Nyamini, Penggunaan Alat Peraga Biji-Bijian untuk ...
223
PENGGUNAAN ALAT PERAGA BIJI-BIJIAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN SEBAGAI PENJUMLAHAN BERULANG SISWA KELAS III SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2014/2015 DI SDN 2 TASIKMADU KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: Nyamini SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Berdasarkan hasil pengamatan dikelas diketahui bahwa 12 siswa dari 20 siswa kelas III masih belum faham dan mengerti tentang fakta perkalian yang merupakan penjumlahan berulang. Jumlah tersebut berarti 60% siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Tujuan dari penelitian ini yaitu: (1) untuk mengetahui peningkatan kemampuan perkalian sebagai penjumlahan berulang dengan menggunakan media biji-bijian. (2) untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penggunaan media biji-bijian dapat meningkatkan kemampuan perkalian sebagai penjumlahan berulang. Hasil belajar siswa pada siklus 1 yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 mencapai 8 siswa (40%), sedangkan 12 siswa (60%) lainnya belum mencapai nilai minimum. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata kelas III tergolong rendah. Pada siklus 2 hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus 1, sebagaimana tampak pada hasil pengamatan terhadap perilaku belajar siswa di atas, jumlah siswa yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 mencapai 18 siswa (90%). Jumlah 18 siswa yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 ini merupakan suatu peningkatan sebesar 50%. Kata kunci: Alat Peraga Biji-bijian, Kemampuan Perkalian, Penjumlahan Berulang
Proses belajar mengajar merupakan suatu sistem yang saling berkaitan sistem tersebut terdiri dari guru, siswa dan fasilitas belajar. tanpa ada salah satu komponen tersebut proses belajar tersebut tidak akan memuaskan. pada siswa tertentu pelajaran matematika merupakan momok baginya tetapi bagi sebagian lain matematika merupakan pelajaran biasa-biasa saja (Aunurrahman, 2013). Guru sebagai tenaga pengajar, berusaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan agar mudah di terima oleh siswa. untuk itu di perlukan adanya motivasi belajar siswa. Motivasi belajar siswa yang rendah, kegiatan belajar mengajar tidak akan ber-
jalan dengan lancar. Hal ini yang harus kita selesaikan (Ali, 2010). Sebagai ilmu pengetahuan, matematika mempunyai ciri-ciri khusus antar lain abstrak, dedukatif, konsisten, herarkis dan logis. Soedjadi (1999) menyatakan bahwa keabstrakan matematika karena objek dasarnya abstrak yaitu fakta, konsep, operasi dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk di pelajari Pada akhirnya banyak siswa yang kurang tertarik terhadap matematika bahkan membenci karena sebagian besar menganggap materi matematika sulit, sehingga siswa menjadi tegang dalam belajar matematika.
224
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
Berdasarkan pengamatan di kelas yang kami lakukan dalam materi perkalian di temukan permasalahan bahwa 12 siswa dari 20 siswa kelas III masih belum faham dan mengerti tentang fakta perkalian yang merupakan penjumlahan berulang .ini berarti 60% siswa belum mencapai ketuntasan belajar Hal ini yang bisa menghambat tercapainya tujuan pembelajaran yaitu belajar siswa dalam materi perkalian masih rendah (Djamrah & Zain, 2006). Untuk menanggulangi hambatan tersebut perlu ada jembatan yang dapat menghubungkan keilmuan matematika agar lebih mudah dan menyenangkan untuk di pelajari. persoalan ini menjadi tantangan bagi pendidik untuk mencari dan memilih model pembelajaran matematika yang menarik, mudah di pahami, menggugah semangat, dan menyenangkan bagi siswa dan pada akhirnya menjadikan siswa menjadi cerdas (Dimyati & Mudjiono, 2002). Berdasarkan pokok permasalahan yang di ketahui maka peneliti mengambil judul “Penggunaan alat peraga biji-bijian untuk dapat meningkatkan kemampuan perkalian sebagai penjumlahan berulang siswa kelas III semester II SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek Tahun Pelajaran 2014/2015. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan penelitian tindakan kelas atau biasa dikenal dengan nama PTK. PTK merupakan karya tulis yang sudah tidak asing lagi terutama bagi para guru. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan PTK (Arikunto, 2009).
