Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
97
STRATEGI BELAJAR KELOMPOK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA KELAS III SEMESTER I SDN 2 WIDORO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014/2015 Oleh: Salamah SDN 2 Widoro, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh implementasi strategi belajar kelompok dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Tema Peristiwa. (2) Mengetahui dan mendiskripsikan sikap dan aktivitas siswa dalam menerima dan melaksanakan strategi belajar kelompok yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Lokasi dan objek penelitian berada di SDN 2 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dan objek penelitian dipilih siswa Kelas III pada SDN 2 Widoro tersebut dengan jumlah siswa sebayak 20 siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia Tema Peristiwa. Strategi Belajar Kelompok dalam proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Pemakaian Strategi Belajar Kelompok membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dari siklus I yaitu 73,00 dan pada siklus II : nilai rata-rata 90,50 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100,00% pada akhir siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi belajar kelompok ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Sikap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan strategi belajar kelompok ini sangat positif. Hal ini dapat dilihat dari data hasil angket yang diberikan kepada siswa setelah berakhirnya suatu siklus penelitian. . Kata kunci: Bahasa Indonesia, prestasi belajar, strategi belajar kelompok
Yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa menjalankan usaha belajar. Misalnya dapat menyelesaikan dengan baik suatu unit bahasan atau pelajaran, ini tidak sama antara siswa satu dengan yang lainnya, ada yang lebih cepat selesai dan ada yang lambat menyelesaikannya. Seperti dalam buku Dardji Darmodihardjo sebagai berikut: “Bahan pelajaran dan waktu belajar itu sebenarnya dijabarkan untuk program belajar murid-murid dengan kemampuan belajar rata-rata. Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini kepada anak yang lebih lamban, dalam artian kurang mampu untuk
menguasai dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkannya lama (Dardji Darmodihardjo. Prof. 1982: 25). Dengan demikian anak yang memiliki kemampuan lebih cepat juga dalam usaha belajar akan cepat pula dan mudah untuk memperoleh hasil belajar akan cepat pula dalam hasil prestasi belajar dengan baik, sebaliknya anak yang memiliki kemampuan lebih lamban akan menemui kesukaran didalam memperoleh hasil yang baik. Apabila bahan pelajaran yang sama disajikan pada anak didik yang memiliki kemampuan belajarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam prestasi belajar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu: (a) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan kemampuan terhadap penguasaan ilmu
98
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
pengetahuan tentang apa yang diajarkan; (b) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran; (c) Prestasi belajar yang serupa adanya perubahan ketrampilan atau kecekatan didalam melaksanakan atau mengajarkannya, tugas yang termasuk juga dalam ketrampilan menggunakan alat. Tujuan Pemberian Penilaian Prestasi Hasil Belajar: (a) Untuk mengetahaui kemajuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti pelajaran; (b) Untuk mengukur kekurangankekurangan atau kelemahannya yang terdapat, baik pihak pendidik sendiri maupun bagi anak didik yang selama dalam melaksanakan kegiatannya dalam belajar mengajar; (c) Untuk menentukan langkahlangkah yang bisa diambil dalam menentukan program belajar mengajar berikutnya; (d) Penilaian juga berfungsi dan bertujuan untuk: (i) Membantu anak didik agar mereka lambat laun dapat menilai dirinya sendiri guna meningkatkan kemampuan dalam menggunakan bahasa Indonesia; (ii) Bagi guru memperoleh umpan balik sebagai dasarnya untuk memperbaiki proses belajar mengajar, (iii) Peserta didik merasa terhargai atas jerih payahnya dalam mengerjakan tugas. Strategi Belajar Kelompok adalah suatu penyajian bahan pelajaran dengan cara siswa membahas, bertukar pendapat mengenai topik/masalah tertentu, untuk memperoleh suatu kesepakatan atau kesimpulan. Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 2-6 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Robert L. Cilstrap dan William R. Martin memberikan pengertian kerja
