64
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PENJASORKES MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING BAGI SISWA KELAS V DI SDN 3 GEMAHARJO KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2016/2017
Oleh: Samudi SDN 3 Gemaharjo, Watulimo, Trenggalek
Abstrak. Mata pelajaran Penjasorkes merupakan salah satu mata pelajaran yang memberikan bekal kepada siswa mengenai cara menjaga kesehatan baik melalui kegiatan yang bersifat jasmaniah yang berupa olah raga fisik maupun mengenai teori dan cara menjaga kesehatan. Pada tahap pra siklus, guru memasang KKM sebesar 70. Pada tahap ini guru menerapkan metode pembelajaran diskusi. Tingkat ketuntasan belajar yang dapat dicapai adalah 52,94% atau 9 siswa, dan siswa tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau mencapai 47,06%. Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa menunjukkan 10 siswa aktif dan 7 siswa pasif. Dengan demikian siswa aktif sebesar 58,82% dan siswa pasif sebesar 41,18%. Pada siklus I dan II guru menerapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Masalah yang diteliti adalah bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Penjasorkes setelah diterapkan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning. Subjek yang diteliti adalah siswa klelas V SDN 3 Gemaharjoi Kecamatan Watulimo Kabupatebn Trenggalek semester I tahun pelajaran 2016/2017 dengan jumlah 17 siswa. Metode pengumpulan data yang dipergunakan adalah metode tes dengan instrument lembar soal tes akhir dan metode non tes dengan instrument lembar pengamatan. Data dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistic. Hasil penelitian membuktikan bahwa Ha diterima dan Ho ditolak dan disimpulkan bahwa: “Terjadi peningkatan hasil belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017” Kata Kunci: Prestasi Belajar, Penjasorkes, Contextual Teaching and Learning.
Mengawali pembahasan mengenai prestasi belajar, perlu untuk mengenali dan memahami apa yang dimaksud dengan prestasi dan kata belajar. Pengertian dari kata prestasi yang diperoleh dari pendapat Gagne yang diunggah pada tanggal 20 Desember 2012 adalah sebagai berikut: “Prestasi adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan kegiatan. Gagne (1985: 40) menyatakan bahwa prestasi belajar dibedakan menjadi lima aspek, yaitu: kemampuan intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, sikap dan keterampilan (http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/). Berkaitan dengan prestasi dalam bidang pendidikan, dapat disampaikan berikut ini. ”Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes atau instrumen yang relevan. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
simbol, huruf maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak pada periode tertentu. Prestasi belajar merupakan hasil dari pengukuran terhadap peserta didik yang meliputi faktor kognitif, afektif dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrumen tes yang relevan. (http://ggugutlufichasepti.blogspot. co.id/) Diposkan tanggal 20 Desember 2012. Pendapat modern mengenai belajar adalah: “Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkahlaku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, timbulnya pengertian baru, serta timbul dan berkembangnya sifat-sifat sosial, susila, dan emosional. (Aqib, 2012:42). Belajar biasanya memang tidak hanya mempelajari sesuatu yang bersifat teori saja. Tetapi juga bersifat praktek. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga harus paham dan dapat menerapkan fungsinya sebagai makhluk sosial. Dalam tatanan kehidupan, manusia juga dihadapkan kepada adanya tata susila. Oleh karena itulah maka masalah aturan dan norma susila juga harus dipelajari. Demikian juga dengan masalah emosi. Emosi seseorang yang tidak terkendali seringkali menimbulkan masalah dalam kehidupan. Pendapat yang lain mengenai pengertian dari belajar adalah sebagai berikut: “Belajar adalah suatu proses aktif yang perlu dirangsang dan dibimbing ke arah hasil yang diinginkan (dipertimbangkan) (RBS. Fudyartanto, 2002:150). Menurut Fudyartanto, belajar memerlukan adanya rangsangan dan bimbingan. Yang dimaksud dengan rangsangan disini adalah rangsangan atau
65
