98
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR BILANGAN BULAT BIDANG STUDI MATEMATIKA MELALUI MODEL BELAJAR KOOPERATIF PADA SISWA KELAS VI SDN 3 PRINGAPUS KECAMATAN DONGKO KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2014/2015
Oleh: Sarwan SDN 3 Pringapus, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) mengetahui upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar kooperatif sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok pengerjaan Bilangan bulat yang disampaikan oleh guru dan 2) mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan model belajar kooperatif. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan dan dilaksanakan pada siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015. Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa: (1) Model belajar Kooperatif, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa sebesar 61,75 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 25,00%, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 75,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 75,00% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 86,13 dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal yaitu sebesar 100%; dan (2) Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 61,88% pada siklus I menjadi 81,88% pada siklus II. Sedangkan aktivitas guru juga mengalami peningkatan dari 57,50% pada siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Kata kunci: kooperatif, prestasi belajar, matematika, Kelas VI
Pendidikan adalah pengalaman belajar terprogram dalam bentuk pendidikan formal, non-formal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah, yang berlangsung seumur hidup yang bertujuan optimalisasi petimbangan kemampuan-kemampuan individu, agar dikemudian hari dapat memainkan peranan hidup secara tepat. Dengan menggunakan strategi belajar yang tepat diharapkan mampu mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri, tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan, harus mampu merencanakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Potensi tersebut dapat dikembangkan oleh siswa apabila di dalam diri siswa terdapat minat untuk mengetahui sesuatu. Selain itu, guru dapat menggunakan beberapa cara dan strategi dalam mengatasi permasalahan yang muncul dalam pembelajaran. Tetapi, yang lebih penting dalam usaha merangsang minat belajar siswa tersebut adalah kemampuan guru dalam menggunakan strategi dalam kegiatan belajar mengajar. Realita yang ditemui oleh peneliti di lapangan adalah prestasi belajar Matematika pada siswa Kelas VI semester I SDN 3
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar...
Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 rendah. Masih banyak siswa yang berada di bawah KKM Matematika yang telah ditentukan pada sekolah tersebut. Hal ini diduga karena rendahnya minat belajar siswa pada bidang studi Matematika. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan strategi pembelajaran, salah satunya adalah implementasi pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran ini siswa dituntut untuk lebih aktif. Tujuan pembelajaran kooperatif setidaktidaknya meliputi tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Strategi ini berlandaskan pada teori belajar Vygotsky dalam Travers (1982) yang menekankan pada interaksi sosial sebagai sebuah mekanisme untuk mendukung perkembangan kognitif. Selain itu, metode ini juga didukung oleh teori belajar information processing dan cognitive theory of learning. Dalam pelaksanaannya metode ini membantu siswa untuk lebih mudah memproses informasi yang diperoleh, karena proses encoding akan didukung dengan interaksi yang terjadi dalam Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran dengan metode Pembelajaran Kooperatif dilandaskan pada teori Cognitive karena menurut teori ini interaksi bisa mendukung pembelajaran. Metode pembelajaran cooperatif learning mempunyai manfaat-manfaat yang positif apabila diterapkan di ruang kelas. Beberapa keuntungannya antara lain: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkap-
99
kan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar, ialah suatu cara mengajar dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 3 sampai 4 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Dalam aktivitas pembelajaran di sekolah, guru harus mengusahakan agar siswa dapat melakukan pengamatan yang efektif agar memperoleh hasil pembelajaran yang sebaik-baiknya. Dalam mengajar, hendaknya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pengamatan yang sebaikbaiknya. Pernyataan tersebut selaras dengan Hamalik (2001) yang mengatakan bahwa pengajaran yang efektif adalah pengajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Dalam kemajuan teknologi dewasa ini asas aktivitas lebih ditonjolkan melalui suatu program unit activity, sehingga kegiatan belajar siswa menjadi dasar untuk mencapai tujuan dan hasil belajar yang lebih memadai. Ada beberapa jenis aktivitas yang disampaikan oleh para ahli, diantaranya: (1) kegiatan-kegiatan visual, (2) kegiatan-kegiatan lisan (oral), (3) mendengarkan, (4) menulis, (5) menggambar, (6) metrik, (7) mental dan (8) emosional. Adapun penjabaran macam-macam kegiatannya adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan-kegiatan Visual. Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran. dan
100
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
