Sri Yuliani, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Media...
141
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELOMPOK B TK DHARMA WANITA 1 KEDUNGSIGIT KECAMATAN KARANGAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014
Oleh: Sri Yuliani TK Dharma Wanita 1 Kedungsigit, Karangan, Trenggalek
Abstrak. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran obyektif tentang peningkatan kemampuan membaca dengan media gambar pada kelompok B TK Dharma Wanita 1 Kedungsigit Kecamatan Karangan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2013. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungsigit dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 26 siswa semester I tahun 2013/2014. Alasan peneliti melakukan penelitian di kelompok B karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca. Hal ini diketahui dari nilai rata rata siswa tersebut masih banyak yang dibawah KKM. Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungigit dengan meningkatnya rata-rata kemampuan membaca anak pada siklus I 2,77 meningkat menjadi 2,85 pada sikus I dan semakin meningkat pada siklus II menjadi 3,38. Begitu juga dengan ketuntasan belajar siswa pada sebelum siklus 57,69% meningkat menjadi 76,92% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 100%. Kata Kunci: Pembelajaran Kemampuan Berbahasa, Media Gambar.
Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan pra sekolah yang terdapat di jalur pendidikan sekolah (PP No. 27 Tahun 1990). Sebagai lembaga pendidikan pra-sekolah, tugas utama Taman Kanak-Kanak adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap perilaku, keterampilan dan intelektual agar dapat melakukan adaptasi dengan kegiatan belajar yang sesungguhnya di Sekolah Dasar. Gambaran ini mengisyaratkan bahwa Taman Kanak-Kanak merupakan lembaga pendidikan pra-sekolah atau pra-akademik. Dengan demikian Taman Kanak-Kanak tidak mengemban tanggung jawab utama dalam membina kemampuan akademik anak
seperti kemampuan membaca dan menulis. Substansi pembinaan kemampuan akademik atau skolastik ini harus menjadi tanggung jawab utama lembaga pendidikan Sekolah Dasar. Konsep pemikiran tersebut tidak selalu sejalan dan terimplementasikan dalam praktik kependidikan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar di Indonesia. Pergeseran tanggung jawab pengembangan kemempuan skolastik dari Sekolah Dasar ke Taman Kanak-Kanak terjadi di mana-mana, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Banyak Sekolah Dasar seringkali mengajukan persyaratan atau tes “membaca dan menulis”. Lembaga Pendidikan Sekolah Dasar seperti ini sering pula di anggap sebagai
142
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
lembaga pendidikan “berkualitas dan bonafide”. Kegiatan praktik pendidikan seperti itu mendorong lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak maupun orang tua berlomba mengajarkan kemampuan akademik membaca dan menulis dengan mengadapsi polapola pembelajaran di Sekolah Dasar. Akibatnya, tidak jarang Taman Kanak-Kanak tidak lagi menerapkan prinsip-prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain, sehingga Taman Kanak-Kanak tidak lagi taman yang indah, tempat bermain dan berteman banyak, tetapi beralih menjadi “Sekolah” Taman Kanak-Kanak dalam makna menyekolahkan secara dini pada anakanak. Tanda-tandanya terlihat pada pentargetan kemampuan akademik membaca dan menulis agar bisa memasukkan anaknya ke Sekolah Dasar favorit. Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Kemampuan membaca ini tidak selalu didominasi oleh kemampuan membaca saja tetapi juga terdapat sub potensi lainnya yang memiliki peranan yang lebih besar seperti penguasaan kosa kata, pemahaman (mendengar dan menyimak) dan kemampuan berkomunikasi. Pada usia Taman Kanak-Kanak (4 – 6 tahun), perkembangan kamampuan berbahasa anak ditandai oleh berbagai kemampuan sebagai berikut: (1) Mampu menggunakan kata ganti saya dalam berkomunikasi; (2) Memiliki berbagai perbendaharaan kata kerja, kata sifat, kata keadaan, kata tanya dan
