160
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN BOLA-BOLA AJAIB PADA SISWA KELOMPOK B TK DHARMA WANITA 3 JATIPRAHU SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK Oleh: Sunarmi TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, Karangan, Trenggalek
Abstrak. Tujuan penelitian tindakan kelasini dimaksudkan untuk (1) Mengungkap suatu permainan yang dapat meningkatkan hasil belajar mengenal warna pada siswa Kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. (2) Mengungkap suatu permainan yang dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa Kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek dalam pembelajaran mengenal warna. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, yang bertempat di Desa Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Subyek penelitian adalag anak kelompok B semester II tahun 2014/2015 yang berjumlah 19 anak. Berdasarkan langkah-langkah yang diterapkan dalam 2 siklus pada penelitian tindakan ini dapat disimpulkan sebagai berikut (1) Permainan Bola-bola ajaib yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kegiatan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru mengemas materi dalam sebuah permainan. Metode permainan mampu merangsang siswa untuk senantiasa aktif dalam pembelajaran. Dalam kegiatan unjuk kinerja siswapun tampak aktif dalam memberikan tanggapan ataupun sanggahan. Diakhir pembelajaran guru tak lupa memberikan pujian kepada siswa. Sehingga dengan demikian permainan Bola-bola ajaib sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu. Pembelajaran melalui permainan Bola-bola ajaib sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang berada dalam tahap bermain. (2) Dengan semakin meningkatnya kemampuan siswa dalam mengenal warna maka prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar pada sebelum siklus 68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus II naik menjadi 84,74. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II 100%. Kata kunci: Bola-bola Ajaib, Mengenal Warna
Dalam mendidik anak tentang warna ada kalanya dianggap masalah sepele bagi sebagian besar orang tua. Ada kalanya mereka menganggap seiring dengan waktu anakanak mereka akan mengenali warna-warna yang ada di sekelilingnya. Namun jika orang tua atau orang-orang terdekatnya yang setiap hari berinteraksi dengan anak tersebut tidak mengajarinya mengenal warna-warna bagaimana anak tersebut mengetahu bahwa
yang ada di depannya itu berwarna hijau, merah, kuning, hitam dan lainnya. Anda bisa mulai mengajarinya dengan benda-benda di sekelilingnya. Misalnya ketika sedang makan pisang, anda bisa memberitahunya bahwa buah yang sedang dimakannya itu bernama pisang. Buah pisang tersebut berwarna kuning. Bisa juga anda mengajaknya berjalan ke taman atau keluar rumah yang banyak terdapat daun berwarna hijau. Hal-
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
hal sederhana tersebut akan membuat anak anda memahami warna, mengenali bendabenda di sekelilingnya, menambah kosakata sehingga membuatnya semakin cepat bisa berbicara. Proses pengenalan konsep warna pada anak usia dini berpengaruh pada perkembangan intelektual. Pengenalan konsep warna pada anak usia dini bukanhanya mengasah kemampuan mengingat,tetapi juga imajinatif dan artistik, pemahaman ruang, keterampilan kognitif,serta pola berpikir kreatif. Selain itu anak pada usia TK memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, sehingga si anak sering mengajukan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan apa yang dilihat, dipegang/diraba, dicium, didengar atau dirasakannya. Anak usia dini dapat dengan mudah mengenali warna-warna yang ada di sekitarnya, juga dapat mengolah warna-warna tersebut menjadi sebuah karya melalui kreativitas serta imajinasi sebagai seorang anak yang penuh dengan daya khayal yang kuat sesuai perkembangannya. Menurut pendapat nugraha (2008:5) terdapat beberapa saran di dalam mengajarkan warna pada anak-anak, diamtaranya sebagai berikut: (1) Lakukan sesuai perkembangan kognitif dan cara berpikir anak, pada pembelajaran tahap awal plilihlah materimateri yang sederhana dan kongrit; (2) Gunakan sumber belajar yang tersedia dan dekat dengan lingkungan anak; (3) Usahakan dari waktu ke waktu selalu menggunakan contoh aktivitas yang beragam, sehingga anak-anak akan kaya dengan pengalaman belajar tentang warna; (4) Harus kreatif dan memiliki tanggung jawab penuh dalam mengantar anak-anak dalam memahami warna secara utuh. Pada anak usia dini adalah anak yang berada pada rentangan usia lahir sampai 8
