BPS PROVINSI ACEH No.02/01/Th.XX, 3 Januari 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016, NTP sebesar 95,90 mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,40 persen. Bila dirinci menurut subsektor, diketahui terjadi peningkatan NTP pada 3 subsektor yaitu subsektor Perikanan meningkat sebesar 0,79 persen, Peternakan sebesar 0,44 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,40 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen dan Hortikultura sebesar 0,74 persen. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember 2016 meningkat sebesar 0,25 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 3 subsektor yaitu subsektor Perikanan meningkat sebesar 1,38 persen, Peternakan sebesar 0,74 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,71 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan sebesar 0,31 persen dan Hortikultura sebesar 0,30 persen. Pada bulan Desember 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,40 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 124,75 menjadi 125,24. Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi terjadi pada Perikanan sebesar 0,58 persen sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Peternakan sebesar 0,30 persen. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP November 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 18 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 15 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Riau sebesar 1,60 persen, diikuti Bengkulu sebesar 1,37 persen, serta Sumatera Barat sebesar 1,31 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 1,08 persen, Sulawesi Barat sebesar 0,84 persen, dan Yogyakarta sebesar 0,80 persen. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,47 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,66 pada bulan November 2016 menjadi 128,27 pada Desember 2016. Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Bahan Makanan sebesar 1,00 persen, diikuti oleh Kesehatan sebesar 0,19 persen, Sandang sebesar 0,10 persen, Perumahan sebesar 0,05 persen, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga tidak mengalami perubahan, sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mengalami penurunan sebesar 0,059 persen dan diikuti oleh Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,057 Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Desember 2016, 8 provinsi mengalami inflasi dan 2 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Selatan sebear 0,72 persen, diikuti Lampung sebesar 0,48 persen, dan Aceh sebesar 0,47 persen. Selama Desember 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 5,23 persen sedangkan kualitas GKR meningkat sebesar 0,87 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Desember 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 5,38 persen sedangkan kualitas GKR meningkat sebesar 0,85 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Desember 2016 turun sebesar Rp 267,17 per kg menjadi Rp 4.844,59 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.050,00 per Kg.
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
1
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016, NTP sebesar 95,90 mengalami penurunan indeks sebesar 0,14 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,25 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,40 persen. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, Desember 2016 (2012=100) Subsektor/Rincian [1] 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Gabungan Tanpa Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
Bulan Nov-16 [2]
Des-16 [3]
Perubahan (%) [4]
118,72 127,16 93,36 101,01
118,36 127,78 92,63 100,59
-0,31 0,49 -0,79 -0,42
130,89 124,78 104,90 115,90
130,49 125,32 104,13 115,14
-0,30 0,44 -0,74 -0,65
114,00 124,94 91,24 97,15
114,80 125,33 91,60 97,72
0,71 0,31 0,40 0,58
121,98 120,95 100,85 108,39
122,88 121,31 101,29 109,13
0,74 0,30 0,44 0,69
119,83 121,99 98,23 107,91
121,49 122,70 99,01 109,43
1,38 0,58 0,79 1,41
119,81 124,75 96,04 103,66
120,11 125,24 95,90 103,78
0,25 0,40 -0,14 0,12
117,94 123,53 95,47 102,48
118,18 124,42 94,98 102,68
0,20 0,72 -0,51 0,19
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
2
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat perbandingan NTP Desember 2016 dengan bulan sebelumnya, diketahui bahwa terjadi peningkatan NTP pada 3 subsektor yaitu subsektor Perikanan meningkat sebesar 0,79 persen, Peternakan sebesar 0,44 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,40 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen dan Hortikultura sebesar 0,74 persen. Gambar 1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, Desember 2016 (2012=100) ,106.00
,104.00
,102.00
,100.00
,98.00
,96.00
,94.00
NTP ,92.00
NTP USAHA
,90.00 Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Selain NTP, juga terdapat salah satu indikator pertanian lainnya, yaitu NTP Usaha Pertanian. Perbedaannya adalah jika NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM. Pada Gambar 1, terlihat bahwa NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Desember 2016 meningkat sebesar 0,25 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada 3 subsektor yaitu subsektor Perikanan meningkat sebesar 1,38 persen, Peternakan sebesar 0,74 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,71 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan sebesar 0,31 persen dan Hortikultura sebesar 0,30 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Desember 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,25 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 124,75 menjadi 124,24. Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi terjadi pada
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
3
Perikanan sebesar 0,58 persen sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Peternakan sebesar 0,30 persen. 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan Desember 2016, NTPP sebesar 92,63 mengalami penurunan indeks sebesar 0,79 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,31 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,49 persen. Penurunan It disebabkan karena turunnya indeks kelompok Padi sebesar 0,77 persen sedangkan kelompok Palawija meningkat sebesar 1,87 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,55 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,11 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada bulan Desember 2016, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 104,13 mengalami penurunan indeks sebesar 0,74 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan indeks sebesar 0,30 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,44 persen. Penurunan It disebabkan turunnya indeks komoditas kelompok Sayur-sayuran sebesar 1,77 persen sedangkan Buah-buahan meningkat sebesar 0,85 persen dan kelompok Tanaman Obat sebesar 1,25 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,45 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,35 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada bulan Desember 2016, NTPR sebesar 91,60 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,40 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,71 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,31 persen. Peningkatan It terutama disebabkan oleh naiknya beberapa komoditi antara lain tembakau, karet, kelapa sawit, kelapa, kopi, sereh dan lainnya. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,34 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,12 persen.
