As’ari, Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Puasa ...
11
PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN PRESTASI BELAJAR PUASA RAMADAN PADA SISWA KELAS V SDN 3 PRINGAPUS KECAMATAN DONGKO TRENGGALEK DENGAN MENERAPKAN MODEL BELAJAR KOOPERATIF SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh: As’ari SDN 3 Pringapus, Dongko, Trenggalek
Abstrak. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru dengan menggunakan Model belajar kooperatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Aspek Ibadah. Dalam penelitian ini obyek penelitian adalah siswa Kelas V SD Negeri 3 Pringapus kecamatan Dongko Tahun 2012/2013 yang berjumlah 15 siswa. Dari hasil penelitian (Classroom Action Research) di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi PAI sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 665,38 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 37,50%, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 77,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 75,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Model belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi PAI pada siswa Kelas V Semester II SD Negeri 3 Pringapus kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2012/2013. Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 62,5% meningkat menjadi 78,75%. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 60% meningkat menjadi 80%. Kata Kunci: model belajar kooperatif, PAI, prestasi belajar
Pemahaman adalah suatu proses, cara memahami cara mempelajari baik-baik supaya paham dan pengetahuan banyak. Menurut Poesprodjo (1987: 52-53) bahwa pemahaman bukan kegiatan berpikir semata, melainkan pemindahan letak dari dalam berdiri disituasi atau dunia orang lain. Mengalami kembali situasi yang dijumpai pribadi lain didalam erlebnis (sumber pengetahuan tentang hidup, kegiatan melakukan pengalaman pikiran), pengalaman yang terhayati. Pemahaman merupakan suatu kegiatan berpikir secara diam-diam, menemukan dirinya dalam orang lain. Sejalan dengan pendapat di atas, (Suke Silversius, 1991: 43-44) menyatakan bahwa pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu: (1) menerjemahkan (translation),
pengertian menerjemahkan disini bukan saja pengalihan (translation), arti dari bahasa yang satu kedalam bahasa yang lain, dapat juga dari konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk mempermudah orang mempelajarinya. Pengalihan konsep yang dirumuskan dengan kata-kata kedalam gambar grafik dapat dimasukkan dalam kategori menerjemahkan, (2) menginterprestasi (interpretation), kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan yaitu kemampuan untuk mengenal dan memahami ide utama suatu komunikasi, (3) mengektrapolasi (Extrapolation), agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
11
12
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Menurut Suharsimi Arikunto (1995: 115) pemahaman (comprehension) siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep. Menurut Nana Sudjana (1992: 24) pemahaman dapat dibedakan dalam tiga kategori antara lain: (1) tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-prinsip, (2) tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan yang diketahui berikutnya, atau menghubungkan dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan (3) tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ektrapolasi. Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu dari sekian banyak mata pelajaran di sekolah yang mempunyai peranan penting dalam pembentukan watak dan pembinaan bangsa. Pendidikan Agama Islam dilakukan guna mempersiapkan peserta didik meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam, melalui Pendidikan Agama Islam baik aspek kognitif dan aspek afektif dapat terangkum secara terintegrasi. Nilai-nilai yang ada dalam PAI akan secara otomatis terinternalisasi dalam diri anak. Maka dari itu, pembelajaran PAI perlu dikenalkan dan ditanamkan secara dini kepada anak sejak masih dibangku sekolah pada tingkat dasar. Pembelajaran Agama Islam untuk peningkatan potensi spiritual dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan beribadah mulia. Ibadah mulia mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan Agama. Peningkatan potensi spiritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan penanaman nilai-
nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi spiritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan. Pendidikan Agama Islam diharapkan menghasilkan manusia yang selalu berupaya menyempurnakan iman, taqwa, dan Ibadah, serta aktif membangun peradapan dan keharmonisan kehidupan khususnya dalam memajukan peradapan bangsa yang bermartabat. Manusia seperti itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional maupun global. Untuk menciptakan pendidikan yang lebih maju kita seharusnya memodernisasi metode pembelajaran kita, yang sudah lama ditinggalkan oleh negara-negara maju. Salah satunya dengan menerapkan model belajar kooperatif. Dengan teknik ini siswa dituntut untuk lebih aktif. Pada saat ini dalam kegiatan belajar dan pembelajaran, guru sering menggunakan berbagai macam metode antara lain metode ceramah, tanya jawab, dan lainlain. Dalam kenyataannya, prestasi belajar Pendidikan Agama Islam Aspek Ibadah materi puasa ramadan, rukun puasa ramadan, hal-hal yang membatalkan puasa ramadan pada siswa kelas V SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko Tahun 2012/2013 masih rendah, hal itu dapat dilihat dari nilai ulangan harian sebelumnya. Hal tersebut di atas disebabkan oleh guru yang hanya menggunakan metode ceramah, urutan materi mengajar tidak runtut, guru hanya menggunakan papan tulis, dan guru tidak menggunakan metode yang tepat.
