Eko Padmulyati, Peningkatan Prestasi Belajar Materi Bilangan Bulat ...
37
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATERI BILANGAN BULAT MELALUI MODEL BELAJAR KONSTRUKTIVISME DI KELAS VI SD NEGERI 1 WONOREJO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN SEMESTER I PELAJARAN 2014/2015
Oleh: Eko Padmulyati SD Negeri 1 Wonorejo, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok bilangan bulat yang disampaikan oleh guru; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan pendekatan konstruktivisme. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek.Sedangkan obyek penelitian ini adalah guru pengajar siswa Kelas VI Semester I SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 yang berjumlah 23 siswa. Pendekatan Konstruktivisme, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada sebelum siklus nilai rata-rata 70,43 pada siklus I 80,00 meningkat secara signifikan pada akhir siklus II menjadi 84,78 dengan persentase ketuntasan sebesar 95,65%. Kata Kunci: Konstruktivisme, Prestasi Belajar, Matematika, Kelas VI
Belajar merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh siswa untuk mencapai tujuan. Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikhis yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, dan nilai sikap (Winkel, 1984). Nasution (2001) belajar adalah suatu proses yang berlangsung di dalam diri pebelajar (siswa). Belajar adalah suatu kegiatan yang disengaja untuk mengubah tingkah laku sehingga diperoleh kecakapan baru (Sukirin, 1984). Hilgard yang dikutip oleh Pasaribu (1983) berpendapat bahwa Learning in the process by wich an activity oreginiles or is changed trough responding to a situation provided the changed can not be attributed to growth or the temporary sate of the organisme as in fatique or under druges. Artinya
belajar adalah suatu proses kegiatan yang menghasilkan aktivitas baru atau perubahan kegiatan karena reaksi lingkungan. Perubahan itu tidak dapat disebut belajar apabila disebabkan oleh perubahan atau kesadaran sementara orang tersebut karena kelelahan atau karena obat-obatan, sehingga orang tersebut tidak sadar terhadap keadaan dirinya. Dari beberapa pendapat tersebut, belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dilakukan secara sadar, baik itu perubahan pengetahuan, kecakapan dan keterampilan, dan perubahan tesebut dilakukan secara berkesinambungan. Prestasi belajar merupakan suatu bukti terjadinya suatu perubahan tingkah laku pada seseorang yang melakukan kegiatan belajar. Tingkah laku memiliki unsur subjektif dan unsur motoris. Unsur subjektif adalah unsur rohaniah, dan unsur motoris adalah unsur jasmaniah.
37
38
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Menurut Hamalik (2001), prestasi belajarakan tampak pada setiap perubahan pada aspek-aspek tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) pengetahuan, (2) pengertian, (3) kebiasaan, (4) ketrampilan, (5) apresiasi, (6) emosional, (7) hubungan sosial, (8) jasmani, (9) etis dan budi pekerti, dan (10) sikap. Obyek langsung dalam Matematika ialah fakta, keterampilan proses dan aturan (principal) untuk mempelajari obyek-obyek langsung ataupun untuk mempelajari topiktopik dalam Matematika tidak dapat sembarangan. Matematika timbul karena pikiranpikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan penalaran. Matematika terdiri dari empat wawasan yang luas ialah Aritmatika, Aljabar, geometri dan analisis (analysiss) dimana arti dari aritmatika mencakup antara lain teori bilangan dan statistik. Disini penulis ambil contoh pada geometri bidang, pada giometri bidang itu terdapat unsurunsur terutama antara lain ialah titik, garis, lengkungan dan bidang, sekarang kita tinjau pengertian titik. Titik itu dianggap ada tetapi tidak dapat dinyatakan dalam suatu kalimat dengan tepat, sebab titik itu adalah unsur yang tidak didefinisikan. Dengan kata lain hanya mampu memberikan penjelasan misalnya “titik itu adalah suatu, yang mempunyai ukuran Panjang, luas, isi atau berat, “yang juga belum jelas”. Dari uraian di atas, maka peneliti menggunakan pendekatan konstruktivisme untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika. Landasan berpikir pendekatan konstruktivisme agak berbeda dengan pandangan kaum objektivis, yang lebih menekankan pada hasil pembelajaran. Pendekatan Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran
kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit) dan tidak sekonyongkonyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata (Nurhadi, 2003). Menurut Wuryadi (2000) dalam proses pembelajaran, pendekatan Konstruktivisme merupakan pendekatan yang memberikan pengakuan terhadap keragaman siswa. Dalam pandangan pendekatan konstruktivisme ini diakui bahwa siswa, pada awal proses pembelajaran, telah memiliki konsep kognitif, afektif dan psikomotor tertentu sebagai akibat pembelajaran dan pengalaman sebelumnya. Bertolak dari pengetahuan awal dan pengalaman ini, siswa membangun sendiri pandangan mereka terhadap pengetahuan baru yang sedang diperolehnya. Prinsip pendekatan konstruktivisme merupakan belajar bermakna dapat dicapai melalui pengalaman dan refleksi terhadap pengalaman. Pengalaman dalam hal ini bukanlah pengalaman orang lain yang diabstraksikan dan dikumpulkan dalam sebuah buku, tetapi pengalaman langsung yang dilakukan sendiri. Pengalaman itu selanjutnya harus diikuti dengan analisis dan refleksi. Jonassen yang dikutip oleh Fahrurrazy (2000) menyatakan bahwa dalam pandangan pendekatan konstruktivisme sebuah realitas ada dalam pikiran mereka yang mengetahui, sehingga merekalah yang membentuk atau sekurang-kurangnya menafsirkan realitas berdasarkan persepsi mereka sendiri. Sebagai implikasinya Pendekatan Konstruktivisme lebih menekankan bagaimana pengetahuan dibangun dengan bantuan
Eko Padmulyati, Peningkatan Prestasi Belajar Materi Bilangan Bulat ...
pengalaman, pengetahuan awal dan keyakinan yang dimiliki untuk menafsirkan obyekobyek dan peristiwa penting. Dalam pandangan konstruktivis, strategi memperoleh lebih diutamakan dibandingkan seberapa banyak siswa memperoleh dan mengingat pengetahuan. Untuk itu, tugas guru adalah memfasilitasi proses tersebut dengan: (I) menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa, (2) memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri, dan (3) menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar. Zamroni (1999) mengatakan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam belajar mengajar konstruktivisme. Diantaranya: (1) Murid harus selalu aktif selama proses pembelajaran; (2) Proses aktif adalah proses membuat segala sesuatu masuk akal; (3) Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya; (4) Kegiatan belajar mengajar tidak hanya proses pengalihan pengetahuan, tetapi juga pengalihan ketrampilan dan kemampuan. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Upaya guru kelas VI agar dapat menerapkan model belajar konstruktivisme sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek pada bidang studi Matematika dengan materi pokok bilangan bulat yang disampaikan oleh guru; (2) Peningkatan prestasi belajar siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah guru menerapkan pendekatan konstruktivisme.
39
yaitu penelitian tindakan. Subyek penelitian adalah guru dan siswa kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek. Sebab peneliti dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan partisipan. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan obyek penelitian ini adalah guru pengajar siswa Kelas VI Semester I SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2014/2015 yang berjumlah 23 siswa. Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya: (1) Observasi; (2) Wawancara; (3) Dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan. Dalam kegiatan analisis data tersebut, akan didapatkan dua jenis data yaitu, data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif berupa hasil obeservasi yang dilakukan pada setiap tahap kegiatan, dan data kuantitatif berupa prestasi belajar atau prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa dalam melakukan proses pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme.
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini penleiti menggunakan pendekatan dan jenis penelitian,
39
40
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Tindakan penelitian yang direncanakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain pendekatan konstruktivisme yang digunakan dalam proses belajar mengajar; (2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme yang meliputi: merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar; (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis, dan catatan harian; (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Siklus I Refleksi Awal Dari hasil pengamatan pada kegiatan pra tindakan terekam bahwa merosotnya prestasi belajar siswa disebabkan oleh penggunaan pendekatan pembelajaran yang tidak tepat. Dalam kegiatan pembelajaran siswa tidak terlibat secara langsung dalam proses penemuan, penurunan rumus dan aplikasi operasi hitung campuran bilangan hulat dalam permasalahan yang sering dihadapi oleh siswa. Siswa dalam pemecahan masalah langsung diberi contoh soal, kemudian mengerjakan soal. Perencanaan Peneliti berkolaborator dengan mitra guru merancang rencana tindakan pada siklus I yaitu: (a) Mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran; (b) Mempersiapkan lembar observasi siswa; (c) Mempersiapkan lembar observasi guru; (d) Mempersiapkan lembar penilaian; (e) Mempersiapkan lembar
evaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus 1 Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh mengenai proses pembelajaran matematika dengan menerapkan model belajar konstruktivisme, peneliti diskripsikan dalam langkah-langkah berikut ini: Pertemuan 1, kegiatan-kegiatannya antara lain: (a) Pada hari Senin tanggal 22 September 2014 pukul 09.30, peneliti bersama guru kelas VI memasuki ruang kelas dengan didampingi oleh kolaborator penelitian. Posisi peneliti berada di kursi belakang dengan tujuan agar tidak mengganggu konsentrasi belajar siswa; (b) Pada kegiatan pendahuluan guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Setelah itu guru berusaha menggali pemahaman siswa dengan mengingatkan siswa pada sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat di kelas 4 dan 5. Pada tahap eksplorasi ini anak-anak masih ingat cara sistem keledai pada operasi campuran bilangan bulat yaitu pipa landa yang merupakan kependekan ping para tambah lan suda yang diartikan sebagai perkalian, pembagian penjumlahan dan pengurangan; (c) Pukul 09.45, pada kegiatan inti, guru berusaha membangun pemahaman siswa untuk operasi hitung campuran bilangan bulat. Pada kesempatan ini guru memberikan LKS untuk tugas kelompok dan tugas individu. Siswa diajak untuk menemukan sifat-sifat operasi hitung campuran pada bilangan bulat; (d) Pukul 10.00, setelah kegiatan mengerjakan tugas LKS selesai, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil temuannya mengenai sifat-sifat hitung bilangan bulat. Pada kegiatan diskusi ini guru memberikan penguatan atas pertanyaan dan jawaban siswa; (e) Pukul 10.15, siswa diminta untuk mengerjakan tugas mandiri; (f)
Eko Padmulyati, Peningkatan Prestasi Belajar Materi Bilangan Bulat ...
Pukul 10.30 guru mengakhiri pembelajaran matematika, guru melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa dengan menyebutkan sifat-sifat hitung campuran bilangan bulat. Pertemuan 2, kegiatan-kegiatannya antara lain: (a) Pada hari Selasa tanggal 23 September 2014 pukul 07.00, peneliti bersama guru kelas VI memasuki ruang kelas; (b) Pukul 07.00, pada kegiatan pendahuluan guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Setelah itu guru berusaha menggali pemahaman siswa dengan mengingatkan siswa pada sifat-sifat operasi hitung bilangan bulat yang telah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya. Guru mengkofirmasikan jawaban pekerjaan rumah siswa. Siswa diminta untuk menukarkan hasil pekerjaan rumahnya kepada rekannya. Guru meminta beberapa siswa untuk menuliskan hasil pekerjaan rumahnya di papan tulis tanpa membawa buku; (c) Pukul 07.15, pada kegiatan inti, guru memberikan tes evaluasi belajar siswa. Jumlah soal 10 butir dalam bentuk isian; (d) Pukul 08.00 guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
41
aktivitas siswa yang masih memerlukan bimbingan adalah kegiatan diskusi, kerjasama dalam kelompok, mempresentasikan hasil diskusi, menanggapi hasil presentasi, keberanian menyampaikan ide atau gagasan serta kemampuan dalam menyimpulkan hasil diskusi; (b) Dari segi aktivitas guru terekam aktivitas yang menonjol yaitu dalam kegiatan aersepsi, penguasaan materi pembelajaran, pelaksanaan skenario pembelajaran, sedangkan aktivitas guru yang masih memerlukan peningkatan yaitu kemampuan guru untuk menggunakan dan memanfaatkan media secara efektif dan efisien, menumbuhkan parstisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dan melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan/kegiatan/tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan. Refleksi Berdasarkan paparan data tentang aktivitas dan prestasi belajar siswa Kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, peneliti melakukan refleksi dari hasil temuan kegiatan penelitian ditemukan beberapa kendala dalam pembelajaran untuk itu guru akan memperbaiki kegiatan pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan guru untuk, menggunakan dan memanfaatkan media secara efektif dan efisien, menumbuhkan parstisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dan melaksanakan tindak lanjut dengan
Pengamatan Siklus I Berdasarkan observasi di Kelas VI dapat direkam hal-hal sebagai berikut. Pengamatan observasi di kelas menggunakan format pengamatan aktivitas guru dan siswa. (a) Bagi Kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa sudah memperhatikan dan mencatat hal-hal yang belum diketahui, mampu menganalisis soal yang diberikan oleh guru, menempati posisi pada kelompok yang telah dibuat, serta berani bertanya kepada teman atau guru jika ada hal-hal yang kurang jelas dalam memahami permasalahan, sedangkan
41
42
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