kelompok sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut. Adapun pengelompokan itu biasanya didasarkan pada. Adanya alat belajar mengajar yang tidak mencukupi jumlahnya. Agar penggunaannya dapat lebih efisien dan efektif, maka siswa perlu dijadikan kelompok-kelompok kecil. Karena bila seluruh siswa sekaligus menggunakan alat-alat itu tidak mungkin. Dengan pembagian kelompok mereka dapat memanfaatkan alat-alat yang terbatas itu sebaik mungkin, tanpa saling menunggu gilirannya. Kemampuan Belajar Siswa Di dalam satu kelas kemampuan belajar siswa tidak sama. Siswa yang pandai di dalam bahasa Indonesia, belum tentu sama pandainya dalam pelajaran sejarah. Dengan adanya perbedaan kemampuan belajar itu, maka perlu dibentuk kelompok menurut kemampuan belajar masing-masing, agar setiap siswa dapat sesuai dengan kemampuannya. Minat Khusus Setiap individu memiliki minat khusus yang perlu dikembangkan, hal mana yang satu pasti berbeda dengan yang lain. Tetapi tidak menutup kemungkinan ada anak yang minat khususnya sama, sehingga memungkinkan dibentuknya kelompok, agar mereka dapat dibina dan mengembangkan bersama minat khusus tersebut. Memperbesar Partisipasi Siswa Di sekolah pada tiap kelas biasanya jumlah siswa terlalu besar, dan kita tahu bahwa jumlah jam pelajaran adalah sangat terbatas, sehingga dalam jam pelajaran yang sedang berlangsung sukar sekali untuk guru akan mengikutsertakan setiap murid dalam
Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
kegiatan itu. Bila itu terjadi siswa yang ditunjuk guru akan aktif, yang tidak disuruh akan tetap pasif saja. Karena itulah bila berkelompok, dan diberikan tugas yang sama pada masing-masing kelompok, maka banyak kemungkinan setiap siswa ikut serta melaksanakan dan memecahkannya. Pembagian Tugas atau Pekerjaan Di dalam kelas bila guru menghadapi suatu masalah yang meliputi berbagai persoalan, maka perlu tugas membahas masing-masing persoalan pada kelompok, sesuai dengan jumlah persoalan yang akan dibahas. Dengan demikian masing-masing kelompok harus membahas tugas yang diberikan itu. Kerja Sama yang Efektif Dalam kelompok siswa harus bisa bekerja sama, mampu menyesuaikan diri, menyeimbangkan pikiran/pendapat atau tenaga untuk kepentingan bersama, sehingga mencapai suatu tujuan untuk bersama pula. Keuntungan penggunaan teknik kerja kelompok itu, adalah: (a) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas sesuatu masalah; (b) Dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk lebih intensif mengadakan penyelidikan mengenai sesuatu kasus atau masalah; (c) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi; (d) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhannya belajar; (e) Para siswa lebih aktif tergabung dalam pelajaran mereka, dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi; (f) Dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengembangkan rasa menghargai pendapat orang lain, hal mana mereka telah saling membantu kelompok dalam usahanya mencapai tujuan bersama. Tetapi di samping itu keunggulan teknik kerja kelompok memiliki pula kelemahannya, yaitu: (a) Kerja kelompok
99
sering-sering hanya melibatkan kepada siswa yang mampu sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka yang kurang; (b) Strategi ini kadang-kadang menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan cara mengajar yang berbeda pula; (c) Keberhasilan strategi kerja kelompok ini tergantung kepada kemampuan siswa memimpin kelompok atau untuk bekerja sendiri. Kerja kelompok berjangka pendek, bentuk ini dapat disebut pula “rapat kilat” karena hanya mengambil waktu lebih kurang 15 menit, yang mempunyai tujuan untuk memecahkan persoalan khusus yang terdapat pada sesuatu masalah. Umpamanya: ketika instruktur menjelaskan sesuatu pelajaran terdapat suatu masalah yang perlu didiskusikan. Guru dapat menunjuk beberapa siswa, atau membagi kelas