stimulus yang diberikan oleh sumber belajar kepada individu yang belajar. Semakin tinggi stimulus atau rangsangan yang diberikan, semakin tinggi pula intensitas belajar. Stimulus dalam kegiatan belajar dapat menimbulkan motivasi. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan belajar. Belajar juga memerlukan adanya bimbingan. Bimbingan dapat mengarahkan seseorang pada tujuan yang pasti. Membimbing bukanlah memberikan paksaan kepada seseorang untuk mengikuti apa yang disampaikan oleh pembimbing. Tetapi bimbingan hanya sekedar memberikan solusi, sedangkan keputusan akhir tetap pada diri seseorang yang dimbimbing. Lebih lanjut Fundyartanto menjelaskan sebagai berikut: “Belajar adalah penguasaan kebiasaan, pengetahuan, dan sikap” (RBS. Fudyartanto, 2002:150). Perubahan sebagai hasil belajar menurut Fudyartanto adalah adanya perubahan pada aspek kebiasaan, pengetahuan, dan sikap. Atau seringkali kita kenal dengan nama aspek afektif, kognitif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut harus benarbenar diperhatikan. Kurikulum 2013 telah menetapkan porsi yang berbeda-beda untuk perkembangan dari ketiga aspek tersebut. Aspek yang paling dominan untuk dikembangkan pada anak usia Sekolah Dasar adalah aspek sikap. Aspek berikutnya adalah aspek pengetahuan, sedangkan aspek terakhir adalah ketrampilan . Muhammad Fathurrohman menyatakan bahwa sebenarnya prestasi belajar dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni yang bersifat internal dan yang bersifat eksternal. Faktor yang bersifat internal adalah faktor yang
66
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
berasal dari dalam diri sendiri, yakni dari individu yang belajar. Faktor yang termasuk pada faktor internal yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Faktor fisiologis adalah faktor yang berkaitan dengan faktor jasmani siswa. Sedangkan faktor yang berkaitan dengan faktor jasmani meliputi berbagai macam faktor, misalnya kesempurnaan jasmani, kesehatan, dan sebagainya. Pengertian dari mata pelajaran Penjasorkes adalah: “Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik, bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, perseptual, kognitif, dan emosional, dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07 /pengertian-penjasorkes-dan-tujuan-dari. html). Penjasorkes merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Tujuannya untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih, melalui aktivitas jasmani, olahraga, dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07/ pengertian-penjasorkes-dan-tujuan-dari.html Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan. eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor non-lokomotor,dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli,
tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya; (2) Aktivitas pengembangan meliputi: mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya; (3) Aktivitas senam meliputi: ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya; (4) Aktivitas ritmik meliputi: gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya; (5) Aktivitas air meliputi: permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya; (6) Pendidikan luar kelas, meliputi: piknik/ karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung; (7) Kesehatan, meliputi penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman yang sehat, mencegah dan merawat cidera, mengatur waktu istirahat yang tepat dan berperan aktif dalam kegiatan P3K dan UKS. Aspek kesehatan merupakan aspek tersendiri, dan secara implisit masuk ke dalam semua aspek. (http://itsjuandiary. blogspot.co.id/2013/02/tujuan-dan-ruanglingkup-pendidikan_4434.html) Sistem CTL merupakan suatu proses pendekatan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya, sosialnya, dan budayanya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
