50
Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita...
PENINGKATAN HASIL BELAJAR MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA MATERI PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH PADA SISWA KELAS V SDN 3 MARGOMULYO Oleh: Katriani SD Negeri 3 Margomulyo Trenggalek Abstrak. Berdasarkan pengamatan, kualitas proses dan hasil belajar matematika kelas V masih belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar matematika khususnya pada soal cerita tentang perbandingan di SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek, Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Penelitian dilaksanakan Januari-April tahun pelajaran 2013-2014. Subyek penelitian kelas V berjumlah 21 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan pemecahan masalah pada pembelajaran matematika siswa kelas V mengalami peningkatan. Hal ini terbukti dari rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 28,58 % dan meningkat menjadi 71,42 % pada siklus II. Disimpulkan bahwa pemecahan masalah berhasil diterapkan dan dapat meningkatkan hasil belajar menyelesaikan soal cerita perbandingan pada siswa kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Kata Kunci: peningkatan hasil belajar, pemecahan masalah, soal cerita
Matematika merupakan cabang ilmu yang mendasari perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan modern. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang berkembang dewasa ini bermula dari perkembangan ilmu matematika, sehingga apabila ingin menguasai teknologi di masa depan maka diperlukan penguasaan yang kuat sejak dini (Depdiknas, 2006). Matematika mempunyai peran yang penting bagi perkembangan daya pikir manusia agar menjadi manusia yang kritis, sistematis, analitis, dan kerja sama. Matematika diberikan pada usia anak Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik agar mampu mengelola dan memanfaatkan informasi yang telah diperoleh sebagai bekal dalam kehidupan yang kompetitif (Hudoyo, 1988). Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang memberikan sumbangsih sangat besar terhadap kehidupan
sehari-hari. Setiap aspek kehidupan dapat dipastikan peran matematika dalam menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan konsep hitungan (Aisyah, dkk, 2008). Menurut kurikulum 2006 salah satu tujuan pembelajaran matematika adalah memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Materi pembelajaran matematika yang berbentuk soal cerita dalam menyelesaikan masalah diharapkan dapat memotivasi siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya dengan sistematis. Guru sebagai pembimbing siswa di dalam kelas hendaknya
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
dapat menyajikan model pembelajaran yang kreatif agar siswa dapat memahami dan menerapkan materi dalam kehidupan (Aisyah, 2008). Matematika yang disajikan dalam bentuk masalah akan memberikan motivasi pada siswa untuk mempelajari matematika lebih dalam. Pemecahan masalah pada dasarnya adalah proses yang ditempuh oleh seseorang untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya sampai itu tidak lagi menjadi masalah baginya (Aisyah, 2008). Dalam pembelajaran matematika terutama soal cerita ditemukan fakta bahwa masih banyak siswa yang kurang teliti dalam penyelesaiannya. Masalah rendahnya hasil belajar siswa dapat diketahui dari hasil ujian semester yang kurang memuaskan. Standar ketuntasan minimal di sekolah yang telah ditetapkan adalah 6,50 dan ketuntasan kelas yang diharapkan adalah 70% atau lebih. Dari masalah yang terjadi diperkirakan penyebabnya adalah kurangnya ketelitian siswa dalam mengerjakan soal cerita, pemahaman siswa pada soal cerita yang disajikan juga menjadi salah satu penyebab kurang sistematisnya siswa dalam langkah pengerjaan. Kurangnya kemampuan siswa dalam menentukan apa yang diketahui dari soal, apa yang ditanyakan, dan menentukan model penyelesaian masalah serta melakukan perhitungan mempengaruhi hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Pengajaran matematika yang dilakukan pada umumnya dimulai dengan penjelasan singkat yang disertai tanya jawab dan penyajian contoh, serta dilanjutkan dengan pengerjaan soal-soal latihan. Dalam proses pengajaran tersebut pengerjaan soal latihan merupakan kegiatan yang diutamakan dengan maksud untuk memberi penguatan pada anak, sehingga apabila tidak ada perubahan
51
strategi belajar maka siswa akan mengalami kejenuhan sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa (Suryadi, 2007). Pembelajaran matematika diperlukan suatu pengembangan keterampilan siswa dalam memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya. Untuk mengembangkan kemampuan tersebut, maka dibutuhkan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika. pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) (Suyitno, 2004). Pendekatan pemecahan masalah merupakan suatu pedoman mengajar yang sifatnya teoritis atau konseptual untuk melatih siswa memecahkan masalah-masalah matematika dengan menggunakan berbagai strategi dan langkah pemecahan masalah yang ada (Aisyah, 2008). Berdasarkan pemaparan di atas, maka untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek dalam menyelesaikan soal matematika berbentuk cerita pada pokok bahasan pecahan, guru perlu mengadakan suatu tindakan dengan mencari model pembelajaran alternatif yang kiranya dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Dalam hal ini peneliti mencoba melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Perbandingan dan Skala melalui Pendekatan Pemecahan Masalah pada Siswa Kelas V di SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek”. METODE PENELITIAN Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini dirancang dengan menggunakan jenis penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
52
Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita...