mejadi beberapa kelompok untuk membahas masalah itu dalam waktu singkat. Kerja kelompok berjangka panjang, pembicaraan disini memakan waktu yang panjang, misalnya memakan waktu 2 hari, satu minggu atau mungkin tiga bulan, tergantung pada luas dan banyaknya tugas yang harus diselesaikan siswa. Apabila siswa telah menyelesaikan tugasnya didalam suatu kelompok, ia boleh memilih membantu kelompok lain sesuai dengan minat mereka. Kerja kelompok berjangka panjang dapat dilaksanakan dengan tujuan: (a) Membahas masalah yang benar-benar ada di dalam masyarakat, umpamanya: masalah Menjumlah dan Mengurangkan Pecahan, lingkungan sehat, pembuangan sampah dan lain sebagainya. Masalah itu dibahas agar siswa mengetahui, memahami dan dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk memecahkan masalahmasalah yang ada di dalam masyarakat tersebut; (b) Memotivasi siswa ke arah kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya: penerangan tentang makanan sehat, penggunaan metode mengajar yang lebih efisien, menggalakkan KB dan sebagainya. Jadi dengan kerja
100
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
kelompok disini siswa dapat menerapkan teori yang dipelajari di sekolah ke dalam praktek hidup sehari-hari, di samping dapat menyumbangkan pemikirannya/ide-idenya serta bagi masyarakat sekitarnya; (c) Dengan melaksanakan kerja kelompok memberi pengalaman kepada siswa untuk mengenal kepemimpinan/leadership, seperti membuat rencana sebelum melakukan sesuatu pekerjaan, membagi pekerjaan, memecahkan masalah/menyelesaikan tugas dengan bekerja bersama; (d) Dengan bekerja sama itu siswa dapat mengumpulkan bahanbahan informasi atau data lebih banyak tentang berbagai jenis aspek suatu masalah di dalam waktu relatif singkat. Kerja kelompok campuran, di sini siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang disesuaikan dengan kemampuan belajar siswa. Dalam kerja kelompok ini siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan masing-masing sehingga kelompok yang pintar dapat selesai terlebih dahulu tidak usah menunggu kelompok yang lain. Kelompok siswa yang agak lamban, diizinkan menyelesaikan tugasnya dalam waktu yang sesuai dengan kemampuannya. Agar kerja kelompok campuran itu mencapai sasaran, guru perlu memperhatikan hal-hal ialah harus menyediakan tugas atau kegiatan belajar yang sesuai dengan kemampuan belajar setiap kelompok, kemudian setiap tugas harus disusun sedemikian rupa sehingga setiap kelompok dapat mengerjakan sendiri tanpa bantuan orang lain atau guru. Akhirnya guru harus memberi petunjuk yang jelas, sehingga siswa tahu apa yang harus dikerjakan, dan apa yang diharapkan dari mereka masing-masing. Supaya kerja kelompok dapat lebih berhasil, maka harus melalui langkah-langkah sebagai berikut: (a) Menjelaskan tugas kepada siswa, (b) Menjelaskan apa tujuan kerja kelompok itu, (c) Membagi kelas menjadi beberapa kelompok, (d) Setiap kelompok menunjuk seorang pencatat yang akan membuat laporan tentang kemajuan dan hasil kerja
kelompok tersebut, (e) Guru berkeliling selama kerja kelompok itu berlangsung, bila perlu memberi saran/pertanyaan, (f) Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima hasil kerja kelompok. Tujuan penggunaan Strategi Belajar Kelompok ialah Agar siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar dengan cara membahas dan memecahkan masalah tertentu. Manfaat Strategi Belajar Kelompok ialah Penggunaan Strategi Belajar Kelompok baik untuk: (1) Menimbulkan dan membina sikap serta perbuatan siswa yang demokratis, (2) Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan cara berfikir kritis, analitis dan logis, (3) Memupuk rasa kerjasama, sikap toleran dan rasa sosial, (4) Membina kemampuan untuk mengemukakan pendapat dengan bahasa yang baik dan benar. Dalam belajar kelompok sering sekali terjadi pemusatan pemikiran 9 yang berfikir dan bekerja hanya satu orang saja). Hal ini yang akan menghambat jalannya belajar kelompok yang efektif. Maka dari itu setiap kelompok harus membuat aturan yang disepakati oleh seluruh anggota yang isi dan tujuannya agar setiap anggota bias menyampaikan pendapatnya dan tidak berpusat ke salah satu orang di dalam kelompok tersebut. Belajar kelompok bertujuan untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tanpa berfikir( hanya meniru). Ini sebenarnya hamper sama dengan hambatan yang pertama tadi namun yang dipermasalahkan disini adalah niat dari anggota. Jadi, mereka harus mengubah niat yang demikian itu dengan niat untuk belajar bersama dengan teman namun juga harus belajar mandiri. Selain itu juga harus ada ketegasan dari teman-temannya untuk tidak memperbolehkan teman yang hanya asala meniru jawaban saja. Belajar kelompok hanya untuk sekedar bermain-main dengan teman. Hal ini seharusnya tidak terjadi apabila orang
Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
tersebut sadar akan kewajiban-kewajibannya dalam hal belajar. Apabila kita mengetahui tujuan kita mengkuti belajar kelompok dengan benar maka keinginan untuk hanya sekedar bermain-main dengan teman itu akan hilang dengan sendirinya. Walaupun sekarang ini apabila belajar dengan terlalu serius maka akan menimbulkan kejenuhan, jadi kita juga ada waktu untuk bercanda dan serius namun masih dalam batas yang wajar dan tidak berlebihan dalam bercanda. Tidak mau mengikuti kegiatan belajar kelompok karena ada salah satu anggota kelompok yang dia tidak sukai. Kejadian ini mungkin sering terjadi karena mungkin antara kedua orang tersebut sedang terjadi masalah pribadi yang melibatkan keduanya. Maka dari itu dengan belajar kelompok ini seharusnya dapat dijadikan momentum untuk saling membuka diri sehingga dapat mengakrabkannya kembali dapat dibantu oleh teman yang lain yang sekiranya mengetahui kondisi kawan yang sedang mengalami masalah, sehingga dengan belajar kelompok akan memudahkan datangnya jalan damai. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran wajib, baik dalam tingkat Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas, maupun perguruan tinggi. Bahasa Indonesia mempunyai beberapa fungsi sebagai bahasa nasional dan bahasa Negara. Diantaranya sebagai sarana pembinaan kesatuan dan persatuan bangsa, meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan berbahasa Indonesia dalam rangka pelestarian dan pengembangan budaya dan lain sebagainya. Ruang lingkup yang melingkupi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia meliputi penguasaan kebahasaan, kemampuan memahami, mengapresiasikan sastra dan kemampuan menggunakan Bahasa Indonesia. Namun hakikat dari pelajaran bahasa Indonesia adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan meningkatkan kemampuan
101
siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis. Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi sesuai apa yang ingin disampaikan oleh penutur, misalnya untuk menyatakan informasi faktual termasuk mengidentifikasikan, melaporkan, menanyakan dan mengoreksi. Menyatakan sikap intelektual yaitu menyatakan setuju atau tidak setuju, menyanggah dan sebagainya, menyatakan sika emosional (senang, tidak senang, harapan, kepuasan, dan sebagainya, menyatakan sikap moral, menyatakan perintah, untuk bersosialisasi, menyampaikan selamat, meminta perhatian dan sebagainya. Pembelajaran fungsi penggunaan bahasa itu sebaiknya disajikan dalam konteks, tidak dalam bentuk kalimat-kalimat lepas. Dalam pelaksanaanya, bermacam-macam fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan pembelajaran seperti bermain peran, percakapan mengenai topic tertentu, menulis karangan dan sebagainya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui pengaruh implementasi strategi belajar kelompok dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas III pada pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Tema Peristiwa; (2) Mengetahui dan mendiskripsikan sikap dan aktivitas siswa dalam menerima dan melaksanakan strategi belajar kelompok yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Tindakan Kelas. Dalam penelitian ini bertindak sebagai peneliti adalah guru kelas III SDN 2 Widoro Kecamatan Gandusari. Model rancangan penelitian ini mengacu pada model yang dikemukanan oleh (Suwarsih, 1994) dengan dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu: (1) Tahap penyusunan rencana tindakan, (2) Tahap pelaksanaan Tindakan, (3) Tahap observasi, (4) Tahap refleksi.
