58
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING SISWA KELAS IV SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DI SDN 2 MARGOMULYO KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: Endang Dwi Purwani SDN 2 Margomulyo Kecamatan Watulimo Trenggalek
Abstrak. Pendidikan IPS (social studies) merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu berkembang sangat dinamis, karena pelajaran IPS mempelajari hubungan perilaku masyarakat dengan lingkungannya yang berkembang sangat dinamis di era informasi dan globalisasi. Karakteristik mata pelajaran IPS adalah pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu diperlukan metode belajar yang sesuai. Salah satu metode yang sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran IPS adalah Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai pembelajaran yang lebih memperhatikan potensi siswa, situasi dan kondisi lingkungan sekitar, sarana prasarana dan berpegang teguh pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Margomulyo sebanyak 16 siswa. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan, terlihat dari hasil sebelum siklus ketuntasan siswa sebesar 5 siswa atau 31,25%, pada siklus I meningkat menjadi 62,5% atau ada 10 siswa yang sudah tuntas dalam belajar. Dan pada siklus II hasil belajar siswa lebih meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 86,25 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100%. Kata kunci: hasil belajar IPS, pembelajaran contecxtual teaching and learning
Memasuki era kemajuan teknologi saat ini, kita dituntut untuk melek informasi atau mengetahui informasi sesuai dengan perkembangan jaman. Pembelajaran di sekolah merupakan salah satu sarana untuk mengetahui informasi tersebut. Pembelajaran merupakan bagian yang memiliki peran sangat dominan untuk mewujudkan kualitas pendidikan, baik proses maupun hasilnya. Sekolah sebagai sebuah lembaga dirancang untuk pengajaran siswa salah satunya untuk transfer ilmu. Kualitas pendidikan sangat dipengaruhi oleh kualitas dari pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran yang dilaksanakan dengan baik dan tepat akan memberikan hasil yang baik pula bagi siswa, sedangkan
pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara yang tidak baik akan menyebabkan potensi siswa sulit dikembangkan. Hakikat pembelajaran adalah mengasah dan melatih moral kepribadian manusia, meskipun juga ada aspek fisiknya (Muchitch, 2008). Sehingga guru dituntut untuk memiliki kemampuan sekaligus kepekaan dalam memahami fenomena, realitas dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Tujuan pendidikan nasional adalah menjadikan manusia yang lebih baik. Salah satu jenjang pendidikan yang ada dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia adalah pendidikan dasar. Pendidikan sekolah dasar diselenggarakan untuk mengembangkan kemampuan, sikap, keterampilan,
Endang Dwi Purwani, Meningkatkan Hasil Belajar IPS...
dan pengetahuan yang diperlukan untuk kehidupan masyarakat serta menyiapkan peserta didik agar memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah. Oleh karena itu, pendidikan di sekolah dasar harus dilaksanakan dengan baik. Salah satu mata pelajaran pokok yang diajarkan pada pendidikan dasar adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan mata pelajaran dengan peranan penting dalam kehidupan sehari-hari serta dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada umumnya. Pendidikan IPS (social studies) merupakan salah satu mata pelajaran yang selalu berkembang sangat dinamis, karena pelajaran IPS mempelajari hubungan perilaku masyarakat dengan lingkungannya yang berkembang sangat dinamis di era informasi dan globalisasi. Pendidikan IPS bertujuan untuk membekali siswa dengan pengetahuan, sikap, dan keterampilan untuk menjadi warga masyarakat dengan baik. Sapriya (2011: 157) menjelaskan bahwa untuk dapat berpartisipasi menjadi warga negara yang baik perlu memiliki kemampuan berupa; pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and values), serta kemampuan berperilaku (action). Oleh karena itu pembelajaran IPS harus dilaksanakan secara komprehensif yang menyangkut ranah kognitif, afektif, dan psikomotor siswa secara seimbang. Di dalam pembelajaran IPS siswa harus dilibatkan secara aktif, karena pembelajaran yang efektif harus mampu untuk mendorong siswanya terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga hasil yang didapatkan maksimal. Dalam proses pembelajaran, siswa diarahkan untuk dapat mengidentifikasi, merumuskan masalah, mencari dan menemukan fakta, menganalisis, menafsirkan, dan menarik kesimpulan.