mengamati orang lain bekerja atau bermain; 2) Kegiatan-kegiatan Lisan. Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, meng-hubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, menge-mukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi. 3) Kegiatan-kegiatan Mendengarkan. Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, dan mendengarkan radio; 4) Kegiatan-kegiatan Menulis. Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengeijakan tes, dan mengisi angket; 5) Kegiatan-kegiatan Menggambar. Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta, dan pola; 6) Kegiatan-kegiatan Metrik. Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuai model menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun; 7) Kegiatan-kegiatan Mental. Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan; 8) Kegiatan-kegiatan Emosional. Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain. Dari beberapa macam aktivitas tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan pengajaran, aktivitas siswa sangat diperlukan dalam memenuhi tujuan pengajaran. (Thoha, 1986) Oleh sebab itu, dalam kegiatan pembelajaran dituntut suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Melalui model belajar yang menekankan pada aktivitas siswa diharapkan mampu meningkatkan motivasi dan hasil belajar yang sesuai dengan tujuan
pendidikan di sekolah. Strategi pem-belajaran yang menekankan pada aktivitas siswa adalah pendekatan berbasis aktivitas. Berpijak pada kelebihan pendekatan model belajar cooperative learning, peneliti tertarik untuk melakukan kegiatan penelitian tindakan pada siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 melalui model belajar cooperative learning untuk meningkatkan pemahaman dan prestasi belajar bilangan bulat bidang studi matematika. Operasi hitung bilangan bulat dipilih sebagai suatu komponen penting dalam pelajaran Matematika, selain itu kurikulum matematika harus memberikan pengalaman belajar bagi siswa, seperti: mengajarkan siswa menjadi percaya pada guru, kemampuan untuk berfikir, mencari informasi dari sumber lain dan belajar dari siswa lain; mendorong siswa untuk mengungkapkan idenya secara verbal dan membandingkan dengan ide temannya; dan membantu siswa belajar menghormati siswa yang pintar dan siswa yang lemah, juga menerima perbedaan ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VI di SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015. Lokasi penelitian tindakan ini adalah di SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan dalam empat tahapan sebagai berikut: 1) Refleksi. Merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar...
penelitian; 2) Perencanaan. Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang strategi pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/ 2015. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas tentang strategi pembelajaran Berbasis Aktivitas dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time schedule), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung, dan (f) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas oleh peneliti; 3) Tindakan Observasi, tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada; dan 4) Refleksi Akhir, tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, serta (e) membuat simpulan. Teknik analisis data yang digunakan
101
dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Adapun teknik analisis data yang dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyimpulkan. Kegiatan penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal data dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang di dalamnya melibatkan kegiatan mengkategorikan dan pengklasifikasian; dan (3) Menyimpulkan dan mem-verifikasi. Pengecekan keabsahan data penelitian tindakan ini, dilakukan dengan beberapa langkah yang terdiri dari: 1) perpanjang siklus kegiatan penelitian; 2) ketekunan pengamatan; dan 3) triangulasi yang mencakup sumber, metode, penyidik, serta teori. HASIL DAN PEMBAHASAN Paparan Data dan Gambaran selintas tentang Setting Paparan data ini mendeskripsikan bahwa implementasi model belajar kooperatif memiliki peran yang sangat penting dalam usaha pencapaian minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Paparan data ini diperoleh dari kegiatan pengamatan dan observasi peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung. Catatancatatan prestasi tersebut diwujudkan dalam bentuk hasil evaluasi yang dilakukan akhir kegiatan setiap siklus. Refleksi Awal Dalam penelitian ini, peneliti bersama kolaborator penelitian mengidentifikasi permasalahan yang ada di Kelas VI yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar matematika
102
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
materi Bilangan bulat. Dari hasil pengamatan pada kegiatan pra tindakan terekam bahwa merosotnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak tepat. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses penemuan, penurunan rumus dan aplikasi operasi Bilangan bulat dalam permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa. Siswa dalam pemecahan masalah langsung diberi contoh soal, kemudian mengerjakan soal. SIKLUS I Perencanaan Peneliti berkolaborator dengan mitra guru merancang rencana tindakan pada siklus I, yaitu mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran, mempersiapkan lembar observasi siswa, mempersiapkan lembar observasi guru, mempersiapkan lembar penilaian dan mempersiapkan lembar evaluasi. Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model belajar konstruktivisme, peneliti diskripsikan dalam langkah-langkah berikut. Kegiatan Awal, guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas dan membentuk kelompok belajar Kegiatan Inti, siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa
mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, dan masingmasing siswa mencatat kesimpulan. Kegiatan Akhir, guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram serta penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu. Pengamatan Siklus I Berdasarkan observasi di Kelas VI dapat direkam hal-hal sebagai berikut. Bagi Kelas VI SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek, siswa-siswi tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunikasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 61,88% dan termasuk dalam kategori aktivitas baik. Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut. (a) Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok; (b) Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan; (c) Guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar mengajar; (d) Akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar...
penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 57,50% dan termasuk dalam kriteria baik. Berdasarkan paparan data kegiatan siklus I, maka diperoleh hasil pengamatan dan observasi peneliti berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar siswa melalui model belajar kooperatif. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa model belajar kooperatif berdampak positif terhadap minat belajar bidang studi Matematika, sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek pada bidang studi matematika pokok bahasan
103
Pengerjaan Bilangan bulat. Dalam penelitian tindakan ini, minat belajar siswa dapat didiskripsikan melalui keaktifan kegiatan siswa selama melakukan kegiatan pembelajaran. Asumsi peneliti bila siswa aktif dalam kegiatan belajar, dipastikan bahwa minat belajar siswa terhadap materi pembelajaran itu lebih besar. Demikian juga sebaliknya. Sedangkan prestasi belajar siswa ditunjukkan oleh nilai hasil evaluasi setiap akhir kegiatan (akhir siklus). Berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus I, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (diskusi kelas) dengan model belajar kooperatif yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus I JUMLAH SISWA NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INDIKATOR KEAKTIFAN Memperhatikan dan mencatat topic yang di ajarakan Memahami dan menganalisis soal yang di berikan Membentuk kelompok Bertanya pada teman atau guru jika ada halhal yang kurang jelas dalam memahami soal Mendiskusikan dengan teman atau siswa lain tentang apa yang di tanyakan Saling bekerja sama untuk mengerjakan lembar kerja kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompok Menanggapi hasil presentasi kelompok Menyampaikan ide, pendapat dan gagasan terhadap hasil presentasi. Menyimpulkan hasil diskusi RATA-RATA
KATEGORI %
YA
TIDAK
BAIK
CUKUP
10
6
62.5
√
9
7
56.25
√
10
6
62.5
√
12
4
75
11
5
68.75
√
9
7
56.25
√
9 9
7 7
56.25 56.25
√ √
10
6
62.5
√
10
6
62.5 61.88
√
KURAN G
√
Tabel 2 Nilai Hasil Belajar Matematika pada Siklus I No. 1 2 3
Nama Agung Setiawan Andan Setiawan Anting Noulan
Nilai 72 86 68
Tuntas T T -
Ketuntasan Tidak Tuntas TT
104 No. 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015 Nama
Nilai
Dona Rangga Hendra Elia Saputra Moh.Neriko Moh.Hadiputro Prisca Ayu Tagim Saputro Reni Fitria Resi Novi Rio Febrianto Siti Fatimatus Zakrok Fita Prihatiningsih William Dimas Yunita Okta Proditya Jumlah Rata-Rata
60 84 76 74 68 72 90 76 74 72 82 68 86 1208 75.50
Berdasarkan data hasil penilaian diatas dapat diketahui nilai rata-rata siswa pada siklus I mencapai 75,50 dengan persentase ketuntasan sebesar 75%. Hasil ketuntasan pada siklus I masih belum memenuhi ketuntasan yang peneliti harapkan yaitu sebesar 85% sehingga perlu diadakan penelitian lanjutan pada siklus berikutnya. Refleksi Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian sebagai berikut: (1) aktivitas siswa dalam
Tuntas T T T T T T T T T T 12 75.00
Ketuntasan Tidak Tuntas TT TT TT 4 25.00
kegiatan belajar mulai nampak terlihat ada peningkatan dibandingkan dengan kegiatan belajar mengajar sebelumnya, (2) beberapa siswa cepat dalam mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil evaluasi belajar yang dilakukan oleh guru beberapa siswa tidak mengalami kesulitan (3) beberapa siswa sudah ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, tetapi masih didominasi oleh siswa yang pandai. Pada siklus I juga dilakukan pengisian angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran pada siklus I. rekap persentase angket siswa ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Hasil Angket Siswa Siklus I No 1 2 3 4 5 6
Indikator Apakah kamu merasa metode pembelajaran yang diterapkan guru sesuai dengan keinginanmu? Apakah kamu merasa mudah belajar Matematika setelah guru menerapkan metode ini? Apakah kamu lebih mudah bekerjasama dengan kelompokmu dengan diterapkannya metode ini? Apakah metode pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu melatih kamu untuk berkomunikasi dengan temanmu? Apakan metode belajar ini mampu menumbuhkan keingintahuan kamu pada materi yang diajarkan oleh guru?
