138
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA TENTANG LUAS TRAPESIUM DAN LAYANG-LAYANG MELALUI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING DI KELAS V SDN 3 WIDORO KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Suprapto SDN 3 Widoro, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana peneliti selaku kepala SDN 3 Widoro berkolaborasi dengan guru kelas V berupaya menerapkan model belajar Student Facilitator And Explaining sehingga mampu meningkatkan prestasi belajar matematika siswa kelas V SDN 3 Widoro dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa Kelas V dalam pembelajaran matematika setelah diterapkan dengan model belajar Student Facilitator And Explaining. Penelitian Tindakan Kelas ini bertempat di SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I yang kelasnya berjumlah 16 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran 2013/2014 semester I, yaitu bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013 pada bidang studi Matematika materi luas trapesium dan layang-layang. Jadwal kegiatan penelitian pada siswa kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Berdasarkan langkah-langkah yang diterapkan ke dalam 2 siklus pada penelitian tindakan ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas V SDN 3 Widoro. Hal ini ditunjukkan oleh ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu nilai rata-rata siswa pada sebelum siklus sebesar 66,00 dengan persentase ketuntasan sebesar 55,00%, siklus I 73,45 dengan persentase ketuntasan sebesar 80,00, dan pada siklus II 88,50 dengan persentase ketuntasan sebesar 95,00%. Kata kunci: student facilitator and student explaining, matematika
Searah dengan kemajuan jaman, kebutuhan manusia terhadap pendidikan merupakan kebutuhan utama. Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun ia berada, pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang. Tujuan pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur serta moral yang baik. Matematika adalah salah satu ilmu
yang harus dipelajari di setiap jenjang pendidikan, karena Matematika merupakan alat untuk memberikan cara berpikir, menyusun pemikiran yang jelas, tepat, dan teliti. Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik dapat memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Untuk memenuhi tujuan tersebut diatas perlu diterapkan strategi pembelajaran yang sesuai dalam pelajaran matematika. Matematika adalah pelajaran yang dianggap sulit dan membosankan. Hal ini bisa disebabkan ketidaktepatan metodologi yang digunakan guru.
Suprapto, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika...
Dunia pendidikan merupakan satu sistem, maka dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut tidak terlepas dari keterkaitan dengan sistem-sistem kehidupan lainnya. Kehidupan pemerintah, kehidupan bangsa, dan kehidupan keluarga. Apabila kehidupan-kehidupan ini tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka tujuan Pendidikan Nasionalpun akan terimbas pula. Sekolah juga merupakan kehidupan sebuah sistem, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling ketergantungan, seperti kepala sekolah, guru, kurikulum, bahan ajar, siswa dan fasilitas, apabila komponen sebuah sistem tersebut terganggu atau tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka dapat dikatakan kehidupan lembaga tersebut akan teganggu pula. Sebagai pimpinan di sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk memiliki managerial skill, kemampuan sebagai supervisor, dan kemampuan dalam pembinaan kurikulum sekolah. Kemampuan kepala skeolah dalam supervisor sekolah dapat dilakukan melalui pembinaan profesionelasime guru dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran yang modern tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan, harus mampu merencanakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Potensi tersebut dapat dikembangkan oleh siswa apabila di dalam diri siswa terdapat minat untuk mengetahui sesuatu. Namun pada kenyataannya prestasi
139
belajar Matematika pada siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I masih rendah. Masih banyak siswa yang berada di bawah KKM Matematika. Oleh karena itu perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran Matematika yang mampu menumbuhkan motivasi belajar sehingga prestasi belajar siswa secara otomatis juga meningkat. Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan (action research) dalam upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, sehingga berpengaruh secara langsung terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Upaya yang dilakukan adalah dengan implementasi model belajar Student Facilitator And Explaining. Model pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan salah satu dari tipe model pembelajaran kooperatif. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar mengajar (Trianto, 2007:41). Sembilan langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Student Facilitator and Explaining, yaitu sebagai berikut: (a) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai; (b) Guru menjelaskan tujuan belajarnya, menyampaikan ringkasan dari isi dan mengaitkan dengan gambaran yang lebih besar mengenai silabus atau skema
