampak kepada pengeluaran APBN. Proses privatisasi, restrukturisasi, PMN dan pembentukan BUMN baru melibatkan pihak-pihak lain seperti BKF, DJA, Kementerian BUMN, sehingga diperlukan waktu yang relatif panjang. Program yang mendukung pencapaian sasaran IKU diatas adalah Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kekayaan Negara, dengan kegiatan-kegiatan antara lain: a) Penanganan Pengelolaan Barang Milik Negara Eks Kekayaan Pertamina dengan indikator output rekomendasi/penetapan penggunaan dan peruntukkan BMN eks Pertamina (100%). Rencana tingkat capaian penanganan sebanyak 1 paket dapat terealisasi sebanyak 1 paket. b) Penetapan Status Bentuk Hukum Pengelolaan Otorita Asahan dengan indikator output Rekomendasi /Penetapan Status Bentuk Hukum Pengelolaan Otorita Asahan dengan rencana tingkat capaian sebanyak 1 paket dapat terealisasi sebanyak 1 paket. c) Penetapan Status Kelembagaan Otorita Batam (diganti menjadi Revisi PMK Nomor 96/PMK.06/2007) dengan indikator output tersusunnya Draft Revisi PMK Nomor 96/PMK.06/2007 (50%). Rencana tingkat capaian sebanyak 2 paket dapat terealisasi sebanyak 1 paket. Kegiatan dimaksud ternyata telah dikerjakan oleh Menko Perekonomian. Selanjutnya kegiatan Penetapan Status Kelembagaan Otorita Batam diganti dengan kegiatan revisi Revisi PMK No. 96/PMK.06/2007. d) Penetapan Status Pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dengan indikator output rekomendasi/penetapan status terkait pengelolaan aset TMII (100%). Rencana tingkat capaian sebanyak 1 paket dapat terealisasi sebanyak 1 paket. e) Melakukan penilaian BMN dalam rangka koreksi LKPP dengan indikator output Laporan Rekapitulasi Hasil Penilaian BMN (100%). Rencana tingkat capaian sebanyak 250 set dapat terealisasi sebanyak 250 set. A.5. TEMA PASAR MODAL DAN LEMBAGA KEUANGAN NON BANK DK 5. Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar,efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1. Persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian
2,40%
9,29%
2. Persentase pertumbuhan frekuensi saham harian
2,40%
3,28%
3. Jumlah emiten baru sesuai target
10,00
18,00
10,00%
0,63%
4,00%
8,76%
4.
Persentase pertumbuhan dana yang lembaga penjaminan dan pembiayaan
5.
Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
dikelola
oleh
67
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
DK 5. Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar,efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat Indikator Kinerja 6.
Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri dana pensiun
Target
Realisasi
-1,00%
13,08%
Tema Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank merupakan implementasi misi ekonomi, politik, dan sosial budaya. Tema ini menjadi tanggungjawab Bapepam-LK. Sasaran strategis dalam tema ini adalah Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar,efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat (DK 5). Pencapaian sasaran strategis ini ditunjang oleh 6 Indikator Kinerja Utama: 1.
Persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian (DK 5.1) dan Persentase pertumbuhan frekuensi saham harian (DK 5.2) Kedua IKU ini bertujuan untuk memantau pasar modal secara umum melalui perkembangan indikator pasar. Yang dimaksud dengan pertumbuhan nilai transaksi harian di bursa efek adalah selisih pertambahan nilai pada hari tertentu dibandingkan dengan hari sebelumnya. Nilai transaksi menunjukkan jumlah nilai transaksi dalam satuan rupiah yang terjadi selama satu hari bursa. Sedangkan yang dimaksud dengan frekuensi transaksi saham adalah berapa kali saham diperdagangkan. Frekuensi transaksi perdagangan di Bursa dalam 1 bulan berarti penjumlahan dari berapa kali seluruh saham yang diperdagangkan pada seluruh Hari Bursa dalam bulan tersebut. Pada tahun 2009 seiring dengan membaiknya kondisi makro ekonomi dan pulihnya kepercayaan investor terhadap kondisi Pasar Modal Indonesia, maka perdagangan saham di bursa menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. IHSG BEI pada akhir perdagangan hari Kamis tanggal 29 Desember 2009 ditutup pada posisi 2.518,99 poin atau naik 85,85% dibanding dengan indeks penutupan pada akhir hari Selasa tanggal 30 Desember 2008 yang berada pada posisi 1.355,40. Peningkatan serupa juga dialami indeks utama beberapa bursa efek di kawasan Asia. Tabel 23. Indeks Penutupan Bursa Efek 2008-2009 Bursa Efek
31 Desember 08
29 Desember 2009
%
Shenzhen
553,30
1.191,07
115,27
Indonesia
1.355,40 *)
2.518,99
85,85
Mumbai
9.647,31
17.401,56
80,38
Shanghai
1.820,80
3.211,76
76,39
Taiwan
4.591,22
8.053,83
75,42
Thailand
449,96*)
742.16
64.94
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
68
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Bursa Efek Philipina
31 Desember 08
29 Desember 2009
%
1.872,85 **)
3.052,68
62,99
Singapore
1.761,56
2.869,76
62,91
HongKong
14.387,48
21.499,44
49,43
876,75
1.275,22
45,45
8.776,39
10.547,08
20,18
8.859,56*)
10.638,06
20,07
Malaysia DowJones Japan
*) Indeks penutupan per tanggal 30 Desember 2008 **) Indeks penutupan per tanggal 24 Desember 2008
Seiring dengan kenaikan IHSG tersebut, persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian di Bursa Efek pun mengalami kenaikan. Hal ini ditandai dengan realisasi capaian pertumbuhan nilai transaksi harian sebesar 9,29% dan 3,28% melebihi target yang ditetapkan untuk masing-masing IKU sebesar 2,40%. Apabila dilihat dari sisi kapitalisasi pasar maka nilai kapitalisasi pasar di BEI pada akhir perdagangan tahun 2009 mengalami peningkatan Rp2.020,51 triliun, dibandingkan dengan tahun lalu yang hanya sebesar Rp1.065,36 triliun. Angka ini mengalami perubahan positif yang cukup drastis yakni 89,65% persen. Kinerja IHSG yang cukup baik selama tahun 2009 ini tidak lepas dari peran adanya aliran dana masuk dari pemodal asing (foreign capital inflow) ke pasar saham Indonesia. Terhitung sejak awal tahun sampai dengan 4 November 2009, pemodal asing tercatat lebih banyak melakukan aktivitas pembelian daripada penjualan atas saham-saham perusahaan Indonesia yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Dengan kata lain, pemodal asing telah melakukan pembelian bersih senilai Rp 8,16 triliun selama tahun 2009 ini. Peran pemodal asing juga terlihat dari besarnya kepemilikan mereka atas saham-saham emiten Indonesia. Berdasarkan nilai kepemilikannya, pemodal asing per 3 November 2009 telah menguasai sekitar 67,44% saham yang tercatat di BEI dengan nilai kepemilikan sebesar Rp 724,40 triliun. Dominasi peran asing dalam kepemilikan saham sangat bertolak belakang dengan masih rendahnya kepemilikan mereka atas instrumen investasi lainnya yaitu obligasi perusahaan dan obligasi negara. Dalam kedua obligasi tersebut, pemodal asing tercatat hanya menguasai sekitar 3,43% kepemilikan obligasi perusahaan dan untuk obligasi pemerintah hanya sekitar 17,31%. Sedangkan untuk frekuensi perdagangan saham, sampai dengan bulan November 2009 mencapai 1.714.263 kali.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
69
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Grafik 7. Perkembangan IHSG dan Transaksi Asing (Jan 2008 – 4 Nov 2009)
Sumber Data: Bloomberg
Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran ini berada di bawah Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan, yaitu antara lain sebagai berikut: a) Memproses pernyataan pendaftaran Penawaran Umum Terbatas Saham, dengan nilai capaian sebesar 100%.
Penawaran Umum Terbatas Saham akan
menambah supply saham yang beredar di pasar sekunder, sehingga meningkatkan
akan
likuiditas saham yang beredar. Likuiditas yang meningkat
merupakan salah satu faktor yang menarik minat investor untuk melakukan transaksi. b) Menyelenggarakan pemeriksaan teknis Emiten/Perusahaan Publik, dengan capaian sebesar 73,08%. Capaian ini diperoleh dengan membandingkan target LHP yang direncanakan sejumlah 52 LHP dengan tingkat penyelesaian LHP sejumlah 38 LHP. Kegiatan Pemeriksaan teknis Emiten/Perusahaan Publik merupakan salah satu upaya Departemen Keuangan c.q Bapepam LK dalam meningkatkan kualitas Emiten dan Perusahaan Publik. Selama ini proses pemantauan terhadap kondisi Emiten/Perusahaan Publik dilakukan melalui proses penelaahan atas Laporan Keuangan yang disampaikan secara periodik. Seiring dengan perkembangan industri, disamping penelaahan atas Laporan Keuangan, perlu dilakukan Pemeriksaan Teknis atas Emiten/Perusahaan Publik. Pemeriksaan Teknis ini bertujuan untuk memastikan kepatuhan Emiten/Perusahaan Publik atas peraturan perundang-undangan pemeriksaan
teknis
yang atas
berlaku.
Diharapkan
Emiten/Perusahaan
dengan Publik,
dilakukannya
maka
kualitas
Emiten/Perusahaan Publik akan meningkat, dengan demikian saham yang ditransaksikan di bursa adalah saham dengan fundamental yang baik. Kualitas
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
70
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
saham yang baik, akan ikut mendorong minat investor untuk melakukan transaksi. Mengingat pemeriksaan teknis Emiten/Perusahaan Publik ini merupakan kegiatan baru yang belum pernah dilakukan sebelumnya oleh Bapepam-LK, maka diputuskan untuk melakukan revisi rencana tingkat capaian (target) dari 52 LHP menjadi 36 LHP. Dengan target yang telah direvisi tersebut (36 LHP) dapat direalisasikan sebanyak 38 LHP, sehingga nilai persentase pencapaian sebesar 105,56%. 2.
Jumlah emiten baru sesuai target (DK 5.3) IKU ini bertujuan untuk mengetahui banyaknya jumlah emiten baru yang melakukan penawaran umum Efek melalui Pasar Modal. Yang dimaksud dengan jumlah emiten baru adalah pertambahan perusahaan yang melakukan penawaran umum Saham & Obligasi perdana. Namun demikian, pencapaian atas target yang ditetapkan sangat dipengaruhi oleh faktor eksternal yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable), karena terkait dengan kemauan perusahaan untuk memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pendanaan, dan juga sangat tergantung dari faktor makro ekonomi maupun kestabilan keamanan dan politik. Pada tahun 2009, jumlah Emiten baru ditargetkan sebesar 10 emiten, penetapan target ini tidak terlepas dari pertimbangan kondisi makro ekonomi di akhir tahun 2008 yang tidak cukup menggembirakan sehingga dirasa akan mempengaruhi ketertarikan calon Emiten untuk memanfaatkan Pasar Modal sebagai sumber pendanaan usahanya. Pada akhir tahun 2009, jumlah emiten baru adalah 18 emiten, sehingga melampaui target yang ditetapkan. Pencapaian yang melebihi target ini di samping dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi yang berangsur membaik di tahun 2009, juga dikarenakan kinerja Departemen Keuangan sebagai pembuat kebijakan dalam mengembangkan industri emiten, di antaranya melalui perbaikan dan perpendekan jangka waktu proses bisnis penelaahan pernyataan pendaftaran, dari 45 hari kerja menjadi 35 hari kerja. Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran ini
berada di
bawah Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan, antara lain sebagai berikut: a) Melakukan pendalaman penelaahan pernyataan pendaftaran dalam rangka penawaran umum Emiten dan Perusahaan Publik, dengan nilai capaian 560%, yaitu
dari
target
sebesar
10
penelaahan
pernyataan
pendaftaran
calon
Emiten/Perusahaan Publik, terealisasi sejumlah 56 penelahaan pernyataan pendaftaran. Dasar penghitungan capaian untuk kegiatan ini adalah semua kegiatan penawaran umum, tidak terbatas pada penawaran umum saham perdana saja.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
71
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
b) Melakukan Penerapan Pengawasan Berbasis Resiko Dalam Rangka Pengawasan Emiten Dan Perusahaan Publik Secara Berkelanjutan, dengan nilai capaian sebesar 100%. Pengawasan terhadap Emiten/Perusahaan Publik merupakan hal yang menjadi prioritas Departemen Keuangan, karena kualitas Emiten merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan minat investor untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia. Di samping itu, pengawasan diperlukan untuk memastikan dana masyarakat yang dihimpun Emiten digunakan sesuai dengan peraturan yang berlaku. Mengingat keterbatasan SDM dan banyaknya emiten yang harus diawasi, maka Departemen Keuangan menerapkan sistem pengawasan berbasis risiko. Pengawasan berbasis risiko adalah sebuah metode pengawasan yang dilakukan dengan cara menilai tingkat risiko Emiten/Perusahaan Publik. Dengan menilai tingkat
risiko
dari
Emiten/Perusahaan
Emiten/Perusahaan
Publik
dikelompokkan
Publik ke
maka
dalam
masing-masing
beberapa
kelompok
berdasarkan tingkat risiko masing-masing. c) Melakukan pendalaman penelaahaan Laporan Berkala dan Insidentil Emiten dan Perusahaan Publik dengan capaian sebesar 356,63%, dan 336,67%. Salah satu upaya untuk memastikan kepatuhan Emiten/Perusahaan Publik dilakukan melalui penelaahan laporan berkala dan laporan insindentil. Laporan Berkala terdiri dari Laporan Keuangan Tahunan dan Laporan Keuangan Tengah Tahunan. Dalam melakukan penelaahan terhadap laporan keuangan tahunan dan laporan keuangan tengah tahunan, beberapa hal yang menjadi perhatian Departemen Keuangan adalah pendapat akuntan yang melakukan audit, kinerja dan kepatuhan Emiten/Perusahaan Publik terhadap standar akuntansi yang berlaku umum. Berdasarkan penelaahan yang dilakukan terhadap laporan keuangan tahunan
2008
maupun
laporan
keuangan
tengah
tahunan
2009
Emiten/Perusahaan Publik, Departemen Keuangan telah memberikan tanggapan tertulis kepada Emiten/Perusahaan Publik. Tanggapan tersebut antara lain berisi permintaan penjelasan mengenai penurunan kinerja Emiten/Perusahaan Publik, hal-hal yang menyebabkan munculnya opini selain Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), masalah restrukturisasi hutang, transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, serta belum terpenuhinya standar akuntansi yang berlaku. Selain
permintaan
penjelasan,
Departemen
Keuangan
juga
meminta
Emiten/Perusahaan Publik yang mengalami saldo rugi untuk melakukan public expose atas rencana manajemen dan memperbaiki kinerja, serta mengundang Direksi dan Kantor Akuntan Publik untuk memberikan klarifikasi mengenai opini selain WTP.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
72
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Sementara itu, yang dimaksud dengan Laporan insidentil adalah laporan yang wajib disampaikan kepada Departemen Keuangan berdasarkan terjadinya suatu peristiwa. Beberapa Laporan insidentil yang wajib disampaikan adalah laporan keterbukaan informasi yang harus segera diumumkan kepada publik, laporan Keterbukaan Informasi bagi Emiten/Perusahaan Publik yang Dimohonkan Pailit, dan Keterbukaan Informasi Pemegang Saham Tertentu. Dalam melakukan penelaahan atas
Laporan
insidentil,
Departemen
Keuangan
memastikan
Emiten/Perusahaan Publik melakukan keterbukaan informasi yang cukup sehingga pemegang saham dan masyarakat mendapat informasi yang memadai mengenai Emiten/Perusahaan Publik. Untuk itu, disamping menelaah laporan yang disampaikan, Departemen Keuangan membandingkannya dengan sumbersumber informasi lain seperti surat kabar, laporan keuangan, laporan tahunan dan meminta keterangan lebih lanjut dari manajemen Emiten/Perusahaan Publik. 3.
Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh lembaga penjaminan dan pembiayaan (DK 5.4.1) Pertumbuhan dana yang dikelola oleh lembaga pembiayaan dan penjaminan khususnya Perusahaan Pembiayaan untuk tahun 2009 dengan rencana tingkat capaian sebesar 10% tidak dapat terpenuhi sebagaimana diharapkan, karena masih sangat terpengaruh dampak krisis keuangan global yang terjadi pada akhir tahun 2008 sampai dengan awal tahun 2009 antara lain dalam bentuk pelemahan nilai tukar rupiah dan pengetatan likuiditas perbankan, sehingga realisasi nilai capaian hanya sebesar 0,63%. Kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran ini adalah: a) Menyusun ketentuan Pemeriksaan Lembaga Pembiayaan dengan nilai capaian sebesar 100%, yaitu telah berhasil menyelesaikan 1 buah Pedoman Pemeriksaan Lembaga Pembiayaan. b) Melakukan pemeriksaan terhadap 52 Perusahaan Pembiayaan (PP), terjadi kenaikan sebanyak 22 perusahaan dari 30 perusahaan yang direncanakan pada tahun 2009 (173,33%). c) Melaksanakan
penyusunan
PMK
tentang
pembinaan
dan
pengawasan
Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan, belum tercapai. Penyusunan PMK tentang pembinaan dan pengawasan Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan belum dapat terlaksana dikarenakan prioritas Departemen Keuangan lebih difokuskan pada penyelesaian penyusunan PMK Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) yang telah ditetapkan pada tanggal 4 September 2009.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
73
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
4.
Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian (DK 5.4.2) Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri Perasuransian, pada tahun ini mencapai 8,76% dari target 4%. Program yang menaungi pencapaian IKU ini adalah Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan. Kegiatankegiatan yang mendukung pencapaian IKU tersebut antara lain sebagai berikut: a) Melaksanakan Pemeriksaan Langsung Rutin dan Langsung Khusus Terhadap Perusahaan Perasuransian, dengan nilai capaian sebesar 86,59% dan 78,33%. Dari 44 perusahaan asuransi yang diperiksa, telah disusun Laporan Hasil Pemeriksaan Sementara (LHPS) sebanyak 32 LHPS (71% dari 45 kegiatan pemeriksaan
yang
direncanakan
untuk
tahun
2009).
Sedangkan
untuk
penyusunan Laporan Hasil Pemeriksaan Final (LHPF), telah disusun sebanyak 21 LHPF (47% dari 45 kegiatan pemeriksaan yang direncanakan untuk tahun 2009). Namun demikian, dapat kami sampaikan pula bahwa selama tahun 2009 juga telah disusun LHPS untuk kegiatan pemeriksaan yang dilakukan pada tahun 2008 yaitu sebanyak 9 LHPS. Sedangkan penyusunan LHPF untuk kegiatan pemeriksaan tahun 2008 yang diselesaikan pada tahun 2009 adalah sebanyak 13 LHPF. b) Melaksanakan Pengembangan database profil risiko untuk setiap lini usaha asuransi secara bertahap, dengan nilai capaian sebesar 97,62%, 100%, 21,43%, 100%, dan 50%. Untuk kegiatan tahun 2009, telah dilakukan pengumpulan data profil risiko dan kerugian lini bisnis asuransi kendaraan bermotor dari 82 perusahaan (98% dari 84 perusahaan yang akan diteliti), 2 (dua) perusahaan yang lainnya tidak diteliti karena 1 (satu) perusahaan asuransi telah dicabut ijin usahanya pada tahun 2009, sedangkan 1 (satu) perusahaan lainnya sudah tidak beroperasi tetapi masih belum dicabut ijin usahanya karena masih harus menyelesaikan dana nasabahnya. Berdasarkan hasil penelitian dan pengumpulan data dari 82 perusahaan, telah diterbitkan surat permintaan konfirmasi kepada 18 (delapan belas) perusahaan atas data yang telah disampaikan. c) Melakukan pengkajian rencana pendirian Lembaga Perlindungan Polis (Policy Holders Protection Plan), dengan nilai capaian 0%. Dalam rangka penyusunan kajian dan naskah akademik pendirian Lembaga Perlindungan Polis, Departemen Keuangan telah melakukan kajian dan survey terhadap 661 responden yang terdiri dari konsumen asuransi, pelaku industri perasuransian, asosiasi, akademisi, pemerintah, dan lainnya. Hasil survey
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
74
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
menunjukkan bahwa 98,03% responden setuju dibentuk Lembaga Penjamin Pemegang Polis dengan alasan bahwa konsumen harus dilindungi dari kerugian keuangan yang signifikan jika sebuah perusahaan asuransi gagal. d) Penyempurnaan
Standar Good Corporate Governance (GCG) Perasuransian
Indonesia, dengan capaian 0%. Pada tahun 2009 telah dilakukan penyusunan pedoman Good Corporate Governance (GCG) Perasuransian Indonesia. Pedoman disusun dengan menggunakan data self assessment industri asuransi yang disampaikan oleh perusahaan perasuransian kepada Departemen Keuangan.
5.
Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri dana pensiun (DK 5.4.3) Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri Dana Pensiun, tahun ini mencapai 13,08% dari target -1%. Penetapan target pertumbuhan yang negatif tersebut dilatarbelakangi perkiraan bahwa kondisi perekonomian dan pasar modal di tahun 2009 masih belum pulih sehingga penetapan target sebesar -1% sudah menggambarkan kondisi pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan pada semester II tahun 2008 yang hanya sebesar -1,63%. Hal itu didasarkan pada perbandingan total aktiva bersih dana pensiun semester I 2009 yang berjumlah Rp. 102,07 triliun dengan total aktiva bersih dana pensiun per 31 Desember 2008 yang berjumlah Rp. 90,02 triliun. Pertumbuhan yang cukup signifikan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: • Telah pulihnya pasar modal Indonesia yang ditandai dengan meningkatnya indeks harga saham gabungan yang cukup pesat. Berdasarkan IDX FACT BOOK 2009, IHSG pada 31 Desember 2008 berada pada level 1.355 sedangkan pada 30 Juni 2009 indeks harga saham gabungan telah mencapai level 2.044. • Telah dilakukannya berbagai sosialisasi kepada Pendiri, Dewan Pengawas dan Pengurus Dana Pensiun untuk tidak melakukan cut loss, karena investasi dana pensiun pada dasarnya merupakan investasi jangka panjang. Himbauan tersebut mendapat respon yang cukup positif dari para pengurus dana pensiun sehingga banyak dana pensiun yang tidak melakukan cut loss dan justru membeli saham dengan fundamental baik dan dengan harga murah pada akhir tahun 2008. • Dikeluarkannya kebijakan Peraturan Ketua Bapepam LK Nomor 08 Tahun 2008, yang memungkinkan pilihan bagi Dana Pensiun untuk melakukan penilaian atas obligasi dan surat berharga pemerintah dengan metode hold to maturity.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
75
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
• Sosialisasi yang cukup intensif oleh Departemen Keuangan kepada perusahaan atau pemberi kerja yang belum memilki program pensiun berhasil mempengaruhi beberapa pemberi kerja untuk mendirikan dana pensiun pemberi kerja baru. Sebanyak 25 pemberi kerja mengikutsertakan karyawannya ke dana pensiun lembaga keuangan, yang kemudian berkontribusi meningkatkan total pengelolaan dana industri dana pensiun dalam kurun waktu semester I 2009. • Adanya setoran iuran dari pemberi kerja dan peserta pada semester I 2009, sebesar Rp. 4,3 triliun atau sekitar 35% dari pertumbuhan aktiva bersih selama semester I 2009. Kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran tersebut adalah menyusun persiapan pelaksanaan pengawasan langsung Dana Iuran Pensiun PNS dan Pejabat Negara, dengan nilai capaian sebesar 100%. A.6. TEMA SISTEM PENGELOLAAN KEUANGAN NEGARA
DK 6. Kepastian hukum dan transparansi Indikator Kinerja 1. Indeks kepuasan WP atas administrasi perpajakan dari hasil survey: • KPP WP Besar • KPP Madya • KPP Pratama 2. Indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai
Target
Realisasi
83,00 77,00 72,00
77,00 75,00 -
60,00%
61,50%
DK 7. Transparansi dan mekanisme yang sederhana Indikator Kinerja
Target
Realisasi
3,00
3,79
3,20
2,99
3,00
3,272
83,00%
82,00%
Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1. Indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah
3,00
3,272
1. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat (bidang anggaran) 2. Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat (bidang perbendaharaan) 3. Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan belanja transfer ke daerah 4. Persentase penggunaan anggaran risiko fiskal
DK 8. Fiskal balance
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
76
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
DK 9. Transparansi dan kredibilitas Indikator Kinerja 1. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang 2. Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
Target
Realisasi
380,00 set
489,00 set
100,00%
99,999%
DK 10. Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu Indikator Kinerja
Target
Realisasi
1. Indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan Negara tepat waktu
80,00 (baik)
75,31 (cukup)
DK 11. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan,dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional Indikator Kinerja 1. Indeks kepuasan stakeholders Bapepam- LK
Target
Realisasi
75,00
76,35
DK 12. Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum Indikator Kinerja 1. 2. 3. 4. 5.
Tingkat akurasi kebijakan fiskal Rata-rata persentase deviasi asumsi makro Persentase deviasi target defisit APBN Persentase deviasi proyeksi pendapatan negara Persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara
Target
Realisasi
92,00% 10,00% 10,00% 5,00% 70,00%
97,00% 3,80% 5,40% 1,70% 72,29%
Tema Sistem Pengelolaan Keuangan Negara merupakan implementasi misi fiskal dan ekonomi. Tema ini dilaksanakan oleh delapan unit organisasi eselon I, yaitu DJA, DJP, DJBC, DJPB, DJKN, DJPK, Bapepam, dan BKF. Sasaran-sasaran strategis yang mendukung tema ini adalah: 1.
Kepastian hukum dan transparansi (DK 6) Dalam pencapaian sasaran strategis ini, terdapat 2 Indikator Kinerja Utama (IKU) yang mendukung:
a.
Indeks kepuasan WP atas administrasi perpajakan dari hasil survey KPP WP Besar, KPP Madya, dan KPP Pratama (DK 6.1) Salah satu sasaran yang ingin dicapai oleh DJP sebagai salah satu institusi publik yang memberikan pelayanan kepada masyarakat adalah adanya kepastian hukum dan transparansi. Pencapaian sasaran ini diukur melalui Indeks Kepuasan Wajib Pajak atas administrasi perpajakan yang diperoleh dari survey yang dilakukan oleh pihak independen. Untuk mengukur pencapaian tersebut, pada tahun 2009 telah dilakukan survey kepuasan Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Wajib Pajak Besar dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
77
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
KPP Madya, sedangkan untuk KPP Pratama masih dalam perencanaan karena banyaknya unit KPP Pratama (299 KPP). Capaian indeks kepuasan untuk KPP Wajib Pajak Besar dan KPP Madya adalah 77 dan 75. Capaian ini belum mencapai target yang ditetapkan yaitu 83, 77 dan 72 untuk KPP Pratama. Hal ini merupakan tantangan bagi DJP untuk meningkatkan kinerja pelayanan sehingga kepuasan Wajib Pajak dapat meningkat kembali. Namun demikian sebagai perbandingan rata-rata indeks kepuasan bagi insititusi publik di negara lain berkisar antara 71 dan 76, sehingga dapat dikatakan bahwa pencapaian indeks kepuasan baik oleh KPP Wajib Pajak Besar dan Madya cukup baik. Tabel 24. Rata-Rata Indeks Kepuasan Insititusi Publik Country
Norms
Indonesia
75
Australia overall and public sector
66 / 74
Hongkong overall and public sector
75 / 71
India overall and public sector
78 / 78
Singapore overall and public sector
76 / 76
sumber: survey Nielsen tahun 2009
Pencapaian sasaran ini juga terlihat pada beberapa penghargaan yang diterima DJP dari lembaga independen, seperti: 1)
Direktorat Jenderal Pajak menerima penghargaan dari Warta Ekonomi egovernment tahun 2009 untuk kategori Direktorat Jenderal dan Special Achievement (penghargaan khusus) untuk bidang public service.
2)
Hasil survey Mark Plus Insight tahun 2009 Direktorat Jenderal Pajak dinilai paling inovatif dibandingkan dengan institusi lainnya dalam hal pelayanan publik.
3)
Hasil survey lembaga independen lainnya misalnya AC Nielsen dan Transparency International Indonesia untuk tahun 2009, kinerja Direktorat Jenderal Pajak menunjukkan hasil yang baik. Selain itu, jumlah Wajib Pajak yang bertanya melalui Kring Pajak 500200 terus
mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Untuk tahun 2009 sebanyak 318.449 atau mengalami pertumbuhan 37% dibandingkan tahun 2008 sebanyak 232.153. Dari semua panggilan yang masuk, jumlah panggilan terjawab juga terus mengalami peningkatan. Untuk tahun 2009 sebanyak 210.994 atau mengalami peningkatan 178% dibandingkan tahun 2008 sebanyak 76.017. Laporan atau pengaduan masyarakat selama tahun 2009 sebanyak 430 dan tahun 2008 sebanyak 238. Dari laporan masyarakat mengenai misconduct yang dilakukan pegawai pajak atau melaporkan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
78
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Wajib Pajak lainnya yang menghindar atau sengaja tidak melaporkan penghasilannya menunjukkan bahwa kepercayaan kepada Direktorat Jenderal Pajak meningkat pula.
b.
Indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai (DK 6.1.2) Indeks Kepuasan pelayanan bea dan cukai untuk tahun 2009 ditargetkan sebesar 60%. Pada tahun 2009 telah dilakukan survey kepuasan terhadap pelayanan bea dan cukai pada 5 (lima) Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai yang dilakukan oleh Haygroup Consulting untuk mendapatkan penilaian atas efektifitas modernisasi kantor. Hasil survey tersebut menunjukkan tingkat kepuasan terhadap pelayanan sebesar 61,5% dapat dilihat pada tabel di bawah: Tabel 25. Hasil survey pada 5 (lima) KPPBC NO
KPPBC
SEBELUM
SESUDAH
KENAIKAN
1.
KUDUS
54.11
63.89
9.78
2.
KEDIRI
60.44
64.67
4.22
3.
MALANG
53.49
64.56
11.06
4.
SOEKARNO HATTA
44.30
59.18
14.88
5.
PERAK
49.36
55.23
5.88
52.34
61.50
9.17
RATA-RATA
Kondisi “sebelum” pada tabel adalah survey yang dilakukan pada tahun 2008 sedangkan kondisi “sesudah” adalah survey yang dilakukan pada tahun 2009. Materi yang disurvey diantaranya meliputi : • Bimbingan dan layanan informasi; • Pegawai DJBC; • SOP pelayanan; • Fasilitas dan perijinan Kepabeanan dan Cukai; • Fasilitas Kantor; • Pemeriksaan Dokumen; • Pengembalian Cukai; • Pemeriksaan Fisik Barang; • Pelanggaran Terhadap Peraturan. Untuk menunjang agar tingkat kepuasan terhadap pelayanan dapat lebih ditingkatkan, langkah yang sudah diambil diantaranya melakukan peningkatan sistem dan prosedur Kepabeanan dan Cukai yaitu:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
79
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
1) Pemberian Jalur Prioritas dan MITA Tahun 2008 & 2009 Salah satu upaya yang dilakukan DJBC guna menjawab kebutuhan akan kemudahan dan penyederhanaan dalam proses customs clereance adalah dengan diberlakukannya Jalur Prioritas/Mitra Utama dimana fasilitas yang diberikan kepada importir yang memenuhi persyaratan yang ditentukan untuk mendapatkan pelayanan khusus, sehingga penyelesaian importasinya dapat dilakukan dengan lebih sederhana dan cepat. Fasilitas yang diberlakukan sejak tanggal 1 April 2003 bersamaan dengan reformasi kepabeanan tersebut telah menunjukan kinerja yang relatif berhasil baik dari sudut pandang importir dan DJBC maupun ditinjau dari sudut pandang perekonomian nasional. Data sampai dengan Desember 2009, perusahaan yang mendapatkan kemudahan Mitra Utama Prioritas adalah sebagai berikut: • Mitra Utama Prioritas
: 106 perusahaan
• Ditetapkan Pada Tahun 2008
: 4 perusahaan
• Ditetapkan Pada Tahun 2009
: 1 perusahaan
• Mitra Utama Non Prioritas
: 189 perusahaan
2) Pengembangan Sistem Otomasi Kepabeanan (INSW) Manfaat Langsung Penerapan Sistem NSW di Indonesia i)
Mendorong semua Instansi Pemerintah (GA), terutama yang terkait dengan ekspor-impor untuk : •
Membangun inhouse-system melalui otomasi sistem dalam pemberian layanan publik.
•
Standardisasi elemen data yang digunakan dalam sistem pelayanan agar sesuai dengan standar internasional, sehingga memungkinkan untuk melakukan pertukaran data dengan negara lain.
•
Melakukan simplifikasi & harmonisasi proses bisnis agar pelayanan yang diberikan dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana, cepat dan efektif.
•
Melakukan
harmonisasi
dan
sinkronisasi
perijinan
antar
instansi
pemerintah.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
80
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
ii)
Mendorong semua instansi pemerintah untuk secara formal membuat dan menetapkan: •
Janji layanan kepada pelaku usaha melalui penetapan Service Level Agreement (SLA) agar diperoleh kepastian & transparansi atas waktu layanan.
•
Mekanisme layanan dan prosedur standar melalui penetapan Standar Operating Procedures (SOP).
iii)
Mendorong transparansi dalam proses pelayanan Portal INSW yang menyediakan fasilitas “track and trace” untuk melihat secara rinci proses dari setiap titik tahapan pelayanan & monitoring waktu layanan.
3) Pemberian Fasilitas Pembebasan dan/atau Keringanan BM Tabel 26. Data Pemberian Fasilitas Pembebasan dan/atau Keringanan BM Tahun 2008 dan 2009
Jumlah SKEP Yang Terbit
No
Peraturan
Jenis Fasilitas 2008
2009
1
KMK 135/2000
KERINGANAN BM ATAS IMPOR MESIN…
239
160
2
PMK 34/2007
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR BAHAN BAKU KOMP. KENDARAAN BERMOTOR
17
3
PMK 85/2007
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR HRC
1
4
PMK 101/2007
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR UNTUK PENCEGANAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
4
1
5
PMK 105/2007
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR BIBIT DAN BENIH…
9
2
6
KMK 380/1997
KERINGANAN BM ATAS IMPOR AICO
4 47
7
KMK 239/1996
PROYEK PEMERINTAH
8
PMK 29/2008
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR PERSENJATAAN…
12
9
PMK 163/2007
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR OLEH PUSAT DAN PEMDA
10
10
PMK 141/1997
PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR UNTUK KEP MUSEUM…
15
15
PMK 144/1997
PEMBEBASAN BM ATAS UNTUK KEPERLUAN IBADAH…
42
16
23
PMK 16 Jo 171/2008 PEMBEBASAN BM ATAS IMPOR UNTUK KEND. TUJUAN EKSPOR
2
17
KMK 143/1997
PEMBEBASAN BM UNTUK KEPENTINGAN ILMU PENGETAHUAN
18
PMK 103/2007
PEMBEBASAN BM UNTUK BUKU ILMU PENGETAHUAN
19
PMK 104/2007
PEMBEBASAN BM UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA
9
20
PMK 154/2009
PEMBEBASAN BM UNTUK PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK UMUM
3
21
PMK 89/2002
PEMBEBASAN BM DAN CUKAI UNTUK KEPERLUAN BADAN INTERNASIONAL
61
22
KMK 90/2002
PEMBEBASAB BM DAN CUKAI ATAS BARANG PERWAKILAN NEGARA ASING
350
23
BM DTP Total
113 1
21
99
378
903
DJBC memberikan fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri melalui pemberian fasilitas pembebasan dan keringanan bea masuk, fasilitas pertambangan, fasilitas impor sementara, dan fasilitas lainnya.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
81
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
4) Pemberian Fasilitas Pertambangan Tabel 27. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009 Jumlah SKEP Yang Terbit
No
Peraturan
Jenis Fasilitas 2009
1
PMK 20/2005
PEMBEBASAN BM DAB PDRI MINYAK DAN GAS BUMI
889
815
2
PMK 78/2005
PEMBEBASAN BM DAB PDRI KEGIATAN PENGUSAHAAN PANAS BUMI
11
26
3
PMK 177/2007
PEMBEBASAN BM DAB PDRI KEGIATAN HULU MINYAK…
102
62
45
1
4
PMK 177 & 178 /2007 PEMBEBASAN BM DAB PDRI KEGIATAN HULU MINYAK…DGN FAS PPN DTP
5
PMK 177 & 242 /2008 PEMBEBASAN BM DAB PDRI KEGIATAN HULU MINYAK…DGN FAS PPN DTP
67 1.047
Total
5)
2008
971
Pemberian Fasilitas KITE dan TPB Tabel 28. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009 ii)
∆ NIPER '-JUMLAH PENGGUNA NIPER AKTIF '-JUMLAH PENCABUTAN NIPER
: 1,141 PERUSAHAAN : 376 PERUSAHAAN
∆ PENYELESAIAN DOKUMEN JUMLAH DOKUMEN JENIS DOKUMEN 2008
2009
JUMLAH YANG DISELESAIKAN 2008
% PENYELESAIAN
2009
2008
2009
BCF. KT.01
241
163
146
114
60,58%
69,94%
BCL KT. 01
3.707
3.473
362
437
9,77%
12,58%
BCL-KT.02
2.321
1.968
75
78
3,23%
3,96%
Fasilitas Kepabeanan juga diberikan dalam hal Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE) yaitu pemberian pembebasan dan/atau pengembalian bea masuk dan /atau cukai serta PPN dan PPnBM tidak dipungut atas impor barang dan/atau bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor. Perusahaan yang mendapat kemudahan KITE yaitu perusahaan yang mengimpor barang dan/atau bahan, mengolah, merakit atau memasang pada barang lainnya dan mengekspor sendiri hasil produksinya atau menyerahkan hasil produksinya ke Kawasan Berikat (KB) untuk diolah, dirakit atau dipasang pada barang lain. Sampai dengan Desember 2009, jumlah pengguna NIPER Aktif sebanyak 1141 perusahaan.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
82
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
6)
Pemberian Fasilitas Tempat Penimbunan Berikat Tabel 29. Data Pemberian Fasilitas Pertambangan Tahun 2008 dan 2009
No
Keterangan
Jumlah Izin Baru Yang Diterbitkan 2008
2009
141
88
1
Kawasan Berikat
2
Gudang Berikat
35
33
3
Toko Bebas Bea
3
1
4
Entreport Tujuan Pamearan
3
2
5
Penangguhan Bea Masuk
169
219
351
343
Total
Untuk fasilitas Tempat Penimbunan Berikat ada empat jenis, yaitu: Fasilitas Gudang Berikat, Fasilitas Kawasan Berikat, Toko Bebas Bea, dan Entreport Tujuan Pameran. Fasilitas di KB berupa penangguhan BM, serta tidak dipungut PPN, PPnBM, dan PPh Ps.22 atas impor terhadap barang modal dan peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung dalam proses produksi, barang dan bahan untuk diolah oleh Pengusaha Dalam Kawasan Berikat (PDKB), serta barang modal atau peralatan untuk keperluan pembangunan/konstruksi, perluasan dan peralatan perkantoran KB yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM juga diberlakukan atas pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lain, pengeluaran barang dan/atau bahan dalam rangka sub kontrak baik ke Daerah Pabean Indonesia lainnya (DPIL) atau PDKB lain, penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak, peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak, pemasukan BKP dari DPIL jika diolah lebih lanjut atau mesin dan/atau peralatan pabrik yang dipergunakan secara langsung dalam proses produksi. Dalam Kawasan Berikat diberikan pula fasilitas terhadap barang modal dan peralatan asal impor milik Pengusaha Kawasan Berikat (PKB) dan/atau PDKB, apabila telah melampaui jangka waktu dua tahun sejak dimasukkan ke KB dapat dipindahtangankan ke DPIL dengan tanpa kewajiban membayar Bea Masuk. Sementara itu fasilitas di Gudang Berikat meliputi penangguhan BM, tidak dipungut PPN, PPnBM dan PPh Ps.22 atas impor atas barang dan peralatan yang digunakan dalam rangka pembangunan dan kegiatan GB dan barang atau bahan asal impor yang ditimbun di dalam GB. Di samping itu juga diberikan pembebasan cukai terhadap impor Barang Kena Cukai (BKC) yang akan ditimbun di dalam GB.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
83
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
2. Transparansi dan mekanisme yang sederhana (DK 7) Sasaran transparansi dan mekanisme yang sederhana didukung oleh 3 IKU: a.
Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat (DK 7.1.1 dan DK 7.1.2) Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat merupakan alat ukur yang obyektif untuk menilai persepsi stakeholders (K/L) terhadap pelayanan yang diberikan Direktorat Jenderal Anggaran dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan kepada K/L dalam mengelola Belanja Pusat. Pada tahun 2009, sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, DJA memperoleh indeks kepuasan Stakeholders sebesar 3,79 (skala 1-4). Survey dilakukan terhadap para stakeholders DJA yang terdiri dari Kementerian/Lembaga yang ada di pusat. Kepuasan Stakeholders tahun 2009 meningkat dari tahun 2008 yang memperoleh indeks 2,75. Meningkatnya tingkat kepuasan stakeholders dikarenakan telah dilakukan upaya secara terus menerus untuk
meningkatkan
transparansi
dan
akuntabilitas
pelayanan
di
bidang
penganggaran. Upaya-upaya tersebut dilakukan melalui peningkatan sarana dan prasarana, peningkatan kemampuan para penelaahan, penyusunan SOP yang jelas serta pengawasan secara terpadu Hal-hal yang dinilai dalam mengukur indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat pada Direktorat Jenderal Perbendaharaan meliputi penyelesaian pengesahan DIPA dan revisi DIPA, mekanisme pembayaran dan pencairan dana serta pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (rekonsiliasi data). Untuk mengukur capaian IKU ini dilakukan melalui survey dengan obyek survey adalah Kementerian/Lembaga/Satker dan dilakukan setiap semester (setahun 2 kali), yaitu pada Quartal 2 dan Quartal 4. Materi survey terdiri dari kepuasan stakeholders atas
pelayanan
yang
diberikan
serta
tingkat
pemahaman
terkait
peraturan
perbendaharaan yang dihasilkan. Berdasarkan trend survey yang selama ini dilakukan, hasil survey terkait materi pemahaman satker terhadap peraturan perbendaharaan nilainya rendah, sehingga berkontribusi terhadap nilai rata-rata keseluruhan survey yang masih di bawah target. Berdasarkan hal tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pemahaman satker terhadap peraturan sangat mempengaruhi indeks kepuasan mereka terhadap pelayanan yang diberikan oleh instansi vertikal Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Hal ini terlihat ketika diterapkan SOP Percontohan, banyak satker yang harus berulang kali memperbaiki/melengkapi persyaratan dan akhirnya mempersepsikan bahwa pegawai KPPN/Kanwil sengaja menyulitkan dalam pemberian pelayanan. Apalagi, seluruh pegawai KPPN/Kanwil tetap berpegang teguh pada prinsip untuk menolak
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
84
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
gratifikasi dalam bentuk apapun. Oleh karena itu, penurunan indeks kepuasan ini sebagian
besar
dipengaruhi
oleh
pemahaman
satker
terhadap
peraturan
perbendaharaan yang kemudian mempengaruhi indeks kepuasan mereka terhadap layanan yang diberikan. Untuk tahun 2009 ditargetkan Indeks kepuasan K/L terhadap pelayanan yang diberikan meliputi penyelesaian pengesahan DIPA dan revisi DIPA, mekanisme pembayaran dan pencairan dana serta pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran (rekonsiliasi data) adalah sebesar 3.2, akan tetapi dari hasil pelaksanaan survey diperoleh hasil tingkat indeks kepuasan sebesar 2.99. b.
Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan belanja transfer ke daerah (DK 7.1.3) Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan transfer ke daerah, terealisasi melebihi target yang telah ditentukan yaitu 3,272 dari rencana tingkat capaian 3. Adapun kegiatan survey dalam rangka mendukung IKU mengenai indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan transfer ke daerah dilaksanakan oleh Lembaga Demografi UI dengan difasilitasi oleh Biro Humas Sekjen Departemen Keuangan. Menurut hasil survey yang dilaksanakan di 45 daerah kabupaten/kota dan propinsi ternyata tingkat kepuasan untuk pengguna jasa setiap unsur layanan DJPK sebagai berikut:
Grafik 8. Tingkat Kepuasan Pengguna Jasa untuk setiap Unsur Layanan 2009 Diurutkan berdasarkan Kepentingan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Keterampilan
4,01
Sikap Petugas
4,06
Prasyarat, Prosedur
3,80
Keterbukaan
3,89
Output
4,07
Pendukung
3,78 3,60
c.
3,65
3,70
3,75
3,80
3,85
3,90
3,95
4,00
4,05
4,10
Persentase penggunaan anggaran risiko fiskal (DK 7.2) Total dana yang dialokasikan untuk dana cadangan risiko fiskal pada tahun 2009 adalah sebesar Rp. 15,7 triliun yang sebagian besar berfungsi sebagai bantalan bagi APBN. Sampai dengan kuartal pertama yang telah dipergunakan adalah sebesar Rp. 11,6 triliun atau sebesar (Rp. 11,6 T/ Rp. 15,7 T) = 74% dari total dana yang
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
85
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dialokasikan. Dengan penjelasan sebagai berikut, krisis ekonomi global yang telah terjadi menyebabkan Pemerintah mengubah asumsi APBN 2009 terutama pada asumsi pertumbuhan ekonomi, harga minyak, nilai tukar dan mengeluarkan stimulus fiskal. Perubahan-perubahan tersebut mengakibatkan perubahan besar-besaran pada APBN sebagai berikut : 1) Pendapatan Negara diproyeksikan mengalami penurunan sebesar Rp 138,1 triliun 2) Agar defisit tidak melebihi nilai yang telah ditentukan oleh peraturan perundangundangan sebesar 3% (akumulatif pemerintah pusat dan daerah), pemerintah melakukan beberapa perubahan pada anggaran belanja Negara salah satunya dengan mengurangi dana cadangan risiko fiskal sebesar Rp. 11,7 triliun (74 %), yaitu dari Rp. 15,8 triliun menjadi Rp. 4,1 triliun. Sisa dana yang dialokasikan untuk dana cadangan risiko fiskal pada kuartal kedua TA 2009 (Dokumen Stimulus) adalah sebesar Rp. 4,1 triliun yang sebagian besar berfungsi sebagai bantalan bagi APBN. Pada NK dan RAPBN-P 2009 dana cadangan risiko fiskal yang tersisa adalah sebesar Rp. 1 triliun. Pada kuartal kedua belum ada realisasi untuk dana cadangan risiko fiskal karena adanya beberapa faktor seperti permasalahan pada proses pembebasan tanah, keterbatasan dana bergulir untuk pembebasan tanah, serta adanya masalah kelembagaan dari BLU yang mengelola dana bergulir. Ini berarti realisasi kuartal kedua adalah 0 (0/Rp. 4,1 T= 0) Berdasarkan Undang Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja negara Tahun 2009, jumlah alokasi dana cadangan risiko fiskal ditetapkan sebesar Rp 1 Triliun yang dialokasikan untuk men-cover Risiko kenaikan Harga Tanah. Dengan demikian jumlah penggunaan dana candangan risiko
fiskal pada kuartal ke - 3
sebesar 75,6%, sebagai berikut: Dana Cadangan Risiko Fiskal (Dokumen Stimulus)
: Rp 4,1 triliun (a)
Dana cadangan Risiko Fiskal (UU APBN-P)
: Rp 1
Penggunaan Dana Cadangan Risiko Fiskal
: Rp 3,1 triliun (a)-(b) atau
triliun (b)
sebesar : (Rp. 3,1 T/ Rp. 4,1 = 75,6% atau 76%). Dana cadangan risiko fiskal mengalami banyak perubahan selama kurun 2009. Perubahan ini terjadi ketika dilakukan APBN (Dokumen Stimulus) dan APBNPenyesuaian. Dalam APBN 2009, alokasi dana cadangan risiko fiskal adalah Rp15,7trilin, dalam APBN (Dokumen Stimulus) diubah menjadi Rp4,1triliun, dan akhirnya pada APBN-P menjadi Rp1triliun. Dengan seringnya perubahan tersebut maka angka acuan yang dijadikan dasar untuk menghitung persentase penggunaan juga mengalami dinamika.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
86
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Mengacu kepada Undang Undang Nomor 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 41 Tahun 2008 tentang APBN tahun 2009 dialokasikan dana cadangan risiko fiskal adalah sebesar Rp.1 Triliun yang diperuntukan bagi land capping. Sampai dengan akhir Desember 2009 jumlah dana yang telah terealisasi adalah Rp 245,044 Miliar. Dengan demikian Persentase penggunaan dana cadangan risiko fiskal pada kuartal keempat
(land capping) sebesar 24,5%. Tidak terserapnya
dana tersebut karena: 1) Permasalahan hukum terkait sengketa dalam pembebasan lahan 2) Ketentuan mengenai pembebasan lahan yang tidak mendukung 3) Syarat nilai pembebasan lahan yang harus ditanggung investor tidak tercapai Untuk persentase penggunaan anggaran risiko fiskal total pada tahun 2009 adalah sebesar 81,6% berasal dari penghitungan (kuartal kedua + kuartal ketiga + kuartal keempat)/APBN-P = Rp (0+3,1+0,245)T / Rp. 4,1 T = 3,345/4,1= 81,58 % atau 81,6 %. Berkenaan dengan itu, perlu diketahui bahwa penghitungan persentase penggunaan anggaran risiko fiskal untuk tahun 2009 memakai kuartal kedua,kuartal ketiga dan kuartal keempat dengan penyebutnya adalah anggaran risiko fiskal berupa APBN Dokumen Stimulus sebesar Rp. 4, 1 T. Untuk dapat mengukur dan memantau penyerapan anggaran risiko fiskal serta mengukur proyeksi anggaran risiko fiskal yang tepat, diperlukan berbagai instrumen dan
kegiatan
pendukung
di
bawah
Program
Peningkatan
Penerimaan
dan
Pengamanan Keuangan Negara, diantaranya penyempurnaan sistem informasi risiko fiskal. Sistem Informasi Risiko Fiskal (SIRF) dibangun untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan (backbone) dalam rangka perumusan rekomendasi pengelolaan risiko fiskal yang ditimbulkan oleh faktor-faktor ekonomi, keuangan, dan sosial serta akibat dukungan pemerintah terhadap proyek-proyek infrastruktur/program privatisasi atau restrukturisasi BUMN. Selain melakukan penyempurnaan sistem informasi risiko fiskal juga dilakukan kajian-kajian dan pembangunan model dalam rangka mendukung penggunaan anggaran risiko fiskal secara optimal. Model yang telah disusun antara lain model perhitungan contingent liabilities dengan menggunakan simulasi monte carlo, dan juga dikembangkan aplikasi macrostress test dalam rangka pemetaan risiko fiskal yang bersumber dari APBN. Kajian yang dilakukan pada tahun 2009 antara lain, pengkajian kewajiban kontinjen
pemerintah
pusat,
pengkajian
Fiskal
Vulnerability
Assesment,
dan
pengkajian risiko fiskal atas kebijakan PSO dan holding BUMN. Selain itu juga telah LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
87
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dilakukan penyusunan kerangka kebijakan penjaminan proyek infrastruktur dan hubungan kelembagaan antara pemerintah dan guarantee fund, dan telah dilakukan perumusan kebijakan pemberian dukungan pemerintah untuk penyediaan infrastruktur daerah yang dikerjasamakan melalui pola kerjasama pemerintah swasta. 3.
Fiskal balance (DK 8) Sasaran keseimbangan fiskal dicapai dengan Indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah (DK 8.1) yang terealisasi melebihi target yaitu 3,272 dari rencana tingkat capaian 3. Survey dalam rangka mendukung IKU mengenai indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah juga dilaksanakan oleh Lembaga Demografi UI dengan difasilitasi oleh Biro Humas Sekjen Departemen Keuangan. Menurut hasil survey yang dilaksanakan di 45 daerah kabupaten/kota dan propinsi dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel 30. Realisasi Penyaluran Transfer ke Daerah tahun 2008 (dalam triliun rupiah)
No
Jenis Transfer
APBN
APBN-P
Realisasi
%
1
DBH Pajak
36.33
35.93
37.68
105
2
DBH SDA
29.74
41.80
40.74
97
3
DAU
179.51
179.51
179.51
100
4
DAK
21.20
21.20
20.79
98
5
OTSUS
7.51
7.51
7.51
100
6
PENYESUAIAN
6.94
6.47
6.21
96
281.23
292.42
292.43
100
JUMLAH
Anggaran Transfer Ke Daerah menjadi semakin optimal dimanfaatkan oleh Daerah setelah dilaksanakan penyaluran dengan pola baru (new design) yang dilaksanakan sejak Januari 2008 berdasarkan PMK Nomor 04/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Transfer Ke Daerah. Perubahan yang mendasar dari pola baru ini adalah: (1) perubahan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran (PA/KPA) dari semula oleh daerah menjadi oleh Departemen Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan (DJPK). (2) perubahan institusi penyalur anggaran yang semula Bendahara Umum Negara di Daerah yaitu atas Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) menjadi Bendahara Umum Negara di Pusat yaitu Direktorat Jenderal Perbendaharaan (DJPB). (3) memposisikan daerah sebagai penerima dana yang tidak harus mengajukan permintaan penyaluran dana kepada Pemerintah Pusat melainkan penyaluran dana
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
88
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dilakukan setelah daerah memenuhi kewajibannya sebagai daerah otonom, antara lain menyusun Perda APBD dan menyusun laporan keuangan penyerapan dana. Proses tersebut menunjukkan new design dalam hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dengan pemerintahan daerah yang kemudian disempurnakan dengan PMK No 21/PMK.07/2009. Pengaturan dalam PMK tersebut mengindikasikan efisiensi yang cukup signifikan, meliputi (1) efisiensi dokumen, (2) efisiensi birokrasi, (3) efisiensi waktu dan tenaga, (4) efisiensi sistem informasi dan (5) efisiensi pelaporan. Dampak dari pola baru penyaluran transfer ke daerah terhadap realisasi penyaluran transfer ke kas daerah dapat dilihat pada tabel di atas. 4. Transparansi dan kredibilitas (DK 9) a. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang (DK 9.1) Pencapaian sasaran strategis pelaksanaan transparansi, dengan indikator ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang dapat terlaksana dengan baik dari target sebesar 380 set dengan realisasi sebesar 489 set. Sasaran ini dimaksudkan untuk menyediakan informasi terkait pengelolaan utang kepada publik secara transparan dalam rangka menjaga tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pengelolaan utang yang transparan dan akuntabel. Yang dimaksud dengan ketersediaan informasi pengelolaan utang adalah jumlah publikasi atau diseminasi data dan informasi utang kepada publik melalui berbagai media (cetak/elektronik) dalam satu tahun. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang semakin tinggi dari target adalah capaian yang semakin baik. Capaian IKU ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang terkait dengan kegiatan-kegiatan berikut: 1) Pelaksanaan kegiatan dalam rangka transparansi pengelolaan utang di tahun 2009. a)
Terkait dengan pengelolaan SUN, ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa pelaksanaan kegiatan press release transaksi SUN ditargetkan sebesar 32 frekuensi dengan realisasi sebesar 62 frekuensi. Kegiatan yang dilakukan melebihi target yang telah direncanakan, karena terdapat tambahan press release seperti penyediaan informasi terkait hasil pelaksanaan transaksi melalui metode private placement dan transaksi SUN secara langsung yang sebelumnya tidak dimasukkan dalam target. Kegiatan press release juga dilakukan dalam rangka menginformasikan perkembangan rating (upgrade ratings) dari rating agency. Dilakukan pula, kegiatan penyediaan bahan publikasi dan informasi pasar SUN yang ditargetkan sebesar 12 frekuensi dengan realisasi sebesar 12 frekuensi.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
89
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Selain kegiatan-kegiatan tersebut, dilakukan pula publikasi informasi berupa penyusunan laporan transaksi perdagangan SUN di pasar sekunder yang disusun secara bulanan, maupun dalam bentuk lainnya, sebagaimana diuraikan sebagai berikut: i)
Penyusunan/penyediaan
bahan
publikasi
untuk
penyelenggaraan
sosialisasi dan pre-marketing Obligasi Negara Ritel (ORI). ii)
Penyusunan/penyediaan bahan publikasi dalam rangka penyelenggaraan konferensi pers terkait:
•
hasil regular issuance maupun buyback/debtswitch;dan
•
penerbitan ORI.
iii) Publikasi dalam bentuk slide presentasi mengenai perkembangan SUN dalam ”Government Debt Securities Management”, yang ditampilkan pada Website DJPU secara mingguan. iv) Penyusunan bahan Recent Economic Development, Joint Publication ”External Debt Statistic of Indonesia”, dan Buku Saku Perkembangan Utang Negara. v)
Publikasi melalui media elektronik misalnya penyelenggaraan talk show di radio dalam rangka pre-marketing ORI;
vi) Publikasi berupa pencetakan brosur, standing banner, stiker, dan spanduk dalam rangka sosialisasi SUN dan marketing ORI. b)
Terkait dengan pengelolaan SBSN, ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa kegiatan press release lelang SBSN, seleksi Agen Penjual Sukuk Ritel, dan Konsultan Hukum yang ditargetkan sebesar 11 frekuensi dengan realisasi sebesar 13 frekuensi.
c)
Terkait dengan pengelolaan strategi dan portofolio utang ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa diseminasi strategi pengelolaan utang yang dilakukan sebesar 1 frekuensi.
d)
Terkait dengan pengelolaan evaluasi, akuntansi, dan setelmen utang, ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang berupa laporan pengelolaan utang yang ditargetkan sebesar 36 laporan dengan realisasi sebesar 36 laporan yang terdiri dari dua jenis laporan bulanan yaitu Laporan Buku Saku dan Stock Transaction Report (24 laporan) dan tiga jenis laporan triwulanan yaitu laporan Central Government Debt Statistical Table (CGDST), Laporan Posisi Pinjaman Luar Negeri dan Laporan Perkembangan Pinjaman Luar Negeri (12 laporan). Selain itu juga dilakukan publikasi terhadap laporan keuangan pengelolaan utang.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
90
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
2) Selama periode 2005-2008, kegiatan yang dilakukan dalam rangka penyediaan informasi kepada publik mengenai pengelolaan utang antara lain berupa penerbitan berita triwulan, press release seperti informasi terkait hasil pelaksanaan transaksi baik melalui lelang, penjualan SUN valas dan ORI, termasuk press release dalam rangka menginformasikan perkembangan rating (upgrade ratings) dari lembaga pemeringkat (rating agency) dan publikasi mengenai data statistik utang. 3) Tantangan yang dihadapi dalam penyajian informasi dalam pelaksanaan kegiatan transparansi pengelolaan utang antara lain: a) Beragamnya kebutuhan informasi yang harus disediakan oleh pemerintah disesuaikan dengan kebutuhan dari stakeholders pengelolaan utang. b) Validitas data pinjaman sangat tergantung pada hasil rekonsiliasi antara pengelola utang dan pengelola kas, serta konfirmasi dari pemberi pinjaman yang bersangkutan. Hal ini mengakibatkan data yang up to date dan valid belum dapat diperoleh secara cepat. 4) Upaya yang dilakukan menghadapi tantangan tersebut adalah: a) Penyediaan
informasi
pengelolaan utang,
kepada
tetap
stakeholders
dilakukan
secara
dalam
rangka
berkala, tepat
transparansi waktu,
dan
berkesinambungan disertai pula dengan peningkatan kualitas penyajian dan materi informasi; b) Peningkatan
koordinasi
dengan
pihak
terkait,
untuk
selalu
menyajikan
data/informasi kepada stakeholders secara up to date; c) Melakukan rekonsiliasi data utang dengan pihak-pihak terkait secara regular, baik eksternal (Bank Indonesia dan pemberi pinjaman) maupun internal Depkeu (DJPU, dan Ditjen PBN c.q. Dit. PKN dan KPPN) dalam upaya pengintegrasian data utang. Pencapaian indikator ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang dapat terlaksana dengan baik. b.
Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran (DK 9.2) Dalam rangka menjunjung tinggi kredibilitas pengelolaan utang, unit pengelola utang pada Departemen Keuangan berupaya melakukan pembayaran kewajiban secara tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran adalah berupa pembayaran kewajiban pokok utang, bunga, dan biaya utang sesuai ketentuan dan persyaratan yang berlaku. Tujuan dari melaksanakan pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran adalah untuk menjamin pelaksanaan pembayaran kewajiban tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran dan menghindari kerugian negara. Pencapaian IKU ini LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
91
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
menuju kepada capaian yang diarahkan kepada ketepatan atas target (stabilize), dimana capaian yang makin mendekati dari nilai target adalah capaian yang diharapkan. Capaian Indikator pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. 1) Pada tahun 2009 pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran, dilaksanakan dengan realisasi sebesar 99,99999998% atau terdapat denda sebesar 0,000000019%. Pada tahun tersebut terdapat denda atas keterlambatan pembayaran biaya pinjaman luar negeri kepada Uni Credit Bank Austria. Hal ini disebabkan karena tagihan pembayaran yang seharusnya jatuh tempo pada tanggal 31 Maret 2009 diterima pada tanggal 13 April 2009 yang kemudian diterbitkan Surat Permintaan Pembayaran (SPM) pada tanggal 15 April 2009. Denda sebesar EUR2,8 ekuivalen Rp40.023,00 (0.000000019%) dari total pembayaran pokok, bunga dan biaya lainnya sebesar Rp209.930.928.008.810. Realisasi pembayaran utang dilaksanakan melalui kegiatan: (i)
pembayaran
pokok
dan
pembelian
kembali
SUN
sebesar
Rp49.066.788.007.901; (ii) pembayaran cicilan pokok utang luar negeri sebesar Rp68.031.113.857.047; (iii) pembayaran bunga utang dalam negeri sebesar Rp74.283.245.489.644; (iv) pembayaran bunga utang luar negeri sebesar Rp18.529.451.626.635. 2) Selama periode 2005-2008, pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran dijelaskan sebagai berikut: Tabel 31. Realisasi Pembayaran Utang 2005-2008 (dalam ribuan rupiah) Jenis Kegiatan pembayaran pokok dan
2006
2007
2008
24.456.100.000
2005
25.060.100.000
46.779.041.977,08
46.779.041.977,08
37.112.409.000
52.681.100.000
57.922.520.692,82
63.469.341.575,48
42.600.000.000
54.908.300.000
57.727.428.456,13
58.925.182.165,26
22.599.600.000
24.174.300.000
20.909.624.785,97
28.608.634.396,87
pembelian kembali SUN pembayaran cicilan pokok utang luar negeri pembayaran bunga utang dalam negeri pembayaran bunga utang luar negeri
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
92
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
3) Beberapa tantangan dalam kegiatan ini, antara lain: a)
Terdapat tagihan (Notice of Payment/NOP) dari pemberi pinjaman yang belum diterima hingga mendekati tanggal tempo pinjaman yang bersangkutan.
b)
Terdapat data penarikan (Notice of Disbursement) pinjaman luar negeri dari pemberi pinjaman yang diterima tidak tepat waktu, sehingga berpengaruh terhadap data outstanding pinjaman luar negeri.
4) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, antara lain: a)
Melakukan komunikasi dengan pemberi pinjaman terkait tagihan-tagihan yang belum diterima.
b)
Menerbitkan NOP Pengganti untuk tagihan yang telah mendekati jatuh tempo tetapi masih belum diterima.
c)
Melakukan rekonsiliasi data pembayaran utang dengan Ditjen PBN dan Bank Indonesia, rekonsiliasi posisi utang dengan pemberi pinjaman dan Bank Indonesia untuk meningkatkan validitas data utang.
d)
Mengembangkan sistem informasi alat kendali SPM untuk memonitor proses pelaksanaan pembayaran utang.
Secara umum pencapaian indikator pembayaran utang secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat sasaran selama periode 2005-2009 dapat dilaksanakan dengan baik. 5. Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu (DK 10) Pencapaian sasaran strategis ini didukung oleh 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu Indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu. Indeks kepuasan pelanggan diperoleh berdasarkan hasil survei yang dilakukan internal DJKN. Berdasarkan hasil survey internal, indeks kepuasan pelayanan pada semester I sebesar 80,25 (baik) sedangkan pada semester II sebesar 75,31 (cukup). Penurunan indeks kepuasan tersebut disebabkan oleh : a)
Jumlah responden dan lokus penelitian bertambah
b)
Fokus kegiatan pada tahun 2009 adalah penyelesaian penertiban BMN sehingga sebagian besar SDM dikerahkan untuk kegiatan dimaksud.
c)
Monitoring dan evaluasi terhadap proses permohonan pengelolaan BMN belum dilaksanakan dengan baik oleh Kantor Pusat karena masih fokus pada tugas penertiban BMN.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
93
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Program yang mendukung pencapaian sasaran IKU diatas adalah Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kekayaan Negara, dengan kegiatan melaksanakan pengelolaan Barang Milik Negara (100%) dengan indikator kinerja output: a)
Surat permintaan kelengkapan data BMN dengan rencana tingkat capaian sebanyak 32 buah dapat terealisasi sebanyak 32 buah;
b)
Surat permohonan persetujuan/penolakan penggunaan BMN sebanyak 41 buah dapat terealisasi sebanyak 31 buah;
c)
Surat permohonan persetujuan/penolakan penghapusan BMN sebanyak 629 buah dapat terealisasi sebanyak 569 buah;
d)
Surat permohonan persetujuan/penolakan pemanfaatan BMN sebanyak 86 buah dapat terealisasi sebanyak 46 buah;
e)
Surat permohonan persetujuan/penolakan usul pemindahtanganan BMN sebanyak 412 buah dapat terealisasi sebanyak 330 buah. Selama 3 (tiga) tahun terakhir, terkait penetapan status penggunaan, pemanfaatan,
penghapusan dan pemindahtanganan adalah sebagai berikut: Tabel 32. Penetapan status penggunaan, pemanfaatan, penghapusan dan pemindahtanganan BMN Tahun Penetapan Status
Jumlah 2007
2008
2009
Penggunaan
3
11
31
45
Pemanfaatan
7
14
46
67
Penghapusan
195
23
569
787
3
116
330
449
208
164
976
1.348
Pemindahtanganan TOTAL
6. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan,dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional (DK 11) Indikator Kinerja Utama yang mendukung pencapaian sasaran strategis ini adalah Indeks kepuasan stakeholders Bapepam-LK (DK 11.1) yang tercapai 102%, yaitu perbandingan target sebesar 75% dengan realisasi sebesar sebesar 76,35%. Tingkat
kepuasan
stakeholder
adalah
tingkat
kepuasan
stakeholder
atas
pelaksanaan Tugas Pokok dan Fungsi Bapepam LK yang meliputi unsur pengaturan, pembinaan, dan pengawasan. Tingkat kepuasan terbagi dalam 4 skala: 1 = kurang puas; 2 = cukup puas; 3 = puas; 4 = puas sekali Hasil survey yang dilakukan oleh Bapepam-LK menunjukkan bahwa Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) Bapepam-LK pada tahun 2008 adalah 76,35 (Baik).Angka 76,35 tersebut termasuk kategori Baik. Angka IKM ini diperoleh dari nilai rata-rata atas 3 LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
94
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
(tiga) area pelayanan yang termasuk dalam tugas dan fungsi Bapepam-LK, yaitu area Pelayanan Perizinan, Pelayanan Pemantauan dan Pelayanan Pemeriksaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor KEP-25/M.PAN/2/2004 tanggal 24 Februari 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah, angka IKM adalah: 7.
Tabel 33. Indeks Kepuasaan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah Nilai IKM
Kinerja Unit Pelayanan
25,00-43,75
Tidak Baik
43,76-62,50
Kurang Baik
62,51-81,25
Baik
81,26-100,00
Sangat Baik
Kegiatan-kegiatan yang mendukung pencapaian sasaran tersebut berada pada Program Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan, yaitu antara lain sebagai berikut: a) Melaksanakan Pemanfaatan Unit Pengaduan Bapepam-LK, dengan nilai capaian sebesar 100% dan 250%. Realisasi kegiatan melebihi target karena pada tahun 2009, banyak terdapat pengaduan yang masuk berkaitan dengan masalah di bidang Pasar Modal seperti masalah Antaboga, Sarijaya, Century, dll. Oleh karena itu, dalam rangka melayani pengaduan yang masuk, Bagian Kerjasama Internasional dan Humas (KSIH), beberapa kali mengadakan rapat koordinasi dan pelatihan pelayanan pengaduan yang melibatkan pihak SRO dan unit teknis di Bapepam-LK. Selain itu, Bagian KSIH telah melakukan penyempurnaan
dan mensosialisasikan SOP Pelayanan
Pengaduan Terpadu tersebut. b) Melakukan peningkatan kerjasama internasional bidang Pasar Modal dengan capaian sebesar 442,86%. Realisasi kegiatan melebihi dari target karena pada tahun 2009, Bapepam-LK berpartisipasi dalam beberapa kegiatan kerjasama internasional dan selalu aktif dalam berbagai pembahasan yang menyangkut bidang Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, seperti antara lain pembahasan ASEAN Capital Market Forum, ASEAN Bond Market Initiatives, Foreign Investment Protection and Promotion Agreement (FIPPA Indonesia – Canada, ACIA (ASEAN Comprehensive Investment Agreement), dan Sidang Jasa WTO. Bapepam-LK telah menghadiri/menyelenggarakan banyak rapat/pertemuan. Namun pertemuan yang signifikan berjumlah 62, yang terdiri dari penyelenggaraan/menghadiri pertemuan internasional, rapat koordinasi baik internal Bapepam-LK maupun internal Departemen Keuangan, serta rapat/pertemuan yang melibatkan pihak luar departemen. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
95
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c)
Menyelenggarakan studi tentang Pedoman Kerja Direksi Emiten/Perusahaan Publik dengan capaian sebesar 0%. Kegiatan ini pada tahun anggaran 2009 telah diganti menjadi kegiatan analisis mengenai pelaksanaan tata kelola Emiten dan Perusahaan Publik
8.
Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum (DK 12)
a.
Tingkat akurasi kebijakan fiskal Untuk mengetahui kualitas kajian dan rumusan kebijakan yang dihasilkan adalah dengan melihat tingkat penyimpangan (deviasi) antara proyeksi berdasarkan hasil kajian dan perumusan dengan realisasi. Parameter yang digunakan untuk mewakili kebijakan fiskal adalah besaran asumsi makro, besaran target defisit serta besaran target pendapatan. Ketiga hal tersebut mencerminkan apakah kebijakan fiskal telah menjaga agar APBN tetap sustainable (berkesinambungan) Angka yang menunjukkan tingkat akurasi kebijakan fiskal merupakan hasil dari 100% dikurangi angka deviasi dari rata-rata deviasi proyeksi asumsi makro, besaran target defisit dan besaran target pendapatan. Mengingat kondisi perekonomian dunia yang masih belum stabil akibat krisis global yang terjadi pada akhir 2008, maka target akurasi kebijakan fiskal 2009 cukup pesimis yaitu 92%. Namun, dalam kenyataannya dampak krisis global tidak terlalu mempengaruhi kondisi perekonomian dan fiskal sehingga, tingkat akurasi proyeksi kebijakan fiskal tahun 2009 mencapai 97%.
1)
Rata-rata persentase deviasi asumsi makro (12.1.1). Untuk seluruh tahun 2009, deviasi asumsi makro dapat diikhtisarkan sebagai berikut: Tabel 34. Deviasi Asumsi Makro No
Asumsi Makro
Proyeksi 2009
Realisasi 2009
Deviasi
1
Pertumbuhan ekonomi
4,4%
4,5
2,27%
2
Inflasi
3,1%
2,8%
9,68%
3
SBI 3 bulan
7,5%
7,6%
1,33%
4
Nilai tukar rupiah (rata2)
10.450
10.408
0,40%
Rata rata deviasi
3,42%
Secara umum, proyeksi asumsi makro yang disusun BKF menunjukkan kualitas yang baik, hal tersebut dapat dilihat dari persentase deviasi proyeksi asumsi makro rata-
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
96
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
rata pada tahun 2009 yang hanya 3,42 % dari target yang diperkirakan di awal tahun yang mencapai 10%. Pencapaian ini tidak lepas dari dukungan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama tahun 2009, diantaranya: a)
Melakukan perumusan pokok-pokok kebijakan ekonomi makro dalam rangka mencapai stabilisasi perekonomian nasional;
b)
Melakukan koordinasi penentuan asumsi dasar penyusunan APBN 2009;
c)
Melakukan koordinasi pemantauan dan pengendalian inflasi;
d)
Melakukan pengembangan Executive Dashboard War Room dalam rangka formulasi kebijakan ekonomi makro;
e)
Melakukan analisa kinerja perekonomian makro dan pengembangan model ekonomi makro.
2)
Persentase deviasi target defisit APBN (12.1.2) Target defisit APBN adalah besaran angka defisit dalam APBN/APBN-P. Perhitungan proyeksi defisit APBN sampai dengan Desember 2009 menggunakan pola realisasi tahun sebelumnya dan juga mempertimbangkan realisasi defisit bulan sebelumnya. Proyeksi persentase deviasi target defisit APBN menunjukkan hasil yang memuaskan dimana pada tahun 2009 besar persentase deviasi target defisit APBN sebesar 5,4% dari yang diproyeksikan sebelumnya yaitu sebesar 10% Deviasi target defisit APBN terutama disebabkan dari sisi belanja, dimana dalam proyeksi belanja memperkirakan penyerapan stimulus fiskal yang akan lebih optimal yakni 96,7%, namun pada realisasinya belanja stimulus tidak begitu optimal, hanya 91,3%. Tabel 35. Proyeksi dan Realisasi Defisit Kuartal 1-4 Tahun 2009 (Defisit)/Surplus
Q1 2009
Q2 2009
Q3 2009
Q4 2009
2009
Proyeksi
Rp2,8 T
(Rp8,0 T)
(Rp26,1T)
(Rp54,9 T)
(Rp86,2 T)
Realisasi
Rp2,9 T
(Rp8,5 T)
(Rp27,6T)
(Rp50,2 T)
(Rp83,4 T)
Gap
(Rp0,1T)
Rp0,5T
Rp1,5T
Rp4,7 T
Rp2,8 T
Dalam rangka menghasilkan proyeksi persentase deviasi target defisit APBN yang akurat, Badan Kebijakan Fiskal terus melakukan berbagai kajian-kajian dan juga melakukan penyempurnaan dan updating model pendapatan maupun belanja Negara. Model
pendapatan
yang
dikembangkan
terutama
model-model
penerimaan
perpajakan, sampai saat ini ada 5 model penerimaan perpajakan yang tersedia yaitu: (a) model monitoring perpajakan, (b) model target penerimaan perpajakan, (c) model dampak kebijakan, (d) model potensi penerimaan perpajakan, dan (e) model target penerimaan perpajakan. Dengan adanya model-model penerimaan Negara tersebut LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
97
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
diharapkan akan dapat membantu dalam menentukan target penerimaan perpajakan dalam APBN secara lebih akurat sesuai dengan kondisi ekonomi dan potensi penerimaan sesungguhnya. Selain model pendapatan negara, saat ini telah ada dan masih terus dikembangkan model kebijakan belanja negara. Sehingga dengan adanya model kebijakan belanja negara tersebut diharapkan akan dapat digunakan secara lebih optimal dalam rangka penganggaran belanja sehingga mampu menjelaskan pengaruh belanja Negara terhadap pertumbuhan ekonomi, pengangguran dan pengurangan kemiskinan.
3)
Persentase deviasi proyeksi pendapatan negara (DK 12.1.3) Berikut proyeksi dan realisasi pendapatan negara selama kuartal I sampai dengan kuartal IV tahun 2009: Tabel 36. Proyeksi dan Realisasi Pendapatan Negara Tahun 2009 Pendapatan negara Proyeksi
Q1 - 2009
Q2-2009
Q3 2009
Q4 2009
2009
Rp. 166,9T
Rp. 199,1 T
Rp. 198,9 T
Rp. 302,6 T
Rp. 865,7 T
Realisasi
Rp. 162,6T
Rp. 204,4 T
Rp. 196,1T
Rp. 305,9 T
Rp. 864,1 T
Gap
Rp. 4,3 T
(Rp. 5,3 T)
Rp. 2,8 T
(Rp. 3,4 T)
Rp. 1,6 T
Perhitungan proyeksi pendapatan negara sampai dengan kuartal IV 2009 menggunakan pola realisasi tahun sebelumnya. Rincian proyeksi pendapatan negara Kuartal IV 2009 adalah: • Penerimaan perpajakan
: Rp. 212,6 T
• PNBP
: Rp. 93,4 T
Deviasi proyeksi pendapatan negara pada tahun 2009 sebesar 1,7%, dari yang sebelumnya diperkirakan sebesar 5%. Deviasi proyeksi pendapatan negara terutama bersumber dari deviasi proyeksi PNBP karena tingginya realisasi PNBP Lainnya tahun 2009 dibandingkan dengan proyeksi yang mencapai Rp. 54,8 T lebih tinggi dari proyeksi sebesar Rp. 48,2 T. Untuk mendapatkan proyeksi pendapatan negara yang akurat, Badan Kebijakan Fiskal telah menyusun sebuah model proyeksi pendapatan negara yang dapat menghasilkan perhitungan mengenai potensi pajak dari PBB, BPHTB, Cukai, Bea Masuk dan Bea Keluar, penerimaan PPh dan PPN sektoral serta penerimaan PNBP dan SDA. Sampai saat ini model tersebut masih terus dikembangkan agar tingkat akurasi perhitungan yang dihasilkannya semakin akurat.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
98
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
b.
Persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara (DK 12.2) Persentase efektifitas kebijakan pendapatan negara yang menjadi target selama tahun 2009 adalah 70% yang telah direalisasikan pada kuartal keempat tahun 2009. Efektifitas kebijakan pendapatan negara diukur melalui survey kepuasan Stakeholders dengan menggunakan alat survey kuesioner skala Licker. Tujuan pelaksanaan survey adalah untuk mengukur tingkat kepuasan Stakeholders terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan yang dihasilkan. Stakeholders yang disurvey adalah Pembina sektor, Departemen Perdagangan, Asosiasi Pengusaha, Pelaku Usaha, dan Instansi Pelaksana. Survey efektifitas kebijakan pendapatan negara dilakukan dalam beberapa tahap: • Perancangan metodologi penelitian • Penyempurnaan metodologi penelitian melalui rapat yang melibatkan stakeholder terkait • Penyampaian metodologi penelitian yang telah disepakati kepada pihak yang akan melakukan survey • Tanggapan penyempurnaan metodologi agar sesuai dengan kemudahan yang dituntut dalam praktek survey • Kesimpulan dan laporan. Survey dilakukan terhadap proses pengambilan keputusan dan keputusan yang dihasilkan selama tahun 2009 hingga bulan Desember. Survei dilakukan pada awal Januari 2010 dengan hasil efektivitas kebijakan pendapatan negara mencapai 72,29%. Kegiatan survey untuk mengetahui efektivitas kebijakan pendapatan negara sangat penting dilakukan, karena sebagai unit perumus kebijakan, BKF perlu mengetahui seberapa baik kualitas rumusan kebijakan yang dihasilkannya. Untuk menghasilkan rumusan kebijakan yang efektif, BKF telah berusaha semaksimal mungkin dengan melakukan berbagai macam kegiatan kajian, analisis, dan evaluasi kebijakan di bawah naungan Program Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan
Keuangan
Negara.
Kegiatan
yang
dilakukan
dalam
rangka
mewujudkan kebijakan pendapatan negara yang efektif adalah melakukan analisis perkembangan sektor riil dalam rangka perumusan kebijakan untuk meningkatkan dan mengoptimalisasi pendapatan negara. Dalam
Tahun
2009,
Tim
Analisis
Perkembangan
Sektor
Riil
Dalam
Meningkatkan Pendapatan Negara telah melakukan perumusan kebijakan dengan penetapan Peraturan Menteri Keuangan menurut program adalah sebagai berikut :
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
99
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
• Program stabilisasi harga pangan pokok: • Program peningkatan investasi di bidang energi dan energi terbarukan: • Program optimalisasi penerimaan cukai: • Program peningkatan daya saing produk dalam negeri: • Program fasilitas Pajak Penghasilan Ditanggung Pemerintah: Selain kebijakan yang dituangkan dalam bentuk Peraturan Menteri Keuangan diatas, Tim Analisis Perkembangan Sektor Riil Dalam Meningkatkan Pendapatan Negara juga melakukan 2 (dua) kegiatan kajian kebijakan yaitu: • Kajian Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA); • Kajian mengenai Pajak Penghasilan (PPh) Sektor Pariwisata.
A.7.
TEMA REFORMASI BIROKRASI DK 13. Pelayanan prima Indikator Kinerja 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Rasio realisasi dari janji layanan quick-win ke pihak eksternal: • Penyelesaian PMK/KMK • Efisiensi layanan e-procurement • Penyelesaian surat roya • Pelayanan ijin akuntan publik dan penilai publik Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang anggaran ke pihak eksternal Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan ke pihak eksternal
Target
Realisasi
100,00%
122,30%
100,00%
100,00%
100,00%
99,74%
80,00%
91,01%
90,00%
90,55%
80,00%
83,00%
100,00%
100,00%
95,00%
98,66%
DK 14. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara Indikator Kinerja 1. 2. 3.
Persentase tingkat akurasi perencanaan kas Rasio beban utang terhadap total utang Persentase jumlah penggunaan BMN yang diinventarisasi
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
Target
Realisasi
80,00% 6,59%
89,86% 5,70%
90,00%
99,25%
telah
100
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
DK 15. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan Indikator Kinerja 1. 2.
3.
4. 5. 6. 7.
Persentase jumlah sosialisasi/penyuluhan terhadap rencana sosialisasi/penyuluhan Tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, dan lelang Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional,dan internasional
Target
Realisasi
100,00%
128,25%
17.000,00 satker
25.412,00 satker
10.000 orang
44.327 orang
80,00%
103,60%
50,00 frekuensi
59,00 frekuensi
6.500,00 peserta
9.626,00 peserta
60,00 mitra
111,00 mitra
DK 18. Mengembangkan organisasi yang handal dan modern Indikator Kinerja 1.
Persentase penyelesaian SOP
Target
Realisasi
100,00%
100,00%
DK 19. Mewujudkan good governance Indikator Kinerja 1.
Target
Realisasi
2,57
2,57
Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61,62, 70,71, 96,97,98,99)
DK 20. Membangun sistem informasi yang terintegrasi Indikator Kinerja 1.
Service Level Agreement (SLA) index
Target
Realisasi
92,00%
99,22%
Tema reformasi birokrasi merupakan implementasi misi politik, ekonomi, sosial budaya, politik, dan kelembagaan, yang dilaksanakan oleh semua unit organisasi di lingkungan Departemen Keuangan. Sasaran strategis yang mendukung tema ini meliputi: 1.
Pelayanan prima (DK 13) Sasaran strategis pelayanan prima diwujudkan dengan tercapainya IKU Rasio
realisasi dari janji layanan quick-win ke pihak eksternal. Pelayanan prima dilakukan melalui pelaksanaan SOP quick-win oleh beberapa unit organisasi eselon I, dimana target dan capaian pada masing-masing unit dapat dilihat pada tabel berikut:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
101
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Rasio realisasi dari janji layanan quick-win ke pihak eksternal Indikator Kinerja 1.