Ya
Jumlah Siswa Sama saja Tidak
62.5
6.25
31.25
75
12.5
12.5
68.75
6.25
25
75
6.25
18.75
62.5
6.25
31.25
62.5
6.25
31.25
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar... No 7 8 9 10
Indikator
Ya
Apakah kamu merasa tertantang untuk mengembagkan wawasan kamu setelah diterapkannya metode ini? Apakah metode belajar ini mampu meningkatkan rasa tanggung jawab kamu pada diri sendiri dan kelompok belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu meningkatkan prestasi belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu menumbuhkan keberanian kamu untuk bertanya/mengekuarkan gagasan?
Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian siswa tidak menyukai dengan model pembelajaran Kooperatif namun jika dibandingkan dengan yang menyukai pembelajaran dengan menggunakan model kooperatih lebih banyak sehingga metode kooperatif lebih dapat dikembangkan lagi dengan tujuan siswa lebih banyak yang merasa nyaman dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan Model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya peningkatan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 3 Pringgapus, akan dijabarkan lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Adapun paparan penjabaran hasil dari kegiatan pada siklus II ini adalah sebagai berikut. Guru lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, guru memotivasi siswa khsusnya siswa dengan kemampuan sedang dan rendah untuk lebih aktif adlam kegiatan diskusi. SIKLUS II Perencanaan Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah dengan perbaikan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama kolaborator pada siklus sebelumnya.
105
Jumlah Siswa Sama saja Tidak
56.25
6.25
37.5
62.5
6.25
31.25
50
37.5
12.5
62.5
6.25
31.25
Pelaksanaan Tindakan Diksripsi dari proses pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan dalam langkah-langkah pembelajaran berikut. Kegiatan Awal, guru menyiapkan peserta didik secara fisik dan psikis untuk mengikuti proses pembelajaran dengan cara berdo’a terlebih dahulu, guru mengadakan apersepsi dengan mengajukan pertanyaanpertanyaan dengan cara mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari, guru memberi motivasi dengan cara menyampaikan atau menjelaskan tujuan mempelajari materi yang akan dibahas, membentuk kelompok belajar. Kegiatan Inti, siswa mendengarkan uraian materi dari guru secara ringkas, siswa mengerjakan lembar kegiatan secara berkelompok, diskusi secara klasikal dengan bimbingan guru, guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan, masing-masing siswa mencatat kesimpulan. Kegiatan Akhir, guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, penegasan catatan siswa masing-masing siswa mengerjakan lembar test individu. Pengamatan Berdasarkan paparan data kegiatan siklus II, maka diperoleh peningkatan minat belajar siswa melalui model belajar kooperatif. Berdasarkan observasi yang dilakukan
106
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
oleh peneliti dalam kegiatan belajar mengajar pada tahap siklus II, dapat dicatat keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar (diskusi kelas) dengan model belajar kooperatif yang disampaikan oleh peneliti. Adapun paparan hasil observasi pada Tabel 4. Berdasarkan data hasil penilaian pada siklus II diatas menunjukkan nilai ratarata pada siklus II mencapai 86,13 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Hal ini menunjukkan permasalahan pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II. Refleksi Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan temuan sebagai berikut: (1) terlihat
ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas dan prestasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, (2) sebagian besar siswa lebih cepat memahami dan mempelajari materi yang disampaikan oleh guru, (3) sebagian besar siswa ada keberanian dalam menyampaikan pendapat, dan (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa dalam belajar mempermudah pencapaian tujuan yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar siswa mendapatkan hasil sebesar 81,88%, sedangkan aktivitas guru dalam kegiatan belajar mengajar sebesar 71,25%.
