162
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
PENERAPAN METODE ROTATING TRIO EXCHANGE MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VI SDN 3 SUMBERINGIN KECAMATAN KARANGAN TRENGGALEK TAHUN 2014/2015 SEMSTER I PADA BIDANG STUDI PKN MATERI PEMILIHAN UMUM
Oleh: Suyatun SDN 3 Sumberingin, Karangan, Trenggalek
Abstrak. Tujuan penelitian sebagai berikut: (1) Mengetahui dan mendeskripsikan proses pembelajaran mata pelajaran PKn di Kelas VI Semester I SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek dengan menerapkan metode rotating trio exchange. Metode Rotating Trio Exchange adalah sebuah cara mendalam bagi peserta didik untuk berdiskusi tentang berbagai masalah dengan beberapa (namun biasanya tidak semua) teman kelasnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, yang berlatar alami. Rancangan penelitian terdiri dari refleksi, perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, analisis, refleksi. Instrumen yang digunakan terdiri dari rencana pembelajaran, lembar observasi, lembar evaluasi, dan angket. Dengan adanya rotasi kelompok menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dengan menumbuhkan kerjasama, komunikasi dan interaksi yang positif kepada siswa mampu meningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian Melalui pembelajaran rotating trio exchange siswa dilatih untuk leluasa mengeluarkan ide atau gagasan dalam setiap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pembelajaran lebih menarik lagi dengan adanya dorongan dari guru berupa pemberian pujian dan reward berupa koin kepasa siswa yang aktif. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 58,70 siklus I: 76,09 siklus II: 81,30 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II. Kata Kunci: PKn, Metode Rotating Trio Exchange, Prestasi Belajar
Menurut WJS. Purwadarminta dalam "Kamus Umum Bahasa" mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai atau dilakukan (Poerwadarminta, 1976: 768). Tanpa disadari, sering diucapkan kata "prestasi" baik itu dalam kegiatan maupun dalam pendidikan. Dalam kenyataannya prestasi yang diperoleh tiap-tiap orang tidak sama, karena kemampuan seseorang itu tidak sama. Sehingga pada hakikatnya belajar dalam aktifitas yang menghasilkan perubahan individu yang belajar yang mana perubahan itu pada pokoknya diperoleh kemampuan yang baru dan berlaku dalam
waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha perubahan tingkah laku tersebut. Bentuk prestasi belajar itu tidak bisa dipandang dari nilai yang diperoleh dari hasil ulangan saja, tetapi prestasi dapat dilihat dari segi yang lain. Simon Bloom dalam buku "Supervisi Pendidikan" menjelaskan bahwa bentuk prestasi belajar mencakup tiga mantra, yaitu: kognifikan, afektif dan psikomotorik (simon, 1987: 68). Prestasi belajar siswa dicerminkan oleh nilai yang diperoleh dalam evaluasi. Cara penilaian pada umumnya dipergunakan dengan
Suyatun, Penerapan Metode Rotating Trio Exchange...