kata sambung; (3) Menunjukkan pengertian dan pemahaman tentang sesuatu; (4) Mampu menggungkapkan pikiran, perasaan, dan tindakan dengan menggunakan kalimat sederhana; (5) Mampu membaca dan mengungkapkan sesuatu melalui gambar Perkembangan kemampuan tersebut muncul ditandai oleh berbagai gejala seperti senang bertanya dan memberikan informasi tentang berbagai hal, berbicara sendiri, dengan atau tanpa menggunakan alat seperti (boneka, mobil mainan, dan sebagainya). Mencoret-coret buku atau dinding dan menceritakan sesuatu yang fantastik. Gejala-gejala ini merupakan pertanda munculnya kepermukaan berbagai jenis potensi tersembunyi (hidden potency) menjadi potensi tampak (actual potency). Kondisi tersebut menunjukkan berfungsi dan berkembangnya selsel saraf pada otak. (DepDikNas, 2000: 6) Secara khusus, perkembangan kemampuan membaca pada anak berlangsung dalam beberapa tahap sebagai berikut: (1) Tahap fantasi (magical stage). Pada tahap ini anak mulai belajar menggunakan buku, mulai berpikir bahwa buku itu penting, melihat atau membolak-balikan buku dan kadang-kadang anak membawa buku kesukaannya. (2) Tahap pembentukan konsep diri (self concept stage). Anak memandang dirinya sebagai pembaca, dan mulai melibatkan diri dalam kegiatan membaca, pura-pura membaca buku, memberi makna pada gambar atau pengalaman sebelumnya dengan buku, menggunakan bahasa buku meskipun tidak cocok dengan tulisan. (3) Tahap membaca gambar (bridging reading stage). Pada tahap ini anak menjadi sadar pada cetakan yang tampak serta dapat menemukan kata yang sudah dikenal, dapat mengungkapkan kata-kata yang memiliki makna dengan dirinya, dapat mengulang
Sri Yuliani, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Media...
kembali cerita yang tertulis, dapat mengenal cetakan kata dari puisi atau lagu yang dikenalinya serta sudah mengenal abjad. (4) Tahap pengenalan bacaan (take-off reader stage). Anak mulai menggunakan tiga sistem isyarat (fraphoponic, semantic dan syntactic) secara bersama-sama. Anak tertarik pada bacaan, mulai mengingat kembali cetakan pada konteknya, berusaha mengenal tanda-tanda pada lingkungan serta membaca berbagai tanda seperti kotak susu, pasta gigi, atau papan iklan. (5) Tahap membaca lancar (independent reader stage). Pada tahap ini anak dapat membaca berbagai jenis buku yang berbeda secara bebas. Menyusun pengertian dari tanda, pengalaman dan isyarat yang dikenalnya, dapat membuat perkiraan bahan-bahan bacaan. Bahan-bahan yang berhubungan secara langsung dengan pengalaman anak semakin mudah dibaca. (DepDikNas, 2000: 7 – 8). Untuk memberikan rangsangan positif terhadap munculnya berbagai potensi keberbahasaan anak diatas maka permainan dan berbagai alatnya memegang peranan penting. Lingkungan (termasuk didalamnya peranan orang tua dan guru) seharusnya menciptakan berbagai aktifitas bermain secara sederhana yang memberikan arah dan bimbingan agar berbagai potensi yang tampak akan tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk melaksanakan pembelajaran kemampuan membaca guru perlu mengindentifikasi kemampuan yang diharapkan di capai dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 yang relevan, kemampuan-kemampuan tersebut dipilih dan dikelompokkan agar memudahkan guru yang identifikasi berbagai bentuk kemampuan yang mendasari perkembangan membaca dalam kegiatan belajar mengajar.