139
140
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
kerja; (c) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi; (d) Guru menyajikan materi yang dipelajari pada saat itu dan siswa memperhatikan; (e) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa; (f) Ketika sang sukarelawan menjelaskan apa yang mereka ketahui di depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali; (g) Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu; (h) Guru menjelaskan keseluruhan dari materi agar siswa lebih memahami materi yang sudah dibahas pada saat itu; (i) Penutup. Setiap model yang sudah ada selama ini memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model Student Facilitator and Explaining memiliki kedua hal tersebut. Kelebihan model Student Facilitator and Explaining, yaitu (1) Dapat mendorong tumbuh dan berkembangya potensi berpikir kritis siswa secara optimal; (2) Melatih siswa aktif, kreatif dalam menghadapi setiap permasalahan; (3) Mendorong tumbuhnya tenggang rasa, mau mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain; (4) Mendorong tumbuhnya sikap Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE); (5) Melatih siswa untuk meningkatkan kemampuan saling bertukar pendapat secara obyektif, rasional guna menemukan suatu kebenaran dalam kerjasama anggota kelompok; (6) Mendorong tumbuhnya keberanian mengutarakan pendapat siswa secara terbuka; (7) Melatih siswa untuk selalu dapat mandiri dalam menghadapi setiap masalah; (8) Melatih kepemimpinan siswa; (9) Memperluas wawasan siswa melalui kegiatan saling bertukar informasi, pendapat dan pengalaman antar mereka. Sedangkan kekurangan model Student Facilitator and Explaining, yaitu (1)
Timbul rasa yang kurang sehat antar siswa satu dengan yang lainnya; (2) Peserta didik yang malas mungkin akan menyerahkan bagian pekerjaannya kepada siswa yang pintar; (3) Penilaian individu sulit karena tersembunyi dibalik kelompoknya; (4) Model Student Facilitator and Explaining memerlukan persiapan yang rumit dibanding dengan model lain, misalnya model ceramah; (5) Apabila terjadi persaingan yang negatif hasil pekerjaan akan memburuk; (6) Peserta didik yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya, dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya sehingga usaha kelompok tersebut gagal. Tujuan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Kolaborasi peneliti selaku kepala sekolah dengan guru kelas V dalam menerapkan model belajar Student Facilitator And Explaining sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi luas trapesium dan layang-layang siswa Kelas V Semester I Tahun 2011/2012 SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dalam kegiatan belajar mengajar; (2) Pencapaian prestasi belajar siswa Kelas V dalam pembelajaran matematika setelah diterapkannya model belajar Student Facilitator And Explaining. METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan Kelas ini bertempat di SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan kelas yang dijadikan obyek dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I yang kelasnya berjumlah 16 siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada Tahun Pelajaran
Suprapto, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika...
2013/2014 semester I, yaitu bulan September sampai dengan bulan Oktober 2013 pada bidang studi Matematika materi luas trapesium dan layang-layang. Jadwal kegiatan penelitian pada siswa kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Tes Tertulis; (3) Dokumen Siswa; (4) Lembar Angket; (5) Daftar nilai. Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari 2 siklus yang masingmasing meliputi: planning (perencanaan), action (pelaksanaan), observation (pengamatan) dan reflection (refleksi). Tiap siklus terdiri dari 2 pertemuan. Hal itu dilaksanakan terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas, pada siklus dalam penelitian tindakan ini yang diberikan berupa penggunaan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) dalam proses belajar mengajar. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Tes; (2) Observasi; (3) Angket; (4) Catatan Lapangan (fieldnote).