pencermatan terhadap kegiatan dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut (Sulipan, 2011). Penelitian ini dibagi dua siklus dan masing-masing siklus terdiri dari empat tahap sebagaimana yang dinyatakan oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Sukri, 2007:36) yaitu: tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi (lihat pada Gambar 1).
Tindaka
Perencanaa
Reflek
Refleksi hasil tindakan
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Penelitian ini dilaksanakan dalam jangka waktu 4 bulan dari bulan Januari-April pada semester 2 tahun pelajaran 2013-2014. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswasiswi kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek yang berjumlah 21 anak.
Perencanaa
Tindaka
an, dan lembar observasi berdasarkan refleksi awal. (b) Tahap pelaksanaan dan observasi, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan perangkat pembelajaran yang sudah dirancang. Observasi meliputi observasi kegiatan belajar siswa dan observasi kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru. (c) Tahap refleksi adalah peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.
dst
Gambar 1 Diagram alur penelitian
Penjelasan gambar alur penelitian di atas adalah sebagai berikut. (a) Tahap perencanaan sebelum mengadakan penelitian, peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrumen penelitian, menyiapkan media pembelajaran, perangkat pembelajar-
Prosedur Penelitian Tahap pelaksanaan atau refleksi awal peneliti mengidentifikasi masalah dan menganalisa masalah yang timbul di dalam kelas dari kegiatan pembelajaran yang selama ini berlangsung kegiatan yang dilakukan selanjutnya adalah perencanaan tindakan dilaksanakan dengan merencanakan tindakan yang akan dilaksanakan dalam siklus satu. Tahap Pelaksanaan: (a) Tindakan adalah bagian kegiatan pembelajaran dalam siklus satu sesuai dengan perangkat pembelajaran yang telah disusun. (b) Pelaksaanaan tindakan dibagi menjadi dua siklus dan setiap siklus dilaksanakan selama satu kali
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
pertemuan yaitu 3 x 35 menit. (c) Tiap-tiap pertemuan guru melakukan kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup, merujuk pada skenario pembelajaran yang sudah dirancang. Observasi dilakukan oleh peneliti dan satu teman guru sebagai observer sesuai dengan lembar observasi yang sudah disiapkan pada tahap perencanaan. Observasi dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi dan analisa, serta diskusi dengan rekan observer. Refleksi digunakan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemukan selama kegiatan penelitian berlangsung dan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Selanjutnya refleski siklus I digunakan sebagai dasar pertimbangan untuk menyusun perencanaan pada siklus II. Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan instrumen utama dan penunjang. Data adalah segala fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi. Informasi adalah hasil pengolahan data yang dipakai untuk suatu keperluan (Arikunto, 2006). Data utama penelitian ini adalah data hasil ketelitian peserta didik dalam menuliskan langkahlangkah dalam mengerjakan soal cerita. Data pendukung penelitian juga berasal dari hasil observasi berupa informasi tentang aktivitas belajar peserta didik kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Arikunto (2006) menyatakan bahwa sumber data adalah subjek dimana data penelitian diperoleh. Jadi, yang dimaksud sumber data adalah asal data yang dipergunakan
53