143
Kemampuan dalam Kurikulum Taman Kanak-Kanak 2004 dapat disusun dan dikelompokkan dalam permainan membaca sebagai berikut: (a) Kemampuan mendengar, merupakan kemampuan anak untuk dapat menghayati alam dan mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengaran. (b) Kemampuan melihat dan memahami, merupakan kemampuan untuk dapat menghayati dan mengamati atau dengan menggunakan indera penglihatan. (c) Kemampuan berbicara, merupakan kemampuan anak berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. (d) Membaca gambar, kemampuan ini mengungkapkan kesanggupan anak membaca sesuatu menggunakan gambar. Materi permainan disusun dan dikembangkan berdasarkan kemampuan yang akan dicapai. Disamping pengembangan materi harus diterapkan permainan yang cocok dengan kegiatan. Media dan sarana serta proses permainan sangat menentukan keberhasilan pembelajaran kemampuan membaca di Taman Kanak-Kanak. (DepDikNas, 2000: 31) Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang dibuat berdasarkan unsur dan prinsip rancangan gambar, yang berisi unsur kehidupan sehari-hari tentang manusia, benda-benda, binatang, peristiwa, tempat dan lain sebagainya. (Taufik Rachmat, 1994). Gambar banyak digunakan guru sebagai media dalam proses belajar mengajar, sebab mudah diperoleh tidak mahal dan efektif. Di dalam buku-buku, majalah, dan surat kabar, banyak gambar yang pada suatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Media gambar menurut Oemar Hamalik (1986:43) berpendapat gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan
144
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Gambar adalah tiruan barang binatang tumbuhan dan sebagainya menurut Arif Sadiman dkk (2003:28-29) media grafis visual sebagaimana halnya media yang lain. Media grafis untuk untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan. Media pembelajaran adalah segala sesuatu saat dapat digunakan dan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang diguinakan guru untuk menyampaikan pesan pembelajaran yang dapat merangsang, menarik perhatian dan memudahkan siswa sehingga terjadi proses belajar yang menyenangkan. Dengan demikian di samping berfungsi sebagai sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan media pembelajaran juga berfungsi mempermudah siswa untuk belajar. METODE PENELITIAN Dalam penelitian tindakan kelas ini, penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam tigakali pertemuan. Tahapan penelitiandalam kegiatan penelitian ini memuat beberapa kegiatan pra tindakan dan kegiatan pelaksanaan tindakan yang meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Kegiatan yang dilakukan dalam setiap tindakan adalah sebagai berikut: Kegiatan pra tindakan Peneliti selaku guru kelas bersama dengan mitra guru/pengamat mengidentifikasi permasalahan yang dialami siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungsigit sekaligus membuat tes awal, menentukan
sumber data, melakukan tes awal dan menentukan subyek penelitian. Kegiatan pelaksanaan Tindakan Tahap Perencanaan Dari kegiatan pra tindakan, disusun rencana tindakan perbaikan atas masalah masalah yang ada dalam pembelajaran. Pada tahap ini ditetapkan dan di susun rancangan perbaikan pembelajaran membaca dengan menggunakan media gambar. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan, meliputi: (1) Peneliti dan mitra guru/pengamat merumuskan permasalahan secara operasional, relevan dengan rumusan masalah penelitian; (2) Peneliti dan mitra guru/ pengamat merumuskan hipotesis tindakan. Karena penelitian tindakan lebih meniti beratkan pada pendekatan naturalistik, maka hipotesis tindakan yang dirumuskan bersifat tentatif yang mungkin mengalami perubahan sesuai dengan keadaan lapangan; (3) Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang di dalamnya meliputi: (a) Menetapkan indikator-indikator tentang pembelajaran dengan menggunakan model belajar; (b) Menyusun rancangan metode penyampaian dan pengelolaan pembelajaran membaca (rancangan program, bahan, metode belajarmengajar, dan evaluasi); (c) Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa angket, catatan lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen, dan catatan harian; (d) Menyusun rencana pengolahan data, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Tahap Tindakan Kegiatan yang dilakukan dapat dikemukakan sebagai berikut: (1) Guru mengajak siswa berbaris; (2) Guru meminta siswa untuk berdoa; (3) Guru mengecek kehadiran
Sri Yuliani, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Media...
siswa; (4) Guru dan siswa bernyanyi bersama; (5) Guru meminta siswa untuk menyebutkan nama-nama binatang yang ada pada lagu; (6) Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (7) Guru mengeluarkan gambar dan kartu kata; (8) Guru menempelkan gambar dan kartu kata di papan tulis; (9) Guru meminta siswa menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut; (10) Setiap siswa diberi tugas untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata di papan tulis yang ditunjukan guru secara acak dan diminta untuk membaca kartu kata itu; (11) Siswa diberi tugas individu; (12) Siswa diminta untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata secara tepat; (13) Guru membuat kesimpulan; (14) Guru melakukan refleksi; (15) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa. Tahap Observasi/ Pengamatan Selama proses pembelajaran berlangsung pengamat mengobservasi kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi proses yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Observer juga mencatat segala sesuatu yang berhubungan dengan proses pembelajaran yang tidak tersedia/tertampung dalam lembar observasi. Tahap Refleksi Peneliti dan kolaborator penelitian mendiskusikan hasil pengamatan yang telah dilakukan. Kegiatan yang dilakukan meliputi: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan penyimpulan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat efektivitas pembelajaran dengan menggunakan model belajar jigsaw yang dirancang dan daftar permasalahan yang muncul di lapangan yang
145
selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungsigit dengan jumlah subyek penelitian sebanyak 26 siswa semester I tahun 2013/2014. Alasan peneliti melakukan penelitian di kelompok B karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran membaca. Hal ini diketahui dari nilai rata rata siswa tersebut masih banyak yang dibawah KKM. Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen yang digunakan adalah instrumen tes. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus II). Hasil dari tes tersebut akan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa. Data berupa hasil tes tulis siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang digunakan adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 3. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurang-kurangnya 3% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan secara klasikal jika 85% dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan pencapaian skor hasil belajar siswa adalah sebagai berikut: Presentase ketuntasan individual KB
= T x 100 %
146
KB T T1
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
T1 = presentase ketuntasan individual = jumlah skor yang dicapai siswa = jumlah skor ideal
Presentase ketuntasan kelas
%X X1 N
% X = X1 x 100 % N = presentase ketuntasan kelas = jumlah siswa yang tuntas individual = jumlah seluruh siswa
KKM ( Kriteria Ketuntasan Minimal ) KKM ditetapkan oleh sekolah pada awal tahun pelajaran. KKM yang telah ditetapkan pada pelajaran membaca adalah 3. Untuk menganalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu: Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan: X X N Dengan: X ΣX ΣN
= Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa
: Belum berkebang : Mulai berkembang : Berkembang dengan baik : Berkembang dengan sangat baik Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara klasikal, yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 3% atau nilai 3, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 85%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P
Siswa. yang.tuntas.belajar x100% Siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Melihat dari permasalahan yang terdapat dalam pembelajaran kemampuan membaca sebelum penelitian ini dilaksanakan yaitu tidak jarang sebagai guru taman kanak-kanak dalam pelajaran ini kurang menarik dan menyenangkan siswa. Guru ini biasanya mengajarkan kemampuan membaca dengan mengeja yaitu cara lama yang sering dipakai orang tua untuk mengajar membaca, caranya dengan memperkenalkan huruf satu persatu terlebih dahulu dan menghafalkan bunyinya. Langkah selanjutnya adalah menghafal bunyi rangkaian menjadi sebuah suku kata. Dengan cara ini siswa taman kanak-kanak sulit merangkaikan bunyi huruf yang satu dengan yang lain, bahkan pembelajaran seperti ini yang terkadang membuat siswa takut untuk sekolah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut disusunlah suatu pembelajaran dengan mengunakan media gambar dengan menggunakan penelitian tindakan kelas yang terdiri 2 siklus pembelajaran.
Sri Yuliani, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Media...
Siklus I Perencanaan Sebelum pembelajaran, peneliti membuat rancangan pembelajaran kemampuan membaca dengan mengunakan media gambar dan melaksanakan observasi dikelas untuk lebih mengenal karakter siswa sebelum melaksanakan pengajaran kemampuan membaca dengan indikator menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambungkannya (bahasa 16) serta disesuaikan dengan tema tugas-tugas yang diberikan pada siswa dapat berupa tugas perorangan maupun kelompok. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus I sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi: (a) Guru mengajak siswa berbaris; (b) Guru meminta siswa untuk berdoa; (c) Guru mengecek kehadiran siswa; (d) Guru dan siswa bernyanyi bersama; (d) Guru meminta siswa untuk menyebutkan namanama binatang yang ada pada lagu. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (b) Guru mengeluarkan gambar dan kartu kata; (c) Guru menempelkan gambar dan kartu kata di papan tulis; (d) Guru meminta siswa menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut; (e) Setiap siswa diberi tugas untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata di papan tulis yang ditunjukan guru secara acak dan diminta untuk membaca kartu kata itu; (f) Siswa diberi tugas individu; (g) Siswa diminta untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata secara tepat; (h) Guru membuat kesimpulan. (3) Kegiatan penutup, meliputi:
147
(a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa. Observasi Sedangkan observasi aktivitas siswa menunjukkan bahwa pada waktu siswa bercerita tentang kejadian yang dilihat dalam perjalanan dari dari rumah ke Taman Kanak-Kanak, semua siswa nampak memperhatikan dan sekali-kali menyebutkan halhal yang sama yang diceritakan temannya. Waktu guru menanyakan kebutuhan apa saja yang diperlukan saat sekolah, siswa dapat menyebutkan tas, buku, pensil, crayon, tempat minum, baju, celana, topi, sepatu. Pada saat siswa diminta membaca kartu kata itu, beberapa siswa dapat membaca dengan benar. Dari serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh siswa di atas sesuai dengan hasil pengamatan observer memperoleh kemampuan beraktivitas yang baik dengan prosentasi aktivitas sebesar 55,00%. Artinya aktivitas pembelajaran pada kelompok B sudah dapat berkembang dengan baik. Untuk tugas menghubungkan gambar dengan kartu kata, siswa dapat mencocokan kata dengan benar dan membaca kartu kata dengan benar, tetapi ada beberapa siswa yang tidak mau melaksanakan permainan tersebut. Pada waktu kegiatan berbagi bertanya, bercerita tentang kejadian disekitar anak, merupakan pengalaman bermanfaat bagi anak untuk menyampaikan sesuatu dengan bahasanya sendiri. Pada waktu guru meminta membaca kartu kata dibawa gambar, ada beberapa siswa membaca dengan benar, guru memberikan pujian kepada siswa. Karena media gambar dan kartu kata sedia dengan menaati, semua siswa nampak semangat terlihat dalam kegiatan ini. Setelah
148
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
siswa bergantian menghubungkan kartu kata dengan gambar di depan kelas, ada beberapa anak tidak mau maju kedepan kelas untuk melaksanakan tugas itu, guru mendekati daan mengajak anak tersebut menghubungkan kartu kata dengan gambar yang disediakan. Dengan belum berkembangnya kemampuan membaca secara optimal maka masih diperlukan tindakan perbaikan pada siklus selanjutnya. Refleksi Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa kemampuan membaca siswa dalam berbahasa juga mengalami perkembangan. Berikut ini peneliti tampilkan hasil perkembangan kemampuan membaca siswa pada siklus I: Tabel 1. Hasil Belajar Siswa Siklus I No Nilai Frekuensi NXF Persentase 1 4 2 8 7,69 2 3 18 54 69,23 3 2 6 12 23,08 Jumlah 26 74 100,00 Rata-rata 2,85
Ket. T T TT
Dari tabel di atas tampak bahwa masih ditemukan peserta didik yang belum berkembang kemampuan membacanya sebanyak 6 siswa dengan persentase 23,08%, dan 18 siswa sudah dapat berkembang dengan baik sebesar 69,23% dan 2 siswa dapat berkembang dengan sangat baik dengan persentase 7,69%. Rata-rata nilai siswa pada siklus I sebesar 2,85 dengan ketuntasan belajar 76,92%. Untuk itu masih diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus II Perencanaan Pada siklus II ini perencanaan yang dilakukan oleh guru adalah menggunakan kardus sebagai rumah gambar dan rumah
kata, guru mempersiapkan format pembagian kelompok. Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan tindakan pada siklus II sebagai berikut: (1) Kegiatan Awal, meliputi: (a) Guru mengajak siswa berbaris; (b) Guru meminta siswa untuk berdoa; (c) Guru mengecek kehadiran siswa; (d) Guru dan siswa bernyanyi bersama; (e) Guru meminta siswa untuk menyebutkan nama-nama binatang buas. (2) Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru menjelaskan tujuan dan kompetensi yang harus dicapai; (b) Guru mengeluarkan gambar dan kartu kata; (c) Guru menempelkan gambar dan kartu kata di papan tulis; (d) Guru meminta siswa menghubungkan atau mencocokkan kartu kata dengan gambar, guru meminta anak membaca kartu kata tersebut; (e) Setiap siswa diberi tugas untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata di papan tulis yang ditunjukan guru secara acak dan diminta untuk membaca kartu kata itu; (f) Siswa diberi tugas individu; (g) Siswa diminta untuk mencocokkan gambar dengan kartu kartu kata secara tepat; (h) Guru membuat kesimpulan; (i) Guru memberikan reward. (3) Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru melakukan refleksi; (b) Guru menutup pembelajaran dengan berdoa Observasi Dari hasil observasi diketahui bahwa siswa tampak antusias saat berbagi bekal rekreasi dalam bentuk media gambar, siswa mampu mencocokan kata dengan gambar yang telah dipersiapkan guru dengan baik, siswa telah mampu menyusun kata dan membacanya dengan benar. Refleksi Dari hasil observasi dapat direfleksikan bahwa kemampuan membaca siswa
Sri Yuliani, Peningkatan Kemampuan Membaca dengan Media...
dalam berbahasa juga mengalami perkembangan. Berikut ini peneliti tampilkan hasil perkembangan kemampuan membaca siswa pada siklus II: Tabel 2. Hasil Perkembangan membaca Siswa Pada Siklus II No Nilai Frekuensi NXF 1 4 10 40 2 3 16 48 Jumlah 26 88 Rata-rata 3,38
Kemampuan Persentase 38,46 61,54 100,00
Dari tabel di atas tampak bahwa masih ditemukan peserta didik yang sudah dapat berkembang dengan baik sebanyak 16 anak dengan persentase sebesar 61,54% dan 10 siswa dapat berkembang dengan sangat baik dengan persentase 7,69%. Rata-rata nilai siswa pada siklus I sebesar 2,85 dengan ketuntasan belajar 38,46%. Untuk itu masih diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Berdasarkan hasil observasi selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran kemampuan membaca kelompok B Taman Kanak-Kanak Dharma Wanita 1 Kedungsigit Kecamatan Karangan dengan menggunakan media gambar dan kartu kata terlihat bahwa pengalaman belajar dengan bermainan siswa menjadi termotivasi untuk berkembang dan berkreasi. Siswa cenderung lebih semangat belajar membaca melalui permainan mengunakan gambar dan kartu kata. Hal ini sejalan dengan metode sintesa (montessoni) permainan membaca dilakukan dengan mengunakan bantuan gambar pada setiap memperkenalkan huruf atau kata, misalnya disertai gambar ayam. Begitu juga memperkenalkan kata babi disertai gambar babi. Gambaran hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa di atas menunjukan bahwa sebenarnya siswa atau anak mempunyai kemampuan lebih dalam kemampuan mem-
149
baca dengan bantuan gambar. Guru diharapkan secara kreatif dan inovatif menggembangkan sendiri berbagai bentuk permainan membaca permulaan yang lebih menarik dan menyenangkan anak. Kemampuan membaca siswa kelompok B dengan menggunakan media gambar dapat meningkat yaitu dengan meningkatnya kemampuan membaca anak pada siklus I 2,77 meningkat menjadi 2,85 pada sikus I dan semakin meningkat pada siklus II menjadi 3,38. Begitu juga dengan ketuntasan belajar siswa pada sebelum siklus 57,69% meningkat menjadi 76,92% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 100%. Dengan dmeikian penelitian ini membuktikan bahwa penggunaan media gambar terbukti mampu meningkatkan kemampuan membaca siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungsigit. PENUTUP Kesimpulan Dari hasil-hasil penelitian dilakukan pembelajaran kemampuan membaca dengan menggunakan media gambar secara khusus penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan media gambar dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa kelompok B TK Dharmawanita 1 Kedungsigit dengan meningkatnya rata-rata kemampuan membaca anak pada siklus I 2,77 meningkat menjadi 2,85 pada sikus I dan semakin meningkat pada siklus II menjadi 3,38. Begitu juga dengan ketuntasan belajar siswa pada sebelum siklus 57,69% meningkat menjadi 76,92% pada siklus I dan meningkat lagi pada siklus II menjadi 100%. Saran Hendaknya siswa TK mempunyai pengalaman dalam pembelajaran kemampu-
150
JUPEDASMEN, VOLUME 2, NOMOR 3, DESEMBER 2016
an membaca, yang menarik dan menyenangkan hendaknya Taman Kanak-Kanak menyediakan berbagai macam media gambar dan kartu kata. Guru hendaknya dapat mengembangkan model pembelajaran serupa
untuk indikator-indikator atau pokok bahasan lainnya serta dapat menstransfer pengalamannya dengan guru yang lain. Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang lengkap dalam pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN Arif. S. Sadiman, dkk. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT. Grafindo Pesada. Hamalik, O. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Cipta Aditya Bakti. Depdiknas 2000. Permainan Membaca dan Menulis Di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Depdiknas
Peraturan Pemerintah No 27 tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah Taufik Rachmat. 1994. Media gambar adalah penyajian visual 2 dimensi yang Dibuat berdasarkan unsure dan prinsip rancangan gambar, yang berisiunsur kehidupan sehari-hari tentang manusia.