59
Untuk dapat mengembangkan kemampuan kognitif, siswa harus aktif mencari informasi dari berbagai sumber, berdiskusi, dan menelaah dengan kritis informasi yang didapatkan untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sehingga siswa perlu memiliki sikap yang baik terhadap pembelajara. Persepsi siswa yang baik terhadap pembelajaran akan membuat siswa menikmati belajar. Dalam suasana yang menyenangkan siswa terdorong untuk terlibat dalam aktivitas belajar dan aspek afektif dapat ditingkatkan. Kemampuan afektif akan berkembang jika siswa aktif terlibat dalam pembelajaran secara mental. Kemampuan psikomotor siswa juga akan berkembang jika siswa aktif berinteraksi dengan guru, siswa, serta komponen pembelajaran lainnya. Upaya peningkatan kualitas pengetahuan IPS idealnya dimulai dari pembenahan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru yaitu dengan menggunakan suatu model pembelajaran. Suatu model pembelajaran yang mampu mengubah pandangan negatif siswa terhadap IPS menjadi pelajaran yang menyenangkan. Karakteristik mata pelajaran IPS adalah pembelajaran yang menghubungkan siswa dengan kehidupan nyata. Oleh karena itu diperlukan metode belajar yang sesuai. Salah satu metode yang sesuai dengan karakteristik dari pembelajaran IPS adalah Contextual Teaching and Learning (CTL), sebagai pembelajaran yang lebih memperhatikan potensi siswa, situasi dan kondisi lingkungan sekitar, sarana prasarana dan berpegang teguh pada tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Johnson (2008:65) mengungkapkan bahwa kontekstual adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan membantu siswa melihat makna dalam materi yang merak
60
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
pelajari dengan cara menghubungkannya dengan koteks kehidupan sehari-hari. CTL adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Johnson (2002:65) mengungkapkan ada 8 komponen dalam pembelajaran CTL, yaitu: (1) membuat keterkaitan-keterkaitan yang bermakna, (2) melakukan pekerjaan yang berarti, (3) melakukan pembelajaran yang diatur sendiri, (4) bekerja sama, (5) berpikir kritis dan kreatif, (6) membantu individu untuk tumbuh dan berkembang, (7) mencapai standar yang tinggi, dan (8) menggunakan penilaian autentik. Pendekatan CTL pada pembelajaran IPS sangat tepat untuk diterapkan karena materi IPS berhubungan langsung dengan lingkungan sekitar. Penerapan CTL akan membuat materi lebih bermakna karena siswa berinteraksi langsung dalam pembelajaran. Sehingga pembelajaran IPS dengan pendekatan CTL dapat meningkatkan prestasi belajar. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian tindakan merupakan penelitian eksperimen berkesinambungan dan berkelanjutan. Alasan dilakukan berkelanjutan karena penelitian tindakan bermaksud menguji proses, sehingga kenyamanan dan kelancaran proses dirasakan oleh siswa sebagai pembelajaran yang menyenangkan serta materinya mudah dipahami.
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan secara kolaboratif, artinya peneliti tidak melakukan penelitian sendiri, namun bekerja sama dengan guru lain sebagai pengamat, dan siswa sebagai subyek penelitian. Subyek penelitian adalah sejumlah orang yang ditunjuk untuk diteliti (Arikunto, 2006:145). Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 2 Margomulyo sebanyak 16 siswa. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan selama 2 bulan yaitu pada bulan September sampai dengan Oktober 2012. Instrumen penelitian dilakukan dengan tes, observasi, angket dan catatan lapangan. Penelitian terdiri dari 2 siklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Dalam penelitian guru bertindak sebagai penyampai materi pembelajaran dan dibantu oleh rekan guru sebagai pengamat/observer. Hal ini dilakukan untuk melihat ada tidaknya peningkatan belajar pada siswa kelas IV dalam pembelajaran IPS melalui pembelajaran CTL. Untuk memperoleh nilai ulangan atau tes formatif dilakukan dengan menggunakan rumus: ∑X X = ∑N Dimana:
X ΣX ΣN
= Nilai rata-rata = Jumlah semua nilai siswa = Jumlah siswa Dalam menuntukan ketuntasan belajar ada dua kategori, yaitu secara perorangan dan secara klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut terdapat
Endang Dwi Purwani, Meningkatkan Hasil Belajar IPS...
85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut: P=
∑ Siswa. yang.tuntas.belajar x100% ∑ Siswa
Data yang sudah didapat dianalisis menggunakan teknik analisis data kualitatif, baik yang bersifat linear (mengalir) maupun bersifat sirkuler. Langkah-langkah analisis yang dilakukan adala menelaah seluruh data yang telah dikumpulkan dan mereduksi data yang melibatkan kegiatan pengkategorian dan pengklarifikasian di dalamnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penelitian dilaksanakan sebanyak 3 kali, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Dalam penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS. Data nilai pre test, siklus I dan siklus II siswa kelas IV pada mata pelajaran IPS adalah seperti pada Tabel 1. Tabel 1 Nilai siswa pra siklus No
Nama
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dandi Devita Faras Khoirotu Luis Ledista Mifta Puji Puput Richo Rindi Yoga Fahrul Tanca Alfi Dwi Jumlah Rata-rata
30 60 60 70 40 50 80 30 50 70 40 50 50 80 80 60 900 56.25
Ketuntasan T TT TT TT TT T TT TT T TT TT T TT TT TT T T TT 5 11 31.25 68.75
61