nanti. Dengan begitu mereka memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan utnuk hidupnya nanti. Mereka mempelajari apa yang bermanfaat bagi dirinya dan berupaya menggapainya. Dalam upaya itu, mereka memerlukan guru sebagai pengarah dan pembimbing. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual melibatkan para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi. Dengan mengaitkan keduanya, para siswa menyusun proyek atau menemukan permasalahan yang menarik, ketika mereka membuat pilihan dan menerima tanggung jawab, mencari informasi dan menarik kesimpulan, ketika mereka secara aktif mimilih, menyusun, mengatur, menyentuh, merencanakan, menyelidiki, mempertanyakan, dan membuat keputusan, mereka mengaitkan isi akademis dengan konteks dalam situasi kehidupan, dan dengan cara ini mereka menemukan makna. Nurhadi (2004:6) mengungkapkan bahwa pembelajaran kontekstual menyajikan suatu konsep yang mengaitkan materi pelajaran yang dipelajari siswa dengan konteks dimana materi tersebut digunakan, serta hubungan dengan bagaimana seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar. Dalam pembelajaran kontekstual terdapat beberapa karakteristik. Jhonson (2002: 24) dalam Nurhadi (2004:13) terdapat delapan komponen utama dalam sistem pembelajaran kontekstual. Pertama melakukan hubungan bermakna (making meaningful connected). Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar secara aktif dalam mengembangkan minatnya secara individual, orang yang dapat bekerja sendiri atau bekerja dalam kelompok, dan
67
orang yang dapat belajar sambil berbuat (learning by doing). Kedua, melakukan kegiatan-kegiatan yang signifikan (doing significant work). Siswa membuat hubungan-hubungan antara sekolah dan berbagai konteks yang ada dalam kehidupan nyata sebagai pelaku bisnis dan sebagai anggota masyarakat. Ketiga belajar yang diatur sendiri (self-regulated learning). Siswa melakukan pekerjaan yang signifikan: ada tujuannya, ada urusannya dengan orang, ada hubungannya dengan penentuan pilihan, dan ada produknya/hasilnya yang sifatnya nyata. Untuk itu, siswa mesti dilatih berpikir kritis dan kreatif dalam mencari dan menganalisis informasi dengan sedikit bantuan atau secara mandiri. Keempat bekerjasama. Siswa seyogyanya dibiasakan saling belajar dari dan dalam kelompok untuk berbagi pengetahuan dan menentukan fokus belajar. Guru membantu mereka memahami bagaimana mereka saling mempengaruhi dan saling berkomunikasi. Dalam setiap bekerjasama, selalu ada siswa yang menonjol. Siswa ini dapat dijadikan fasilitator dalam kelompoknya. Kelima berpikir kritis dan kreatif (critical and creatif thinking). Siswa dapat menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi secara kritis dan kreatif, dapat menganalisis, membuat sintesis, memecahkan masalah, membuat keputusan, dan menggunakan logika dan bukti-bukti. Keenam mengasuh dan memelihara pribadi siswa (nurturing the individual). Siswa memelihara pribadinya, mengetahui, memberi perhatian, memiliki harapan-harapan yang tinggi, memotivasi dan memperkuat diri sendiri. Siswa tidak dapat berhasil tanpa dukungan orang dewasa. Siswa menghormati teman-temannya dan juga orang dewasa. Ketujuh mencapai standar yang tinggi. (reaching high standart). Siswa mengenal
68
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
dan mencapai standar yang tinggi, memotivasi untuk mencapainya. Standar tinggi sering dipersepsi sebagai jaminan untuk mendapat pekerjaan, atau minimal membuat siswa percaya diri untuk menemukan pilihan masa depan. Kedelapan menggunakan penilaian autentik (using authentic assessment). Siswa menggunakan pengetahuan akademis dalam konteks dunia nyata untuk suatu tujuan yang bermakna. Penilaian autentik menunjukkan bahwa belajar telah berlangsung secara terpadu dan kontektual, dan memberi kesempatan kepada siswa untuk maju terus sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Tugas pendidik tidak hanya menuangkan atau menjejalkan sejumlah informasi ke dalam benak siswa, tetapi mengusahakan bagaimana agar konsep-konsep penting dan sangat berguna tertanam kuat dalam benak siswa. Untuk itu Nurhadi (2004:34) menjelaskan bahwa tugas guru adalah memfasilitasi dengan cara menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, serta menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Refleksi (reflection) adalah kegiatan memikirkan apa yang harus dipelajari, menelaah dan merespon semua kejadian, aktivitas atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran dan memberikan masukan-masukan perbaikan jika diperlukan. Tujuannya adalah bagaimana pengetahuan itu dapat mengendap di benak siswa. Nurhadi (2004:51) juga menjelaskan refleksi adalah cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari atau berpikir ke belakang tentang apa-apa yang telah dilakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan yang baru