cara kuantitatif, artinya hasil evaluasi itu diberikan dalam bentuk angka-angka. Dalam kegiatan prestasi belajar dan mengajar tentu saja akan dipengaruhi oleh beberapa hal dalam pencapaian tujuannya. Terlebih bagi seorang pelajar, banyak faktor yang akan mempengaruhi hasil belajarnya tersebut. Menurut Sumadi Suryabrata, hasil prestasi belajar akan dipengaruhi oleh faktor luar yang terdiri dari lingkungan dan instrumental, dan faktor dalam yang terdiri dari atas fisiologis dan psikologis. (Sumadi Suryabrata, 1983: 7). Dalam rangka mencapai tujuan pendidikan Nasional, terutama dalam rangka meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Maka PKn mempunyai peranan yang sangat penting dan mempunyai andil yang sangat besar. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan agama disekolah perlu dilaksanakan secara efektif dan berkualitas sehingga dapat mencapai hasil sesuai dengan tujuan pendidikan Nasional. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradap, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945). Dalam perkembangan sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan pengujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terha-
163
dap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Pada Tahun Pelajaran 1973 melalui MPR ditetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) ditegaskan bahwa: "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dimasukkan dalam kurikulum di semua tingkat pendidikan, mulai dari Taman Kanak-kanak sampai Perguruan Tinggi baik Negeri maupun swasta". (Tap. MPR. No. IV/MPR/1973). Maka sejak itu PKn dijadikan sebagai Mata Pelajaran tersendiri. Tim Pembina PKn Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menegaskan bahwa: "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaran adalah usaha yang dilakukan secara sadar, teratur dan terus menerus ynag terjadi di dalam proses belajar mengajar yang diciptakan hubungan antara guru dengan siswa menurut aturan moral Pancasila. Proses belajar mengajar menanamkan norma Pancasila dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku siswa menurut tuntutan moral Pancasila". (Tim Pembina PKn Depdikbud, 1983:24). Dari definisi di atas dapat diuraikan bahwa hakekat Mata Pelajaran PKn adalah pendidikan moral yang berlandaskan Pancasila. Dengan demikian penekanannya lebih menitik beratkan pada aspek moral (afektif) dan perbuatan (psikomotor) disamping secara integratif perlu diperhatikan aspek pengetahuan (kognitif). Materi PKn mencakup semua unsur yang erat kaitannya dengan sejarah dan perkembangan PKn terutama tentang Pendi-
164
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
dikan Masalah Moral Dengan adanya materi yang disediakan itu diharapkan dihayati dan diamalkan Perintah yang ada dalam Pancasila yang berdasarakan UUD 1945 oleh setiap Peserta didik dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Para guru PKn seharusnya mengenal, memahami dan dapat menerapkan berbagai metode penyajian yang bervariasi sesuai dengan perkembangan dunia metodologi pendidikan dewasa ini. Metode apapun yang kita pilih atau kita gunakan dalam pelaksanaan program pembelajaran PKn hendaknya dapat menjamin pengembangan keseluruhan aspek, yakni Pengetahuan, sikap dan ketrampilan, terutama pcngembangan sikap dan moral dan mental (penghayatan) nilai nilai yang terkandung dalam UUD 1945. Memilih dan menerapkan berbagai metode penyajian PKn yang sesuai dengan tuntutan kurikulum hendaknya dilandasi oleh sistem agung. Berikut azas yang diajarkan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantoro yang terkenal yaitu: “Ing Ngarso Sung Tulodho, Ing Madyo Mangun Karso, Tutwuri Handayani”. Dari azaz tersebut kiranya sungguh tepat dalam penyajian PKn, karena bercirikan sejarah perjuangan Ki Hajar Dewantoro dalam membangun Pendidikan yang ada di Indonesia. Sasaran akhir PKn adalah dihayati dan diamalkannya Pancasila oleh setiap anak didik di dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Dalam hal itu D. Djamal mengemukakan bahwa: "Tujuan mempelajari PKn adalah untuk mengerti dan memahami tentang isi dan makna yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 atau dengan kata lain untuk menjadi warganegara yang baik. dengan sikap moral dan perilaku yang berdasarkan falsafah negara dan UUD 1945". (Djamal, D. 1979: 7).
Pada buku lain dirumuskan tujuan PKn sebagai berikut: "Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan bertujuan meneruskan dan mengembangkun jiwa semangat dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pedoman Penghayatan dan GBHN kepada generasi muda, dengan menekankan ranah sikap dan nilai yang mendorong semangat merangsang ilham dan menyeimbangkan kepribadian peserta didik" (GBPP, Depdikbud, 1984:3 ). Dengan demikian PKn juga membentuk peserta didik yang sadar akan hak dan kewajibannya. Sebagai peserta-didik yang taat akan peraturan kedisiplinan sekolah dan peraturan lainnya. Dalam proses pembelajaran PKn akan berhadapan dengan permasalahan yang kompleks, karena pendidikan PKn tidak hanya menyangkut masalah transformasi ajaran dan nilai tetapi lebih dari itu misalnya: Masalah siswa dan berbagai latar belakangnya, kondisi dan situasi apa yang akan diajarkan, sarana apa yang akan diperlukan, bagaimana cara dan metode apa yang diharapkan dan seberapa jauh efektifitas, efesiensi serta usaha-usaha apa yang dilakuakan untuk menimbulkan daya tarik bagi siswa tersebut. Keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar disekolah tidak hanya ditentukan oleh ketetapan strategi guru dalam mentrasfer pengetahuanya, tetapi juga ditentukan oleh peran serta aktif dari siswa dalam proses belajar mengajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka tugas guru tidak lagi hanya memberikan sejumlah informasi dalam pemikiran siswa. Tetapi seorang guru juga harus dapat mengusahakan bagaimana agar konsep yang penting dapat tertanam kuat dalam pemikiran siswa. Menjadi seorang guru professional dan menyenangkan tidaklah mudah seperti
Suyatun, Penerapan Metode Rotating Trio Exchange...