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
1)
Rasio realisasi dari janji layanan quick-win ke pihak eksternal: • Penyelesaian PMK/KMK • Efisiensi layanan e-procurement • Penyelesaian surat roya • Pelayanan ijin akuntan publik dan penilai publik Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang anggaran ke pihak eksternal Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan ke pihak eksternal
Target
Realisasi
100,00%
154,93%
100,00%
100,00%
100,00%
99,74%
80,00%
91,01%
90,00%
90,55%
80,00%
83,00%
100,00%
100,00%
95,00%
98,63%
Rasio realisasi dari janji layanan quick-win ke pihak eksternal: a) Penyelesaian PMK/KMK Indikator kinerja tersebut merupakan hasil kinerja dari beberapa unit organisasi eselon II di lingkungan Sekretariat Jenderal, yaitu: Biro Hukum, Biro Umum, dan Pushaka yang mempunyai IKU yang sama yaitu Penyelesaian PMK/KMK dalam kontrak kinerjanya. Proses penyelesaian ditargetkan selama 10 hari kerja dengan komposisi Biro Hukum 4 hari kerja dengan realisasi 3,56 hari kerja, Biro Umum 3 hari kerja dengan realisasi 2,97 hari kerja, dan Pushaka 3 hari kerja dengan realisasi 4 hari kerja, sehingga total seluruh proses penyelesaian adalah 10,53 hari kerja. Dengan demikian tingkat pencapaiannya adalah 94,70%. Secara garis besar, proses penyelesaian PMK/KMK adalah sebagai berikut : Draft PMK/KMK diserahkan kepada Biro Hukum untuk dilakukan review dari aspek legal drafting. Pencapaian sasaran kinerja Biro Hukum selama tahun 2009 dalam Penyelesaian PMK/KMK adalah 258 (dua ratus lima puluh delapan) dengan waktu penyelesaian rata-rata 3,56 (tiga koma lima puluh enam) hari kerja, sehingga lebih cepat dari target yang dijanjikan oleh Biro Hukum yaitu 4 (empat) hari kerja.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
102
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Draft PMK/KMK yang sudah direview aspek legal drafting disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk ditetapkan, melalui Pushaka. Draft PMK/KMK yang sudah selesai dilakukan review legal drafting oleh Biro Hukum disampaikan kepada Menteri Keuangan melalui Pushaka untuk ditetapkan. Penyelesaian PMK/KMK oleh Pushaka pada tahun 2009 dapat terealisasi selama 4 hari kerja atau 83,33% dari target 3 (tiga) hari kerja. Draft PMK/KMK yang sudah ditetapkan oleh Menteri Keuangan selanjutnya dibuat salinan oleh Biro Umum, kemudian disampaikan kepada pihak-pihak terkait; Penyelesaian salinan PMK/KMK dapat terealisasi 101,01% dengan waktu 2,97 hari melebihi target yang ditetapkan yaitu 3 hari. IKU ini mengukur seberapa lama suatu PMK/KMK diproses di Bagian Tata Usaha Departemen dan Bagian Dukungan Program dan Kegiatan Pimpinan. b) Efisiensi layanan e-procurement Target pengadaan barang/jasa melalui e-Procurement pada awal tahun anggaran 2009 adalah 40 paket pekerjaan, sementara realisasi sampai dengan triwulan keempat Tahun Anggaran 2009 mencapai 130 paket pekerjaan. Sedangkan dari sisi pelaksanaan kegiatan, keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh kegiatan-kegiatan: • MoU dengan 3 (tiga) instansi Telah dilakukan penandatanganan MoU dengan 3 (tiga) instansi lain yaitu KPK, PPATK dan Komisi Yudisial. MoU dengan ketiga instansi tersebut merupakan awal kerjasama yang dilakukan Departemen Keuangan dengan K/L yang berada di luar lingkungan Departemen Keuangan. Hal ini akan meningkatkan kepercayaan instansi pemerintah kepada Departemen Keuangan c.q Pusat LPSE sebagai penyelenggara pengadaan barang/jasa secara elektronik. • Tindak lanjut penandatanganan MoU Tindak lanjut penandatangan MoU berbentuk persiapan pelelangan secara elektronik untuk 3 (tiga) instansi yaitu KPK, PPATK dan Komisi Yudisial. Dari 3 instansi tersebut, Komisi Yudisial telah mulai melaksanakan pelelangan secara elektronik. • Menyajikan dan menyampaikan daftar belanja modal Mempersiapkan, menyajikan dan menyampaikan daftar belanja modal yang harus dilelang melalui e-procurement pada masing-masing Unit Eselon I di lingkungan Departemen Keuangan telah dilakukan.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
103
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c) Penyelesaian surat roya Jumlah surat roya selama tahun 2009 sebanyak 10 berkas berhasil diselesaikan dalam kurun waktu 3 hari kerja. Jika pada tahun-tahun sebelumnya Penyelesaian Surat Roya belum ditetapkan jangka waktu penyelesaiannya maka pada tahun 2009 Penyelesaian Surat Roya ditetapkan 3 hari kerja. Hambatan yang dihadapi dalam penyelesaian surat roya yaitu data yang disampaikan oleh pemohon terkadang kurang lengkap sehingga Sekretariat Jenderal c.q Biro Bantuan Hukum harus menunggu kelengkapan data tersebut agar dapat memproses lebih lanjut. Biro Bantuan Hukum sebagai penanggungjawab pengelolaan permohonan pelepasan hak tanggungan baru terbentuk pada Desember 2006 berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 31/PMK.01/2006. Pada tahun 2007 jumlah permohonan surat Roya mencapai 67 permohonan tahun 2008 sebanyak 11 permohonan surat, dan tahun 2009 permohonan surat Roya sebanyak 10 permohonan. Jumlah surat Roya selama 3 tahun berjumlah 88 permohonan. Jumlah permohonan surat roya pada tahun 2007 paling banyak karena banyak debitur bank-bank terlikuidasi pada saat pelunasan tidak memahami tentang pelepasan hak tanggungan (roya). d) Pelayanan ijin akuntan publik dan penilai publik Selama tahun 2009 penyelesaian izin Akuntan Publik dan Penilai Publik berhasil diselesaikan dalam kurun waktu 20 hari kerja, dengan tingkat capaian sebesar 100%. Ini berarti, seluruh permohonan penerbitan izin Akuntan Publik dan Penilai Publik telah berhasil diproses dengan baik dan diterbitkan tepat waktu. Keberhasilan penyelesaian izin Akuntan Publik dan Penilai Publik ini didukung oleh antara lain: a) telah tersedianya Informasi Publik yang dapat diakses melalui website Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP) tentang tata cara pengajuan permohonan izin; b) telah dilakukannya diseminasi peraturan kepada publik; c) telah tersedianya aplikasi Sistem Informasi Akuntan Publik dan Penilai Publik untuk pemrosesan permohonan Izin; d) telah dilakukan upaya peningkatan kualitas SDM melalui pelatihan in-house training di PPAJP maupun pelatihan yang diselenggarakan oleh pihak atau instansi di luar PPAJP;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
104
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
e) pelaksanaan pemrosesan izin telah sepenuhnya dilakukan sesuai prosedur kerja yang sudah baku (SOP), dengan beberapa kegiatan yang dapat dicapai sesuai dengan rencana seperti: penerbitan izin Akuntan Publik, direncanakan sebanyak 15 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 42 buah KMK; penerbitan izin usaha KAP, direncanakan sebanyak 30 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 30 buah KMK; dan penerbitan izin usaha Cabang KAP dari yang direncanakan 12 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 20 buah KMK; penerbitan izin Penilai Publik direncanakan sebanyak 27 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 194 buah KMK; penerbitan izin usaha UJP/KJPP Perorangan direncanakan sebanyak 7 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 26 buah KMK, penerbitan izin UJP/KJPP Kerjasama direncanakan 15 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 67 buah KMK; dan penerbitan izin UJP/KJPP Cabang direncanakan 2 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 16 buah KMK; • penerbitan izin PJP direncanakan sebanyak 5 buah KMK dapat direalisasikan sebanyak 14 buah KMK.
2)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang anggaran ke pihak eksternal Terdapat 5 (lima) quick-win dalam bidang penganggaran yaitu : a) Pelayanan penyelesaian SAPSK tepat waktu Telah diselesaikan tepat waktu pada bulan November 2009 (seperti yang telah dijelaskan pada IKU DK 2.1) b) Pelayanan revisi SAPSK tepat waktu Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 06/PMK.02/2009 tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dan Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Tahun 2009, revisi terhadap SAPSK diperlukan guna penyesuaian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat dengan perubahan kebutuhan dan percepatan pencapaian kinerja K/L. Agar pelaksanaan revisi SAPSK tepat waktu, dikeluarkan SE Dirjen Anggaran Nomor SE-19/AG/2009 tanggal 14 Oktober 2009 tentang Batas Akhir Pengajuan Revisi SAPSK, revisi SAPSK harus diterima oleh Kementerian Keuangan cq. Ditjen Anggaran pada tanggal 31 Oktober 2009 dengan telah dilengkapi oleh data pendukung.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
105
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c) Penyelesaian Pelayanan Standar Biaya Khusus (SBK) Dalam penyusunan SBK, Ditjen Anggaran lebih pro aktif yaitu dengan melakukan evaluasi terhadap kegiatan-kegiatan K/L pada tahun 2008 dan 2009 yang dapat diusulkan menjadi SBK. Tujuannya adalah untuk dapat menyelesaikan penyusunan SBK lebih awal dan lebih terprogram. Selain itu juga diharapkan agar kualitas SBK lebih meningkat sehingga dapat memperlancar proses penyusunan dan penelaahan RKA-KL. d) Penyusunan Konsep RPP tentang Jenis dan Tarif atas Jenis PNBP atau Revisi yang berlaku pada Kementerian/Lembaga (penjelasan di atas) e) Penyusunan Target dan pagu penggunaan PNBP pada Kementerian/Lembaga untuk RAPBN atau Revisi Target dan pagu penggunaan PNBP
3)
Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan Kepatuhan masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya, selain dipengaruhi oleh pemahaman atas hak dan kewajibannya, juga di pengaruhi oleh kualitas pelayanan yang diberikan oleh DJP. Oleh karena itu, pemahaman dan kesadaran masyarakat perlu didukung dengan memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi perpajakan melalui penyediaan berbagai sarana dan prasarana pendukung pelayanan. Upaya memperbaiki dan menyempurnakan kualitas layanan dilakukan dengan adanya transparansi proses bisnis internal, mempersingkat jangka waktu penyelesaian layanan, menyederhanakan persyaratan administrasi layanan, serta meningkatkan kualitas hasil layanan. Kegiatan yang telah dilakukan adalah dengan melakukan monitoring 8 (delapan) layanan unggulan yang telah ditetapkan dan mengusulkan untuk menambah 8 (delapan) layanan unggulan sehingga berjumlah 16 layanan unggulan. Atas 8 (delapan) layanan unggulan yang telah ditetapkan, sebanyak 3.191.204 layanan telah diselesaikan tepat waktu sesuai janji waktu pelayanan dari total 3.199.462 layanan yang diselesaikan. Hal tersebut merupakan capaian yang cukup baik mengingat banyaknya dan tersebarnya unit pelayanan di DJP. Selain menyempurnakan proses bisnis layanan yang diberikan dengan menggunakan secara maksimal teknologi informasi, pemilihan kantor pelayanan percontohan diselenggarakan secara rutin yang bertujuan untuk memotivasi seluruh unit pelayanan dalam meningkatkan kualitas layanannya. Pada tahun 2009, KPP Pratama Jakarta Gambir Empat menempati juara ketiga Kantor Pelayanan Percontohan tingkat Kementerian Keuangan.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
106
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
4)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal Sasaran yang ingin dicapai adalah mengoptimalkan pelayanan kepada stakeholder dengan berlandaskan pada prinsip pelayanan yang pasti, efisien, dan efektif dalam rangka mendukung industrialisasi dan fasilitasi perdagangan. Saat ini DJBC memiliki 8 (delapan) janji layanan quick-win yaitu pelayanan Jalur Prioritas, Jalur Hijau, Jalur Merah, ekspor, penyelesaian keberatan, restitusi, rush handling dan PIBT-PJT. Sampai dengan bulan Desember 2009 capaian untuk janji layanan unggulan secara keseluruhan adalah sebesar 91,01% dari target 80% yang ditetapkan. Akan tetapi masih terdapat dua kinerja layanan yang belum optimal yaitu salah satu parameter pada janji layanan Jalur Merah berupa penuangan hasil pemeriksaan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan janji layanan restitusi. Penuangan hasil pemeriksaan ke dalam LHP yang masih belum optimal disebabkan antara lain : • Kurangnya dukungan dari pengguna jasa dan pengusaha TPS dalam mempersiapkan proses pemeriksaan barang; • Kurangnya peralatan pendukung untuk pemeriksa barang; • Kurangnya fasilitas pada lokasi pemeriksaan barang; dan • Sistem perekaman LHP masih belum dapat mengakomodir realita tahaptahap perekaman di lapangan. Belum optimalnya layanan restitusi lebih disebabkan karena pihak yang mengajukan restitusi belum melengkapi seluruh persyaratan yang harus dilengkapi dalam mengajukan permohonan restitusi serta adanya keterkaitan dengan instansi lain sebelum diterbitkannya keputusan restitusi. Langkah-langkah yang dapat ditempuh agar janji layanan dapat dioptimalkan yaitu dengan mengidentifikasi faktor-faktor penyebab penghambat capaian kinerja penuangan hasil pemeriksaan ke dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan kinerja pelayanan restitusi, diantaranya : • Meningkatkan implementasi manajemen resiko dalam penetapan jalur merah dan jalur hijau. • Meningkatkan koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan untuk mengupayakan akselerasi proses pencairan restitusi.
5)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal Dalam rangka mewujudkan good governance, yang merupakan bagian dari program reformasi birokrasi, dibentuklah KPPN Percontohan di lingkungan Direktorat
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
107
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Jenderal Perbendaharaan Departemen Keuangan, melalui beberapa perbaikan yang dilaksanakan, antara lain dari aspek SDM, tata laksana, dan dukungan teknologi informasi. Pembentukan KPPN Percontohan dilakukan beberapa tahap yaitu: (i)
Tahap I membentuk KPPN Percontohan sebanyak 18 kantor berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-172/PB/2007.
(ii) Tahap II membentuk KPPN Percontohan sebanyak 9 kantor berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-18/PB/2008. (iii) Tahap III membentuk KPPN Percontohan sebanyak 5 kantor berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-93/PB/2008. (iv) Tahap IV membentuk KPPN Percontohan sebanyak 5 kantor berdasarkan Keputusan Dirjen Perbendaharaan Nomor KEP-02/PB/2009. Salah satu pelayanan yang diberikan oleh KPPN Percontohan adalah penyelesaian SP2D Non Belanja Pegawai selama 1 jam. Indikator Kinerja Utama ini adalah mengukur ketepatan waktu penyelesaian SP2D Non Belanja Pegawai yang dilakukan oleh 37 KKPN Percontohan. Pada tahun 2009 terhadap penyelesaian SP2D secara tepat waktu ini ditargetkan sebesar 90%, dan berdasarkan data seluruh KPPN Percontohan, maka realisasi selama tahun 2009, penyelesaian SP2D (Non Belanja Pegawai) secara tepat waktu (1 jam) sebesar 90.55%.
6)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal Pencapaian sasaran ini diperoleh dari presentase jumlah penyelesaian permohonan yang sesuai quick-win dibandingkan dengan jumlah seluruh permohonan yang memenuhi syarat. Realisasi 6 layanan unggulan DJKN tahun 2009 sebesar 83% dengan rincian : (i)
SOP keringanan utang pada KPKNL sebesar 94% Dari 289 permohonan yang diajukan, sebanyak 272 layanan telah diselesaikan sesuai SOP.
(ii) SOP penarikan piutang negara sebesar 87% Dari 739 permohonan yang diajukan, sebanyak 645 layanan telah diselesaikan sesuai SOP. (iii) SOP pelayanan lelang sebesar 83% Dari 3.976 permohonan yang diajukan, sebanyak 3.306 layanan telah diselesaikan sesuai SOP.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
108
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
(iv) SOP Permohonan Ijin Penghapusan Barang Milik Negara selain Tanah dan/atau Bangunan sebesar 90% Dari 460 permohonan yang diajukan, sebanyak 414 layanan telah diselesaikan sesuai SOP. (v) SOP Penilaian dalam Rangka Rekomendasi Pemindahtanganan Barang Milik Negara sebesar sebesar 88% Dari 97 permohonan yang diajukan, sebanyak 85 layanan telah diselesaikan sesuai SOP. (vi) SOP keringanan utang pada kanwil sebesar 100% Dari 2 permohonan yang diajukan, sebanyak 2 layanan telah diselesaikan sesuai SOP. Pencapaian indikator kinerja ini berhasil karena (i) proses internalisasi SOP quick-win yang cukup intensif seperti penyebaran brosur layanan unggulan kepada seluruh Kanwil dan KPKNL; (ii) sosialisasi layanan unggulan dari DJKN dan Tim Reformasi Birokrasi Pusat Departemen Keuangan; (iii) monitoring dan evaluasi oleh Kantor Pusat dan Kanwil secara berjenjang. Kegiatan yang mendukung pencapaian IKU tersebut adalah : (1) Monitoring dan pengawasan kegiatan kantor vertikal dalam melaksanakan pengurusan piutang negara dengan indikator output hasil monitoring dan pengawasan (100%). Rencana tingkat capaian terhadap : • Kantor Wilayah sebanyak 17 kantor dapat terealisasi sebanyak 17 kantor. • KPKNL sebanyak 70 kantor dapat terealisasi sebanyak 70 kantor. (2) Melaksanakan pengelolaan Barang Milik Negara dengan indikator kinerja output surat persetujuan/penolakan usul penghapusan BMN (100%). Rencana tingkat capaian surat persetujuan/penolakan sebanyak 21 buah dapat terealisasi sebanyak 21 buah
7)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal Tabel 37. Perda yang dievaluasi tahun 2007–2009 Tahun 2007
Tahun 2008
Tahun 2009
Target
Realisasi
Target
Realisasi
Target
Realisasi
1.500
1.539
1.500
1.599
1.600
1.984
IKU rasio realisasi dari janji pelayanan quick win kepada pihak eksternal terealisasi melebihi target yaitu 114,25 % dari rencana yang tingkat capaian 100%. Kegiatan yang dilakukan DJPK di bidang pelayanan adalah melaksanakan percepatan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
109
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
evaluasi Perda PDRD (Tim Pajak Daerah dan Retribusi Daerah), telah berhasil melakukan evaluasi terhadap 1.984 Perda, melampaui target 1.600 yang ditetapkan. Sesuai dengan UU Nomor 34 Tahun 2000, sejak tahun 2001 sampai dengan 31 Desember 2008 Menteri Keuangan telah melakukan evaluasi terhadap 8.219 Perda dan 2.192 Raperda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Hal tersebut juga sejalan dengan amanat Inpres Nomor 6 Tahun 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Pada tahun 2007 - 2009, Perda yang telah dievaluasi oleh Direktorat Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) telah melampaui target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2009, telah diterbitkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 sebagai pengganti Undang-undang Nomor 34 tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang merupakan acuan bagi Pemerintah Daerah (Pemda) dalam penyusunan Perda di bidang Pajak dan Retribusi Daerah. Mengingat masih adanya Perda-perda yang disusun berdasarkan UU No. 34 tahun 2000 yang masih belum dievaluasi, maka Dirjen Perimbangan Keuangan menginstruksikan task force kepada Tim PDRD untuk mempercepat evaluasi Perda tersebut. Dengan adanya task force tersebut, Tim PDRD pada tahun 2009 telah menyelesaikan evaluasi Perda sebanyak 1.984 perda, berhasil mempercepat dan bisa menambah evaluasi sebanyak 2.874 Perda sehingga total Perda yang dievaluasi pada tahun 2009 adalah sebanyak 4.858 Perda. Pada umumnya Perda yang direkomendasikan batal karena pungutan tersebut: • Duplikasi dengan pungutan pusat. • Merintangi arus lalu lintas barang dan jasa. • Menciptakan ekonomi biaya tinggi. • Pemungutan retribusi bersifat pajak, tidak ada pelayanan yang diberikan oleh Pemda. • Pemungutan retribusi tidak sesuai dengan kewenangan daerah. • Bertentangan dengan kebijakan nasional.
8)
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win di bidang pengawasan pasar modal dan lembaga keuangan ke pihak eksternal Tujuan KPI ini adalah mendorong peningkatan pelayanan yang dilakukan oleh Bapepam-LK terhadap masyarakat atau publik. Pelayanan yang diberikan adalah yang merupakan quick-win Bapepam-LK, yang berjumlah 8 (delapan) layanan. Capaian IKU Rasio realisasi dari janji pelayanan quick-win ke pihak eksternal merupakan hasil ratarata dari seluruh capaian pelayanan quick-win Bapepam-LK, yaitu sebagai berikut: a) Layanan pernyataan pendaftaran Emiten yang memenuhi target SOP terealisasi 100%;
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
110
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
b) Layanan pendaftaran Akuntan Publik yang memenuhi target SOP terealisasi 100%; c) Layanan perizinan WPPE yang memenuhi target SOP terealisasi 96,16% dari target 90%; d) Layanan perizinan WPEE yang memenuhi target SOP terealisasi 95% dari target 90%; e) Layanan perizinan WAPERD yang memenuhi target SOP terealisasi 95,5% dari target 85%; f) Layanan pendaftaran Reksa Dana yang memenuhi target SOP terealisasi 100%; g) Layanan perizinan Perusahaan Asuransi yang memenuhi target SOP terealisasi 100%; h) Layanan pengesahan Dana Pensiun yang memenuhi target SOP terealisasi 100%.
6.
Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara (DK 14)
a.
Persentase tingkat akurasi perencanaan kas (DK 14.1) Tingkat akurasi perencanaan penerimaan kas pada tahun 2009 ditargetkan sebesar 80%, dan sampai akhir tahun dapat sebesar 89,65%. Sementara untuk tingkat akurasi perencanaan pengeluaran kas ditargetkan sebesar 80%, dan sampai akhir tahun 2009 dapat direalisasikan sebesar 90,08%. Sehingga tingkat akurasi perencanaan kas terealisasi sebesar 89,87%. Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara Pusat bertanggungjawab untuk membuat perencanaan kas dan menetapkan saldo kas minimal yang merupakan buffer cash atau suatu cadangan kas (patokan) yang harus ada di kas negara yang dipergunakan untuk menutup pengeluaran rutin dan pengeluaran-pengeluaran yang gagal diperkirakan. Dengan ditetapkannya Saldo Kas Minimal Uang Negara maka saldo kas pemerintah setiap hari diupayakan untuk mendekati patokan tersebut dan terhadap saldo di atas saldo minimal akan ditempatkan atau dilakukan investasi jangka pendek. Untuk itu pemerintah perlu melakukan perencanaan yang sangat akurat agar setiap instansi pemerintah setiap harinya dapat menyampaikan perkiraan realisasi anggaran untuk hari berikutnya. Untuk mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan dukungan dari setiap Kementerian Negara/Lembaga dan pihak-pihak lain yang terkait untuk dapat menyampaikan proyeksi penerimaan dan pengeluaran secara periodik kepada Bendahara Umum Negara/Kuasa Bendahara Umum Negara. Laporan tersebut akan dikompilasi guna penyusunan rencana kas nasional yang juga merupakan rencana realisasi anggaran. Keberhasilan pembuatan perencanaan kas, selain tergantung pada koordinasi dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
111
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dukungan dari seluruh departemen/lembaga juga tergantung pada kecermatan dalam pembuatan
perencanaan
penerimaan
dan
pengeluaran
masing-masing
departemen/lembaga. Perencanaan kas tersebut harus disusun secara berjangka mulai dari harian, mingguan, bulanan hingga tahunan. Semakin jauh waktu perencanaannya maka semakin rendah tingkat akurasinya. Oleh karena itu, perlu dilakukan update atas perencanaan secara terus menerus sehingga akurasi dari perencanaan jangka pendek akan tetap terjaga akurat. Saat ini perencanaan kas yang dibuat masih berupa perencanaan kas mingguan dan bulanan. Hasil perencanaan kas saat ini masih belum seperti yang diharapkan karena selisih antara realisasi dan perencanaan masih di atas 5%. Perencanaan yang demikian masih belum dapat dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan manajerial seperti keputusan untuk melakukan investasi jangka pendek. Peningkatan akurasi forecast sendiri merupakan proses yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya penelitian atas selisih antara proyeksi dan realisasi agar faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya selisih tersebut dapat diantisipasi sehingga perencanaan kas selanjutnya dapat lebih akurat. Dengan koordinasi yang baik dengan semua pihak yang memberikan data perencanaan kas diharapkan pemerintah akan mampu membuat suatu perencanaan kas harian dengan akurasi di atas 95%. Berdasarkan perencanaan kas maka akan diketahui waktu dan besarnya cash mismatch yang terjadi. Untuk membuat suatu prediksi yang baik mengenai waktu terjadinya cash mismatch dan berapa besarnya cash mismatch maka perencanaan kas harus di-update secara terus menerus. Dengan asumsi bahwa semakin pendek waktu perencanaan dengan waktu kejadian maka inherent risk dari suatu perencanaan kas akan berkurang secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan adanya suatu update secara terus-menerus atas rencana yang telah dibuat untuk menyesuaikannya dengan perkembangan terbaru (rolling forecast). Dengan melakukan rolling forecast seperti itu diharapkan akurasi forecast akan meningkat secara signifikan sehingga perencanaan kas dengan akurasi di atas 95% dapat dicapai. Perencanaan kas sudah dilaksanakan pada awal tahun 2006, yaitu dengan terbitnya Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan nomor SE-02/PB/2006 tentang penyampaian
rencana
penarikan
dan
pengeluaran
kas
(Cash
Forecasting)
instansi/satuan kerja Pemerintah Pusat/Daerah. Dengan Surat Edaran tersebut perencanaan kas dibuat sistematis, yaitu input perencanaan kas dilakukan oleh pihakpihak yang berkompeten yaitu satuan kerja. Semua satker memberi masukan tentang proyeksi penerimaan dan pengeluaran yang kemudian dikumpulkan oleh KPPN dan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
112
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
seterusnya menjadi input perencanaan kas oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perbendaharaan. Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan nomor SE-02/PB/2006 merupakan pondasi membangun sistem yang baik dalam perencanaan kas pemerintah pusat. Surat Edaran tersebut kemudian diperkuat dengan Surat Menteri Keuangan nomor S71/MK.06/2006 tentang Penyampaian Penerimaan/Pengeluaran Kas. Surat tersebut dititikberatkan untuk satker Departemen Keuangan khususnya kantor vertikal Direktorat Jenderal Pajak dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untuk menyampaikan perkiraan penerimaan kepada KPPN. Surat Menteri Keuangan ditindaklanjuti dengan membentuk Tim Cash Planning Information Network (Tim CPIN) pada akhir tahun 2006. Tugas tim ini adalah melakukan koordinasi dan mengumpulkan berbagai informasi mengenai penerimaan dan pengeluaran kas di tingkat Kantor Pusat. Anggota Tim ini adalah unit eselon I di lingkungan Departemen Keuangan dan diluar Departemen Keuangan yang dapat memberikan masukan/data perencanaan kas. Untuk menciptakan data perencanaan kas yang lebih detail, akurat, dan komplit maka pada akhir tahun 2008 diterbitkan Surat Edaran Ditjen Perbendaharaan nomor SE-38/PB/2008 tentang Penyampaian Laporan Realisasi dan Perkiraan Belanja Kementerian Negara/Lembaga tahun 2008. Surat Edaran tersebut disertai dengan aplikasi Peran 2008 untuk memudahkan satker untuk menyampaikan laporan. Data perencanaan penerimaan kas dihimpun dari tim CPIN khususnya dari Direktorat Jenderal Pajak, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Direktorat Jenderal Anggaran, dan Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang. Data perencanaan pengeluaran kas dihimpun dari
tim CPIN khususnya
sumbangan dari unit eselon I yaitu Direktorat Jenderal Anggaran, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang, dan Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan. b.
Rasio beban utang terhadap total utang (DK 14.2) Rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menggambarkan beban utang yang harus ditanggung pemerintah dalam bentuk pembayaran beban bunga, biaya, dan imbal hasil dalam tahun berjalan dibandingkan dengan rata-rata outstanding utang pada tahun tersebut. IKU ini merupakan salah satu alat untuk mengukur efisiensi beban bunga yang harus ditanggung oleh Pemerintah dalam memenuhi target pembiayaan utang dalam satu tahun anggaran. Efisiensi dilakukan agar realisasi pembayaran bunga utang lebih rendah dari alokasi bunga utang yang ditetapkan dalam APBN, dengan tetap mempertimbangkan risiko dan pemenuhan target pembiayaan melalui utang. Hal ini berdampak pada rasio beban bunga terhadap
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
113
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
rata-rata outstanding utang yang semakin rendah dan menunjukkan bahwa pengelolaan utang pada tahun anggaran tersebut telah efisien. Penurunan beban utang dapat dilakukan antara lain melalui pemilihan jenis/instrumen utang baru dan restrukturisasi utang yang telah ada. Pemilihan jenis/instrumen utang baru antara lain dengan meminimalkan penerbitan SBN dengan diskon dan/atau bunga yang tinggi, serta mengutamakan pengadaan pinjaman luar negeri baru yang bersifat lunak. Sedangkan restrukturisasi dilakukan melalui program debtswitch/buyback SBN dan restrukturisasi jenis bunga pinjaman luar negeri. Perkembangan target dan realisasi rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang periode 2005-2009 adalah sebagai berikut: 1) Pada tahun 2009 rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang ditargetkan sebesar 6,59% dengan realisasi sebesar 5,70%. Target beban bunga utang pada tahun 2009 adalah sebesar Rp110,6 triliun dengan realisasi sebesar Rp92,7 triliun. Perkiraaan rata-rata posisi utang pada tahun 2009
adalah sebesar Rp1.679,4 triliun dengan realisasi sebesar
Rp1.613,4 triliun. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang lebih rendah dari target (minimize), dimana nilai aktual/realisasi/pencapaian Indikator Kinerja diharapkan lebih kecil dari target. Pencapaian realisasi rasio yang lebih rendah dari target di tahun 2009 terutama disebabkan karena adanya penghematan beban bunga akibat: •
kebijakan front loading yang market adaptive dilakukan untuk mengurangi tekanan di pasar domestik, sehingga pada semester kedua pemerintah memiliki keleluasaan dalam memilih instrumen untuk mendapatkan biaya utang yang relatif rendah;
•
biaya yang dikeluarkan untuk debt switching lebih rendah dari target;
•
restrukturisasi pinjaman luar negeri; dan
•
penguatan nilai tukar rupiah dan penurunan tingkat bunga acuan untuk pinjaman luar negeri dan SBN Variable Rate.
2) Pada periode 2005–2008, perkembangan realisasi rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang menunjukkan indikator yang semakin baik. Walaupun pada tahun 2006 realisasi rasio meningkat cukup siginifikan dibanding tahun 2005, namun pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2008 cenderung menurun. Penjelasan atas perkembangan rasio beban bunga terhadap rata-rata outstanding utang periode 2005–2009 dapat dilihat pada tabel berikut.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
114
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 38. Rasio Beban Bunga Terhadap Rata-rata Outstanding Utang Tahun 2005-2009 triliun rupiah 2005 No
Uraian
Target APBN‐P
2006 LKPP
Target APBN‐P
2007 LKPP
Target APBN‐P
2008 LKPP
Target APBN‐P
2009 Target IKU
LKPP
Realisasi
1
Pembayaran Bunga Utang
61.0 65.2 82.5 79.1 83.6 79.6 94.8 87.5 110.6 92.7
2
Rata‐rata Outstanding Utang
1,308.1 1,306.4 1,323.5 1,307.7 1,325.2 1,345.8 1,441.7 1,513.1 1,679.4 1,613.4
3
Rasio
4.66%
Kurs tengah BI akhir tahun (Rp/US$1)
4.99%
6.23%
9,830
6.05%
6.31%
9,020
5.91%
6.57%
9,419
5.78%
6.59%
10,950
9,400
Peningkatan realisasi rasio beban utang terhadap rata-rata outstanding utang dari tahun 2005 ke tahun 2006 terutama disebabkan karena realisasi pembayaran bunga utang yang lebih besar dibandingkan tahun 2005, dan rata-rata outstanding utang yang lebih rendah dari tahun 2005 karena penguatan mata uang rupiah. Selain itu, realisasi pembiayaan bersih utang tahun 2006 hanya sebesar Rp9,4 triliun, lebih rendah dari realisasi pembiayaan bersih tahun 2005 sebesar Rp12,3 triliun. Pada periode 2006–2008, rasio beban utang terhadap rata-rata outstanding utang cenderung menurun karena peningkatan beban utang relatif lebih rendah dibandingkan peningkatan rata-rata outstanding utang. 3) Beberapa tantangan dalam kegiatan ini, antara lain: i)
Kondisi pasar keuangan yang dinamis sehingga mempengaruhi antara lain:
•
Fluktuasi yield SBN yang berdampak pada pembayaran bunga SBN baru yang diterbitkan;
•
Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama mata uang yen dan US dollar yang sangat volatile. Pergerakan nilai tukar berdampak signifikan, baik pada pembayaran bunga utang valas maupun outstanding utang valas.
•
Perubahan risk appetite investor yang berpengaruh pada pemilihan jenis instrumen SBN yang diterbitkan. Pemilihan jenis instrumen yang diterbitkan berdampak pada pembayaran bunga utang dan komposisi outstanding utang.
ii) Realisasi penarikan Pinjaman Proyek tidak ditentukan oleh Kementerian Keuangan,
tetapi
Kementerian/Lembaga.
ditentukan
oleh
pelaksana
Besaran
realisasi
penarikan
kegiatan Pinjaman
yaitu Proyek
berdampak pada pembayaran bunga dan posisi outstanding pinjaman.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
5.75%
115
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
4) Langkah-langkah yang diambil dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, antara lain: i)
Mengakomodasi perkiraan fluktuasi dan pergerakan nilai tukar
dan
yield/tingkat bunga dalam perhitungan pembayaran bunga utang. ii) Meningkatkan koordinasi dengan pihak terkait dalam penerapan readiness criteria dan penyusunan proyeksi penarikan Pinjaman Proyek. c.
Persentase jumlah penggunaan BMN yang telah diinventarisasi (DK 14.3) Pencapaian peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara diperoleh antara lain dari persentase jumlah penggunaan BMN yang telah diinventarisasi. Sesuai PP 6 Tahun 2006 pada prinsipnya seluruh BMN di Kementerian/Lembaga harus digunakan untuk menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian/Lembaga.
Dari
hasil
Inventarisasi
dan
Penilaian
pada
Kementerian/Lembaga tahun 2009 diperoleh persentase jumlah penggunaan BMN yang telah diinventarisasi dapat terealisasi sebesar 99,25% dari target sebesar 90%. Realisasi 99,25% tersebut diperoleh dari laporan hasil penilaian BMN, dari 38.150.846 BMN yang telah diinventarisasi dan dinilai wajar sebanyak 38.146.632 BMN digunakan oleh satker. Pencapaian atas realisasi penggunaan BMN tersebut sangat dipengaruhi oleh peraturan/pedoman pengelolaan dan penatausahaan BMN yang tepat dan mudah dipahami serta kepatuhan satker dalam menggunakan BMN sesuai ketentuan yang berlaku. Selain itu, penertiban BMN yang dimulai sejak tahun 2007 turut memberikan andil dalam meningkatkan pemahaman satker untuk menggunakan BMN sesuai tugas dan fungsi masing-masing satker. Program yang mendukung pencapaian sasaran IKU diatas adalah Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kekayaan Negara, dengan kegiatan : 1) Menyusun Draft RPMK Revisi PMK-97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi BMN dengan indikator output draft RPMK Revisi PMK-97/PMK.06/2007 tentang Penggolongan dan Kodefikasi BMN (100%). Rencana tingkat capaian draft RPMK sebanyak 1 buah dapat terealisasi sebanyak 1 buah. Draft final revisi PMK tersebut telah selesai disusun saat ini dalam proses kajian Biro Hukum. 2) Penyusunan Pedoman Pengaturan BMN idle pada K/L dengan indikator output Pedoman Pengaturan BMN idle pada K/L (100%). Rencana tingkat capaian pedoman pengaturan sebanyak 1 paket dapat terealisasi sebanyak 1 paket. Draft PMK tersebut masih dalam tahap pembahasan dengan Biro Hukum. 3) Melaksanakan penertiban BMN pada Kementerian Negara/Lembaga dengan indikator output laporan penertiban BMN (100%). Rencana tingkat capaian sebanyak 1 set dapat terealisasi sebanyak 1 paket.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
116
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
7.
Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan (DK 15)
a.
Persentase
jumlah
sosialisasi/penyuluhan
terhadap
rencana
sosialisasi/penyuluhan (DK 15.1.1) Persentase jumlah sosialisasi/penyuluhan terhadap rencana sosialisasi/ penyuluhan
terealisasi
128,25%.
Kegiatan
sosialiasi
atau
penyuluhan
telah
dilaksanakan antara lain berisi kegiatan tatap muka dengan Wajib Pajak, Pojok Pajak, Kunjungan Mahasiswa, Dialog TV dan Radio. Dari rencana 400 kegiatan penyuluhan tercapai 513 kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan pada tahun 2009. Capaian tersebut diperoleh melalui langkah-langkah yaitu: a) Meningkatkan
dan
memperbanyak
sarana
untuk
mendekatkan
pelayanan
penyuluhan kepada masyarakat: •
peningkatan jumlah dan fungsi pojok pajak, mobil pajak keliling dan kios pajak
•
pengembangan layanan SMS interaktif.
b) Meningkatkan frekuensi penyuluhan: •
peningkatan frekuensi penayangan iklan layanan masyarakat di media cetak dan elektronik berdasarkan riset
•
diversifikasi kegiatan penyuluhan melalui media lainnya.
c) Memperluas cakupan penyuluhan: •
penyuluhan berdasarkan segmentasi masyarakat
•
penyuluhan berdasarkan segmentasi sektor usaha Wajib Pajak.
d) Menyempurnakan materi dan metode penyuluhan:
b.
•
pengembangan metode dan modul e-learning untuk penyuluhan Wajib Pajak
•
pembuatan petunjuk pengisian SPT untuk profesi tertentu
•
pembuatan petunjuk penyelenggaraan pembukuan bagi UKM.
Tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan (DK 15.1.2) Dasar
pencapaian
IKU
tingkat
coverage
(pendidikan
dan
komunikasi)
pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan adalah jumlah satker yang mendapatkan sosialisasi. Berdasarkan target tahun 2009, jumlah satker yang mendapatkan sosialisasi adalah sejumlah 17.000 satker. Hal ini didasarkan pada asumsi jenis konsolidasi data, yaitu take last known, artinya angka capaian yang digunakan sebagai dasar pengukuran target kinerja tahunan adalah angka pada periode terakhir. Akan tetapi realisasinya selama tahun 2009 telah dilakukan sosialisasi kepada 25.412 satker sehingga melebihi target yang direncanakan.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
117
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 39. Jumlah Satker yang Mendapatkan Sosialisasi Tahun 2009
Target
Realisasi
c.
Q-1
Q-2
Q-3
Q-4
Total
5677
7488
10277
17000
17000
satker
satker
satker
satker
satker
3147
8542
12062
25412
25412
satker
satker
satker
satker
satker
Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara, dan lelang (DK 15.1.3). Pencapaian peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan diperoleh dari jumlah pegawai Kementerian/Lembaga, masyarakat, dan pelaku ekonomi yang mendapatkan sosialisasi. Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara dan lelang dengan target capaian sebanyak 10.000 orang dapat terealisasi sebesar 44.327 orang. Realisasi sosialisasi melampaui target karena : 1) Adanya peraturan-peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara yang relatif baru ditetapkan sehingga perlu disosialisasikan. 2) Pengguna jasa di bidang pengelolaan kekayaan negara masih memerlukan pemahaman bagaimana mengelola aset sesuai dengan ketentuan. 3) Pelaksanaan Penertiban BMN 4) Penggalian potensi piutang negara dan lelang. Program yang mendukung pencapaian sasaran IKU diatas adalah Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara, dengan kegiatan Sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara dengan indikator dapat disosialisasikannya peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara (100%). Sosialisasi peraturan perundang-undangan di bidang piutang negara berjumlah 6 peraturan dan dilakukan di 24 kota dengan peserta dari instansi vertikal di lingkungan DJKN dan Pemerintah Daerah.
d.
Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan (DK 15.1.4) IKU Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan (DK 15.1.4) telah berhasil terealisasi sebesar 103,60%. Kegiatan sosialisasi melebihi target pemenuhan terkait dengan coverage pemerintah daerah yang menjadi target penyampaian konsep kebijakan perhitungan DAU tahun 2010 melalui kegiatan workshop dilengkapi dengan sosialisasi kebijakan perhitungan DAU tahun 2010
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
118
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
menjelang akhir tahun. Untuk kegiatan sosialisasi, workshop, rekonsiliasi data, bimbingan teknis, dan konsultasi regional terkait kebijakan DBH SDA dan DBH Pajak lebih difokuskan pada daerah-daerah penghasil dan daerah lainnya di dalam satu provinsi, sedangkan DAK meliputi daerah-daerah yang memperoleh alokasi DAK pada masing-masing bidang. Khusus sosialisasi dan workshop mengenai PMK 21/PMK.07/2008 tentang Pelaksanaan dan Pertanggungjawaban Anggaran Transfer ke Daerah, diarahkan pada seluruh daerah untuk lebih meningkatkan pemahaman mengenai mekanisme penyaluran, penerbitan dokumen anggaran, persyaratan administratif yang dibutuhkan, dan kewajiban daerah untuk melaporkan perkembangan Transfer yang telah masuk ke Rekening Kas Umum Daerah. Sasaran strategis meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan
fungsi
DJPK
yang
mempunyai
IKU
sosialisasi
dan
diseminasi
peraturan/kebijakan tentang perimbangan keuangan melebihi target yang telah ditetapkan yaitu 103,6% dari rencana tingkat capaian 80%. Dalam mencapai sasaran tersebut DJPK telah mengadakan berbagai sosialisasi dan
diseminasi
berkenaan
dengan
peraturan/kebijakan
tentang
perimbangan
keuangan yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi terhadap tugas dan fungsi DJPK. Adapun kegiatan sosialisasi dan diseminasi yang diselenggarakan DJPK diantaranya adalah: • Sosialisasi Kebijakan DAU yang diadakan setiap tahunnya; • Sosialisasi Kebijakan DAK yang diadakan setiap tahunnya; • Sosilisasi Kebijakan/pelaksanaan Dana Bagi Hasil pajak setiap tahunnya; • Sosialisasi Kebijakan/pelaksanaan Dana Bagi hasil Sumber Daya Alam; • Sosialisasi Undang-undang tentang PDRD; • Sosialsisasi PP tentang tata cara pemungutan pajak daerah; • Sosialiasi Kebijakan pelaksanaan pinjaman, hibah daerah, dan pengelolaan keuangan daerah tahun 2009; • Sosialisasi kebijakan pemerintah tentang hibah daerah dan tata cara penyaluran hibah kepada pemerintah daerah; • Sosialisasi kebijakan pelaksanaan pinjaman daerah; • Sosialisasi Pengelolaan dana Dekonsentrasi dan tugas pembantuan; dan • Sosialisasi kebijakan desentralisasi fiskal bagi aparat pengawas fungsional dan penegak hukum.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
119
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
e.
Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang (DK 15.1.5) Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang adalah jumlah masyarakat dan pelaku ekonomi yang mengikuti sosialisasi, investor gathering, dealer meeting tentang pengelolaan utang. Pencapaian IKU ini menuju kepada capaian yang melebihi dari target (maximize), dimana capaian yang makin tinggi dari target adalah capaian yang diharapkan. 1) Pada tahun 2009 peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang ditargetkan sebesar 50 frekuensi dengan realisasi sebesar 59 frekuensi. a) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pinjaman, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang berupa sosialisasi kepada stakeholders mengenai PMK No. 40 tahun 2008 tentang Sistem Akuntansi Hibah dan informasi umum mengenai pinjaman. b) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SUN, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang meliputi : i)
Pelaksanaan sosialisasi SUN dari yang ditargetkan sebanyak 7 frekuensi telah dicapai sebanyak 9 frekuensi. Pelaksanaan melebihi target yang telah direncanakan disebabkan karena adanya tambahan permintaan dari universitas di luar universitas yang telah direncanakan untuk dilakukan sosialisasi pada tahun tersebut. Sasaran dari pelaksanaan sosialisasi ini adalah kelompok masyarakat yang memiliki pendidikan yang memadai, mempunyai interaksi sosial yang relatif besar, dan mempunyai prospek untuk mengkomunikasikan dan menyebarluaskan informasi yang diperoleh pada kelompok yang lebih luas.
ii)
Penyelenggaraan dealer/analyst meeting, pertemuan dengan para analis/dealer telah berjalan sebanyak 4 kali dari 9 kali pertemuan yang direncanakan. Realisasi yang kurang dari target diakibatkan oleh padatnya jadwal kegiatan pengelolaan utang seperti Penerbitan Obligasi Internasional dan penerbitan ORI. Namun demikian, rendahnya frekuensi pertemuan tidak berarti mengurangi kualitas dari program kegiatan ini, karena pada beberapa kesempatan pertemuan yang diselenggarakan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
120
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
oleh para analis dan dealer dapat dihadiri oleh perwakilan unit pengelola utang. iii)
Penyelenggaraan Investor gathering dalam tahun 2009 ditargetkan sebanyak 3
frekuensi dengan realisasi sebanyak 6 frekuensi.
Pencapaian realisasi melebihi target disebabkan karena terdapat tambahan kegiatan kerjasama dengan beberapa investment bank dalam rangka menyampaikan perkembangan terkini pengelolaan SUN dan untuk meningkatkan komunikasi yang lebih aktif dan intensif. iv) Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi maupun pelaku pasar baik domestik maupun internasional dalam tahun 2009 ditargetkan sebanyak 5 frekuensi dengan realisasi sebesar 21 frekuensi. Hal ini disebabkan beberapa kegiatan di forum internasional yang bukan merupakan kegiatan rutin sehingga tidak ditargetkan, dapat dilaksanakan. Kegiatan tersebut dilaksanakan mengingat adanya kebutuhan dalam rangka pengembangan pasar SUN dan untuk memperdalam pasar Surat Utang di ASEAN dan terutama pasar surat utang dalam negeri, serta upaya meningkatkan komunikasi dengan pelaku pasar internasional sekaligus sharing informasi antara issuer maupun investor. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi: •
Koordinasi Investor Relation Unit (IRU) sebesar 1 frekuensi.
•
Partisipasi dalam Forum Asian Bond Market Initiatives (ABMI) sebesar 6 frekuensi.
•
Pertemuan dalam Forum Internasional sebanyak 9 frekuensi.
•
Kegiatan koordinasi dan kerjasama peningkatan rating sebesar 5 frekuensi.
c) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SBSN, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang yaitu sosialisasi SBSN (premarketing dan investor gathering) direncanakan dilaksanakan sebanyak 16 frekuensi dengan realisasi sebesar 17 frekuensi. Realisasi yang melebihi target disebabkan karena penambahan lokasi kegiatan. Adapun lokasi pelaksanaan sosialisasi terbagi secara merata untuk wilayah Indonesia bagian Timur, Tengah, dan Barat, dengan target peserta sosialisasi adalah akademisi, instansi vertikal Departemen Keuangan, Pemda, MUI, Ormas, Perbankan, Asuransi, Dana Pensiun, serta masyarakat umum. 2) Selama periode 2005-2008, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang dijelaskan sebagai berikut: LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
121
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
a) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan pinjaman, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang meliputi. •
Tahun 2007, dilaksanakan sosialisasi PP Nomor 2 tahun 2006 tentang Tentang Tata Cara Pengadaan Pinjaman dan/atau Penerimaan Hibah serta Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah Luar Negeri sebesar 4 frekuensi dengan sasaran pemberi pinjaman, Kementerian/Lembaga, dan Pemerintah Daerah.
•
Tahun 2008, dilaksanakan seminar internal yang ditargetkan sebanyak 4 frekuensi
dengan
realisasi
sebanyak
3
frekuensi
(75%)
karena
keterbatasan waktu. b) Berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan SUN, kegiatan peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang meliputi : i)
Pelaksanaan sosialisasi SBN Dalam periode 2005-2008, pelaksanaan sosialisasi SBN dalam rangka meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pengelolaan SBN antara lain dilakukan dengan penyelenggaraan sosialisasi tentang SUN sebanyak 25 frekuensi di berbagai kota besar di Indonesia, sosialisasi dalam rangka penyiapan RUU SBSN dilakukan sebanyak 4 frekuensi dan sosialisasi tentang SBSN di 5 kota besar di Indonesia. Selain kegiatan sosialisasi tersebut juga dilakukan telah diselenggarakan sosialisasi dalam rangka pengenalan produk ORI (pre marketing) di 32 kota di Indonesia. Pada tahun 2008, pelaksanaan sosialisasi mengenai SUN mulai dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak perguruan tinggi sebanyak 7 frekuensi. Hal ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan pemahaman tentang pengelolaan SUN di kalangan akademisi.
ii) Penyelenggaraan dealer/analyst meeting; Dalam
periode
2005-2008
telah
diselenggarakan
kegiatan
dealer/analyst meeting yang dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan ekonomi makro dan pasar keuangan terkini baik lokal maupun global dengan para pelaku pasar (dealer) dan analis pasar. Penyelenggaraan dealers/analyst meeting lebih efektif dilaksanakan sejak diberlakukan Sistem Dealer Utama dalam pengelolaan SUN pada tahun
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
122
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
2007. Pertemuan tersebut juga sering menyertakan pihak regulator di bidang pasar modal dan moneter serta SRO. iii) Penyelenggaraan investor gathering; Dalam periode 2005-2008, kegiatan pertemuan dengan investor berupa Investor gathering telah secara rutin dilakukan dan umumnya dilakukan pada akhir tahun berkenaan. Hal ini dimaksudkan selain untuk mensosialisasikan strategi dan kebijakan pengelolaan SBN tahun berikutnya kepada stakeholder, juga untuk mendapatkan masukan yang berarti dalam rangka meningkatkan kinerja pengelolaan SBN. 3) Tantangan yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan dalam rangka peningkatan
pemahaman
masyarakat
dan
pelaku
ekonomi
akan
fungsi
pengelolaan utang antara lain: a) Penyebarluasan informasi terkait pengelolaan utang kepada masyarakat luas belum optimal dalam menjangkau investor di luar ibukota propinsi terutama di wilayah timur Indonesia. b) Masih belum dioptimalkannya penggunaan sarana informasi baik melalui media cetak maupun elektronik untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pengelolaan utang. c) Kondisi dan perkembangan pasar keuangan baik secara regional dan internasional yang dinamis menuntut keahlian dalam merespon informasi dan dinamika pasar tersebut. 4) Langkah ke depan yang diambil adalah: a) Terus berupaya meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam penyelenggaraan sosialisasi terkait pengelolaan utang, antara lain dengan perguruan tinggi dan kelompok-kelompok masyarakat, khususnya wilayah yang belum dijangkau pelaksanaan sosialisasi. b) Mengoptimalkan penggunaan sarana informasi baik melalui media cetak maupun elektronik terutama untuk menjangkau wilayah-wilayah yang secara geografis sulit dijangkau untuk melakukan sosialisasi tentang pengelolaan utang. c) Meningkatkan kerjasama dan partisipasi secara aktif dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan baik dalam forum regional maupun internasional.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
123
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
f.
Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK (DK 15.1.6) Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK pada tahun 2009 ditargetkan sebesar 6.500 orang dan terealisasi sebesar 9.626 orang (capaian 148,09%). IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepedulian Departemen Keuangan dalam memberikan pemahaman atas penyelenggaraan pengelolaan Keuangan Negara menuju tata kelola Keuangan Negara yang transparan dan akuntabel. Dalam IKU ini, yang dimaksud dengan kegiatan mengedukasi publik adalah seluruh kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPPK dengan peserta selain SDM Departemen Keuangan. IKU ini diukur dengan jumlah peserta yang mengikuti program pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh seluruh Pusdiklat dan STAN, baik yang didanai oleh DIPA BPPK maupun yang didanai oleh DIPA Kementerian/Lembaga/Pemda dan Anggaran BUMN/ BUMD/Swasta yang menjadi mitra, meliputi: a) Program Pendidikan Diploma I dan III Keuangan Negara (tidak termasuk di dalamnya: Prodip III Keuangan Khusus dan Prodip IV Keuangan). Program Diploma I dan Diploma III Keuangan yang diselenggarakan oleh Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) terdiri dari :
8.
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Akuntansi Pemerintah
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Kebendaharaan Negara/Anggaran
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Perpajakan
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Pajak Bumi dan Bangunan/Penilai
•
Diploma III Keuangan Spesialisasi Pengurusan Piutang dan Lelang Negara
•
Diploma I Keuangan Spesialisasi Kepabeanan dan Cukai
Mengembangkan organisasi yang handal dan modern (DK 18) Sasaran strategis mengembangkan organisasi yang handal dan modern diwujudkan dengan IKU Persentase penyelesaian SOP (DK 18.1.1). Sebagai koordinator dan pembina penyusunan SOP Departemen Keuangan, selama tahun 2009, Sekretariat Jenderal telah menerbitkan rekomendasi untuk penetapan SOP untuk 9 unit organisasi eselon I, dari 9 unit organisasi eselon I yang ditargetkan, yaitu:, Ditjen Pajak (142 SOP), Ditjen Bea dan Cukai (271 SOP), Ditjen Perbendaharaan (1.117 SOP), Ditjen Kekayaan Negara (67 SOP), Ditjen Perimbangan Keuangan (400 SOP), Ditjen Pengelolaan Utang (196 SOP), Inspektorat Jenderal (893 SOP), Bapepam-LK (306 SOP), dan BPPK (360 SOP), serta 1 (satu) Keputusan Sekretaris Jenderal
nomor KEP-1442/SJ/2009 tentang Standar Prosedur Operasi
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
124
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
(Standard
Operating
Procedures)
Sekretariat
Jenderal
(1685
SOP).
Apabila
dibandingkan dengan capaian tahun yang lalu, tahun 2009 mengalami kenaikan untuk Setjen dari 1215 SOP menjadi 1685 SOP karena adanya penataan organisasi melalui penajaman tugas dan fungsi, dan pengalihan beberapa tugas yang kurang tepat di beberapa biro. Sedangkan untuk eselon I lainnya bervariasi, mengalami kenaikan atau penurunan karena SOP tahun 2009 merupakan pengembangan dari SOP yang sudah ada sebelumnya. Selama kurun waktu 5 tahun (2005-2009), Sekretariat Jenderal telah berhasil mengkoordinasikan penyelesaian penyusunan SOP di semua unit organisasi eselon I di lingkungan Departemen Keuangan, melakukan reviu terhadap SOP yang telah disusun, dan memberikan rekomendasi penetapan SOP dengan realisasi sebagai berikut: pada tahun 2007 SOP yang telah direviu 6820 SOP dengan 14 buah surat rekomendasi; pada tahun 2008 SOP yang telah direviu 7725 SOP dengan 5 buah surat rekomendasi; serta pada tahun 2009 SOP yang telah direviu 5437 SOP dengan 10 buah surat rekomendasi dan 1 Keputusan Sekretaris Jenderal nomor KEP1442/SJ/2009 tentang Standar Prosedur Operasi (Standard Operating Procedures) Sekretariat Jenderal tanggal 2 November 2009.
9.
Mewujudkan good governance (DK 19) IKU berupa Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61, 62, 70,71, 96, 97, 98, 99) (DK 19.2.2)
selama tahun 2009 telah terealisasi sesuai harapan
dengan tercapainya indikator sasaran indeks opini BPK terhadap Laporan Keuangan BA 15 dan BAPP tahun 2008 yang memperoleh tingkat capaian 100%, sesuai dengan target yang direncanakan dengan indeks sebesar 2,57. Secara keseluruhan, indeks opini BPK terhadap Laporan Keuangan BA 15 dan BAPP mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini dapat dilihat salah satunya dari hasil audit BPK terhadap Laporan Keuangan Departemen Keuangan tahun 2008 yang memberikan opini Qualified (Wajar dengan pengecualian), setelah tiga tahun sebelumnya
secara
berturut-turut
memberikan
disclaimer
(tidak
memberikan
pendapat). Peningkatan opini BPK terhadap Laporan Keuangan Departemen Keuangan ini tidak lepas dari peran serta pengawasan Itjen Departemen Keuangan yang telah melakukan consulting service berupa monitoring, asistensi, dan reviu internal penyusunan Laporan Keuangan Departemen Keuangan serta pendampingan audit BPK terhadap Laporan Keuangan dimaksud. Pergeseran pendekatan pengawasan ITJEN yang lebih menitikberatkan pada pemberian value added pada tahun 2009 ini
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
125
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
telah berkontribusi nyata terhadap perbaikan organisasi Departemen Keuangan, salah satunya melalui peningkatan kualitas Laporan Keuangan Departemen Keuangan ini. Pencapaian di atas diperoleh berdasarkan indeks opini laporan keuangan Departemen Keuangan (BA 15 dan BAPP) dari BPK, secara keseluruhan sebagai berikut: Tabel 40. Indeks Opini Laporan Keuangan Departemen Keuangan Tahun 2009 NO
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
IKU
Opini laporan keuangan dari BPK BA 15 Opini laporan keuangan dari BPK BA 61 Opini laporan keuangan dari BPK BA 62 Opini laporan keuangan dari BPK BA 69 Opini laporan keuangan dari BPK BA 70 Opini laporan keuangan dari BPK BA 71 Opini laporan keuangan dari BPK BA 96 Opini laporan keuangan dari BPK BA 97 Opini laporan keuangan dari BPK BA 98 Opini laporan keuangan dari BPK BA 99 Rata-rata indeks
Bobot
Target
Tertim-
Real-
Tertim-
bang
isasi
bang
6
2
12
2
12
4
4
16
4
16
4
3
8
3
12
4
1
4
1
4
4
2
8
2
8
4
3
12
4
16
4
2
4
3
12
4
4
16
4
16
4
1
4
1
4
4
4
16
2
8
2,57
2,57
Keterangan: Opini BPK 1 : Tidak Memberikan Pendapat Opini BPK 2 : Pendapat Wajar Dengan Pengecualian Opini BPK 3 : Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan P Paragraf Opini BPK 4 : Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian
Tercapainya target tidak terlepas dari kerja sama yang sinergis antara Inspektorat Jenderal dengan unit-unit Eselon I terkait. Untuk Laporan Keuangan Tahun 2009 diharapkan dapat ditingkatkan atau dipertahankan, sedangkan beberapa kelemahan segera diperbaiki sehingga diharapkan setidak-tidaknya untuk tahun 2009 secara keseluruhan mendapat opini maksimal sesuai yang diharapkan. Pencapaian kedua sasaran ini didukung oleh kegiatan pelaksanaan pengawasan internal ke seluruh unit di lingkungan Departemen Keuangan dengan capaian output laporan monitoring dan evaluasi, laporan hasil reviu LK yang mencapai lebih dari 300% (masing-masing 341,94% dan 353,85%) dan laporan monitoring tindak lanjut yang
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
126
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
mencapai 75,34%. Pencapaian output berupa laporan monitoring dan laporan hasil evaluasi serta laporan hasil reviu yang mencapai tiga kali lipat dari yang direncanakan ini disebabkan oleh kebijakan dan sasaran pengawasan pada tahun 2009 telah mengalami pergeseran sebagaimana tertuang pada PMK No.38/PMK.09/2009. Sehingga fokus pengawasan lebih tertuju pada pemberian nilai tambah bagi organisasi melalui kegiatan monitoring, evaluasi dan reviu. Namun di sisi lain, hal ini mengakibatkan pencapaian output berupa jumlah management letters dan laporan hasil pengawasan jauh lebih rendah dari target yang direncanakan yaitu masingmasing 7,69% dan 41,73%. Rendahnya pencapaian laporan monitoring tindak lanjut hasil pengawasan yaitu sebesar 75,34% disebabkan pelaksanaan monitoring tidak dapat optimal mengingat kurangnya tenaga auditor karena auditor yang ada lebih diutamakan untuk melaksanakan program pengawasan unggulan.
10. Membangun sistem informasi yang terintegrasi (DK 20) Service Level Agreement (SLA) index (DK 20.1) terealisasi 99,22%. Keberhasilan pencapaian sasaran tersebut didukung oleh kegiatan berikut: a) Menyelenggarakan operasional dan pemeliharaan perangkat TIK tahun 2009, dengan nilai capaian 100%, yang dilaksanakan melalui kegiatan penyediaan fasilitas internet akses, pemberian solusi atas masalah-masalah TIK, tersedianya portal layanan TIK yang menginformasikan perkembangan kegiatan/program, layanan hosting yang mempublikasikan informasi melalui server yang secara terus menerus dipantau pelaksanaannya, layanan e-mail, penyediaan layanan jaringan dan infrastruktur serta pengembangan aplikasi helpdesk sebagai single point of contact layanan TIK. b) Tersedianya infrastruktur TIK yang memadai tahun 2009, dengan nilai capaian 112,83% melalui peningkatan kualitas akses infrastruktur, konsolidasi melalui virtualisasi, pengembangan Voice Over IP (VoIP), pengembangan sarana akses bergerak, pengadaan perangkat keras Kantor Pusat, DJKN dan GKN, pengadaan perangkat lunak Kantor Pusat, pengadaan perangkat jaringan Kantor Pusat, DJKN dan GKN serta pengadaan perangkat pendukung GKN. c) Tersedianya fasilitas pendukung sistem informasi manajemen di Departemen Keuangan tahun 2009, dengan nilai capaian 92,26%, yaitu telah diimplementasikan dan dilakukan pemeliharaan/penyempurnaan atas aplikasi dan situs web yang dibangun dan dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna, dalam rangka mendukung sistem informasi manajemen di Departemen Keuangan tahun 2009. d) Terselenggaranya layanan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berbasis Information Technology Service Management (ITSM) secara optimal, dengan nilai
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
127
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
capaian 80%, melalui kegiatan optimalisasi ITSM Service Support and Delivery, peningkatan ketersediaan layanan TIK, peningkatan kepatuhan tata kelola layanan TIK melalui terbentuknya tim tata kelola layanan TIK dan optimalisasi SiPelantik. Sedangkan implementasi BCM belum dapat dilaksanakan karena pada tahun 2009 tidak ada calon penyedia jasa yang memenuhi persyaratan melaksanakan kegiatan tersebut. e) Terwujudnya sistem informasi untuk pengambilan keputusan pimpinan, dengan nilai capaian 100%, yang terdiri dari 2 paket sistem informasi yaitu Data Operation Data Center serta Roadmap Infrastruktur dan Layanan Baru yang dapat memudahkan koordinasi kegiatan pada manajemen level atas sehingga dapat membantu proses pengambilan keputusan kemudian. Selama tahun 2004 sampai dengan 2008 Departemen Keuangan telah menghasilkan katalog layanan (service catalog) yang merupakan sumber informasi mengenai layanan TIK; 3 SLA yang ditandatangani yaitu antara Sekretariat Jenderal c.q Pusintek dengan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Utang dan Direktorat Jenderal Anggaran; implementasi aplikasi yang terintegrasi yaitu aplikasi persuratan, aplikasi daily activity, aplikasi SIMPEG untuk Biro SDM,
aplikasi
administrasi
kepranataan,
aplikasi
SIMAK-BMN;
peningkatan
infrastruktur terintegrasi; pengembangan sistem kolaborasi data dan informasi untuk menunjang kegiatan pertukaran data.
A.8. TEMA KERJASAMA INTERNASIONAL Tema kerjasama internasional didukung oleh sasaran strategis merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi (DK 17) dengan IKU jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerja sama tehnik luar negeri (DK 17.3) yang telah terealisasi sebesar 98,61%. Untuk mendukung peran Badan Kebijakan Fiskal sebagai unit perumus kebijakan, diperlukan pengoptimalan pemanfaatan kerja sama ekonomi dan keuangan internasional, salah satunya diwujudkan dalam bentuk kerja sama dengan Negaranegara donor yang akan memberikan hibah dalam bentuk pelaksanaan program degree dan non-degree di luar negeri. Selama tahun 2009 terdapat 567 pegawai Departemen Keuangan yang mengikuti program degree dan non-degree di luar negeri atas biaya hibah dari Negara donor. Berikut ini adalah rincian penerima hibah berdasarkan unit kerja: a) Sekretariat Jenderal
:
28 orang
b) Ditjen Pajak
:
71 orang
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
128
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
c) Ditjen Bea dan Cukai
:
97 orang
d) Ditjen Anggaran
:
24 orang
e) Ditjen Perbendaharaan
:
30 orang
f) Ditjen Perimbangan Keuangan
:
17 orang
g) Ditjen Kekayaan Negara
:
17 orang
h) Ditjen Pengelolaan Utang
:
50 orang
i) Bapepam LK
:
92 orang
j) BKF
:
95 orang
k) BPPK
:
5 orang
l) Inspektorat Jenderal
:
6 orang
m) Staf Ahli Menteri Keuangan
:
2 orang
n) Staf Khusus Menteri Keuangan :
1 orang
o) Instansi Lainnya
:
32 orang
Ke depannya terus diupayakan untuk terus meningkatkan kerja sama ekonomi dan keuangan internasional khususnya pelaksanaan program degree dan non-degree di luar negeri, sehingga semakin banyak pegawai Departemen Keuangan dikirim ke luar negeri untuk mengikuti program degree maupun non-degree.
Selain kerjasama yang ditetapkan dalam IKU, terdapat kegiatan-kegiatan kerjasama internasional yang telah dilakukan secara kontinyu dari tahun ke tahun. Kerjasama tersebut antara lain berupa: a. Penyelenggaraan kerjasama kelembagaan baik domestik maupun internasional yang dilakukan dalam rangka pengelolaan utang Tahun 2005 dan 2006,
kegiatan kerjasama kelembagaan baik domestik
maupun internasional telah diselenggarakan secara rutin antara lain dengan Bapepam dan LK, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Surabaya. Sedangkan untuk penyelenggaraan kegiatan dalam rangka peningkatan kerjasama internasional telah dilakukan dengan menghadiri forum-forum yang diselenggarakan baik regional maupun internasional. Pada periode ini juga telah terlaksana kerjasama dan koordinasi dengan Bank Dunia di bidang “Debt Reform and Capacity Building Program”. Kerjasama dengan Bank Dunia tersebut dilaksanakan melalui Tim Koordinasi Dalam Rangka Kerjsama Dengan Bank Dunia Di Bidang Debt Reform and Capacity Building Program, dimana Tim tersebut telah berhasil menyusun rumusan strategi pengelolaan utang negara, yang selanjutnya rumusan tersebut ditetapkan melalui KMK Nomor 447/KMK.06/2005 tentang Strategi Pengelolaan Utang Negara Republik Indonesia tahun 2005-2009, pembangunan aplikasi Cost Risk Analysis Model dan kegiatan capacity building. LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
129
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Pada tahun 2007,
koordinasi secara rutin dilakukan dengan unit/instansi
terkait dengan pengelolaan SUN seperti Bapepam dan Lembaga Keuangan, Bank Indonesia, dan Bursa Efek Surabaya, dengan total kegiatan sebanyak 6 kali. Sedangkan untuk penyelenggaraan kegiatan dalam rangka peningkatan kerjasama internasional juga telah dilakukan antara lain dengan aktif mengikuti pertemuan ABMI Task Forces Meeting di Chiang May, Thailand; dan ASEAN Finance Deputy Minister Meeting di Cijian, China. Tahun 2008, peningkatan
kegiatan yang diselenggarakan atau diikuti dalam rangka
hubungan
dan
kerjasama
dilakukan
baik
domestik
maupun
internasional sebanyak 12 frekuensi. Untuk lingkup domestik kegiatan rutin yang dilakukan berkoordinasi dengan pihak regulator di bidang perbankan maupun pasar modal juga dengan stakeholders lainnya terkait pengelolaan SUN.
A.9. TEMA KESEKRETARIATAN, PENDIDIKAN, DAN SDM DK 17. Merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi Indikator Kinerja 1. Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik 2. Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja
Target
Realisasi
80,00% 3,55%
67,60% 3,84%
Tema Kesekretariatan, Pendidikan, dan SDM merupakan implementasi misi fiskal dan kelembagaan. Tema ini didukung oleh tiga unit organisasi eselon I, yaitu BKF, BPPK dan Setjen (Biro SDM). Sasaran strategis dalam tema tersebut adalah Merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi (DK 17) dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) meliputi: a.
Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik (DK 17.1) terealisasi 67,60% Target persentase tingkat kesesuaian antara persyaratan jabatan dengan pejabat bersangkutan ditetapkan sebesar 70% (JPM). Penghitungan jabatan tematik dilakukan terhadap pejabat Eselon II dan III. Selama tahun 2009, pejabat yang menjadi target kesesuaian persyaratan jabatan tersebut adalah 80%, dengan penjelasan bahwa jumlah pejabat yang menjadi target tahun 2009 adalah sejumlah 659 pejabat yang memiliki kesesuaian dengan standar kompetensi jabatan. 659 adalah 80% dari 824 (jumlah seluruh jabatan tematik) di lingkungan Departemen Keuangan. Realisasi pada tahun 2009 adalah 557 pejabat yang menduduki jabatan tematik yang sesuai dengan standar kompetensi. Dengan demikian persentase tingkat capaian adalah 84,50%. Realisasi tidak memenuhi target dikarenakan:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
130
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
(i)
adanya mutasi dan promosi, dimana pejabat yang dimutasi pada jabatan tematik memiliki nilai dibawah JPM (70%) dan pejabat yang baru promosi (Eselon III) belum mengikuti assessment center;
(ii) adanya penambahan jabatan tematik pada DJA dan penambahan tersebut memberikan dampak pada realisasi semester 2 karena pejabat yang menduduki jabatan tematik belum mengikuti assessment center; (iii) masih cukup banyak pejabat pada jabatan tematik yang belum mengikuti assessment center yakni 107 pejabat (1 eselon II dan 106 eselon III), dan banyaknya jabatan tematik yang belum diisi (kosong) yakni sejumlah 48 jabatan (3 eselon II dan 45 eselon III); (iv) Dipengaruhi juga dengan belum diperolehnya data jabatan tematik dari BKF dan Inspektorat Jenderal. Menyikapi target yang tidak tercapai tersebut di atas, rekomendasi perbaikan yang rencananya akan dilakukan adalah assesment center bagi pejabat yang belum melaksanakan dan perlu diusulkan ke unit Eselon I agar penempatan ulang bagi pejabat yang belum memenuhi SKJ pada jabatan tematik dan segera mengisi jabatan yang kosong. Mengingat pentingnya kompetensi pada suatu jabatan kiranya kesesuaian dapat ditingkatkan lebih dari 70%. Untuk kegiatan ini pada tahun 2008 difokuskan pada pembangunan assesment center, metode dan alat ukur, konsep pelaksanaan dan prototype program aplikasinya. Sedangkan pelaksanaan assesment sendiri dilaksanakan untuk beberapa pajabat eselon II.
b.
Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja (DK 17.2) terealisasi sebesar 3,84% (capaian realisasi 108,17%) IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat kepedulian Departemen Keuangan dalam mengembangkan SDM-nya. Dalam IKU ini, yang dimaksud dengan: •
Jam Pelatihan (jamlat) adalah seluruh jam pelatihan yang diikuti oleh SDM Departemen Keuangan dari diklat yang dilaksanakan oleh BPPK. Contoh: Diklat dengan waktu pelaksanaan 50 jamlat dan diikuti oleh 40 peserta = 2000 jamlat.
•
Jam kerja adalah total jam kerja setahun dari seluruh SDM yang dimiliki Departemen Keuangan, yaitu: 1.507 jam x 62.017.
•
1.507 jam adalah jam adalah jam kerja pegawai Departemen Keuangan sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor: 71/KMK.01/ 1996 tentang Hari dan Jam Kerja di Lingkungan Departemen Keuangan.
•
62.017 adalah jumlah pegawai Departemen Keuangan per Maret 2009 (Data dari Biro SDM).
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
131
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Terkait dengan IKU rasio jam pelatihan terhadap jam kerja, selama 6 (enam) tahun terakhir, jumlah pegawai Departemen Keuangan yang mengikuti diklat (prajabatan,
dalam
jabatan,
teknis,
penyegaran,
fungsional)
dan
pendidikan
pascasarjana, dari tahun 2004 – 2009 secara keseluruhan disajikan dalam gambar di bawah ini. Grafik 9. Perkembangan Jumlah Peserta Diklat BPPK Tahun 2004 – 2009
Grafik 10. Sebaran Peserta Professional Human Resource Development (PHRD) Tahap III Untuk Program Gelar Berdasarkan Unit Asal Periode 2004-2009
IKU Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja didukung oleh program Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur dengan kegiatan-kegiatan: • Menyelenggarakan diklat • Menyelenggarakan Rintisan Pendidikan Gelar • Menyelenggarakan Rintisan Pendidikan
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
132
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
• Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan aparatur negara
Selain IKU yang berada di bawah sasaran strategis DK 17, terdapat IKU-IKU lain yang juga menunjang terlaksananya pendidikan dan pengembangan Sumber Daya Manusia di lingkungan Departemen Keuangan. IKU tersebut antara lain: a) Kegiatan pendidikan, pelatihan dan penataran bidang Keuangan Negara, sebagai pendukung IKU Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK (DK 15.1.6) antara lain berupa: diklat, kursus, penyegaran, workshop, seminar, sosialisasi, coaching, lokakarya, on the job training. Pada tahun 2009 kegiatan ini dilaksanakan oleh Pusdiklat Anggaran dan Perbendaharaan
yaitu
Kementerian/Lembaga
menyelenggarakan non
Kementerian
diklat
teknis
Keuangan.
bagi
Diklat-diklat
pegawai yang
diselenggarakan antara lain: •
DTSS Pengadaan Barang dan Jasa
•
DTSS Bendahara Pengeluaran
•
DTSS Pengelolaan APBN
•
DTSS Pengelolaan Barang Milik Negara
•
DTSS Pengelolaan Keuangan BLU
•
DTSS Pejabat Pembuat Komitmen Kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh BPPK untuk
mencapai sasaran strategis tersebut berada di bawah Program Pelaksanaan Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur dan Program Pelaksanaan Pendidikan Tinggi dengan kegiatan-kegiatan antara lain: (1) Menyelenggarakan diklat: (i) Diklat Prajabatan (ii) Diklat dalam jabatan (2) Menyelenggarakan Prodip IV Akuntansi (3) Menyelenggarakan Prodip III Khusus (4) Menyelenggarakan Prodip III: (i) Akuntansi Pemerintah (ii) Kebendaharaan Negara (iii) Administrasi Perpajakan (iv)Penilai/PBB (v) Bea dan Cukai (vi)PPLN (5) Menyelenggarakan Prodip I : (i) Kebendaharaan Negara
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
133
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
(ii) Bea Cukai (iii) Administrasi Perpajakan (iv) PPLN
b) Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional (DK 15.2) Realisasi IKU Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional pada tahun 2009 sebesar 111 mitra kerjasama dari 60 mitra kerjasama yang ditargetkan (185%). IKU ini bertujuan untuk mengukur tingkat partisipasi BPPK
dalam
forum
nasional,
regional
dan
internasional
bersama
Kementerian/Lembaga, BUMN/D, Pemda, Perguruan Tinggi dalam dan luar negeri, sektor swasta, serta mitra kerja sama regional dan internasional sebagai upaya pengembangan kapasitas BPPK, Kementerian/Lembaga, BUMN/D dan Pemda. Dalam IKU ini, yang dimaksud dengan kerja sama pendidikan dan pelatihan adalah: • Kegiatan pengembangan kapasitas pegawai/organisasi Kementerian/Lembaga, BUMN/D dan Pemda melalui layanan pendidikan dan pelatihan Keuangan Negara; • Kegiatan pengembangan kapasitas BPPK yang dilaksanakan oleh BPPK bersama dengan Kementerian/Lembaga, BUMN/D, Pemda, Perguruan Tinggi dalam dan luar negeri, sektor swasta, serta mitra kerja sama regional dan internasional. IKU ini diukur dengan jumlah mitra kerja sama yang ditandai dengan dokumen perjanjian seperti: Surat Keputusan Bersama, Nota Kesepahaman (MoU), dan Offer and Acceptance Letter. Kerjasama yang dilakukan oleh BPPK pada tahun 2009 antara lain dengan : a)
Kementerian Kelautan dan Perikanan
b)
Universitas Indonesia
c)
TAMF
d)
Global Learning Development Network (GDLN)
e)
Japan Bank Indonesia Cooperation (JBIC)
f)
Pemerintah Daerah
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
134
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
A.10. TEMA PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN INTERN DK 18. Mengembangkan organisasi yang handal dan modern Indikator Kinerja 1. Persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan
Target
Realisasi
100,00%
84,80%
DK 16. Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum Indikator Kinerja 1. Persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008) 2. Persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan 3. Persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana 4. Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak 5. Persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan 6. Persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti 7. Persentase kepatuhan pelaporan asset oleh K/L 8. Persentase kepatuhan dan penegakan ketentuan/peraturan
Target
Realisasi
20,00%
93,51%
25,00%
32,18%
70,00%
93,00%
15,00%
21,00%
40,00%
72,97%
100,00%
93,10%
70,00%
82,00%
80,00%
100,00%
Tema pengawasan dan pengendalian intern merupakan implementasi misi kelembagaan. Pelaksana tema ini adalah Inspektorat Jenderal (Itjen) Departemen Keuangan. Pergeseran paradigma pengawasan yang dilakukan Itjen sebagaimana dijelaskan dalam Kebijakan Pengawasan Intern Departemen Keuangan Tahun 2009, telah mendorong dilakukannya perubahan proses bisnis dengan lebih mengedepankan pendekatan risk based audit. Perubahan ini diwujudkan salah satunya dalam bentuk pelaksanaan audit yang lebih bersifat tematis dengan menitikberatkan pada area pengawasan tertentu yang disebut dengan sasaran pengawasan unggulan. Sasaran Pengawasan Unggulan tahun 2009 berupa kegiatan tertentu pada unit eselon I yang berdasarkan hasil identifikasi dan penilaian bersama memerlukan perhatian dan harus segera diperbaiki dan/atau ditingkatkan kinerjanya. Pelaksanaan
sasaran
pengawasan
unggulan
tahun
2009
menggunakan
pendekatan consulting service berupa monitoring, evaluasi, asistensi, dan reviu terkait masing-masing area dengan output antara lain rekomendasi-rekomenasi perbaikan dan usulan-usulan kebijakan dalam rangka memberi nilai tambah (value added) bagi unit masing-masing Eselon I dan Organisasi Departemen Keuangan secara keseluruhan. Sasaran strategis utama dalam tema pengawasan adalah mengembangkan organisasi yang handal dan modern (DK 18) dengan IKU Persentase pencapaian hasil
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
135
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
pengawasan unggulan (target 100%). IKU pencapaian hasil pengawasan unggulan diturunkan ke dalam sub-sub IKU sesuai dengan sasaran pengawasan unggulan yang ditetapkan. Berdasarkan realisasi selama tahun 2009, dari 46 Sub IKU hasil pengawasan unggulan yang ditargetkan, 39 Sub IKU diantaranya telah mencapai atau melebihi hasil yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan terealisasi 84,8%. Persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan terealisasi 84,80% ini disebabkan beberapa sasaran pengawasan unggulan belum terealisasi sepenuhnya atau tidak tercapai akibat adanya hambatan-hambatan pada saat pelaksanaan. Selain itu, ada juga beberapa sasaran pengawasan unggulan yang pencapaiannya uncontrollable sehingga tidak bisa diduga dan direalisasikan sesuai perencanaan. Terhadap Sub IKU yang belum terealisasi telah dianalisis penyebabnya dan ditetapkan action plan untuk menindaklanjuti
dan
memperbaikinya.
Namun,
secara
keseluruhan
pelaksanaan
pencapaian pengawasan unggulan telah memberi konsekuensi positif terhadap perbaikan proses bisnis organisasi Departemen Keuangan dengan telah dihasilkannya berbagai output rekomendasi/usulan kebijakan dan perbaikan dalam rangka bersama membangun kepercayaan publik terhadap layanan Departemen Keuangan. Pendekatan tematis pengawasan melalui penetapan sasaran pengawasan unggulan, terbukti lebih optimal dalam menjalankan fungsi pengawasan Itjen dalam rangka memberikan value added bagi organisasi Departemen Keuangan secara umum. Penetapan sasaran pengawasan unggulan ini juga diimplementasikan dalam perencanaan pengawasan di tahun 2010. Pelaksanaan
sasaran
pengawasan
unggulan
tahun
2009
menggunakan
pendekatan consulting service berupa monitoring, evaluasi, asistensi, dan reviu terkait masing-masing area dengan output antara lain rekomendasi-rekomendasi perbaikan dan usulan-usulan kebijakan dalam rangka memberi nilai tambah (value added) bagi unit masing-masing Eselon I dan Organisasi Departemen Keuangan secara keseluruhan. Kegiatan pengawasan dan pengendalian internal berada di bawah program Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara dengan dua kegiatan utama: a) Melaksanakan pengawasan internal ke seluruh unit di lingkungan Departemen Keuangan; dan b) Melaksanakan
investigasi
atas
dugaan
penyimpangan
dan
penyalahgunaan
wewenang berdasarkan pengaduan masyarakat, pengembangan temuan dan instruksi pimpinan.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
136
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Sebagai output utama dari kegiatan pengawasan internal yang dilakukan, tersedianya Laporan Hasil Pengawasan (LHP) dan Laporan Hasil Audit Investigasi (LHAI). Hal ini diwujudkan dari setiap kegiatan pengawasan, baik berupa audit, reviu, monitoring maupun evaluasi serta kegiatan audit investigasi, selalu diakhiri dengan penyusunan dan penerbitan Laporan. Selama kurun waktu tahun 2005 – 2009, telah banyak dilakukan kegiatan pengawasan dan investigasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi Departemen Keuangan yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Berbagai temuan dan rekomendasi telah disampaikan dan ditindaklanjuti sebagai bagian dari proses pencapaian tujuan untuk mendorong terwujudnya implementasi prinsip-prinsip good governance (GG) dan bebas KKN di Departemen Keuangan. Berbagai temuan dan rekomendasi tersebut dirangkum dalam suatu laporan, yaitu LHA dan LHAI Itjen. Data realisasi LHP dan LHAI Itjen selama kurun waktu 2005 – 2009 dapat digambarkan pada grafik berikut: Grafik 11
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui jumlah LHP dan LHAI yang dihasilkan selama lima tahun terakhir. Dari jumlah LHP yang dihasilkan, baik laporan untuk audit, reviu, monitoring, maupun evaluasi, terutama dalam dua tahun terakhir, ternyata jumlah LHP yang dihasilkan semakin berkurang. Hal ini sejalan dengan aktivitas pengawasan yang dilakukan, yang akhir-akhir ini lebih mengedepankan risk based audit dan risk management sehingga kegiatan pengawasan lebih ditekankan pada area-area tertentu berdasarkan pertimbangan dan perhitungan risiko yang menjadi prioritas untuk dilakukan pengawasan. Sebagai konsekuensinya pelaksanaan pemeriksaan serentak, spot check, serta audit kinerja yang secara kuantitas dapat senantiasa dilakukan selama tahun 2005 – 2007, setelah dipertimbangkan faktor risikonya, tidak menjadi prioritas utama lagi. Selain LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
137
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
itu, terjadinya pergeseran paradigma pengawasan Itjen tahun 2009 yang berdampak pada perubahan proses bisnis dengan menekankan pendekatan pengawasan yang bersifat consulting service mengakibatkan LHP yang dihasilkan lebih bervariasi jenisnya, tidak hanya sekedar dari hasil audit, tetapi juga berdasarkan hasil reviu, asistensi, serta monitoring evaluasi. Sementara, LHAI yang dihasilkan selama kurun waktu 2005 - 2009 mengalami peningkatan dari segi kuantitas, terutama di tahun terakhir, mengingat semakin meluasnya area investigasi yang dilakukan dari tahun ke tahun. Pembentukan unit khusus investigasi pada tahun 2006 juga menyumbangkan cukup banyak pengaruh dalam pelaksanaan audit investigasi. Sedangkan, dilihat dari pencapaian realisasi LHP dan LHAI Itjen selama kurun waktu 2005 – 2009 dapat digambarkan pada grafik berikut: Grafik 12
Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui realisasi pencapaian jumlah LHP dan LHAI yang dihasilkan selama lima tahun terakhir. Secara umum pencapaian jumlah LHP dan LHAI yang dihasilkan terlihat mengalami peningkatan. Bahkan, pencapaian jumlah LHP dan LHAI di dua tahun terakhir memperoleh capaian yang cukup menggembirakan. Hal ini karena penerapan risk based audit dan risk management yang memungkinkan pelaksanaan audit yang lebih terencana dan sistematis. Selain pengawasan internal yang dilakukan oleh Itjen, pengawasan dan pengendalian juga dilakukan oleh DJP, DJBC, DJPB, DJKN, dan DJPK dengan sasaran strategis meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum (DK 16) yang didukung oleh IKU:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
138
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
a.
Persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008) (DK 16.1.1) Kunci keberhasilan sistem self-assessment atas perpajakan adalah adanya pengawasan kepatuhan Wajib Pajak dan penegakan hukum. Selain meningkatkan pelayanan kepada Wajib Pajak, penggalian penerimaan pajak melalui penegakan hukum dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak. Beberapa indikator kinerja telah ditetapkan untuk ukuran dalam pencapaian sasaran di atas. Indikator tersebut akan menggambarkan kegiatan yang dilaksanakan, dimulai dari kegiatan ekstensifikasi yaitu menambah jumlah Wajib Pajak terdaftar, pemeriksaan kepatuhan Wajib Pajak, penagihan tunggakan pajak, sampai dengan kegiatan penyidikan atas tindak pidana perpajakan. Pencapaian indikator-indikator di atas adalah sebagai berikut: Indikator persentase jumlah penambahan Wajib Pajak Orang Pribadi (Wajib Pajak OP) terhadap jumlah Wajib Pajak OP terdaftar awal tahun (base year 2008) tercapai sebesar 93.51% dari rencana 20%. Angka pencapaian ini cukup tinggi dikarenakan peningkatan yang sangat signifikan pada awal tahun atas penambahan Wajib Pajak OP terdaftar melalui program Sunset Policy yang diperpanjang sampai dengan Februari 2009. Penambahan 5 juta lebih Wajib Pajak OP dari rencana penambahan 1 juta Wajib Pajak OP merupakan hasil yang sangat menggembirakan dan menunjukkan bahwa masyarakat mulai menyadari akan kewajiban perpajakannya.
b.
Persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan (DK 16.1.2) Indikator persentase berkas penyidikan yang diserahkan ke kejaksaan tercapai sebesar 32,18% dari rencana sebesar 25%. Capaian ini diperoleh dengan jumlah berkas yang diserahkan sebanyak 37 dari 115 penyidikan yang dilaksanakan. Target 29 berkas terlampaui sebagai hasil dari peningkatan kompetensi para penyidik dan kerjasama dengan pihak penegak hukum lainnya. Kegiatan asistensi kepada unit vertikal dan diklat dilakukan sepanjang tahun 2009 untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan. Keberhasilan tersebut dipengaruhi pula dengan meningkatnya kinerja kasus penggelapan yang terungkap atas kegiatan analisis informasi, data, laporan dan pengaduan yang semakin baik.
c.
Persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana (DK 16.1.3) Indikator persentase realisasi pemeriksaan terhadap rencana pemeriksaan tercapai sebesar 93% dari 70% yang direncanakan. Dari seluruh tunggakan pemeriksaan sebanyak 68.000 pemeriksaan ditargetkan untuk dapat diselesaikan sebanyak
47.600.
Dengan
penyempurnaan
kebijakan
pemeriksaan
dan
pengembangan aplikasi pemeriksaan, pada tahun 2009 telah berhasil menyelesaikan tunggakan pemeriksaan sebanyak 63.509. Sebagai kegiatan penegakan hukum LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
139
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dengan beban kerja cukup tinggi dan melibatkan kurang lebih 11% pegawai DJP, beberapa kendala masih perlu untuk diatasi dan menjadi rencana di tahun yang akan datang, antara lain kualitas dan teknis pemeriksaan yang harus ditingkatkan dan sistem administrasi jabatan fungsional pemeriksa terkait pola mutasi, penghitungan angka kredit, penyempurnaan reward dan punishment dan peningkatan kompetensi SDM. Dengan rencana kerja yang telah disusun untuk mengatasi kendala-kendala di atas, kuantitas dan kualitas pemeriksaan dapat lebih ditingkatkan. d.
Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak (DK 16.1.4) Indikator persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak tercapai sebesar 21% dari 15% yang direncanakan. Pencairan tunggakan pada tahun 2009 sebesar Rp9,41 triliun dari total tunggakan sebesar Rp45,17 triliun berhasil dilaksanakan dari target sebesar Rp6,56 triliun. Tindakan penyanderaan (gijzeling), sebagai tindakan yang mempunyai efek detter cukup besar, dilakukan untuk memberikan efek jera kepada penunggak pajak yang mampu membayar, selain langkah lain seperti pembekuan rekening.
e.
Persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke kejaksaan (DK 16.1.5) Kasus tindak pidana adalah kasus pidana yang diproses berdasarkan SPDP (Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan) yang diserahkan ke Kejaksaan. Target jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke Kejaksaan pada tahun 2009 adalah sebesar 40%. Realisasi penyidikan sampai dengan bulan Desember sejumlah 72,97% dengan jumlah Perintah Dimulainya Penyidikan (PDP) yang diterbitkan pada bulan Januari sampai dengan Desember sejumlah 222 berkas dan telah P19 (158 berkas) dan P-21 (4 berkas), sedangkan berkas lainnya masih dalam proses penyidikan. Rincian Jumlah PDP sebanyak 222 Berkas dengan jenis kasus terdiri dari: •
Kepabeanan 92 kasus yang terdiri dari impor 63 kasus dan ekspor 29 kasus
•
Cukai 130 kasus yang terdiri dari Hasil tembakau 107 kasus dan Minuman Mengandung Etil Alkohol 23 kasus. Tingkat capaian ini tidak terlepas dari semakin profesionalnya aparat bea dan
cukai dalam menangani setiap kasus pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai dan tingkat koordinasi yang semakin baik dengan pihak Kejaksaan. Untuk meningkatkan kepatuhan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran di bidang kepabeanan dan cukai, telah dilakukan langkah peningkatan sistem pengawasan di bidang kepabeanan dan cukai yang kegiatannya diantaranya:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
140
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
1) Kegiatan Pengawasan Tahun 2008 dan 2009 Dibidang penegakan hukum (enforcement), Direktorat Jenderal Bea dan Cukai terus berupaya meningkatkan efektifitas pengawasan dan penegakan hukum di bidang kepabeanan dan cukai. Salah satu program yang dilaksanakan ialah meningkatkan peran unit intelijen melalui pengembangan pangkalan data intelijen dan pembangunan disain dan sistem aplikasi intelijen yang terintegrasi pada sistem aplikasi pelayanan, melalui penerapan Risk Management, Risk Assessment, Profilling and Targetting.
Target utama program ini adalah untuk menciptakan
suatu sistem dan mekanisme pengawasan terhadap pelaksanaan ketentuan tata laksana kepabeanan dan cukai yang efektif. Untuk mengawasi wilayah perairan Indonesia, secara kontinyu juga dilaksanakan patroli laut, baik yang bersifat rutin/reguler maupun patroli laut yang bersifat khusus/terpadu. Patroli laut bertujuan untuk mengeliminasi masuknya barang-barang secara ilegal ke dalam wilayah daerah pabean Indonesia, khususnya di daerah perbatasan dan rawan penyelundupan, yang dapat mendistorsi industri dalam negeri. Penegakan hukum juga dilakukan dengan melaksanakan operasi pemantauan dan pengawasan secara mendalam terhadap seluruh kegiatan administrasi dan sistem pelayanan kepabeanan serta kegiatan-kegiatan lainnya yang terkait dengan importasi dan eksportasi pada pelabuhan-pelabuhan utama. Guna mengeliminasi praktek-praktek
ilegal
dan
penyalahgunaan
fasilitas
yang
diberikan,
juga
dilaksanakan operasi pemantauan dan pengawasan terhadap kawasan berikat atau gudang berikat, atau penerima Kemudahan Impor Tujuan Ekspor (KITE). Selanjutnya
untuk
lebih
meningkatkan
efektifitas
analisis
terhadap
penumpang pesawat udara, telah ditandatangani Kesepakatan Bersama antara Ditjen Imigrasi, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Perhubungan Udara, dan Badan Narkotika Nasional tentang Penggunaan Data Pada Sistem Analisa Penumpang Pesawat Udara. 2) Penindakan dan Penyidikan Tahun 2008 dan 2009 Data hasil pengawasan berdasarkan komoditi periode tahun 2008 dan tahun 2009 adalah sebagaimana tabel di bawah ini:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
141
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 41. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009
2008 NO
2009
KOMODITI KASUS
POTENSI RUGI
KASUS
POTENSI RUGI
1
TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL
82
3.093.359.869,00
56
43.314.880.396,00
2
HANDPHONE DAN ACC
85
10.964.108.817,00
141
74.095.043.000,00
3
BARANG LARTAS
852
8.276.103.064,00
411
6.671.010.964,96
4
NARKOTIKA
41
184.868.835.000,00
79
333.709.304.750,00
5
HASIL TEMBAKAU
477
3.151.403.071,00
592
62.844.000.000,00
6
MMEA
190
27.569.983.769,00
310
69.905.069.330,00
7
BARANG LAINNYA
382
16.015.087.352,00
504
7.281.188.807,00
TOTAL
2.109
253.938.880.942,00
2.093
597.820.497.247,96
Catatan: Data Tangkapan Komoditi Narkotika dan Tekstil dan Produk Tekstil, juga mengakibatkan kerugian lain seperti Penyalahgunaan Narkoba, Kesehatan, dan Sebagai Perlindungan Industrii Dalam Negeri.
Data hasil tangkapan Ballpress periode tahun 2008 dan tahun 2009 adalah sebagaimana tabel di bawah ini: Tabel 42. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009
NO
LOKASI PENINDAKAN
ASAL
JUMLAH (BALLPRESS)
POTENSI KERUGIAN NEGARA (Rp)
1
SURAMADU
MALAYSIA
1.561
2
PEL. TANJUNG WANGI
MALAYSIA
2.160
3.902.500.000,00 5.400.000.000,00
3
KOTA BARU BANJAR
MALAYSIA
2.042
5.105.000.000,00
4
PEL. KALIANGET
MALAYSIA
500
1.250.000.000,00
5
TEMBILAHAN
MALAYSIA
1.260
3.150.000.000,00
6
BIMA
MALAYSIA
1.399
3.497.500.000,00
7
KARANG GALANG
SINGAPORE
1.000
2.500.000.000,00
8
LAUT CINA SELATAN
MALAYSIA
2.000
5.000.000.000,00
9
LAUT NATUNA
MALAYSIA
1.500
3.750.000.000,00
10
LAUT CINA SELATAN
MALAYSIA
1.500
3.750.000.000,00
11
CIREBON
MALAYSIA
2.250
5.625.000.000,00
17.172
42.930.000.000,00
TOTAL
Sebagai Community Protector, DJBC juga berperan melindungi masyarakat terhadap bahaya dari penggunaan narkotik, melalui pengawasan dan penindakan terhadap pemasukan dan penyelundupan narkotika ke dalam wilayah Indonesia. Terhadap pelanggaran barang-barang narkotika, berkas penyidikan serta barang bukti dan tersangkanya dilimpahkan ke Polri. Data tangkapan narkotika tahun 2008 dan 2009 seperti dalam tabel di bawah ini:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
142
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 43. Data Hasil Pengawasan Berdasarkan Jenis Komoditi Tahun 2008 dan 2009
No
Jenis Narkoba
2008
1 Heroin
3.332,00 Gram
2 Cocaine
629,59 Gram
10.000.000,00
22.969,50 Gram
20.000,00
475,00 Gram
100.000,00
3 Ganja Kering 4 Hashish
2009 Jumlah Satuan Harga satuan Nilai Rupaih B
Jumlah Satuan Harga satuan Nilai Rupaih B 10.000.000,00 33.320.000.000,00
2.660,00 Gram
6.295.900.000,00
10.000.000,00 26.600.000.000,00
55,00 Gram
10.000.000,00
550.000.000,00
459.390.000,00 128.686,80 Gram
20.000,00
2.573.736.000,00
47.500.000,00
Gram
0,00
5 Ketamine
27.960,00 Gram
1.000.000,00 27.960.000.000,00 28.883,49 Gram
1.000.000,00 28.883.490.000,00
6 Ecstacy / MDMA
85.387,00 Butir
150.000,00 12.808.050.000,00 129.142,00 Butir
150.000,00 19.371.300.000,00
7 Shabu / Methamphetamine
45.081,87 Gram
2.500.000,00 112.704.675.000,00 76.612,55 Gram
2.500.000,00 191.531.378.750,00
9 Ephedrine
12,10 Gram
2.500.000,00
30.250.000,00
Gram
0,00
2.019,00 Gram
1.000.000,00
2.019.000.000,00
1.000.000,00 12.460.000.000,00
80,40 Gram
1.000.000,00
80.400.000,00
12 Happy Five
0,00
3.000,00 Butir
150.000,00
450.000.000,00
13 Shabu Cair
0,00 24.660,00 Gram
10 Ketamine Tablet 11 Psikotropika MDA
1246 Butir
Total
184.864.835.000,00
0,00
2.500.000,00 61.650.000.000,00 333.709.304.750,00
3) Kegiatan Pengawasan Lainnya Tahun 2008 dan 2009 Selama periode tahun 2009 DJBC juga melakukan kegiatan pengawasan yang meliputi: •
Pengawasan dalam rangka pelayanan kepabeanan (pengawasan bongkar muat, pemeriksaan barang di luar Kawasan Pabean, dll).
•
Pengawasan pemeriksaan fisik (pengawasan pendampingan ketika melakukan pemeriksaan fisik barang).
•
Surveillance /pemetaan di bidang impor atau ekspor.
•
Surveillance /pemetaan di bidang cukai.
•
Pengawasan dan penindakan perdagangan illegal narkoba.
•
Penerbitan Nota Hasil Intellijen.
•
Patroli laut/sungai/darat (termasuk plane/boatzoeking). Sebagai salah satu bentuk pengawasan lainnya yang dilakukan DJBC adalah
melalui post clearance audit, yang dapat memastikan tingkat kepatuhan dan ketaatan dari pengguna jasa kepabeanan dan cukai dalam memenuhi aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Sebagai gambaran dari pelaksanaan pengawasan dibidang audit dapat dilihat dari jumlah kegiatan audit. Data realisasi kegiatan di bidang audit untuk tahun 2008 dan 2009 seperti dalam tabel di bawah:
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
143
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Tabel 44. Data Realisasi Kegiatan di Bidang Audit Tahun 2008 dan 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
f.
NAMA KANWIL
NPA REALISASI AUDIT REALISASI LHA 2009 2008 2009 2008 2009 2008 DROA SWW DROA SWW ST DROA ST SWW ST DROA ST SWW ST DROA ST SWW ST DROA ST SWW
NAD 3 Sumatera Utara 34 Riau dan Sumatera Barat 39 Kepulauan Riau 23 Sumatera Bagian Selatan 25 Banten 22 Jakarta 30 Jawa Barat 31 Jawa Tengah dan DIY 50 Jawa Timur I 42 Jawa Timur II 20 Bali NTB dan NTT 30 Kalimantan Bagian Barat 23 Kalimantan Bagian Timur 48 Sulawesi 21 Maluku Papua dan Papua Bara 18 Tanjung Priok 43 Batam 23 Direktorat Audit 55 TOTAL 580
0 5 2 1 3 8 17 6 12 22 0 4 0 1 1 1 92 5 26 206
6 65 28 26 44 47 27 223 33 77 38 34 25 47 23 25 59 10 0 837
0 23 10 10 6 20 28 53 16 29 11 0 2 3 4 0 84 7 4 310
3 34 39 23 25 22 30 31 50 42 20 30 23 48 21 18 43 23 55 580
0 5 2 1 3 8 17 6 12 22 0 4 0 1 1 1 92 5 26 206
6 65 28 26 44 47 27 223 33 77 38 34 25 47 23 25 59 10 0 837
0 23 10 10 6 20 28 53 16 29 11 0 2 3 4 0 84 7 4 310
1 24 30 13 12 9 5 6 30 15 2 30 13 21 17 9 16 9 24 286
0 5 2 1 3 5 3 5 9 7 0 4 0 1 1 1 67 5 12 206
6 65 28 26 44 40 14 181 31 76 38 34 25 46 23 22 57 9 0 765
0 23 10 10 6 16 26 47 16 27 11 0 2 3 4 0 84 7 4 296
Persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti (DK 16.1.6) Dalam rangka monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum, Pemerintah melaksanakan tindak lanjut temuan pemeriksaan BPK atas LKPP Tahun 2007 dan LKPP Tahun 2008. a) Untuk tindaklanjut atas temuan LKPP Tahun 2007, dari 13 temuan yang harus diselesaikan pada tahun 2009, terdapat 12 temuan yang telah ditindaklanjuti (92,31%). b) Untuk tindaklanjut atas temuan LKPP Tahun 2008, dari 16 temuan yang harus diselesaikan pada tahun 2009, terdapat 15 temuan yang telah ditindaklanjuti (93,75%). Sehingga total persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti (DK 16.1.16) adalah 93,10% (27 dari 29 temuan)
g.
Persentase kepatuhan pelaporan asset oleh K/L (DK 16.1.7) Pencapaian peningkatan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum diperoleh dari persentase jumlah laporan Kementerian/Lembaga yang disampaikan
tepat
Kementerian/Lembaga.
waktu
dibandingkan
Persentase
dengan
Kepatuhan
keseluruhan
pelaporan
aset
laporan oleh
Kementerian/Lembaga dengan rencana tingkat capaian sebesar 70 persen dapat terealisasi sebesar 82 persen.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
144
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
Realisasi Kepatuhan pelaporan aset oleh Kementerian/Lembaga sebesar 82% diperoleh dari 64 Kementerian/Lembaga yang telah menyampaikan Laporan Barang Pengguna (LBP) dengan tepat waktu dibandingkan dengan jumlah keseluruhan Kementerian/Lembaga sebanyak 78 Kementerian/Lembaga. Realisasi melebihi target karena terdapat kegiatan pedampingan, pengawasan, evaluasi dan sosialisasi pengelolaan kekayaan negara yang mengakibatkan adanya peningkatan kesadaran K/L untuk penyampaikan laporan BMN dengan tepat waktu. Program yang mendukung pencapaian sasaran IKU diatas adalah Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara, dengan kegiatan Pendampingan, pengawasan dan evaluasi terhadap pengembangan aplikasi sinkronisasi Basis Data BMN dengan Realisasi Anggaran dengan indikator output Modul Sinkronisasi Basis Data BMN (100%). Rencana tingkat capaian sebanyak 1 modul dapat terealisasi sebanyak 1 modul.
h.
Persentase kepatuhan dan penegakkan ketentuan/peraturan (DK 16.1.8) Persentase kepatuhan dan penegakkan ketentuan/peraturan terealisasi melebihi target yang direncanakan yaitu 100% dari target 80%. Dalam mencapai sasaran tersebut DJPK melaksanakan kegiatan monitoring Perda APBD TA 2009 dan Evaluasi Ekonomi Pembangunan daerah. Perkembangan penyelesaian dokumen perda APBD dari tahun ke tahun ditunjukkan pada grafik berikut. Grafik 13. Perkembangan Penyelesaian Perda APBD Tahun 2006 s/d 2009
Jan
Grafik
tersebut
Mar
menggambarkan
Meir
waktu
Juli
penyelesaian
Sep
dan
penyampaian
dokumen perda APBD secara bertahap menjadi lebih cepat. Pada Tahun 2006 perda terakhir diserahkan pada bulan September, tahun 2007 maju menjadi bulan Juli, selanjutnya pada 2008 dan 2009 pada bulan Juni. Jika pun ada keterlambatan,
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
145
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
penyebab keterlambatan pada umumnya adalah tidak harmonisnya hubungan antara lembaga eksekutif daerah dengan lembaga legislatif daerah.
D.
AKUNTABILITAS KEUANGAN Anggaran yang digunakan sebagai penunjang dalam pencapaian tujuan dan sasaran untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Departemen Keuangan, dibiayai bersumber dari dana Bagian Anggaran (BA) 15 sebanyak Rp. 15.579.306.142.000 dengan realisasi Rp. 12.746.649.290.798 (81,82%). Artinya dana yang digunakan/terserap sebanyak 81,82% (Rp. 12.746.649.290.798). Secara umum, realisasi anggaran per program Departemen Keuangan adalah sebagai berikut: Tabel 45. Realisasi Anggaran Departemen Keuangan Tahun 2009
No
Program
1.
Penerapan Kepemerintahan yang Baik Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur Negara Peningkatan Penerimaan dan Pengamanan Keuangan Negara Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara Pembinaan Akuntansi Keuangan Negara Pengembangan Kelembagaan Keuangan Stabilisasi Ekonomi dan Sektor Keuangan
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Pengelolaan dan Pembiayaan Utang Pemantapan Pelaksanaan Sistem Penganggaran Peningkatan Efektivitas Pengelolaan Kekayaan Negara
Anggaran (Rp)
Dana yang diserap (Rp)
%
11.136.840.874.000
9.103.652.433.503
81,74
53.837.447.000
42.372.600.241
78,70
194.798.351.000
147.829.755.459
75,89
970.339.809.000
642.405.880.152
66,20
1.991.264.891.000
1.059.358.736.057
53,20
667.360.060.000
291.603.084.208
43,70
25.595.498.000
19.211.021.082
75,06
72.852.887.000
59.756.410.532
82,02
87.809.308.000
67.062.929.847
76,37
40.465.238.000
35.771.386.159
88,40
5.720.500.000
5.133.834.750
89,74
187.420.051.000
106.663.597.660
56,91
13.
Pendidikan Tinggi
71.412.498.000
50.157.130.761
70,24
14.
Pembiayaan Lain-lain
73.588.730.000
1.115.670.490.387
1516,09
15.579.306.142.000
12.746.649.290.798
81,82
TOTAL
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa persentase penyerapan dana tertinggi berada pada Program Pembiayaan Lain-lain yang menyerap dana sampai 1.516,09% dari anggaran yang disediakan. Sedangkan penyerapan terendah berada pada Program Peningkatan Efektivitas Pengeluaran Negara yang hanya menyerap 43,70% dana. Jika LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
146
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
dibandingkan dengan total nominal pengeluaran dana sebesar Rp 12.746.649.290.798, program Penerapan Kepemerintahan yang Baik menggunakan dana terbanyak yaitu sebesar Rp9.103.652.433.503,- atau 71,42% dari keseluruhan dana yang ada pada BA 15. Penyerapan dana belanja tidak terpenuhi 100% dikarenakan adanya beberapa kendala, antara lain pada jenis belanja modal. Rendahnya realisasi belanja modal disebabkan oleh hal-hal berikut: a. Pada Sekretariat Jenderal, terdapat proyek yang batal dilaksanakan sebesar Rp89.904.317.073,00 dan belum adanya pemenang lelang pada proyek rehabilitasi gedung GKN Jayapura sebesar Rp20.682.052.081,00 b. Pada DJPB, pengadaan tanah tidak terserap secara optimal karena tingginya harga tanah yang ditawarkan oleh penjual, dimana nilainya dua kali lipat dari NJOP setempat. c. Rekanan masih belum menyelesaikan pesanan pengadaan kapal untuk alat operasional DJBC. d. Kegiatan yang tidak terealisasi karena sumber dananya dari dana belanja modal BLU STAN. Hal ini terjadi karena target penerimaan PNBP tidak tercapai maka kegiatan/subkegiatan tertentu tidak direalisasikan e. Efesiensi harga pengadaan hasil lelang belanja modal yang dilaksanakan dengan lelang umum maupun secara e-procurement. f. Adanya kendala dalam melakukan optimalisasi penggunaan belanja modal yaitu kendala waktu revisi dan/atau kebijakan optimalisasi anggaran, kendala pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pengadaan barang/jasa, serta kendala pelaksanaan pekerjaan pembangunan.
Beberapa kegiatan yang dianggarkan dalam DIPA TA 2009 belum dapat dilaksanakan dikarenakan hambatan koordinasi maupun aturan dengan K/L lainnya misalnya: a. adanya ketentuan bahwa harga untuk pengadaan tanah mengacu pada nilai jual obyek pajak (NJOP); b. pengadaan kapal patroli pada DJBC belum dapat terealisasi dikarenakan PT. PAL belum dapat menyelesaikannya; c. adanya proses pengadaan barang yang gagal karena tidak terpenuhinya persyaratan yang ditetapkan; d. masih banyaknya dana PHLN yang tidak terserap secara optimal karena prosedur penarikan dana yang rumit dan banyak tergantung kepada pihak lender. Pagu Belanja Modal dari Pinjaman Luar Negeri pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebesar Rp 146.106.576.000,00,- sampai dengan akhir TA 2009, belum dapat dilaksanakan (realisasi 0 persen). Hal ini disebabkan karena :
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
147
BAB III PENGUKURAN, EVALUASI, DAN ANALISIS
a. Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan sebagai Implementing Agency (pengadaan hardware) telah melaksanakan proses pengadaan barang yang memakai proses satu tahap dua sampul. Sedangkan proses penerbitan NoL (No Objective Letter) sebagai prasyarat cairnya pinjaman dari ADB baru terbit pada tanggal 31 Desember 2009, dan NoL sebagai penentuan spesifikasi teknis serta NoL sebagai penentuan spesifikasi harga baru diterbitkan pada TA 2010, sehingga pinjaman ini tidak dapat direalisasikan pada TA 2009. b. Adanya kebijakan dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan untuk mengeliminasi komponen Loan DJPK tentang Pembangunan Sistem Evaluasi Perda PDRD.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
148
BAB IV PENUTUP
BAB IV PENUTUP LAKIP Departemen Keuangan ini merupakan laporan pertanggungjawaban atas pencapaian pelaksanaan visi dan misi Departemen Keuangan menuju good governance mengacu pada rencana strategis tahun 2005-2009. LAKIP ini disusun berdasarkan Ketetapan MPR Nomor XI/MPR 1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi dan Nepotisme dan Undang-undang No 28 Tahun 1999 tentang hal yang sama serta Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (AKIP). LAKIP ini merupakan LAKIP tahun terakhir pelaksanaan RPJMN tahun 2004-2009. Seiring dengan bergulirnya program reformasi birokrasi, Departemen Keuangan telah menerapkan Balance Scorecard sebagai tool manajemen kinerja. Pengukuran kinerja sasaran didasari atas penilaian pada Indikator Kinerja Utama (IKU). Dalam tahun 2009 telah ditetapkan 20 sasaran strategis (SS/DK) yang merupakan indikator kontrak kinerja Departemen Keuangan tahun 2009. Selanjutnya SS/DK dikelompokan kedalam 10 tema yaitu: (1) Pendapatan Negara; (2) Belanja Negara; (3) Pembiayaan Negara; (4) Kekayaan Negara; (5) Pasar Modal dan Lembaga Keuangan non Bank; (6) Sistem Pengelolaan Keuangan Negara; (7) Reformasi Birokrasi; (8) Kerjasama Internasional; (9) Kesekretariatan, Pendididikan, dan SDM; dan (10) Pengawasan dan Pengendalian Intern. Sebagai pengelola keuangan dan kekayaan negara, Departemen Keuangan telah mampu menjalankan tugasnya dengan baik. Di tengah krisis global yang menyebabkan perekonomian negara-negara pada umumnya terpuruk, ekonomi Indonesia masih tumbuh sebesar 4,5 persen, stabilitas ekonomi terjaga dengan inflasi relatif rendah dan rupiah relatif stabil dengan kecenderungan menguat, IHSG meningkat 85,8 persen, Defisit APBN dapat ditekan pada level 1,6 persen terhadap PDB, dan surplus sebesar Rp 38,35 triliun. Secara umum pencapaian sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam tahun 2009 telah sesuai dengan yang ditargetkan, bahkan beberapa diantaranya nilai capaiannya di atas 100 persen. Namun, masih ada beberapa IKU masih belum mencapai target yang ditentukan. Tantangan yang menghambat pencapaian sasaran yang telah ditetapkan antara lain belum pulihnya krisis global telah berdampak pada menurunnya ekspor, impor, investasi, serta sulitnya untuk mendapatkan pinjaman murah terkait dengan terbatasnya likuiditas global. Tantangan lainnya adalah
terbatasnya pasar surat berharga negara
dalam negeri dan nilai tukar rupiah yang sulit diprediksi.
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
149
BAB IV PENUTUP
Langkah-langkah ke depan yang harus dilakukan oleh Departemen Keuangan untuk
menghadapi
tantangan-tantangan
diatas
antara
lain:
(1)
meningkatkan
pengembangan model ekonomi makro untuk meningkatkan akurasi asumsi makro dasar APBN; (2) meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi dengan instansi terkait; (3) mengembangkan Economic Executive Dashboard; (4) melakukan kajian dibidang perpajakan, kepabeaan, cukai, ekonomi, keuangan dan kekayaan negara; (5) menerapkan standar internasional untuk pengaturan dan pengawasan industri jasa keuangan termasuk Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia (ASKI) dan mengembangkan early warning system di sektor keuangan; (6) meningkatkan kualitas manajemen dan operasional lembaga keuangan; (7) melakukan penguatan perlindungan bagi investor lembaga keuangan termasuk pemantapan koordinasi penegakan hukum di bidang pasar modal dan LK; (8) mengembangkan pasar SBN domestik, memperluas basis investor SBN domestik dan instrumen SBN; (9) merekrut dan mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi; dan (10) meningkatkan kualitas pelaporan contingent liability. Akhirnya dengan disusunnya LAKIP ini, diharapkan dapat memberikan informasi secara transparan kepada seluruh pihak yang terkait mengenai tugas fungsi Departemen Keuangan, sehingga dapat memberikan umpan balik guna peningkatan kinerja pada periode berikutnya. Secara internal LAKIP tersebut harus dijadikan motivator untuk lebih meningkatkan kinerja organisasi dengan jalan selalu menyesuaikan indikator-indikator kinerja yang telah ada dengan perkembangan tuntutan stakeholders, sehingga Departemen Keuangan dapat semakin dirasakan keberadaannya oleh masyarakat dengan pelayanan yang profesional.
MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI
LAKIP DEPARTEMEN KEUANGAN TAHUN 2009
150
DAFTAR ISI Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS) Departemen Keuangan Tahun 2009
Halaman
Uraian Sasaran : 1.
Tingkat pendapatan yang optimal ....................................................................................................................
1
2.
Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien .................................................................
2
3.
Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal .................................................................................................
2
4.
Pengelolaan kekayaan negara yang optimal ..............................................................................................................
3
5.
Terciptanya pasar modal yang teratur, wajar, efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat ................................................................................................................
3
6.
Kepastian hukum dan transparansi ...................................................................................................................
4
7.
Transparansi dan mekanisme yang sederhana ................................................................................................
4
8.
Fiscal balance ...................................................................................................................................................
5
9.
Transparansi dan kredibilitas ............................................................................................................................
5
10. Penyelesaian tepat waktu .................................................................................................................................
5
11. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang professional ..
5
12. Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum ......................................
5
13. Pelayanan prima ...............................................................................................................................................
6
14. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara ......................................
8
15. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan .................
8
16. Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum .....................................................
9
17. Merekrut dan mengembangkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berkompetensi tinggi ..............
10
18. Mengembangkan organisasi yang handal dan modern .....................................................................................
10
19. Mewujudkan good governance .........................................................................................................................
11
20. Membangun sistem informasi yang terintegrasi ................................................................................................
11
PENGUKURAN PENCAPAIAN SASARAN TAHUN 2009 Instansi Visi
: Departemen Keuangan : Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi Formulir : PPS
Realisasi
Persentase Pencapaian Rencana Tingkat Capaian
Ket
(6)
Sasaran
Indikator Sasaran
Rencana tingkat capaian (target)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
100 00 100,00 persen
103 86 103,86 persen
103 86 103,86
218.037,60 Rp/Milyar
226.449,70 Rp/Milyar
1 Tingkat 1. pendapatan yang optimal
1 1 Jumlah pendapatan negara di bidang PNBP 1.1
1.2 Jumlah penerimaan pajak
587.827,24 Rp/Milyar * 577.386,78 Rp/Milyar **
1.3 Jumlah penerimaan bea dan cukai
565.770,53 Rp/Milyar
97,99
67.940 Rp/Milyar * 74.568,14 Rp/Milyar **
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
*) kontrak kinerja **) revisi sesuai APBN-P tahun 2009 *) kontrak kinerja 75.390,11 Rp/Milyar
101,10
**) revisi sesuai APBN-P tahun 2009
1
(1)
2. Alokasi dan pelaksanaan belanja negara yang tepat waktu dan efisien
3. Pembiayaan yang aman bagi kesinambungan fiskal
(2)
(3)
(4)
(5)
1.4 Jumlah penerimaan remunerasi atas penyimpanan, penempatan, dan investasi jangka pendek (idle cash KUN)
3.000,000 Rp/Milyar
3.000,139 Rp/Milyar
100,00
1.5 Jumlah penerimaan negara dari Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara dan Bea Lelang dan penerimaan pembiayaan APBN yang optimal
664,85 Rp/Milyar *
*) kontrak kinerja
576,75 Rp/Milyar **
757,69 Rp/Milyar
131,37
2.1 Persentase penyelesaian dokumen SAPSK tepat waktu
100,00 persen
100,00 persen
100,00
2.2 Persentase kesesuaian SAPSK dengan standar biaya
100,00 persen
100,00 persen
100,00
2.3 Persentase ketepatan penyediaan dana
90,00 persen
98,58 persen
109,53
2.4 Persentase penyaluran jumlah dana transfer ke daerah
100,00 persen
100,71 persen
100,71
2.5 Persentase penyaluran dana transfer ke daerah tepat waktu
100,00 persen
100,00 persen
100,00
3.1 Pemenuhan target pembiayaan melalui utang
100,00 persen
98,86 persen
98,86
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
**) revisi sesuai APBN-P tahun 2009
2
(1) 4. Pengelolaan kekayaan negara yang optimal
5. Terciptanya pasar modal yang teratur teratur, wajar, efisien, LKNB yang sehat, tumbuh secara solid, kompetitif, dan melindungi kepentingan masyarakat
(2) 4.1 Jumlah satuan kerja yang selesai diinventarisasi dan dinilai wajar
(3)
(4)
(5)
9.773,00 satker *
*) kontrak kinerja
9.158,00 satker **
9.201,00 satker
100,47
5.1 Persentase pertumbuhan nilai transaksi saham harian
2,40 persen
9,29 persen
387,08
5.2 Persentase pertumbuhan frekuensi transaksi saham harian
2,40 persen
3,28 persen
136,67
5.3 Jumlah emiten baru sesuai target
10,00
18,00
180,00
5.4 Persentase pertumbuhan dana yang dikelola lembaga pembiayaan dan penjaminan
10,00 persen
0,63 persen
6,30
5.5 Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri perasuransian
4,00 persen
22,70 persen
567,50
5.6 Persentase pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri dana pensiun
-1,00 persen
13,08 persen
-*
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
**) revisi sesuai surat Sesditjen Kekayaan Negara atas nama Dirjen Kekayaan Negara nomor S-3933/KN/2009
*) tidak bisa dihitung sesuai rumus
3
(1) 6. Kepastian hukum dan transparansi
7. Transparansi dan mekanisme yang sederhana
(2)
(3)
(4)
(5)
83 77 72
77 75 -*
92,77 97,40 -*
6.2 Indeks kepuasan pelayanan bea dan cukai
60,00 persen
61,50 persen
102,50
7.1 Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang anggaran
3,00
3,79
126,33
7.2 Indeks kepuasan K/L terhadap pengelolaan belanja pusat di bidang perbendaharaan
3,20
2,99
93,44
7.3 Indeks kepuasan Pemda terhadap pengelolaan transfer ke daerah
3,00
3,272
109,07
7.4 Persentase penggunaan anggaran risiko fiskal
83,00 persen
82,00 persen
98,80
6.1 Indeks kepuasan Wajib Pajak atas administrasi perpajakan dari hasil survei 6.1.1 KPP Wajib Pajak Besar 6.1.2 KPP Madya 6.1.3 KPP Pratama
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
*) survei dilakukan pada KPP WP Besar dan KPP Madya, sedangkan untuk KPP Pratama laporan evaluasi pelayanan belum selesai disusun.
4
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
3,00
3,272
109,07
8. Fiscal balance
8.1 Indeks kepuasan Pemda terhadap norma dan standar transfer ke daerah
9. Transparansi dan kredibilitas
9.1 Ketersedian informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang
380,00 set
489,00 set
128,68
9.2 Pembayaran tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
100,00 persen
99,999 persen
99,999
10. Penyelesaian tepat waktu
10.1 Indeks kepuasan pelayanan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu
80,00 (baik)
75,31 (cukup)
94,14
11. Pelaksanaan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan industri pasar modal dan LKNB yang profesional
11.1 Indeks kepuasan Stakeholders Bapepam-LK
75,00
76,35
101,80
12. Kajian dan perumusan kebijakan yang berkualitas serta menjamin kepastian hukum
12.1 Tingkat akurasi kebijakan fiskal
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
88,00 persen *
92,00 persen **
(6)
*) kontrak kinerja
97,00 persen
105,43
**) Revisi disampaikan saat Rapim Depkeu
5
(1)
(2) 12.2 Rata-rata persentase deviasi asumsi makro
13. Pelayanan prima
(3)
(4)
(5)
20 persen *
*) kontrak kinerja
10,00 persen **
3,80 persen
162,00
12.3 Persentase deviasi target defisit APBN
10,00 persen
5,40 persen
146,00
12.4 Persentase deviasi proyeksi pendapatan negara
5,00 persen
1,70 persen
166,00
12.5 Persentase efektivitas kebijakan pendapatan negara
70,00 persen
72,29 persen
103,27
10,00 hari kerja
10,53 hari kerja
94,70
100,00 persen
325,00 persen
325,00
3,00 hari kerja
3,00 hari kerja
100,00
20,00 hari
20,00 hari
100,00
13.1 Rasio realisasi dari janji layanan quick win ke pihak eksternal 13.1.1 Penyelesaian PMK/KMK
13.1.2
Efisiensi layanan e-procurement
13.1.3
Penyelesaian Surat Roya
13.1.4
Penyelesaian izin Akuntan Publik dan Penilai Publik
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
**) Revisi disampaikan saat Rapim Depkeu
6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
13.1.5
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang anggaran ke pihak eksternal
100,00 persen
100,00 persen
100,00
13.1.6
Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan di bidang perpajakan
100,00 persen
99,74 persen
99,74
13.1.7
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang kepabeanan dan cukai ke pihak eksternal
80,00 persen
91,01 persen
113,76
13.1.8
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang perbendaharaan ke pihak eksternal
90,00 persen
90,55 persen
100,61
13.1.9
Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang kekayaan negara ke pihak eksternal
80,00 persen
83,00 persen
103,75
13.1.10 Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang perimbangan keuangan ke pihak eksternal
100,00 persen
100,00 persen
100,00
13.1.11 Rasio realisasi dari janji pelayanan quick win di bidang pengawasan pasar
95,00 persen
89,57 persen
94,28
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
7
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
14.1 Persentase tingkat akurasi perencanaan kas
80,00 persen
89,86 persen
112,33
14.2 Persentase jumlah penggunaan BMN yang telah diinventarisasi
90 persen
99,25 persen
110,28
(6)
modal lembaga keuangan ke pihak eksternal 14. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan dan kekayaan negara
14.3 Rasio beban utang terhadap total utang
15. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Departemen Keuangan
15 persen *
*) kontrak kinerja
6,59 persen **
5,70 persen
113,51
100,00 persen
128,25 persen
128,25
17.000,00 Satker
25.412,00 Satker
149,48
15.3 Sosialisasi dan diseminasi kebijakan dan peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara, piutang negara dan lelang
10.000 orang
44.327 orang
443,27
15.4 Sosialisasi dan diseminasi peraturan/kebijakan tentang Perimbangan
80,00 persen
103,60 persen
129,50
15.1 Persentase jumlah sosialisasi / penyuluhan terhadap rencana sosialisasi / penyuluhan
15.2 Tingkat coverage (pendidikan dan komunikasi) pemahaman K/L terhadap fungsi pengelolaan perbendaharaan
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
**) revisi sesuai perubahan rumus penetapan rasio beban utang
8
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
15.5 Peningkatan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi pengelolaan utang
50,00 frekuensi
59,00 frekuensi
118,00
15.6 Kegiatan mengedukasi publik tentang keuangan negara melalui program BPPK
6.500,00 peserta
9.626,00 peserta
148,09
15.7 Jumlah kerja sama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional dan internasional
60,00 mitra
111,00 mitra
185,00
16.1 Persentase jumlah penambahan WP OP terhadap jumlah WP OP terdaftar awal tahun (base year 2008)
20,00 persen
93,51 persen
467,55
16.2 Persentase berkas penyidikan di bidang perpajakan yang diserahkan ke kejaksaan
25 persen
32,17 persen
128,68
16.3 Persentase realisasi pemeriksaan di bidang perpajakan terhadap rencana
70 persen
93 persen
132,86
16.4 Persentase pencairan tunggakan terhadap jumlah tunggakan pajak
15 persen
21 persen
140,00
16.5 Persentase jumlah kasus tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai yang diserahan ke Kejaksaan
40,00 persen
72,97 persen
182,43
(6)
Keuangan.
16. Meningkatkan monitoring dan evaluasi, kepatuhan dan penegakan hukum
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
9
(1)
17. Merekrut dan mengembangkan sumber daya manusia yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
18. Mengembangkan organisasi yang handal dan modern
(2)
(3)
(4)
(5)
16.6 Persentase rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti
100,00 persen
93,10 persen
93,10
16.7 Persentase kepatuhan pelaporan aset oleh K/L
70,00 persen
82,00 persen
117,14
16.8 Persentase kepatuhan dan penegakan ketentuan/peraturan di bidang perimbangan keuangan
80,00 persen
100,00 persen
125,00
17.1 Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik
80,00 persen
67,60 persen
84,50
17.2 Jumlah penerima bantuan hibah (pendidikan) dalam rangka kerjasama teknik luar negeri
575,00 orang
567,00 orang
98,61
17.3 Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja
3,55 persen
3,84 persen
108,17
18.1 Persentase penyelesaian SOP
100,00 persen
100,00 persen
100,00
18.2 Persentase pencapaian hasil pengawasan unggulan
100,00 persen
84,80 persen
84,80
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
(6)
10
(1)
(2)
19. Mewujudkan good governance
19.1 Indeks kualitas laporan keuangan K/L (BA 15, 61, 62, 69, 70, 71, 96, 97, 98,99)
20. Membangun sistem informasi yang terintegrasi
20.1 Service Level Agreement (SLA) Index
(3)
(4)
(5)
2,57
2,57
100,00
92,00 persen
99,22 persen
107,85
(6)
Jakarta, Maret 2010 MENTERI KEUANGAN
SRI MULYANI INDRAWATI
Lampiran LAKIP Departemen Keuangan Tahun 2009
11
RENCANA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2010 Instansi Visi Misi Kesatu
: Kementerian Keuangan : Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi : Mengembangkan kebijakan fiskal yang sehat, berkelanjutan, hati-hati (prudent) , dan bertanggung jawab Formulir : RKT Sasaran
1.