diterima. Penerapan refleksi pada akhir pembelajaran yang dilakukan oleh guru berupa (1) pernyataan langsung tentang apaapa yang diperolehnya hari itu; (2) catatan atau jurnal di buku siswa; (3) kesan dan saran siswa mengenal pembelajaran hari itu; (4) diskusi; (5) hasil karya; (6) cara-cara lain yang ditempuh guru untuk mengarahkan siswa kepada pemahaman mereka tentang materi yang dipelajari. Penilaian yang sebenarnya (authentic assessment) adalah proses pengumpulan data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa. Kemajuan belajar dinilai dari proses, bukan hanya dari hasil. Penilaian autentik menilai pengetahuan dan keterampilan (performansi) yang diperoleh siswa. Penilai tidak hanya guru, tetapi bisa juga teman lain atau orang lain. Nurhadi (2004:53) mengungkapkan hal-hal yang bisa digunakan sebagai dasar menilai prestasi siswa, yaitu (1) proyek/kegiatan dan laporannya; (2) hasil tes tulis; (3) portofolio (kumpulan kayra siswa selama satu semester atau satu tahun); (4) pekerjaan rumah; (5) kuis; (6) karya wisata; (7) presentasi atau penampilan siswa; (8) demonstrasi; (9) laporan; (10) jurnal; (11) karya tulis; (12) kelompok diskusi METODE PENELITIAN Penelitian ini memiliki sifat deskriptif kuantitatif, dimana data yang dikumpulkan dan dianalisis adalah data yang berwujud angka. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan selesai dalam waktu sekitar 3 bulan, yakni bulan Juli 2016 sampai dengan September 2016, mulai dari tahap perencanaan sampai selesainya penyusunan laporan penelitian. Pelaksanaan Siklus I dilaksanakan pada Minggu ke IV
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
bulan Juli 2016 dan siklus II dilaksanakan pada minggu ke I bulan Agustus 2016. Sisa waktu berikutnya adalah untuk penyusunan laporan penelitian. Tahap Perencanaan Pada tahap perencanaan dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi masalah yang muncul; (2) Menentukan materi pembelajaran; (3) Mengembangkan scenario pembelajaran; (4) Menyusun LKS; (5) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran; (6) Menyusun soal evaluasi; (7) Menyusun format pengamatan. Tahap Pelaksanaan Tindakan Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) Appersepsi sebagai penggalian pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari; (d) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar. Kegiatan inti, meliputi: (a) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses penyelesaian permasalahan; (b) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru; (c) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru; (d) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi; (e) Dengan mengacu pada jawaban siswa, melalui tanya jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat; (f) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan
69
kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami. Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru dan siswa membuat kesimpulan; (b) Siswa mengerjakan tes akhir; (c) Siswa menukarkan lembar tugas antara yang satu dengan yang lain, kemudian guru guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas sekaligus memberi nilai. Tahap Pengamatan Pada tahap pengamatan, guru melaksanakannya pada saat pembelajaran berlangsung. Pengamatan ini difokuskan pada kegiatan inti pembelajaran. Aspek yang diamati adalah keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar. Pengamatan dituangkan dalam bentuk check list pada format lembar pengamatan. Tahap Refleksi Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi adalah sebagai berikut: (a) Menilai hasil tes akhir siswa; (b) Menghitung jumlah siswa aktif dan siswa pasif sesuai dengan data yang terkumpul; (c) Menganalisis hasil tes akhir dan hasil pengamatan; (d) Menentukan solusi dari permasalahan yang muncul Jumlah siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek semester I tahun pelajaran 2015/2016 adalah 17 siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Menurut peneliti pemilihan loksai penelitian di lembaga tersebut dikarenakan bagi peneliti lokasi tersebut cukup strategis. Peneliti sehari-hari bekerja di lembaga tersebut sehingga antara guru dan siswa sudah sangat saling mengenal. Untuk memperoleh data tetang prestasi belajar siswa dan keaktifan siswa,