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
4
Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat Desember 2016 (2012=100) ,110.00
,105.00
,100.00
,95.00
,90.00 TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
,85.00
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT ,80.00 Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada bulan Desember 2016, NTPT sebesar 101,29 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,44 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,74 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,30 persen. Peningkatan It terutama disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok Unggas sebesar 1,87 persen, diikuti Hasil Ternak sebesar 1,13 persen, Ternak Kecil sebesar 0,97 persen, dan Ternak Besar sebesar 0,54 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,48 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,06 persen. e. Subsektor Perikanan ( NTPN) Pada bulan Desember 2016, NTPN sebesar 99,01 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,79 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,38 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,58 persen. Peningkatan It disebabkan karena naiknya indeks kelompok Perikanan Tangkap 1,89 persen dan Perikanan Budidaya sebesar 0,84 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,87 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) turun sebesar 0,03 persen.
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
5
Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, Desember 2016 (2012=100) ,104.00 ,103.00 ,102.00 ,101.00 ,100.00
PETERNAKAN
PERIKANAN
,99.00 ,98.00 ,97.00 ,96.00 ,95.00 Dec-15
e.1.
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Subsektor Perikanan (NTPN) Penangkapan Pada bulan Desember 2016, NTPN Penangkapan sebesar 103,88 mengalami peningkatan indeks sebesar 1,31 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,89 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,58 persen.
e.2.
Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya Pada bulan Desember 2016, NTPN Budidaya sebesar 94,25 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,25 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,84 persen atau lebih besar dari indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,59 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, Desember 2016 (2012=100) Subsektor [1]
Bulan
Nov-16
Des-16
Perubahan (%)
[2]
[3]
[4]
124,75 121,66 102,54 112,74
127,11 122,36 103,88 114,92
1,89 0,58 1,31 1,93
115,00 122,32 94,02 103,20
115,97 123,04 94,25 104,09
0,84 0,59 0,25 0,86
1. Penangkapan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 2. Budidaya a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
6
Tabel 3. Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor di Provinsi Aceh Desember 2016 (2012=100) Subsektor [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-Buahan - Tanaman Obat b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5a. Perikanan (Penangkapan) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan Laut b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5b. Perikanan (Budidaya) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar - Budidaya Laut - Budidaya Air Payau b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM Keterngan :
Bulan
Perubahan
Nov-16
Des-16
(%)
[2]
[3]
[4]
118,72 120,00 113,06 127,16 128,89 117,53
118,36 119,08 115,18 127,78 129,60 117,66
-0,31 -0,77 1,87 0,49 0,55 0,11
130,89 127,37 133,70 150,75 124,78 127,20 112,93
130,49 125,11 134,84 152,63 125,32 127,77 113,33
-0,30 -1,77 0,85 1,25 0,44 0,45 0,35
114,00 114,00 124,94 126,45 117,34
114,80 114,80 125,33 126,88 117,48
0,71 0,71 0,31 0,34 0,12
121,98 121,30 120,14 125,63 130,10 120,95 127,78 112,54
122,88 121,96 121,30 127,98 131,58 121,31 128,40 112,60
0,74 0,54 0,97 1,87 1,13 0,30 0,48 0,06
119,83 124,75 115,00 121,99 127,89 111,05
121,49 127,11 115,97 122,70 129,01 111,02
1,38 1,89 0,84 0,58 0,87 -0,03
