BPS PROVINSI ACEH No.45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan September 2016, NTP sebesar 95,10 mengalami penurunan indeks sebesar 0,49 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,72 persen. Bila dirinci menurut subsektor, diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada 3 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen, diikuti Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,58 persen, dan Hortikultura sebesar 0,03 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami peningkatan NTP adalah Peternakan sebesar 1,77 persen dan Perikanan sebesar 0,18 persen. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada September 2016 meningkat sebesar 0,23 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada seluruh subsektor yaitu Peternakan sebesar 2,13 persen, Perikanan sebesar 1,11 persen, Hortikultura sebesar 0,72 persen, Tanaman Pangan sebesar 0,15 persen, dan Perikanan sebesar 0,09 persen. Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan September 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,72 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 123,42 menjadi 124,31 Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi terjadi pada Tanaman Pangan sebesar 0,94 persen sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Peternakan sebesar 0,35 persen. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP September 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 21 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 12 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Sumatera Utara sebesar 1,50 persen, diikuti Jambi sebesar 1,43 persen, serta Riau sebesar 1,00 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Lampung sebesar 1,15 persen, Maluku sebesar 0,74 persen, dan Sulawesi Tengah sebesar 0,53 persen. Provinsi Aceh berada pada posisi Provinsi keempat dengan penurunan NTP tertinggi yaitu sebesar 0,49 persen. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan September 2016 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,94 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,18 pada bulan Agustus 2016 menjadi 127,36 pada bulan September 2016. Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan September 2016 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Bahan Makanan sebesar 1,95 persen diikuti oleh Sandang sebesar 0,46 persen, Kesehatan sebesar 0,20 persen, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar 0,15 persen, Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,09 persen, dan Perumahan sebesar 0,001 persen, sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan September 2016, seluruh provinsi terjadi inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh sebear 0,94 persen, diikuti Lampung sebesar 0,83 persen, dan sumatera Barat sebesar 0,76 persen, sedangkan Provinsi yang mengalami inflasi terendah adalah Kepulauan Riau sebesar 0,11 persen. Selama September 2016, di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,02 persen dan kualitas GKR sebesar 0,98 persen. Berbeda dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan September 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 0,68 persen dan kualitas GKR sebesar 1,62 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2016 naik sebesar Rp 48,19 per kg menjadi Rp 4.770,77 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.150,00 per Kg.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
1
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan September 2016, NTP sebesar 95,10 mengalami penurunan indeks sebesar 0,49 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,23 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,72 persen. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, September 2016 (2012=100) Bulan
Subsektor/Rincian [1] 1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Gabungan Tanpa Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
Agst-16 [2]
Sept-16 [3]
Perubahan (%) [4]
114.41 125.67 91.04 97.69
114.58 126.85 90.32 97.69
0.15 0.94 -0.79 0.00
127.85 123.58 103.45 113.53
128.78 124.51 103.42 114.35
0.72 0.75 -0.03 0.72
112.72 123.72 91.11 96.75
112.82 124.56 90.58 96.69
0.09 0.68 -0.58 -0.06
121.63 119.65 101.66 109.14
124.22 120.07 103.46 111.99
2.13 0.35 1.77 2.61
117.94 120.55 97.83 106.84
119.24 121.67 98.00 107.90
1.11 0.93 0.18 0.98
117.94 123.42 95.56 102.64
118.22 124.31 95.10 102.87
0.23 0.72 -0.49 0.22
117.94 123.53 95.47 102.48
118.18 124.42 94.98 102.68
0.20 0.72 -0.51 0.19
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
2
Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat perbandingan NTP September 2016 dengan bulan sebelumnya, diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada 3 subsektor yaitu Tanaman Pangan sebesar 0,79 persen, diikuti Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,58 persen, dan Hortikultura sebesar 0,03 persen, sedangkan 2 subsektor yang mengalami peningkatan NTP adalah Peternakan sebesar 1,77 persen dan Perikanan sebesar 0,18 persen. Gambar 1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, September 2016 (2012=100) ,106.00
,104.00
,102.00