70
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
diperlukan instrument pengumpuan data sebagai berikut: (a) Soal test, dipergunakan ada 10 soal pilihan ganda. Masing-masing soal dijawab benar mendapatkan nilai 1; (b) Lembar Observasi, dipergunakan memuat tentang data siswa aktif dan tidak aktif. Hasil pengamatan diisi dengan memberikan tanda ceck list pada format yang sudah disediakan. Untuk memperoleh data dari penelitian diperlukan adanya metode pengumpulan data. Pada penelitian ini, metode pengumpulan data yang dianggap relevan adalah tes dan non tes. Metode tes dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai prestasi belajar siswa, sedangkan metode pengumpulan data non tes dipergunakan untuk mengumpulkan data mengenai keaktifan siswa. Data yang dikumpulkan selanjutnya harus dianalisis. Metode analisis data yang dipergunakan untuk melakukan analisa terhadap data-data yang diperoleh dari sumber data adalah teknik analisa kuantitatif atau teknik analisa statistik. HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Perencanaan Materi yang dikaji pada tahap pra siklus adalah: “Menjaga Kebersihan Alat Reproduksi.” KKM yang ditentukan pada materi ini adalah 70. Pada tahap ini peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut: (1) Menyusun silabus; (2) Menyusun RPP; (3) Menyiapkan media pembelajaran; (4) Menyiapkan instrument penilaian yaitu lembar tes pilihan ganda; (5) Menyiapkan instrumen penilaian yaitu lembar pengamatan
Pelaksanaan Tindakan Refleksi pada tahap pra siklus adalah sebagai berikut . Jumlah siswa sebanyak 17 siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 9 siswa (52,94%) tuntas, dan siswa tidak tuntas sebanyak 8 siswa atau mencapai 47,06%. Siswa dianggap tuntas apabila mampu mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70). Hasil tes tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori. Dilihat dari kategorinya yang termasuk kategori istimewa sebanyak 0 siswa (0%) dan kategori sangat baik sebanyak 4 siswa (23,53%) dan kategori baik sebanyak 3 siswa (17,65%). Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 2 siswa (11,76%). Dan siswa yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 8 siswa (47,06%). Nilai yang sering muncul adalah kurang dari 70 sebanyak 8 siswa (47,06%). Nilai rata-rata yang dapat dicapai oleh siswa adalah 70,59 Sedangkan hasil pengamatan keaktifan siswa menunjukkan 10 siswa aktif dan 7 siswa pasif. Dengan demikian siswa aktif sebesar 58,82% dan siswa pasif sebesar 41,18%. Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap pra siklus adalah sebagai berikut: (1) Siswa tidak diikutkan secara aktif dalam kegiatan pembelajaran; (2) Motivasi guru terhadap siswa kurang; (3) Metode mengajar guru lkurang menarik. Siklus I Materi pada siklus I adalah: “BentukBentuk Pelecehan Seksual.” KKM yang ditentukan pada materi ini adalah 70. Beberapa hal yang dilakukan pada masingmasing tahap adalah sebagai berikut:
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus I dilakukan dengan kegiatan sebagai berikut: (1) Menyusun silabus siklus I dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL); (2) Menyusun RPP siklus I dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL); (3) Menyusun LKS siklus I sesuai dengan materi yang dikaji; (4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran siklus I sesuai dengan materi yang dikaji; (5) Menyusun format pengamatan siklus I tentang keaktifan siswa; (6) Menyusun soal tes akhir siklus I sesuai dengan materi yang dikaji. Tahap Pelaksanaan Tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan adalah: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) Appersepsi sebagai penggalian pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari; (d) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses penyelesaian permasalahan; (b) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru; (c) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang Tabel 1. Hasil Tes Siklus I NO Rentang Nilai Frekuensi 1 100 2 2 90 3 3 80 2 70 5 Kurang dari 70 5 Jumlah 17
Persentase 11,76 17,65 11.76 29,41 29,42 100
71
