178
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI SUMBER DAYA ALAM MELALUI METODE TWO STAY TWO STRAY (TSTS) PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 2 NGADISUKO KECAMATAN DURENAN KABUPATEN TRENGGALEK SEMESTER I TAHUN 2014/2015
Oleh: Umar SD Negeri 2 Ngadisuko Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek
Abstrak. Dalam memberikan pengajaran guru setidaknya memberikan variasi dalam mengajar dengan tidak melakukan ceramah selama proses pembelajaran karena siswa akan merasa jenuh dan tidak adanya semangat untuk belajar. Variasi yang bisa dipakai yaitu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, artinya, guru memakai bermacam-macam metode dalam mengajar supaya pembelajaran lebih bervariasi, terlebih bagi guru IPS dalam memberikan pengajaran kepada peserta didiknya juga harus menggunakan variasi pembelajaran sehingga tidak mengacu pada satu metode saja. Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk mendapatkan gambaran obyektif tentang peningkatan prestasi belajar IPS materi Sumber Daya Alam melalui metode two stay two stray (TSTS) pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015. Hasil penelitian menunjukkan dengan diterapkannya metode two stay two stray (TSTS) maka prestasi belajar IPS materi Sumber Daya Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadisuko Semester I Tahun 2014/2015 dapat meningkat dengan dibuktikan terjadi peningkatan prestasi belajar siswa siklus I dengan nilai rata-rata 79,05 dan ketuntasan belajar siswa 61,90% meningkat menjadi 86,67 dengan prosentase ketuntasan sebesar 90,48% pada siklus II Kata kunci: IPS, Pendekatan Two Stay Two Stray, Prestasi Belajar
Proses pembelajaran di kelas kebanyakan di arahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran yang seperti itu akan membuat siswa merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Mereka sering tidak memperhatikan pelajaran bahkan mereka terkadang malah bermain atau berbicara dengan teman ketika proses pembelajaran sedang berlangsung sehingga kelas menjadi gaduh dan pelajaran yang disampaikan oleh guru menjadi tidak efektif.
Untuk mengatasi problematika tersebut, guru harus bisa melakukan inovasiinovasi guna mewujudkan kegiatan belajarmengajar yang efektif, menyenangkan dan mampu mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. Peranan guru disini bukan hanya sebagai pendidik atau penyalur pesan (materi) saja namun guru memiliki peran yang lebih dari itu dan bahkan guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran dalam berbagai macam pelajaran. Sebagai pengatur serta pelaksana kegiatan belajar-mengajar guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran atau materi yang disampaikan akan
Umar, Peningkatan Prestasi Belajar IPS...
membuat anak didik merasa senang, tidak bosan dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut (Rofa'i, 1982; Sudirman, 1989). Dengan demikian maka tujuan pendidikan akan tercapai secara optimal. Adapun tujuan pendidikan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 menyatakan bahwa: Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki hati yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Usaha ke arah tersebut sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah, seperti pemenuhan sarana dan prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada hasilnya akan menjadikan sebuah madrasah yang berkualitas. Namun pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SDN 2 Ngadisuko ini masih banyak menemui hambatan, diantaranya adalah: 1) Selama ini metode pembelajaran yang digunakan guru dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ceramah dan tanya jawab. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi, sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi kesenjangan antara siswa yang pintar dan kurang pintar. Perolehan hasil belajar IPS siswa kelas IV di
179