yang kita bayangkan, realitanya sekarang banyak sekali seorang guru yang kurang memiliki kemampuan dalam memilih dan menyeseuaikan suatu metode pembelajaran. Sehingga dalam pembelajaran pun kurang menarik dan prestasi belajarpun kurang maksimal. Hal ini semua disebabkan latar belakang guru yang kurang kesadaranya dalm meningkatkan mutu pendidikan. Begitupula siswa, ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar siswa diantaranya latar belakang pendidikan, kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, metode. pembelajaran yang monoton, kurang mengetahui pentingnya suatu pendidikan dan lingkungan tempat belajar serta tempat tinggal siswa, hal-hal tersebut juga mempengaruhi pada kualitas pengajaran dan kegiatan belajar siswa dalam upaya memaksimalkan prestasi belajar siswa. Atas dasar itu, kerangka pendidikan dapat dikatakan prilaku pendidikan atau guru di pandang sebagai sumber pengaruh dan tingkah laku. Sedangkan yang belajar sebagai efek dari berbagai proses belajar mengajar, metode pembelajaran sangat penting bagi pendidik dan perlu dipertimbangkan dalam mempergunakanya sebab akan menentukan keberhasilan dalam kegiatan belajar mengajar. Metode itu diperlukan untuk menciptakan kondisi dimana siswa akan dapat mencapai tujuan pengajaran yang semudah-mudahnya. Metode pembelajaran adalah salah satu komponen dalam pembelajaran yang tidak bias dipisahkan dalam proses pembelajaran. Penggunaan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan gaya belajar siswa akan membantu guru dan juga anak didik untuk mendapatkan prestasi belajar yang memuaskan dalam suatu proses pembelajaran.
165
Metode Rotating Trio Exchange ini termasuk salah satu strategi model pembelajaran langsung yang dapat di terapkan pada semua mata pelajaran. Metode ini merupakan cara siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan beranggotakan tiga orang. Penerapan tehnik merotasi pertukaran pendapat kelompok tiga orang ini diarahkan pada materi pelajaran (kompetensi dasar) yang akan diajarkan dikelas. Metode Rotating Trio Exchange ini merupakan cara terperinci bagi siswa untuk mendiskusikan permasalahan dengan sebagian (dan biasanya memang tidak semua) teman kelas mereka. Pertukaran pendapat ini bisa dengan mudah diarahkan kepada materi yang akan diajarkan dikelas. Metode Rotating Trio Exchange dalam hal ini di bentuk tiga orang, yang diberi nomer 0,1,2. mereka diberi pertanyaan yang sama untuk didiskusikan. Setelah selesai permasalahanya, anggota kelompok dirotasi. No.nol tetap ditempat sedangkan nomer 1 pindah searah jarum jam dan nomer 2 kearah sebaliknya, sehingga akan terbentuk trio yang baru atau bercampur dengan anggota kelompok lain. Kemudian diberi permasalahan baru lagi dengan persoalan yang lebih sulit. Menurut Darkenwald and Merriam (1982) belajar melalui tukar belajar disejajarkan dengan belajar mengarahkan diri (self directed learning) dan belajar private(private learning). Definisi paling pas yaitu seseorang yang mempelajari materi tertentu atau keahlian bersama dengan orang lain yang mau menjadi pembelajar atau sumber belajar. Model belajar learning exchange pada prinsipnya memiliki berbagai kesamaan dengan konsep model belajar lainya. Learning exchange sebagai sebuah model
166
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
belajar yang lebih menekankan pada konteks dinamika kelompok secara prinsipil mendasarkan pada konteks perubahan sikap. METODE PENELITIAN Pada tahap ini kegiatan penelitian memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan tindakan pelaksanaan tindakan yaitu: Kegiatan Pra Tindakan Kegiatan pra tindakan dilakukan untuk mendata permasalahan yang terjadi pada saat pembelajaran berlangsung yaitu pada pembelajaran PKn, sekaligus melakukan studi dokumentasi. Studi dokumentasi dilakukan terhadap hasil nilai siswa pada mata pelajaran PKn dari hasil ulangan harian siswa pada pembelajaran sebelumnya, serta rencana pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru kelas II. Kegiatan Pelaksanaan Tindakan Perencanaan Tindakan Dari kegiatan pra tindakan, disusun rencana tindakan perbaikan atas masalahmasalah yang ada dalam pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan dan disusun rancangan perbaikan pembelajaran PKn dengan menggunakan pembelajaran model belajar Demonstrasi. Rancangan perbaikan pembelajaran ini terdiri dari: (1) Menyusun rancangan tindakan berupa rencana pembelajaran; (2) Menyusun instrument pengumpul data berupa pedoman pengamatan, format observasi lapangan dan dokumentasi serta tes; (3) Pelaksanaan Tindakan; (4) Pengamatan; (5) Refleksi. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas VI semester ganjil tahun pelajaran 2014/2015 di SDN 3 Sumberingin