Tabel 4 Hasil Observasi Keaktifan Siswa Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
INDIKATOR KEAKTIFAN Memperhatikan dan mencatat topic yang di ajarakan Memahami dan menganalisis soal yang di berikan Membentuk kelompok Bertanya pada teman atau guru jika ada hal-hal yang kurang jelas dalam memahami soal Mendiskusikan dengan teman atau siswa lain tentang apa yang di tanyakan Saling bekerja sama untuk mengerjakan lembar kerja kelompok Mempresentasikan hasil kerja kelompok Menanggapi hasil presentasi kelompok Menyampaikan ide, pendapat dan gagasan terhadap hasil presentasi. Menyimpulkan hasil diskusi RATA-RATA
JUMLAH SISWA YA TIDAK
%
BAIK
12
4
75
√
12
4
75
√
14
2
87.5
√
14
2
87.5
√
12
4
75
√
14
2
87.5
√
12 13
4 3
75 81.25
√ √
15
1
93.75
√
13
3
81.25 81.88
√
KATEGORI CUKUP KURANG
Tabel 5 Nilai hasil Belajar Siswa Pada Siklus II No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Nama Agung Setiawan Andan Setiawan Anting Noulan Dona Rangga Hendra Elia Saputra Moh.Neriko Moh.Hadiputro Prisca Ayu Tagim Saputro
Nilai 80 100 84 76 84 92 76 100 72
Tuntas T T T T T T T T T
Ketuntasan Tidak Tuntas -
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar...
No. 10 11 12 13 14 15 16
Nama
Nilai
Reni Fitria Resi Novi Rio Febrianto Siti Fatimatus Zakrok Fita Prihatiningsih William Dimas Yunita Okta Proditya Jumlah Rata-Rata
94 92 100 88 92 72 76 1378 86.13
Proses Penganalisis dan Refleksi Refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang sudah dilakukan di masa lalu. Siswa mengendapkan apa yang baru dipelajarinya, sebagai struktur pengetahuan yang baru, yang merupakan pengayaan atau revisi dari pengetahuan sebelumnya. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima.
Tuntas T T T T T T T 16 100.00
107
Ketuntasan Tidak Tuntas 0 0.00
Dalam penelitian ini refleksi yang dilakukan oleh peneliti dan tim peneliti adalah dengan cara mendiskusikan hasil kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini. Kegiatan tersebut meliputi: (I) analisis, (2) sintesis, (3) pemaknaan, (4) penjelasan, dan (5) penyimpulan data dan informasi yang dikumpulkan. Pada siklus II juga dilakukan pengisian angket tanggapan siswa mengenai pembelajaran pada siklus II. Rekap persentase angket siswa ditampilkan pada Tabel 6.
Tabel 6 Hasil Angket Siswa Siklus II No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Jumlah Siswa SAMA YA TIDAK SAJA
Indikator Apakah kamu merasa metode pembelajaran yang diterapkan guru sesuai dengan keinginanmu? Apakah kamu merasa mudah belajar Matematika setelah guru menerapkan metode ini? Apakah kamu lebih mudah bekerjasama dengan kelompokmu dengan diterapkannya metode ini? Apakah metode pembelajaran ini mampu meningkatkan motivasi belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu melatih kamu untuk berkomunikasi dengan temanmu? Apakan metode belajar ini mampu menumbuhkan keingintahuan kamu pada materi yang diajarkan oleh guru? Apakah kamu merasa tertantang untuk mengembagkan wawasan kamu setelah diterapkannya metode ini? Apakah metode belajar ini mampu meningkatkan rasa tanggung jawab kamu pada diri sendiri dan kelompok belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu meningkatkan prestasi belajarmu? Apakah metode belajar ini mampu menumbuhkan keberanian kamu untuk bertanya/mengekuarkan gagasan?
