JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
217
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI PADA BIDANG STUDI PKN MATERI PERUMUSAN PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA MELALUI PENERAPAN MODEL BELAJAR NUMBERED HEADS TOGETHER DI SDN MELIS KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Istadiyah SD N Melis, Gandusari, Trenggalek Abstrak. Tujuan penelitian penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan langkah-langkah kepala sekolah dalam berkolaborasi dengan guru kelas VI menerapkan model belajar Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 pada materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; (2) Mengetahui perkembangan prestasi belajar pada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 pada materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara setelah diterapkannya model belajar Numbered Heads Together (NHT). Aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 60,00% yang meningkat menjadi “sangat baik” pada siklus II menjadi 78,75%. Artinya siswa dapat belajar dengan baik setelah diterapkannya metode belajar Numbered Heads Together (NHT). Sedangkan untuk aktivitas guru pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 61,25% meningkat menjadi “sangat baik” pada siklus II dengan persentase aktivitas 80,00%. Artinya guru dapat menerapkan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan baik pada pelajaran PKn di Kelas VI. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 59,52 siklus I: 70,00 siklus II: 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II sehingga dari hasil penelitian di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa yang menunjukan peningkatan yang sangat baik. Kata kunci: Numbered Heads Together, PKn, Kelas VI
Pada Tahun Pelajaran 1973 melalui MPR ditetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) ditegaskan bahwa: “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimasukkan dalam kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta”. (Tap. MPR. No. IV/MPR/1973). Maka sejak itu PKn dijadikan sebagai bidang studi tersendiri. Tim Pembina PKn Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa: “Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran adalah usaha yang dilakukan secara sadar, teratur dan terus
menerus ynag terjadi di dalam proses belajar mengajar yang diciptakan hubungan antara guru dengan siswa menurut aturan moral Pancasila. Proses belajar mengajar menanamkan norma Pancasila dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku siswa menurut tuntutan moral Pancasila”. (Tim Pembina PKn Depdikbud, 1983:24). Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa hakekat bidang studi PKn adalah pendidikan moral yang berlandaskan Pancasila. Dengan demikian penekanannya lebih menitik beratkan pada aspek moral
217
218
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
(afektif) dan perbuatan (psikomotor) disamping secara integratif perlu diperhatikan aspek pengetahuan (kognitif). Materi PKn mencakup semua unsur yang erat kaitannya dengan sejarah dan perkembangan PKn terutama tentang Pendidikan Masalah Moral Dengan adanya materi yang disediakan itu diharapkan dihayati dan diamalkan Perintah yang ada dalam Pancasila yang berdasarakan UUD 1945 oleh setiap Peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Para guru PKn seharusnya mengenal, memahami dan dapat menerapkan berbagai metode penyajian yang bervariasi sesuai dengan perkembangan dunia metodologi pendidikan dewasa ini. Metode apapun yang kita pilih atau kita gunakan dalam pelaksanaan program pembelajaran PKn hendaknya dapat menjamin pengembangan keseluruhan aspek, yakni Pengetahuan, sikap dan ketrampilan, terutama pcngembangan sikap dan moral dan mental (penghayatan) nilai-nilai yang terkandung dalam UUD 1945. Sasaran akhir PKn adalah dihayati dan diamalkannya Pancasila oleh setiap anak didik di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal itu D. Djamal mengemukakan bahwa: “Tujuan mempelajari PKn adalah untuk mengerti dan memahami tentang isi dan makna yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau dengan kata lain untuk menjadi warganegara yang baik. dengan sikap moral dan perilaku yang berdasarkan falsafah negara dan UUD 1945”. (Djamal, D. 1979: 7). Pada buku lain dirumuskan tujuan PKn sebagai berikut: ”Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan meneruskan dan mengembangkun jiwa semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan GBHN kepada generasi