memberikan arahan/kegiatan/tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan. Kegiatan Siklus II Perencanaan Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti pada siklus II, tidak jauh berbeda dengan pelaksanaan tindakan pada siklus I, hanya saja pada siklus ini ditambah dengan perbaikan tindakan yang telah disusun oleh peneliti bersama kolaborator pada siklus sebelumnya. Pelaksanaan Tindakan Pertemuan 1, kegiatan-kegiatannya antara lain: (a) Pada hari Senin tanggal 29 September 2014 pukul 09.30, peneliti bersama guru kelas VI memasuki ruang; (b) Pada kegiatan pendahuluan guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Setelah itu guru berusaha menggali pemahaman siswa dengan mengingatkan siswa pada sifatsifat operasi hitung bilangan bulat pada pertemuan berikutnya; (c) Pukul 09.45, pada kegiatan inti, guru berusaha membangun pemahaman siswa untuk menerapkan pamahaman siswa mengenai operasi hitung campuran bilangan bulat dalam pemecahan masalah yang sering dijumpai oleh siswa. Guru membagikan LKS untuk didiskusikan bersama. (d) Pukul 10.00, setelah kegiatan mengerjakan tugas LKS selesai, siswa diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasil temuannya mengenai sifat-sifat hitung bilangan bulat. Pada kegiatan diskusi ini guru memberikan penguatan atas pertanyaan dan jawaban siswa; (e) Pukul 10.15, siswa diminta untuk mengerjakan tugas mandiri; (f) Pukul 10.30 guru mengakhiri pembelajaran matematika, guru melakukan refleksi pembelajaran bersama siswa dengan menyebutkan sifat-sifat hitung campuran bilangan
bulat. Pertemuan 2, kegiatan-kegiatannya antara lain: (a) Pada hari Selasa tanggal 30 September 2014 pukul 07.00, peneliti bersama guru kelas VI memasuki ruang kelas; (b) Pukul 07.00, pada kegiatan pendahuluan guru meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Guru mengkonfirmasikan jawaban pekerjaan rumah siswa. Siswa diminta untuk menukarkan hasil pekerjaan rumahnya kepada rekannya. Guru meminta beberapa siswa untuk menuliskan hasil pekerjaan rumahnya di papan tulis tanpa membawa buku; (c) Pukul 07.15, pada kegiatan inti, guru memberikan tes evaluasi belajar siswa. Jumlah soal 10 butir; (d) Pukul 08.00 guru meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya. Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti terekam bahwa guru dalam menjalakan pembelajaran sudah sesuai dengan rencana yang telah dirancang oleh peneliti. Refleksi Berdasarkan observasi dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti didapatkan temuan sebagai berikut: (1) terlihat ada peningkatan yang signifikan terhadap aktivitas dan prestasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar; (2) sebagian besar siswa lebih cepat memahami dan mempelajari materi yang disampaikan oleh guru; (3) sebagian besar siswa ada keberanian dalam menyampaikan pendapat; (4) kegiatan diskusi sudah terkesan hidup dan berjalan, dan tidak lagi didominasi oleh siswa yang pandai, sehingga aktivitas siswa dalam belajar mempermudah pencapaian tujuan yang direncanakan dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini menunjukkan
Eko Padmulyati, Peningkatan Prestasi Belajar Materi Bilangan Bulat ...
bahwa pendekatan konstruktivisme sangat efektif dalam meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari KabupatenTrenggalek.
43
cara efektif dan efisien, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung, menumbuhkan keceriaan dan antusiasme siswa, melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa, dan melaksanakan tindak lanjut dengan memberikan arahan/ kegiatan/tugas sebagai bagian dari remidi/pengayaan. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 60,00% dan termasuk dalam kriteria baik. Dan semakin bekembang pada siklus II dengan persentase aktivitas sebesar 75,00%. Artinya kepala sekolah berhasil dalam membina guru kelas VI menerapkan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan kosntruktivisme.
Hasil Pembahasan Penelitian Aktivitas Siswa Bagi Kelas VI SDN 1 Wonorejo Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, siswa sudah memperhatikan dan mencatat hal-hal yang belum diketahui, mampu menganalisis soal yang diberikan oleh guru, menempati posisi pada kelompok yang telah dibuat, serta berani bertanya kepada teman atau guru jika ada hal-hal yang kurang jelas dalam memahami permasalahan, sedangkan aktivitas siswa yang masih memerlukan bimbingan adalah kegiatan diskusi, kerjasama dalam kelompok, mempresentasikan hasil diskusi, menanggapi hasil presentasi, keberanian menyampaikan ide atau gagasan serta kemampuan dalam menyimpulkan hasil diskusi. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 57,50% dan termasuk dalam kategori aktivitas baik. Aktivitas semakin berkembang pada siklus II dengan persentase aktivitas sebesar 75,00%. Artinya kepala sekolah melalui guru kelas VI mampu menciptakan pembelajaran yang konstruktiv sesuai dengan aspirasi siswa.
Prestasi belajar siswa Hasil evaluasi pembelajaran pada siklus I peneliti tampilkan frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah 0,10-60,00 dengan frekuensi 5 dan persentase 29,09%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 6 dan persentase 52,17%, sedangkan kategori prestasi belajar baik adalah 80,01-100,00 dengan frekuensi 12 persentase 44,44%.
Aktivitas Guru Dari segi aktivitas guru terekam aktivitas yang menonjol yaitu dalam kegiatan aersepsi, penguasaan materi pembelajaran, pelaksanaan skenario pembelajaran, sedangkan aktivitas guru yang masih memerlukan peningkatan yaitu kemampuan guru untuk menggunakan dan memanfaatkan media se-
43
44
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
4.35
43.48
21.74
52.17
52.17 26.09
BAIK
SEDANG
KURANG
Gambar 2 Distribusi Prestasi Siswa Siklus II BAIK
SEDANG
KURANG
Gambar 1 Distribusi Hasil Belajar Siklus I
Hasil evaluasi pembelajaran pada siklus II peneliti tampilkan frekuensi data tersebut diketahui kategori kurang dalam prestasi belajar adalah 0,10-60,00 dengan frekuensi 1 dan persentase 43,48%, kategori nilai sedang adalah 60,01-80,00 dengan frekuensi 10 dan persentase 52,17%, sedangkan kategori prestasi belajar baik adalah 80,01-100,00 dengan frekuensi 12 persentase 44,44%. Untuk lebih jelasnya akan ditampilkan grafik perkembangan belajar siswa pada Gambar 3.
PENUTUP Kesimpulan Dalam Pendekatan Konstruktivisme, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Pendekatan Konstruktivisme dalam pembelajaran dapat diaplikasikan dalam kegiatan belajar mengajar mata pelajaran lain selain mata pelajaran Matematika Pokok bahasan Bilangan bulat. Hal yang perlu diingat dalam penggunaan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar adalah: (a) pusat kegiatan belajar mengajar adalah siswa aktif, (b) pembelajaran dimulai dengan hal yang sudah diketahui dan dipahami siswa, (c) bangkitkan motivasi belajar dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan siswa, dan (d) guru harus selalu mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat siswa bosan, dan hal ini harus segera ditanggulangi.
Eko Padmulyati, Peningkatan Prestasi Belajar Materi Bilangan Bulat ...
95.65
100.00 80.00 78.26
90.00 80.00
45
84.78
70.43
70.00 60.00
NILAI RATA
50.00
KETUNTASAN
34.78
40.00
30.00 20.00 10.00 0.00 SEB. SIKLUS
SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 3 Perkembangan Hasil Nilai Belajar Siswa
Pendekatan Konstruktivisme, mengkondisikan siswa belajar dengan meningkatkan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Hal ini dibuktikan dengan prestasi belajar siswa yang meningkat pada setiap siklusnya yaitu pada sebelum siklus nilai rata-rata 70,43 pada siklus I 80,00 meningkat secara signifikan pada akhir siklus II menjadi 84,78 dengan persentase ketuntasan sebesar 95,65%.
Saran Guru hendaknya mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan siswa menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan konstruktivisme. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar.
DAFTAR RUJUKAN Fahrurrazy. 2000. Pendekalan Konstruktivis dan Kendalanya dalam Penabelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal Pendidikan Dasar dan Menengah. Vol.3 No. 9, 10 Tahun 2001
Nurhadi, & Senduk, G., A., 2003. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang. Nurhadi, 2002. Pendekatan Kontekstual. Malang: Universitas Negeri Malang
Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengujar. Jakarta: PT Bumi Aksara
Spradley, J., P. 1980. Participant Observation. NewYork: Holt, Rinehart and Winston
Nasution, S. 2001. Metode Penelilian Naturulistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito.
Sukirin. 1984. Psikologi Belajar. Yogyakarta: FIP IKIP Yogyakarta.
45
46
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Winkel. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia Woodworth, R., 195 1.Psichology. New York: Henry Holt & CO Wuryadi. 2000. Perencanaan Pembelajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
Zamroni, N. 1999. Penelitian Tidakuri dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertarna. Malang: Bayu Media Publishing.