161
tahun. Pada usia ini seluruh aspek perkembangan kecerdasan (IQ, EQ, SQ), tumbuh dan berkembang sangat luar biasa. Hal itu dapat terjadi jika dilakukan upaya pengembangan melalui pendidikan. Para ahli berpendapat bahwa perkembangan kecerdasan anak berkembang sangat cepat pada tahuntahun awal kehidupan anak. Pada usia 4 tahun kapasitas kecerdasan sudah mencapai sekitar 50%, usia 8 tahun mencapai 80% dan mencapai titik kulminasi 100% padausia 18 tahun. Oleh sebab itu, anak usia dini disebut masaemas perkembangan. Usia keemasan (golden age) merupakan masa dimana anak mulai peka atau sensitif untuk menerima berbagai upaya pengembangan. Masa peka pada masing-masing anak berbeda, namun pada umumnya biasa terjadi pada rentang usia lahir 4-6 tahun. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan fungsifungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh lingkungan, (Hartati, 2005:8). Masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik dan psikis (intelektual, motorik, bahasa, sosial, dan emosional). Agar pertumbuhan dan perkembangan tercapai secara optimal, maka dibutuhkan kondisi dan stimulasi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Peningkatan kognitif mengenal warna dikenalkan pada masa-masa ini atau masa usia dini sangat bagus karena mengenal warna sangat penting untuk anak usia dini untuk kebutuhan anak dimasa depannya. Bila anak bisa mengetahui atau memahami warna-warna maka anak mampu menyebutkan warna-warna satu persatu misalnya warna merah, warna hijau, warna kuning, warna biru danwarna-warna lainnya. Masa usia dini merupakan masa kritis dalam rentang perkembangan dalam kehidupan individu, untuk itu diperlukan berbagai sti-
162
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
mulasi dari orang tua danlingkungan agar menyiapkan kondisi yang kondusif guna tercapainya perkembangan yang optimal dari seorang anak. Fenomena di atas juga terjadi pada siswa kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Kegiatan pembelajaran masih terpusat pada guru, sehingga hasil belajar siswa tentang pengenalan warna masih rendah. Rata-rata hasil belajar siswa bintang 2 (tidak tuntas). Selain itu penerapan konsep warna dalam prakteknya sulit dilakukan anak. Ini sesuai dengan kondisi lapangan bahwa anak hanya sebatas mengetahui warna yang telah ada, tanpa memahami dengan jelas konsep warna. Anak cenderung tidak mengetahui darimana warna-warna berasal. Untuk meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal warna diperlukan metode yang tepat. Dunia anak TK adalah dunia bermain. Salah satu metode yang sesuai dengan karakteristik anak usia dini adalah metode permainan. Menurut Tedjasaputra (2005), bermain merupakan wadah bagi anak untuk merasakan berbagai pengalaman seperti emosi, senang, sedih, bergairah, kecewa, bangga, marah dan sebagainya. Anak akan merasa senang bila bermain, dan banyak hal yang didapat anak selain pengalaman. Bermain dengan kata “bermain” memang menyenangkan. Itu pula sebabnya mengapa anak begitu unik dan menyenangkan. Di dalam bermain akan ditemukan pelajaran-pelajaran yang bermakna. Seperti dikatakan DePorter & Hernacki (2003), gaya belajar ada tiga, yaitu: auditorial (belajar dengan cara mendengar), visual (belajar dengan cara melihat), dan kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja, dan menyentuh). Bermain dapat merangkum