diajukan guru; (d) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi; (e) Dengan mengacu pada jawaan siswa, melalui tanya jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat; (f) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru dan siswa membuat kesimpulan; (b) Siswa mengerjakan tes akhir; (c) Siswa menukarkan lembar tugas antara yang satu dengan yang lain, kemudian guru guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas sekaligus memberi nilai Tahap Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran ini berlangsung. Pada tahap ini guru mengisi format pengamatan, dimana pada format tersebut akan diisi siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif. Format pengamatan diisi dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang sesuai. Pada tahap siklus I siswa aktif sebanyak 13 siswa (76,47%) dan sisa yang tidak aktif sebanyak 4 siswa (23,53%). Tahap Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran yang baru saja dilakukan. Untuk dapat melaksanakan refleksi dari siklus I berikut akan disampaikan hasil ulangan dari siklus I, sebagaimana yang terdapat pada Table 1. Kategori Istimewa Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rata-Rata 74,71
KKM 70
Ketr Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
72
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Refleksi pada tahap siklus I adalah sebagai berikut. Jumlah siswa sebanyak 17 siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 12 siswa (70,59%) tuntas, dan siswa tidak tuntas sebanyak 5 siswa atau mencapai 29,41%. Siswa dianggap tuntas apabila mampu mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70). Hasil tes tersebut selanjutnya dikelompokkan menjadi 5 (lima) kategori. Dilihat dari kategorinya yang termasuk kategori istimewa sebanyak 2 siswa (11,76%) dan kategori sangat baik sebanyak 3 siswa (17,65%) dan kategori baik sebanyak 2 siswa (11,76%). Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 5 siswa (29,41%). Dan siswa yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 5 siswa (29,41%). Nilai yang sering muncul adalah cukup dan kurang, masing-masing sebanyak 5 siswa (29,41%). Nilai rata-rata yang dapat dicapai oleh siswa adalah 74,71. Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap siklus I adalah sebagai berikut: (1) Siswa aktif mengalami peningkatan dibandingkan pada pra siklus (sebanyak 3 siswa); (2) Ketuntasan bel;ajar meningkat dibandingkan dengan tahap pra siklus (sebanyak 3 siswa); (3) Rata-rata kelas meningkat dibandingkan pada tahap pra siklus (sebanyak 4 point); (4) Siswa masih terlihat agak ragu-ragu untuk menyampaikan pendapat. Siklus II Materi pada siklus II adalah: “Cara Menjaga Diri dari Pelecehan Seksual.” KKM yang ditentukan pada materi ini adalah 70. Beberapa hal yang dilakukan pada masing-masing tahap adalah sebagai berikut: Tahap Perencanaan Perencanaan pada siklus II dilakukan dengan kegiatan sebgai berikut: (1) Menyu-
sun silabus siklus II dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL); (2) Menyusun RPP siklus II dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL); (3) Menyusun LKS siklus II sesuai dengan materi yang dikaji; (4) Menyiapkan sumber dan media pembelajaran siklus II sesuai dengan materi yang dikaji; (5) Menyusun format pengamatan siklus II tentang keaktifan siswa; (6) Menyusun soal tes akhir siklus II sesuai dengan materi yang dikaji. Tahap Pelaksanaan Tahap-tahap pembelajaran yang dilakukan adalah: (1) Kegiatan awal, meliputi: (a) Guru menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran; (b) Appersepsi sebagai penggalian pengetahuan siswa terhadap materi yang akan diajarkan; (c) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan pokok-pokok materi yang akan dipelajari; (d) Penjelasan tentang pembagian kelompok dan cara belajar. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Siswa ke perpustakaan sekolah untuk menambah sumber belajar; (b) Siswa bekerja dalam kelompok menyelesaikan permasalahan yang diajukan guru. Guru berkeliling untuk memandu proses penyelesaian permasalahan; (c) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil penyelesaian dan alasan atas jawaban permasalahan yang diajukan guru; (d) Siswa dalam kelompok menyelesaikan lembar kerja yang diajukan guru; (e) Siswa wakil kelompok mempresentasikan hasil kerja kelompok dan kelompok lain menanggapi; (f) Dengan mengacu pada jawaan siswa, melalui tanya jawab guru dan siswa membahas cara penyelesaian masalah yang tepat; (g) Guru mengadakan refleksi dengan menanyakan kepada siswa tentang hal-hal