Kabupaten Trenggalek. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan sebagai berikut: (1) SDN 3 Sumberingin merupakan tempat peneliti sebagai guru kelas VI; (2) Siswa kelas VI mengalami kesulitan pada materi Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia; (3) Pembelajaran masih bersifat konvesional, guru lebih mengutamakan hasil daripada proses pembelajaran itu sendiri; (4) Belum pernah dilaksanakan pembelajaran model belajar rotating trio exchange dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa pada mata pelajaran PKn. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Sumberingin pada siswa Kelas VI Semester I Mata Pelajaran PKn pokok bahasan Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia Tahun Pelajaran pelajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa sebanyak 12 siswa. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober sampai November 2014. Penelitian dilaksanakan selama dua bulan sejak bulan Oktober sampai dengan bulan Nopember 2014. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek yang berjumlah 12 siswa. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrument penelitian antara lain: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Tes Tertulis; (3) Dokumen Siswa; (4) Lembar Angket; (5) Daftar nilai Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pencapaian skor hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Presentase ketuntasan individual KB
= T x 100 % T1
Suyatun, Penerapan Metode Rotating Trio Exchange...
KB = presentase ketuntasan individual T = jumlah skor yang dicapai siswa T1 = jumlah skor ideal ( Trianto, 2010: 241 )
dengan menggunakan statistik sederhana yaitu, Untuk menilai ulangan atau tes formatif
Presentase ketuntasan kelas % X = X1 x 100 % N %X = presentase ketuntasan kelas X1 = jumlah siswa yang tuntas individual N = jumlah seluruh siswa KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) KKM ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran.KKM yang telah ditetapkan pada pelajaran Kewirausahaan di SDN 3 Sumberingin adalah 75. Catatan ini ditulis secara sistematis dan teratur berkenaan dengan hal-hal seputar obyek yang diteliti. Catatan lapangan ini bisa memuat hasil pengamatan, penafsiran, persepsi, perasaan, reaksi, sikap atau tingkah laku. Sehingga dengan adanya catatan lapangan ini, diharapkan tidak ada data yang terlewatkan dalam kegiatan ini. Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkahlangkah berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian; (3) Menyimpulkan dan memverifikasi. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung
167
X
X N
Dengan:
X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa
Untuk ketuntasan belajar
p
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN PraSiklus Peneliti sebagai observer dalam penelitian ini telah melakukan kegiatan pra tindakan yang dimulai pada tanggal 7 Oktober 2014. Hasil dari refleksi awal dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan oleh observer dan hasil kajian studi dokumentasi pembelajaran Kelas VI. Dari data kelas dan buku hasil analisis evaluasi pembelajaran guru Kelas VI diketahui bahwa prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn khususnya materi Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia sangat rendah. Dari hasil obeservasi diduga penyebab utama rendahnya prestasi belajar siswa adalah penerapan strategi pembelajaran yang tidak tepat, sehingga tidak mampu merangsang aktivitas belajar siswa. Siklus Pertama Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan ini adalah: (a)
168
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