muda, dengan menekankan ranah sikap dan nilai yang mendorong semangat merangsang ilham dan menyeimbangkan kepribadian peserta didik” (GBPP, Depdikbud, 1984: 3). Dengan demikian PKn juga membentuk peserta didik yang sadar akan hak dan kewajibannya. Sebagai peserta-didik yang taat akan peraturan kedisiplinan sekolah dan peraturan lainnya. Pada umumnya siswa dalam mempelajari bidang studi PKn kurang berminat, kemampuan siswa dalam memahami pokok bahasan bidang studi PKn masih rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa masih dalam tingkat persentase ketuntasan yang belum maksimal. Biasanya dalam pembelajaran PKn guru hanya menggunakan metode ceramah dan dengan media seadanya sehingga tidak dapat menumbuhkan minat belajar siswa yang mengakibatkan prestasi belajar siswa rendah.Untuk menanggulangi kendala tersebut perlu diterapkan strategi pembelajaran yang baru dan inovatif yang bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil belajar SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Kelas VI dilihat dari hasil nilai ulangan harian didapatkan banyak siswa yang tidak tuntas dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) dan ketuntasan belajar belum memenuhi. KKM disekolah tersebut yaitu 70 dan ketuntasan belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan perilaku kurang lebih 85% (Mulyasa, 2010:218). Hasil observasi diperoleh nilai ulangan harian Kelas VI yang berjumlah 21 siswa, yang tidak tuntas dalam belajar berjumlah 7 siswa dengan presentase ketuntasan 33,33%. Berdasarkan uraian tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar PKn siswa SD Negeri Melis kurang baik.
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
Terkait dengan hasil temuan permasalahan-permasalahan yang telah ditemukan di SD Negeri Melis maka untuk mengatasi masalah-masalah tersebut peneliti menawarkan strategi model pembelajaran yaitu model pembelajaran Numbered Heads Together. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatankegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2003: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe NHT yaitu: (1) Hasil belajar akademik stuktural. Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugastugas akademik; (2) Pengakuan adanya keragaman. Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
219
latar belakang; (3) Pengembangan keterampilan sosial. Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Kelebihan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: (1) Setiap siswa menjadi siap semua; (2) Dapat melakukan diskusi dengan sungguhsungguh; (3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut: (1) Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama; Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru. Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29), dengan tiga langkah yaitu: (a) Pembentukan kelompok; (b) Diskusi masalah; (c) Tukar jawaban antar kelompok. Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2003: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut: Langkah 1 Persiapan. Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Langkah 2 Pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang
219
220
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok. Langkah 3 Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan. Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru. Langkah 4 Diskusi masalah. Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum. Langkah 5 Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban. Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas. Langkah 6. Memberi kesimpulan. Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2003: 18), antara lain adalah (1) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi; (2) Memperbaiki kehadiran; (3) Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar; (4) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil; (5) Konflik antara
pribadi berkurang; (6) Pemahaman yang lebih mendalam; (7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi; (8) Hasil belajar lebih tinggi. Berdasarkan pada rumusan masalah penelitian tersebut, dapat dirumuskan beberapa tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan langkahlangkah kepala sekolah dalam berkolaborasi dengan guru kelas VI menerapkan model belajar Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 pada materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara; (2) Mengetahui perkembangan prestasi belajar pada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 pada materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara setelah diterapkannya model belajar Numbered Heads Together (NHT). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas.Penelitian tindakan kelas berupaya untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa sehingga akan terjadi peningkatan prestasi dalam belajar siswa. Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu: (1) Kegiatan Pra Tindakan, dilakukan untuk mendata permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada pembelajaran PKn, sekaligus melakukan studi dokumentasi. (2) Kegiatan Pelaksanaan Tindakan, meliputi: (a) Perencanaan
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
Tindakan; (b) Pelaksanaan Tindakan; (c) Pengamatan; (d) Refleksi Peneliti sebagai instrument utama berperan sebagai pelaku pembelajaran, perencana tindakan, pengumpul data, penafsir data, pemakna data dan pelapor temuan penelitian dengan menggunakan instrumen penelitian yaitu pedoman pengamatan, pedoman wawancara, catatan lapangan, angket, dan tes tulis. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Melis pada siswa Kelas VI Semester I bidang studi PKn materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara Tahun Pelajaran pelajaran 2013/2014d engan jumlah siswa sebanyak 21 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September sampai Oktober 2013. Prosedur siklus penelitian yang dilakukan, prosedur penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (a) Perencanaan (Planning); (b) Pelaksanaan (Action), (c) Observasi (Observation); (d) Refleksi (Reflection). Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan
221
pengkategorian dan pengklasifikasian; (3) Menyimpulkan dan memverifikasi. Pada penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: (a) Untuk menilai ulangan atau tes formatif, melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif; (b) Untuk ketuntasan belajar, seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 70% atau nilai 70, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 85%; (c) Lembar observasi pengolahan metode Numbered Heads Together (NHT). Karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris dan kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskusi tentang penerapan metode kontekstual dan diteruskan dengan meninjau materi yang akan disampaikan pada penelitian tindakan. Metode Pengumpulan Data yaitu dengan menggunakan (1) Tes, digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian prestasi belajar siswa; (2) Observasi, digunakan untuk mengetahui adanya peningkatan aktivitas atau respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran; (3) Angket digunakan untuk mendetaksi sikap, minat, respon, dan motivasi siswa terhadap pem-
221
222
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
belajaran; (4) Pencatatan lapangan dimaksudkan untuk melengkapi data yang tidak terekam dalam instrumen pengumpul data yang ada. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal Peneliti sebagai guru Kelas VI dalam penelitian ini telah melakukan kegiatan pra tindakan yang dimulai pada tanggal 8 Oktober 2013. Hasil dari refleksi awal dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan hasil kajian studi dokumentasi pembelajaran guru Kelas VI dari data kelas dan buku hasil analisis evaluasi pembelajaran diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara sangat rendah. Dari hasil obeservasi ini seperti yang tercantum dalam catatan penelitian diduga bahwa penyebab utama rendahnya prestasi belajar siswa adalah penerapan metode pembelajaran yang tidak tepat, sehingga tidak mampu meningkatkan minat aktivitas belajar siswa. Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (a) Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode Numbered Heads Together (NHT); (b) Menyusun petunjuk kegiatan siswa; (c) Melaksanakan kegiatan penelitian; (d) Penilaian hasil kegiatan penelitian Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1)
Pada tanggal 17 September 2013 tepatnya pada pukul 07.00 (WIB) guru Kelas VI dengan didampingi oleh kepala sekolah memasuki ruang Kelas VI; (2) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran; (3) Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran; (4) Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah; (5) Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang sila-sila dalam Pancasila; (6) Pukul 07.15 WIB, guru memasuki kegiatan inti; (7) Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai “Persiapan Kemerdekaan Indonesia”; (8) Bertanya jawab tentang gambaran keadaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang; (9) Melanjutkan membaca teks tentang BPUPKI secara bergiliran; (10) Bertanya jawab tetang tujuan dibentuknya BPUPKI; (11) Melanjutkan membaca teks tentang Perumusan Dasar Negara RI; (12) Guru bertanya calon rumusan siapakah yang paling mendekati dengan isi Dasar Negara Pancasila; (13) Melanjutkan membaca teks mengenai Panitia Sembilan secara bergiliran; (14) Guru menjelaskan hasil kerja Panitia Sembilan; (15) Membaca teks mengenai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia; (16) Dilanjutkan dengan membaca Rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945; (17) Pada pukul 07.45, guru mengeluarkan karu yang berisi daftar pertanyaan tetag perumusan pancasila; (18) Setiap kelompok mendapatkan kartu soal yang berisi sebuah soal untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (19) Pukul 07.50, guru meminta siswa untuk mengemukakan jawaban masing-masing kelompok secara bergantian, setelah itu guru meminta salaha satu
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