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
yang dirasakan siswa, materi yang belum dipahami. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Guru dan siswa membuat kesimpulan; (b) Siswa mengerjakan tes akhir; (c) Siswa menukarkan lembar tugas antara yang satu dengan yang lain, kemudian guru guru bersama siswa membahas penyelesaian lembar tugas sekaligus memberi nilai Tahap Pengamatan Tahap pengamatan dilakukan pada saat pembelajaran ini berlangsung. Pada tahap ini guru mengisi format pengamatan, dimana pada format tersebut akan diisi siswa yang aktif dan siswa yang tidak aktif. Format pengamatan diisi dengan cara memberi tanda check list pada kolom yang sesuai. Pada tahap siklus II ini jumlah siswa aktif sebanyak 15 siswa (88,24%) dan siswa yang tidak aktif sebanyak 2 siswa (11,76%) Tahap Refleksi Refleksi dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran yang baru saja dilakukan. Untuk dapat melaksanakan refleksi dari siklus II berikut akan disampaikan hasil ulangan dari siklus II, sebagaimana yang terdapat Tabel 2. Refleksi pada tahap siklus II adalah sebagai berikut. Jumlah siswa sebanyak 17 siswa. Dari jumlah tersebut terdapat 15 siswa (88,24%) tuntas, dan siswa tidak tuntas sebanyak 2 siswa atau mencapai 11,76%. Siswa dianggap tuntas apabila mampu mencapai nilai paling rendah 70 (KKM=70). Hasil tes tersebut selanjutnya dikelomTabel 2. Hasil Tes Siklus II NO Rentang Nilai Frekuensi 1 100 5 2 90 3 3 80 5 70 2 Kurang dari 70 2 Jumlah 17
Persentase 29,41 17,65 29,41 11,76 11,76 100
73
pokkan menjadi 5 (lima) kategori. Dilihat dari kategorinya yang termasuk kategori istimewa sebanyak 5 siswa (29,41%) dan kategori sangat baik sebanyak 3 siswa (17,65%) dan kategori baik sebanyak 5 siswa (29,41%). Siswa yang termasuk dalam kategori cukup sebanyak 2 siswa (11,76%). Dan siswa yang masuk dalam kategori kurang sebanyak 2 siswa (11,76%). Nilai yang sering muncul adalah istimewa dan lebih dari cukup, masing-masing sebanyak 5 siswa (29,41%). Nilai rata-rata yang dapat dicapai oleh siswa adalah 83,53. Hasil refleksi dari pelaksanaan tahap pra siklus adalah sebagai berikut: Siswa pada siklus II sudah dapat mengemukakan pendapatnya dengan lancer, sudah dapat bekerja dalam kelompoknya dengan bauik. Sedangkan tingkat ketuntasanb belajar juga sudsah sangat memuaskan. Berdasarkan hasil refleksi yang dilaksanakan pada siklus II yang sudah menunjukkan adanya berbagai peningkatan, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II. Perbandingan Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Perbandingan tersebut terdapat pada Tabel 3. Pada siklus I Siswa tuntas sejumlah 12 siswa (70,59%), sedangkan pada siklus II sejumlah 15 siswa (88,24%). Dengan demikian ada kenaikan sebesar 17,65% atau sebanyak 3 siswa. Peningkatan prestasi belajar tersebut dapat disampaikan pada tabel grafik dan Gambar 1. Kategori Istimewa Sangat Baik Baik Cukup Kurang
Rata-Rata 83,52
KKM 70
Ketr Tuntas Tuntas Tuntas Tuntas Tidak Tuntas
74
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Tabel 3. Perbandingan Ketuntasan belajar siswa Siklus I dan Siklus II NO Rentang Nilai KKM Frekuensi 1 2 3 4 5 6
100 90 80 70 Kurang dari 70 Jumlah
Siklus I 2 3 2 5 5 17
70
% 11,76 17,65 11,76 29,41 29,41 100
Siklus II 5 3 5 2 2 17
Ketuntasan % 29,41 17,65 29,41 11,76 11,76 100
Siklus I 12
Siklus II 15
100
50
Pra Siklus Siklus I
0
1 2 3 4 5 6
Siklus II 7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17
Gambar 1. Grafik Peningkatan Prestasi Belajar Siswa
Selanjutnya akan disampaikan hasil perbandingan nilai rata-rata kelas
Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 76,20 dan pada siklus II mencapai 79,65. Dengan demikian terjadi kenaikan sebesar 8,82. Untuk hasil pengamatan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
sebagaimana yang disampaikan di atas, maka maka dapat disampaikan bahwa hipotesis yang diajukan pada Bab II yang berbunyi: “Terjadi peningkatan prestasi belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/ 2017.” dinyatakan diterima.