ketiganya. Gaya belajar apapun yang dimiliki anak, anak dapat memperoleh pengetahuan dengan melakukan kegiatan bermain. Melalui permainan anak dapat menyatakan kebutuhannya tanpa dihukum atau terkena teguran misalnya bermain boneka diumpamakan sebagai adik yang sesungguhnya (Semiawan, 2002: 21). Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, 1991 (dalam Wood, 1996:3) permainan memiliki sifat sebagai berikut: (1) Permaianan dimotivasi secara personal, karena memberi rasa kepuasan. (2) pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan) ketimbang pada tujuannya. (3) Aktivitas permainan dapat bersifat nonliteral. (4) Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya. (5) Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya. Menurut Framberg (dalam Berky, 1995) permainan merupakan aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam bentuk pengandaian misalnya, bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh makna. Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalamanpengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan. Menurut Hidayat (1980:5) permainan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) adanya seperangkat peraturan yang eksplisit yang mesti diindahkan oleh para pemain, (2) adanya tujuan yang harus dicapai pemain atau tugas yang mesti dilaksanakan. Nasution (2003) berpendapat berbeda dengan DePorter & Hernacki (2003). Ia
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
mengatakan bahwa gaya belajar atau learning style merupakan cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Adapun salah satu permainan yang dapat mendukung terciptanya rangsangan pada anak dalam mengenal warna adalah permainan Bola-bola ajaib. Permainan ini merangsang anak supaya tertarik dalam mengenal warna dan dalam kegiatan belajar anak bisa senang, nyaman dan tidak terbebani. Dengan permainan Bola-bola ajaib anak tidak terbebani dan menerima pembelajaran mengenal warna dengan senang hati Permainan Bola-bola ajaib adalah salah satu dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna. Setiap anak berlomba dengan temannya mengelompokkan bola sesuai dengan warnanya. Permainan ini dilakukan bersama-sama. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut: (a) Guru membagi tugas pada 3 orang siswa; (b) Setiap siswa diberi tugas untuk mencari satu bola yang sama kemudian menempatkan pada kardus yang telah dipersiapkan. METODE PENELITIAN Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu, yang bertempat di Desa Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas akan dilaksanakan pada bulan Maret-April 2015. Yang menjadi subyek dalam kegiatan penelitian ini adalah siswa Kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester 2 Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 19 siswa.
163
Data diperoleh dari pengamatan, tes dan dokumentasi. Data dalam penelitian ini bersifat kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa peningkatan hasil belajar siswa setelah dilakukan penelitian tindakan. Data kualitatif menerangkan minat siswa dalam belajar, suasana kelas, dan aktivitas siswa. Sumber data dapat diperoleh dari guru, siswa, dan dokumen. Untuk mengumpulkan data hasil penelitian, maka peneliti menggunakan beberapa instrumen penelitian antara lain: (1) Lembar Observasi; (2) Lembar Evaluasi Bermain Sambil Belajar. Untuk mengetahui efektifitas suatu media dalam kegiatan pembelajaran perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Dalam menyiapkan Clasroom Action Research ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menyusun perangkat pembelajaran; (2) Menyusun lembar evaluasi bermain sambil belajar; (3) Menyusun lembar observasi; (4) Menyiapkan alat dan bahan. Pelaksanaan penelitian ini berbentuk siklus yang terdiri dari 3 siklus yang masing-masing meliputi: planning (perencanaan), acting (pelaksanaan), observing (pengamatan) dan reflecting (refleksi). Masingmasing siklus terdiri dari 1 pertemuan.Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Permasalahan yang belum dapat dipecahkan dalam siklus pertama direfleksikan bersama tim peneliti dalam suatu pertemuan kolaborasi, untuk mencari
164
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
