218
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
MENINGKATKAN KETUNTASAN BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK BILANGAN PECAHAN MELALUI PERMAINAN KARTU BERWARNA PADA SISWA KELAS V SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SDN 2 TASIKMADU KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: Yuniwati SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Kesulitan mata pelajaran matematika sudah dikenal sejak lama. Banyak terdengar keluhan dari siswa bahwa pelajaran matematika tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan. Siswa tidak tertarik untuk belajar karena pelajaran matematika dirasa sulit dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Rendahnya pemahaman siswa diakibatkan siswa sendiri yang kurang tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan guru. Adapun upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam pembelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan permainan kartu berwarna. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tasikmadu semester II tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswanya sebanyak 14 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 7 orang perempuan. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek kelas V pada mata pelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dengan menggunakan permainan kartu berwarna dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan aktivitas siswa dan ketuntasan belajar selama pembelajaran berlangsung. Hal ini juga didukung dengan data peningkatan ketuntasan belajar siswa. ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus II = 78,00. Kata kunci: ketuntasan belajar, pembelajaran matematika, materi bilangan pokok pecahan, permainan kartu berwarna
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dalam suatu bangsa, pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan kemajuan bangsa. Suatu bangsa yang ingin maju harus memperhatikan mutu pendidikan masyarakatnya. Pembelajaran matematika diberikan mulai dari Sekolah Dasar (SD) untuk membekali siswa dengan kemampuan berfikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Matematika adalah mata pelajaran yang mempelajari tentang ilmu hitung
sehingga matematika disebut ilmu pasti. Matematika diajarkan di tingkat dasar sampai dengan tingkat menengah. Respon siswa pun beragam, ada yang suka dengan matematika namun tidak sedikit yang tidak suka dan tidak tertarik, bahkan takut dengan mata pelajaran matematika. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, 2007) mendefinisikan matematika sebagai ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Per-
Yuniwati, Meningkatkan Ketuntasan Belajar Dalam Pembelajaran...
kembangan pesat di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan mencapai distrik. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini. Pembelajaran matematika di SD pada adalah kegiatan konkret. Siswa SD belum bisa diajari secara definisi. Lenterak (2011) menyatakan bahwa fungsi dari pembelajaran matematika di SD adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Simbol penting untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang diterapkan. Simbolisasi menjamin adanya komunikasi dan mampu memberikan keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep baru terbentuk karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, sehingga konsep-konsep matematika tersusun secara hirarkis. Ada beberapa tujuan pembelajaran di SD menurut Lenterak (2011), antara lain: (1) mempersiapkan siswa untuk sanggup menghadapi perubahan keadaan dalam kehidupan melalui latihan bertindak atas dasar pemikiran logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif; (2) mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan; (3) menambah dan mengembangkan keterampilan berhitung dengan bilangan sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari; (4) mengembangkan pengetahuan dasar ma-
219
tematika sebagai bekal untuk melanjutkan kependidikan menengah; dan (5) membentuk sikap logis, kritis, kreatif, cermat dan disiplin. Oleh karena itu, guru perlu menyiapkan strategi atau perencanaan mengajar secara matang agar pembelajaran bisa menyenangkan. Pembelajaran matematika diharapkan mampu mengembangkan siswa untuk bisa mengkonstruksi pemahamannya sendiri dengan guru sebagai fasilitator bukan sebagai sumber utama pembelajaran. Kesulitan mata pelajaran matematika sudah dikenal sejak lama. Banyak terdengar keluhan dari siswa bahwa pelajaran matematika tidak menarik, membosankan, bahkan menakutkan. Siswa tidak tertarik untuk belajar karena pelajaran matematika dirasa sulit dan tidak tampak kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Pembelajaran adalah adanya proses belajar pada diri seseorang dan di dalam dirinya terjadi suatu perubahan dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti dan sebagainya serta hasil belajar yang dapat dilihat secara langsung (Ainnurahman, 2009). Sedangkan Sagala (2010) berpendapat bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. dalam kegiatan pembelajaran tujuan yang ingin dicapai telah ditentukan sebelumnya, anak yang dikatakan berhasil adalah mereka yang dapat mencapai tujuan belajar yang telah ditentukan sebelum proses belajar berlangsung. Rendahnya pemahaman siswa diakibatkan siswa sendiri yang kurang tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan guru. Metode yang digunakan lebih banyak menggunakan metode ceramah tanpa didu-