,100.00
,98.00
,96.00
,94.00
NTP ,92.00
NTP USAHA
,90.00 Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Selain NTP, juga terdapat salah satu indikator pertanian lainnya, yaitu NTP Usaha Pertanian. Perbedaannya adalah jika NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM. Pada Gambar 1, terlihat bahwa NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada September 2016 meningkat sebesar 0,23 persen dibandingkan It bulan sebelumnya. Peningkatan It terjadi pada seluruh subsektor yaitu Peternakan sebesar 2,13 persen, Perikanan sebesar 1,11 persen, Hortikultura sebesar 0,72 persen, Tanaman Pangan sebesar 0,15 persen, dan Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,09 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan September 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,72 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 123,42 menjadi 124,31 Peningkatan Ib terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi terjadi pada Tanaman Pangan sebesar 0,94 persen sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor Peternakan sebesar 0,35 persen.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
3
3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) Pada bulan September 2016, NTPP sebesar 90,32 mengalami penurunan indeks sebesar 0,79 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,15 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,94 persen. Peningkatan It disebabkan karena naiknya indeks kelompok Padi sebesar 0,36 persen sedangkan kelompok Palawija turun sebesar 0,80 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 1,07 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,15 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada bulan September 2016, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) sebesar 103,42 mengalami mengalami penurunan indeks sebesar 0,03 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,75 persen. Peningkatan It disebabkan naiknya indeks komoditas kelompok Sayur-sayuran sebesar 2,74 persen, sedangkan kelompok Buah-buahan mengalami penurunan sebesar 0,84 persen dan Tanaman Obat juga menurun sebesar 0,07 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,89 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,002 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada bulan September 2016, NTPR sebesar 90,58 mengalami mengalami penurunan indeks sebesar 0,58 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,09 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,68 persen. Peningkatan It terutama disebabkan oleh naiknya beberapa komoditi antara lain kelapa sawit, pinang, cengkeh, karet, dan lainnya. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,77 persen sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,15 persen.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
4
Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat September 2016 (2012=100) ,110.00
,105.00
,100.00
,95.00
,90.00 TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
,85.00
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT ,80.00 Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada bulan September 2016, NTPT sebesar 103,46 mengalami peningkatan indeks sebesar 1,77 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 2,13 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,35 persen. Hal ini juga disebabkan oleh naiknya harga-harga ternak pada saat hari raya Idul Adha. Peningkatan It terutama disebabkan oleh naiknya indeks pada kelompok Ternak Kecil sebesar 2,52 persen, Ternak Besar sebesar 2,26 persen, Unggas sebesar 1,58 persen, dan Hasil Ternak sebesar 0,35 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 0,94 persen, sedangkan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) turun sebesar 0,47 persen. e. Subsektor Perikanan ( NTPN) Pada bulan September 2016, NTPN sebesar 98,00 mengalami peningkatan indeks sebesar 0,18 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,11 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 0,93 persen. Peningkatan It disebabkan karena naiknya indeks kelompok Perikanan Tangkap 1,96 persen dan Perikanan Budidaya sebesar 0,20 persen. Ib mengalami peningkatan dengan rincian sebagai berikut : indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) naik sebesar 1,31 persen dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) naik sebesar 0,12 persen.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
5
Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, September 2016 (2012=100) ,104.00 ,103.00 PETERNAKAN
PERIKANAN
,102.00
,101.00 ,100.00 ,99.00 ,98.00 ,97.00 ,96.00 ,95.00 Sep-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
e.1.
Subsektor Perikanan (NTPN) Penangkapan Pada bulan September 2016, NTPN Penangkapan sebesar 102,76 mengalami peningkatan indeks sebesar 1,00 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,96 persen atau lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,96 persen.
e.2.
Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya Pada bulan September 2016, NTPN Budidaya sebesar 93,36 mengalami penurunan indeks sebesar 0,70 persen, hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 0,20 persen atau lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 0,91 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, September 2016 (2012=100) Bulan
Subsektor [1]
Agst-16
Sept-16
Perubahan (%)
[2]
[3]
[4]
122.27 120.17 101.74 111.32
124.67 121.32 102.76 113.25
1.96 0.96 1.00 1.74
113.68 120.92 94.02 102.50
113.92 122.01 93.36 102.68
0.20 0.91 -0.70 0.18
1. Penangkapan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani d. Nilai Tukar Usaha Pertanian 2. Budidaya a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
6
Tabel 3. Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor di Provinsi Aceh September 2016 (2012=100) Subsektor [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-Buahan - Tanaman Obat b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5a. Perikanan (Penangkapan) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan Laut b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5b. Perikanan (Budidaya) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar - Budidaya Laut - Budidaya Air Payau b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM Keterngan :
Bulan
Perubahan
Agst-16
Sept-16
(%)
[2]
[3]
[4]
114.41 114.60 113.56 125.67 127.21 117.11
114.58 115.01 112.65 126.85 128.57 117.28
0.15 0.36 -0.80 0.94 1.07 0.15
127.85 123.14 131.63 152.64 123.58 125.83 112.62
128.78 126.52 130.52 152.53 124.51 126.95 112.62
0.72 2.74 -0.84 -0.07 0.75 0.89 0.00
112.72 112.72 123.72 125.15 116.50
112.82 112.82 124.56 126.12 116.68
0.09 0.09 0.68 0.77 0.15
121.63 121.19 119.55 123.99 129.07 119.65 126.32 111.44
124.22 123.93 122.56 125.95 129.52 120.07 127.51 110.92
2.13 2.26 2.52 1.58 0.35 0.35 0.94 -0.47
117.94 122.27 113.68 120.55 126.04 110.38
119.24 124.67 113.92 121.67 127.69 110.52
1.11 1.96 0.20 0.93 1.31 0.12
122.27 122.27 120.17 126.03 109.84
124.67 124.67 121.32 127.69 110.08
1.96 1.96 0.96 1.32 0.22
113.68 104.56 96.29 124.46 120.92 126.04 110.91
113.92 103.80 96.00 125.50 122.01 127.68 110.94
0.20 -0.72 -0.30 0.84 0.91 1.30 0.03
KRT = Konsumsi Rumahtangga BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
7
4. Perbandingan antar Provinsi Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP September 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 21 Provinsi yang mengalami peningkatan sedangkan 12 Provinsi mengalami penurunan. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Sumatera Utara sebesar 1,50 persen, diikuti Jambi sebesar 1,43 persen, serta Riau sebesar 1,00 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami penurunan tertinggi terjadi di Lampung sebesar 1,15 persen, Maluku sebesar 0,74 persen, dan Sulawesi Tengah sebesar 0,53 persen. Provinsi Aceh berada pada posisi Provinsi keempat dengan penurunan NTP tertinggi yaitu sebesar 0,49 persen. Tabel 4. Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, September 2016 (2012=100) Provinsi [1]
SUMATERA ACEH Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau JAWA DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten BALI & NUSA TENGGARA Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur KALIMANTAN Kalimantan Barat Kaimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur SULAWESI Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat MALUKU Maluku Maluku Utara PAPUA Papua Barat Papua NASIONAL
Indeks
It % Perubahan
Indeks
Ib % Perubahan
Rasio
NTP % Perubahan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
118.22 126.56 120.77 124.72 123.10 116.35 116.86 127.25 120.65 116.06
0.23 1.98 1.30 1.65 1.91 -0.06 1.21 -0.54 0.44 -0.33
124.31 125.57 123.47 125.85 123.97 123.62 125.50 123.14 119.95 119.62
0.72 0.47 0.60 0.50 0.47 0.42 0.60 0.62 0.55 0.08
95.10 100.79 97.81 99.11 99.30 94.11 93.12 103.34 100.58 97.02
-0.49 1.50 0.70 1.15 1.43 -0.47 0.60 -1.15 -0.10 -0.41
119.71 132.17 125.57 130.42 134.06 123.67
0.20 0.35 0.69 0.29 1.26 0.69
119.32 126.90 124.48 123.33 126.71 123.08
0.39 0.15 0.24 0.02 0.25 0.46
100.33 104.15 100.88 105.75 105.80 100.47
-0.19 0.20 0.44 0.27 1.01 0.22
131.14 130.46 123.65
1.14 0.85 0.84
122.06 121.94 121.19
0.40 0.15 -0.06
107.44 106.99 102.03
0.74 0.69 0.91
117.07 119.81 116.10 121.29
0.66 0.68 0.74 0.72
123.46 122.67 119.87 122.96
0.06 0.19 0.08 0.21
94.82 97.67 96.86 98.64
0.60 0.48 0.66 0.51
118.73 122.76 130.29 123.42 130.93 129.44
-0.56 0.05 -0.15 0.36 -0.28 1.11
123.90 123.69 124.25 123.23 123.99 119.19
-0.20 0.58 0.21 0.53 -0.31 0.49
95.82 99.24 104.86 100.15 105.60 108.60
-0.36 -0.53 -0.35 -0.17 0.03 0.62
126.57 126.33
-0.56 0.00
124.68 121.84
0.19 -0.14
101.52 103.68
-0.74 0.13
124.58 117.50 127,07
-0.18 0.56 0,73
124.01 122.18 124,56
-0.06 0.32 0,28
100.46 96.17 102,02
-0.12 0.24 0,45
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
8
5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan) Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah pedesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi Aceh pada bulan September 2016 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,94 persen yaitu terjadi perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 126,18 pada bulan Agustus 2016 menjadi 127,36 pada bulan September 2016. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Di Provinsi Aceh September 2016 (2012=100) IHK Pedesaan
