24
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM DAN KEGIATAN EKONOMI MELALUI METODE KOOPERATIF JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 SUMBERINGIN KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2014/2015
Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran objektif tentang (1) Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Materi Sumber Daya Alam Dan Kegiatan Ekonomi Melalui Metode Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015. Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi Sumber Daya Alam Dan Kegiatan Ekonomi Dengan Menerapkan Metode Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015 mengalami Peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata : 70,83 dengan ketuntasan sebesar 38,46% siklus pertama : 76,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 61,54% & siklus kedua : 82,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Kata Kunci: Prestasi Belajar, Metode Koopeeratif Jigsaw, IPS
Belajar dikalangan masyarakat mudah dikenal, bahkan pengertian dari belajar itu sendiri jika dilihat dari sejarah perkembangan manusia mungkin sama tuanya dengan terjadinya kelahiran manusia itu sendiri. Hanya saja istilah pada jaman itu berbeda dengan jaman modern sekarang ini. Menurut Anton (2009) belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Batasan ini sering terlihat pada kenyataan di sekolah-sekolah bahwa guru berusaha memberikan ilmu sebanyak mungkin dan murid giat melakukannya. Belajar menurut Singer (2014) menjelaskan bahwa belajar adalah merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan. Sebagai makhluk hidup manusia selalu ingin melakukan suatu kegiatan baik bersifat psychis (rokhani) seperti: berpikir memecahkan masalah maupun melakukan
kegiatan yang bersifat fisik (jasmani) seperti: menulis, memukul, menendang bola, melakukan senam kesegaran jasmani, dan sebagainya. Untuk melakukan itu semua diperlukan suatu proses belajar. Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Rahadi, 2014). Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti berubah pengetahuan, pemahaman sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. (Rahadi 2014) mengemukakan bahwa belajar pada hakekatnya adalah proses perubahan tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Singer, K. (2014) menyatakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah
Ani Ratnawati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
laku yang orisinal melalui pengalaman dan latihan-latihan. Sedangkan yang dimaksud dengan pengalaman dalam proses belajar tidak lain ialah interaksi antara individu dengan lingkungan. Dari uraian di atas secara sederhana dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha atau proses untuk mengubah tingkah laku dalam rangka pemuasan kebutuhan berdasar pemikiran, pengalaman dan latihan. Proses perubahan perilaku ini tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi ada yang sengaja direncanakan dan ada yang dengan sendirinya terjadi karena proses kematangan. Proses yang sengaja direncanakan agar terjadi perubahan perilaku ini biasa disebut dengan proses belajar. Proses ini merupakan suatu aktifitas psikis/mental yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan yang relatif konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan perilaku ini merupakan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Hasil belajar ranah kognitif beorientasi kepada kemampuan berpikir, mencakup kemampuan yang lebih sederhana sampai dengan kemampuan untuk memecahkan suatu masalah. Hasil belajar ranah afektif berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati yang menunjukkan penerimaan atau penolakan terhadap sesuatu. Sedangkan hasil belajar ranah psikomotorik berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Ketiga hasil belajar dalam perilaku siswa tersebut tidak berdiri sendiri atau lepas satu sama lain, tetapi merupakan satu kesatuan. Pengelompokan ke dalam tiga ranah tersebut bertujuan membantu usaha untuk me-
25
nguraikan secara jelas dan spesifik hasil belajar yang diharapkan. Hasil belajar itu diperoleh dari interaksi siswa dengan lingkungan yang sengaja direncakan guru dalam perbuatan mengajarnya, baik yang dilaksanakan di dalam ruang kelas ataupun yang dilaksanakan di luar ruang kelas. Salah satu tujuan belajar mengajar adalah untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, karena prestasi merupakan ukuran keberhasilan siswa dalam mengikuti pelajaran yang diberikan gurunya. Adapun yang dimaksud prestasi dalam kamus IPA adalah hasil yang telah dicapai (Poerwadarminta, 2007: 768). Dalam hal ini prestasi belajar didefinisikan sebagai Prestasi Belajar yang dicapai oleh siswa dalam Mata Pelajaran tertentu. Sedangkan menurut Soemartono (2010: 18), prestasi belajar adalah suatu nilai yang menunjukkan nilai Prestasi Belajar yang dicapai menurut kemampuan anak dalam mengerjakan sesuatu pada saat itu. Untuk mengetahuai seberapa besar prestasi belajar siswa dalam PBM, guru biasa menggunakan alat ukur yang disebut tes prestasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ebel yang menyatakan bahwa "Fungsi utama tes prestasi di kelas adalah mengukur prestasi belajar siswa" (Azwar, 2006: 12). Tes prestasi dimaksudkan sebagai alat untuk mengungkapkan kemampuan aktual sebagai Prestasi Belajar. Hal ini sesuai dengan definisi belajar menurut teori belajar kognitif yang mementingkan peranan fungsi kognitif dan menurut teori ini Prestasi Belajar dianggap sebagai struktur kognitif dengan menekankan pada pengetahuan faktual (Soekamto, 2006).