Kegiatan
Indikator
Rencana tingkat capaian (target)
Program
Uraian
(1)
(2)
(3)
(4)
Terlaksananya fungsi penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
1.1.
Terwujudnya pengelolaan anggaran negara yang tepat waktu, transparan dan akuntabel a. Tersusunnya draft NK, RAPBN dan RUU APBN (APBN-P) dengan besaran yang akurat dan tepat waktu
100,00 Persen
100,00 Persen
1.1.1. Pengelolaan Anggaran Negara
Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Ket
Uraian
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Dana
Rp/juta
5.192.531,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 0,00
Dokumen
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
79,00 0,00
Dokumen
1,00
Persen
92,00
Orang Rp/juta
79,00 0,00
Berkas Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen Dokumen
1,00 1,00 1,00 1,00 1,00 1,00
1.1.1.1. Penyusunan Rancangan APBN a. Menyusun resource envelope pagu indikatif 2011 untuk Kementerian/ Lembaga
Outputs Resource envelope pagu indikatif 2011 Outcomes : Digunakannya resource envelope pagu indikatif 2011 sebagai bahan penyusunan dan penelaahan RKA-KL
b. Melakukan penyusunan Exercise Proyeksi Realisasi APBN 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs Exercise Proyeksi Realisasi APBN 2010 Outcomes : Akuratnya exercise I-Account (Perbandingan dengan hasil RAPIM Kemenkeu)
c. Menyusun NK dan RAPBN beserta RUU-nya, RAPBN-P dan Laporan tentang Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis Semester II
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : a. Jadwal Siklus b. RAPBN 2011 c. RAPBN-P 2010 d. RUU APBN dan APBN-P e. Laporan Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis Semester II
Dana di gabung
1
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
19,00 0,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
79,00 0,00
Berkas
1,00
Berkas
3,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
79,00 0,00
Outputs : Bahan Pidato dan Lampirannya
Berkas
1,00
Outcomes : Tersusunnya NK dan RAPBN beserta RUU-nya dan RAPBN-P dan Laporan Pemerintah tentang Pelaksanaan APBN Semester I dan Prognosis Semester II tepat waktu sesuai jadwal siklus penyusunan APBN
d. Menyusun bahan masukan RKP tahun 2011 di bidang ekonomi makro
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Konsep bahan masukan RKP Tahun 2011 bidang Ekonomi Makro Outcomes : Digunakannya konsep bahan masukan RKP tahun 2011 di bidang ekonomi makro sebagai bahan pembahasan RKP tahun 2011
e. M Menyiapkan i k jjawaban b Pemerintah atas pertanyaan DPR-RI
IInputs: t a. SDM b. Dana Outputs : a. Jawaban Pemerintah atas pertanyaan BA DPR-RI berkaitan dengan Pelaksanaan APBN 2010 Semester I dan Prognosis Semester II b. Jawaban Pemerintah atas pertanyaan BA, Komisi XI, dan fraksi-fraksi DPR RI berkaitan dgn RAPBN 2011 c. Jawaban Pemerintah tentang kinerja penganggaran Kementerian Keuangan d. Jawaban Pemerintah kepada DPR tentang RAPBN-P 2010 Outcomes : Disampaikannya jawaban pemerintah atas pertanyaan DPR-RI
f. Menyiapkan bahan Pidato Presiden Pengantar NK dan RAPBN 2011
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(9)
2
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
20,00 641.274,00
Buku
9,00
Persen
100,00
Dana
Rp/juta
7.072.698,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
368,00 0,00
Outputs O t t : a. Himpunan RKA-KL b. Lampiran Perpres tentang APBN/ABPP
Buku Dokumen
1,00 1,00
Outcomes : Kesesuaian alokasi dalam SAPSK dengan Standar Biaya
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
368,00 0,00
Outputs : a. SEB Pagu Indikatif b. SE tentang Pagu Sementara c. SE Tentang Pagu Definitif
Berkas Berkas Berkas
1,00 1,00 1,00
Outcomes : Kesesuaian SAPSK dengan RKP
Persen
90,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
368,00 0,00
Frekuensi
-
Persen
100,00
Outcomes : Disampaikannya bahan pidato Presiden pengantar NK dan RAPBN 2011
g. Perumusan NK dan RAPBN 2011 beserta RUU APBN 2011 serta NK dan RAPBN-P 2010 beserta RUU APBN-P 2010
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Buku Nk dan RAPBN 2011, NK dan RAPBN-P 2010 beserta RUUnya Outcomes : Tersusunnya Buku Nk dan RAPBN 2011, NK dan RAPBN-P 2010 beserta RUUnya tepat waktu
b. Pengalokasian belanja pemerintah pusat yang tepat waktu dan efisien
100,00 Persen
1.1.1.2. Pengelolaan Anggaran Belanja Pemerintah Pusat a. Penelaahan RKA-KL
b. Penyusunan Penetapan Rincian Pagu Anggaran KL
c. Bimbingan Teknis Penganggaran
Outputs : Bimbingan Teknis Outcomes : Penyelesaian SAPSK tepat waktu
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(9)
Dana di gabung
3
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) d. Melakukan Revisi RKA-KL
(6)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
368,00 0,00
-
PM
Outcomes : Penyelesaian Revisi SAPSK tepat waktu
Persen
100,00
Dana
Rp/juta
3.700.500,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
65,00 1.657,96
Dokumen
2,00
Persen
100,00
Dana
Rp/juta
7.877.585,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
17,00 0,00
Rp/triliun
120,53
Persen
95,00
Orang Rp/juta
8,00 0,00
Rp/triliun
6,84
Persen
95,00
Orang Rp/juta
9,00 0,00
Inputs: a. SDM b. Dana
(9)
Outputs : Hasil Revisi SAPSK
c. Laporan keuangan belanja subsidi dan belanja lain-lain yang lengkap dan tepat waktu
100,00 Persen
1.1.1.3. Penyusunan dan Penyampaian Laporan Keuangan Belanja Subsidi dan Belanja Lain-lain (BSBL) a. Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan BSBL
Outputs : Laporan Keuangan BSBL Outcomes : Tersusunnya laporan keuangan belanja subsidi dan belanja lain-lain yang lengkap dan tepat waktu
d. Tercapainya target jumlah PNBP
100,00 Persen
1.1.1.4. Pengelolaan PNBP dan Subsidi a. Mengintensifkan pencapaian target PNBP SDA Migas
Outputs : PNBP SDA Migas Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
b. Mengintensifkan pencapaian target PNBP lainnya dari sektor Migas
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PNBP lainnya sektor Migas Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
c. Mengintensifkan penerimaan perpajakan Migas (PPh Migas)
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs : a. SDM b. Dana
Dana di gabung
4
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : Penerimaan PPh Migas Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
d. Melakukan rekonsiliasi dan monitoring penerimaan bagian pemerintah atas laba BUMN dan monitoring penerimaan Laba BUMN
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Penerimaan dari bagian Pemerintah atas Laba BUMN Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
e. Melakukan koordinasi optimalisasi penerimaan laba BUMN
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Penerimaan dari bagian Pemerintah atas Laba BUMN Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
f. Melakukan pemantauan PNBP dari kegiatan usaha hilir migas
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PNBP dari usaha hilir migas Outcomes : Tercapainya target penerimaan SDA Migas dan Laba BUMN dalam APBN/APBN-P
g. Pembinaan/ Pemantauan PNBP dari usaha Panas Bumi
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Pembayaran setoran bagian pemerintah oleh pengusaha panas bumi b. Pembayaran PBB panas bumi c. Pembayaran kembali PPN kepada pengusaha panas bumi
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Rp/triliun
47,02
Persen
95,00
Orang Rp/juta
12,00 0,00
Rp/triliun
24,00
Persen
95,00
Orang Rp/juta
12,00 0,00
Rp/triliun
24,00
Persen
95,00
Orang Rp/juta
6,00 0,00
Rp/milyar
433,30
Persen
95,00
Orang Rp/juta
7,00 0,00
Rp/milyar
624,25
Rp/milyar Rp/milyar
197,54 182,29
(9)
5
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Rp/milyar
244,42
Persen
100,00
Orang Rp/juta
51,00 0,00
Dokumen
1,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
6,00 0,00
Outputs : RPP
Dokumen
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
12,00 0,00
Dokumen
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
41,00 0,00
Dokumen
2,00
Dokumen
2,00
d. Pemindahbukuan PNBP pertambangan panas bumi ke rekening BUN Outcomes : Tercapainya target PNBP dari usaha Panas Bumi
h. Kajian dan penyempurnaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Naskah Akademik Outcomes : Terlaksananya penyempurnaan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang PNBP
i.
Menyusun peraturan di bidang hilir migas
Outcomes : Diterbitkannya PP tentang PNBP di bidang Hilir Migas
j.
Melakukan evaluasi dan penyempurnaan peraturan tentang PNBP dari Laba BUMN
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PMK tentang PNBP dari Laba BUMN Outcome Tersedianya Peraturan tentang PNBP dari laba BUMN yang telah disempurnakan
e. Tersusunnya target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN dan atau APBN-P
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
100,00 Persen
k. Penyusunan usulan target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN 2011 dan atau APBN-P 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Usulan target dan pagu penggunaan PNBP KL dan BPH Migas untuk APBN TA. 2011 b. Usulan target dan pagu penggunaan PNBP KL dan BPH Migas untuk APBN-P TA. 2010
(9)
6
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Tersusunnya target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN dan atau APBN-P
l.
Penyusunan KMK /Revisi KMK/Surat Menkeu tentang persetujuan penggunaan sebagian dana PNBP yang berasal dari PNBP pada K/L
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : KMK/Surat Menteri Keuangan Outcomes : Tersusunnya target dan pagu penggunaan PNBP untuk APBN dan atau APBN-P
f. Penyelesaian RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP tepat waktu
80,00 Persen
m. Penyusunan RPP tentang Jenis dan Tarif atas jenis PNBP atau revisi yang berlaku pada K/L
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Draft RPP tentang Jenis dan Tarif atas PNBP atau revisi yang berlaku pada K/L Outcomes : Penyelesaian RPP tentang Jenis dan Tarif PNBP tepat waktu
g. Terlaksananya pembayaran subsidi energi yang tepat waktu dan jumlah
100,00 Persen
n. Penghitungan dan pemrosesan pembayaran subsidi listrik TA 2010 dan kekurangan TA 2009 (hasil audit BPK)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Pembayaran sementara subsidi listrik TA. 2010 b. Pembayaran final hasil audit subsidi listrik TA. 2009 Outcomes : Terlaksananya pembayaran subsidi energi yang tepat waktu dan jumlah
h. Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan penerapan MTEF
100,00 Persen
1.1.1.5. Pengembangan Sistem Penganggaran a. Melaksanakan evaluasi dan harmonisasi kebijakan penganggaran
Inputs : a. SDM b. Dana
Outputs : a. Draft PP revisi PP 21 b. Pagu belanja pegawai
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
35,00 0,00
Buah
11,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
35,00 0,00
Buah
9,00
Persen
80,00
Orang Rp/juta
8,00 0,00
Rp/triliun
35,30
Rp/triliun
2,50
Persen
100,00
Orang Rp/juta
12,00 3.391,57
Dokumen Laporan
100,00 100,00
(9)
7
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Tersedianya PP tentang Revisi PP Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan RKA-KL
b. Kajian tentang sistem Penganggaran
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. PMK tentang Revisi RABPP dan DIPA TA. 2010 b. Percepatan penerapan penganggaran berbasis kinerja c. Penyempurnaan Sistem Penganggaran Belanja Barang dan Modal Tahun 2010 d. Penyusunan Penyempurnaan PMK tentang RKA-KL Tahun 2011 Outcomes : Tersedianya norma penganggaran berbasis kinerja dan penerapan MTEF yang kredibel dan tepat waktu untuk 6 K/L yang menjadi pilot project j t
c. Menyusun Standar Biaya Tahun 2011
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. PMK tentang SBU b. PMK tentang SBK Outcomes : Penyelesaian Standar Biaya tepat
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
13,00 2.342,77
Dokumen
1,00
Laporan
1,00
Dokumen
1,00
Dokumen
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
16,00 1.714,00
Dokumen Dokumen
1,00 1,00
Persen
100,00
(9)
8
(1) 2.
Peningkatan penerimaan pajak negara yang optimal
2.1.
(2)
(3)
Persentase realisasi penerimaan pajak terhadap target penerimaan pajak
100,00 Persen
(4) 2.1.1. Peningkatan dan Pengamanan Penerimaan Pajak
(5) 2.1.1.1.
Perumusan kebijakan, standarisasi dan bimbingan teknis, evaluasi dan pelaksanaan di bidang analisis dan evaluasi penerimaan perpajakan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Kajian implikasi kepada APBN serta manfaat dan biaya untuk ditampung dalam APBN-P 2010 b. Kajian manfaat dan biaya pemberian insentif terhadap perekonomian dan implikasi insentif terhadap APBN. c. Kajian tentang pengampunan pajak dengan terlebih dulu melakukan evaluasi pelaksanaan Sunset Policy d. Kajian manfaat biaya Penghapusan PPN untuk industri media dan implikasinya pada APBN. Outcomes : a. Persentase pertumbuhan realisasi penerimaan pajak (non PPh Migas) keterangan: realisasi penerimaan pajak (non PPh Migas) tahun 2009 tercapai sebesar Rp 515,726.70 miliar, sedangkan target penerimaan pajak (non PPh Migas) tahun 2010 direncanakan sebesar Rp 611,221.96 miliar) b. Persentase realisasi penerimaan pajak c. Persentase realisasi penerimaan pajak terhadap PDB
2.1.1.2.
Pembinaan penyelenggaraan perpajakan dan penyelesaian keberatan di bidang perpajakan di daerah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Kajian mapping dan benchmarking di daerah b. Kajian profile high rise building di daerah c. Kajian peningkatan efektivitas manajemen penyelesaian keberatan dan banding (Psl. 15, 16, 20, 25, 36 UU KUP) Outcomes : a. Persentase realisasi penerimaan pajak b. Persentase realisasi pelayanan tepat waktu
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
54,00 2.005,81
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Persen
18,47
Persen
100,00
Persen
11,00
Orang Rp/juta
29.871,00 1.114.922,17
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Persen
100,00
Persen
95,00
(9)
9
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) c. Persentase jumlah WP OP terhadap jumlah KK d. Persentase pencairan piutang pajak e. Persentase realisasi penyelesaian pemeriksaan f. Persentase penyampaian SPT Tahunan PPh g. Persentase realisasi sosialisasi h. Persentase pembuatan mapping i. Persentase pembuatan profil Wajib Pajak j. Persentase pembuatan benchmark per sektor/ sub sektor k. Persentase hasil penyidikan yang diserahkan ke Kejaksaan
2.1.1.3.
Peningkatan pelaksanaan ekstensifikasi perpajakan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. WP OP yang terekstensifikasi melalui pemberi kerja atau Bendahara, kegiatan pendataan dan asosiasi profesi b. Aplikasi SISMIOP untuk sektor perhutanan Outcomes : Persentase jumlah WP OP terhadap jumlah Kepala Keluarga
2.1.1.4.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Perumusan kebijakan di bidang PPN, PBB, BPHTB, KUP, PPSP, Bea Materai, PPh dan perjanjian kerjasama perpajakan internasional
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Peraturan pelaksanaan UU PPN, yang telah menampung perihal restitusi dan Pajak Masukan b. Peraturan pelaksanaan UU PPN c. Peraturan pelaksanaan yang mengatur Pembebasan PPN bahan baku perak sesuai dengan UU PPN d. Ketentuan pelaksanaan tentang pengembalian PPN kepada wisatawan. e. PMK pemberian PDRI untuk eksplorasi migas dan panas bumi, dalam UU APBN f. PP cost recovery
(7)
(8)
Persen
26,00
Persen
20,00
Persen
75,00
Persen
50,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
30,00
Orang Rp/juta
90,00 3.351,49
WP OP
1.400.000,00
Buah
1,00
Persen
26,00
Orang Rp/juta
138,00 5.143,26
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
(9)
10
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) g. Peraturan Pelaksanaan mengenai Insentif potongan PPh 5% bagi perusahaan yang melakukan R&D Outcomes : a. Persentase penyelesaian usulan pembuatan dan penyempurnaan PP dan PMK b. Persentase penyelesaian pembuatan dan penyempurnaan Per Dirjen
2.1.1.5.
Peningkatan efektivitas pemeriksaan, dan optimalisasi pelaksanaan penagihan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Data piutang pajak yang telah dibenahi dan mutakhir b. Aturan pelaksanaan penanganan transaksi berindikasi transfer pricing c. Metode analisis risiko transfer pricing sebagai dasar pemeriksaan khusus d Sistem d. Si t aplikasi lik i pendukung d k administrasi penagihan (SiMIAP) Outcomes : a. Persentase realisasi penyelesaian pemeriksaan b. Efisiensi pemeriksaan c. Persentase pencairan piutang pajak
2.1.1.6.
Peningkatan kegiatan intelijen dan efektivitas penyidikan perpajakan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Perjanjian kerjasama dengan instansi lain dalam rangka optimalisasi pelaksanaan intelijen Outcomes : a. Persentase hasil penyidikan yang diserahkan ke Kejaksaan b. Persentase Wajib Pajak yang menggunakan Pasal 44 B UU No. 28/2007 tentang KUP
2.2.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Persentase realisasi waktu pelayanan terhadap janji waktu pelayanan (Quick-Win )
100,00 Persen
2.2.1.7.
Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya DJP
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Buah
1,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
93,00 3.457,62
Buah
1,00
Buah
1,00
Buah
1,00
B h Buah
1 00 1,00
Persen
75,00
Rasio Persen
1 : 10,61 20,00
Orang Rp/juta
124,00 4.631,24
Buah
1,00
Persen
30,00
Persen
5,00
Orang Rp/juta
1.532,00 57.165,26
(9)
11
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : a. Kajian pembentukan atase keuangan di pusat-pusat keuangan dunia b. Diklat Program Percepatan Akuntabilitas Keuangan Pemerintah (PPAKP) c. Pendampingan penyelenggaraan SAI pada penyusunan laporan keuangan dari tingkat satuan kerja hingga tingkat kementerian Outcomes : a. Indeks Kepuasan Unit b. Persentase penyelesaian penyempurnaan organisasi c. Persentase penyerapan DIPA (Daftar Isian Penggunaan Anggaran) d. Persentase jam pelatihan pegawai terhadap jam kerja e. Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berat atau sedang
2.2.1.8.
Peningkatan pelayanan di bidang penyelesaian keberatan dan banding
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Kajian peningkatan efektivitas manajemen penyelesaian keberatan dan banding di tingkat DJP (Psl. 15, 16, 20, 25, 36 UU KUP) Outcomes : a. Persentase realisasi rata-rata waktu pelayanan terhadap Janji Waktu Pelayanan Pasal 16 UU KUP b. Persentase realisasi rata-rata waktu pelayanan terhadap Janji Waktu Pelayanan Pasal 36 UU KUP c. Persentase realisasi rata-rata waktu pelayanan terhadap Janji Waktu Pelayanan Pasal 20 UU BPHTB d. Persentase realisasi rata-rata waktu pelayanan terhadap Janji Waktu Pelayanan Keberatan Pasal 25 UU KUP, Pasal 15 UU PBB, Pasal 16 UU BPHTB
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Buah
1,00
Frekuensi
1,00
Frekuensi
1,00
Indeks Persen
75,00 100,00
Persen
85,00
Persen
3,00
Persen Orang
0,30 98,00
Orang Rp/juta
92,00 3.441,59
Buah
1,00
Persen
95,00
Persen
95,00
Persen
95,00
Persen
95,00
(9)
12
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 2.2.1.9.
Peningkatan kualitas pelayanan serta efektivitas penyuluhan dan kehumasan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. WP komplain yang terlayani oleh complain center b. Sosialisasi perpajakan c. SIPP yang terintegrasi dengan CRM Call Center d. Diklat operasional Call Center e. CRM Call Center yang terkustomasi dan terintegrasi Outcomes : a. Indeks tingkat kepercayaan masyarakat dari hasil survei b. Indeks persepsi korupsi untuk DJP dari lembaga survei independen c. Persentase jumlah Wajib Pajak yang komplain d. Indeks kepuasan WP atas pelayanan perpajakan dari hasil survei : - KPP WP Besar - KPP Madya - KPP Pratama P t e. Persentase realisasi pelayanan tepat waktu f. Indeks kepuasan masyarakat atas sosialisasi perpajakan dan kegiatan kehumasan g. Persentase realisasi sosialisasi
2.2.1.10. Pembinaan, pemantauan dan dukungan teknis di bidang teknologi, komunikasi dan Informasi perpajakan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Microsoft Data Center KPDJP yang terpelihara b. Sistem monitoring pembayaran pajak yang terpelihara c. Fire estinguisher data center (inergen system ) yang terpelihara d. Perangkat SUN Microsystem dan HDS yang terpelihara e. Sistem infrastruktur data center yang terelokasi dan termigrasi Outcomes : Indeks kepuasan pengguna TIK
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
80,00 63.485,37
WP
30.000,00
Sosialisasi Buah
(9)
400,00 1,00
Frekuensi Buah
5,00 1,00
Poin
77,00
Poin
3,10
Persen
0,21
Poin Poin P i Poin Persen
78,00 75,00 70 00 70,00 95,00
Poin
70,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
134,00 115.218,52
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Indeks
70,00
13
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 2.2.1.11. Peningkatan, pembinaan dan pengawasan SDM, dan pengembangan organisasi
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan pemetaan SDM melalui program Assesment Center Outcomes : a. Persentase kesesuaian kompetensi pegawai terhadap kompetensi jabatan (eselon IV lingkup DJP) b. Persentase pelaksanaan pengujian kepatuhan terhadap rencana c. Persentase penyelesaian penyempurnaan organisasi d. Jumlah pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin berat atau sedang
2.2.1.12. Perencanaan, pengembangan, dan evaluasi di bidang teknologi,komunikasi dan i f informasi i
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs O t t : Modul pelayanan e-filing Outcomes : Persentase penyelesaian pembangunan dan pengembangan modul sistem informasi yang dapat dikaitkan dengan rencana strategis DJP
2.2.1.13. Pelaksanaan reformasi proses bisnis
Inputs : a. SDM b. Dana
Outputs : a. Modul penatausahaan piutang perpajakan b. Kajian unit Data Processing Center di luar wilayah DKI Jakarta c. Otomasi perpajakan inti (core tax ) sebagai pelaksanaan program PINTAR d. Otomasi pengawasan internal (internal audit) sebagai pelaksanaan program PINTAR e. Otomasi pemeriksaan dan penagihan pajak sebagai pelaksanaan program PINTAR
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
74,00 2.759,18
Buah
1,00
Persen
67,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen Orang
0,30 98,00
Orang Rp/juta
60,00 114.147,11
Buah
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta Rp/juta Rp/juta
49,00 241.371,32 23.453,20 217.918,12
Buah
1,00
Buah
1,00
Paket
1,00
Paket
1,00
Paket
1,00
(9)
RM PHLN
14
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Persentase penyelesaian SOP terhadap SOP yang harus diperbaharui/ dibuat
2.2.1.14. Pengelolaan data dan dokumen perpajakan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. SPT diterima PPDDP yang selesai dipindai b. Berkas sampling untuk meningkatkan quality assurance Outcomes : Persentase penyelesaian pemindaian berkas SPT
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
48,00 1.781,85
SPT
1.044.504,00
SPT
308.425,00
Persen
71,00
(9)
15
(1) 3.
a. Terciptanya administrator kepabeanan dan cukai yang memberikan fasilitasi kepada industri, perdagangan, dan masyarakat serta optimalisasi penerimaan
3.1.
(2)
(3)
Jumlah penerimaan bea dan cukai (Target APBN 2010)
81.492,67 Rp/milyar 100 Persen
(4) 3.1.1. Pengawasan, Pelayanan, dan Penerimaan di Bidang Kepabeanan dan Cukai
(5) 3.1.1.1.
Perumusan kebijakan dan peningkatan pengelolaan penerimaan bea dan cukai a. Mengoptimalkan penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai
(7)
(8)
(9)
Dana
Rp/juta
5.684,064
Dit. PPKC
Inputs : SDM
Orang
10.469
Rp/milyar Rp/milyar Rp/milyar
16.569,86 7.633,64 57.289,64
Rp/milyar Persen
81.492,67 100
Orang
6
Sistem
1
Persen
100
Orang
3
Berkas
4
Persen
100
Orang
3
Berkas
2
Persen
100
Outputs : a. Penerimaan bea masuk b. Penerimaan bea keluar c. Penerimaan cukai Outcomes : Tercapainya target penerimaan negara bea masuk, bea keluar, dan cukai
b. Terwujudnya profesionalisme SDM kepabeanan dan cukai c. Terwujudnya pelayanan yang efisien dan pengawasan yang efektif
(6)
b. Menyempurnakan sistem administrasi penerimaan bea masuk dan cukai
Inputs : SDM Outputs : Sistem administrasi penerimaan bea masuk dan cukai yang telah disempurnakan Outcomes : Terlaksananya penyempurnaan sistem administrasi penerimaan bea masuk dan cukai
c. Melaksanakan inventarisasi, evaluasi dan analisa potensi penerimaan tiap Kanwil
Inputs : SDM Outputs : Perencanaan penerimaan per bulan (cash forecasting ) Outcomes : Terlaksananya inventarisasi, evaluasi dan analisa potensi penerimaan tiap Kanwil
d. Melaksanakan koordinasi dengan Badan Kebijakan Fiskal dalam penetapan target DJBC secara nasional
Inputs : SDM Outputs : Usulan target bea masuk, cukai, dan bea keluar Outcomes : Terlaksananya koordinasi dengan Badan Kebijakan Fiskal dalam penetapan target DJBC secara nasional
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
16
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) e. Menghitung pengaruh indikator ekonomi terhadap potensi penerimaan bea masuk, bea keluar, dan cukai
(6)
(7)
(8)
Orang
3
Berkas
2
Persen
100
Orang
3
Berkas
2
Persen
100
Orang
3
Berkas
24
Berkas
2
Persen
100
Inputs : SDM
Orang
3
Outputs : Usulan APBN Perubahan
Berkas
1
Persen
100
Tim
1
Inputs : SDM Outputs : Laporan analisa pengaruh indikator ekonomi terhadap potensi penerimaan Outcomes : Diketahuinya pengaruh indikator ekonomi terhadap potensi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai dan PNBP
f. Menjabarkan target nasional untuk tiap Kantor Wilayah (Kanwil), Kantor Pelayanan Utama (KPU) dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC)
g. Melaksanakan evaluasi realisasi penerimaan terhadap target
Inputs : SDM Outputs : Alokasi penjabaran target untuk tiap Kanwil, KPU dan KPPBC Outcomes : Terjabarkannya target nasional untuk tiap Kanwil, KPU dan KPPBC
Inputs : SDM Outputs : a. Laporan pencapaian target bea masuk, cukai dan PNBP (Laporan 15 harian) Laporan evaluasi b. Laporan evaluasi realisasi penerimaan terhadap target Outcomes : Terlaksananya evaluasi realisasi penerimaan terhadap target
h. Mengevaluasi target bea masuk, cukai dan PNBP sesuai APBN
Outcomes : Terevaluasinya target bea masuk, cukai dan PNBP sesuai APBN
3.2.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
PMK mengenai jam kerja DJBC 24 jam sehari dan 7 hari seminggu
i.
Menyelesaikan rancangan PMK mengenai jam kerja
Inputs : SDM
(9)
Dit. PPKC
17
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) DJBC 24 jam sehari dan 7 hari seminggu di empat Pelabuhan Utama (Tanjung Priok, Tanjung Perak, Belawan dan Makassar)
3.3.
Persentase realisasi dari janji pelayanan Quick Win ke pihak eksternal
80 Persen
3.3.1.2.
Pembinaan Penyelenggaraan Kepabeanan dan Cukai di Daerah a. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan impor untuk Jalur Prioritas
b. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan impor untuk Jalur Hijau
c. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan impor untuk Jalur Merah (periksa fisik dan dokumen)
d. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan keberatan di bidang Kepabeanan dan Cukai
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(6)
(7)
(8)
Berkas
1
Persen
100
Dana
Rp/juta
97.472,076
Inputs : SDM
Outputs : Rancangan PMK mengenai mengenai jam kerja DJBC 24 jam sehari dan 7 hari seminggu di empat Pelabuhan Utama Outcomes : Terbitnya PMK mengenai mengenai jam kerja DJBC 24 jam sehari dan 7 hari seminggu di empat Pelabuhan Utama
Orang
2
Outputs : Data waktu pelayanan impor jalur prioritas
File
12
Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan impor jalur prioritas
Persen
100
Orang
2
File
12
Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan impor jalur hijau
Persen
100
Inputs : SDM
Orang
2
Outputs : Data waktu pelayanan impor jalur merah
File
12
Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan impor jalur merah
Persen
100
Orang
2
File
12
Inputs : SDM Outputs : Data waktu pelayanan impor jalur hijau
Inputs : SDM Outputs : Data waktu pelayanan keberatan dari bidang Kepabeanan dan Cukai
(9)
KPU
18
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100
Orang
2
File
12
Persen
100
Orang
5
File
12
Persen
100
Orang
12
File
48
Persen
100
Inputs : a. SDM (PPNS) b. Dana
Orang Rp/juta
10 80.105,639
Outputs : a. P 21 Kasus Cukai b. P 21 Kasus Kepabeanan
Berkas Berkas
6 6
Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan keberatan di bidang Kepabenanan dan Cukai
e. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan pengembalian/restitusi Bea Masuk dan Cukai
Inputs : SDM Outputs : Data waktu pelayanan pengembalian/restitusi Bea Masuk dan Cukai Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan pengembalian/restitusi Bea Masuk dan Cukai
f. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan Rush Handling
Inputs : SDM Outputs : Data waktu pelayanan Rush Handling Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan Rush Handling
g. Melaksanakan pengumpulan data waktu pelayanan PIBTPJPT
Inputs : SDM Outputs : Data waktu pelayanan PIBT-PJPT Outcomes : Tersedianya data siap olah waktu pelayanan PIBT-PJPT
3.4.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Persentase tindak pidana di kepabeanan dan cukai yang diserahkan ke Kejaksaan
3.4.1.3.
Pelaksanaan Pengawasan dan Penindakan atas Pelanggaran Peraturan Perundangan, Intelijen dan Penyidikan Tindak Pidana Kepabeanan dan Cukai a. Melaksanakan penyidikan
(9)
KPPBC Madya Soekarno Hatta
Dit. Penindakan dan Penyidikan
19
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
c. Serah Terima Tersangka dan BB Outcomes : Optimalisasi dan efektivitas penyidikan di KP DJBC
3.5.
Persentase penerapan aplikasi sistem komputer pelayanan (SKP) kepabeanan yang terintegrasi dengan portal INSW
100 Persen
3.5.1.4.
Perumusan Kebijakan dan Pengembangan Teknologi Informasi Kepabeanan dan Cukai
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Aplikasi sistem kepabeanan yang terintegrasi dengan portal Indonesian National Single Window (INSW) Outcomes : Terselesaikannya aplikasi sistem kepabeanan yang terintegrasi dengan portal Indonesian National Single Window (INSW)
3.6.
3.7
Persentase penyelesaian rancangan PMK dan aturan pelaksanaan lainnya terkait sistem pelayanan kepabeanan yang mendukung sistem logistik nasional (Customs Advanced Trade System )
75 Persen
Persentase penyelesaian rancangan peraturan terkait sistem pelayanan kepabeanan dan cukai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
70 Persen
3.6.1.5.
Perumusan Kebijakan dan Bimbingan Teknis Fasilitas Kepabeanan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Rancangan PMK dan aturan pelaksanaan lainnya terkait sistem pelayanan kepabeanan yang mendukung sistem logistik nasional (Customs Advanced Trade System ) b. Rancangan peraturan terkait sistem pelayanan kepabeanan dan cukai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Outcomes : a. Terbitnya PMK dan aturan pelaksanaan lainnya terkait sistem pelayanan kepabeanan yang mendukung sistem logistik nasional (Customs Advanced Trade System ) b. Terbitnya peraturan terkait sistem pelayanan kepabeanan dan cukai di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(8)
(9)
12
Persen
100
Tim Rp/juta
1 135.871,186
Aplikasi
1
Persen
100
Tim Rp/Juta
2 77.148.065
Berkas
1
Berkas
1
Persen
75
Persen
70
Dit. IKC
Dit. Fasilitas
20
(1) 4.
Meningkatkan pengelolaan perbendaharaan negara secara profesional, transparan, dan akuntabel sesuai dengan ketentuan
(2) 4.1. Persentase ketepatan penyerapan DIPA
(3)
(4)
90,00 Persen
4.1.1. Pengelolaan Perbendaharaan Negara
(5) 4.1.1.1.
Pembinaan pelaksanaan anggaran dan pengesahan dokumen pelaksanaan anggaran
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan sosialisasi dan bimtek penyusunan rencana penarikan dana b. Laporan monitoring dan evaluasi penyerapan pagu Outcomes : Dapat diketahui kemajuan pelaksanaan pekerjaan, sebagai perkiraan kebutuhan belanja
4.2. Jumlah penerimaan renumerasi atas penyimpanan, penempatan dan investasi jangka pendek (idle cash KUN)
3,00 Rp/triliun
4.3. Persentase tingkat akurasi perencanaan penerimaan kas
85,00 Persen
g akurasi 4.4. Persentase tingkat perencanaan pengeluaran kas
85,00 , Persen
4.5. Ketepatan penyediaan dana untuk membiayai pengeluaran negara
90,00 Persen
4.6. Penerbitan Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan tentang Pelayanan Bank Persepsi
100,00 Persen
4.2.1.2.
Peningkatan pengelolaan kas negara
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Dokumen kebijakan dalam optimalisasi idle cash pada rekening bendahara b. Dokumen kebijakan dalam intensifikasi dan diversifikasi optimalisasi kas pemerintah c. Laporan sosialisasi kebijakan dalam optimalisasi idle cash pada rekening bendahara d. Laporan sosialisasi perencanaan kas e. Laporan monitoring dan evaluasi data realisasi TSA pengeluaran f. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Outcomes : a. Optimalisasi Idle Cash Pemerintah dan menutup cost of fund pemerintah dalam pembiayaan defisit APBN b. Memperkirakan arus kas masuk yang dapat dipergunakan untuk menutup arus kas keluar c. Memperkirakan arus kas keluar yang harus ditutup dengan arus kas masuk. d. Mengukur kinerja pengelolaan kas terkait pelayanan dalam penyaluran dana APBN e. Tersedianya pelayanan Bank Persepsi dalam rangka pelayanan pelabuhan utama 24 jam perhari dan 7 hari per minggu
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
120,00 13337,79
Laporan
9,00
Laporan
4,00
Persen
90,00
Orang Rp/juta
100,00 15000,00
Dokumen
4,00
Dokumen
4,00
Laporan
4,00
Laporan
4,00
Laporan
4,00
Peraturan
1,00
Rp/triliun
3,00
Persen
85,00
Persen
85,00
Persen
90,00
Persen
100,00
(9)
21
(1)
(2)
(3)
4.7. Jumlah penerimaan bunga dan biaya lainnya dari penerusan pinjaman secara optimal
1,674 Rp/triliun
4.8. Pemenuhan target penerimaan pembiayaan dari pelunasan piutang penerusan pinjaman
5,504 Rp/triliun
4.9. Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tentang fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
(4)
(5) 4.7.1.3.
Manajemen investasi dan penerusan pinjaman
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan pengelolaan penerimaan pembiayaan dan PNBP Penerusan Pinjaman b. Peraturan Menteri Keuangan tentang fasilitas Penjaminan Kredit Usaha Rakyat
100,00 Persen
Outcomes : a. Mengoptimalkan penerimaan APBN atas bunga penerusan pinjaman sehingga mampu mendukung pengelolaan keuangan negara yang berkelanjutan b. Mengoptimalkan penerimaan APBN hasil penerusan pinjaman sehingga mampu mendukung pengelolaan keuangan negara yang berkelanjutan c. Mendukung pengembangan Kredit Usaha Rakyat kepada Usaha Mikro, Kecil, Menengah dan Koperasi
4.10. Penyelesaian LKPP (unaudited ) secara tepat waktu
3,00
4.11. Penyelesaian RUU PP APBN secara tepat waktu
3,00
4.12. Jumlah LK K/L dan LK-BUN yang andal dan mendapat opini audit yang baik 4.13. Persentase monitoring dan evaluasi rekomendasi BPK atas LKPP yang telah ditindaklanjuti
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
WTP (40) WDP (34)
100,00 Persen
4.10.1.4. Penyelenggaraan pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. LKPP (unaudited ) b. RUU PP APBN c. Laporan penyuluhan SAI d. Laporan monitoring tindak lanjut pemerintah atas temuan BPK Outcomes : a. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas keuangan negara b. Menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara c. Menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara d. Menjamin akuntabilitas dan transparansi pertanggungjawaban keuangan negara
(7)
(8)
Orang Rp/juta
102,00 22.133,39
Laporan
12,00
Peraturan
1,00
Rp/triliun
1,674
Rp/triliun
5,504
Persen
100,00
Orang Rp/juta
113,00 21.758,44
Dokumen Dokumen Laporan Laporan
1,00 1,00 1,00 3,00
Periode Waktu
3,00
Periode Waktu
3,00
WTP WDP
40,00 34,00
Persen
100,00
(9)
22
(1)
(2) 4.14. Indeks Kepuasan stakeholders
(3) 3,14 Indeks
4.15. Rata-rata persentase realisasi janji pelayanan quick win
91,00 Persen
4.16. Efektivitas edukasi dan komunikasi
40,00 Persen
4.17. Persentase Penyerapan DIPA
90,00 Persen
(4)
(5) 4.14.1.5. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya Direktorat Jenderal Perbendaharaan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan hasil survey kepuasan stakeholders b. SP2D c. Laporan bimbingan teknis d. Laporan realisasi APBN Outcomes : a. Mengetahui tingkat kualitas pelayanan yang diberikan Ditjen Perbendaharaan kepada stakeholders b. Meningkatnya pelayanan kepada stakeholders dalam proses pencairan dana melalui KPPN Percontohan sehingga mendukung pelaksanaan belanja negara secara optimal kepada K/L c. Meningkatnya pemahaman/pengetahuan stakeholders terhadap ketentuan dan layanan perbendaharaan b d h d dan menjadi j di umpan balik dalam mengukur tingkat efektivitas pelatihan teknis perbendaharaan d. Terwujudnya optimalisasi dana terhadap capaian kinerja yang telah direncanakan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
293,00 261.964,04
Laporan
2,00
Lembar Laporan Laporan
PM 92,00 4,00
Indeks
3,14
Persen
91,00
Persen
40,00
Persen
90,00
(9)
23
(1) 5.
a. Peningkatan efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
5.1
(2)
(3)
Rasio realisasi dari janji pelayanan pengalokasian dana transfer ke daerah ke pihak eksternal
100,00 Persen
(4) 5.1.1. Peningkatan Pengelolaan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(5) 5.1.1.1.
Perumusan Kebijakan, Bimbingan Teknis, dan Pengelolaan Transfer ke Daerah a. Koordinasi Pengalokasian dan Pengelolaan DAK
(6)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Identifikasi atas permasalahan pelaksanaan DAK tahun berjalan dan solusinya b. Tersusunnya kebijakan pengalokasian DAK 2011 c. Tersedianya data untuk masing- masing kriteria dalam pengalokasian DAK 2011 d. Laporan koordinasi dengan instansi terkait dalam rangka menyiapkan kriteria perhitungan alokasi DAK Tahun 2011 e. Tersusunnya rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan alokasi DAK Tahun 2011 Outcomes : Terwujudnya pemahaman yang utuh terhadap kebijakan dan konsep perhitungan alokasi DAK oleh K/L dan pemda serta terlaksananya pelaksanaan DAK yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
b. Koordinasi Pengelolaan DBH SDA TA 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Bahan rekomendasi perumusan kebijakan dan solusi permalasahan dalam pelaksanaan DBH SDA b. Hasil penghitungan alokasi dan realisasi DBH SDA Outcomes : Terlaksananya penyaluran DBH SDA secara tepat waktu dan tepat jumlah
c. Koordinasi Pengelolaan DBH Pajak dan DBH CHT TA 2010
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Orang Rp/juta
67,00 2.303,80
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
54,00 933,15
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
23,00 374,26
(9)
24
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : Terlaksananya koordinasi dalam pelaksanaan pengalokasian DBH Pajak dan CHT denga unit terkait, sehingg diperoleh hal-hal sebagai berikut: a. Data rencana penerimaan, data prognosa realisasi penerimaan dan data realisasi penerimaan tentang DBH Pajak dan CHT yang diperoleh tepat waktu dan tepat jumlah dari unit terkait b. Peraturan Gubernur dari Provinsi penerima DBH CHT yang diperoleh secara tepat waktu dan tepat jumlah yang digunakan sebagai dasar dalam penyusunan PMK alokasi sementara DBH CHT c. Penyusunan daraft PMK dan penetapan PMK alokasi sementara, PMK alokasi definitif dan PMK alokasi kurang/ lebih bayar yang disusun dan ditetapkan secara tepat waktu dan tepat jumlah melalui Biro Hukum Setjen Kemkeu dan Depkumham d. Data penyaluran PBB sektor pertambangan migas dan panas bumi dari unit terkait e. Laporan penggunaan DBH CHT 2009 dan 2010 yang disampaikan secara patuh oleh provinsi penerima DBH CHT untuk bahan rekomendasi ke Menkeu f. Data realisasi penerimaan DBH Pbb-BPHTB berdasarkan laporan rekonsiliasi dalam rangka penetapan PMK alokasi sesuai realisasi Outcomes : Terlaksananya penyaluran DBH Pajak dan DBH CHT 2010 secara tepat waktu dan tepat jumlah
d. Penyusunan Kebijakan dan Perhitungan DAU 2011
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Identifikasi atas kelemahan formula perhitungan DAU tahun sebelumnya, sekaligus sebagai bahan penyempurnaan terhadap formula DAU ke depan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
43,00 496,42
Berkas
1,00
(9)
25
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
b. Masukan mengenai perlakuan terhadap variabel-variabel, baik kebutuhan fiskal maupun kapasitas fiskal dalam penghitungan alokasi DAU selama ini, yang digunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan c. Draft ketentuan dan peraturan yang terkait dengan pengalokasian DAU kepada daerah
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
63,00 502,49
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
66,00 2.951,47
Outcomes : Terlaksananya koordinasi yang baik agar formula perhitungan DAU yang lebih adil, transparan, dan mengedepankan penerapan konsep formula fiscal gap secara murni
5.1.1.2.