dalam penelitian. Sumber data utama penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek sebagai subjek penelitian. Data penelitian diperoleh dari observasi, wawancara, angket, tes dan dokumentasi. Berikut ini diuraikan tentang teknik pengumpulan data dan sumber data yang diperoleh. Tabel 1 Teknik Pengumpulan Data dan Sumber Data Teknik Sumber Pengumpulan Aspek Data Data Observasi Proses KBM Guru dan peserta didik Tes Kemampuan peserta Peserta didik dalam didik menyelesaikan masalah Dokumentasi Penerapan pendekatan Foto pemecahan masalah selama KBM berlangsung
Adapun uraian dari teknik pengumpulan data adalah: (1) Observasi dilakukan untuk mengamati kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas peserta didik kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. (2) Tes merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dengan menggunakan tes awal dan tes akhir. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data peningkatan peserta didik sebelum dan sesudah diberi tindakan penggunaan pendekatan pemecahan masalah. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur ketelitian dalam menyelesaikan soal cerita (Arikunto, 2012).
54
Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita...
Tes merupakan salah satu instrumen pengumpulan data penelitian yang digunakan terhadap peserta didik kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. Penggunaan tes formatif ini untuk mengetahui, mengungkapkan dan mendeskripsikan keadaan peserta didik dalam menyelesaikan soal cerita. (3) Dokumentasi berupa foto diambil dan diperoleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang menandakan bahwa peneliti telah melakukan penelitian. Instrumen Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan instrumen yang disusun dan dikembangkan peneliti ada 2 macam instrumen berdasarkan bentuknya yaitu: (1) Panduan observasi, dan (2) Soal tes. Teknik Analisis Data Analisis data merupakan proses menyeleksi, menyederhanakan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian. Lalu dideskripsikan dalam bentuk tabel yang diinterpretasikan (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan. Pada dasarnya analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu: 1) paparan data; 2) pengolahan data; dan 3) penyimpulan data. Peningkatan aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran dapat diamati melalui hasil observasi tingkah laku dan kegiatan peserta didik selama proses pembelajaran. Untuk menghitung keaktifan peserta didik secara keseluruhan dari indikator dan berdasarkan deskriptornya yang nampak digunakan ketentuan sebagai berikut.
Skorperolehan x 100 Skormaksimal Keterangan : N : Nilai yang diperoleh guru atau siswa Skor perolehan: Skor yang diperoleh dari sejumlah indikator yang muncul/nampak dalam observasi Skor maksimal: Jumlah skor keseluruhan dari indikator yang ditetapkan N=
Indikator untuk aktivitas peserta didik dalam pembelajaran matematika dengan penerapan pendekatan pemecahan masalah: (1) keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran; (2) ketepatan peserta didik dalam menyelesaikan persoalan; (3) ketelitian dalam menuliskan langkah; (4) Keberanian peserta didik dalam menjawab persoalan serta berpendapat. ketelitian mengerjakan soal cerita peserta didik. Pemberian skor terhadap langkah mengerjakan soal peserta didik digunakan rambu-rambu atau penilaian hasil belajar. Pelaksanaan Penelitian Tahapan-tahapan yang dilalui dalam prosedur penelitian ini adalah meliputi tahap perencanaan, dan tahap pelaksanaan, tahab observasi dan tahap refleksi. yang membentuk siklus demi siklus sampai tuntas penelitian, sehingga diperoleh data yang dapat dikumpulkan sebagai jawaban dari permasalahan penelitian. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam beberapa siklus, yaitu siklus I dengan materi soal cerita pecahan dan siklus II dengan materi yang sama, siklus II dilakukan jika belum mencapai peningkatan yang signifikan pada siklus I.