PTK adalah “Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.” (Susilo, 2007:16). Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Perbaikan pembelajaran ini di laksanakan di SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo dengan alamat Jl. Raya Pantai Prigi Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. 2. Nama Sekolah Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek. 3. Kelas Perbaikan pembelajaran ini di laksanakan di kelas III SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo yang seluruhnya berjumlah 20 siswa. 4. Mata pelajaran yang diteliti a) Mata pelajaran. Mata pelajaran yang digunakan adalah mata pelajaran Matematika. b) Standar kompetensi. Memahami konsep bilangan cacah yang berhubungan dengan perkalian. c) Kompetensi dasar. Mengenal dan menggunakan konsep bilangan cacah dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan perkalian. d) Indikator. Mengingat fakta perkalian sebagai penjumlahan berulang. 5. Waktu Penelitian Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di kelas III SDN 2 Tasikmadu Kecamatan Watulimo. Mulai tanggal 05Mei 2015 sampai tanggal 12Mei 2015. Jadwal pelaksanaan pembelajaran untuk setiap mata pelajaran adalah sebagai berikut.
Nyamini, Penggunaan Alat Peraga Biji-Bijian untuk ...
a. Siklus 1 Hari Tanggal Waktu Pukul b. Siklus 2 Hari Tanggal Waktu Pukul
: Selasa : 05 Mei 2015 : 2 X 35 menit : 07 .30 – 08. 40 : Senin : 12 Mei 2015 : 2 X 35 menit : 07.30-08.40
Deskripsi per Siklus Proses dan hasil evaluasi siswa pada mata pelajaran matematika yang merupakan bahan untuk menyusun rencana perbaikan pembelajaran (Arikunto, 2006). Dalam hal ini peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat untuk menetapkan materi dan strategi pembelajaran agar kualitas pembelajaran mendapat hasil yang lebih baik. Di bawah ini gambaran tentang rencana perbaikan pembelajaran yang dilakukan guru.
225
satu teman sejawat yang bertindak sebagai pengamat. Pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah sebagai berikut: 1) Kegiatan Awal: (a) Guru menyampaikan apersepsi. (b) Guru mengajak siswa mengingat fakta dasar perkalian. 2) Kegiatan Inti: (a) Guru menjelaskan cara operasi hitung perkalian yang merupakan penjumlahan berulang. (b) Guru memberi tugas pada siswa. (c) Guru menyuruh siswa untuk berdiskusi dengan teman sebangku. (d) Guru berkeliling sambil membantu apabila ada siswa yang kesulitan memahami lembar kerja. (e) Guru bersama siswa membahas hasil pembelajaran siswa. 3) Kegiatan Akhir: (a) Guru bersama siswa membuat kesimpulan. (b) Guru memberikan tugas rumah. (c) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat.
1. Siklus 1 a. Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap ini yang dilakukan adalah penyusunan rencana perbaikan yang terdiri dari: (1) Penetapan tujuan pembelajaran Matematika tentang materi pokok perkalian. (2) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran. (3) Menetapkan strategi pembelajaran dengan melakukan diskusi teman sebangku. (4) Menyusun instrument pengamatan kegiatan belajar siswa dan pedoman refleksi.
c. Tahap observasi Observasi (pengamatan) dilaksanakan selama kegiatan belajar mengajar ini berlangsung, yaitu dengan menilai motivasi belajar siswa. Menurut Riduwan (2004), halhal yang di observasi adalah sebagai berikut: (1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran. (2) Keaktifan dan semangat siswa ketika pembelajaran berlangsung. (3) Rasa senang dalam mengerjakan tugas dan terhadap materi. (4) Hasil belajar siswa setelah mengerjakan tugas yang di berikan guru.