siswa untuk membacakan kartu jawab pada soal pertama. Kegiatan ini dilakukan sampai karti soal habis; (20) Pukul 08.00 WIB, guru melakukan kegiatan akhir dalam kegiatan ini; (21) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (22) Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari; (23) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing; (24) Pada tanggal 24 September 2013 tepatnya pada pukul 07.00 (WIB) guru Kelas VI dengan didampingi oleh kepala sekolah memasuki ruang Kelas VI; (25) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran; (26) Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran; (27) Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah; (28) Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang sila-sila dalam Pancasila; (29) Pukul 07.15 WIB, guru memasuki kegiatan inti; (30) Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai “makna juang perumusan Pancasila sebagai dasar Negara”; (31) Pada pukul 07.45, guru mengeluarkan kartu yang berisi daftar pertanyaan tentang perumusan pancasila; (32) Setiap kelompok mendapatkan kartu soal yang berisi sebuah soal untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (33) Pukul 07.50, guru meminta siswa untuk mengemukakan jawaban masing-masing kelompok secara bergantian, setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk membacakan kartu jawab pada soal pertama. Kegiatan ini dilakukan sampai karti soal habis; (34) Pukul 08.00
223
WIB, guru melakukan kegiatan akhir dalam kegiatan ini; (35) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (36) Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari; (37) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing. Observation (Pengamatan) Bagi Kelas VI SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa-siswa tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunkasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 60,00% dan termasuk dalam kategori aktivitas “cukup baik”. Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: (a) Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok; (b) Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan; (c) Guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar; (d) Akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan
223
224
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 61,25% dan termasuk dalam kriteria “cukup baik”. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar Numbered Heads Together (NHT) berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari pada bidang studi PKn materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data berikut ini Tabel 1 Nilai Hasil Ulangan Siswa Setelah Diberi Tindakan Perbaikan Pembelajaran Pada Siklus I % Ketuntasan No Nama Siswa Nilai T TT 1 Ahmad Jawahirul 70 T 2 Arik Ramadhan 80 T 3 Aulia Rahma Dewi 70 T 4 Aprilia Dwi Saptina 70 T 5 Desi Wulandari 60 TT 6 Fahmi Romadhoni 70 T 7 Fina Kozaainul 70 T 8 Friskalina 80 T 9 M. Iqbal Rusad 80 T 10 Maulida Hanna 70 T 11 Mya Agustina 60 TT 12 M. Imam Mahrub 60 TT 13 M. Zunico Nur 60 TT 14 Nimas Ayu Edy 100 T 15 Nela Septiana 70 T 16 Rosy Alysia Nor 80 T 17 Yudi Stiawan 70 T 18 Zamzamia Malikah 50 TT 19 Anggita Krisna P 70 T 20 Trisna Pertiwi 70 T 21 Fikki Primat 60 TT Jumlah 1470 15 6 %Rata-Rata 70.00 71.43 28.57
Refleksi
Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik,sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dengan adanya kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I, maka prestasi belajar yang dicapai siswa tidak maksimal, yaitu hanya mencapai ketuntasan belajar sebesar 71,43% masih jauh dari ketuntasan belajar yang diharapkan sebesar 85,00%. Untuk masih diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, yang beda adalah pada materi kegiatan yang membahas tentang Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik bertanya pada guru; (b) Mengurangi dominasi guru; (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Action (Pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Adapun kegiatannya sebagai berikut: (1) Pada tanggal 8 Oktober 2013 tepatnya pada pukul 07.00 (WIB) guru Kelas
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
VI dengan didampingi kepala sekolah memasuki ruang Kelas VI; (2) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran; (3) Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran; (4) Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah; (5) Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang sila-sila dalam Pancasila; (6) Pukul 07.15 WIB, guru memasuki kegiatan inti; (7) Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai “Persiapan Kemerdekaan Indonesia”; (8) Bertanya jawab tentang gambaran keadaan bangsa Indonesia pada masa penjajahan Jepang; (9) Melanjutkan membaca teks tentang BPUPKI secara bergiliran; (10) Bertanya jawab tetang tujuan dibentuknya BPUPKI; (11) Melanjutkan membaca teks tentang Perumusan Dasar Negara RI; (12) Guru bertanya calon rumusan siapakah yang paling mendekati dengan isi Dasar Negara Pancasila; (13) Melanjutkan membaca teks mengenai Panitia Sembilan secara bergiliran; (14) Guru menjelaskan hasil kerja Panitia Sembilan; (15) Membaca teks mengenai Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia; (16) Dilanjutkan dengan membaca Rumusan Pancasila yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945; (17) Pada pukul 07.45, guru mengeluarkan karu yang berisi daftar pertanyaan tetag perumusan pancasila; (18) Setiap kelompok mendapatkan kartu soal yang berisi sebuah soal untuk didiskusikanbersmaa kelompoknya; (19) Pukul 07.50, guru meminta siswa untuk mengemukakan jawaban masing-masing kelompok secara bergantian, setelah itu guru meminta salaha satu siswa untuk membacakan kartu jawab pada soal pertama.