102
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
Pada tahap penyusunan rencana tindakan ini, guru mula-mula mengidentifikasikan konsep-konsep bagaimana menciptakan kondisi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Tema Peristiwa. Cara yang ditempuh untuk tahap ini adalah memeriksa kembali nilai rata-rata ulangan harian, jurnal guru, metode pembelajaran yang biasa digunakan. Sebagai implementasi tindakan dipilih Tema Peristiwa. Setelah konsepkonsep teridentifikasi, maka akan disusun rencana pembelajaran. Sebagai tata pembelajaran akan digunakan LKS yang dimodifikasi oleh guru. Masing-masing kelompok siswa diberi tugas menulis karangan kemudian mendiskusikan dan menjelaskan. Sebagai refleksi dari hasil belajarnya. Pelaksanaan tindakan dimulai dengan cara mendiskusikan dan menjelaskan manfaat untuk dirinya dan orang lain tentang menulis karangan. Sebagai alat belajar digunakan buku-buku Pembelajaran dan LKS yang ada di perpustakaan. Pembelajaran dilakukan di kelas seperti biasa. Tahap ini adalah merupakan tahap introduksi. Tahap berikutnya siswa dibagi dalam kelompok-kelompok dan saling berdiskusi untuk menemukan jawaban dari pertanyaanpertanyaan yang diberikan. Tahap ini dilakukan bersamaan dengan tahap pelaksanaan tindakan (action), selama proses pembelajaran berlangsung dilakukan observasi untuk memperoleh bahan bagi penyusunan refleksi. Fokus observasi dilakukan terhadap pelaksanaan eksplorasi, situasi diskusi. Umpan balik dan siswa berupa kuisioner yang berisi pertanyaan tentang respon mereka terhadap kegiatan yang berlangsung. Kegiatan refleksi diawali dengan memeriksa catatan hasil observasi pemeriksaan dilakukan oleh guru. Kesan guru terhadap aktivitas siswa maupun respon siswa dicatat untuk dianalisa. Hasil pemeriksaan dikaji dan dievaluasi, kemudian dirumuskan sebagai refleksi dan pembelajaran siklus I.
Lokasi dan objek penelitian harus ditentukan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam mengambil keputusan dalam setiap penilaian yang akan diadakan adapun dalam penelitian ini berada pada lokasi SDN 2 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dan objek penelitian dipilih siswa Kelas III pada SDN 2 Widoro tersebut dengan jumlah siswa sebayak 20 siswa pada pelajaran Bahasa Indonesia Tema Peristiwa. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi selama pembelajaran berlangsung setiap siklus. Data hasil observasi dicatat dalam catatan bebas atau dalam format khusus yang disetujui bersama, Kesan guru mengenai pengalaman pembelajaran siswanya dengan menggunakan Strategi Belajar Kelompok dicatat dalam catatan tersendiri. Dari dimensi siswa ada dua data yang dikumpulkan, yaitu data tentang respon siswa terhadap Strategi Belajar Kelompok yang diterapkan, serta hasil nilai test siswa sebagai indikator keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Refleksi Awal Kegiatan ini dilakukan untuk mengumpulkan infromasi yang diperlukan sebagai landasan dalam pengambilan tindakan perbaikan pembelajaran bahasa Indonesia agar diperoleh haisl yang optimal. Peneliti mempersiapkan format catatan lapangan yang akan digunakan oleh pengamatan selaku kolaborator penelitian. Dari hasil pengamatan yang dilakukan oleh pengamat terekam aktivitas pembelajaran guru cenderung monoton mulai dari awal pembelajaran bahasa Indonesia cenderum monoton. Pada pembelajaran bahasa Indonesia guru tidak mengkoumikaiskan tujuan dan komeptensi yang harus dicapai. Setelah berdoa guru meminta siswa untuk mengeluarkan buku, membaca materi secara klasikal, dilanjutkan Tanya jawab dan
Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
mengerjakan soal saja. Pelaksanaan pembelajaran yang bersifat konvensional ini tentu merugikan siswa, sehingga bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa tidak dapat berkembang sesuai harapan. Untuk itu diperlukan suatu metode yang dapat membangkitkan motivasi dan kerjasama siswa dalam pembelajaran. Dari karakteristik permasalahan inilah mendorong peneliti untuk menerapkan strategi belajar kelompok Planning (perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: membentuk kelompok-kelompok dalam pembelajaran, menentukan topik bacaan yang akan dibahas oleh masing-masing kelompok, meminjamkan buku yang memuat tema Peristiwa, merumuskan butirbutir pengarahan, petunjuk dan tindakantindakan lain untuk kelancaran jalannya diskusi dalam kelompok (kapan memberikan pujian, teguran, meluruskan pembicaraan yang menyimpang, dan sebagainya), mempersipakan fomat observasi aktivitas guru dan siswa, menyusun lembar penilaian. Action (pelaksanaan) Dalam tahap ini peneliti akan mendiskripsikan secara runtut proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan tema Peristiwa yang terjadi di Kelas III SDN 2 Widoro. Diskripsi dari proses pembelajaran Bahasa Indonesia peneliti tampilkan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dirancang berikut ini. Kegiatan awal, tanya jawab tentang peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Contoh: Pernakah anak-anak mengalami yang berkait dengan gejala alam? Di mana peristiwa itu terjadi? Bagaimana keadaan setelah peristiwa itu? Kegiatan inti, guru membagikan gambar seri ke setiap kelompok seperti pada Gambar 1, siswa berdiskusi tentang gambar
103
yang dibagikan, setiap siswa menerangkan atau memaparkan hasil kerja kelompok.