26
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Dalam PBM, test prestasi biasa dinyatakan dalam bentuk nilai-nilai individual. Dengan demikian test ini dapat digunakan untuk menilai sampai dimana prestasi belajar yang dicapai oleh siswa, setelah mereka mengalami proses belajar dalam waktu tertentu. Jadi test ini dilakukan setelah siswa mengalami proses belajar, dan bahan yang dijadikan soal test tidak menyimpang dari materi yang telah dipelajari, dan bahan yang dijadikan soal test tidak menyimpang dari materi yang telah dipelajari siswa (Azwar, 2014). Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/ MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh
pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) Manusia, tempat, dan lingkungan; (2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) Sistem social dan budaya; (4) Perilaku Ekonomi dan kesejahteraan. Faktanya prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Tahun 2014/2015 masih rendah, hal ini berpengaruh pada rendahnya hasil ulangan harian siswa, masih banyak siswa berada di bawah KKM IPS (70) yang ditentukan. Hal ini diduga disebabkan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak tepat, sehingga proses pembelajaran IPS yang dilakukan kurang menarik dan bermakna. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan proses pembelajaran sehingga prestasi belajar siswa dapat meningkat. Metode Kooperatif Jigsaw yang telah dikembangkan di Negara-negara maju, menjadi pilihan penulis untuk menjawab problem ini karena pendekatan ini mengarahkan pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar dan mendorong siswa aktif dalam pembelajaran.
Ani Ratnawati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
Langkah langkah pembelajaran dengan menerapkan metode Kooperatif Jigsaw: (1) Kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 3 atau 4 siswa dengan karakteristik yang heterogen; (2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut; (3) Pada anggota dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group); (4) Para pakar siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompoknya semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar; (5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari; (6) Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. (Nasution, 2008:19).
27
Perencanaan (Planning) Dalam tahap perencanaan, peneliti melakukan serangkaian rencana sebelum melakukan tindakan. Rencana tersebut yaitu: (a) Menyusun Satuan Pembelajaran (SP) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Metode Kooperatif Jigsaw; (b) Membuat/mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut. Misalnya gambar gambar yang mendukung materi pelajaran; (c) Mendesain alat evaluasi tes prestasi; (d) Menyusun jadwal pelaksanan penelitian. Action (Pelaksanaan) Pada tahap ini, peneliti melakukan pembelajaran dengan menerapkan metode belajar koopetif jigsaw. Peneliti juga melakukan pembelajaran sesuai dengan rencana yang telah direncanakan. Observation (pengamatan) Setelah dilakukannya tes evaluasi pada tiap siklus, selanjutnya diamati nilai prestasi belajar siswa sudahkah mengalami peningkatan. Reflection (refleksi)
METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur:
Hasil yang didapatkan dalam tahap observasi, selanjutnya direfleksikan bersama kolabor peneliti. Hasil analisa data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan dipergunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya dengan tujuan meningkatkan prestasi belajar siswa. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 13 siswa. Alasan peneliti melakukan penelitian di kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten
28
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Trenggalek tahun ajaran 2014/2015 karena nilai rata rata siswa utamanya mata pelajaran IPS masih kurang dari KKM sebesar 75. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument tes. Tes dilakukan oleh siswa setelah kegiatan Siklus I dan Siklus II berakhir. Selanjutnya, nilai tes tersebut dijadikan acuan peningkatan prestasi belajar siswa. Data berupa hasil tes tulis siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang digunakan adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 75. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 75% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan secara klasikal jika 85% dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan: X = Nilai rata-rata
X = Jumlah semua nilai siswa N = Jumlah siswa
Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 2006 (Depdikbud, 2006), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 75% atau nilai 75, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 75%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
p
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Peneliti selaku guru kelas IV mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas IV tahun ajaran 2014/2015 yaitu tentang rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Setelah diselidiki ternyata metode pembelajaran yang diterapkan oleh guru pengajar masih kurang tepat. Guru hanya bercerita dan menulis di papan tulis saja. Siswa hanya mendengarkan dan menulis di buku tulis. Suasana di dalam kelas ramai. Kebanyakan dari mereka tidak menyukai pelajaran IPS yang pelajarannnya cenderung menghafal. Sehingga perlunya perubahan metode pembelajaran yang diharapkan mampu merubah pola pikir peserta didik terhadap mata pelajaran IPS. Setelah diadakannya tes evaluasi pra siklus, diketahui nilai rata rata siswa hanya mencapai 70,83 dengan ketuntasan belajar sebesar 38,46%.
Ani Ratnawati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
Siklus I Planning (Perencanaan) Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah: (a) Menyusun Satuan Pembelajaran (SP) dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada Metode Kooperatif Jigsaw; (b) Membuat/mempersiapkan alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka memperlancar proses pembelajaran tersebut. Misalnya gambar gambar yang mendukung materi pelajaran; (c) Mendesain alat evaluasi tes prestasi. Action (Pelaksanaan) Dalam kegiatan proses pembelajaran ini guru dan siswa melaksanakan kegiatan dengan rencana pembelajaran sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal (5 menit), meliputi: (a) Berdoa bersama; (b) Guru mengabsen siswa; (c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (d) Tanya jawab antara siswa dengan guru yang mengarah ke materi pelajaran. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru membagi kelas menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 3 atau 4 siswa dengan karakteristik yang heterogen; (b) Guru menyajikan Bahan akademik kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut; (c) Anggota siswa dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group); (d) Kelompok pakar mulai berdiskusi bersama anggota kelompoknya; (e) Para pakar siswa
29
yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompoknya semula (home teams) untuk mengajari anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar; (f) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual oleh guru pengajar mengenai bahan yang telah dipelajari; (g) Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru. (3) Kegiatan akhir, meliputi: (a) Guru memberikan kesimpulan; (b) Berdoa bersama mengakiri kegiatan pembelajaran Observation (Pengamatan) Setelah diadakannya tes evaluasi siklus I, dapat diketahui bahwa nilai ratarata siswa mengalami peningkatan yaitu sebesar 76,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 61,54%. Prestasi belajar siswa ini meningkat daripada sebelum siklus yang hanya mencapai rata-rata sebesar 70,53% dengan ketuntasan sebesar 38,46%. Namun demikian, ketuntasan belajar siswa masih kurang dari yang diharapkan oleh peneliti yaitu sebesar 85,00%. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan kelemahan-kelemahan sebagai berikut: (a) Guru kurang dalam memotivasi siswa; (b) Teknik bertanya yang disampaikan oleh guru masih kurang baik, sehingga kemampuan siswa untuk menjawab pertanyaan yang sifatnya memprediksi, mengobservasi maupun menjelaskan suatu fenomena masih sangat rendah; (c) Dalam forum diskusi masih sedikit siswa yang terlibat aktif. Dari hasil temuan di atas akan dipergunakan sebagai acuan untuk melakukan perbaikan pada siklus berikutnya.