Berdasarkan pada hasil angket siswa pada siklus II menunjukkan bahwa pada siklus II siswa banyak yang lebih menyukai
93.75
6.25
0
87.5
12.5
0
81.25
6.25
12.5
81.25
6.25
12.5
87.5
6.25
6.25
81.25
6.25
12.5
75
6.25
18.75
75
6.25
18.75
81.25
37.5
18.75
87.5
6.25
6.25
pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif sehingga para siswa merasa nya-
108
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
man dan dengan menggunakan metode kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajaran siswa. Berdasarkan pada pembahasan rumusan masalah dalam penelitian tindakan ini, menunjukkan bahwa Model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran Matematika bagi siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek dimaksudkan untuk. Meningkatkan Aktivitas Siswa Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah. Atas dasar pemyataan tersebut di atas, maka aktivitas siswa dalam belajar perlu ditingkatkan dengan suatu strategi pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Model belajar kooperatif salah satu pendekatan yang ditawarkan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain di dalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. Pemahaman mencakup kemampuan untuk menangkap makna dan arti dari bahan
yang dipelajari (W.S. Winkel, 1996: 245). W.S Winkel mengambil dari taksonmi Bloom, yaitu suatu taksonomi yang dikembangkan untuk mengklasifikasikan tujuan instruksional. Bloom membagi kedalam 3 kategori, yaitu termasuk salah satu bagian dari aspek kognitif karena dalam ranah kognitif tersebut terdapat aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam aspek di bidang kognitif ini merupakan hirarki kesukaran tingkat berpikir dari yang rendah sampai yang tertinggi. Hasil belajar pemahaman merupakan tipe belajar yang lebih tinggi dibandingkan tipe belajar pengetahuan (Nana Sudjana, 1992: 24) menyatakan bahwa pemahaman dapat dibedakan kedalam 3 kategori, yaitu: (1) tingkat terendah adala pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan dan menerapkan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang tidak pokok dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat pemaknaan ektrapolasi. Meningkatkan Prestasi Siswa Prestasi Belajar merupakan segala pekerjaan yang berhasil dan prestasi menunjukkan kecakapan manusia yang telah di capai. Menurut Gagne yang dikutip oleh Badawi (1987) mengatakan bahwa prestasi belajar dapat diukur dengan menggunakan tes karena prestasi belajar berupa keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, ketrampilan, dan nilai dan sikap. Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut
Sarwan, Meningkatkan Pemahaman dan Prestasi Belajar...
mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan-perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan
109
itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. 100.00
86.13 75.50 75.00
61.75
RATA-RATA KETUNTASAN 25.00
SEB SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 1 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa
Prestasi yang diperoleh oleh siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditunjukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian tindakan, khususnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Pada sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa sebesar 61,75 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 25,00%, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 75,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 75,00% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 86,13 dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal yaitu sebesar 100%. Hal ini menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringgapus
Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek. Untuk lebih jelasnya perkembangan belajar siswa:dapat digambarkan pada Gambar 1. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa: (1) Model belajar kooperatif, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada sebelum siklus prestasi hasil belajar siswa sebesar 61,75 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 25,00%, pada siklus I rata-rata hasil belajar sebesar 75,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 75,00% dan pada siklus II rata-rata hasil belajar sebesar 86,13 dengan ketuntasan mencapai nilai maksimal yaitu sebesar 100%; dan (2) Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan dari 61,88% pada siklus I menjadi 81,88% pada siklus II.
110
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 4, NO. 3, DESEMBER 2015
Sedangkan aktivitas guru juga mengalami peningkatan dari 57,50% pada siklus I menjadi 71,25% pada siklus II. Hal ini menunjukkan bahwa model belajar kooperatif sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Pringgapus Kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek tahun 2014/2015 semester I. Saran Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disarankan: (1) Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang
digunakan adalah model belajar kooperatif; (2) Penerapan Model belajar kooperatif dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar; (3) Pendekatan ini perlu diulang-ulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif; dan (4) Minat belajar siswa dapat dimunculkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Model belajar kooperatif merupakan salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh peneliti. Dengan harapan bila motivasi belajar siswa meningkat dimungkinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.
DAFTAR RUJUKAN Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Hamalik, O. 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Travers, Robert, M.W. 1982. Essentials of Learning. New York:Mac Millan Publishing Co, Inc. Thoha. 1986. Dinamika Kelompok Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta. P2LPTK. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.