As’ari, Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Puasa ...
Dalam penelitian ini, kajian diarahkan kepada pengembangan Model belajar kooperatif, karena faktor penyebab yang lain menjadi bidang kajian tersendiri. Robert L. Cilstrap dan William R. Martin memberikan pengertian Kooperatif sebagai kegiatan sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil, yang diorganisir untuk kepentingan belajar. Keberhasilan Kooperatif ini menuntut kegiatan yang kooperatif dari beberapa individu tersebut. Oleh karena itu, dalam penelitian ini diterapkan Model belajar kooperatif untuk mengatasi masalah tersebut di atas. Teknik ini sebagai salah satu strategi belajar mengajar. Ialah suatu cara mengajar, dimana siswa di dalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 siswa, mereka bekerja bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan mengajaran yang telah ditentukan pula oleh guru. Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah, (1) untuk mengetahui bagaimana cara meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas V Semester II SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko terhadap materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru; (2) Untuk mengetahui apakah dengan menggunakan Model belajar kooperatif dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam Aspek Ibadah dapat meningkatkan prestasi belajar Siswa Kelas V Semester II SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko Tahun Pelajaran 2012/2013.
13
dengan menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun yang bersifat sirkuler. Secara garis besar kegiatan analisis data dilakukan dengan langkah-langkah berikut: (1) Menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan; (2) Mereduksi data yang di dalamnya melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklasifikasian; (3) Menyimpulkan dan memverifikasi. Karena penelitian ini dilandasi prinsip kolaboratif, partisipatoris dan kooperatif, maka kegiatan penyiapan partisipan dipandang perlu dilakukan. Kegiatan pelatihan diawali dengan kegiatan diskusi tentang Puasa Ramadan, rukun puasa ramadan, hal-hal yang membatalkan puasa ramadan, diikuti dengan latihan menerapkan metode pembelajaran dengan menggunakan Model belajar kooperatif tersebut. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus 1 Refleksi Awal Peneliti (Guru PAI) bersama dengan mitra guru mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas V SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko yaitu tentang rendahnya nilai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam materi puasa Rhomadon, hal ini terjadi dikarenakan guru menggunakan cara pembelajaran yang kurang tepat sehingga siswa ramai sendiri dan tidak memperhatikan materi yang telah di sampaikan oleh guru. Perencanaan Perencanaan tindakan yang dipersiapkan oleh peneliti adalah: (a) Menyusun rencana pembelajaran dengan menyesuaikan terhadap metode yang digunakan yaitu model belajar kooperatif; (b) Menyusun LKS dan
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini obyek penelitian adalah siswa Kelas V SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko Tahun 2012/2013 yang berjumlah 16 siswa. Analisis data dilakukan
13
14
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
lembar evaluasi; (c) Menyusun format observasi; (d) Menyusun jadwal penelitian. Pelaksanaan (Action) Pertemuan I, terdiri dari: Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a; (b) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat; (c) Meminta siswa untuk menyiapkan buku Pendidikan Agama Islam. Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang pengertian puasa ramadhan; (b) Siswa menyebutkan rukun puasa ramadhan; (c) Guru menjelaskan hal-hal yang ketentuan puasa ramadhan. Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru memberi tugas siswa bersama kelompoknya untuk meyebutkan hal-hal yang membatalkan puasa ramadhan; (b) Siswa bersama-sama membaca bacaan hamdallah sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Pertemuan II, terdiri dari: Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a; (b) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat; (c) Meminta siswa untuk menyiapkan buku Pendidikan Agama Islam. Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang sunah-sunah puasa ramadhan; (b) Siswa menyebutkan sunah-sunah puasa ramadhan. Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru memberi tugas siswa menyebutkan sunah-sunah puasa ramadhan; (b) Siswa bersama-sama membaca bacaan hamdallah sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Pengamatan Pengamatan dilakukan oleh observer terhadap aktivitas pembelajaran di kelas V
baik untuk aktivitas siswa atau guru. Untuk aktivitas guru, tampak guru sudah mampu menerapkan metode pembelajaran dengan baik. Akan tetapi guru dalam memotivasi siswa untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi masih kurang. Guru belum mampu memberikan kesempatan kepada siswa yang berkemampuan rendah untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus I memperoleh persentase sebesar 62,5% dan termasuk dalam kriteria aktivitas yang kurang baik. Sedangkan untuk aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI dengan menerima tindakan perbaikan pembelaajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 60% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang kurang baik. Aktivitas siswa yang masih perlu ditingkatkan adalah keterlibatan siswa dalam kegiatan diskusi. Refleksi Dari hasil pengamatan dapat direfleksikan bahwa pembelajaran PAI di kelas V sudah mengalami peningkatan menuju ke arah yang baik. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas pembelajaran dan perolehan prestasi belajar siswa pada siklus I yang meningkat. Akan tetapi dalam menerapkan model belajar kooperatif di kelas V masih ditemui kendala sehingga prestasi belajar siswa tidak maksimal. Hal ini terlihat dari ketuntasan belajar siswa yang hanya mencapai 75,00% dari 85% yang ditentukan dan ketuntasan belajar mencapai rata-rata 77,00. Untuk itu diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus II Perencanaan
As’ari, Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Puasa ...