220
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
kung metode pembelajaran yang lain dan tanpa alat bantu mengajar yang bervariasi. Hal tersebut mengakibatkan pembelajaran yang monoton dan kurang melibatkan siswa secara aktif sehingga siswa tidak tertarik terhadap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Dalam pembelajaran matematika terdapat berbagai materi, salah satunya adalah pecahan. Muhsetyo (2007:4) menyatakan bahwa pecahan pada prinsipnya menyatakan beberapa bagian dari sejumlah bagian yang sama. Seluruh jumlah bagian yang sama tersebut sama-sama membentuk satuan (unit). Adapun upaya untuk meningkatkan ketuntasan belajar dalam pembelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan permainan kartu berwarna. Permainan adalah cara penyajian bahan pengajaran dimana siswa melakukan untuk memperoleh atau menemukan pengertian konsep tertentu (Aman, 1985). Sebagai sebuah metode pembelajaran, metode permainan dapat dilakukan secara individu atau kelompok. Permainan dimaksud untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusias. Selain itu, permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, buka hanya untuk sekedar mengisi waktu luang. Permainan sebaiknya dirancang menjadi suatu aksi atau kejadian yang dialami sendiri oleh siswa, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi kesan yang mendalam. Tujuan penggunaan metode permainan kartu berwarna adalah untuk mengajarkan pengertian (konsep), menanamkan nilai, dan memecahkan masalah. Sedangkan manfaatnya yaitu membangkitkan minat siswa, mengembangkan rasa kerjasama siswa, dan
mengembangkan kreativitas siswa. Kartu berwarna memiliki manfaat untuk mengkonkritkan ide-ide abstrak, memberikan perangsang yang sama, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama, mengarahkan perhatian siswa pada satu titik fokus, memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara guru dengan siswa. Model dan warna kartu dibuat semenarik mungkin agar siswa memiliki daya tarik dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. METODE PENELITIAN Subyek penelitian adalah sejumlah orang yang ditunjuk untuk diteliti (Arikunto, 2006:145). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 2 Tasikmadu semester II tahun pelajaran 2014/2015. Jumlah siswanya sebanyak 14 siswa dengan rincian 7 siswa laki-laki dan 7 orang perempuan. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan merupakan penelitian eksperimen berkesinambungan dan berkelanjutan. Alasan dilakukan berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud menguji proses, sehingga kenyamanan dan kelancaran proses dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan serta materinya mudah dipahami. Siklus dalam tindakan kelas diawali dengan perencanaan (planning), penerapan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Keempat langkah utama dalam PTK merupakan satu siklus dan dalam PTK siklus selalu berulang. Setelah satu siklus selesai, guru akan menemukan masalah baru atau masalah lama yang belum tuntas dipecahkan, dilanjutkan ke siklus kedua dengan langkah yang sama seperti pada siklus pertama. Berdasarkan
Yuniwati, Meningkatkan Ketuntasan Belajar Dalam Pembelajaran...
kartu berwarna. Secara keseluruhan penerapan permainan kartu berwarna berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa hambatan yang dihadapi namun hambatan tersebut dapat diselesaikan pada pertemuan selanjutnya. Dalam proses pembelajaran siklus pertama pengenalan materi dilakukan dengan mengamati permainan kartu berwarna, kemudian dilanjutkan dengan guru memperagakan cara menggunakan kartu berwarna untuk menentukan bilangan pecahan, kemudian dilanjutkan dengan penilaian. Berdasarkan pengamatan hasil tes pada siklus I diperoleh hasil seperti pada Tabel 1. Berdasarkan hasil nilai ulangan setelah pembelajaran siklus I dengan menggunakan permainan kartu berwarna diperoleh hasil nilai rata-rata 69,33, sehingga pembelajaran pada siklus I menunjukkan hasil yang belum memuaskan. Pembelajaran dilanjutkan dengan melaksanakan siklus ke II. Dalam proses pembelajaran siklus II pengenalan materi dilakukan dengan permainan kartu berwarna untuk menentukan bilangan pecahan, kemudian dilanjutkan dengan penilaian. Berdasarkan pengamatan hasil tes pada siklus II diperoleh hasil pada Tabel 2.