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Pada pelaksanan perbaikan pembelajaran peneliti bekerja sama dengan teman sejawat. Proses pengumpulan data. Dilakukan melalui teknik pengamatan, dengan menggunakan lembar pengamatan sebagai instrument penelitian. Pelaksana pengumpulan data adalah peneliti, serta di bantu oleh
d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi, baik yang di lakukan guru maupun teman sejawat, ternyata sebagian siswa yang tidak memahami materi pelajaran yang disajikan peneliti. Untuk itu peneliti dan teman sejawat kemudian merefleksi kegiatan sehingga di
226
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
ketahui kelemahan selama proses pembelajaran berlangsung dan memperbaiki pada proses pembelajaran berikutnya. Hal-hal yang terjadi dalam refleksi antara lain: (1) Siswa kurang tertarik pada mata pelajaran matematika. (2) Penjelasan guru terlalu abstrak. (3) Kurangnya penggunaan alat peraga dalam penyampaian materi. (4) Hasil belajar siswa masih rendah. 2. Siklus 2 a. Tahap Perencanaan Tindakan Pada tahap ini yang dilakukan adalah (1) Mempelajari hasil pada siklus 1 yang merupakan dasar perbaikan dalam melakukan tindakan pada siklus 2. (2) Menetapkan strategi pembelajaran dengan cara menggunakan alat peraga biji-bijian sebagai alat bantu untuk menghitung perkalian. (3) Menyusun rencana perbaikan pembelajaran. (4) Menetapkan tekhnik pembelajaran demonstrasi. (5) Menetapkan teknik pembelajaran secara kelompok. b. Tahap Pelaksanaan Tindakan Prosedur pelaksanan tindakan perbaikan pembelajaran siklus 2 ini sama dengan siklus 1, yang berbeda adalah fokus tindakan perbaikan lebih di tekankan pada upaya yang menjadi sebab kekurangan yang ada da dalam siklus 1 dan pada penggunaan media pembelajaran yang berupa biji-bijian. Rencana pelaksanaan tindakan perbaikan siklus 2 tergambar dalam Rencana Perbaikan Pembelajaran sebagai berikut: (a) Kegiatan awal: (1) Guru melakukan apersepsi. (2) Guru mengajak siswa mengingat fakta dasar perkalian. (b) Kegiatan inti: (1) Guru menjelaskan dan mendemonstrasikan cara melakukan operasi hitung perkalian dengan menggunakan biji-bijian. (2) Guru mengajak beberapa siswa untuk mendemonstrasikan cara melakukan operasi hitung perkalian
dengan menggunakan biji-bijian. (3) Siswa di bentuk kelompok dengan anggota 4-5 orang. (4) Masing-masing kelompok di beri tugas mengerjakan lembar kerja. (5) Guru berkeliling sambil membantu apabila ada siswa yang kesulitan memahami lembar kerja. (c) Kegiatan Akhir: (1) Guru bersama siswa melakukan pembahasan dan membuat kesimpulan. (2) Guru memberikan tugas rumah. (3) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk belajar lebih giat c. Tahap Observasi Menurut Moleong (2007), observasi atau pengamatan di laksanakan selama proses belajar mengajar berlangsung, adapun hal-hal yang di observasi adalah sebagai berikut: (1) Minat dan perhatian siswa terhadap pelajaran. (2) Tanggung jawab siswa untuk melakukan tugas-tugas belajar. (3) Kemampuan pemahaman siswa terhadap materi. (4) Hasil belajar siswa. d. Tahap Refleksi Berdasarkan hasil observasi setelah dilaksanakannya perbaikan pada siklus 2 ini peneliti dan teman sejawat menemukan halhal yang terjadi dalam pembelajaran antara lain: (1) Siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran. (2) Dengan penggunaan media biji-bijian siswa lebih faham dan mengerti tentang materi perkalian yang merupakan penjumlahan berulang. (3) Hasil belajar dan ketuntasan belajar siswa menjadi lebih baik. HASIL PENELITIAN Siklus 1 Pada awal perbaikan pembelajaran kegiatan, dilaksanakan persiapan mengajar yang meliputi rencana pembelajaran, dan
Nyamini, Penggunaan Alat Peraga Biji-Bijian untuk ...