141
kelas ini terekam aktivitas guru yang masih sangat dominan dalam pembelajaran matematika. Siswa hanya dijadikan objek dalam pembelajaran. Aktivitas siswa terbatas pada pengerjaan soal, dan mecatat contoh soal saja. Aktivitas pembelajaran matematika masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional sehingga para siswa merasa cepat bosan dan cenderung pasif. Untuk itu diperlukan suatu metode pembelajaran baru yang harus diaplikasikan di Kelas V. Perencanaan (Planning) Dalam perencanaan, kegiatan yang dilakukan adalah (1) Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran, yaitu satuan pelajaran, rencana pembelajaran dengan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE); (2) Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian, yaitu lembar observasi guru dan siswa, lembar angket minat siswa dan catatan lapangan; (3) Peneliti mempersiapkan alat yang digunakan untuk menguji siswa; (4) Peneliti membuat perangkat sistem penilaian. Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan tindakan pada penelitian mengacu pada rencana tindakan pembelajaran yang telah dibuat dengan menggunakan metode student facilitator and student explaining. Adapun realisasi pembelajaran di kelas peneliti uraikan berikut ini: (a) Pada tahap awal guru meminta siswa untuk berdoa bersama-sama, dan mengeceek kehadiran siswa; (b) Tanya jawab tentang rumus luas bangun datar, persegi panjang, bujur sangkar, trapesium, jajar genjang, belah ketupat dan layang-layang; (c) Guru memberikan penjelasan singkat tentang cara menentukan luas bangun datar; (d) Setelah selesai melakukan tahap awal, guru
HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus Pertama Refleksi Awal Dalam kegiatan supervisi kelas peneliti menggunakan format catatan lapangan dengan tujuan untuk merekam aktivitas guru dan siswa secara rinci. Dari hasil supervisi
141
142
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
mempraktekkan penjelasan tentang cara menentukan luas bangun datar dan meminta siswa untuk membentuk kelompok, dengan jumlah anggota 4 anak; (e) Siswa diminta secara kelompok mengerjakan lembar kerja, dan membagi nomor soal secara merata kepada anggota kelompoknya; (f) Siswa menjelaskan kepada kelompoknya hasil dari pengerjaannya; (g) Siswa dalam kelompok saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil jawaban yang tepat (student facilitator); (h) Kelompok terpilih memprsentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas (student explaining); (i) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan. Pengamatan (Observation) Hasil aktivitas guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Student Fasilitator And Explaining pada siklus I, jumlah skor yang diperoleh 52 dan skor maksimumnya adalah 80. Dengan demikian persentase skornya adalah 65,00% dan termasuk kategori baik. Hasil observasi aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti dalam mengikuti pembelajaran matematika siklus I diperoleh skor 54 sedangkan skor maksimumnya adalah 80. Dan hasil prosentasinya adalah 67,50% yang berarti aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran berada dalam kategori baik. Hasil diskusi antara peneliti dan kolaborator mengambil kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki yaitu kurangnya keberanian siswa untuk bertanya, komunikasi siswa pada saat bekerja kelompok. Dengan demikian kekurangan yang ada pada siklus I ini harus diperbaiki pada siklus berikutnya, atau pada siklus II.
Berdasarkan pada hasil tes evaluasi pada siklus I dapat dijelasakan bahwa dengan menggunakan metode Student Fasilitator And Explaining diperoleh nilai rata-rata siswa yaitu 72,31 dan ketuntasan belajar siswa mencapai 68,75% atau ada 11 siswa yang tuntas belajar. Hal ini menunjukkan bahwa pada siklus I ini secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 68,75% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80%. Hal ini disebabkan siswa masih kurang mampu memahami materi yang disampaikan, dan perlu diperbaiki untuk tahap selanjutnya. Refleksi Dari hasil pengamatan dan analisis data tersebut, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa pada siklus pertama dalam proses pembelajaran ternyata prestasi belajar Matematika pada siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek sudah meningkat namun belum optimal, karena belum mencapai ketuntasan belajar secara klasikal. Perkembangan yang menonjol dalam siklus I berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan selama proses pembelajaran berlangsung sudah mampu meningkatkan prestasi belajar, minat dan perhatian siswa, terbukti para siswa antusias dalam melaksanakan diskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru, serta pelaksanaan presentasi hasil diskusi berjalan dengan penuh semangat dan saling menghargai pendapat antar peserta diskusi. Siklus Kedua Perencanaan (planning) Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I yang dipaparkan di atas maka peneliti dan guru Kelas V berdiskusi
Suprapto, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika...