Gambar 1 Contoh Gambar Seri Kegiatan penutup, siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi, guru memberikan pekerjaan rumah. Observation (pengamatan) Pada tahap observasi ini peneliti akan memaparkan hasil pengamatan penelitian yang berlangsung selama siklus I. untuk aktivitas guru pada siklus sudah mampu menunjukkan aktivitas yang baik dengan perolehan skor sebesar 62,50%. Perkembangna yang menonjol pada siklus I adalah guru sudah mampu menghidupkan pembelajaran kelompok. Hal ini dapat dilihat dari kegiatan diskusi kelompok, guru berkeliling dari meja satu ke meja lain untuk terus memotivasi anak agar terlibat secara aktif dalam pembelajaran, LKS dibuat sendiri sesuai dengan RPP. Sedangkan aktivitas siswa pada siklus I jauh lebih baik dibandingkan sebelum diberi tindakan perbaikan pembelajaran. Peran anak yang cenderung pasif berubah menjadi aktif dengan adanya kerjasama antar kelompo, semua anak terlibat dalam kegiatan diskusi serta mulai berani mengeluarkan gagasannya baik saat mengerjakan tugas kelompok maupun dalam kegiatan diskusi secara klasikal. Hanya saja siswa masih perlu dimotivasi agar lebih berani mengeluarkan gagasannya. Untuk
104
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan skor sebesar 57,50% Untuk mengetahui perkembangan prestasi belajare siswa, guru memberikan tes evaluasi siswa. Untuk penilaian kinerja hasilnya adalah sebagai berikut. Tabel 1 Hasil Penilaian Kinerja Siswa Siklus I Ketuntasan No Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas Intan Juliana 1 90 Puspitasari T 2 Dimas Aprilian Fadillah 80 T 3 Natrio Handika 80 T 4 Patra Kolpansha 80 T 5 Luthfiatun Nadziroh 60 TT 6 Basuki Setiawan 60 TT 7 Nila Fatin Fikriyah 80 T Arengga Hiyan 8 80 Lesmana T 9 Ahmad Bibit Adi S 80 T 10 Septiani Ardilla 80 T 11 Ardian Septa Prayoga 80 T 12 Alexa Putrid Ayu V 60 TT Khoirun Ni’mah 13 60 Apriansih TT 14 Yeyen Wisnu Baehaqi 80 T 15 Frepti Rahmadia 80 T 16 Alvina Eka Damayanti 70 TT 17 Joni Putra Agung N 60 TT 18 Meyko Astianu Dwi F 60 TT 19 Fitri Ambar Cahyani 60 TT 20 Wildan Musafa 80 T Jumlah 1460 12 8 Rata-rata
73.00
60.00
40.00
Reflection (refleksi) Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa, sehingga dalam forum diskusi masih banyak siswa yang kurang aktif; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah. Dalam hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk
melakukan berikutnya.