SDN 2 Ngadisuko sebagian besar masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sekolah yaitu ≥75. Hal ini juga diterangkan oleh guru mata pelajaran IPS yang bersangkutan. Bahwasanya hasil belajar siswa khususnya kelas IV pada mata pelajaran IPS masih rendah, hal ini ditunjukkan dengan nilai yang diperoleh siswa setiap diadakan ulangan harian. Partisipasi siswa rendah dalam kegiatan belajar IPS. Dalam memberikan pengajaran guru setidaknya memberikan variasi dalam mengajar dengan tidak melakukan ceramah selama proses pembelajaran karena siswa akan merasa jenuh dan tidak adanya semangat untuk belajar. Variasi yang bisa dipakai yaitu menggunakan metode pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa, artinya, guru memakai bermacam-macam metode dalam mengajar supaya pembelajaran lebih bervariasi, terlebih bagi guru IPS dalam memberikan pengajaran kepada peserta didiknya juga harus menggunakan variasi pembelajaran sehingga tidak mengacu pada satu metode saja (Dosen FIP IKIP Malang, 1980; Sudirman, 1989). Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam melibatkan siswa secara aktif guna menunjang proses belajar mengajar adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Karena dengan pembelajaran kooperatif terjadi interaksi antara siswa yang satu dengan yang lain. Siswa lebih berani mengungkapkan pendapat atau bertanya dengan siswa lain sehingga dapat melatih mental siswa untuk belajar bersama dan berdampingan, menekan kepentingan individu dan mengutamakan kepentingan kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran (Nurhadi,
180
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
2004). Selain itu pelaksanaan prinsip dasar pokok sistem pembelajaran kooperatif dengan benar akan memungkinkan guru mengelola kelas dengan efektif. Adapun salah satu dari beberapa model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Yang dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh setelah siswa menjalankan usaha belajar (Poerwodarminto, 1985). Misalnya dapat menyelesaikan dengan baik suatu unit bahasan atau pelajaran ini tidak sama, ada yang bergerak lebih dari cepat dan ada yang bergerak lebih lamban. Sudirman (1999) menjelaskan “Bahan pelajaran dan waktu belajar itu sebenarnya dijabarkan untuk program belajar murid-murid dengan kemampuan belajar rata-rata. Apabila bahan pelajaran ini sama untuk disajikan kepada anak didik yang lebih cepat kemampuan belajarnya, maka anak tersebut akan menguasai dalam waktu yang lebih pendek. Sebaliknya apabila bahan pelajaran yang sama itu disajikan ini kepada anak yang lebih lamban, dalam artian kurang mampu untuk menguasai dalam belajar, maka waktu yang dibutuhkannya lama”. Dengan demikian anak yang memiliki kemampuan lebih cepat juga dalam usaha belajar akan cepat pula dan mudah untuk memperoleh hasil belajar akan cepat pula dalam hasil prestasi belajar dengan baik, sebaliknya anak yang memiliki kemampuan lebih lamban akan menemui kesukaran didalam memperoleh hasil yang baik. Apabila bahan pelajaran yang sama
disajikan pada anak didik yang memiliki kemampuan belajarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Berdasarkan tujuan yang hendak dicapai dalam prestasi belajar dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam yaitu : (1) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan kemampuan terhadap penguasaan ilmu pengetahuan tentang apa yang diajarkan, (2) Prestasi belajar yang berupa adanya perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran, dan (3) Prestasi belajar yang serupa adanya perubahan ketrampilan atau kecekatan didalam melaksanakan atau mengajarkannya, tugas yang termasuk juga dalam ketrampilan menggunakan alat (Purwanto, 1997). Tujuan Pemberian Penilaian Prestasi Hasil Belajar ( Sudirman, 1989; Nurhadi, 2004; Hadinoto, 1991) adalah dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Untuk mengetahaui kemajuan dan kemampuan yang telah dicapai oleh anak didik dalam mengikuti pelajaran, (2) Untuk mengukur kekurangan-kekurangan atau kelemahannya yang terdapat, baik pihak pendidik sendiri maupun bagi anak didik yang selama dalam melaksanakan kegiatannya dalam belajar mengajar, dan (3) Untuk menentukan langkah-langkah yang bisa diambil dalam menentukan program belajar mengajar berikutnya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu social. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi
Umar, Peningkatan Prestasi Belajar IPS...
warga Negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggungjawab, serta warga dunia yang cinta damai. Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat. Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan. Mata pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir kritis dan logis, rasa ingin tahu, inkuiri; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai social dan kemanusiaan; dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional, dan global. Ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) meliputi aspekaspek sebagai berikut (Muhimat, 1994): (1) Manusia, tempat, dan lingkungan; (2) Waktu, keberlanjutan dan perubahan; (3) Sistem social dan budaya; dan (4) Perilaku Ekonomi dan kesejahteraan. Sumber alam, dibedakan menjadi: Sumber daya alam yang bisa diperbaharui seperti: udara, tanah, air. Musim/iklim, dan
181
kekayaan alam hayati dan hewani; dan sumber alam yang tidak bisa diperbaharui seperti: tambang logam antara lain besi, emas, perak, timah, tembaga, bauksit, nikel, dan mangaan; tambang bukan logam, dalam kelompok ini adalah minyak bumi, gas alam, dan batu bara; dan mineral, yang termasuk mineral adalah batu kapur, yodium, kalsit, asbes, dan belerang (Muhimat, 1994). Sumber daya alam yang terdapat dalam perut bumi adalah barang tambang. Barang-barang ini merupakan bahan mentah yang perlu diolah menjadi bahan baku, kemudian menjadi barang jadi. Setelah barang jadi akan bermanfaat bagi kehidupan manusia. Kegiatan ini memerlukan produsen, distributor, dan konsumen. Hal ini merupakan sebagian kegiatan dalam bidang ekonomi. Apabila hanya dimanfaatkan saja, lama-kelamaan kekayaan alam itu berkurang. Akhirnya habis sama sekali. Apabila hal itu terjadi, maka manusia sendirilah yang akan menderita. Kemiskinan akan terjadi, bahkan mungkin timbul kelaparan. Supaya tidak lekas habis, sumber daya alam perlu dilestarikan. Untuk itu manusia wajib selalu berusaha. Model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model pembelajaran dapat diartikan sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan kurikulum, mengatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas. Untuk lebih menunjang keberhasilan dari pembelajaran kooperatif maka alternatif solusi yang dipilih adalah model pembelajaran tipe two stay-two stray (dua tinggal
182
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
dua tamu). Model pembelajaran tipe ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerjasama dengan teman satu kelompoknya ataupun dengan teman dalam kelompok lain, berinteraksi sosial dengan membagikan ide serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dari hasil interaksinya tersebut (Nurhadi, 2004). Melalui model pembelajaran ini siswa belajar melaksanakan tanggung jawab pribadi dan kelompoknya serta saling keterkaitan dengan rekanrekan sekelompoknya. Model Two Stay Two Stray “Dua tinggal dua tamu” yang dikembangkan oleh Spencer Kagan 1992. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatankegiatan individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu sama lainnya. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray bisa memberikan sedikit gambaran pada siswa mengenai kenyataan kehidupan dimasyarakat, yaitu dalam hidup bermasyarakat diperlukan hubungan ketergantungan dan interaksi sosial antara individu dengan individu lain dan antar individu dengan kelompok. Penggunaan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray akan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab, mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu, alasan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray ini karena terdapat
pembagian kerja kelompok yang jelas tiap anggota kelompok, siswa dapat bekerjasama dengan temannya, dapat mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses belajar mengajar. Dalam pembagian kelompok pembentukannya dilakukan secara permanen yang memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan dengan anggota kelompok lain. Biasanya pembentukan kelompok dilakukan sebanya 4 orang satu kelompok, sesuai dengan pendapat (Nurhadi, (2004) bahwa membentuk kelompok berempat memiliki kelebihan yaitu kelompok mudah dipecah menjadi berpasangan, lebih banyak ide muncul, lebih banyak tugas yang bisa dikerjakan dan guru lebih mudah memonitor. Sedangkan kekuangan kelompok berempat adalah lebih banyak waktu, membutuhkan sosialisasi yang lebih baik, jumlah genap menyulitkan proses pengambilan suara dan mudah melepaskan diri dari keterlibatan. Ciri-ciri model pembelajaran Two Stay Two Stray, yaitu: (1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (2) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda, dan (4) Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok dari pada individu Kelebihan dari model Two Stay Two Stray adalah dijelaskan sebagai berikut: (1) Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara memecahkan masalah Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan, (2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan komunikasi dengan tema sekelompoknya,
Umar, Peningkatan Prestasi Belajar IPS...
(3) Kecenderungan belajar siswa menjadi lebih bermakna, (4) Lebih berorientasi pada keaktifan, (5) Diharapkan siswa akan berani mengungkapkan pendapatnya, (6) Siswa dapat meningkatkan kemapuan berpikir kritis, (7) Menambah kekompakan dan rasa percaya diri siswa, (7) Kemampuan berbicara siswa dapat ditingkatkan, dan (8) Membantu meningkatkan minat dan prestasi belajar. Sedangkan kekurangan dari model Two Stay Two Stray adalah: (1) Membutuhkan waktu yang lama, (2) Siswa yang tidak terbiasa belajar kelompok merasa asing dan sulit untuk bekerjasama sehingga siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, (3) Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga), (4) Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas. Untuk mengatasi kekurangan pembelajaran kooperatif model Two Stay Two Stray, maka sebelum pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Berdasarkan sisi jenis kelamin, dalam satu kelompk harus ada siswa laki-laki dan perempuannya. Jika berdasarkan kemampuan akademis maka dalam satu kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang dan satu lainnya dari kelompok kemampuan akademis kurang. Pembentukan kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.
183
Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian pada kelas IV SDN 2 Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek dengan menggunakan judul : “Peningkatan Prestasi Belajar IPS Materi Sumber Daya Alam Melalui Metode Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Ngadisuko Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Semester I Tahun 2014/2015″. METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai. Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan yaitu mulai bulan September sampai bulan Oktober 2014. Untuk melihat apakah ada peningkatan kemampuan bertanya siswa, dengan melihat hasil observasi dari hasil observasi awal siswa dan guru, maka refleksi awal diperlukan perubahan-perubahan untuk meningkatkan bertanya siswa di dalam kelas. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut maka dilaksanakan penelitian ini dengan prosedur: (1) Perencanaan (Planning), (2) Pelaksanaan (Action), (3) Observasi (Observation), dan (4) Refleksi (Reflection) Persiapan Tindakan Dalam penelitian ini masalah yang akan dibahas adalah rendahnya prestasi belajar siswa Kelas IV SDN 2 Ngadisuko, terhadap bidang studi IPS pokok bahasan Sumber Daya Alam. Adapun penyebab timbulnya masalah tersebut adalah: (1) Siswa enggan untuk bertanya/mengemukakan pendapat, (2) Siswa malu bertanya, dan (3) Nilai dibawah KKM. Untuk menunjang pemecahan masalah dalam penelitian ini peneliti bersama mitra guru merencanakan/membuat kelengkapan
184
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
dalam penelitian sebagai berikut: (1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model belajar Two Stay Two Stray, (2) Membuat alat bantu mengajar yang diperlukan dalam rangka optimalisasi kreativitas siswa, yaitu berupa lembar tugas kelompok, alat peraga peta, (3) Membuat alat evaluasi untuk mencatat dan menganalisa peningkatan kualitas hasil belajar, tes dilaksanakan tiap akhir siklus, dan (4) Dokumentasi, dokumentasi digunakan sebagai data aktivitas belajar di kelas. Kegiatan pemotretan ini untuk mengetahui situasi dan kondisi guru maupun siswa ketika melaksanakan penelitian. Implementasi Tindakan Untuk mengetahui lebih jelas tindakan yang akan dilaksanakan, berikut disampaikan deskripsi, skenario dan prosedur tindakan yang digunakan dalam penelitian ini. Deskripsi tindakan penelitian ini sebagai berikut: jumlah siswa Kelas IV sebanyak 21 siswa dibagi 5 kelompok dengan kemampuan siswa yang heterogen dilihat dari jenis kelamin maupun kemampuan siswa terdiri 4-5 siswa dalam setiap kelompok. Setiap kelompok memiliki hak yang sama yaitu untuk mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan. Bagi kelompok yang aktif, maka guru memberikan beberapa penghargaan. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas IV SDN 2 Ngadisuko. Jumlah subyek penelitian sebanyak 21 siswa semester I tahun 2014/2015. Alasan peneliti melakukan penelitian diKelas IV karena siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran IPS. Hal ini diketahui dari nilai rata rata siswa tersebut masih banyak yang dibawah KKM.
Instrumen Penelitian Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrument yang digunakan adalah instrumen tes. Skor hasil tes siswa dalam mengerjakan soal-soal yang meliputi tes pada tiap akhir siklus (siklus I dan siklus II). Hasil dari tes tersebut akan digunakan untuk melihat peningkatan pemahaman dan pencapaian hasil belajar siswa. Data berupa hasil tes tulis siswa juga dianalisis dengan acuan terhadap ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar yang digunakan adalah berdasarkan SKM (Standar Ketuntasan Minimal) yang ditetapkan oleh sekolah yaitu sebesar 75. Seorang siswa dianggap tuntas belajarnya apabila siswa tersebut telah menyelesaikan sekurangkurangnya 75% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan secara klasikal jika 85% dari banyaknya siwa kelas tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya 85% dari tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Pada kegiatan ini peneliti melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan ceramah dengan materi jenis-jenis sumber daya alam. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada pra siklus ini prestasi belajar siswa hanya 67,14 dengan prosentase ketuntasan belajar siswa sebesar 19,05%. Untuk itu peneliti mencoba untuk menginovasi pembelajaran IPS dengan menggunakan model belajar two stay two stray.
Umar, Peningkatan Prestasi Belajar IPS...
Siklus Pertama (I) Planning (Perencanaan) Siklus 1 Setelah peneliti mendapatkan ijin penelitian, guru kelas IV menyusun RPP dengan menggunakan model belajar two stay two stray, format penilaian, dan lembar tugas kelompok. Action (Pelaksanaan) Siklus 1 Kegiatan Pendahuluan, Pada kegiatan ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Pada pukul 07.00 WIB, peneliti melakukan kegiatan pendahuluan dengan mengucapkan salam, dan meminta salah satu siswa untuk memimpin doa bersama. Guru menanyakan kondisi siswa; (2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran IPS dengan mengggunakan pendekatan TSTS; (3) Guru menggali pemahaman siswa dengan meminta siswa menyebutkan sumber daya alam yang ada di sekitar sekolah. Kegiatan Inti, Pada pukul 07.10 WIB, peneliti melakukan kegiatan Inti. Langkahlangkah yang digunakan adalah: (1) Siswa diminta untuk membentuk kelompok, (2) Guru memberikan tugas kelompok untuk didiskuikan bersama kelompoknya tentang persebaran sumber daya alam, (3) Siswa berdiskusi bersama kelompoknyan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, (4) Setelah dirasa cukup masing-masing kelompok menunjuk dua anggotanya untuk diam ditempatnya (menjadi tuan rumah) sedangkan dua siswa yang lain berjalan-jalan sebagai tamu dalam kelompok lain, (5) Setiap tuan rumah menjelaskan dan menjawab pertanyaan setiap tamu yang datang sedangkan tugas tamu yang datang adalah mencari informasi sebanyak-banyaknya materi yang didiskusikan oleh kelompok tersebut, (6) Setelah dirasa cukup mendapatkan informasi, anggota kelompok
185
yang jadi tamu bertugas untuk menyebarkan informasi yang diterimanya dari kelompok ke anggota dari kelompoknya sendiri, (7) Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa lain memberikan tanggapan, (8) Guru memberikan penguatan. Kegiatan Penutup; Pukul 09.15, peneliti melakukan kegiatan penutup, langkahlangkahnya adalah: (1) Guru dan siswa membuat kesimpulan, dan (2) Guru melakukan refleksi. Observation (Pengamatan) Siklus 1 Dari hasil pelaksanaan tindakan terekam bahwa prestasi belajar siswa pada siklus I adalah sebagai berikut. Tabel 1. Prestasi Belajar Siswa Siklus I Siklus I No Nilai Frekuensi N x F Prosentase 1 100 4 400 19,05 2 90 1 90 4,76 3 80 8 640 38,10 4 70 5 350 23,81 5 60 3 180 14,29 Jumlah 21 1660 100,00 Rata-rata 79,05
Ket T T T TT TT
Refleksi Siklus 1 Dari hasil observasi terhadap prestasi belajar siswa dapat direfleksikan bahwa prestasi belajar siswa pada siklus I hanya mencapai 79,05 dengn prosentase ketuntsan sebesar 61,90%. Ketuntasan belajar yang belum tercapai pada siklus I ini maka diperlukan tindakan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya. Siklus Kedua Planning (Perencanaan) Siklus 2 Pada siklus kedua ini perencanaannya secara garis besar sama dengan siklus satu, yaitu pembuatan RPP dengan model two stay two stray, format penilaian, lembar tugas kelompok, dan pemberian reward.
186
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
Action (Pelaksanaan) Siklus 2 Pelaksanaan (action) pada sikulus II ini dilakukan seperti yang dilakukan pada siklus 1.
3 80 8 4 70 2 Jumlah 21 Rata-rata
640 140 1820 86,67
38,10 9,52 100,00
T TT
Observation (Pengamatan) Siklus 2
Refleksi Siklus 2
Dari hasil pelaksanaan tindakan terekam bahwa prestasi belajar siswa pada siklus II adalah sebagai berikut.
Dari hasil observasi terhadap prestasi belajar siswa dapat direfleksikan bahwa prestasi belajar siswa pada siklus II mencapai 86,67 dengan prosentase ketuntasan sebesar 90,48%. Dengan tercapainya ketuntasan belajar ini maka tidak diperlukan lagi perbaikan pembelajaran.
Tabel 2. Prestasi Belajar Siswa Siklus II Siklus II No Nilai Frekuensi N x F Prosentase 1 100 5 500 23,81 2 90 6 540 28,57
Ket T T
Prestasi belajar siswa Table 3. Perkembangan Pretasi Belajar Siswa Siklus I No FrekuNilai NxF Prosen-tase ensi 1 100 4 400 19,05 2 90 1 90 4,76 3 80 8 640 38,10 4 70 5 350 23,81 5 60 3 180 14,29 6 50 0 0 0,00 7 40 0 0 0,00 8 30 0 0 0,00 9 20 0 0 0,00 10 10 0 0 0,00 Jumlah 21 1660 100,00 Rata-rata 79,05
=
Siklus II Ket
Freku-ensi
NxF
Prosen-tase
Ket
T T T TT TT TT TT TT TT TT
5 6 8 2 0 0 0 0 0 0 21
500 540 640 140 0 0 0 0 0 0 1820 86,67
23,81 28,57 38,10 9,52 0 0 0 0 0 0 100
T T T TT TT TT TT TT TT TT
Umar, Peningkatan Prestasi Belajar IPS...
Dari data di atas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dengan nilai rata-rata 79,05 dan ketuntasan belajar siswa 61,90% meningkat menjadi 86,67 dengan prosentase ketuntasan sebesar 90,48% pada siklus II. Dengan demikian penelitian ini termasuk dalam penelitian yang berhasil meningkatkan prestasi belajar siswa. Untuk dapat lebih jelasnya peneliti telah sajikan perbandingan perolehan atau peningkatan nilai pada Gambar 1. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data hasil penelitian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan diterapkannya metode two stay two stray (TSTS) maka prestasi belajar IPS materi Sumber Daya Alam pada siswa kelas IV SD Negeri 2 Ngadisuko Semester I Tahun 2014/2015 dapat meningkat dengan dibuktikan terjadi peningkatan prestasi
187
belajar siswa siklus I dengan nilai rata-rata 79,05 dan ketuntasan belajar siswa 61,90% meningkat menjadi 86,67 dengan prosentase ketuntasan sebesar 90,48% pada siklus II. Saran Berdasarkan hasil penelitian tindakan yang telah dipaparkan dapat dikemukakan saran-saran sebagai berikut agar dalam menerapkan pendekatan Two Stay Two Stray dapat mencapai hasil yang memuaskan, yaitu: (1) Siswa hendaknya berani mengemukakan gagasan dan idenya dalam pembelajaran, (2) Hendaknya guru dalam mengajar menggunakan metode atau model belajar dmemperdalam pengetahuan yang berkaitan dengan pendekatan Two Stay Two Stray dan memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa agar lebih giat dan senang terhadap bidang studi yang diajarkannya, dan (4) Sekolah hendaknya memfasiltasi guru dan siswa baik dalam sarana maupun prasarana.
Gambar 1. Grafik Peningkatan Hasil Belajar
188
JURNAL PENDIDIKAN PROFESIONAL, VOLUME 5, NO. 3, DESEMBER 2016
DAFTAR PUSTAKA Dosen FIP IKIP Malang. 1980. Pengantar Dasar- Dasar Kependidikan Nasional. Malang: IKIP Malang
Poerwodarminto, WJS. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.
Hadinoto, P.H, dkk. 1991. Kesulitan Belajar Dan Gangguan Bicara. Semarang: Barisan Penerbit Universitas Diponegoro.
Purwanto, Ngalim. 1997. Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja, Rosdakarya.
Muhimat, M. 1994. PPKn Dan Kependudukan. Bandung: Ganeca Exact Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajran Kontekstual. Malang: UM Press
Rofa'i, Moh. 1982. Administrasi Dan Supervisi Pendidikan, Bandung, Jammars. Sudirman, dkk. 1999. Ilmu Pendidikan: Kurikulum, Program pengajaran, Efek Instruksional, CBSA, Metode mengajar, Media Pendidikan, Pengelolaan Kelas, dan Evaluasi Hasil Belajar. Bandung: Remaja Karya.