260
Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI FPB DAN KPK MELALUI STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING (SFAE) DI KELAS VI SD NEGERI 2 SUKORAME KECAMATAN GANDUSARI KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2013/2014 Oleh: Suwito SDN 2 Sukorame, Gandusari, Trenggalek
Abstrak. Kemampuan kepala sekolah dalam supervisor sekolah dapat dilakukan melalui pembinaan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran yang modern tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan, harus mampu merencanakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau pendapatnya sendiri. Dari konsep pendekatan student facilitator and explaining tersebut di atas, peneliti akan mencoba melakukan suatu usaha penelitian tindakan (Action Research) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek melalui pendekatan student facilitator and explaining. Tujuan penelitian ini diharapkan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) Kolaborasi peneliti selaku kepala sekolah dengan guru kelas VI dalam menerapkan model belajar student facilitator and explaining sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar matematika materi FPB dan KPK siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek dalam kegiatan belajar mengajar, (2) Pencapaian prestasi belajar siswa Kelas VI dalam pembelajaran matematika setelah diterapkannya model belajar student facilitator and explaining. Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Obyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Objek penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada awal siklus diperoleh rata-rata rata-rata hasil belajar siswa pada sebelum siklus hanya sebesar 62.94, pada siklus I sebesar 71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ketuntasan sebelum siklus 41.18%, siklus I 70.59% dan ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Kata Kunci: Student facilitator and explaining, Matematika, Kelas VI
Pendidikan merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Tanpa pendidikan yang memadai suatu bangsa akan mengalami ketertinggalan bahkan kemerosotan pada segala bidang. Oleh sebab itu tujuan pendidikan nasional mengacu pada pembentukan pribadi yang
dewasa dan berkualitas, bermutu, berilmu pengetahuan serta bertakwa, dengan mengupayakan pendidikan dan pengelolaannya dengan baik, benar, teratur, terarah dan berkesinambungan.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
Dunia pendidikan merupakan satu sistem, maka dalam mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional tersebut tidak terlepas dari keterkaitan dengan sistem-sistem kehidupan lainnya. Kehidupan pemerintah, kehidupan bangsa, dan kehidupan keluarga. Apabila kehidupan-kehidupan ini tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka tujuan Pendidikan Nasional juga akan terimbas pula. Sekolah juga merupakan kehidupan sebuah sistem, yang di dalamnya terdapat komponen-komponen yang saling ketergantungan, seperti guru, guru, kurikulum, bahan ajar, siswa dan fasilitas, apabila komponen sebuah sistem tersebut terganggu atau tidak berjalan seperti mana yang diharapkan maka dapat dikatakan kehidupan lembaga tersebut akan terganggu pula. Sebagai pimpinan di sekolah, Kepala Sekolah juga dituntut untuk memiliki managerial skill, kemampuan sebagai supervisor, dan kemampuan dalam pembinaan kurikulum sekolah. Dengan banyaknya tugas serta tuntutan kemampuan seorang guru, maka untuk menjadi seorang guru harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang meliputi syarat formal (jenjang pendidikan dan ijazah), pengalaman kerja dan kepribadian. Berdasarkan Permendiknas No 13 Tahun 2007 mengenai standar kompetensi bagi guru, ada lima aspek kompetensi yang harus ada dalam diri seorang guru yakni: kompetensi kepribadian yang menyangkut integritas dan kejujuran; kompetensi sosial yang mencakup hubungan antar manusia dan hubungan baik dengan sesama, kompetensi manajerial yang terkait kemampuan guru mengelola sekolah dan sumber daya yang ada di sekolah. Pengembangan (development) merupakan proses yang dibuat untuk memperbaiki kualitas sumber daya manusia
261
yang diperlukan untuk memecahkan berbagai macam persoalan dalam pencapaian tujuan lembaga, yang dititikberatkan pada self realization atau self development. Menurut Castetter (1996) strategic planning for human resources, recruitment, selection, induction, development personel, performance, appraisal, employment justice and continuity, information technology, compensation, and bargaining. Oleh karena itu dalam merencanakan pengembangan personil tidaklah mudah, ada beberapa prosedur yang harus ditempuh dan harus dipertimbangkan. Begitu eratnya rencana strategis dengan pengembangan tenaga kependidikan khususnya pendidikan dan pelatihan guru sehingga Castetter (1996: 232) menyebutkan “personel development is preminet among those process designed by the system to attract, retain, and improve the quality and quantity of staff member needed to solve its problems to achieve its goal”. Kemampuan kepala sekolah dalam supervisor sekolah dapat dilakukan melalui pembinaan profesionalisme guru dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas pembelajaran. Metode pembelajaran yang modern tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi tersebut diharapkan mampu mendorong siswa untuk meng-konstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Guru sebagai pelaksana pendidikan terdepan, harus mampu merencanakan suatu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik, untuk mengembangkan potensi yang ada pada diri siswa melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Potensi tersebut dapat dikembangkan oleh siswa apabila di dalam diri siswa terdapat minat untuk mengetahui sesuatu.
262
Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Berdasarkan fenomena tersebut, peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan (action research) dalam upaya meningkatkan kinerja guru sebagai upaya meningkatkan minat belajar siswa dalam kegiatan belajar mengajar di kelas, agar diperoleh peningkatan prestasi belajar dari masing-masing individu siswa yang belajar. Upaya yang dilakukan adalah dengan implementasi pendekatan student facilitator and explaining. Model Pembelajaran Student facilitator and explaining (SFAE) merupakan model pembelajaran dimana siswa/ peserta didik belajar mempresentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/ gagasan atau pendapatnya sendiri. Dari konsep pendekatan student facilitator and explaining tersebut di atas, peneliti akan mencoba melakukan suatu usaha penelitian tindakan (Action Research) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek melalui pendekatan student facilitator and explaining. Melalui penelitian tindakan tersebut diharapkan Kepala sekolah bersama guru dapat melakukan upaya meningkatkan prestasi belajar siswa melalui strategi pembelajaran yaitu pendekatan student facilitator and explaining. Penelitian ini diberi judul “Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Materi FPB dan KPK Melalui Student facilitator and explaining (SFAE) Di Kelas VI SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2013/2014”. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian tindakan. Menurut Waseso (1994) penelitian tindakan merupakan proses daur ulang, mulai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan pemantauan, refleksi yang mungkin diikuti dengan perencanaan ulang. Penelitian tindakan bertujuan mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru atau cara pendekatan baru untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia faktual (Zuriah, 2003). Carr dan Kemmis (1986), mengatakan bahwa penelitian tindakan adalah suatu bentuk penelaahan inquiry melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial, untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran serta keabsahan. Setting/Subyek dan Kehadiran Peneliti Kehadiran peneliti dalam kegiatan penelitian ini lebih tepat bila dimaksudkan dalam kegiatan active participation. Sebab peneliti dalam penelitian ini tergolong pada penelitian tindakan. Zuriah (2003) mengatakan bahwa orang yang akan melakukan penelitian tindakan haruslah terlibat dalarn proses penelitian dari awal. Untuk itu peneliti harus melakukan pengamatan berperan serta dalam penelitian ini. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian tindakan ini adalah SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan Obyek dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut adalah faktor perbedaan kemampuan belajar antara siswa, dan kondisi lingkungan lokasi penelitian. Objek
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
penelitian ini adalah siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014 yang berjumlah 17 siswa. Metode Pengumpulan Data/Sumber Data Sumber data yang dimaksudkan adalah manusia dan non manusia. Sumber data manusia dalam penelitian tindakan ini adalah guru Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Sedangkan sumber data non manusia berupa dokumentasi hasil pengamatan dan catatan observasi peneliti, hasil evaluasi belajar, dan dokumen lain yang relevan dengan ruang lingkup penelitian. Metode/Prosedur Pengumpulan Data Penggunaan prosedur pengumpulan data yang tepat dapat diperoleh data yang objektif dalam kegiatan penelitian. Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini diantaranya: (1) Observasi, (2) wawancara, dan (3) dokumentasi. 1. Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Zuriah, 2003). Pengamatan dan pencatatan yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa. Ada dua jenis observasi yang dilakukan, diantaranya: (a) Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan dimana observer berada bersama objek yang diselidiki, dan (b) Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu peristiwa yang akan diteliti. Dengan menggunakan teknik ini, melakukan catatan terhadap basil
263
observasi dengan menggunakan daftar cek (chek list). 2. Wawancara Wawancara merupakan salah satu prosedur terpenting untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif, sebab banyak informasi yang diperoleh peneliti melalui wawancara. Menurut Arifin (1998) yang dimaksud dengan wawancara adalah suatu percakapan yang bertujuan memperoleh konstruksi yang terjadi sekarang tentang orang, kejadian, aktivitas, organisasi, perasaan, motivasi, pengakuan, kerisauan dan sebagainya. Wawancara dilakukan peneliti untuk memperoleh data sesuai dengan kenyataan pada saat peneliti melakukan wawancara. Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tahun 2013/2014. Wawancara dalam penelitian ini menggunakan jenis wawancara mendalam yang tidak terstruktur. Sebab dalam wawacara tidak terstruktur akan diperoleh informasi sebanyak-banyaknya yang rahasia, dan sensitif sifatnya sekalipun serta memungkinkan sekali dicatat semua respons afektif informan yang tampak selama wawancara 3. Dokumentasi Menurut Zuriah (2003) teknik ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil atau hukum-hukum lain yang berhubungan dengan masalah penelitian. Guba & Lincoln (1981) mengatakan bahwa dokumen dan record dapat digunakan untuk keperluan penelitian karena: (1) Merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong, (2) Berguna sebagai bukti untuk
264
Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
suatu pengujian, (3) Sifatnya alamiah sesuai dengan konteks, (4) Hasil pengkajian akan membuka kesempatan untuk lebih memperluas pengetahuan yang diselidiki. Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematis transkrip wawancara, catatan lapangan dan bahanbahan lain yang telah dihimpun oleh peneliti. Pekerjaan analisis meliputi kegiatan mengerjakan data, manata, membagi menjadi satuan-satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari pola, menemukan apa yang penting dan apa yang akan peneliti laporkan (Bogdan dan Biklen, 1982). Miles dan Hubermen (1984) mengatakan analisis data perlu dilakukan secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Selanjutnya Nasution (1988) mengatakan bahwa analisis data adalah proses menyusun, mengkategorikan data, mencari pola atau tema dengan maksud untuk memahami maknanya. Moleong (1995:103) mengemukakan bahwa “analisis data adalah proses peng-organisasian dan pengurutan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema seperti yang disarankan oleh data”. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Dengan maksud bahwa penelitian deskriptif dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan. Setelah data hasil penelitian terkumpul maka, selanjutnya data tersebut disusun secara sistematis. Dengan cara diorganisir, kemudian dikerjakan yang akhirnya data tersebut diungkap permasalahan yang penting sesuai dengan topik yang sesuai dengan permasalahan.
Pengecekan Keabsahan Data Pengecekan keabsahan data dimaksudkan untuk membuat hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti lebih valid dan reliabel. Pengecekan keabsahan data ini dilakukan peneliti dalam penelitian ini adalah dengan cara mencek ulang atau cross cek dari hasil data penelitian yang dihasilkan dengan uji ulang ke lapangan atau lokasi penelitian dengan cara memperpanjang waktu observasi yang mendalam. Keabsahan data dapat diungkapkan dengan, (1) data apa yang masih perlu dicari, (2) pertanyaan apa yang harus dijawab, (3) metode apa yang harus diadakan untuk mencari informasi baru, dan (4) kesalahan apa yang harus diperbaiki. Keabsahan data merupakan konsep penting dalam membuktikan kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) suatu hasil penelitian. Dalam penelitian tindakan ini, untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh maka, ada beberapa langkah yang dilakukan oleh peneliti. Diantaranya: (a) Perpanjang