hasil tindakan atau pengalaman pada siklus pertama guru akan kembali mengikuti langkah perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi pada siklus kedua. Di setiap siklus, peneliti menggunakan permainan kartu berwarna dalam pembelajaran matematika. Diharapkan siswa akan menjadi lebih bersemangat mengikuti pembelajaran, sehingga ketuntasan belajar akan lebih meningkat. Analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan pada hasil observasi. Sedangan analisis data kuantitatif dikenakan pada hasil tes. Untuk mengetahui persentase ketuntasan belajar seluruh siswa (P) dicari dengan rumus: 𝑛 𝑃 = 𝑥 100% 𝑁 Keterangan: P = persentase ketuntasan belajar n = jumlah siswa yang tuntas belajar N = jumlah seluruh siswa HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan, aktivitas siswa selama penerapan, dan bagaimana hasil belajar siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan permainan Tabel 1 Hasil Pengamatan Siklus 1 No 1 2 3 4 5
Keaktifan Siswa Menggunakan alat Cara bermain Mencatat hasil permainan Mengajukan pertanyaan Laporan hasil diskusi
1 3 4 3 3 4
% 60 80 60 60 80
1 4 5 5 4 5
% 80 100 100 80 100
221
2 3 3 4 3 4
Hasil / Kelompok % 3 % 60 4 80 60 3 60 80 4 80 60 3 60 80 4 80
4 2 3 3 3 4
% 40 60 60 60 80
Rata-rata (%) 60 65 75 60 80
Tabel 2 Hasil Pengamatan Siklus 2 No 1 2 3 4 5
Keaktifan Siswa Menggunakan alat Cara bermain Mencatat hasil permainan Mengajukan pertanyaan Laporan hasil diskusi
2 4 4 5 5 5
Hasil / Kelompok % 3 % 80 5 100 80 4 80 100 5 100 100 4 80 80 5 100
4 4 4 5 5 4
% 80 80 100 100 80
Rata-rata (%) 85 85 100 90 90
222
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Tabel 3. Rekap Hasil Pengamatan Siklus No 1 2 3 4 5
Keaktifan Siswa
Pra tindakan 35% 40% 30% 40% 50%
Menggunakan alat Cara bermain Mencatat hasil permainan Mengajukan pertanyaan Laporan hasil diskusi
Pada siklus II ini diperoleh hasil yang cukup baik dan memuaskan dibanding dengan pratindakan dan siklus I, hal ini dapat dilihat dari hasil nilai yang semakin meningkat pada siklus II. Pada siklus II anak lebih mengusai menggunakan alat permainan. Berdasarkan tabel di atas ternyata diperoleh hasil keaktifan cenderung meningkat, hasil oleh siswa dirasakan bahwa pembelajaran matematika tentang bilangan pecahan menggunakan permainan kartu berwarna lebih menyenangkan, lebih mudah dipahami apa yang dijelaskan, menambah semangat, dan dapat mengurangi verbalisme.
I
II
60% 65% 75% 60% 80%
85% 85% 100% 90% 90%
Sedangkan pemahaman siswa terhadap materi bilangan pecahan juga baik terbukti dari ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus II = 78,00. Dengan hasil nilai rata-rata tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa tentang bilangan pecahan. Berikut grafik hasil peningkatan ketuntasan belajar siswa yang didapatkan dari hasil observasi belajar siswa dari pratindakan, siklus I dan siklus II.
Series1; Siklus I; 69,33
Series1; Siklus II; 78
Series1; pra tindakan; 59,03
Gambar 1 Grafik Peningkatan Ketuntasan Belajar
Yuniwati, Meningkatkan Ketuntasan Belajar Dalam Pembelajaran...
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan di SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek kelas V pada mata pelajaran matematika materi bilangan pokok pecahan dengan menggunakan permainan kartu berwarna dapat disimpulkan bahwa penggunaan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan aktivitas siswa dan ketuntasan belajar selama pembelajaran berlangsung. Hal ini juga didukung dengan data peningkatan ketuntasan belajar siswa. ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II, selalu meningkat yaitu pada pratindakan = 59,03 siklus I = 69,33 dan nilai pada siklus
223
II = 78,00. Dengan hasil nilai rata-rata tersebut, menunjukkan bahwa pembelajaran dengan permainan kartu berwarna dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang bilangan pecahan. Saran Pembelajaran matematika yang selama ini dikatakan sulit akan dapat diatasi dengan mudah apabila anak-anak diberikan kesempatan berimprovisasi dengan media belajar yang telah disediakan terlebih dahulu oleh guru. Dengan melihat hasil pembelajaran menggunakan kartu berwarna sebagai media pembelajaran ini, tentunya hal ini dapat dikembangkan dengan pendekatan model atau variasi (inovasi) pembelajaran lainnya.
DAFTAR RUJUKAN Ainurrahman. 2009. Strategi dalam Pembelajaran. Jakarta: CV Pustaka Ilmu.
Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Aman, S. 1985. Pedoman Metode Penyajian Pendidikan Moral Pancasila dan Penerapannya. Jakarta: Depdikbud
Lanterak. 2011. Pembelajaran Matematika di SD. (Online), (http://lenterakecil. com/ pembelajaran-matematika-di-sekolah-dasar/.), diakses 20 November 2014.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Depdikbud. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Sekolah Dasar/
Muhsetyo, G. 2007. Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Sagala, S. 2010. Konsep dan Makna Pendidikan. Bandung: Alfabeta.