Menyusun rencana pembelajaran dengan menggunakan metode rotating trio exchange; (b) Menyusun petunjuk kegiatan siswa; (c) Melaksanakan kegiatan penelitian; (d) Penilaian hasil kegiatan penelitian Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi: (a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran; (b) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok; (c) Mempersiapkan bahan yang akan digunakan untuk diskusi. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Siswa membaca materi dari buku PKn; (b) Siswa membentuk kelompok dengan jumlah anggota 3 siswa. Selanjutnya anggota kelompok membagi dirinya dengan nomor 0, 1 dan 2; (c) didiskusikan dengan kelompoknya; (d) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (e) Guru memulai rotasi baru dengan meminta siswa yang memegang nomor 1 berpindah ke kelompok lain searah jarum jam, siswa yang bernomor 2 berpindah dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dan siswa yang memegang nomor 0 untuk tetap diam di tempat duduknya; (f) Setelah terbentuk kelompok baru guru memberikan permasalahan yang sama untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (g) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (h) Guru memulai rotasi baru dengan me-
minta siswa yang memegang nomor 1 berpindah ke kelompok lain searah jarum jam, siswa yang bernomor 2 berpindah dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dan siswa yang memegang nomor 0 untuk tetap diam di tempat duduknya; (i) Setelah terbentuk kelompok baru guru memberikan permasalahan yang sama untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (j) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (k) Membuat kesepakatan untuk menyimpulkan. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Tanya jawab sesuai materi secara lisan; (b) Tindak lanjut memberikan tugas rumah. Observation (Pengamatan) Bagi Kelas VI SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek, siswa-siswa tampak lebih siap untuk mengikuti pelajaran, perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat. Indikator observasi adalah kebanyakan siswa aktif dalam menyajikan tugas kelompok, cukup banyak yang mengacungkan tangan tetapi frekuensi siswa untuk bertanya masih kurang, sudah banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas tepat waktu, akan tetapi siswa masih sulit berkomunkasi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh teman sebaya. Dari segi guru dapat diberikan hasil sebagai berikut: (1) Guru lebih mudah dalam menyampaikan materi karena guru tidak terlalu banyak menerangkan konsep. Dalam hal ini guru hanya memberikan penjelasan hal-hal yang pokok; (2) Materi yang disampaikan sesuai dengan sasaran yang diinginkan; (3) Guru lebih mudah dalam mengarahkan proses belajar meng-
Suyatun, Penerapan Metode Rotating Trio Exchange...
169
ajar; (4) Akan tetapi guru masih sulit menjadi fasilitator dan motivator secara merata, karena guru dalam penguasaan metode pembelajaran belum optimal, sehingga waktu yang dipergunakan dalam menerapkan metode ini tidak sesuai dengan alokasi waktu yang disediakan. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar rotating trio exchange berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester II SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan pada Mata Pelajaran PKn pokok bahasan Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data berikut ini.
sebesar 75,00% masih jauh dari ketuntasan belajar yang diharapkan sebesar 85%. Untuk masih diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
Tabel 1. Nilai Hasil Ulangan Siswa Setelah Diberi Tindakan Perbaikan Pembelajaran Pada Siklus I no nilai Frek. nxf % Ket. 1 60 3 180 13.04 Tidak Tuntas 2 70 9 630 39.13 Tuntas 3 80 5 400 21.74 Tuntas 4 90 6 540 26.09 Tuntas jumlah 23 1750 100.00
Action (Pelaksanaan)
Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dengan adanya kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I, maka prestasi belajar yang dicapai siswa tidak maksimal, yaitu hanya mencapai ketuntasan belajar
Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, yang beda adalah pada materi kegiatan yang membahas tentang Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Mem-perbaiki teknik bertanya pada guru; (b) Mengurangi dominasi guru; (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi.