penyebabnya, selanjutnya peneliti merencanakan berbagai langkah perbaikan untuk diterapkan dalam siklus II. Hal itu dilaksanakan terus dari satu siklus ke siklus berikutnya sampai masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara tuntas pada siklus dalam penelitian ini tindakan yang diberikan berupa Implementasi Metode permainan Bola-bola ajaib dalam pembelajaran. Kriteria penilaian tingkat keberhasilan pembelajaran peneliti tentukan sebagai berikut : Nilai 86-100 A (sangat mampu) Nilai 70 - 85 B (mampu) Nilai 55 - 69 C (mampu dengan bantuan) Nilai < 55 D (tidak mampu) Dalam penelitian ini memfokuskan kriteria tingkat keberhasilan atau ketuntasan secara klasikal, suatu kelas telah tuntas belajar jika sekurang-kurangnya 85% siswa telah tuntas belajar dengan ketentuan nilainya ≥ 70. HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelompok B, yaitu tentang rendahnya nilai hasil belajar siswa pada pembelajaran sains materi mengenal warna. Siklus I Perencanaan (Planning) Hal yang dipersiapkan oleh guru sebelum kegiatan penelitian dilaksanakan adalah sebagai berikut: (1) Menyusun perangkat pembelajaran pengenalan sains sederhana yang meliputi satuan kegiatan harian; (2) Menyusun lembar evaluasi bermain sambil belajar untuk mengetahui hasil belajar dan
kemampuan mengenal warna; (3) Menyusun lembar observasi berupa lembar observasi afektif, psikomotorik, kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta respon siswa; (4) Menyiapkan alat-alat yang digunakan untuk bermain sambil belajar sains sederhana dengan materi Mengenal warna. Pelaksanaan (Action) Langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut: (1) Guru membuka pelajaran dengan menjelaskan berbagai macam warna; (2) Guru melakukan persiapan permainan; (3) Guru menjelaskan kepada siswa aturan permainan; (4) Siswa melakukan permainan; (5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan permainan yang telah dilakukan; (6) Guru melakukan evaluasi. Pengamatan (Observation) Tabel 1 Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I No 1 2 3 4 5 6
Nama Siswa
Aiko Trsina Tandeo Aira Sukma Pradita Annisa Maulia Putri Eka Sulistri Rahmadani Ferdian Wahyu Dinata Ferdy Lukas Andika Pratama 7 Kalvin Adi Wijaya 8 Kharis Hamzah 9 Muh. Marvino 10 Muh. Muhsin Almubarak 11 Novan Yudianata 12 Sellen Cathabell 13 Tiara Nazila Azis 14 Yusuf Ardiansyah 15 M. Aulia Akbar 16 Anita Nasyiatus Saadah 17 Muh. Ridho Nugroho 18 Meiea Nur Masni 19 Mih. Alfata Bimay Jumlah Rata-Rata
Nilai 80 80 60 70 70
60 100 100 70 60 100 100 60 70 70 80 70 60 60 1420 74,74
% Ketuntasan T TT T T TT T T T T T
TT -
T T T T
TT TT -
T T 13
TT TT 6
68,42
31,58
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
Pengamatan dilaksanakan pada saat tahap pelaksanaan sedang berlangsung. Aspek yang diamati dalam tahap ini adalah: (a) Pengamatan terhadap kemampuan kognitif; (b) Pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif; (c) Pengamatan terhadap tanggapan atau respon siswa mengenai pembelajaran pengenalan sains sederhana materi Mengenal warna. Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui rata-rata kemampuan mengenal 74,74%. Suatu pembelajaran dinyatakan tuntas jika ketuntasan minimal 85%, sehingga perlu dilanjutkan pada siklus II. Refleksi Berdasarkan hasil pantauan guru peneliti dan guru pengamat maka pelaksanaan tindakan pada siklus 1 dapat direfleksikan sebagai berikut: (a) Semua tindakan efektif yang direncanakan dapat terlaksana meskipun belum efektif; (b) Guru peneliti menyadari adanya kekurangan-kekurangan yang timbul saat proses pembelajaran; (c) Siswa lebih memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan sesuatu permasalahan, hal ini disebabkan pandangan siswa dengan guru tidak terhalang siswa lain. Rencana perbaikan pada siklus II antara lain: (a) Memberi kesempatan pada siswa bermain sendiri supaya lebih aktif; (b) Mendiskusikan langkah-langkah yang sudah mapan yang telah dilakukan di siklus I. Siklus Kedua Perencanaan (planning) Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan pada siklus I yang dipaparkan di atas maka guru peneliti dan guru pengamat saat diskusi merumuskan rencana tindakan untuk siklus II.