Tabel 5. Tabel Perbandingan Hasil Pengamatan Siswa Setiap Siklus
PENUTUP
Tabel 4. Perbandingan Rata-Rata Kelas No KKM Rata-Rata Kelas Siklus I Siklus II 1 70 74,71 83,51
No
Siklus
1
Pra Siklus Siklus I Siklus II
2 3
Keaktifan Aktif Pasif 10 7 13 15
4 2
JML 17
Persentase Aktif Pasif 58,62 41,18 76,47 88,24
JML 100
23,53 11,76
Dari Tabel 5 dapat diketahui bahwa: (1) Siswa aktif dari pra siklus ke siklusn I naik sebanyak 3 siswa (17,65%); (2) Siswa aktif dari siklus I ke siklus II sebanyak 2 siswa (11,76). Berdasarkan perbandingan
Kesimpulan Pada siklus I Siswa tuntas sejumlah 12 siswa (70,59%), sedangkan pada siklus II sejumlah 15 siswa (88,24%). Dengan demikian ada kenaikan sebesar 17,65% atau sebanyak 3 siswa. Nilai rata-rata kelas pada siklus I sebesar 76,20 dan pada siklus II mencapai 79,65. Dengan demikian terjadi
Samudi, Peningkatan Prestasi Belajar Penjasorkes...
kenaikan sebesar 8,82. Siswa aktif dari siklus I ke siklus II sebanyak 2 siswa (11,76). Berdasarkan hasil tersebut maka dapat disampaikan kesimpulan sebagai berikut: “Terjadi peningkatan hasil belajar Penjasorkes siswa kelas V SDN 3 Gemaharjo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek setelah diterapkan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017.” Saran Guru diharapkan mempunyai kemauan untuk menerapkan berbagai model pembelajaran inovatif, sehingga sisa merasa termotivasi. Selain itu guru juga akan merasa tertantang dalam melaksanakan kegiatan pem-
75
belajaran, karena metode dan model pembelajaran yang ditrerapkan lain dari biasanya. Siswa diharapkan dapat meningkatkan semangatnya di dalam kegiatan belajar. Dengan model pembelajaran yang baru diharapkan dapat pula memberikan warna baru dalam proses pembelajaran bagi siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan dalam melaksanakan pembelajaran. Hasil akhir yang dapat dicapai siswa diharapkan dapat meningkat. Diharapkan agar Kepala Sekolah mempunyai semangat pula untuk berinovasi, memberikan berbagai masukan dan bimbingan kepada para guru untuk terus berinovasi. Keterlibatan Kepala Sekolah dalam inovasi pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kualitas output dari lembaga yang dipimpinnya.
DAFTAR RUJUKAN (http://ggugutlufichasepti.blogspot.co.id/) (http://itsjuandiary.blogspot.co.id/2013/02/t ujuan-dan-ruang-lingkuppendidikan_4434.html) (http://walpaperhd99.blogspot.co.id/2016/07 /pengertian-penjasorkes-dan-tujuandari.html) Aqib, Zainal. 2012. Profesionalisme Guru dalam Pembelajaran. Surabaya: Insan Cendekia Asrori, Mohamad. 2011 Psikologi Pembelajaran. Bandung; Wacana Prima
Fathurrohman, Muhammad. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:Teras Fudyartanto, RBS. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta Nurhadi, 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapanya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang (UM Press) Sukidin. 2012. Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.