225
Kegiatan ini dilakukan sampai karti soal habis; (20) Pukul 08.00 WIB, guru melakukan kegiatan akhir dalam kegiatan ini; (21) Siswa dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (22) Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari; (23) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing; (24) Pada tanggal 15 Oktober 2013 tepatnya pada pukul 07.00 (WIB) guru Kelas VI dengan didampingi oleh kepala sekolah memasuki ruang Kelas VI; (25) Mengajak semua siswa berdoa sesuai dengan agama, presensi, apersepsi dan kepercayaan masing-masing, untuk mengawali pelajaran; (26) Memberikan motivasi dan menjelaskan tujuan pembelajaran; (27) Mengajak siswa bertanya jawab tentang kegiatan apa saja yang dilakukan setelah pulang dari sekolah; (28) Dilanjutkan dengan bertanya jawab tentang sila-sila dalam Pancasila; (29) Pukul 07.15 WIB, guru memasuki kegiatan inti; (30) Semua siswa diminta menyimak teks yang dibaca oleh siswa yang ditunjuk secara bergiliran mengenai “makna juang perumusan Pancasila sebagai dasar Negara”; (31) Pada pukul 07.45, guru mengeluarkan kartu yang berisi daftar pertanyaan tentang perumusan Pancasila; (32) Setiap kelompok mendapatkan kartu soal yang berisi sebuah soal untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (33) Pukul 07.50, guru meminta siswa untuk mengemukakan jawaban masing-masing kelompok secara bergantian, setelah itu guru meminta salaha satu siswa untuk membacakan kartu jawab pada soal pertama. Kegiatan ini dilakukan sampai karti soal habis; (34) Pukul 08.00 WIB, guru melakukan kegiatan akhir dalam kegiatan ini; (35) Siswa
225
226
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
dan guru bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari selama pertemuan itu untuk mengetahui pencapaian Indikator Pencapaian Kompetensi dan Kompetensi Dasar; (36) Siswa dan guru membuat kesimpulan materi yang telah dipelajari; (37) Siswa dan guru berdoa sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing Observasi (Pengamatan) Pada siklus II aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Siswa sudah tidak canggung lagi saat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Frekuensi pertanyaan siswa merata tidaklagi didominasi oleh kelompok tertentu. Komunikasi antar siswa sudah berjalan secara aktif dan komunikatif sehingga interaksi belajar siswa mampu mendorong aktivitas belajar yang aktif dan kondusif. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 78,75% dan termasuk dalam kategori aktivitas “baik”. Guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 80,00% dan termasuk dalam kriteria “baik”. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar Numbered Heads Together (NHT) berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri MelisKecamatan Gandusari pada bidang studi PKn materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data berikut ini.