165
Pelaksanaan (Action) Langkah pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dalam siklus II adalah sebagai berikut: (1) Guru membuka pelajaran dengan menjelaskan berbagai macam warna; (2) Siswa melakukan permainan make a match; (3) Guru bersama siswa bermain Bola-bola ajaib; (4) Siswa membentuk kelompok, 1 kelompok 4-5 anak; (5) Guru dan siswa melakukan tanya jawab untuk menyimpulkan permainan yang telah dilakukan; (6) Guru melakukan evaluasi Pengamatan(Observation) Pengamatan dilaksanakan pada saat tahap pelaksanaan sedang berlangsung. Aspek yang diamati dalam tahap ini adalah: (1) Pengamatan terhadap kemampuan kognitif; (2) Pengamatan terhadap kemampuan berpikir kritis dan kreatif; (3) Pengamatan terhadap tanggapan atau respon siswa mengenai pembelajaran pengenalan sains sederhana materi Mengenal warna. Tabel 2 Hasil Belajar Siswa pada Siklus II No
Nama Siswa
1 Aiko Trsina Tandeo 2 Aira Sukma Pradita 3 Annisa Maulia Putri 4 Eka Sulistri Rahmadani 5 Ferdian Wahyu Dinata 6 Ferdy Lukas Andika P 7 Kalvin Adi Wijaya 8 Kharis Hamzah 9 Muh. Marvino 10 Muh. Muhsin A. 11 Novan Yudianata 12 Sellen Cathabell 13 Tiara Nazila Azis 14 Yusuf Ardiansyah 15 M. Aulia Akbar 16 Anita Nasyiatus S. 17 Muh. Ridho Nugroho 18 Meiea Nur Masni 19 Mih. Alfata Bimay Jumlah Rata-Rata
Nilai
100 80 70 80 90 80 100 100 80 70 100 100 70 80 90 90 80 70 80
1610 84,7
% Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T T T T T -
19 100,00
0 0,0
166
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Berdasarkan data di atas dapat diketahui rata-rata kemampuan mengenal warna siswa kelompok B mengalemi peningkatan, pada siklus I 74,74 menjadi 84,74 pada siklus II dan ketuntasan hasil belajar pada siklus I 68,42% menjadi 100% pada siklus II. Suatu pembelajaran dinyatakan tuntas jika ketuntasan minimal 85%, sehingga penelitian ini berakhir pada siklus II. Refleksi (Reflection) Dari hasil pengamatan guru peneliti dan guru pengamat pada siklus II dapat diilustrasikan sebagai berikut: (a) Semua tindakan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik; (b) Kekurangan yang terjadi pada proses pembelajaran dapat diatasi oleh guru peneliti; (c) Alur berfikir lebih menyeluruh dalam memahami suatu konsep, terlihat dari kemampuan siswa untuk menyelesaikan soal-soal mengenal Mengenal warna Hasil belajar yang di dapat dari penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelompok B TK Dharma Wanita I Tamanan Kabupaten Trenggalek pada pembelajaran Mengenal warna menunjukkan peningkatan yang baik. Terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar dari sebelum siklus
68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus II naik menjadi 84,74. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II atau 100%. Untuk lebih jelasnya dalam peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada Gambar 1. Peningkatan motivasi belajar dalam belajar dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran yang efektif dan inovatif. Dalam hal ini guru dapat menggunakan Permainan Bola-bola ajaib. Permainan Bola-bola ajaib sangat cocok digunakan dalam pembelajaran mengenal warna karena dalam hal ini kaidah pembelajaran anak usia dini, anak masih dalam tahap bermain, sehingga pembelajaran yang dilakukan dengan permainan tidak membebani anak dan tercipta suasana belajar yang menyenangkan. Dengan permainan Bola-bola ajaib tersebut, diharapkan dapat mengurangi rasa jenuh siswa terhadap pelajaran sains. Dengan kurangnya atau bahkan hilangnya rasa jenuh siswa terhadap pelajaran sains maka dapat membangkitkan kembali minat siswa terhadap pembelajaran sains.