perbaikan
pada
siklus
Siklus II Planning (perencanaan) Secara garis besar perencanaannya sama dengan siklus I dengan materi yang sama pada siklus I. Berdasar pada temuan siklus I maka ada beberapa tambahan dalam perencanaan sebagai berikut: (a) Meningkatkan pemberian motivasi kepada siswa; (b) Meningkatkan peran sebagai fasilitator secara merata. Action (pelaksanaan) Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Langkahlangkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut: (a) Kegiatan awal: tanya jawab tentang peristiwa alam yang terjadi di sekitar. Contoh: Pernakah anakanak mengalami yang berkait dengan gejala alam? Di mana peristiwa itu terjadi? Bagaimana keadaan setelah peristiwa itu? Kegiatan inti: Guru membagikan gambar seri ke setiap kelompok, siswa berdiskusi tentang gambar yang dibagikan, setiap siswa menerangkan atau memaparkan hasil kerja kelompok. Kegiatan penutup: siswa dengan bimbingan guru melakukan refleksi, guru memberikan pekerjaan rumah. Observation (pengamatan) Berikut ini peneliti akan memaparkan hasil pengamatan pada siklus II. Untuk aktivitas guru pada siklus II menunjukkan prean yang sangta baik dengan perolehan skor aktivitas sebesar 80,00%. Peran yang paling menonjol dari aktivitas guru adalah guru memotivasi siswa untuk lebih bernai mengeluarkan gagasannya dengan memberikan rewqard berupa pemberian pin “Aku Anak Pintar”. Melalui pemberian reward yang tidak hanya berupa pujian mampu
Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
membangkitkan siswa untuk lebih aktif lagi dalam kegiatan kerjasama atau diskusi. Sedangkan untuk aktivitas siswa peran yang paling menonjol adalah siswa lebiah berani untuk mengeluarkan gagasannya. Dengan adanya pemberian pin memacu siswa untuk lebih aktif lagi. Untuk aktivitas siswa pada sisklus II memperoleh skor sebesar 75,00%. Artinya siswa sudah sangat baik dalam melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Selanjutnya peneliti akan memaparkan hasil evaluasi pada siklus II adalah sebagai berikut. Tabel 2 Hasil Penilaian Kinerja Siswa Siklus II Ketuntasan No Nama Siswa Nilai Tidak Tuntas Tuntas Intan Juliana 1 100 T Puspitasari 2 Dimas Aprilian Fadillah 100 T 3 Natrio Handika 90 T 4 Patra Kolpansha 90 T 5 Luthfiatun Nadziroh 90 T 6 Basuki Setiawan 80 T 7 Nila Fatin Fikriyah 80 T Arengga Hiyan 8 80 T Lesmana 9 Ahmad Bibit Adi S 90 T 10 Septiani Ardilla 100 T 11 Ardian Septa Prayoga 100 T 12 Alexa Putrid Ayu V 90 T Khoirun Ni’mah 13 80 T Apriansih 14 Yeyen Wisnu Baehaqi 100 T 15 Frepti Rahmadia 100 T 16 Alvina Eka Damayanti 90 T 17 Joni Putra Agung N 80 T 18 Meyko Astianu Dwi F 90 T 19 Fitri Ambar Cahyani 80 T 20 Wildan Musafa 100 T Jumlah 1810 20 0 Rata-rata 90.50 100.00 0.00
Reflection (refleksi) Dari hasil obsrevasi ditemukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut: (a) Guru sudah bisa menjadi motivator dan fasilitator sehinga mampu menjadikan suasana kelas menjadi hidup; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru sudah
105
dapat diterima siswa dengan baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu bacaan sudah sangat baik; (c) Dalam forum diskusi semua siswa sudah terlibat dengan aktif; (d) Siswa sudah mulai terbiasa dengan tema bacaan yang baru, bahkan dalam hal menulis karangan dari kalimat acak pada siklus II bertambah baik dan lebih terarah. Kompetensi yang diharapkan dalam Tema Peristiwa ini adalah: Siswa dapat menjelaskan petunjuk melakukan sesuatu kemudian menanggapi penjelasan tersebut, siswa dapat menceriterakan pengalaman yang tak terlupakan, siswa dapat membaca bacaan dengan ucapan yang tepat sehingga mudah dipahami pendengarnya, siswa dapat menulis karangan dengan kalimat yang tepat. Tema Peristiwa, adalah materi yang diberikan untuk siswa Kelas III pada Semester I, melihat dari tujuan instruksional, ada beberapa hal yang ingin dicapai melalui pembelajaran ini, yaitu: siswa dapat menjelaskan petunjuk melakukan sesuatu kemudian menanggapi penjelasan tersebut, siswa dapat menceriterakan pengalaman yang tak terlupakan, siswa dapat membaca bacaan dengan ucapan yang tepat sehingga mudah dipahami pendengarnya, siswa dapat menulis karangan dengan kalimat yang tepat. Ditinjau dari hasil belajar yang ditunjukkan oleh nilai test pada siklus I dan siklus II, maka dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran ini sudah berhasil, kekurangan yang terdapat pada Siklus I, sudah diperbaiki pada siklus II. Sehingga pada saat observasi dan refleksi pada siklus II, sudah diperoleh gambaran yang menunjukkan peningkatan hasil belajar siswa. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan dengan diberikan perlakuanperlakuan tertentu yang sesuai dengan