Pada siklus II pelaksanaan tindakannya secara garis besar sama dengan siklus I dengan adanya perbaikan mengurangi dominasi guru, memperbaiki teknik bertanya dan memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Adapun kegiatannya adalah sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi: (a) Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran; (b) Siswa dibagi menjadi 3 kelompok; (c) Mempersiapkan bahan yang akan digunakan untuk diskusi. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Siswa membaca materi dari buku PKn; (b) Siswa membentuk kelompok dengan jumlah anggota 3 siswa. Selanjutnya anggota kelompok membagi dirinya dengan nomor 0, 1 dan 2; (c) Setiap kelompok mendapatkan pertanyaan yang sama untuk didiskusikan dengan kelompoknya; (d) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelom-
170
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
pok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (e) Guru memulai rotasi baru dengan meminta siswa yang memegang nomor 1 berpindah ke kelompok lain searah jarum jam, siswa yang bernomor 2 berpindah dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dan siswa yang memegang nomor 0 untuk tetap diam di tempat duduknya; (f) Setelah terbentuk kelompok baru guru memberikan permasalahan yang sama untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (g) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (h) Guru memulai rotasi baru dengan meminta siswa yang memegang nomor 1 berpindah ke kelompok lain searah jarum jam, siswa yang bernomor 2 berpindah dengan arah yang berlawanan dengan arah jarum jam dan siswa yang memegang nomor 0 untuk tetap diam di tempat duduknya; (i) Setelah terbentuk kelompok baru guru memberikan permasalahan yang sama untuk didiskusikan bersama kelompoknya; (j) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, kelompok lain memberikan tanggapan. Pada saat ini guru dapat memberikan penguatan dan penegasan atas jawaban siswa; (k) Membuat kesepakatan untuk menyimpulkan. (3) Kegiatan Akhir, meliputi: (a) Tanya jawab sesuai materi secara lisan; (b) Tindak lanjut memberikan tugas rumah. Observasi (Pengamatan) Pada siklus II aktivitas siswa menunjukkan perubahan yang cukup berarti. Siswa sudah tidak canggung lagi saat mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya. Frekuen-
si pertanyaan siswa merata tidaklagi didominasi oleh kelompok tertentu. Komunkasi antar siswa sudah berjalan secara aktif dan komunikatif sehingga interaksi belajar siswa mampu mendorong aktivitas belajar yang aktif dan konsdusif. Dari aktivitas belajar yang diberikan oleh siswa diperoleh persentase rata-rata sebesar 71,25% dan termasuk dalam kategori aktivitas “baik”. Guru mampu menerapkan metode pembelajaran yang dirancang oleh peneliti. Dari aktivitas guru ini memperoleh rata-rata aktivitas sebesar 72,50% dan termasuk dalam kriteria “baik“. Secara umum, hasil dari observasi dan catatan peneliti selama kegiatan penelitian berlangsung, menunjukkan bahwa penerapan model belajar rotating trio exchange berdampak positif terhadap peningkatan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan pada Mata Pelajaran PKn pokok bahasan Pelaksanaan Pemilu Di Indonesia. Untuk memperoleh gambaran perkembangan prestasi belajar siswa penelitian tampilkan tabulasi data berikut ini. Refleksi Dari hasil observasi sudah ditemukan adanya beberapa peningkatan yaitu: (a) Teknik bertanya kepada guru meningkat lebih baik; (b) Motivasi siswa dalam diskusi meningkat; (c) Dominasi guru dalam pembelajaran berkurang. Dengan demikian maka kendala yang muncul pada siklus I dapat teratasi secara baik pada siklus II. Hal ini berpengaruh pada perkembangan prestasi belajar siswa yang mampu mencapai ketuntasan belajar yang telah direncanakan oleh peneliti sebesar 100,00%, Sehingga penelitian ini berkahir pada siklus II.