30
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Siklus II Planning (Perencanaan) Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, dengan materi yang sama. Selain itu berdasarkan pada temuan siklus I, maka langkah perencanaannya perlu tambahan yang meliputi: (a) Memperbaiki teknik Tanya jawab; (b) Mengurangi dominasi guru dalam pembelajaran; (c) Memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Baik diskusi bersama kelompok ahli maupun diskusi bersama kelompok asal; (d) Memberikan penghargaan kepada siswa yang mampu menjawab pertanyaan secara cepat dan tepat; (e) Guru lebih memperhatikan siswa. Apabila terlihat ada siswa yang masih kesulitan mengerjakan soal diskusi, guru membantu siswa tersebut; (f) Guru membagi kelompok belajar siswa secara heterogen baik dari segi jenis kelamin maupun tingkat kemampuan siswa. Action (Pelaksanaan) Pada siklus II, peneliti melakuka kegiatan pembelajaran dengan menerapkan metode Kooperatif Jigsaw sesuai RPP ditambah dengan rencana perbaikan yang telah direncanakan. Adapun kegiatannya sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal (5 menit), meliputi: (a) Berdoa bersama; (b) Guru mengabsen siswa; (c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran; (d) Tanya jawab antara siswa dengan guru yang mengarah ke materi pelajaran. (2) Kegiatan Inti, meliputi: (a) Guru membagi kelas menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 3 atau 4 siswa dengan karakteristik yang heterogen; (b) Guru menyajikan Bahan akademik kepada siswa dalam bentuk teks dan tiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut; (c)
Anggota siswa dari berbagai tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut "kelompok pakar" (expert group); (d) Kelompok pakar mulai berdiskusi bersama anggota kelompoknya; (e) Guru berkeliling membantu siswa yang masih kesulitan mengerjakan soal diskusi; (f) Para pakar siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali ke kelompoknya semula (home teams) untuk mengajari anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar; (g) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam "home teams", para siswa dievaluasi secara individual oleh guru pengajar mengenai bahan yang telah dipelajari; (h) Individu atau tim yang memperoleh skor tinggi diberi penghargaan oleh guru; (i) Guru memberikan tes evaluasi kepada siswa; (j) 10 siswa tercepat menjawab pertanyaan secara tepat akan diberi hadiah oleh guru pengajar. (3) Kegiatan akhir, meliputi: (a) Guru memberikan kesimpulan; (b) Berdoa bersama mengakiri kegiatan pembelajaran Observation (Pengamatan) Setelah diadakannya tes evaluasi pada siklus II dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata rata siklus II sebesar 82,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 100% sedangakan pada siklus I nilai rata ratanya hanya mencapai 76,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 61,54%. Refleksi Dari hasil observasi ditemukan sudah adanya beberapa peningkatan, yaitu: (1) Teknik Tanya jawab antara siswa dengan
Ani Ratnawati, Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS...
guru sudah berjalan dengan baik; (2) Motivasi guru terhadap siswa meningkat; (3) Dalam kegiatan diskusi semua siswa terlibat aktif. Dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan selama dua siklus, dapat diketahui bahwa nilai rata rata siswa mengalami peningkatan setelah diterapkannya metode belajar Kooperatif Jigsaw. Pada hasil nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata : 70,83 dengan ketuntasan sebesar 38,46% siklus pertama: 76,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 61,54% & siklus kedua: 82,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Untuk dapat lebih jelasnya penulis telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada grafik di bawah.
Gambar 1. Peningkatan Hasil Belajar Siswa
31
PENUTUP Kesimpulan Prestasi Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Materi Sumber Daya Alam Dan Kegiatan Ekonomi Dengan Menerapkan Metode Kooperatif Jigsaw Pada Siswa Kelas IV SDN 1 Sumberingin Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015 mengalami Peningkatan. Hal ini dapat dibuktikan nilai sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 70,83 dengan ketuntasan sebesar 38,46% siklus pertama : 76,67 dengan ketuntasan belajar sebesar 61,54% & siklus kedua: 82,50 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Saran Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar yang dapat mempermudah anak didiknya dalam memahami pokok bahasan. Memaksimalkan persiapan perangkat pembelajaran, khususnya LKS. Memperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan Metode Kooperatif Jigsaw. Untuk team dalam penelitian, meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan atau input dari kolaborator bisa lebih meningkatkan kinerja. Dalam proses belajar mengajar guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap Mata Pelajaran yang diajarkannya.
DAFTAR RUJUKAN Anton. 2009. Psikologi Pendidikan, Bandung, PT. Remaja, Rosdakarya. Azwar, Saifuddin. 2006. Pendidikan – Tes dan Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Azwar, Saifuddin. 2014. Pendidikan – Tes dan Pengukuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasution, S. 2008. Metode Penelilian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito. Rahadi. 2014. Kesulitan Belajar Dan Gangguan Bicara, Semarang, Barisan Penerbit Universitas Diponegoro.
32
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Singer, L dan Andrew Pytel. 2014. Kekuatan Bahan-Ilmu. Jakarta: Erlangga Soekamto. 2006. Pendidikan Anak. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Soemartono. 2010. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang
Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru, Jakarta, Depdikbud. WJS. Poerwodarminto, 2007, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN Balai Pustaka.