Gambar 1 Peningkatan Prestasi Hasil Belajar
Sunarmi, Peningkatan Kemampuan Mengenal Warna...
Berdasarkan hasil penelitian dan uraian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran sains melalui permainan Bola-bola ajaib lebih efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna siswa kelompok B TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kabupaten. Trenggalek, hal ini dapat dibuktikan dengan: (1) guru terampil mengelola proses belajar mengajar melalui permainan Bola-bola ajaib; (2) terjadi interaksi aktif antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa sehingga proses belajar mengajar dapat kondusif, dan; (3) Lebih dari 80% siswa TK Dharma Wanita 3 Jatiprahu Kabupaten Trenggalek mampu memahami dan menyelesaikan soal Mengenal warna. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penelitian tindakan kelas terhadap siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu Kabupaten Trenggalek pada pembelajaran Mengenal warna melalui permainan Bola-bola ajaib telah berhasil meningkatkan kemampuan mengenal warna. PENUTUP Kesimpulan Permainan Bola-bola ajaib yang diterapkan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 kegiatan utama yaitu kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Guru mengemas materi dalam sebuah permainan. Metode permainan mampu merangsang siswa untuk senantiasa aktif dalam pembelajaran. Dalam kegiatan unjuk kinerja siswapun
167
tampak aktif dalam memberikan tanggapan ataupun sanggahan. Diakhir pembelajaran guru tak lupa memberikan pujian kepada siswa. Sehingga dengan demikian permainan Bola-bola ajaib sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mengenal warna siswa kelompok B TK Dharma wanita 3 Jatiprahu. Pembelajaran melalui permainan Bola-bola ajaib sangat sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang berada dalam tahap bermain. Dengan semakin meningkatnya kemampuan siswa dalam mengenal warna maka prestasi belajar siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan, yaitu dengan meningkatnya nilai rata-rata prestasi belajar siswa terbukti dengan peningkatan rata–rata hasil belajar pada sebelum siklus 68,94 pada siklus I naik menjadi 74,74 dan pada siklus II naik menjadi 84,74. Ketuntasan belajar juga mengalami peningkatan. Dari sebelum siklus siswa yang mencapai ketuntasan belajar ada 15,79% dan pada siklus I terdapat atau 68,42% dan siklus II 100%. Saran Hendaknya guru dalam melaksanakan tugasnya didampingi oleh guru lain sebagai kolaborator pada saat pembelajaran warna melalui permainan Bola-bola ajaib. Sehingga guru dapat menjangkau semua siswa. Perpustakaan sekolah agar menyediakan bahan-bahan buku penunujang atau buku lain yang relevan dengan kebutuhan siswa pada mengenal warna.
DAFTAR RUJUKAN DePorter & Hernacki. 2003. The Systematic Design of Instructional. Second Edition. Glenview. Illinois: Schoot, Foreman and Company.
Hartati. 2005. Membantu Siswa Memahami Konsep Diagonal Ruang dan Bidang Diagonal Melalui Model Pembelajaran Advance Organizer di Kelas 1
168
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
SMU Negeri Lhokseumawe, Aceh. Tesis, PPS UM. Tidak diterbitkan. Hidayat, Eddy, M. 1996. Konsepsi Dasar Sains-Teknologi-Masyarakat dalam Rangka Menunjang Peningkatan Literasi Sains dan Teknologi di Pendidikan Dasar. Makalah disajikan dalam Seminar tentang Literasi Sains dan teknologi.
Nasution, S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Prayitno, Ellida. 1989. Motivasi Dalam Belajar. Jakarta: P2LPIK, Derdikbud. Suryana, D. 2002. Belajar Aktif Sains, Jakarta: Pusat Perbukuan, Depdiknas. Woodworth, Robert S. Dan Marquis, Donald G. 1996. Psychology. New York. Holt Rinehart and Winston, Inc.