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menerapkan pemecahan masalah di kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek pada materi perbandingan dan skala bentuk soal cerita, mengalami peningkatan secara bertahap. Pada siklus I keberhasilan tindakan diperoleh dengan jumlah skor yang diperoleh 10 (48%). Pada siklus II keberhasilan tindakan skor yang diperoleh 15 (71%). Pada awal pembelajaran guru selalu mengucapkan salam, melakukan presensi, mengadakan apersepsi, mengeksplorasi materi pelajaran dan mengeksplorasi tujuan pembelajaran yang diharapkan. Kemudian pada kegiatan inti guru membentuk siswa menjadi beberapa kelompok, kemudian siswa diberi LKS, lalu guru melakukan pembelajaran dengan menerapkan pemecahan masalah yang mengaju pada model empat tahap pemecahan masalah yang diusulkan oleh George Polya (dalam Nyimas, 2008) sebagai berikut: 1) memahami masalah, 2) membuat rencana untuk menyelesaikan masalah, 3) melaksanakan rencana yang telah dibuat, 4) memeriksa ulang jawaban yang telah diperoleh. Tahap memahami masalah Pada tahap memahami masalah ini, pertama siswa diminta mendengarkan soal cerita yang dibacakan oleh guru. Kemudian siswa diminta membaca sendiri-sendiri soal tadi agar siswa dapat memahaminya. Setelah itu siswa bersama guru melakukan tanya jawab tentang soal sehingga siswa dapat mengetahui apa saja yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Nyimas, A. (2008) “Pada tahap ini, kegiatan
55
pemecahan masalah diarahkan untuk membantu siswa menetapkan apa yang diketahui pada permasalahan dan apa yang ditanyakan”. Namun pada tahap ini tidak semua siswa dapat memahami masalah dengan baik, beberapa siswa tidak menetapkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dari soal secara tidak lengkap. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaur (dalam blog http:// midtppm.wikispaces.com). Tahap menyusun rencana penyelesaian Pada tahap ini siswa menentukan apa yang diketahui dengan bantuan alat peraga. Kemudian melalui tanya jawab dengan guru dan bantuan alat peraga siswa dapat menentukan apa yang ditanyakan dan merumuskan kalimat matematika yang digunakan untuk menyelesaikan soal cerita. Kemudian siswa diminta menuliskan kalimat matematika di buku masing-masing dan ada perwakilan yang menuliskan di papan tulis. Setelah itu guru memberikan penguatan atas kalimat matematika yang telah dirumuskan tadi. Pada tahap ini guru harus pelan-pelan dalam membimbing siswa dalam membuat kalimat siswa, karena beberapa siswa masih kesulitan dalam membuat kalimat matematika, bahkan beberapa siswa tidak mau menuliskan kalimat matematika. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaur (dalam webblog.http:// midtppm.wikispaces.com). Tahap melaksanakan rencana penyelesaian Pada tahap ini siswa secara berkelompok melakukan perhitungan sesuai kalimat matematika yang telah dirumuskan. Pada saat siswa melakukan perhitungan, guru mengingatkan siswa agar teliti dalam menghitung dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Namun
56
Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita...