siklus kegiatan penelitian, (b) Ketekunan Pengamatan dan (c) Triangulasi. Tahap-tahap Penelitian dan Cara Pengambilan kesimpulan Tindakan penelitian yang diren-canakan dalam penelitian tindakan ini adalah sebagai berikut: (1) Menetapkan indikator desain pendekatan student facilitator and explaining yang digunakan dalam proses belajar mengajar. (2) Menyusun strategi penyampaian dan pengelolaan pembelajaran dengan pendekatan student facilitator and explaining yang meliputi: merancang dan menyusun bahan ajar, merancang satuan pelajaran yang digunakan dalam kegiatan proses belajar mengajar. (3) Menyusun metode dan alat perekam data yang terdiri atas
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
catatan lapangan, pedoman observasi, pedoman analisis, dan catatan harian. (4) Menyusun perencanaan teknik pengolahan data didasarkan pada model analisis data penelitian kualitatif. Berkaitan dengan tindakan penelitian, maka diperlukan suatu langkah-langkah penelitian, agar dalam pelaksanaan penelitian dapat terprogram dengan baik. Menurut Zuriah (2003) mengatakan bahwa penelitian tindakan direncanakan melalui beberapa tahap perencanaan, diantarannya: (1) refleksi awal, (2) peneliti merumuskan permasalahan secara operasional, (3) peneliti merumuskan hipotesis tindakan, dan (4) menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan. Tahap 1 Refleksi. Merupakan fase refleksi awal yang berarti melakukan refleksi terhadap situasi yang sebenarnya, setelah merumuskan tema penelitian. Tahap 2 Perencanaan. Merupakan fase perencanaan yang dilakukan setelah melakukan fase pertama, perlu mereview analisis awal yang harus dilakukan, tentang pendekatan student facilitator and explaining dalam kegiatan belajar mengajar pada siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek. Dalam tahap ini diharapkan (a) dapat menterjemahkan gambaran yang jelas tentang pendekatan student facilitator and explaining dalam proses belajar mengajar, dan alasan pemilihan tema tersebut, (b) draf kerja tindakan tiap individu dan kelompok, (c) gambaran tentang pihak yang terlibat, (d) garis besar rencana program kerja (time schedulle), (e) memonitor perubahan saat penelitian berlangsung dan (1) gambaran awal tentang efisiensi data yang terkumpul. “Tahap ini memastikan bahwa siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek
265
dijadikan sebagai obyek penelitian dengan pertimbangan karakteristik yang dimiliki kelas ini sesuai dengan permasalahan yang akan di bahas oleh peneliti. Tahap 3 Tindakan Observasi. Tahap ini merupakan tahap penjabaran rencana ke dalam tindakan dan mengamati jalannya tindakan. Menurut Nasution (1988) yang dimaksud dengan observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan selama di lapangan, peneliti berusaha berinteraksi dengan subjek secara aktif, sebab observasi adalah kegiatan selektif dari suatu proses aktif. Dimaksudkan untuk mengetahui keadaan obyek penelitian sebelum peneliti melakukan penelitian sesuai dengan kenyataan yang ada. Tahap 4. Refleksi Akhir. Tahap ini terdiri dari: (a) menganalisis, (b) melakukan sintesis, (c) memberikan makna, (d) eksplanasi, dan (e) membuat simpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Siklus I Dengan pembelajaran student facilitator and explaining diharapkan motivasi belajar siswa dalam mata Pelajaran Matematika dapat mengalami peningkatan yang berarti, sebab dalam proses belajar dengan pendekatan ini siswa lebih aktif dan selalu melakukan kegiatan belajar sesuai dengan kemampuan siswa selaku pelajar. Melihat hasil siklus I banyak mengalami peningkatan dibandingkan dengan nilai pra siklus. Setiap siswa memiliki berbagai kebutuhan, meliputi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan menimbulkan dorongan untuk berbuat. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan, termasuk perbuatan belajar dan bekerja, dimaksudkan untuk memuaskan kebutuhan tertentu dan untuk mencapai tujuan tertentu pula. Setiap saat kebutuhan dapat berubah dan bertambah.