Perumusan Kebijakan DBH Pajak dan DBH CHT TA 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Terumuskannya kebijakan yang terkait dengan : a. Penghitungan alokasi DBH CHT 2010, yang sudah memperhitungkan alokasi untuk daerah penghasil tembakau b. Laporan penggunaan DBH CHT TA 2009 oleh provinsi penerima DBH CHT c. Penetapan PMK alokasi DBH Pajak dan CHT berdasarkan data realisasi penerimaan d. Pelaksanaan penyaluran biaya pemungutan PBB bagian daerah yang dilaksanakan secara otomatis melalui Bank Operasional III e. Pelaksanaan rekonsiliasi data realisasi penerimaan DBH PBB- BPHTB oleh masing-masing provinsi/kab/kota Outcomes : Tersusunnya kebijakan DBH Pajak dan DBH CHT yang lebih adil, transparan, dan akuntabel
5.2.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Realisasi janji pelayanan evaluasi Raperda PdarD ke pihak eksternal
15,00 hari
5.2.1.3.
Perumusan Kebijakan, Bimbingan Teknis, Monitoring dan Evaluasi di Bidang PdarD a. Tim Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Inputs : a. SDM b. Dana
(9)
26
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : Rekomendasi Pembatalan Perda PdarD Outcomes : Terselenggaranya Evaluasi Perda/ Raperda tentang PdarD yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan
b. Terciptanya tata kelola yang tertib sesuai peraturan perundangundangan, transparan, kredibel. Akuntabel dan profesional dalam pelaksanaan hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah
5.3.
Persentase ketepatan jumlah penyaluran jumlah dana transfer ke daerah
100,00 Persen
5.3.1.4.
Perumusan Kebijakan, Bimbingan Teknis, dan Pengelolaan Transfer ke Daerah a. Penatausahaan Anggaran Transfer ke Daerah th.2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Tersedianya laporan harian dan mingguan secara akurat kepada Dirjen PK b. Tertatanya semua dokumen pelaksanaan transfer ke daerah secara baik Outcomes : Terselenggaranya kegiatan penatausahaan dokumen transfer sesuai standar yang berlaku dan akurat
5.4.
Ketepatan waktu penyelesaian dokumen pelaksanaan penyaluran dana transfer ke daerah
4,00 Hari
5.4.1.5.
Koordinasi Penyelesaian Permasalahan Transfer ke Daerah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Pelaksanaan dan pengelolaan transfer ke daerah Outcomes : a. Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Dana Transfer b. Terciptanya Tata Kelola yang Tertib Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Transparan, adil, proporsional, Kredibel, Akuntabel, dan Profesional dalam Pelaksanaan Transfer ke Daerah
5.5
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Indeks kepuasan Pemda terhadap norma, standar dan pengelolaan transfer ke daerah ke pihak eksternal
3,00
5.5.1.6.
Sosialisasi Kebijakan DAU
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Berkas
545,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
28,00 197,90
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
46,00 1.202,58
Berkas
1,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
20,00 255,33
(9)
27
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : a. Tersosialisaikannya proses penghitungan alokasi DAU dan kebijakan yang digunakan dalam penghitungan alokasi DAU b. Laporan Hasil Sosialisasi Outcomes : Terinformasikannya kebijakan DAU kepada stakeholders secara jelas, tepat, dan terarah shg terdapat persamaan persepsi antara Pemerintah Pusat dan Daerah mengenai penghitungan alokasi DAU
5.5.1.7.
Sosialisasi Kebijakan DAK TA 2011
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Terselenggaranya pelaksanaan sosislisasi kebijakan DAK TA 2011 Outcomes : Terwujudnya kesepahaman antara Pusat dan Daerah mengenai konsep dan tujuan serta proses penghitungan pengalokasian DAK TA 2011
5.5.1.8.
Sosialisasi Pelaksanaan DBH Pajak dan DBH CHT TA 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Terlaksananya sosialisasi kepada daerah Outcomes : Terinformasikannya kebijakan, pelaksanaan, dan perubahan serta penyempurnaan DBH Pajak dan CHT TA 2010 kepada stakeholders secara jelas, tepat, dan terarah
5.6.
Persentase Kepatuhan dan Penegakan Ketentuan/Peraturan
80,00 Persen
5.6.1.9.
Bimtek Mekanisme Transfer DAK
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Terselenggaranya pelaksanaan Bimtek secara tepat waktu
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Frekuensi
2,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
14,00 650,38
Frekuensi
2,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
20,00 272,38
Frekuensi
2,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
66,00 368,79
Lokasi
33,00
(9)
28
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Terwujudnya pemahaman dari pengelola keuangan daerah atas persyaratan dalam penyaluran DAK shg dapat mempercepat penyampaian Laporan pelaksanaan DAK
5.6.1.10. Pemantauan/Konfirmasi Pelaksanaan Transfer ke Daerah Tahun 2010
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Pelaksanaan dan pengelolaan transfer ke daerah Outcomes : a. Peningkatan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Dana Transfer b. Terciptanya Tata Kelola yang Tertib Sesuai Peraturan Perundang-undangan, Transparan, adil, proporsional, Kredibel, Akuntabel, dan Profesional dalam Pelaksanaan Transfer ke Daerah
5.6.1.11. Bimtek dan Identifikasi Permasalahan dalam rangka Penyiapan Bahan DAU
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Masukan dari daerah mengenai perlakuan terhadap variabel kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal dalam penghitungan alokasi DAU yang nanitinya digunakan sebagai bahan evaluasi kebijakan b. Gambaran kondisi di daerah dan kendala yang dihadapi daerah dalam rangka pelaksanaan alokasi DAU, Dana Otsus dan Dana Penyesuaian Outcomes : Terinformasikannya kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Pusat dalam pengalokasian DAU shg terdapat persamaan persepsi mengenai proses penghitungan DAU, Dana Otsus dan Dana Penyesuaian
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
20,00 347,17
Frekuensi
20,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
36,00 210,81
Lokasi
21,00
Lokasi
21,00
Persen
100,00
(9)
29
(1) 6.
(2)
a. Mengoptimalkan pengelolaan Surat Berharga Negara (SBN) maupun pinjaman untuk mengamankan pembiayaan APBN
6.1.
b. Mendukung upaya financial market deepening untuk meningkatkan kapasitas daya serap dan efisiensi pasar keuangan
6.2.
(3)
Pemenuhan target pembiayaan melalui utang a. Pemenuhan target pembiayaan melalui pinjaman program b. Pemenuhan target pembiayaan melalui SUN c. Pemenuhan target pembiayaan melalui SBSN
100,00 Persen 100,00 Persen
Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang a. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan SUN b. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan SBSN c. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang d. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang
100 Persen
(4) 6.1.1. Pengelolaan dan Pembiayaan Utang
(5) 6.1.1.1.
Pengelolaan pinjaman dan hibah
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Perjanjian pinjaman
100,00 Persen 100,00 Persen
b. Amandemen perjanjian pinjaman c. Dokumen untuk pengefektifan perjanjian Outcomes : a. Pemenuhan target pembiayaan melalui pinjaman program b. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan pinjaman
100 Persen 100 Persen
(8)
Orang Rp/juta
60,00 10.218,59
Loan agreement Persen
20,00 100,00
Dokumen
20,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
40,00 9.362,93
(9)
1 set
100 Persen 6.1.1.2. 100 Persen
6.3.
Pembayaran y utang g tepat p waktu, tepat jumlah, dan tepat
100 Persen
6.4.
Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi
100 Persen
6.5.
Partisipasi investor dalam penerbitan SBN a. Partisipasi investor dalam penerbitan SUN b. Partisipasi investor dalam penerbitan SBSN
145,00 Persen 145 Persen 145 Persen
Pengelolaan Surat Utang Negara
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. 1)) SUN dalam mata uang g rupiah melalui metode lelang: a) Obligasi Negara dan Surat Perbendaharaan Negara b) Debtswitch c) Buyback (termasuk tansaksi SUN secara langsung) 2) Obligasi Negara Ritel 3) SUN Valas di pasar perdana internasional b. Bahan publikasi dan informasi Pasar SUN c. Pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi maupun pelaku pasar keuangan: 1) Pelaksanaan fungsi Investor Relation Unit 2) Pelaksanaan kerjasama regional dan internasional secara aktif 3) Pertemuan dengan rating agency 4) Pertemuan dengan Menteri Keuangan dan Gubernur BI d. Pelayanan kepada publik dan investor 1) Sosialisasi dan publikasi SUN
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
Frekuensi
29,00
Frekuensi Rp/triliun
23,00 109,97
Frekuensi Rp/triliun Frekuensi Rp/triliun
6,00 4,00 3,00 3,00
Frekuensi Rp/triliun Frekuensi Rp/triliun Dokumen
1,00 10,00 3,00 37,50 12,00
Frekuensi
30,00
Frekuensi
9,00
Frekuensi
5,00
Frekuensi
1,00
Frekuensi Orang
7,00 1.750,00
30
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) 2) Investor gathering 3) Dealer/analyst meeting 4) Courtesy call dengan investor 5) Siaran pers dan pengumuman hasil transaksi SUN kepada publik 6) Bahan publikasi pengelolaan SUN melalui website e. Pre marketing Obligasi Negara Ritel Outcomes : a. Pemenuhan target pembiayaan melalui SUN b. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan SUN c. Partisipasi investor dalam penerbitan SUN
6.1.1.3.
Pengelolaan pembiayaan syariah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Nominal SBSN b. Jumlah nilai BMN yang akan sebagai underlying asset c. Laporan hasil kajian pengembangan instrumen pembiayaan syariah d. Publikasi SBSN e. Sosialisasi SBSN f. Investor gathering/analyst meeting g. Non-Deal Roadshow h. Pre Marketing SBSN Ritel i. Jumlah investor Sukuk Ritel Outcomes : a. Pemenuhan target pembiayaan melalui SBSN b. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan SBSN c. Partisipasi investor dalam penerbitan SBSN
6.1.1.4.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Pengelolaan strategi dan portofolio utang
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Frekuensi Orang Frekuensi Orang Frekuensi
1,00 300,00 10,00 150,00 24,00
Set
58,00
Set
381,00
Frekuensi Orang
12,00 3.600,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
145,00
Orang Rp/juta
30,00 7.436,17
Rp/triliun Rp/triliun
27,50 30,00
Laporan
1,00
Paket Lokasi Orang Lokasi Orang Lokasi Lokasi Orang
32,00 7,00 600,00 2,00 150,00 1,00 6,00 5.000,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
145,00
Orang Rp/juta
34,00 2.699,65
(9)
439 set
32 set
31
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : a. Dokumen strategi dan kebijakan utang jangka menengah dan jangka panjang b. Dokumen rencana kebutuhan pembiayaan melalui utang dalam rangka APBN c. Dokumen rencana portofolio utang untuk membiayai kebutuhan anggaran tahunan (annual financing plan) d. Laporan hasil monitoring dan analisis kinerja dan risiko e. Dokumen batas maksimum pinjaman f. Laporan hasil monitoring potensi kewajiban kontinjensi Outcomes : a. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang b. Persentase pemenuhan struktur portofolio utang sesuai dengan strategi
6.1.1.5.
Pelaksanaan evaluasi, akuntansi dan setelmen utang
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Nilai efektif penarikan PHLN 1) Pinjaman Program 2) Pinjaman Proyek b. Nilai Pembayaran Utang 1) Cicilan Pokok Utang DN 2) Bunga Utang DN 3) Cicilan Pokok Utang LN 4) Bunga Utang LN c. Laporan utang d. Laporan hasil monitoring dan evaluasi proyek yang dibiayai PHLN Outcomes : a. Ketersediaan informasi dalam rangka transparansi pengelolaan utang b. Opini BPK terhadap laporan keuangan pengelolaan utang c. Pembayaran utang tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Dokumen
1,00
Dokumen
1,00
Dokumen
1,00
Laporan
1,00
Dokumen
1,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
88,00 6.819,05
Rp/triliun Rp/triliun
24,44 24,52
Rp/triliun Rp/triliun Rp/triliun Rp/triliun Laporan Laporan
103,81 74,03 58,84 38,30 44,00 10,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Persen
100,00
(9)
2 set
44 set
32
(1) 7.
Terwujudnya kebijakan fiskal yang sustainable dengan beban resiko fiskal yang terukur dalam rangka stabilisasi dan mendorong pertumbuhan perekonomian
(2) 7.1.
Cadangan anggaran risiko fiskal
(3) 94,00 Persen
(4) 7.1.1. Perumusan Kebijakan Fiskal
(5) 7.1.1.1.
Pengelolaan risiko fiskal dan sektor keuangan a. Perumusan Kerangka Penganggaran, Pencairan, dan Pemantauan Dana Dukungan Pemerintah untuk Proyek Infrastruktur
(6)
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Rumusan kerangka penganggaran, pencairan, dan pemantauan dana dukungan pemerintah untuk proyek infrastruktur Outcomes : Tercapainya koordinasi pembahasan mekanisme penganggaran, pencairan dan pemantauan pelaksanaan pemberian jaminan pemerintah antar unit yang terkait
b. Kajian kondisi sektor keuangan dan dampaknya terhadap risiko fiskal
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Paper dan aplikasi yang menjelaskan kondisi sektor keuangan dan dampaknya terhadap risiko fiskal Outcomes : Tersedianya laporan dan model yang dapat menjelaskan kondisi sektor keuangan dan dampaknya terhadap risiko fiskal
c. Kajian potensi risiko APBN terhadap penyelenggaraan program SJSN, penyertaan modal pemerintah pada BUMN dan PSO pada Pertamina
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Hasil kajian potensi risiko APBN terhadap penyelenggaraan program SJSN, PMN dan PSO Outcomes : Tersedianya laporan dan model analisis yang dapat menjelaskan risiko fiskal APBN terhadap program SJSN, PMN dan PSO
d. Melakukan kajian pengendalian contingent liabilities
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs: a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Orang Rp/ribu
PM 939.405,00
Paper Aplikasi
2,00 1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 723.785,00
Paper Aplikasi
2,00 1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 2.363.765,00
Paper Aplikasi
6,00 1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.619.400,00
(9)
33
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Paper Aplikasi
4,00 2,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 862.160
Paper
2,00
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
PM 4.791.615
Outputs : Terselenggaranya technical Assistance 4870-INO
Laporan
13,00
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
PM 2.802.415
Outputs : Tersedianya sistem informasi risiko fiskal yang semakin baik
Paper Aplikasi
2,00 4,00
Persen
100,00
Outputs : Hasil identifikasi risiko kebijakan dan model pengendalian contingent liabilities proyek ketenagalistrikan Outcomes : Terwujudnya risiko kebijakan pada proyek ketenagalistrikan yang terkendali
e. Melakukan Kajian Hukum Dukungan Pemerintah pada Sektor Infrastruktur, Dukungan Kontinjen, Penjaminan dan Comfort Letter
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Hasil kajian menyeluruh mengenai pemberian dukungan pemerintah untuk sektor proyek infrastruktur, dukungan kontinjen, penjaminan dan comfort letter Outcomes : Tersedianya hasil kajian mengenai dukungan Pemerintah untuk sektor p proyek y infrastruktur,, dukungan kontinjen, penjaminan dan comfort letter
f. Government counterpart support atas hibah asian development bank (ADB) TA 4872-INO enhancing private sector participation in infrastructure provision
Outcomes : Tersedianya peningkatan kemampuan para pegawai dalam melakukan penilaian dan analisis mengenai risiko fiskal
g. Penyempurnaan sistem informasi risiko fiskal
Outcomes : Tersedianya akses informasi risiko fiskal bagi publik dengan ketentuan yang berlaku
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(9)
34
(1)
(2) 7.2.
Tingkat akurasi kebijakan fiskal a. Deviasi proyeksi besaran asumsi makro
(3) 92,00 Persen 10,00 Persen
(4)
(5) 7.2.1.2
Perumusan kebijakan ekonomi a. Melakukan Perumusan Pokok-Pokok Kebijakan Ekonomi Makro dalam rangka Mencapai Stabilisasi Perekonomian Nasional
(6)
Input : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan hasil perumusan pokok-pokok kebijakan ekonomi makro dalam rangka mencapai stabilisasi perekonomian nasional Outcomes : Tersedianya rekomendasi pokok kebijakan dan stabilisasi ekonomi makro
b. Melakukan Koordinasi Penentuan Asumsi Dasar Penyusunan RAPBN 2011
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Besaran angka asumsi inflasi, pertumbuhan ekonomi, kurs, tingkat bunga, bunga lifting dan harga minyak sebagai dasar penyusunan RAPBN b. Laporan hasil koordinasi penentuan asumsi dasar penyusunan RAPBN 2011 Outcomes : Tercapainya kualitas penetapan asumsi dasar dalam rangka penyusunan RAPBN yang akurat dan handal
c. Melakukan Analisis Kinerja Perekonomian Makro dan Pengembangan Model ekonomi Makro
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan hasil analisis kinerja perekonomian makro dan pengembangan model ekonomi makro Outcomes : Tersedianya hasil analisis kinerja perekonomian makro dan suatu model ekonomi makro yang lebih akurat, lengkap, dan mudah digunakan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Orang Rp/ribu
PM 1.153.916,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 703.143,00
Laporan
2,00
Buku
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 4.041.791,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
(9)
35
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) d. Melakukan Pengembangan Basis Data Indikator Ekonomi dan Keuangan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Database indikator ekonomi dan keuangan Outcomes : Terlaksananya pemeliharaan dan pengembangan basis data indikator ekonomi dan keuangan yang telah tersedia
e. Melakukan Koordinasi Pemantauan dan Pengendalian Inflasi
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan hasil koordinasi pemantauan dan pengendalian inflasi Outcomes : Terlaksananya koordinasi pemantauan dan pengendalian inflasi
f. Melakukan penerbitan jurnal ilmiah di bidang ekonomi dan keuangan
Inputs : a. SDM b. Data Outputs : a. Terbitan Kajian Ekonomi dan Keuangan b. Terbitan Jurnal Keuangan dan Moneter Outcomes : Tersedianya media untuk mengembangkan hasil penelitian ilmiah di bidang ekonomi dan keuangan
g. Melakukan Studi Analisis Peningkatan Investasi dan Perdagangan LN dalam rangka Peningkatan Daya Saing Sektor Strategis
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan hasil studi analisis peningkatan investasi dan perdagangan LN dalam rangka peningkatan daya saing sektor strategis
(7)
(8)
Orang Rp/ribu
PM 1.153.916,00
Database
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.100.700,00
Buku
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 745.964,00
Buku
4,00
Buku
3,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 834.214,00
Laporan
1,00
(9)
36
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Tercapainya kualitas analisis peningkatan investasi dan perdagangan LN dalam rangka peningkatan daya saing sektor strategis
h. Melakukan Hubungan dedikasi investor
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan perkembangan perekonomian Indonesia b. Laporan hasil kegiatan hubungan dedikasi investor Outcomes : a. Tercapainya peningkatan/ stabilitas rating Indonesia b. Tercapainya kualitas informasi bagi investor dalam rangka meningkatkan hubungan dedikasi investor Kementerian Keuangan
i. Melakukan Pengembangan WAR Room dalam rangka Formulasi Kebijakan Ekonomi Makro
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Rekomendasi kebijakan ekonomi makro terkini / pemantauan dini b. Laporan hasil Pengembangan WAR Room dalam rangka Formulasi Kebijakan Ekonomi Makro Outcomes : Terlaksananya pemeliharaan dan pengembangan WAR Room yang telah tersedia dalam rangka formulasi ekonomi makro
j.
Melakukan Optimalisasi dan Analisis Sektor Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Kondisi sektor keuangan terkini b. Laporan hasil kajian sektor keuangan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 4.877.390,00
Berkas
12,00
Buku
1,00
Level
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 4.041.791,00
Laporan
12,00
Buku
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 834.214,00
Laporan
12,00
Buku
1,00
(9)
37
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Tercapainya kualitas analisis sektor keuangan yang mendukung perumusan kebijakan fiskal
k. Menjalin kerja sama dan melakukan monitoring kerjasama Penelitian dengan Perguruan Tinggi Melalui Swakelola
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Kerjasama dengan perguruan tinggi yang efektif b. Laporan hasil penelitian Perguruan Tinggi Outcomes : Terlaksananya kerja sama penelitian dengan Perguruan Tinggi melalui swakelola yang mendukung perumusan kebijakan fiskal
l l.
Melakukan kajian/analisis kinerja sektor riil
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan hasil kajian kinerja sektor riil Outcomes : Tersedianya hasil kajian kinerja sektor riil
m. Menyusun program kebijakan ekonomi dan keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rumusan program kebijakan ekonomi dan keuangan Oucomes ; Tersedianya rumusan program kebijakan ekonomi dan keuangan
b. Deviasi proyeksi target defisit APBN
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
10,00 Persen
7.2.1.3.
Perumusan kebijakan APBN a. Melakukan penyempurnaan, update model dan implementasi model kebijakan
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 5.281.940,00
Buku
7,00
Buku
7,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.178.740,00
Buku
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 696.833,00
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 979.680,00
(9)
38
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Model
1,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
PM 1.041.650,00
Outputs: Hasil kajian
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 933.112,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.338.003,00
Outputs: Hasil rekomendasi kebijakan belanja negara dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang diindikasikan dengan tercapainya target pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Outcomes : Tersedianya hasil rekomendasi kebijakan belanja negara dalam rangka pencapaian sasaran pembangunan yang diindikasikan dengan tercapainya target pertumbuhan ekonomi, penanggulangan kemiskinan dan pengangguran.
b. Melakukan kajian kebijakan dan pengembangan model subsidi
Outcomes : Tercapainya efisiensi dan efektivitas serta pengalokasian subsidi yang tepat sasaran yang tidak terlalu membebani APBN.
c. Melakukan pengkajian efisiensi dan efektivitas program jaringan pengaman sosial
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs: Hasil rancangan program JPS yang komprehensif untuk mengatasi dampak krisis global di Indonesia. Outcomes : Tercapainya efisiensi dan efektivitas program kebijakan jaring pengaman sosial yang tepat sasaran.
c. Deviasi proyeksi target pendapatan negara
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
10,00 Persen
d. Melakukan penyempurnaan, Update model dan implementasi model proyeksi pendapatan negara
Inputs : a. SDM b. Dana
(9)
39
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs: Model perhitungan potensi pajak dari PBB, BPHTB, Cukai, Bea Masuk dan Bea Keluar, penerimaan PPh dan PPN sektoral serta penerimaan PNBP dan SDA. Outcomes : Tersedianya model proyeksi pendapatan negara yang akurat
e. Kajian review formula transfer ke daerah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs: Model pelaksanaan belanja daerah Outcomes : Tersedianya suatu hasil monitoring, evaluasi dan kajian mengenai pola dan indikator belanja dan pendapatan daerah
f. Melakukan penyusunan Model Dampak APBN terhadap perekonomian dan pembangunan (Task Force Dapur APBN)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs: Hasil sosialisasi, pertemuan dengan Analis Pasar, Editor media masa, pertemuan interdep, pertemuan kabinet dan DPR serta bahan laporan kepada menteri keuangan secara reguler. Outcomes : Tersusunnya suatu model sensitivitas sederhana
7.3.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Efektivitas kebijakan pendapatan negara
75,00 Persen
7.3.1.4.
Perumusan kebijakan pajak, kepabeanan, cukai, dan PNBP a. Melakukan kajian kebijakan tarif dan analisis perkembangan sektor riil dalam meningkatkan pendapatan negara
Inputs a. SDM b. Dana Outputs Nota Dinas/Konsep Peraturan Menteri Keuangan
(7)
(8)
Model
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 688.165,00
Model
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.104.447,00
Model
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 7.625.837,00
Verbal
25,00
(9)
40
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 2.906.500,00
Buku
2,00
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
PM 3.627.775,00
Outputs : Laporan hasil kajian
Laporan
8,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.439.075,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
Outcomes Tersedianya hasil kajian kebijakan tarif dan analisis perkembangan sektor riil dalam meningkatkan pendapatan negara
b. Melakukan penyusunan pedoman pelaksanaan evaluasi kebijakan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) dan bea keluar
Inputs: a. SDM b. Dana Outputs : Buku pedoman pelaksanaan evaluasi BMDTP dan bea keluar Outcomes : Tersedianya pedoman pelaksanaan evaluasi BMDTP dan bea keluar
c. Melakukan kajian di bidang pendapatan negara guna mencapai optimalisasi pendapatan negara
Outcomes : Tersedianya hasil kajian yang mendukung tercapainya optimalisasi pendapatan negara
d. Melakukan Instrumen kebijakan fiskal dalam mengatasi dampak ekonomi dari climate change di Indonesia
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs: Hasil rekomendasi terbentuknya lembaga/institusi yang mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) mengelola mekanisme perdagangan dan pengelolaan dana-dana dari hasil perdagangan karbon dan pelaksanaan proyek-proyek CDM. Outcomes : Tersedianya Alokasi dana yang dapat diserap dari kegiatan perdagangan karbon dan pelaksanaan proyek-proyek CDM.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(9)
41
(1) 7.4.
(2)
(3)
Jumlah rekomendasi DELRI yang diadopsi menjadi kesepakatan internasional
35,00 Persen
(4)
(5) 7.4.1.5.
Perumusan kebijakan dan kerjasama keuangan internasional a. Asistensi Menteri Keuangan tentang isu-isu internasional dan mempersiapkan bahan bahan briefing sheet bagi DELRI
(6)
(7)
(8)
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
PM 10.451.004,00
Outputs : Laporan yang terkait dengan perkembangan isu-isu internasional
Buku Briefing Sheet
1,00 25,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.467.870,00
Outputs : Kesiapan peyelenggaran sidang i t internasional i l
Sidang
10,00
Outcomes : Terselenggaranya sidang internasional
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.257.242,00
Frekuensi
5,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 2.351.710,00
Frekuensi
1,00
Outcomes : Tersedianya informasi tentang isu-isu internasional sebagai bahan masukan bagi Menteri Keuangan dan DELRI demi kepentingan nasional
b. Menyelenggarakan sidang internasional
c. Menyelenggarakan Fokus Group Discussion dengan negara-negara anggota G-20 mengenai penanganan dampak krisis global
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Terselenggaranya sidang fokus group discussion dengan negara-negara anggota G-20 Outcomes : Terpenuhinya pertukaran informasi yang komprehensif dan up to date bagi DELRI
d. Melakukan koordinasi bidang jasa
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Kegiatan koordinasi bidang jasa
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(9)
42
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Hasil kajian kebijakan internasional serta cost and benefit liberalisasi jasa keuangan dalam forum WTO, APEC, ASEAN, Mitra ASEAN, dan bilateral.
e. Melakukan pemantauan kerja sama internasional
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Model pemantauan b. Database pemantauan dini c. Economic Int'l&Surveillance rep d. buku/proceding Seminar Outcomes : Diperoleh gambaran keseluruhan agenda sidang, sehingga DELRI semakin siap
Capacity it b building ildi b i bagi f. C pegawai Kementerian Keuangan untuk meningkatkan kemampuan diplomansi
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Pengiriman pegawai untuk mengikuti training Outcomes : Peningkatan kemampuan diplomasi pegawai dalam rangka hubungan/kerjasama internasional
g. Melakukan kajian atas potensi dan peluang reformasi lembaga pembiayaan Breton Woods: Perspektif Indonesia
Inputs : a SDM b Dana Outputs : Rekomendasi kebijakan bagi peningkatan efisiensi dan efektivitas program yang dibiayai Breeton Woods Outcomes : Tersedianya rekomendasi kebijakan terkait dengan program yang dibiayai oleh Breeton Woods yang efektif dan efisien
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.047.595,00
Paket Paket Frekuensi
1,00 1,00 4,00
Frekuensi
2,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 750.852,00
Frekuensi
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 527.454,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
(9)
43
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) h. Melakukan kajian atas penyertaan modal pemerintah dan trust fund pada organisasi dan lembaga keuangan internasional
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Keputusan Menkeu mengenai USAID Trust Fund b. MoU kerjasama pemerintah RI dan Pemerintah USA c. PP tentang penyertaan modal pemerintah pada lembaga internasional Outcomes : Terwujudnya hasil kajian atas penyertaan modal pemerintah dan trust fund pada organisasi dan lembaga keuangan internasional
i.
Melaksanakan pengiriman pegawai Kementerian keuangan yang akan mengikuti program degree dan non- degree d atas biaya bi grant dari negara donor
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Pegawai Depkeu yang telah di kirim untuk mengikuti program degree dan non-degree b. Proposal grant Outcomes : Tepenuhinya tawaran program degree dan non-degree atas biaya grant kepada Depkeu dan proposal grant LN
j.
Penyelenggaraan seminar/sosialisasi mengenai kebijakan kerja sama internasional
Inputs : a SDM b Dana Outputs : Terselenggaranya sosialisasi kebijakan kerjasama internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman stakeholder terhadap kerjasama internasional
k. Informasi mengenai penyerapan dan hambatan penyerapan dana proyek bantuan IDB
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Inputs : a SDM b Dana
(7)
(8)
Orang Ribu/Rp
PM 610.900,00
KMK
1,00
MoU
1,00
PP
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.316.675,00
Orang
700,00
Proyek
60,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 1.467.870,00
Laporan
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 644.715,00
(9)
44
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Laporan
10,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
PM 894.137,00
Outputs : Diterbitkannya buku APEC OECD integrated checklist
Buku
1,00
Outcomes : Tersedianya informasi mengenai APEC OECD
Persen
100,00
Outputs : Informasi mengenai penyerapan dan hambatan penyerapan dana proyek bantuan IDB Outcomes : Meningkatnya pemahaman stakeholder terhadap pemanfaatan dana yang berasal dari lembaga internasional
l.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Fiskal)
Penerbitan buku APEC OECD Integrated Checklist
Inputs : a SDM b Dana
(9)
45
RENCANA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2010 Instansi Visi Misi Kedua
: Kementerian Keuangan : Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi : Mewujudkan pengelolaan kekayaan negara yang optimal sesuai dengan asas fungsional, kepastian hukum, transparan, efisien, dan bertanggung jawab Formulir : RKT Sasaran
1.
Kegiatan
Indikator
Rencana tingkat capaian (target)
Program
Uraian
(1)
(2)
(3)
(4)
Terselenggaranya pengelolaan kekayaan negara, penyelesaian pengurusan Piutang Negara dan pelayanan Lelang yang profesional, tertib, tepat guna, dan optimal serta mampu membangun citra baik bagi stakeholders
1.1.
Jumlah Penerimaan Negara dan Penerimaan Kembali (recovery) yang berasal dari Pengeluaran Pembiayaan APBN a. Biaya Administrasi Pengurusan Piutang Negara b. Bea Lelang c. Pembiayaan APBN
67,70 Milyar 44,04 Milyar 350,00 Milyar
1.1.1. Pengelolaan Kekayaan Negara, Penyelesaian Pengurusan Piutang Negara dan Pelayanan Lelang
Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Ket
Uraian
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Orang Rp/ribu
12,00 28.389.610,00
Rp/ribu
150.000.000,00
Rp/ribu
200.000.000,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
10,00 2.118.500,00
Set
6,00
Persen
100,00
1.1.1.1. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan kekayaan negara lain-lain a. Penerimaan pembiayaan dari aset recovery
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah penerimaan kembali (recovery ) yang berasal dari pengeluaran APBN a. Realisasi nilai penyelesaian aset eks BPPN b. Realisasi nilai penyelesaian asset eks PT PPA Outcomes : Tersedianya target penerimaan Kembali (recovery ) yang berasal dari Pengeluaran APBN
b. Kajian dan perumusan kebijakan di bidang pengelolaan kekayaan negara lain-lain
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara lain-lain yang tersusun Outcomes : Tersedia peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara lain-lain
1.1.1.2. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, perencanaan dan evaluasi atas pelaksanaan pengurusan Piutang Negara
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
46
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) a. Pendapatan negara yang optimal
b. Kajian dan perumusan kebijakan di bidang pengurusan piutang negara
(6)
(7)
(8)
Orang Rp/ribu
31,00 14.999.020,00
Outputs : Jumlah Biaya Administrasi(Biad) Pengurusan Piutang Negara
Rp/ribu
67.705.000,00
Outcomes : Tercapainya target PNBP yang berasal dari biad PPN
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
31,00 2.351.161,00
Set
3,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
31,00 -
Outputs : Jumlah Bea Lelang
Rp/ribu
44.047.706,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
35,00 3.023.711,00
Set
4,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peraturan di bidang pengurusan piutang negara yang terusun Outcomes : Tersedianya peraturan di bidang pengelolaan kekayaan negara pengurusan piutang negara
1.1.1.3. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan lelang a. Pendapatan negara yang optimal
Outcomes : Tercapainya target PNBP yang berasal dari bea lelang
b. Kajian dan perumusan kebijakan di bidang pelayanan lelang
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peraturan di bidang lelang yang tersusun Outcomes : Tersedianya peraturan di bidang lelang
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
(9)
Monitoring kinerja 17 Kanwil
Monitoring kinerja 17 Kanwil
47
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 1.1.1.4. Dukungan manajemen dan dukungan teknis lainnya a. Pemberian layanan unggulan sesuai SOP
(6)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Penyelesaian SOP keringanan utang pada KPKNL b. Penyelesaian SOP keringanan utang pada Kanwil c. Penyelesaian SOP penarikan piutang negara d. Penyelesaian SOP pelayanan lelang e. Penyelesaian SOP permohonan ijin penghapusan BMN selaian tanah dan/ atau bangunan f. Penyelesaian SOP penilaian dalam rangka pemindahtanganan BMN
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
Orang Rp/ribu
7,00 -
Persen
80,00
Persen
80,00 80,00
Persen
80,00
Persen
80,00
Persen
80,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
5,00 1.802.628,00
Outputs : Pejabat yang mengikuti assesment a. Eselon III b. Eselon IV
Pejabat Pejabat
8,00 70,00
Persen
78,00
Orang Rp/ribu
33,00 13.869.950,00
Outputs : Jumlah penambahan KPKNL modern
Kantor
10,00
Outcomes : Penyelesaian modernisasi organisasi
Persen
100,00
Outcomes : Tesedianya pegawai yang memiliki standar kompetensi jabatan sesuai dengan kebutuhan jabatan
c. Pengembangan organisasi yang handal dan modern
(8)
Persen
Outcomes : Terselesaikannya layanan unggulan di bidang kekayaan negara, g ,p piutang g negara g dan lelang
b. Pembentukan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
(7)
Inputs : a. SDM b. Dana
(9)
48
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) d. Pengelolaan anggaran yang optimal
(6)
(7)
(8)
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
5,00 -
Outputs : Realisasi penggunaan DIPA
Rp/ribu
512.805.492,00
Persen
85,00
Outcomes : Penyerapan DIPA dengan efektif dan efisien
1.1.1.5. Pengelolaan kekayaan negara, penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang di wilayah kerja Kanwil DJKN a. Pendapatan negara yang optimal
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jumlah Biaya Administrasi (Biad) Pengurusan Piutang Negara b. Jumlah Bea Lelang Outcomes : Tercapainya target PNBP yang berasal dari biad PPN
1.2.
Jumlah penyelesaian piutang negara dan pelayanan lelang a. Piutang Negara yang Dapat Diselesaikan (PNDS) b. Pokok Lelang
1.2.1.6 770,00 Milyar 3,15 Triliun
Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, perencanaan dan evaluasi atas pelaksanaan pengurusan Piutang Negara a Pengurusan piutang negara yang optimal
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah piutang negara yang dapat diselesaikan (PNDS)
(9)
Dana di gabung 1.2.1.6.
Orang Rp/ribu
85,00 1.2.1.7. 357.552.169,00 1.2.1.8.
Rp/ribu
67.705.000,00
Rp/ribu
44.047.706,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
31,00 -
Rp/ribu
Monitoring kinerja 70 KPKNL
770.000.000,00 Monitoring kinerja 17 Kawil
1.2.1.7. Perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengawasan pelaksanaan lelang a Pelayanan lelang yang maksimal
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
Outcomes : Tercapainya target PNDS
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
31,00 -
49
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : Jumlah Pokok Lelang
(7)
(8)
(9)
Rp/juta
3.150.000,00
Monitoring kinerja 17
Outcomes : Tercapainya target hasil pelaksanaan lelang
1.2.1.8. Pengelolaan kekayaan negara, penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang di wilayah kerja Kanwil DJKN a Hasil pengurusan piutang negara yang optimal
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah piutang negara yang dapat diselesaikan (PNDS)
b. Pelayanan lelang yang maksimal
Kawil
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
85,00 -
Rp/ribu
770.000.000,00 Monitoring kinerja 70
Outcomes : Tercapainya target PNDS
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
31,00 -
Outputs : Jumlah Pokok Lelang
Rp/juta
3.150.000,00
Persen
100,00
Team Rp/ribu
1,00 4.161.410,00
Persen
0,00
Persen
0,00
Persen
0,00
Persen
0,00
Monitoring kinerja 70
Outcomes : Tercapainya target hasil pelaksanaan lelang
1.3.
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
Persentase penyelesaian permohonan pengelolaan Kekayaan Negara, termasuk pemanfaatan asset idle
70,00 Persen
1.3.1.9. Perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan barang milik negara a Penyelesaian permohonan pengelolaan Kekayaan Negara, termasuk pemanfaatan aset idle
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Persetujuan/penolakan pemanfaatan b. Persetujuan/penolakan penggunaan c. Persetujuan/penolakan pemindahtanganan d. Persetujuan/penolakan penghapusan
KPKNL
sesuai kewengan Kantor Pusat
50
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
0,00
Persen
0,00
Orang Rp/ribu
66,00 -
Outputs : Nilai Kekayaan Negara yang diutilisasi
Rp/ribu
934.000.000,00
Outcomes : Tersedianya nilai BMN yang diutilisasi
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
66,00 112.940.890,00
Satker
1 687 00 1.687,00
e. Persetujuan/penolakan Pemanfaatan aset idle Outcomes : Terselesaikannya permohonan pengelolaan kekayaan negara
b Utilisasi Kekayaan Negara yang optimal
c
Inventarisasi dan penilaian BMN
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah satker yang diinvetarisasi dan dinilai wajar
d Rekonsiliasi data hasil inventarisasi dan penilaian BMN
e. Kajian dan perumusan kebijakan di bidang Barang Milik Negara
Outcomes : Penyelesaian inventarisasi dan penilaian BMN b. Dana
Persen
100,00
Rp/ribu
112.940.890,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/ribu
66,00 -
Outputs : Jumlah satker yang telah melakukan koreksi neraca
Satker
15.013,00
Outcomes : Terlaksananya koreksi neraca yang telah dilakukan oleh Satker
Persen
70,00
Orang Rp/ribu
66,00 2.655.252,00
Set
15,00
Persen
80,00
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peraturan di bidang BMN yang tersusun Outcomes : Tersusunnya peraturan di bidang BMN
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
(9)
Monitoring Kinerja 17 Kanwil
Monitoring Kinerja 17 Kanwil
51
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) f. Kajian dan perumusan kebijakan di bidang Penilaian Kekayaan Negara
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peraturan di bidang Penilaian Kekayaan Negara yang tersusun Outcomes : Tersusunnya peraturan di bidang Penilaian Kekayaan Negara
1.3.1.10. Perumusan kebijakan, standardisasi, bimbingan teknis, analisis, supervisi dan rekomendasi penilaian kekayaan negara a Penyelesaian permohonan penilaian aset
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan penilaian BMN dalam rangka pemanfaatan dan pemindahtanganan b. Laporan penilaian aset eks. BPPN dan Bea Cukai c. Laporan penilaian Kekayaan Negara Dipisahkan d. Laporan penilaian eks. KKKS Outcomes : Terselesaikannya permohonan penilaian kekayaan negara
1.3.1.11. Pengelolaan kekayaan negara, penyelesaian pengurusan piutang negara dan pelayanan lelang di wilayah kerja Kanwil DJKN a. Hasil pengelolaan kekayaan negara yang optimal
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Persetujuan/penolakan pemanfaatan b. Persetujuan/penolakan penggunaan c. Persetujuan/penolakan pemindahtanganan d. Persetujuan/penolakan penghapusan e. Persetujuan/penolakan Pemanfaatan aset idle
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
(7)
(8)
Orang Rp/ribu
25,00 3.007.470,00
Set
3,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
354,00 2.522.700,00
Laporan
150,00
Laporan
400,00
Laporan
6,00
Laporan
24,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
85,00 -
Persen
67,50
Persen
75,00
Persen
80,00
Persen
90,00
Persen
37,50
(9)
Dana di gabung dengan 1.3.1.11.
52
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
70,00
Orang Rp/ribu
85,00 -
Outputs : Jumlah satker yang diinvetarisasi dan dinilai wajar
Satker
1.687,00
Outcomes : Penyelesaian inventarisasi dan penilaian BMN
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
85,00 -
Outputs : Jumlah satker yang telah melakukan koreksi neraca
Satker
15.013,00
Outcomes : Terlaksananya koreksi neraca yang telah dilakukan oleh Satker
Persen
70,00
Orang Rp/ribu
36,00 4.161.410,00
Persen
50,00
Persen
100,00
Persen
50,00
Persen
40,00
Persen
100,00
Outcomes : Terselesaikannya persetujuan/ penolakan permohonan pengelolaan kekayaan negara tepat waktu
b Inventarisasi dan penilaian BMN
c
1.4.