merumuskan rencana tindakan untuk siklus II, dengan beberapa perubahan diantaranya: (a) Menekankan pemahaman siswa dengan menggunakan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE); (b) Menunjukkan kepada setiap kelompok untuk bersiap-siap melakukan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) sebagaimana yang petunjuknya ada di dalam buku. Pelaksanaan (Action) Pelaksanaan pembelajaran siklus II berdasarkan rencana pembelajaran siklus II penulis paparkan berikut ini: (a) Pada tahap awal guru meminta siswa untuk berdoa bersama-sama, dan mengecek kehadiran siswa; (b) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD; (c) Dilanjutkan dengan melakukan tanya jawab tentang rumus luas bangun datar, persegi panjang, trapesium, dan layang-layang; (d) Penjelasan singkat tentang cara menentukan luas bangun datar; (e) Setelah mempraktekkan penjelasan tentang cara menentukan luas bangun datar siswa diminta untuk membentuk kelompok, dengan jumlah anggota 4 -5 anak; (f) Siswa diminta secara kelompok mengerjakan lembar kerja. Dan membagi nomor soal secara merata kepada anggota kelompoknya; (g) Siswa menjelaskan kepada kelompoknya hasil dari pengerjaannya; (h) Siswa dalam kelompok saling memberikan masukan untuk memperoleh hasil jawaban yang tepat (student facilitator); (i) Kelompok terpilih memprsentasikan hasil pekerjaannya di depan kelas (student explaining); (j) Guru membimbing siswa untuk membuat kesimpulan.
143
Explaining pada siklus II, jumlah skor yang diperoleh 65 dan skor maksimumnya adalah 80. Dengan demikian persentase skornya adalah 81,25 dan termasuk kategori sangat baik. Hasil observasi aktivitas siswa yang dilaksanakan oleh peneliti dalam mengikuti pembelajaran matematika siklus II diperoleh skor 68 sedangkan skor maksimumnya adalah 80. Dan hasil prosentasinya adalah 85,00% yang berarti aktivitas siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran berada dalam kategori sangat baik. Menggunakan metode Student Fasilitator And Explaining pada pembelajaran matematika materi menentukan luas trapesium dan layang-layang diperoleh nilai rata-rata yaitu 90,63 dan ketuntasan belajar mencapai 100% atau 16 siswa yang tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II ini secara klasikal siswa sudah tuntas belajar, karena persentase ketuntasan siswa lebih besar dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu 80%, sehingga penelitian ini sudah tuntas pada siklus II. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa dengan menggunakan metode Student Fasilitator And Explaining pada pembelajaran matematika materi menentukan luas trapesium dan layang-layang di Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Tahun 2013/2014 Semester I telah memperoleh nilai yang lebih baik dari sebelumnya. Refleksi Dari hasil pengamatan dan analisis data secara deskriptif kualitatif tersebut pada siklus II di atas, dapatlah ditarik suatu kesimpulan bahwa dengan menerapkan Student Facilitator And Explaining dalam proses pembelajaran Matematika ternyata
Pengamatan (Observation) Hasil observasi aktivitas guru dalam proses kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode Student Fasilitator And
143
144
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
prestasi belajar Matematika pada siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dapat meningkat dan membawa dampak postitif, antar lain: (a) Prestasi belajar, minat dan perhatian siswa terhadap materi pelajaran Matematika meningkat, terbukti, sudah tidak ada lagi siswa yang ramai dan mengganggu temannya dalam kerja kelompok serta mereka telah mengerjakan tugas masing-masing sebelum dibawa ke kelompoknya dengan kesadaran mereka; (b) Proses pembelajaran telah mampu meningkatkan keterlibatan langsung siswa dalam pembelajaran dan siswa semakin aktif saja serta pembelajaran berjalan dengan nuansa menyenangkan karena guru selalu memberi reward/ penguatan kepada setiap siswa yang tampil/ bertanya pada saat presentasi; (c) Dalam diri siswa muncul sikap kerjasama; (d) Dalam diri siswa timbul kebergantungan yang positif. Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Melalui hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan bahwa pembelajaran Matematika menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining
100.00 90.63
100.00 80.00 60.00
memiliki dampak positif dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru selama ini. Nilai rata-rata dan ketuntasan belajar siswa meningkat pada setiap siklusnya, mulai dari sebelum siklus (pre tes) nilai rata-rata siswa 64,38 dengan persentase ketuntasan sebesar 43,75%, pada siklus I meningkat menjadi 72,31 dengan persentase ketuntasan sebesar 68,75%, dan pada siklus II meningkat lagi menjadi 90,63 dengan persentase ketuntasan sebesar 100%. Berdasarkan pada hasil yang dicapai dalam siklus II menandakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran Student Facilitator And Explaining dapat meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V SDN 3 Widoro Kecamatan Gandusari Trenggalek Tahun Pelajaran 2013/2014 Semester I. Dengan hasil penelitian yang selalu meningkat setiap siklusnya berarti bahwa penelitian tersebut telah berhasil. Untuk dapat lebih jelasnya dalam peningkatan prestasi belajar ini peneliti sajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut.