266
Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
Atas dasar pernyataan tersebut diatas, maka aktivitas siswa dalam belajar perlu ditingkatkan dengan suatu strategi/ pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa. Pendekatan student facilitator and explaining salah satu pendekatan yang ditawarkan peneliti dalam penelitian tindakan kelas ini. Tabel 1 Rekapitulasi Aktivitas Siswa Siklus I Nilai No Aktivitas Belajar Siswa ∑ P1 P2 1 Sikap siswa saat guru 2 3 5 melakukan apersepsi 2 Kerjasama siswa dalam 1 2 3 kelompok 3 Tanggung jawab siswa dalam 1 2 3 kelompok 4 Keberanian siswa dalam 1 2 3 mengemukakan pendapat atau pertanyaan 5 Komunikasi siswa dalam 1 2 3 kelompok 6 Kemampuan siswa 1 2 3 menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari 7 Ketepatan dan kecepatan 2 2 4 siswa dalam menjawab persoalan yang diberikan oleh guru 8 Komunikasi siswa dengan guru 2 2 4 9 Komunikasi siswa dengan 2 2 4 teman sebaya 10 Kemampuan siswa dalam 1 2 3 menarik kesimpulan Jumlah 35 %Rata-rata 43.75
Dari data tersebut menunjukkan bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar masih terpengaruh oleh strategi konvensional dalam artian komunikasi satu arah yang disampaikan oleh guru pada kegiatan belajar mengajar sebelumnya. Dari 17 responden, diperoleh persentase keaktifan 43,75%. Dari hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mulai menunjukkan aktivitas yang berarti.
Berdasarkan hasil pada siklus I, rencana perbaikan tindakan yang dilakukan pada siklus berikutnya adalah sebagai berikut “Guru lebih memotivasi siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran”. Guru memotivasi siswa khususnya siswa dengan kemampuan sedang dan rendah untuk lebih aktif dalam kegiatan diskusi. Selanjutnya untuk membuktikan keefektifan Pendekatan student facilitator and explaining dalam kegiatan belajar mengajar dalam upaya peningkatan motivasi dan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek, akan dijabarkan lebih lanjut pada kegiatan siklus II. Siklus 2 Hasil siklus 1 belum mampu mencapai ketuntasan minimal yaitu 85.00% sehingga perlu dilakukan siklus II. Peneliti sudah memperbaiki semua aspek yang kurang pada siklus I. Hasil nilai siklus II mengalami peningkatan yang signifikan, ini dibuktikan dengan nilai rata-rata siswa adalah 87.06 dengan ketuntasan belajar sebesar 100%. Dengan hasil ini maka tidak perlu diadakan siklus lanjutan, karena sudah berhasil mencapai lebih dari standar. Hal ini tidak terlepas dari upaya peneliti dalam memaksimalkan proses pembelajaran pada siklus II. Tabel 2 Rekapitulasi observasi aktivitas siswa siklus II Nilai No Aktivitas Belajar Siswa ∑ P P 1 2 1 Sikap siswa saat guru 3 4 7 melakukan apersepsi 2 Kerjasama siswa dalam 3 4 7 kelompok 3 Tanggung jawab siswa dalam 3 3 6 kelompok
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
No
Aktivitas Belajar Siswa
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat atau pertanyaan 5 Komunikasi siswa dalam kelompok 6 Kemampuan siswa menghubungkan materi dengan kegiatan sehari-hari 7 Ketepatan dan kecepatan siswa dalam menjawab persoalan yang diberikan oleh guru 8 Komunikasi siswa dengan guru 9 Komunikasi siswa dengan teman sebaya 10 Kemampuan siswa dalam menarik kesimpulan Jumlah %Rata-rata
Nilai P P 1 2
∑
2
3
5
2
3
5
3
3
6
3
3
6
3
3
6
2
3
5
2
3
5
4
58 72.50
Sedangkan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika adalah 72,50%. Dari hasil persentase tersebut menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar mulai menunjukkan aktivitas yang berarti. Interpretasi Siklus I dan Siklus II Berkaitan dengan usaha meningkatkan prestasi belajar, belajar akan lebih mudah dan dapat dirasakan bila belajar tersebut mengetahui hasil yang diperoleh. Kalau belajar berarti perubahan yang terjadi pada individu, maka perubahan-perubahan itu harus dapat diamati dan dinilai. Hasil dari pengamatan dan penilaian inilah umumnya diwujudkan dalam bentuk prestasi belajar. Hasil yang diperoleh oleh siswa Kelas VI Semester I SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek menunjukkan peningkatan lebih baik. Hal ini ditujukan dari hasil observasi peneliti dalam serangkaian kegiatan penelitian
267
tindakan, khususnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Hasil kegiatan yang diperoleh meliputi, peningkatan aktivitas, motivasi dan prestasi belajar. Untuk prestasi belajar ditunjukkan pada hasil evaluasi pada siklus II, diperoleh sebagai berikut: Dari 17 siswa Kelas VI Semester I tahun 2013/2014 SD Negeri 2 Sukorame Kecamatan Gandusari Kabupaten Trenggalek tersebut diketahui, ratarata hasil belajar siswa pada sebelum siklus hanya sebesar 62.94, pada siklus I sebesar 71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ketuntasan sebelum siklus 41.18%, siklus I 70.59% dan ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan telah terbukti secara meyakinkan.