106
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 2, Agustus 2015
materi pokok bahasan yang harus dipelajari oleh siswa. Hal ini juga nampaknya dipengaruhi oleh gairah belajar yang dimiliki, karena model pembelajaran yang monoton saja akan membuat siswa bosan dan menganggap proses pembelajaran bukanlah suatu hal yang menarik. Kegairahan belajar siswa juga ditunjukkan dengan partisispasi mereka yang meningkat selama diskusi dalam Strategi Belajar Kelompok berlangsung, ataupun juga kesiapan tim ahli pada saat mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka. Siswa yang memiliki kekurangan juga dapat belajar pada temannya, ini adalah suatu hal yang menguntungkan, karena dengan belajar melalui temannya resistensi seperti rasa segan, malu untuk bertanya jika tidak mengerti akan dapat dikurangi jika dibandingkan mereka harus bertanya pada guru. Indikator yang jelas terbaca dari penelitian tindakan kelas ini adalah meningkat-
nya nilai rata-rata kelas, tingkat pemahaman siswa, serta nilai tertinggi dan terendah yang berhasil dicapai oleh siswa. Dari hasil pengamatan paparan data dapat diketahui bahwa ada peningkatan yang besar pada hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan Tema Peristiwa dari rata-rata siklus I ke siklus II. Hal ini didukung dengan nilai ratarata siklus I: nilai rata-rata 73,00 dan pada siklus II: nilai rata-rata 90,50 dengan prosentase ketuntasan 100% ini menandakan bahwa dengan menggunakan strategi belajar kelompok, maka hasil belajar siswa Kelas III SDN 2 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dapat meningkat secara tajam dan meyakinkan. Dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan ini dapat berhasil dengan baik. Maka dapat di gambarkan dengan Gambar 1.
Rata-rata; siklus II; 90,50 Rata-rata; siklus I; 73,00
Rata-rata; sebelum siklus; 69,50
Ketuntasan; siklus II; 100,00
Ketuntasan; siklus I; 60,00 Ketuntasan; sebelum siklus; 45,00
Gambar 1 Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Rata-rata Ketuntasan
Salamah, Strategi Belajar Kelompok Meningkatkan Prestasi Belajar Bahasa Indonesia...
PENUTUP Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diperoleh dari hasil penelitian dan pembahasan ini adalah: (1) Strategi Belajar Kelompok dalam proses pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Pemakaian Strategi Belajar Kelompok membuat proses pembelajaran lebih bermakna bagi siswa, yang ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata kelas dari siklus I yaitu 73,00 dan pada siklus II : nilai rata-rata 90,50 dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 100,00% pada akhir siklus II. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi belajar kelompok ini dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia; (2) Sikap siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan strategi belajar kelompok ini sangat positif. Hal ini DAFTAR RUJUKAN Coni Semiawan. 1992. Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa dalam Belajar. Gramedia. Jakarta, Dardji Darmodihardjo. 1982. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo. DC Porter Bobbi & Henacki Mike. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Pelqjar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung- KAIFA
107
dapat dilihat dari data hasil angket yang diberikan kepada siswa setelah berakhirnya suatu siklus penelitian. . Saran Saran-saran yang dapat disampaikan dalam laporan penelitian ini adalah: (1) Pemakaian Strategi Belajar Kelompok sangat tepat diterapkan untuk materi bahasan yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa; (2) Penelitian lebih lanjut tentang metode ini dapat dilakukan untuk kelas-kelas lain dengan materi yang berbeda; (3) Perlu adanya beberapa metode atau metode bervariasi dalam penyampaian materi pada setiap PBM, sebab dengan metode yang bervariasi siswa tidak akan jenuh dan bahkan menyenangi materi yang disampaikan; (4) Hendaknya terjadi interaksi antara peserta didik dengan pendidik agar PBM berjalan efektif.
Saliwangi, Bassenang. 1989. Pengantar Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Malang: IKIP Malang. Suharsimi, Arikunto. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Surachmad, Winarno. 1986. Metodologi Pengajaran Nasional. Bandung: IKIP Bandung.
Hidayat , Kosadi dkk. 1986. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Binacipta.
Suwarsih Madya. 1994. Seri Metodologi Penelitian, Panduan Penelitian Tindakan. Lembaga Penelitian IKIP, Yogyakarta.
Robert L. Cilstrap dan William R. Martin, Pengertian Kooperatif, Erlangga, Jakarta
Sudjana, Nana. 1991. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.