masih ada siswa yang salah dalam melakukan penghitungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Kaur (dalam webblog.http://midtppm.wikispaces.com) Kemudian perwakilan kelompok menyampaikan hasil pekerjaanya. Siswa bersama guru membahas bersama hasil pekerjaan siswa, dan siswa yang lain diminta memberikan tanggapan. Pada tahap ini kemampuan siswa dalam melakukan perhitungan mempengaruhi hasil pelaksanaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyimas, A. yang mengemukakan bahwa kemampuan siswa memahami substansi materi dan keterampilan siswa melakukan perhitungan matematika akan sangat membantu siswa untuk melaksanakan tahap melaksankan penyelesaian soal. Tahap meninjau ulang hasil pelaksanaan Pada tahap meninjau ulang ini, siswa bersama guru melakukan koreksi terhadap hasil pekerjaan siswa dengan melakukan tanya jawab tentang langkah-langkah mengerjakan soal mulai dari awal sampai hasilnya ditemukan. Setelah guru membelajarkan tentang menyelesaiakan soal cerita sesuai tahaptahap tersebut, siswa mengerjakan LKS yang telah dibagikan. Kemudian pada kegiatan akhir siswa bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Lalu siswa mengerjakan soal evaluasi, melakukan refleksi, tindak lanjut, dan guru mengakhiri pelajaran dengan salam. Dari kegiatan yang telah dilakukan siswa bersama guru mulai dari tahap awal sampai akhir, pemecahan masalah dapat mengoptimalkan semua komponen dalam pembelajaran. Melalui penerapan pemecahan masalah siswa lebih bertindak aktif dan berfikir. Selain itu siswa juga memahami masalah dan menemukan langkah yang tepat
untuk memecahkan masalah. Hal ini didukung oleh Hari, yang menyebutkan keunggulan problem solving sebagai berikut; a) melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan; b) berpikir dan bertindak aktif dan kreatif; c) memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis, d) mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan; e) menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan; f) merangsang perkembangan kemajuan berfikir siswa untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat. Keberhasilan tindakan dapat dilihat dari hasil observasi guru dan siswa pada lampiran. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan kemampuan siswa setelah diberikan pembelajaran dengan menerapkan pemecahan masalah maka diberikan tes pada tiap akhir pertemuan. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dimyati dan Mudjiono (2006: 20) menjelaskan “hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar”. Data hasil penilaian terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V A pada setiap aspek, pada siklus I akan dibandingkan dengan hasil pada siklus II yang diperoleh dari nilai rata-rata hasil kerja kelompok siswa. Pada siklus 1 siswa bekerja dalam kelompok, setiap kelompok bejumlah 4-5 anak. Siklus 2 tugas dikerjakan dengan berpasangan dua anak sampai tiga anak. Tabel 2 Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Aspek Pemahaman Masalah pada Siklus I dan Siklus II No Rentang ∑ Kelompok Kategori Nilai Siklus I Siklus II 1 81-100 2 9 Sangat baik (A) 2 61-80 1 Baik (B) 3 41-60 2 Cukup (C) 4 21-40 1 Kurang (D) 5 0-20 Kurang sekali (E)
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016
Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui tingkat kemampuan siswa memahami masalah mengalami peningkatan. Pada siklus I pada kategori A terdapat 2 kelompok siswa, pada kategori C terdapat 2 kelompok siswa, dan pada kategori D 1 kelompok siswa. Pada siklus II meningkat, pada kategori A terdapat 9 pasangan siswa, dan pada kategori B terdapat 1 pasangan siswa. Tabel 3 Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Aspek Perencanaan Penyelesaian pada Siklus I dan Siklus II ∑ Kelompok Rentang No Kategori Nilai Siklus I Siklus II 1 81-100 2 1 Sangat baik (A) 2 61-80 1 8 Baik (B) 3 41-60 2 1 Cukup (C) 4 21-40 Kurang (D) 5 0-20 Kurang sekali (E)
Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui tingkat kemampuan siswa merencanakan penyelesaian masalah mengalami peningkatan. Pada siklus I pada kategori A terdapat 2 kelompok siswa, pada kategori B terdapat 1 kelompok siswa, dan pada kategori C terdapat 2 kelompok siswa. Pada siklus II meningkat, pada kategori A terdapat 1 Pasangan siswa, pada kategori B terdapat 8 Pasangan siswa, dan pada kategori C terdapat 1 Pasangan siswa. Tabel 4 Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Aspek Pelaksanaan Penyelesaian pada Siklus I dan Siklus II ∑ Kelompok Rentang No Kategori Nilai Siklus I Siklus II 1 81-100 1 2 Sangat baik (A) 2 61-80 1 7 Baik (B) 3 41-60 3 1 Cukup (C) 4 21-40 Kurang (D) 5 0-20 Kurang sekali (E)