Tabel 2 Nilai Hasil Ulangan Siswa Setelah Diberi Tindakan perbaikan Pembelajaran Pada Siklus II % Ketuntasan No Nama Siswa Nilai T TT 1 Ahmad Jawahirul 90 T 2 Arik Ramadhan 80 T Aulia Rahma 70 T 3 Dewi Aprilia Dwi 80 T 4 Saptina 5 Desi Wulandari 70 T Fahmi 80 T 6 Romadhoni 7 Fina Kozaainul 80 T 8 Friskalina 70 T 9 M. Iqbal Rusad 80 T 10 Maulida Hanna 90 T 11 Mya Agustina 90 T 12 M. Imam Mahrub 80 T 13 M. Zunico Nur 70 T 14 Nimas Ayu Edy 100 T 15 Nela Septiana 80 T 16 Rosy Alysia Nor 100 T 17 Yudi Stiawan 80 T Zamzamia 80 T 18 Malikah 19 Anggita Krisna P 80 T 20 Trisna Pertiwi 80 T 21 Fikki Primat 70 T Jumlah 1700 21 0 %Rata-Rata 80.95 100.00 0.00
Refleksi Dari hasil observasi sudah ditemukan adanya beberapa peningkatan yaitu: (a) Teknik bertanya kepada guru meningkat lebih baik; (b) Motivasi siswa dalam diskusi meningkat; (c) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Dengan demikian maka kendala yang muncul pada siklus I dapat teratasi secara baik pada siklus II. Hal ini berpengaruh pada perkembangan prestasi belajar siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar yang telah direncanakan oleh peneliti sebesar 100,00%, Sehingga penelitian ini berkahir pada siklus II. Penerapan Metode Belajar Numbered
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
227
memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.
Heads Together (NHT) Pada Mata Pelajaran PKn Dalam menerapkan metode belajar kooperatif model NHT, peneliti membimbing guru kelas VI membagi siswa menjadi 5 kelompok. Pada siklus I, guru membagikan kartu soal untuk didiskusikan bersama kelompoknya. Dalam kegiatan diskusi ini guru menempatkan diri sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran. Guru berusaha merangsang komunikasi antar siswa dalam kelompok dengan memberikan pertanyaan kepada masing-masing anggota kelompok sesuai dengan soal pada lembar kerja, sehingga semua siswa termotivasi untuk memberikan ide atau gagasannya. Selanjutnya guru meminta perwakilan kelompok untuk membacakan hasil diskusinya secara bergantian. Setelah itu guru meminta salah satu siswa untuk membacakan kartu jawaban untuk maisng-masing soal. Peneliti selaku observer melakukan pengamatan pada terhadap jalannya pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru memberikan reward berupa pujian dan koin kepada siswa dan kelompok yang aktif. Pada siklus II peran guru banyak sebagai fasilitator, siswa tampal lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian reward berupakoin dan lagu yang dinyanyikan dalam pembelajaran mampu
Aktivitas Belajar PKn di Kelas VI Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif model NHT mampu menghidupkan aktivitas belajar siswa Kelas VI SD Negeri Melis pada mata pelajaran PKn. Hal ini dapat dilihat dari hasil obervasi yang dilakukan oleh peneliti yang menunjukkan peningkatan yang signifikan yaitu persentase aktivitas guru pada siklus I mencapai 61,25% termasuk dalam kriteria “cukup baik” meningkat menjadi 80,00% termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal ini membuktikan bahwa langkah-langkah yang telah direncanakan oleh peneliti mampu diterima dan dilaksanakan dengan baik oleh guru Kelas VI. Dengan meningkatkan aktivitas guru tentu berimbas pada peningkatan aktivitas belajar siswa yaitu pada siklus I persentase aktivitas siswa mencapai 60,00% dalam kriteria “cukup baik” meningkat menjadi 78,75% dalam kriteria “baik”. Hal ini membuktikan siswa mau dan mampu menerapkan metode belajar yang diterapkan oleh guru dengan baik. Untuk melihat perkembangan aktivitas belajar siswa peneliti tampilkan Gambar 1 berikut ini.