100 80
100 87.06 70.59 70.59 62.94
60 41.18 40
KETUNTASAN
20
RATA-RATA
0
Gambar 2 Perkembangan Prestasi belajar Siswa
PENUTUP Kesimpulan Dalam kolaborasi penelitian ini, peneliti secara terbuka melakukan dialog dan diskusi dengan guru kelas VI. Rencana pembelajaran dan lembar kerja siswa dirancang secara konstruktif. Dalam pembelajaran student facilitator and explaining, setiap materi pelajaran yang baru, harus dikaitkan dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang ada sebelumnya. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok yang heterogen. Adanya
268
Suwito, Melalui Model Group Investigation Meningkatkan Prestasi Belajar IPS...
pemberian reward berupa penambahan poin dan pemberian permen mampu memotivasi aktivitas belajar siswa. Melalui kegiatan diskusi kelompok dan presentasi siswa dilatih untuk mempunyai tanggung jawab kepada kelompok dan dirinya sendiri. Dengan diterapkannya pendekatan student facilitator and explaining pada pembelajaran matematika mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perolehan prestasi belajar siswa pada awal siklus diperoleh rata-rata rata-rata hasil belajar siswa pada sebelum siklus hanya sebesar 62.94, pada siklus I sebesar 71.76 dan pada siklus II sebesar 87.06. Ketuntasan sebelum siklus 41.18%, siklus I 70.59% dan ketuntasan pada siklus II sebesar 100%. Saran Guru hendaknya mempertimbangkan
DAFTAR RUJUKAN Arifin, Anwar. 1998. Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Raja. Grafindo Persada. Bogdan, R.C. dan Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Cactetter, W.B. 1996. The Human Resource Function in Educational Administration. Edisi ke 6. New Jersey: Prentice Hall. Carr, W. & Kemmis, S. 1986. Becoming critical: education, knowledge and action research. Brighton, Sussex: Falmer Press. Guba, Egon G. & Lincoln, Yvonna S. 1981. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.
pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satu strategi pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan student facilitator and explaining. Penerapan pendekatan student facilitator and explaining dalam kegiatan belajar mengajar di kelas perlu ditingkatkan, dengan harapan siswa dapat terpacu minat dalam belajar. Pendekatan ini perlu diulangulang dengan memberikan materi yang sederhana menuju ke materi yang lebih variatif. Minat belajar siswa dapat dimunculkan dengan berbagai macam teknik dan metode yang disampaikan oleh guru. Pendekatan student facilitator and explaining merupakan salah satu cara yang dapat ditawarkan oleh peneliti. Dengan harapan bila minat belajar siswa meningkat dimungkinkan prestasi belajar yang diperoleh siswa juga akan meningkat pula.
Moleong, L.J. 1995. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Miles, M.B. & Hubermen, A.M. 1984. Analisis Data Qualitatif. Terjemahan oleh Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta. Nasution, S. 1988. Metode Penelilian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Penerbit Tarsito. Waseso, I. 1994. Wawasan dan konsep dasar Penelitian Tindakan Pendidikan (Materi II). Makalah disajikan pada lokakarya pelatihan tindakan di IKIP Malang. Jakarta: UP3SD Depdikbud. Zuriah, N. 2003. Penelitian Tidakuri dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Edisi Pertama. Malang: Bayu Media Publishing.
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 1, APRIL 2016
269