Dari Tabel 1 nilai di atas dapat diketahui bahwa siswa yang tuntas belajar lebih sedikit dibandingkan dengan siswa yang belum tuntas. Dari jumlah 16 siswa hanya 5 siswa atau 31,25% yang berhasil mencapai KKM, dan 20 siswa yang lain belum mencapai KKM. Nilai rata-rata siswa kelas IV juga masih belum mencapai KKM yang telah ditentukan oleh sekolah. Berdasarkan prestasi belajar pra siklus, maka dilakukan inovasi dengan menggunakan pendekatan kontekstual. Sehingga di dapatkan hasil belajar pada Tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Nilai siswa siklus I No
Inisial
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dandi Devita Faras Khoirotu Luis Ledista Mifta Puji Puput Richo Rindi Yoga Fahrul Tanca Alfi Dwi Jumlah Rata-rata
30 80 80 80 50 80 80 30 60 80 40 80 50 100 100 80 1100 68.75
Ketuntasan T TT T T T T TT T T TT TT T TT T TT T T T 10 6 62.50 37.50
Pada Siklus I ketuntasan belajar siswa sudah mengalami peningkatan dibandingkan dengan pra siklus. Nilai rata-rata siswa sebesar 68,75, dan dari 16 siswa sebanyak 10 siswa sudah dapat tuntas dalam belajar. Persentase ketuntasan yang didapatkan siswa pada siklus I sebesar 62,50% belum sesuai dengan yang ditentukan oleh sekolah. Maka diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
62
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Tabel 3. Nilai siswa siklus II No
Inisial
Skor
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Dandi Devita Faras Khoirotu Luis Ledista Mifta Puji Puput Richo Rindi Yoga Fahrul Tanca Alfi Dwi Jumlah Rata-rata
70 80 80 80 80 80 80 80 80 100 100 90 90 100 100 90 1380 86.25
Ketuntasan T TT T T T T T T T T T T T T T T T T 16 0 100 0
Dari sebelum siklus ketuntasan siswa sebesar 5 siswa atau 31,25%, pada siklus I meningkat menjadi 62,5% atau ada 10 siswa yang sudah tuntas dalam belajar. Dan pada siklus II hasil belajar siswa lebih meningkat dengan nilai rata-rata sebesar 86,25 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100%. Jadi pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II, prestasi siswa telah memenuhi standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu sebesar 65,00 dan ketuntasan kelas telah mencapai 100%. Perbandingan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dilihata pada Gambar 1. Dengan pembelajaran contextual teaching and learning pada pembelajaran IPS, setiap siklus menunjukkan perubahan terhadap siswa. Pada sisklus I, pembelajaran dilakukan dengan cara siswa mengalami interaksi langsung di dalam pembelajaran, tidak lagi hanya mendengar guru saja. Pada pertemuan pertama pembelajaran dilakukan dengan kerja kelompok, hal ini dilakukan agar siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran, tidak hanya duduk diam mendengarkan. Pada pertemuan kedua
siswa masih ada yang ramai sendiri, tetapi sudah berkurang jika dibandingkan pada pertemuan pertama.
100 80 60 Nilai 40 20 0
Pra siklus Siklus I Siklus II
Gambar 1 Peningkatan hasil belajar siswa
Pada siklus kedua, guru memberikan media yang menarik sehingga siswa belajar dengan menyenangkan. Guru juga memberikan aturan tegas kepada siswa yang tidak memperhatikan. Selain itu, siswa juga diberikan kesempatan untuk mengutarakan pendapatnya selama pembelajaran berlangsung. Hal ini akan menumbuhkan rasa percaya diri siswa. Siswa dibimbing untuk menemukan sendiri pengalaman dan pengetahuannya dalam pembelajaran, sehingga guru tidak dominan. Guru hanya mengarahkan siswa untuk menemukan permasalahan yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryanti, dkk (2006) yang menyatakan bahwa pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan aktivitas siswa di kelas dalam hal bertanya, mengemukakan pendapat/ide serta mendengarkan dengan aktif. Selain itu dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi.
Endang Dwi Purwani, Meningkatkan Hasil Belajar IPS...
PENUTUP
63
sebesar 86,25 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 100%.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran contextual teaching and learning dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 2 Margomulyo. Peningkatan hasil belajar IPS pada siklus I meningkat menjadi 62,5% atau ada 10 siswa yang sudah tuntas dalam belajar. Jika sebelum siklus ketuntasan siswa sebesar 5 siswa atau 31,25%. Dan pada siklus II hasil belajar siswa lebih meningkat dengan nilai rata-rata
Saran Bagi kepala sekolah, dapat memberikan saran kepada guru pengampu mata pelajaran lain untuk menerapkan pembelajaran contextual teaching and learning. Bagi tim dalam penelitian, untuk meningkatkan kualitas kolaborasi antar anggota sehingga masukan dari kolaborator bisa meningkatkan kualitas pembelajaran. Bagi guru perlu memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkan.
DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Muchith, M.S. 2008. Pembelajaran Kontekstual. Semarang: RaSAIL Media Group.
Depdikbud. 1994. Petunjuk Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Balai Pustaka..
Sapriya. 2011. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Johnson, E.B. 2002. Contextual Teaching and Learning. California: Corwin Press.
Suryanti, W.W & Rokhim A. 2006. Pembelajaran Kontekstual sebagai Upaya Mengatasi Kesulitan Siswa Kelas V SD Laboratorium Unesa dalam Memahami Materi Panas. Jurnal Pendidikan Dasar, 7 (I), 50-60.
Johnson, L. 2008. Pengajaran yang Kreatif dan Menarik. Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang