52
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEAD TOGETHER BAGI SISWA KELAS VI SEMESTER I TAHUN PELAJARAN 2015/2016 DI SDN 2 NGEMBEL KECAMATAN WATULIMO KABUPATEN TRENGGALEK
Oleh: Bakim SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Pada semester I tahun pelajaran 2014/2015 di SDN tersebut dipasang KKM 70,0 untuk mata pelajaran IPA dengan jumlah siswa ada 19 siswa. Siswa yang berhasil dalam belajar (tuntas) sebanyak 10 siswa. Apabila diambil persentase tingkat ketuntasannya hanya mencapai 53%. Sehingga jumlah siswa tidak tuntas mencapai 47%. Padahal siswa dalam satu kelas masih dapat dikatakan kondusif dan rasio antara jumlah guru dan siswa memadai. Melihat jumlah atau tingkat ketuntasan belajar siswa sebagaimana disampaikan di atas, tentunya tidak dapat membuat guru lega. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Numbered Head Together bagi siswa kelas VI semester I tahun pelajaran 2015/2016. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 74. Sedangkan pada siklus II naik menjadi 81. Dengan demikian ada kenaikan sebesar 7 poin. Hal tersebut merupakan bukti model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Kata kunci: Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Numbered Head Together
Pada dasarnya mata pelajaran IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang cukup menantang dan menarik bagi anak. Hal tersebut dapat terjadi apabila pembelajaran memang dilakukan secara menarik (Subiyanto, 1998). Mata pelajaran IPA sebagai mata pelajaran yang bersifat dinamis, tentunya tidak akan meninggalkan rasa bosan kepada siswa. Tetapi pada kenyataannya, banyak sekali siswa yang merasa bosan dalam kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan belajar berlangsung siswa tidak dapat mencurahkan segenap perhatiannya. Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang mengajak siswa untuk mengenali alam semesta dan mendorong siswa untuk dapat menemukan sesuatu yang baru
dari alam ini. Oleh karena itulah pola pembelajaran IPA sebenarnya tidak cukup dengan menggunakan metode ceramah saja, tetapi harus dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran yang menarik, menantang, dan inovatif. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghindari kebosanan pada diri siswa sekaligus meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran (Achmad, 1999). Pada SDN 2 Ngembel, mata pelajaran juga diajarkan kepada siswa sebagaimana diajarkan juga pada sekolah lainnya. Untuk semester I tahun pelajaran 2014/2015 di SDN tersebut dipasang KKM 70,0 untuk mata pelajaran IPA. Jumlah siswa ada 19 siswa. Siswa yang berhasil dalam belajar (tuntas) sebanyak 10 siswa.
Bakim, Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA...
Melihat jumlah atau tingkat ketuntasan belajar siswa sebagaimana disampaikan di atas, tentunya tidak dapat membuat guru lega. Apabila diambil persentase tingkat ketuntasannya hanya mencapai 53%. Sehingga jumlah siswa yang tidak tuntas mencapai 47%. Padahal jumlah siswa dalam satu kelas masih dapat dikatakan kondusif. Rasio antara jumlah guru dan siswa memadai. Adanya kondisi tersebut tentunya dapat disebabkan oleh beberapa hal yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karena itulah perlu adanya beberapa perbaikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Beberapa hal yang mungkin menjadikan rendahnya tingkat keberhasilan (ketuntasan) dalam belajar sebagaimana disampaikan di atas adalah sebagai berikut: Siswa dalam proses pembelajaran kurang aktif karena 80% proses pembelajaran dikuasai oleh guru. Dengan demikian proses mental pada diri anak tidak terjadi. Guru hanya menggunakan metode pembelajaran yang monoton dalam melaksanakan proses pembelajaran sehari-hari, sehingga siswa tidak memperoleh penyegaran. Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti ingin memberikan warna lain dalam proses pembelajaran, yakni dengan menerapkan model pembelajaran yang inovatif, sehingga siswa dapat memperoleh penyegaran, pengalaman baru, dan dapat melibatkan dirinya dalam aktifitas pembelajaran secara lebih maksimal. Adapun model pembelajaran yang akan diterapkan adalah Numbered Head Together (NHT). Model pembelajaran ini sekaligus akan dipergunakan dalam kegiatan penelitian, dengan mengambil judul: “Peningkatan Prestasi Belajar Mata Pelajar-
53
an IPA melalui Model Pembelajaran Numbered Head Together bagi Siswa Kelas VI Semester I Tahun Pelajaran 2015/2016 di SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek”. METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Penelitian ini yang dilakukan berupa Penelitian Tindakan kelas (PTK) atau Classroom Action Research. Sesuai dengan namanya, penelitian ini merupakan penelitian tindakan, Dimana peneliti dalam hal ini adalah guru melakukan berbagai macam tindakan sebagai tindak lanjut dari proses belajar mengajar yang dilakukan (Sanjaya, 2010). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah “Suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa suatu tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam suatu kelas secara bersama” (Arikunto, 2011:3). Pendapat lain menyatakan bahwa yang dimaksud dengan Penelitian Tindakan kelas adalah: “Suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu untuk memperbaiki dan meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara lebih berkualitas sehingga siswa dapat memperoleh hasil belajar yang lebih baik” (Asori, 2011:6). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini direncanakan berlangsung selama 2 bulan. Pertemuan pertama dilakukan pada Minggu II bulan Agustus 2015. Pertemuan ini merupakan pertemuan pelaksanaan pra siklus. Pertemuan kedua direncanakan pada minggu III bulan Agustus 2015. Pertemuan ini merupakan pertemuan untuk melaksanakan siklus I.
54
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Pertemuan ketiga direncanakan dilaksanakan pada minggu IV bulan Agustus 2015. Pertemuan ketiga ini merupakan pertemuan untuk melaksanakan siklus II. Apabila diperlukan, peneliti akan melaksanakan siklus-siklus berikutnya. Tetapi apabila sampai siklus II sudah dianggap cukup, maka penelitian akan dihentikan pada siklus II. Untuk penyusunan laporan direncanakan berlangsung selama sekitar 3 sampai 5 minggu ke depan. Uraian Setiap Tahapan pada masingmasing siklus dapat disampaikan sebagai berikut: (1) Tahap Perencanaan, pada tahap perencanaan siklus I dilaksanakan kegiatan sebagai berikut: (a) Menyusun skenario pembelajaran. (b) Menyusun LKS. (c) Menyiapkan sumber belajar/ media pembelajaran. (d) Menyusun soal tes akhir. (e) Menyusun format observasi pembelajaran. (2) Tahap Pelaksanaan Tindakan, pelaksanaan tindakan dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut (Shoimin, 2014:108). (a) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor. (b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya. (c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya dengan baik. (d) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil keluar dari kelompoknya melaporkan atau menjelaskan hasil kerjasama mereka. (e) Tanggapan dengan teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. (f) Kesimpulan. (3) Tahap Pengamatan, pengamatan dilakukan dengan menggunakan format lembar pengamatan, dimana peneliti memberikan checklist pada siswa yang aktif. Pengamatan dilakukan selama proses pembelajaran (kegiatan inti) berlangsung. (4)
Tahap Refleksi, menurut peneliti, tahap ini merupakan tahap yang paling vital, sebab pada tahap inilah peneliti melakukan berbagai macam evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran. Apabila peneliti salah dalam mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran, maka pembelajaran berikutnya tentunya tidak dapat mencapai keberhasilan sebagaimana yang diharapkan. Hal-hal yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut: (a) Menganalisis/ mengevaluasi hasil pengamatan, (b) menganalisis/mengevaluasi hasil kerja siswa yang berupa tes akhir, (c) mencari solusi dari hasil analisis/evaluasi. Subjek Penelitian Populasi Penelitian Pengertian dari populasi adalah: “Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian” (Arikunto, 2010:173). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VI SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek semester I tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 19 siswa, terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Tempat Penelitian Penelitian ini mengambil tempat di SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Treggalek Propinsi Jawa Timur. Pengambilan lokasi penelitian di sekolah tersebut disebabkan peneliti melaksanakan dinas di sekolah tersebut juga. Dengan demikian maka peneliti merasa lebih mudah dan lebih leluasa dalam melaksanakan penelitian. Selain itu siswa juga merasa lebih nyaman dan tidak merasa mendapatkan beban karena guru yang mengajar tetap seperti biasa.
Bakim, Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA...
Instrumen Penelitian Peneliti mempergunakan instrumen tes akhir dan lembar pengamatan. Instrumen tes akhir dipergunakan untuk memperoleh nilai/hasil belajar siswa di setiap siklusnya. Sedangkan lembar pengamatan dipergunakan untuk memperoleh hasil pengamatan tentang keaktifan siswa (Sukmadinata, 2010). Teknik Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian harus dikumpulkan dengan menggunakan metode pengumpulan data yang tepat. Kesalahan dalam mengambil data tentunya akan berakibat fatal karena tidak akan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data tes, dan non tes. Metode pengumpulan data tes dipergunakan dengan instrument soal tes. Sedangkan instrument lembar pengamatan dipergunakan untuk metode pengumpulan data non tes. Teknik Analisis Data Data dalam penelitian yang diperoleh selanjutnya akan dianalisis dengan menggunakan metode analisis data statistik. Pengolahan data secara statistic merupakan pengolahan data yang mempergunakan angka sebagai datanya. Data hasil tes akhir siswa dilakukan dengan cara: a. Menghitung skor setiap individu dengan rumus: SkorPerolehan NA = X 100 SkorMaksimal b. Menghitung persentase peningkatan hasil belajar siswa yang dilakukan denga cara mencari selisih dari masing-masing siklus. Rumus yang dipergunakan adalah: PK = (Sa – Sb) x 100%
55
Keterangan: PK = Persentase kenaikan Sa = Nilai rata-rata siklus yang baru dilaksanakan Sb = Nilai rata-rata siklus yang dilaksanakan sebelumnya c. Membuat grafik sebaran nilai Tabel 1. Persentase ketercapaian materi Nilai Taraf Penguasaan Kualifikasi 100 100% Sangat Baik 90 90% Baik 80 80% Lebih dari Cukup 70 70% Cukup < 70 < 70% Kurang
Penilaian terhadap hasil observasi dilakukan dengan rumus: A Siswa aktif = X 100% N Siswa tidak aktif =
T X 100% N
Keterangan: A = jumlah siswa aktif T = jumlah siswa tidak aktif N = jumlah siswa seluruhnya HASIL PENELITIAN Hasil Belajar Siswa pada Siklus I dan Siklus II Pada siklus I Siswa tuntas mencapai 13 siswa (68%), sedangkan pada siklus II mencapai 16 siswa (84%). Kenaikan atau peningkatan ketuntasan belajar adalah sebanyak 3 siswa atau 16%. Untuk data selengkapnya disajikan pada Tabel 2. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 74. Sedangkan pada siklus II naik menjadi 81. Dengan demikian ada kenaikan sebesar 7 poin. Untuk melihat ada tidaknya peningkatan pada aktifitas belajar siswa, dapat dilihat pada Tabel 4.
56
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 2, AGUSTUS 2016
Tabel 2. Perbandingan prestasi belajar berdasarkan ketuntasan belajar Frekuensi Ketuntasan dalam % No Rentang Nilai KKM Keterangan S I S II SI S II 1 100 70 1 5 5 26 Tuntas 2 90 4 2 21 11 Tuntas 3 80 3 4 16 21 Tuntas 4 70 5 5 26 26 Tuntas 5 <70 6 3 32 16 Tidak tuntas Tabel 3. Perbandingan prestasi belajar berdasarkan rata-rata kelas Rata-Rata Kelas No KKM Siklus I 1 60 74
Kategori Sangat Baik Baik Lebih dari cukup Cukup Kurang
Siklus II 81
Tabel 4. Tabel perbandingan hasil observasi siswa setiap siklus Keaktifan Persentase dalam % No Siklus Keterangan Aktif Pasif Aktif Pasif 1 I 9 10 41 59 Siswa aktif naik 26% dari siklus I (5 siswa) 2 II 14 5 74 26
Gambar 1. Diagram hasil tes akhir siswa pra siklus, siklus I dan siklus II
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa telah terjadi kenaikan persentase siswa aktif dari siklus I ke siklus II. Hal tersebut merupakan bukti bahwa model pembelajaran Numbered Head Together dapat meningkatkan aktifitas belajar siswa. Hasil tes akhir mulai dari pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dilihat secara lengkap pada Gambar 1. PENUTUP Kesimpulan Pada siklus I Siswa tuntas mencapai 13 siswa (68%), sedangkan pada siklus II mencapai 16 siswa (84%). Kenaikan atau
peningkatan ketuntasan belajar adalah sebanyak 3 siswa atau 16%. Nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada siklus I sebesar 74. Sedangkan pada siklus II naik menjadi 81. Dengan demikian ada kenaikan sebesar 7 poin. Sesuai dengan hasil analisis data yang disampaikan pada Bab IV di atas, maka dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa Kelas VI Semester I tahun pelajaran 2015/2016 di SDN 2 Ngembel Kecamatan Watulimo Kabupaten Trenggalek pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Head Together.”
Bakim, Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPA...
Saran Saran-saran yang dapat disampaikan berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: (1) Siswa diharapkan mempunyai semangat belajar yang tinggi, sehingga dapat memperoleh prestasi belajar yang maksimal. (2) Guru diharapkan mempunyai kualifikasi yang memadai, sehingga dapat menghantarkan siswa pada keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini dapat
57
dilakukan dengan mempelajari dan menguasai berbagai macam model pembelajaran sehingga siswa dapat terdorong dan aktif dalam belajar. (3) Kepala Sekolah diharapkan tidak bosan-bosannya memberikan motivasi kepada para guru agar melaksanakan proses pembelajaran yang menarik bagi siswa, serta memberikan penghargaan kepada guru yang telah memiliki semangat untuk berinovasi.
DAFTAR PUSTAKA Achmad. A. Hinduan. 1999. Mata Pelajaran IPA untuk Sekolah Dasar. Makalah PCP. Dosen PGSD P2TK. Dirjen Dikti. Jakarta. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara. Asrori, Mohamad. 2011 Psikologi Pembelajaran. Bandung; Wacana Prima.
Sanjaya, Wina. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Subiyanto. 1998. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Dikti Proyek. Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Sukmadinata, Nana S. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Cetakan ke-4. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.