124,75 124,75 121,66 127,90 110,65
127,11 127,11 122,36 129,02 110,61
1,89 1,89 0,58 0,88 -0,04
115,00 105,91 96,81 125,96 122,32 127,89 111,44
115,97 105,91 98,58 127,38 123,04 128,99 111,42
0,84 0,00 1,83 1,13 0,59 0,87 -0,02
KRT = Konsumsi Rumahtangga BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
7
4. Perbandingan antar Provinsi Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP November 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 18 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 15 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Riau sebesar 1,60 persen, diikuti Bengkulu sebesar 1,37 persen, serta Sumatera Barat sebesar 1,31 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Maluku Utara sebesar 1,08 persen, Sulawesi Barat sebesar 0,84 persen, dan Yogyakarta sebesar 0,80 persen. Tabel 4. Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, Desember 2016 (2012=100) Provinsi [1]
SUMATERA ACEH Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau JAWA DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten BALI & NUSA TENGGARA Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur KALIMANTAN Kalimantan Barat Kaimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur SULAWESI Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat MALUKU Maluku Maluku Utara PAPUA Papua Barat Papua NASIONAL
Indeks
It % Perubahan
Indeks
Ib % Perubahan
Rasio
NTP % Perubahan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
120,11 129,65 122,58 129,65 126,38 118,82 119,96 130,32 120,53 118,95
0,25 0,92 1,10 1,49 1,33 1,17 1,54 1,58 1,45 0,94
125,24 127,66 125,24 126,82 125,02 124,48 126,78 123,97 120,73 120,59
0,40 0,19 -0,21 -0,11 0,07 0,53 0,17 0,36 0,17 0,19
95,90 101,56 97,87 102,23 101,09 95,45 94,62 105,12 99,84 98,63
-0,14 0,73 1,31 1,60 1,26 0,63 1,37 1,22 1,27 0,75
119,04 133,63 125,45 129,27 133,30 124,51
0,01 0,87 0,11 -0,36 0,46 0,45
120,12 128,12 126,27 125,02 128,23 123,91
0,23 0,37 0,31 0,44 0,30 0,27
99,10 104,31 99,35 103,40 103,95 100,49
-0,22 0,50 -0,20 -0,80 0,16 0,18
130,72 131,31 124,54
-0,18 -0,08 0,30
122,47 123,22 122,93
0,12 0,63 0,82
106,74 106,56 101,31
-0,30 -0,71 -0,51
120,57 122,30 118,29 121,62
1,17 1,52 0,80 0,33
124,11 123,77 120,89 123,40
0,76 1,06 0,71 0,26
97,15 98,81 97,84 98,56
0,40 0,45 0,08 0,07
116,61 122,14 130,22 121,36 131,89 130,01
-0,64 0,23 0,50 -0,51 -0,20 -0,16
124,14 124,80 125,30 123,37 124,49 120,72
-0,11 0,57 0,48 0,08 -0,36 0,68
93,94 97,87 103,93 98,37 105,95 107,70
-0,53 -0,33 0,02 -0,59 0,16 -0,84
127,08 125,83
0,44 -0,54
126,24 123,31
0,60 0,55
100,67 102,04
-0,15 -1,08
124,99 118,23 127,81
-0,30 0,67 0,53
124,78 124,51 125,94
0,34 0,78 0,36
100,17 94,95 101,49
-0,64 -0,11 0,18
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
8
5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan) Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,47 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,66 pada bulan November 2016 menjadi 128,27 pada Desember 2016. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Di Provinsi Aceh Desember 2016 (2012=100) IHK Pedesaan
Kelompok/Sub Kelompok
Perubahan (%)
Nov-16 [2]
Des-16 [3]
Konsumsi Rumah Tangga
127,66
128,27
0,47
Bahan Makanan
137,07
138,44
1,00
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
124,33
124,26
-0,06
Perumahan
115,23
115,29
0,05
Sandang
118,36
118,48
0,10
Kesehatan
119,91
120,13
0,19
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
112,84
112,84
0,00
Transportasi dan Komunikasi
123,49
123,42
-0,06
[1]
[4]
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan Desember 2016 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Bahan Makanan sebesar 1,00 persen, diikuti oleh Kesehatan sebesar 0,19 persen, Sandang sebesar 0,10 persen, Perumahan sebesar 0,05 persen, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga tidak mengalami perubahan, sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mengalami penurunan sebesar 0,059 persen dan diikuti oleh Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,057