Persentase penyelesaian pengelolaan dan penatausahaan Kekayaan Negara Dipisahkan
60,00 Persen
Rekonsiliasi data hasil inventarisasi dan penilaian BMN
1.4.1.12. Perumusan kebijakan, standarisasi, bimbingan teknis, evaluasi dan pengelolaan barang milik negara dan kekayaan negara yang dipisahkan a Persetujuan/penolakan permohonan pengelolaan KND
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Restrukturisasi/revitalisasi BUMN b. Usulan rekomendasi program tahunan privatisasi BUMN c. Penyampaian draft PP penambahan/pengurangan PMN, pendirian/pembubaran BUMN d. Penyampaian draft PP penetapan kekayaan awal/pemisahan KND selain pada BUMN e. Penyusunan laporan akunansi investasi pemerintah
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
(9)
Monitoring kinerja 70 KPKNL
Monitoring kinerja 70 KPKNL
53
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
68,00
Orang Rp/ribu
32,00 -
Outputs : Laporan Akuntansi Investasi Pemerintah
Laporan
2,00
Outcomes : Terlaksananya penatausahaan KND
Persen
100,00
Outcomes : Penyelesaian permohonan pengelolaan kekayaan negara dipisahkan
b Penatausahaan KND
RKT Kemkeu 2010 (Misi Kekayaan Negara)
Inputs : a. SDM b. Dana
(9)
54
RENCANA KEGIATAN TAHUNAN TAHUN 2010 Instansi Visi Misi Ketiga
: Kementerian Keuangan : Menjadi pengelola keuangan dan kekayaan negara yang bertaraf internasional yang dipercaya dan dibanggakan masyarakat, serta instrumen bagi proses transformasi bangsa menuju masyarakat adil, makmur, dan berperadaban tinggi : Mewujudkan industri pasar modal dan lembaga keuangan non bank sebagai penggerak dan penguat perekonomian yang tangguh dan berdaya saing global Formulir : RKT Sasaran
1.
Kegiatan
Indikator
Rencana tingkat capaian (target)
Program
Uraian
(1)
(2)
(3)
(4)
Terlaksananya fungsi penganggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan kebijakan pemerintah
1.1.
Persentase Pertumbuhan Nilai Transaksi Saham Harian
2,50 Persen
1.1.1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank
Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Ket
Uraian
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
9,00 0,00 931,18
Outputs : SK Izin WPPE dan WPEE
Berkas
435,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
9,00 325,35
Outputs : Laporan Hasil Pemeriksaan PE
Berkas
32,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
9,00 240,81
Berkas
9,00
1.1.1.1. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Bidang Transaksi dan Lembaga Efek a. Pelayanan Perizinan WPPE dan WPEE
Outcomes: a Terpenuhinya taget pelayanan perijinan iji WPPE dan d WPEE sebagai mana disebutkan dalam Kemkeu-Wide b Tersedianya tenaga profesi WPPE dan WPEE
b. Pemeriksaan kepatuhan PE
Outcomes : Identifikasi kepatuhan atau ketidaksesuaian oleh Perusahaan Efek dalam penyelenggaran kegiatan usahanya terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang pasar modal, pengawasan yang optimal atas penyelenggaraan operasional PE dan meminimalisasi kemungkinan
c. Pemeriksaan kepatuhan SRO, BK dan BAE
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan Hasil PemeriksaanSRO, BK dan BAE
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Biro TLE
Biro TLE
55
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Orang Rp/juta
13,00 365,02
Berkas Berkas
12,00 10,00
Persen
100,00
IInputs t : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
15,00 138,41
Outputs : Laporan
Berkas
1,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 138,41
Outputs : Laporan
Berkas
1,00
Persen
100,00
Outcomes : Identifikasi kepatuhan atau ketidaksesuaian oleh SRO, BK, dan BAE dalam penyelenggaran kegiatan usahanya terhadap ketentuan perundang-undangan di bidang pasar modal, pengawasan yang optimal atas penyelenggaraan operasional SRO, BK, dan BAE dan meminimalis
d. Pemeriksaan teknis terhadap indikasi perdagangan efek tidak wajar
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan Penelaahan b. Laporan Hasil Pemeriksaan Teknis (LHPT) Outcomes : Identifikasi mengenai ada tidaknya petunjuk awal atas indikasi perdagangan efek yang tidak wajar
Menyelenggarakan l k St Studi di e. M tentang Biaya Pemenuhan Prinsip Keterbukaan di Pasar Modal
Outcomes : Dicapainya tingkat pengetahuan dan pemahaman tentang jenis-jenis keterbukaan informasi yang harus ditanggung oleh Emiten dan Perusahaan Publik dan besarnya biaya yang harus ditanggung dalam rangka pemenuhan kewajiban keterbukaan informasi
f. Menyelenggarakan Studi tentang peran regulator dan pihak terkait dalam mendorong perusahaan melakukan initial public offering di Pasar Modal Indonesia
Outcomes : Pemahaman yang baik akan peran Regulator dalam mendorong perusahaan untuk IPO
1.2.
Persentase Pertumbuhan dana yang dikelola lembaga pembiayaan dan penjaminan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
10,00 Persen
(9)
Biro TLE
Biro Risti
Biro Risti
1.2.1.2. Pengaturan,Pembinaan dan Pengawasan bidang Lembaga Pembiayaan dan Penjaminan
56
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) a. Melakukan Penyusunan tentang Perusahaan Modal Ventura
(6)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
30,00 -
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
30,00 82,20
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
30,00 53,82
Berkas
1,00
Persen
100,00
Inpus : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 138,41
Outputs : Laporan
Berkas
1,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PMK tentang Perusahaan Modal Ventura Outcomes : Terselesaikannya penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Perusahaan Modal Ventura
b. Penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PMK tentang Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan Outcomes : Terselesaikannya penyusunan Rancangan Peraturan Menteri Keuangan tentang Laporan Keuangan Perusahaan Pembiayaan
c. Melakukan Penyusunan Penyempurnaan PMK No. 222/PMK.010/2008 tentang Lembaga Penjaminan dan Penjaminan Ulang Kredit
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PMK yang memberikan gambaran mengenai kesesuaian dan kecukupan regulasi terhadap usaha penjaminan berserta usulan penyempurnaan yang diperlukan Outcomes : Terselesaikannya penyempurnaan PMK No. 222/PMK.010/2008 tentang Lembaga Penjaminan Ulang Kredit
d. Menyelenggarakan Studi tentang Perusahaan Modal ventura
Outcomes : Dicapainya tingkat pengetahuan dan pemahaman potensi Modal Ventura sebagai alternatif tujuan investasi dalam Lembaga Keuangan Indonesia
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(9) Biro P2
Biro P2
Biro P2
Biro Risti
57
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) e. Melakukan Penyusunan Penyempurnaan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : PMK tentang LPEI Outcomes : Terselesaikannya penyempurnaan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) terkait Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI)
f. Memproses Permohonan izin usaha Perusahaan Pembiayaan dan Penjaminan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Hasil analisis b. Izin usaha Outcomes : Terselesaikannya proses permohonan izin usaha Perusahaan Penjaminan
1.3.
Persentase Pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri Perasuransian
6,00 Persen
1.3.1.3. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Bidang Perasuransian a. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan tentang Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance ) Untuk Perusahaan Perasuransian
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. PMK b. Data Perusahaan yang menerapkan GCG Outcomes : Terwujudnya pelaksanaan GCG Perusahaan Perasuransian
b. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Perasuransian Syariah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Outcomes : Tersedianya peraturan tentang kesehatan keuangan Perusahaan Perasuransian Syariah
c. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan tentang Investasi Perusahaan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
Orang Rp/juta
30,00 63,18
Buah
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
12,00 -
Buah Buah
8,00 8,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
16,00 48.940,00
Buah Buah
1,00 1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
9,00 202.454,00
Buah
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
14,00 186.311,00
(9) Biro P2
Biro P2
Biro ASR
Biro ASR
Biro ASR
58
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
(6)
(7)
(8)
Outputs : Peraturan Menteri Keuangan (PMK)
Buah
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
9,00 -
Buah
1,00
Persen
100,00
Inputs : SDM
Orang
9,00
Outputs : PMK
Buah
1,00
Persen
100,00
Inputs : SDM
Orang
5,00
Outputs : SK
Buah
3,00
Persen
100,00
Orang Rp
23,00 124.037,00
Dokumen
877,00
Persen
100,00
Outcomes : Tersedianya peraturan tentang kesehatan keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi
d. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan tentang Produk dan Distribusi Asuransi Syariah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Outcomes : Tersedianya peraturan tentang Produk dan Distribusi Asuransi Syariah
e. Penyusunan Peraturan Menteri Keuangan tentang Produk dan Distribusi Asuransi
Outcomes : Tersedianya peraturan tentang Produk dan Distribusi Asuransi
f. Pemberian ijin usaha asuransi dan reasuransi yang memenuhi target SOP
Outcomes : Terwujudnya pemberian ijin usaha asuransi dan reasuransi yang sesuai target SOP
g. Analisis laporan keuangan perusahaan asuransi dan reasuransi yang telah dianalisis sesuai dengan target waktu
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Kertas kerja hasil analisis laporan keuangan Outcomes : Tersedianya hasil analisis laporan keuangan perusahaan dan reasuransi yang sesuai target waktu
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(9)
Biro ASR
Biro ASR
Biro ASR
Biro ASR
59
(1)
(2) 1.4.
Persentase Pertumbuhan dana yang dikelola oleh industri Dana Pensiun
(3) 5,00 Persen
(4)
(5) 1.4.1.4. Pengaturan, Pembinaan, dan Pengawasan Bidang Dana Pensiun a. Menyelenggarakan sosialisasi dan edukasi bagi pelaku usaha, penyedia dana, dan masyarakat mengenai dana pensiun
(6)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Sosialisasi dan Edukasi
Inputs : a. SDM
1.5.1.5. Pengaturan, Pembinaan dan Pengawasan Bidang Pengelolaan Investasi a. Melakukan penerapan pengawasan berbasis risiko terhadap Reksa Dana dan produk investasi lainnya
Frekuensi
8,00
Persen
100,00
3,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 138,41
Outputs : Laporan
Berkas
1,00
Persen
100,00
S Orang D Rp/juta
25,00 188,59
Inputs : a. SDM b. Dana
Biro Risti
Biro PI
Outputs : a. Hasil penelaahan atas H Berkas Pernyataan Perdaftaran Reksa Dana b. Surat Perubahan dan/atau S Berkas Tambahan Informasi atas Pernyataan Pendaftaran Reksa Dana c. Surat Pemberitahuan Penundaan S Berkas Proses Pernyataan Pendaftaran
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(9)
Biro Dapen
SK
Outcomes : Dicapainya tingkat pengetahuan dan pemahaman akan potensi BPD dalam menyelenggarakan Dana Pensiun Lembaga Keuangan
36,00 Persen
10,00 509,89
10,00
Outcomes : Terselenggaranya pelayanan pengesahan/persetujuan Menteri atas permohonan yang telah lengkap dan memenuhi ketentuan sesuai dengan SOP
1.5. Persentase pertumbuhan unit penyertaan Reksa Dana
Orang Rp/juta
Orang
Outputs : Izin/Pengesahan Pembentukan
c. Menyelenggarakan Studi tentang Potensi Bank Pembangunan Daerah sebagai penyelenggara (pendiri) Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
(8)
Dapen
Outcomes : Dapat ditingkatkannya pengetahuan masyarakat mengenai dana pensiun
b. Persentase pengesahan pembentukan dana pensiun yang sesuai dengan SOP
(7)
86,00
86,00
3,00
60
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) d. Surat Pemberitahuan Penolakan S Proses Pernyataan Pendaftaran e. Surat Pernyataaan Efektif atas S Pernyataan pendaftaran Reksa Dana H f. Hasil penelaahan atas Pernyataan Perdaftaran KIK-EBA g. Surat Perubahan dan/atau S Tambahan Informasi atas Pernyataan Pendaftaran EBA h. Surat Pernyataaan Efektif atas S Pernyataan pendaftaran EBA i. Surat Pemberitahuan Penundaan S Proses Pencatatan atas Pembentukan RDPT j. Surat Pemberitahuan Penolakan S Proses Pencatatan atas Pembentukan RDPT k. Surat Pencatatan atas S Pembentukan RDPT l. Hasil penelaahan atas H Pernyataan Perdaftaran Dana Investasi Real Estat berbentuk KIK m. Surat Perubahan dan/atau S Tambahan Informasi atas P Pernyataan t Pendaftaran P d ft D Dana Investasi Real Estat berbentuk KIK n. Surat Pernyataaan Efektif atas S Pernyataan pendaftaran Dana Investasi Real Estat berbentuk KIK o. Surat Tanggapan atas S Perubahan KIK dan Prospektus Reksa Dana dan produk investasi lainnya p. Surat Tanggapan atas S Pemberitahuan atas Rencana Pembubaran dan Likuidasi Reksa Dana dan produk investasi lainnya q. Surat Pembubaran dan Likuidasi S Reksa Dana dan produk investasi lainnya r. Laporan Hasil Penelaahan Laporan Keuangan Tahunan Reksa Dana dan produk Investasi lainnya s. Laporan Hasil Monitoring Penyampaian Laporan Penghimpunan Dana Reksa Dana dan Produk Investasi lainnya t. Laporan Hasil Monitoring Penyampaian Prospektus pembaharuan Reksa Dana u. Laporan Hasil Pemetaan Kontrak Pengelolaan Dana (Discretionary Fund )
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(7)
(8)
Berkas
3,00
Berkas
80,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
2,00
Berkas
2,00
Berkas
20,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
30,00
Berkas
80,00
Berkas
80,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
Berkas
1,00
(9)
61
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 138,41
Outputs : Laporan
Berkas
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
5,00 346,32
Frekuensi
4,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
13,00 93,40
Outputs : Ter up date nya data dan informasi di website
Persen
100,00
Outcomes : Pelayanan kepada Stakeholder akan data dan informasi yang up to date
Persen
100,00
Orang Rp/juta
5,00 67,50
v. Layanan pemberian Pernyataan Efektif Reksa Dana sesuai SOP Outcomes : Terciptanya peningkatan kuantitas kualitas Reksa Dana dan produk investasi lainnya sehingga terwujud stabilitas industri pengelolaan investasi Indonesia
b. Menyelenggarakan Studi tentang Biaya dan Komisi Reksadana
Outcomes : Dicapainya tingkat pengetahuan dan pemahaman akan potensi BPD dalam menyelenggarakan Dana Pensiun Lembaga Keuangan
1.6. Indeks Kepuasan Stakeholders Bapepam-LK
77,00
1.6.1.6. Riset Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Non Bank serta Pengembangan Teknologi Informasi a. Menyelenggarakan Seminar Tematik untuk melihat perkembangan ekonomi, pasar modal lembaga keuangan dan TI
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah Kegiatan Ilmiah Outcomes : Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan pegawai akan perkembangan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan serta Teknologi Informasi
b. Melakukan pengelolaan website
c. Menyelenggarakan Perpustakaan /Kearsipan/Dokumentasi
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Inputs : a. SDM b. Dana
Inputs : a. SDM b. Dana
(9)
Biro Risti
Biro RISTI
Biro RISTI
Biro RISTI
62
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : a. Pengadaan referensi/buku b. Pelaksanaan fumigasi Outcomes : Terselenggaranya perpustakaan yang tertata dengan baik
d. Pemeliharaan dan pengembangan sistem informasi
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jumlah sistem informasi b. Prosentase penyelesaian sistem informasi sesuai rencana c. Frekuensi kegiatan evaluasi dalam setiap tahapan penyelesaian sistem informasi Outcomes : Terpenuhinya sistem informasi sesuai kebutuhan stakeholder di Bapepam-LK
e. Melakukan Pemutakhiran Data
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jumlah publikasi b. Jumlah data dan informasi yang dapat tersaji di website Bapepam-LK sesuai permintaan c. Frekuensi kegiatan evaluasi dalam setiap tahapan penyelesaian sistem informasi Outcomes : Tersedianya data yang up date dan sesuai dengan kebutuhan Bapepam-LK
2.
Terwujudnya Bapepam-LK sebagai lembaga yang memegang teguh prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, independensi dan integritas
2.1.
Indeks Kepuasan Stakeholders Bapepam-LK
77,00
2.1.1.7. Penyusunan dan Pengembangan Standar Akuntansi dan Keterbukaan a. Melakukan Penyusunan dan penyempurnaan draft regulasi di bidang akuntansi, keterbukaan dan tata kelola, pelaku pasar modal serta penerapan prinsip syariah di pasar modal sesuai rencana
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Draft Peraturan Pedoman Outcomes : Meningkatnya kualitas standar dan regulasi di bidang akuntansi, keterbukaan dan tata kelola, dan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(7)
(8)
Frekuensi Frekuensi
1,00 3,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
13,00 322,30
Buah Persen
2,00 100,00
Frekuensi
8,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
12,00 400,55
Buah Buah
128,00 60,00
Persen
30,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
95,00 694,39
Buah Buah
4,00 3,00
Persen
100,00
(9)
Biro RISTI
Biro RISTI
Biro SAK
63
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
20,00 221,52
Outputs : DES
Buah
2,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
4,00 0,00
Hari
21,00
Persen
100,00
(9)
pelaku pasar, serta terwujudnya pengembangan Pasar Modal berbasis syariah
b. Melakukan penyusunan Daftar Efek Syariah
Outcomes : Tersedianya DES yang paling mutakhir sehingga dapat meningkatkan kegiatan investasi berbasis syariah di Pasar Modal
c. Melakukan Pemrosesan Pendaftaran Akuntan yang memenuhi target waktu
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Pemrosesan STTD Outcomes : Terwujudnya akuntan sebagai profesi penunjang yang berkualitas sebagai penunjang terciptanya pasar modal yang teratur, wajar dan efisien
2.1.1.8. Penelaahan dan Pemantauan Perusahaan Emiten dan Perusahaan Publik Sektor Jasa a. Melakukan Pendalaman Penelaahan LKT dan LKTT Emiten dan Perusahaan Publik Sektor Jasa
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Biro SAK
Biro PKPSJ
Inputs : a. Dana b. SDM
Rp/juta Orang
171,00 29,00
Outputs : Hasil Penelaahan Laporan Keuangan Berkala: a LKT b LKTT
Berkas Berkas
112,00 112,00
Persen
100,00
Rp/juta Orang
85,50 29,00
Berkas
112,00
Outcomes : Meningkatkan Penelaahan dan Tanggapan Laporan Keuangan Berkala
b. Melakukan Pendalaman Penelaahan Laporan Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik Sektor Jasa
Biro SAK
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Hasil Penelaahan Laporan Tahunan
64
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Meningkatkan Penelaahan dan Tanggapan Laporan Tahunan
c. Melakukan Penerapan Metode Pengawasan Berbasis Resiko Dalam Rangka Pengawasan Emiten Dan Perusahaan Publik Sektor Jasa Secara Berkelanjutan
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Peta Risk Assessment berdasarkan LKT 2009 dan LKTT 2010 Outcomes : Meningkatnya mutu pengawasan terhadap Emiten dan Perusahaan Publik
d. Melakukan Pendalaman Penelaahan Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik Sektor Jasa
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Hasil Penelaahan Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka g Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik Outcomes : Meningkatkan penelaahan Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik
e. Melakukan Penyusunan Penyempurnaan/Penerbitan Peraturan untuk Memenuhi Kebutuhan Pasar yang Berubah
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Draft Peraturan Bapepam LK yang telah disempurnakan untuk memenuhi kebutuhan pasar yang berubah Outcomes : Tersedianya perangkat hukum yang memadai guna mengatur kegiatan di bidang Pasar Modal
f. Melakukan Penyusunan Penyempurnaan Pedoman Kerja untuk Memenuhi Kebutuhan Pasar yang Berubah
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Tersusunnya pedoman kerja yang akan menjadi standar pelaksanaan tugas
(7)
(8)
Persen
100,00
Rp/juta Orang
127,71 29,00
Set
1,00
Persen
100,00
Rp/juta Orang
205,20 19,00
Emiten dan PP
35,00
Emiten dan PP
35,00
Rp/juta Orang
85,50 27,00
Draft Peraturan
1,00
Draft Peraturan
1,00
Rp/juta Orang
73,40 22,00
Buah
1,00
(9)
65
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Rp/juta Orang
85,50 27,00
Draft Peraturan
1,00
Persen
100,00
Rp/juta O Orang
141,12 17 00 17,00
Emiten dan PP
11,00
Emiten dan PP
11,00
Inputs : a. Dana b. SDM
Rp/juta Orang
114,48 28,00
Outputs : Hasil Penelaahan LKTT
Berkas
112,00
Persen
100,00
Inputs : a. Dana b. SDM
Rp/juta Orang
57,78 28,00
Outputs : Hasil Penelaahan LKT
Berkas
112,00
Outcomes : Tersedianya pedoman kerja yang akan menjadi standar pelaksanaan tugas
g. Menyempurnakan/ Menerbitkan Peraturan sesuai Standar Internasional
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Draft Peraturan Bapepam LK yang telah disempurnakan yang telah sesuai dengan Standar Internasional Outcomes : Meningkatnya kesesuaian peraturan - peraturan yang umum diterapkan secara internasional
2.1.1.9. Penelaahan dan Pemantauan Perusahaan Emiten dan Perusahaan Publik sektor riil a. Melakukan Pendalaman Penelaahan Pernyataan Pendaftaran f dalam Rangka Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Hasil Penelaahan Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik Outcomes : Meningkatkan penelaahan Pernyataan Pendaftaran dalam Rangka Penawaran Umum Emiten dan Perusahaan Publik
b. Melakukan Pendalaman Penelaahan Laporan Keuangan Tengah Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik
Outcomes : Meningkatkan Penelaahan dan Tanggapan LKTT
c. Melakukan Pendalaman Penelaahan Laporan Keuangan Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
(9)
PKPSR
PKPSR
PKPSR
66
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Inputs : a. Dana b. SDM
Rp/juta Orang
57,78 28,00
Outputs : Hasil Penelaahan Laporan Tahunan
Berkas
112,00
Persen
100,00
Outcomes : Meningkatkan Penelaahan dan Tanggapan LKT
d. Melakukan Pendalaman Penelaahan Laporan Tahunan Emiten dan Perusahaan Publik
Outcomes : Meningkatkan Penelaahan dan Tanggapan Laporan Tahunan
(9)
PKPSR
Biro PBH
2.1.1.10. Perumusan Peraturan, Penetapan Sanksi, dan Pemberian Bantuan Hukum a. Melaksanakan pengenaan sanksi administratif atas pelanggaran peraturan perundang-udangan di bidang pasar modal
Inputs : a. Dana b. SDM
R Rp/juta O Orang
85,50 15,00
Outputs : Surat sanksi administratif
B
480,00
Buah
Outcomes : Terwujudnya pengenaan sanksi P Persen administratif atas pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal yang dapat memenuhi rasa keadilan dan menimbulkan efek jera, namun tetap memperhatikan aspek pembinaan
100,00
Biro PBH
b. Menyusun peraturan Bapepam dan LK (Perundang-undangan dan Bantuan Hukum)
Inputs : a. Dana b. SDM Outputs : Peraturan Bapepam-LK di bidang Pasar Modal dan LKNB Outcomes : Terwujudnya peraturan yang berkualitas tinggi sehingga dapat menciptakan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi seluruh pelaku pasar modal dan LKNB
R Rp/juta O Orang
652,05 24,00
B
18,00
Buah
P Persen
100,00
Biro PBH
c. Melaksanakan litigasi perkara Pasar Modal di pengadilan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Inputs : a. SDM b. Dana
O Orang R Rp/juta
10,00 574,98
Outputs : a. Jawaban b. Duplik
B Berkas B Berkas
3,00 3,00
67
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) c. Daftar Bukti d. Kesimpulan e. Memori banding/Kontra Memori Banding f. Memori Kasasi/ Kontra Memori Kasasi g. Memori Peninjauan kembali/ Kontra Memori Peninjauan Kembali Outcomes : Terpenuhinya proses litigasi di Pengadilan
(7)
(8)
(9)
B Berkas B Berkas B Berkas
3,00 3,00 1,00
B Berkas
1,00
B Berkas
1,00
P Persen
100,00
Biro PP
2.1.1.11. Menyelenggarakan Pemeriksaan bidang Pasar Modal
Inputs : a. Dana b. SDM
Rp/juta Orang
1.302,35 12,00
Outputs : a. Laporan Hasil Pemeriksaan b. Penetapan Sanksi
Berkas Berkas
60,00 25,00
Persen
100,00
P Persen
100 00 100,00
Outcomes : a. Terciptanya penegakan hukum di Bidang Pasar Modal yang kredibel b Terwujudnya b. T j d kepastian k ti hukum h k di bidang Pasar Modal dan memberikan perlindungan bagi pemodal dan masyarakat.
2.1.1.12. Penelaahan dan Penilaian Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Bapepam-LK
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Laporan Hasil Penelaahan dan Penilaian Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Outcomes : Terlaksananya rekomendasi hasil penelaahan dan penialian kepatuhan atas pelaksanaan tugas
RKT Kemkeu 2010 (Misi Pasar Modal dan Lembaga Keuangan)
Orang Rp/juta
24,00 222,75
Buah
10,00
Persen
100,00
68
RENCANA KINERJA TAHUNAN TAHUN 2010 Instansi Visi
: Kementerian Keuangan : Menjadi Pengelola Keuangan dan Kekayaan Negara Bertaraf Internasional yang Dipercaya dan Dibanggakan Masyarakat, serta Instrumen bagi Proses Transformasi Bangsa menuju Masyarakat Adil, Makmur, dan Berperadaban Tinggi Misi Keempat : i. Membangun dan mengembangkan organisasi berlandaskan administrasi publik sesuai dengan tuntutan masyarakat ii. Membangun dan mengembangkan SDM yang amanah, profesional, dan berintegritas tinggi dan bertanggung jawab iii. Membangun dan mengembangkan teknologi informasi keuangan yang modern dan terintegrasi serta sarana dan prasarana strategis lainnya Formulir : RKT Sasaran
1.
Kegiatan
Uraian
Indikator
Rencana tingkat capaian (target)
Program
(1)
(2)
(3)
(4)
Indeks opini BPK atas LK BA 15, BUN dan BA 999
3,07 (Indeks 0-4)
a. Peningkatan kualitas LK BA 15, BUN, dan BA 999
1.1.
1.1.1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara
Uraian
Indikator Kinerja
Satuan
Rencana Tingkat Capaian (Target)
Ket
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Hari-Orang Rp/ribu
11.323,00 7.774.926,00
Buah Buah
1,00 1,00
Indeks
3,07
Indeks
3,00
Indeks
3,00
Indeks
3,17
Hari-Orang Rp/ribu
27.035,00 18.517.250,00
Buah Buah Buah
38,00 114,00 1,00
Buah
38,00
Persen
100,00
Hari-Orang Rp/ribu
4.171,00 2.535.519,00
Buah Buah
6,00 20,00
1.1.1.1. Peningkatan pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara
Inputs : a. SDM & waktu pengawasan b. Dana Outputs : a. Executive Summary b. Laoran Hasil Reviu LK Outcomes : a. Indeks opini BPK atas LK BA 15, BUN dan BA 999 a. 1. Indeks opini BPK atas LK BA 15 a. 2. Indeks opini BPK atas LK BUN a. 3. Indeks opini BPK atas LK BA
b. Pencapaian hasil pengawasan yang memberi nilai tambah
1.2.
a. Jumlah policy recommendation hasil pengawasan b. Persentase unit Eselon I yang memiliki peta risiko
38,00 Buah
1.2.1.2. Pengawasan internal kepada seluruh unit Kementerian Keuangan
100 Persen
Inputs : a. SDM & waktu pengawasan b. Dana Outputs : a. Executive Summary b. Laporan Hasil Audit c. Laporan Asistensi dan Konsultasi Manajemen Risiko Outcomes : a. Jumlah policy recommendation hasil pengawasan b. Persentase unit Eselon I yang memiliki peta risiko
c. Pengawalan proses reformasi birokrasi yang efektif dan bersih
1.3.
a. Jumlah peta konsistensi penerapan SOP unggulan Kementerian b. Jumlah policy recommendation reformasi birokrasi
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
5,00 Buah 1,00 Buah
1.3.1.3. Pengawasan internal atas penerapan reformasi birokrasi Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM & Waktu pengawasan b. Dana Outputs : a. Executive Summary b. Laporan Hasil Audit
69
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : a. Jumlah peta konsistensi penerapan SOP Unggulan Kementerian b. Jumlah policy recommendation reformasi birokrasi
c. Jumlah informasi gratifikasi, pungutan liar, korupsi dan kolusi d. Jumlah kasus yang diserahkan kepada instansi penegak hukum sebagai bukti awal penyelidikan e. Persentase pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
5,00 Buah 4 Buah
0,3 Persen
1.3.1.4. Surveillance dan investigasi atas penyelewengan dan/atau penyalahgunaan wewenang pada unsur Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Laporan Hasil Surveillance b. Laporan Hasil Investigasi Outcomes : a. Jumlah informasi gratifikasi, pungutan liar, kolusi, dan korupsi b. Jumlah kasus yang diserahkan kepada instansi penegak hukum sebagai bukti awal penyelidikan c. Persentase pegawai yang dijatuhi hukuman disiplin sedang atau berat
(7)
(8)
Buah
5,00
Buah
1,00
Hari-Orang Rp/ribu
7.254,00 4.623.587,00
Buah Buah
23,00 42,00
Buah
5,00
Buah
4,00
Persen
0,30
(9)
70
(1) 2.
a. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan penyelenggaraaan pengelolaan Keuangan Negara
2.1.
(2)
(3)
Jumlah peserta edukasi tentang Keuangan Negara
9.595,00 Peserta
(4)
(5)
2.1.1. Pengembangan 2.1.1.1. SDM Keuangan dan Kekayaan Negara yang Profesional Melalui Pendidikan dan Pelatihan
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang anggaran dan perbendaharaan
b. Meningkatkan pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peserta edukasi publik tentang keuangan negara di bidang anggaran dan perbendaharaan Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan penyelenggaraan pengelolaan Keuangan Negara
2.1.1.2. c. Mengembangkan SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan Progam Diploma Keuangan Negara
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah peserta edukasi publik tentang keuangan negara
d. Mengembangkan organisasi yang handal dan modern
Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan penyelenggaraan pengelolaan Keuangan Negara
2.2.
Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional dan internasional
106,00 Mitra
2.2.1.3.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat kepemimpinan dan manajemen serta pendidikan pascasarjana bagi Pegawai Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
2.2.1.4.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang anggaran dan perbendaharaan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(7)
(8)
(9)
Orang Rp/ribu
79,00 17.071.424,00
Orang
1.500,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
137,00 83.821.900,00
Orang
4.800,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
104,00 112.071.797,00
Mitra
17,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
79,00 17.071.424,00
Mitra
22,00
Persen
100,00
71
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 2.2.1.5.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang perpajakan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
2.2.1.6.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang kepabeanan dan cukai
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat k td dan pelaku l k ekonomi k i akan fungsi Kementerian Keuangan
2.2.1.7.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
2.2.1.8.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang selain anggaran, perbendaharaan, perpajakan, kepabeanan, cukai, kekayaan negara dan perimbangan keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
RKT Kemkeu 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(7)
Orang Rp/ribu
Mitra
(8)
(9)
84,00 26.140.134,00
3,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
55,00 19.791.562,00
Mitra
2,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
56,00 14.584.588,00
Mitra
1,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
63,00 15.801.399,00
Mitra
Persen
2,00
100,00
72
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 2.2.1.9.
Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan Program Diploma Keuangan Negara
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat dan pelaku ekonomi akan fungsi Kementerian Keuangan
2.2.1.10. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Keuangan Negara di daerah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Jumlah kerjasama pendidikan dan pelatihan skala nasional, regional, dan internasional Outcomes : Meningkatnya pemahaman masyarakat k td dan pelaku l k ekonomi k i akan fungsi Kementerian Keuangan
2.3.
Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja
0,30 persen
2.3.1.11. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat kepemimpinan dan manajemen serta pendidikan pascasarjana bagi Pegawai Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.12. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang anggaran dan perbendaharaan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
RKT Kemkeu 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(7)
Orang Rp/ribu
(8)
(9)
137,00 83.821.900,00
Mitra
18,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
303,00 86.293.453,00
Mitra
55,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
104,00 112.071.797,00
Persen
0,61
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
79,00 17.071.424,00
Persen
0,13
Persen
100,00
73
(1)
(2)
(3)
(4)
(5) 2.3.1.13. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang perpajakan
(6) Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.14. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang kepabeanan dan cukai
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.15. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang kekayaan negara dan perimbangan keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.16. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan diklat teknis dan fungsional di bidang selain anggaran, perbendaharaan, perpajakan, kepabeanan, cukai, kekayaan negara dan perimbangan keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.17. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan Program Diploma Keuangan Negara
RKT Kemkeu 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
Inputs : a. SDM b. Dana
(7)
(8)
(9)
Orang Rp/ribu
84,00 26.140.134,00
Persen
0,25
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
55,00 19.791.562,00
Persen
0,02
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
56,00 14.584.588,00
Persen
0,09
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
63,00 15.801.399,00
Persen
0,13
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
137,00 83.821.900,00
74
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
2.3.1.18. Pengembangan SDM melalui penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan Keuangan Negara di daerah
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rasio jam pelatihan terhadap jam kerja Outcomes : Terpenuhinya SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi
RKT Kemkeu 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(7)
(8)
(9)
Persen
1,28
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
303,00 86.293.453,00
Persen
0,61
Persen
100,00
75
(1) 3.
a. Terwujudnya tata kelola yang baik dan kualitas layanan dan dukungan yang tinggi pada semua Eselon I di Kementerian Keuangan
3.1
(2)
(3)
Rasio realisasi dari janji layanan quick win ke pihak eksternal a. Penyelesaian PMK/KMK
100,00 Persen
(4) 3.1.1. Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Keuangan
(5) 3.1.1.1. Pembinaan dan koordinasi perumusan peraturan perundang-undangan a. Membina dan mengkoordinasikan perumusan peraturan perundang-undangan
(6)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rancangan Peraturan Menteri Keuangan/Keputusan Menteri Keuangan a. Bersifat Administratif b. Bersifat Kebijakan
b. Tingkat kepercayaan stakesholder (internal dan eksternal) yang tinggi
Outcomes : a. Efektifitas dalam penelaaahan dan perumusan hukum b. Tingkat kepercayaan stakeholders yang tinggi dalam penelaahan dan perumusan hukum
3.1.1.2. Pembinaan administrasi dan dukungan pelayanan pelaksanaan tugas kantor a. Pusat Kementerian
IInputt : a. SDM b. Dana Output : a. Jumlah PMK/KMK b. Jumlah KMK tentang penghapusan arsip Outcomes : Terpenuhinya pembinaan administrasi dan layanan kesekretariatan
b. Tercapainya implementasi pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement) di lingkungan Kementerian Keuangan dan lembaga pemerintah non kementerian/sekretariat lembaga tinggi negara/komisi negara/komisi pemerintah
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
3.1.1.3. Pembinaan teknis dan layanan pengadaan secara elektronik a Pengembangan kebijakan dan pengelolaan sistem pengadaan barang/jasa secara elektonik yg berdaya guna dan berhasil guna
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jumlah kebijakan pengadaan barang/jasa secara elektronik b. Jumlah usulan pengembangan kebijakan pengadaan barang/ jasa secara elektronik c. Jumlah usulan pengembangan aplikasi pengadaan barang/ jasa secara elektonik yang diimplementasikan
(7)
(8)
Orang Rp/juta
72,00 9.277.502,00
Hari Kerja Hari Kerja
4,00 6,00
Persen
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
64,00 20.845.480,00
Surat Surat
782,00 15,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
16,00 555.600,00
Buah
2,00
Buah
2,00
Buah
2,00
(9)
76
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6) Outcomes : Terlaksananya kebijakan dan pengelolaan sistem LPSE secara memadai
b. Pelaksanakan registrasi dalam pengadaan barang/ jasa secara elektonik
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Aktivitas registrasi dan verifikasi pengadaan barang/ jasa secara elektronik pada LPSE Kementerian Keuangan Discussion dengan user LPSE Outcomes : Terlaksananya registrasi dan verifikasi pengadaan barang/ jasa secara elektronik pada LPSE Kementerian Keuangan
c. Melakukan verifikasi/ validasi lapangan data penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam LPSE Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Data penyedia barang/jasa yang valid Outcomes : Terlaksananya verifikasi/ validasi lapangan data penyedia barang/jasa yang terdaftar dalam LPSE Kementerian Keuangan
d. Pelayanan e-procurement di lingkungan Kementerian Keuangan dan K/L yang handal dan terpercaya
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jumlah paket pengadaan di lingkungan Kementerian Keuangan yang dilaksanakan melalui e-procurement b. Jumlah paket pengadaan di lingkungan K/L yang dilaksanakan melalui e-procurement Outcomes : Terlaksananya implementasi e-procurement di lingkungan Kementerian Keuangan dan K/L
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(7)
(8)
Persen
50,00
Orang Rp/juta
13,00 76.560,00
Vendor
100,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
13,00 61.619,00
Data
500,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
30,00 1.151.127,00
Paket
300,00
Paket
50,00
Persen
100,00
(9)
77
(1)
(2)
(3)
c. Penyelesaian ijin akuntan publik dan penilai publik
(4)
(5) 3.1.1.4. Pembinaan dan pengawasan profesi Akuntan Publik dan Penilai Publik a. Memproses permohonan izin Akuntan Publik, KAP, Cabang KAP
(6)
(7)
(8)
Orang Rp/juta
11,00 -
Surat
60,00
Persen
100,00
Inputs: a. SDM b. Dana
Orang Rp/juta
8,00 -
Outputs: Sertifikat/Piagam Register
Berkas
1.300,00
Persen
100,00
Orang Rp/juta
10,00 0,00
Surat
75,00
Persen
100,00
Orang Rupiah
8,00 -
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : KMK Izin Praktek Akuntan Publik, KAP, Cabang KAP Outcomes : Terlayaninya permohonan izin Akuntan Publik, KAP dan Cabang KAP
b. Memproses permohonan izin Register Akuntan Publik
Outcomes: Terlayaninya permohonan pendaftaran akuntan register negara
c. Memproses permohonan izin Penilai Publik, KJPP, Cabang KJPP
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : KMK Izin Praktek Penilai Publik, KJPP, Cabang KJPP Outcomes : Terlayaninya permohonan izin Penilai Publik, KJPP dan Cabang KJPP
3.2.
Tingkat kompetensi karyawan untuk jabatan tematik
82,5 Persen JPM 70,00 Persen
3.2.1.5. Pembinaan dan koordinasi pengelolaan SDM a. Melakukan Pembangunan Assessment Center (AC) Sekretariat Jenderal
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Jabatan target yang ditetapkan b. Metoda dan alat ukur AC c. Konsep Pelaksanaan AC d. Pelatihan di bidang AC e. Prototipe Program Aplikasi AC yang telah disesuaikan
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
Set
1,00
Naskah Naskah Batch Program Aplikasi
1,00 1,00 3,00 1,00
(9)
78
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
Persen
100,00
Inputs : a. SDM b. Dana
Orang Rupiah
6,00 86.400.000,00
Outputs : a. Blueprint konsep alat ukur b. Konsep alat ukur in basket c. Skenario Alat Ukur
Konsep Konsep Konsep
2,00 2,00 3,00
Persen
100,00
Orang Rupiah
15,00 970.225.500
Set
1,00
Naskah Konsep Profil Assessor
1,00 1,00 1.481,00 50,00
Lisensi
3,00
Persen
100,00
Orang Rp/ribu
26,00 1.267.630,00
Buah
5,00
Persen
100,00
Outcomes : Tersedianya metode assessment Sekretariat Jenderal
b. Menyusun Metode dan Alat Ukur
Outcomes : Tersusunnya metode dan alat ukur
c. Melaksanakan Assesment Center (AC) Kementerian Keuangan
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Standar Kompetensi Jabatan yang telah ditetapkan b. Metoda dan alat ukur AC c. Konsep Pelaksanaan AC d. Data Base AC e. Assessor Eksternal Kementerian Keuangan f. Lisensi Inventory Outcomes : Terlaksananya Assessment Center Pejabat Eselon III Kementerian Keuangan
3.3.
Persentase penyelesaian SOP
100,00 Persen
3.3.1.6. Pembinaan dan penataan organisasi, tata laksana, dan jabatan fungsional a. Melakukan pembinaan dan penataan organisasi.
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : Rancangan Perpres/ Keppres/ PMK/KMK mengenai organisasi Outcomes : Terwujudnya organisasi, yang tepat, efektif, dan efisien pada semua satuan organisasi di lingkungan Kementerian Keuangan
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
(9)
79
(1)
(2) 3.4.
Service Level Agreement (SLA) Index
(3) 93,00 Persen
(4)
(5) 3.4.1.7. Koordinasi dan pengembangan sistem informasi dan teknologi keuangan a. Pencapaian SLA Index
(6)
Inputs : a. SDM b. Dana Outputs : a. Sosialisasi dan Ceramah TIK b. Pendidikan, pelatihan dan joint development teknis c. Buku untuk perpustakaan TIK d. Aplikasi Operasional e. Jasa konsultasi TIK f. Perangkat keras untuk kantor pusat g. Perangkat lunak h. Perangkat pendukung i. Server j. Infrastruktur jaringan k. Sistem Keamanan Jaringan l. Jasa maintenance perangkat m. Annual Technical Support (ATS) n. Sewa Jaringan (VPN/VISAT, internet) Outcomes : Dukungan TIK terhadap pengelolaan keuangan negara dan peningkatan kepercayaan stakeholde r terhadap layanan TIK
Jakarta,
(7)
(8)
Orang Rp/Juta
134,00 105.318,98
Frekuensi Orang
17,00 100,00
Buku Paket Paket Unit
12,00 6,00 33,00 241,00
Unit Unit Unit Unit Paket Unit Paket
121,00 6,00 4,00 385,00 1,00 275,00 4,00
Paket
13,00
Persen
100,00
(9)
Maret 2010
MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,
SRI MULYANI INDRAWATI
RKT Kemkeu Tahun 2010 (Misi Peningkatan Kelembagaan)
80
Gedung Djuanda I Jl. Dr. Wahidin Raya No.1 Jakarta 10710