Siklus 2 Dari perbaikan pembelajaran Siklus ke II, Guru mendemonstrasikan media bijibijian. Guru mengajak beberapa siswa untuk mendemonstrasikan di depan kelas. Siswa yang lain mengikuti dan menggunakan media ini. Suasana pembelajaran lebih menyenangkan siswa, meningkatkan respon, keaktifan dan pemahaman siswa dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar yang optimal. Pada siklus 2 hasil belajar mengalami peningkatan dari siklus 1, sebagaimana tampak pada hasil pengamatan terhadap perilaku belajar siswa di atas, jumlah siswa
yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 mencapai 18 siswa (90%). Jumlah 18 siswa yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 ini merupakan suatu peningkatan sebesar 50% (dibandingkan dengan nilai hasil belajar pada siklus 1). Dari hasil yang di dapat menunjukkan bahwa penggunaan media biji-bijian sangat efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika materi perkalian sebagai penjumlahan berulang. Tabel 1 Hasil ketuntasan dari siklus I dan siklus II Siklus I Siklus II Nilai Jumlah % Nilai Jumlah % siswa siswa < 65 12 60 < 65 2 10 ≥ 65 8 40 ≥ 65 18 90 Jumlah 20 100 Jumlah 20 100 Grafik Nilai Siklus I dan Siklus II 20 Jumlah Siswa
alat evaluasi. Pada tahap pelaksanaan guru menjelaskan tentang materi, kemudian mendemonstrasikan cara menghitung perkalian sebagai penjumlahan berulang. Observasi dilakukan oleh guru dan teman sejawat. Observasi difokuskan pada proses pembelajaran untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran matematika menghitung perkalian tanpa media biji-bijian Aktifitas siswa dalam pembelajaran masih kurang baik sehingga siswa masih belum begitu faham dengan materi. Hasil belajar siswa yang memperoleh nilai ulangan harian minimal 65 mencapai 8 siswa (40%). Sedangkan 12 siswa (60%) lainnya belum mencapai nilai minimum. Hal ini menunjukkan nilai rata-rata kelas III tergolong rendah. Selain itu, sebagaimana tampak dari hasil pengamatan terhadap perilaku mengajar guru tampak kualitas model pembelajaran yang di rancang guru masih kurang optimal. Kekurangannya terutama tidak adanya media yang di gunakan atas dasar penemuan masalah di atas maka peneliti memutuskan untuk melaksanakan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus 2.
227
15 10
SIKLUS I
SIKLUS II
5 0 < 65
≥ 65 Nilai
Gambar 1 Grafik nilai hasil belajar siklus I dan Siklus II
PENUTUP Kesimpulan Dari hasil perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: (1) Dengan penggunaan media biji-bijian siswa lebih memahami pelajaran matematika khususnya perkalian. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi belajar siswa yang meningkat karena media yang digunakan guru menyenangkan, menarik dan mudah di pahami oleh siswa. (2) Dengan menggunakan media biji-bijian hasil belajar siswa meningkat
228
JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016
menjadi lebih baik, dari hasil siklus I yang semula hanya 8 siswa dari 20 siswa (40%) yang mencapai ketuntasan belajar. Akhirnya setelah di adakan perbaikan pada siklus II hasilnya bisa maksimal yakni meningkat menjadi 18 siswa dari 20 siswa (90%) bisa memperoleh nilai di atas standar minimal. Saran Dari kesimpulan di atas ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksa-
naan pembelajaran Matematika antara lain: (1) Menggunakan alat peraga dalam setiap kegiatan pembelajaran. (2) Agar siswa tidak jenuh, siswa membawa media sendiri yang tersedia di lingkungan sekitar. (3) Hendaknya penggunaan metode yang relevan dengan materi dan bervariasi. (4) Apabila siswa mengalami kesulitan hendaknya membentuk kelompok belajar. (5) Dalam pelaksanaan pembelajaran hendaknya siswa di ajak dalam mendemonstrasikan materi.
DAFTAR PUSTAKA Ali, M. 2010. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Moleong, Lexy J. 2007 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Soedjadi. 1999. Kiat-kiat Pendidikan Matematika di Indonesia: konstatasi keadaan masa kini menuju harapan masa depan. Jakarta: Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional.
Aunurrahman. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Susilo. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Balai Pustaka.
Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Riduwan 2004. Metode dan Teknik Menyusun Thesis. Cetakan kedua. Bandung: Alfabeta.
Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.