Perencanaan tindakan pada siklus II secara garis besar sama dengan siklus I, hanya saja pada siklus II ditambah dengan rencana perbaikan untuk mengatasi kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I. Penambahan rencana perbaikan tindakan adalah guru akan lebih meningkatkan peran sebagai motivator dalam pembelajaran.
15
sama membaca bacaan hamdallah sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Pengamatan Pengamatan pada siklus II dilakukan oleh observer dengan menggunakan format yang sama pada siklus I. Pada siklus II ini, guru telah mampu menjadi motivator dalam pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari siswa berkemampuan rendah sudah berani mengemukakan gagasannya dalam kegiatan diskusi, sehingga pembelajaran di kelas menjadi aktif. Untuk aktivitas guru dalam pembelajaran pada siklus II memperoleh persentase sebesar 78,75% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Sedangkan aktivitas siswa dalam pembelajaran PAI dengan menerima tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh guru mendapatkan apresiasi sebesar 80% dan termasuk dalam criteria aktivitas yang baik. Dalam kegiatan diskusi semua siswa mampu terlibat secara aktif dalam kegiatan, sehingga tidak lagi didominasi oleh siswa tertentu saja. Dari aktivitas pembelajaran yang semakin berkembang di kelas V dalam pembelajaran PAI siklus II menunjukkan perkembangan prestasi yang baik.
Pelaksanaan Pertemuan I, terdiri dari: Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a; (b) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat; (c) Meminta siswa untuk menyiapkan buku Pendidikan Agama Islam. Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang pengertian dan hikmah puasa ramadhan; (b) Siswa menyebutkan rukun puasa ramadhan; (c) Guru menjelaskan hikmah puasa ramadhan. Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru memberi tugas siswa untuk meyebutkan hal-hal yang membatalkan puasa ramadhan; (b) Siswa bersama-sama membaca bacaan hamdallah sebagai penutup kegiatan pembelajaran. Pertemuan II, terdiri dari: Kegiatan pendahuluan, meliputi: (a) Memberi salam dan memulai pelajaran dengan membaca basmalah dan berdo’a; (b) Menjelaskan materi yang akan diajarkan beserta kompetensi yang akan dicapai secara singkat; (c) Meminta siswa untuk menyiapkan buku Pendidikan Agama Islam. Kegiatan inti, meliputi: (a) Guru meminta siswa untuk berdiskusi tentang hikmah puasa ramadhan; (b) Siswa menyebutkan sunah-sunah puasa ramadhan. Kegiatan penutup, meliputi: (a) Guru memberi tugas siswa menyebutkan sunahsunah puasa ramadhan; (b) Siswa bersama-
Refleksi Dari hasil pengamatan pada siklus II dapat direfleksikan bahwa metode pembelajaran dapat diterapkan secara optimal di kelas V. Hal ini dapat dilihat dari teratasinya kendala yang muncul pada siklus I sehingga nilai rata-rata siswa mencapai 87,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00% pada akhir siklus II dapat tercapai. Untuk itu tidak diperlukan lagi perbaikan tindakan pada siklus selanjutnya. Penerapan Metode Kooperatif pada Pembelajaran PAI di Kelas V
15
16
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
Dengan membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam model belajar kooperatif ini kelas dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam model belajar kooperatif setiap anggota kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan cara ini cukup mampu memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran. Aktivitas Pembelajaran Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 62,5% meningkat menjadi 78,75%. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar
60% meningkat menjadi 80%. Hal ini membuktikan bahwa metode kooperatif mampu diterapkan dan diterima dengan baik di kelas V dalam pembelajaran PAI. Grafik perkembangan aktivitas belajar di kelas V ditampilkan pada Gambar 1. Prestasi Belajar Siswa Dari hasil penelitian (Classroom Action Research) di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi PAI sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 65,38 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 37,50%, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 77,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 75,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Model belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi PAI pada siswa Kelas V Semester II SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2012/2013. Grafik perkembangan prestasi belajar siswa ditampilkan pada Gambar 2.