227
228
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
80.00 60.00
80.00 61.25
78.75
60.00
40.00
Aktivitas Guru
20.00
Aktivitas Siswa
0.00 Siklus I
Siklus II
Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Belajar Siswa Di Kelas VI SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari
Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 59,52 siklus I: 70,00 siklus II: 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II. Dengan melihat hasil yang terus naik pada tiap siklus maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 2. Respons Siswa Pada akhir siklus II, peneliti melalui guru Kelas VI menyebarkan angket yang berisi 10 butir pernyaataan untuk mengetahui respon siswa setelah diterapkannya metode belajar kooperatif model NHT. Dari hasil rekapitulasi respon siswa diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan metode pembelajaran yang dirancang oleh peneliti, dengan hasil respon 95,00. Setelah meganalisis data diatas maka hipotesis yangdiajukan dalam kegaiatan penelitian ini yaitu “Jika dalam pembelajaran PKn materi Perumusan Pancasila sebagai Dasar Negara kepala sekolah mampu berkolaborasi dengan guru kelas VI menggunakan model belajar Numbered Heads Together (NHT), maka prestasi belajar siswa
Kelas VI Semester I SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 akan mengalami peningkatan”, telah terbukti kebenarannya dengan keberhasilan ketuntasan belajar 100%. Maka kegiatan penelitian yang dilakukan telah berhasil dan terbukti secara meyakinkan sehingga dapat di diterapkan pada pembelajaran PKn atau pembelajaran lainnya dengan menggunakan metode NHT. PENUTUP Kesimpulan Dengan pembentukan kelompok secara heterogen menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dengan menumbuhkan kerjasama, komunikasi dan interaksi yang positif kepada siswa mampu meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian Melalui pembelajaran Numbered Heads Together (NHT) siswa dilatih untuk leluasa mengeluarkan ide atau gagasan dalam setiap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pembelajaran lebih menarik lagi dengan adanya dorongan dari guru berupa pemberian pujian dan reward berupa pin kepada siswa yang aktif.
JURNAL XXX, VOLUME X, NO. X, BULAN 2016
100.00 80.00
100.00
59.52
60.00 40.00
80.95
70.00
229
Prestasi Belajar
71.43 33.33
Ketuntasan
20.00 0.00 Seb. Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SD Negeri Melis Kecamatan Gandusari
Aktivitas belajar siswa pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 60,00% yang meningkat menjadi “sangat baik” pada siklus II menjadi 78,75%. Artinya siswa dapat belajar dengan baik setelah diterapkannya metode belajar Numbered Heads Together (NHT). Sedangkan untuk aktivitas guru pada siklus I menunjukkan prestasi yang “cukup baik” dengan persentase aktivitas 61,25% meningkat menjadi “sangat baik” pada siklus II dengan persentase aktivitas 80,00%. Artinya guru dapat menerapkan metode Numbered Heads Together (NHT) dengan baik pada pelajaran PKn di Kelas VI. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai ratarata: sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 59,52 siklus I: 70,00 siklus II: 80,95 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II sehingga dari hasil penelitian
di atas menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa serta ketuntasan belajar siswa yang menunjukan peningkatan yang sangat baik. Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan metode Numbered Heads Together (NHT). Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan metode Numbered Heads Together (NHT). Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya.
DAFTAR RUJUKAN Anonim. 1994. GBPP SLTP Kurikulum 1994 edisi 99. Jakarta: Dikmenum. BimoWalgito, 1980, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Fakultas Psikologi Unviersitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Djamal, D. 1979. Pengantar Dasar- Dasar Kependidikan Nasional. Jakarta: Yudhistira
229
230
Istadiyah, Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI...
Ngalim Purwanto, M. P. 1997, Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja, Rosdakarya. Prasdjo, Budi, dkk, 2003, Teori dan Aplikasi PKn Untuk kelas 1 SD, Jakarta: Yudhistira. Tap. MPR. No. IV/MPR/1973 Tim Pembina PKn. 1983. Kajian Kurikulum dan Model-model Pembelajaran PKn. Jakarta: Depdikbud.
Mulyasa, 2003. Kurikulum Berbasis kompetensi: Konsep, Karakreistik, dan Implementasi. Bandung: PT Temaja Rosdakarya. Ibrahim, Muslimin. 2003. Pembelajaran Kooperatif. Malang: UM Press.