57
Berdasarkan Tabel 4. dapat diketahui tingkat kemampuan siswa melaksanakan penyelesaian masalah mengalami peningkatan. Pada siklus I pada kategori A terdapat 1 kelompok siswa, pada kategori B terdapat 1 kelompok siswa, dan pada kategori C terdapat 3 kelompok siswa. Pada siklus II meningkat, pada kategori A terdapat 2 pasangan siswa, pada kategori B terdapat 7 pasangan siswa dan pada kategori C terdapat 1 pasangan siswa. Tabel 5 Penilaian Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Aspek Memeriksa Ulang Jawaban pada Siklus I dan Siklus II ∑ Kelompok Rentang No Kategori Nilai Siklus I Siklus II 1 81-100 1 2 Sangat baik (A) 2 61-80 1 7 Baik (B) 3 41-60 3 1 Cukup (C) 4 21-40 Kurang (D) 5 0-20 Kurang sekali (E)
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui tingkat kemampuan siswa memeriksa ulang jawaban mengalami peningkatan. Pada siklus I pada kategori A terdapat 1 kelompok siswa, pada kategori B terdapat 1 kelompok siswa, dan pada kategori C terdapat 3 kelompok siswa. Pada siklus II meningkat, pada kategori A terdapat 2 pasangan siswa, pada kategori B terdapat 7 pasangan siswa, dan pada kategori C terdapat 1 pasangan siswa. Pada siklus II siswa yang memperoleh nilai di atas KKM berjumlah 15 siswa atau 71,42 % anak. Berdasar perbandingan data tersebut terdapat kenaikan prosentase ketuntasan belajar dari 28,58 % menjadi 71,42 %, sehingga kami anggap penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar soal cerita pada mata pelajaran matematika pada siswa kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek.
58
Katriani, Peningkatan Hasil Belajar Menyelesaikan Soal Cerita...
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan temuan penelitian serta hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut. (1) Penerapan pemecahan masalah diterapkan pada siswa kelas V SDN 3 Margomulyo Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek berjumlah 21 siswa. Mata pelajaran yang digunakan adalah matematika dengan materi menyelesaikan perbandingan dan skala dalam bentuk soal cerita. Penerapan pemecahan masalah melalui empat tahap yaitu, (a) memahami masalah; (b) membuat rencana untuk menyelesaikan masalah; (c) melaksanakan penyelesaian soal; (d) memeriksa ulang jawaban yang telah diperoleh. (2) Penerapan pemecahan masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa pada setiap aspek. Selain itu hasil belajar siswa dalam menyelesaikan perbandingan dan skala dalam bentuk soal cerita juga meningkat. Berdasarkan hasil belajar siswa pada siklus I DAFTAR RUJUKAN Aisyah, N. 2008. Pengembangan pembelajaran matematika SD. Direktorat jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Anonim. Tanpa Tahun. Kesulitan-kesulitan dalam Pemecahan Masalah. (Online), (http://midtppm.wikispaces.com/Subunit+23/pemecahan masalah), diakses tanggal 8 Mei 2011). Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto. 2012. Prosedur Penilaian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 Kelas IV Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
dan II diperoleh terdapat kenaikan hasil belajar sebesar dari 28,58 % menjadi 71,42 % atau 42,84% kenaikaannya. Saran Sebaiknya guru dalam mengajarkan perbandingan dan skala bentuk soal cerita menggunakan pemecahan masalah, karena tahap-tahap dalam pemecahan masalah ini dapat memudahkan siswa dalam memahami soal dan menyelesaikannya. Selain itu penerapan pemecahan masalah ini dapat meningkatkan aktivitas siswa. Hasil penelitian ini sebaiknya dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah dan kualitas guru di sekolah khususnya pada pelajaran matematika. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian dengan menggunakan pemecahan masalah pada mata pelajaran yang sama namun pada tempat yang berbeda untuk mengembangkan pemecahan masalah.
Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Hudoyo, H. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Depdibud Ditjen Dikti Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga kependidikan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. 2008. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Suryadi, D. 2007. Pendidikan Matematika dalam Tim Pengembang Ilmu pendidikan FIP-UPI. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan III. Imperial Bhakti Utama. Suyitno, A. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Universitas Negeri Semarang.