Suyatun, Penerapan Metode Rotating Trio Exchange... Tabel 2. Nilai Hasil Ulangan Siswa Setelah Diberi Tindakan perbaikan Pembelajaran Pada Siklus II no nilai Frek. nxf % Ket. 1 60 2 120 8.70 tidak tuntas 2 70 7 490 30.43 tidak tuntas 3 80 4 320 17.39 tidak tuntas 4 90 6 540 26.09 tidak tuntas 5 100 4 400 17.39 tuntas jumlah 23 1870 100.00
Pembahasan Dalam menerapkan metode belajar rotating trio exchange, peneliti membagi siswa Kelas VI yang berjumlah 23 siswa menjadi 4 kelompok. Pembagian kelompok berdasarkan hasil ulangan harian siswa. Jumlah kelompok juga disesuaikan dengan lokasi belajar dan jumlah bangku yang tersedia. Pada siklus I, untuk memotivasi siswa guru meminta salah satu siswa untuk memimpin rekan yang lain menyanyikan lagu “Pemilihan Umum”. Kemudian guru memberikan penjelasan mengenai materi yang akan dipelajari. Guru membagikan lembar kerja siswa untuk didiskusikan bersama kelomponya. Dalam kegiatan diskusi ini guru menempatkan diri sebagai mediator dan fasilitator pembelajaran. Guru berusaha merangsang komunikasi antar siswa dalam kelompok dengan memberikan pertanyaan kepada masing-masing anggota kelompok sesuai dengan soal pada lembar kerja, sehingga semua siswa termotivasi untuk memberikan ide atau gagasannya. Selanjutnya guru meminta kelompok diskusi untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Kelompok yang mempresentasikan hasil diskusinya dipilih secara undian. Kelompok yang tidak terpilih memberikan tanggapan. Peneliti selaku observer melakukan pengamatan pada terhadap jalannya pembelajaran. Pada akhir pembelajaran guru
171
memberikan reward berupa pujian dan koin kepada siswa yang aktif. Pada siklus II peran guru banyak sebagai fasilitator, siswa tampal lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian reward berupakoin dan lagu yang dinyanyikan dalam pembelajaran mampu memotivasi siswa untuk selalu aktif dalam kegiatan pembelajaran di kelas. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 58,70 siklus I: 76,09 siklus II: 81,30 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II . Dengan melihat hasil yang terus naik pada tiap siklus maka penelitian ini dapat dikatakan berhasil dengan baik. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 1.
Gambar 1. Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kelas VI SDN 3 Sumberingin Kecamatan Karangan
PENUTUP Kesimpulan Dengan adanya rotasi kelompok menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kebersamaan dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan oleh guru. Dengan me-
172
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
numbuhkan kerjasama, komunikasi dan interaksi yang positif kepada siswa mampu me-ningkatkan peran siswa dalam pembelajaran. Dengan demikian Melalui pembelajaran rotating trio exchange siswa dilatih untuk leluasa mengeluarkan ide atau gagasan dalam setiap kegiatan diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Pembelajaran lebih menarik lagi dengan adanya dorongan dari guru berupa pemberian pujian dan reward berupa koin kepasa siswa yang aktif. Hal ini berimbas pada perkembangan prestasi belajar siswa yang menunjukkan perkembangan yang signifikan yaitu pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 58,70 siklus I: 76,09 siklus II: 81,30 dengan ketuntasan belajar siswa sebesar 100% pada akhir siklus II
Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan dan sesuai dengan pelajaran. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS yang melibatkan kegiatan metode rotating trio exchange. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan metode rotating trio exchange. Meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari para kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap Mata Pelajaran yang diajarkannya.
DAFTAR RUJUKAN Darkenwald, D. and Marriam, I. 1982. Adult Education: Foundation of Practice. New York: Harpar and Row. Publishers Poerwadarminta. WJS. 1983. Bahasa Indonesia Untuk Karang Mengarang. Jakarta: Balai Pustaka. H. A. Simon. 1987. Diambil dari buku Kusrini yang berjudul Sistem Pakar
Teori dan Aplikasi. Andi Yogyakarta: Yogyakarta. Suryabrata, Sumadi. 1983. Metodologi Penelitian. Jakarta: CV. Rajawala Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 Tap. MPR. No. IV/MPR/1973 Tim Pembina PKn. 1983. Jakarta: Depdikbud.