Kelompok/Sub Kelompok
Perubahan (%)
Agst-16 [2]
Sept-16 [3]
Konsumsi Rumah Tangga
126.18
127.36
0.94
Bahan Makanan
133.84
136.45
1.95
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
124.51
124.43
-0.06
Perumahan
114.63
114.63
0.001
Sandang
118.14
118.68
0.46
Kesehatan
119.30
119.53
0.20
Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga
112.48
112.65
0.15
Transportasi dan Komunikasi
123.50
123.61
0.09
[1]
[4]
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan September 2016 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok Bahan Makanan sebesar 1,95 persen diikuti oleh Sandang sebesar 0,46 persen, Kesehatan sebesar 0,20 persen, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar 0,15 persen, Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,09 persen, dan Perumahan sebesar 0,001 persen, sedangkan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau mengalami penurunan sebesar 0,06 persen.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
9
6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan September 2016, seluruh provinsi terjadi inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh sebear 0,94 persen, diikuti Lampung sebesar 0,83 persen, dan sumatera Barat sebesar 0,76 persen, sedangkan Provinsi yang mengalami inflasi terendah adalah Kepulauan Riau sebesar 0,11 persen. Tabel 6. Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera September 2016 (2012=100) Provinsi
IHK Pedesaan
Perubahan (%)
Agst-16 [2]
Sept-16 [3]
ACEH
126.18
127.36
0.94
Sumatera Utara
128.30
128.98
0.53
Sumatera Barat
126.98
127.94
0.76
Riau
128.31
129.08
0.60
Jambi
125.93
126.68
0.60
Sumatera Selatan
127.83
128.50
0.52
Bengkulu
128.32
129.25
0.72
Lampung
126.61
127.67
0.83
Bangka Belitung
121.56
122.36
0.66
Kepulauan Riau
124.48
124.61
0.11
[1]
[4]
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
10
Perkembangan Harga Produsen Gabah Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Dari total observasi yang dilakukan pemantauan harga pada bulan September 2016 sebagian besar adalah GKP (Gabah Kering Panen) yaitu sebesar 86,67 persen, selanjutnya sebesar 13,33 persen adalah kualitas GKR (Gabah Kualitas Rendah). Tabel 7 Jumlah Observasi, Harga Gabah, di Tingkat Petani, dan Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, September 2016 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
[1]
[2]
GKP
39 86,67
Harga di Petani (Rp/Kg)
Rata-Rata Harga (Rp/Kg)
Terendah
Tertinggi
Petani
Penggilingan
Petani
Penggilingan
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
4.859,23
3.700
3.750
-
4.650
-
-
4.400
5.000
(Aceh Timur)
(Bireueun)
4.770,77
GKG GKR
6 13,33
Total
5.050
5.250
5.150,00
5.290,00
HPP(Rp/Kg)
(Aceh Tenggara) (Aceh Tenggara)
37 (100,00%)
Keterangan: ◙ GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% ◙ GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) ◙ Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% ◙ Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015
Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas Selama September 2016, di tingkat petani, terjadi peningkatan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 1,02 persen dan kualitas GKR sebesar 0,98 persen. Berbeda dengan harga gabah di tingkat petani, pada bulan Selama Agustus 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, terjadi penurunan ratarata harga gabah kualitas GKP sebesar 0,68 persen dan kualitas GKR sebesar 1,62 persen. Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama September 2016 naik sebesar Rp 48,19 per kg menjadi Rp 4.770,77 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.150,00 per Kg.
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
11
Gambar 4 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), September 2016 5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
% Per 3,900.00
Sept-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Agst-16
Sept-16
GKP
4,666.67
4,735.48
5,272.41
5,182.14
5,196.77
5,161.29
4,654.17
4,569.03
4,848.39
4,708.06
4,668.33
4,722.58
4,770.77
1,02
GKG
4,750.00
5,400.00
5,300.00
GKR
4,535.00
4,969.17
5,087.50
5,100.00
5,150.00
0,98
4,467.50
-
5,000.00 5,175.00
5,137.50
5,135.00
5,087.50
5,137.50
5,145.00
5,100.00
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan selama September 2016 turun sebesar Rp 32,46 per kg menjadi Rp 4.770,77 per kg. Sedangkan harga kualitas GKR di Petani mencapai Rp. 5.150,00 per Kg. Gambar 5 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), September 2016
5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
% Per 3,900.00 GKP
Sept-15
Oct-15
Nov-15
Dec-15
Jan-16
Feb-16
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
Agst-16
Sept-16
4,743.06
4,811.61
5,339.66
5,253.57
5,277.42
5,230.65
4,720.83
4,643.23
4,914.84
4,783.87
4,746.67
4,803.23
4,770.77
-0,68
5,450.00
5,350.00
5,070.83
5,220.00
5,235.00
5,150.00
-1,62
GKG 4,800.00 GKR
4,631.67
4,570.00
-
5,050.00 5,307.50
5,300.00
5,270.00
5,222.50
5,272.50
5,280.00
5,235.00
Berita Resmi Statistik No. 45/10/Th.XIX, 3 Oktober 2016
12