80 SIKLUS II
78.75 AKTIVITAS SISWA AKTIVITAS GURU
60 SIKLUS I
62.5
0
20
40
60
80
As’ari, Peningkatan Pemahaman dan Prestasi Belajar Puasa ...
17
Gambar 1 Perkembangan Aktivitas Belajar
100.00 100.00 80.00 60.00
75.00 77.00
65.38
87.50
37.50 RATA-RATA
40.00
KETUNTASAN
20.00
KETUNTASAN
0.00 SEB SIKLUS
RATA-RATA SIKLUS I
SIKLUS II
Gambar 2 Peningkatan Hasil Belajar nyai tanggung jawab yang sama dalam kelompoknya, dalam artian adanya kebergantungan yang positif dalam diri siswa. Selain itu dalam pembelajaran kelompok, guru menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dengan memberikan reward tersendiri kepada siswa yang aktif. Dengan diterapkannya metode belajar kooperatif aktivitas belajar di kelas menjadi semakin aktif. Hal ini dapat dilihat dari perolehan persentase aktivitas guru pada siklus I sebesar 62,5% meningkat menjadi 78,75%. Sedangkan untuk aktivitas siswa pada siklus I mendapatkan persentase sebesar 60% meningkat menjadi 80%. Hal ini membuktikan bahwa metode kooperatif mampu diterapkan dan diterima dengan baik di kelas V dalam pembelajaran PAI. Dari hasil penelitian (Classroom Action Research) di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar bidang studi PAI sebelum siklus diperoleh nilai rata-rata: 65,38 dengan persentase ketuntasan belajar siswa 37,50%, siklus I diperoleh nilai rata-rata: 77,00 dengan persentase ketuntasan belajar siswa
Respon siswa terhadap pembelajaran Dari hasil angket yang diberikan kepada siswa dapat diketahui seberapa jauh respon siswa terhadap pembelajaran. Setelah dilakukan verifikasi terhadap hasil angket, diketahui bahwa siswa merespon sangat positif penerapan pembelajaran PAI dengan menggunakan metode kooperatif. Untuk respon pembelajaran pada siklus I mendapatkan apresiasi sebesar . PENUTUP Kesimpulan Dalam menerapkan metode kooperatif dalam pembelaajran PAI, guru membagi kelas dalam kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk menguasai kelas dan menjadi fasilitator dan motivator secara merata. Dalam model belajar kooperatif ini kelas dibagi dalam 4 kelompok. Setiap kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan oleh guru. Dalam model belajar kooperatif setiap anggota kelompok mempu-
17
18
JUPEDASMEN, Volume 1, Nomor 3, Desember 2015
sebesar 75,00% dan pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 87,50 dengan persentase ketuntasan belajar siswa sebesar 100,00%. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan Model belajar kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar bidang studi PAI pada siswa Kelas V Semester II SDN 3 Pringapus kecamatan Dongko Kabupaten Trenggalek Tahun 2012/2013. Saran Pembelajaran yang menggunakan Model belajar kooperatif perlu dikembangkan untuk mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Aspek Ibadah, agar dapat meningkatkan pemahaman siswa Penggunaan model
Pembelajaran yang menggunakan Model belajar kooperatif perlu terus dilakukan karena pembelajaran ini lebih menyenangkan bagi siswa, mendorong dan membiasakan siswa untuk belajar mandiri, tidak bergantung kepada guru. Perlu diberikan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan model Pembelajaran yang menggunakan model belajar kooperatif agar guru dapat mengembangkan kemampuannya untuk menerapkan pada pokok bahasan lain. Selain itu juga dapat menularkan pengalaman yang diperolehnya ini kepada guru yang lain.
DAFTAR RUJUKAN Depdikbud. 1994. Kurikulum Pendidikan Dasar. Jakarta: 19981 Dirjen Didasmen. Poesprodjo. 1987. Suatu analisis kritis validitas metode subjektivo. Bandung: Remaja Karya. Robert L.Cilstrap dan Willliam R.Martin. 1934. Theacher. California: Goodyear Publishing Company
Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Grasindo. Sudjana, Nana. 1992. Integrasi pendidikan kependudukan. Bandung: Sinar Baru. Suharsimi Arikunto. 1995. Pembinaan dan pengembangan kurikulum di sekolah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.