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
9
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Desember 2016, 8 provinsi mengalami inflasi dan 2 provinsi mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Sumatera Selatan sebear 0,72 persen, diikuti Lampung sebesar 0,48 persen, dan Aceh sebesar 0,47 persen. Tabel 6. Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera Desember 2016 (2012=100) Provinsi
IHK Pedesaan
Perubahan (%)
Nov-16 [2]
Des-16 [3]
ACEH
127,66
128,27
0,47
Sumatera Utara
131,32
131,54
0,17
Sumatera Barat
130,63
130,19
-0,34
Riau
130,41
130,16
-0,19
Jambi
127,84
127,94
0,08
Sumatera Selatan
128,56
129,48
0,72
Bengkulu
130,48
130,71
0,18
Lampung
128,08
128,70
0,48
Bangka Belitung
123,05
123,30
0,20
Kepulauan Riau
125,69
125,97
0,23
[1]
[4]
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
10
Perkembangan Harga Produsen Gabah Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Dari total observasi yang dilakukan pemantauan harga pada bulan Desember 2016 sebagian besar adalah GKP (Gabah Kering Panen) yaitu sebesar 92,50 persen, selanjutnya sebesar 7,50 persen adalah kualitas GKR (Gabah Kualitas Rendah). Tabel 7 Jumlah Observasi, Harga Gabah, di Tingkat Petani, dan Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Desember 2016 (2012=100) Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
[1]
[2]
GKP
37 92,50
Harga di Petani (Rp/Kg)
Rata-Rata Harga (Rp/Kg)
Terendah
Tertinggi
Petani
Penggilingan
Petani
Penggilingan
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
4.913,51
3.700
3.750
-
4.650
-
-
4.000
5.400
(Aceh Utara)
(Aceh Tenggara)
4.844,59
GKG GKR
3 7,50
Total
5.050
5.050
(Aceh Tenggara)
(Aceh Tenggara)
5.050,00
5.150,00
HPP(Rp/Kg)
40 (100,00%)
Keterangan: ◙ GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% ◙ GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) ◙ Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% ◙ Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015
Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas Selama Desember 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 5,23 persen sedangkan kualitas GKR meningkat sebesar 0,87 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Selama Desember 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 5,38 persen sedangkan kualitas GKR meningkat sebesar 0,85 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Desember 2016 turun sebesar Rp 267,17 per kg menjadi Rp 4.844,59 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.050,00 per Kg.
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
11
Gambar 4 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), Desember 2016 (2012=100) 5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
% Per 3,900.00
Des-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
Agst-16
Sept-16
Okt-16
Nov-16
Des-16
GKP
5,182.14
5,196.77
5,161.29
4,654.17
4,569.03
4,848.39
4,708.06
4,668.33
4,722.58
4,770.77
5,065.12
5,111.76
4,844.59
-5,23
GKG
5,300.00
GKR
5,087.50
5,100.00
5,150.00
4,866.67
5,006.67
5,050.00
0,87
-
5,000.00 5,175.00
5,137.50
5,135.00
5,087.50
5,137.50
5,145.00
5,100.00
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan Desember 2016 turun sebesar Rp 279,13 per kg menjadi Rp 4.913,51 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Penggilingan mencapai Rp. 5.150,00 per Kg. Gambar 5 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), Desember 2016 (2012=100) 5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
% Per 3,900.00
Des-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
Mei-16
Jun-16
Jul-16
Agst-16
Sept-16
Okt-16
Nov-16
Des-16
GKP
5,253.57
5,277.42
5,230.65
4,720.83
4,643.23
4,914.84
4,783.87
4,746.67
4,803.23
4,859.23
5,136.05
5,192.65
4,913.51
-5,38
GKG
5,350.00
GKR
5,220.00
5,235.00
5,290.00
4,966.67
5,106.67
5,150.00
0,85
-
5,050.00 5,307.50
5,300.00
5,270.00
5,222.50
5,272.50
5,280.00
5,235.00
Berita Resmi Statistik No. 02/1/Th.XX, 3 Januari 2017
12