64.38
72.31 68.75 NILAI RATA-RATA
43.75
%KETUNTASAN
40.00 20.00 0.00 SEB. SIKLUS
SIKLUS I
SIKLU SII
Suprapto, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika...
145
Gambar 1 Prestasi Belajar Siswa 85.00
90.00 80.00 70.00
81.25
67.50 65.00
60.00
Aktivitas Siswa
50.00
Aktivitas Guru
40.00 30.00 20.00 10.00 0.00 Siklus I
Siklus II
Gambar 2 Aktivitas Pembelajaran di Kelas V
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kooperatif dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan, menjelaskan materi yang tidak dimengerti siswa, memberi umpan balik/evaluasi/Tanya jawab.
Kemampuan Guru dalam mengelola pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran dalam setiap siklusnya mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap peningkatan hasil belajar siswa dan penguasaan materi pelajaran yang telah diterima selama ini, yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
PENUTUP Kesimpulan Penelitian ini menggunakan tahapan refleksi awal, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi yang dilaksanakan dalam dua siklus. Peneliti menyusun perangkat penelitian dan pembelajaran secara kolaboratif. Dalam pembelajaran Matematika penggunaan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) sangat sesuai sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari perolehan hasil belajar siswa yang meningkat, dan siswa mampu mengerjakan latihan soal-soal yang berkaitan dengan luas bangun datar. Keberhasilan penggunaan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) dalam
Aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Matematika materi menentukan luas trapesium dan layang-layang dengan menggunakan metode Student Fasilitator And Explaining yang paling dominan adalah siswa selalu bertanya mengenai apa yang belum difahaminya, siswa mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
145
146
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
penelitian ini ditunjukkan oleh ketuntasan belajar secara klasikal. Hal ini dapat dilihat dari perolehan nilai rata-rata siswa pada sebelum siklus sebesar 66,00 dengan persentase ketuntasan sebesar 55,00%, siklus I 73,45 dengan persentase ketuntasan sebesar 80,00, dan pada siklus II 88,50 dengan persentase ketuntasan sebesar 95,00%.
Saran Dengan menggunakan Metode Student Fasilitator And Explaining (SFAE) dalam pembelajaran Matematika yang telah diuraikan di atas, maka siswa harus sering mengerjakan soal-soal yang berhubungan dengan jumlah harga.
DAFTAR RUJUKAN A. Sitohang. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Pradnya Paramita. Anitah, Sri. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 1997. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Ary H. Gunawan. 1996. Administrasi Sekolah (Administrasi Pendidikan Mikro). Jakarta: Rineka Cipta. Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Jakarta: Depdiknas. Dimyati. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah ,Syaiful Bahri. 1994. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya: Usaha Nasional. Gino, dkk. 1995. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS.
Nasution. 1988. Metode Penelitian Naturalistik Dan Kualitatif. Bandung: Tarsito. Roben T. Kiyosi; Sharon L. Lechter. 2002. For People Who Like Helping People Delapan Nilai Tersembunyi dari Bisnis Pemasangan Jaringan Selain Memperoleh Uang. Jakarta: Gramedia. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Taufiq, Agus, Miharsa, Hera L., Prianto, Puji L. 2008. Pendidikan Anak di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Prestasi Pustaka. Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan Di Bidang Pendidikan Dan Sosial. Malang: Banyumedia Publishing.