BPS PROVINSI ACEH No.27/6/Th.XX, 2 Juni 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE MEI 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Mei 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,56 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,52 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,20 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,33 persen. Terjadi penurunan NTP pada semua subsektor terkecuali peternakan yang meningkat 0,66 persen. Penurunan NTP tertinggi terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mencapai 1,93 persen. Penurunan subsektor perikanan juga terbilang tinggi sebesar 0,91 persen. Sedangkan pelemahan subsektor tanaman pangan dan hortikultura masing-masing hanya sebesar 0,25 dan 0,05 persen. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Mei 2017 menurun sebesar 0,20 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan masing-masing senilai 1,59 dan 0,86 persen. Sedangkan ketiga subsektor lainnya mengalami penguatan indeks. Subsektor peternakan sendiri mengalami peningkatan It tertinggi mencapai 1,09 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan Tanaman Pangan hanya mampu tumbuh sebesar 0,30 dan 0,01 persen. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh pada Mei 2017 meningkat sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Peternakan sebesar 0,43 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat sama-sama meningkat sebesar 0,35 persen. Peningkatan Subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan terbilang rendah yaitu hanya sebesar 0,26 dan 0,05 persen. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, 12 provinsi diantaranya mengalami peningkatan NTP pada Mei 2017. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Jawa Barat sebesar 1,05 persen, diikuti Jawa Tengah sebesar 0,90 persen serta Gorontalo sebesar 0,49 persen. Sementara itu penurunan NTP tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 1,91 persen, diikuti Sumatera Barat dan Jambi yang masing-masing turun 1,67 dan 1,62 persen. NTP nasional sendiri mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen. Selama Mei 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,32 persen dengan perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,13 pada April 2017 menjadi 127,54 pada Mei tahun yang sama. Inflasi tersebut disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di semua kelompok terkecuali kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami deflasi sebesar 0,40 persen. Sedangkan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,61 persen. Diikuti oleh kelompok kesehatan yang naik mencapai 0,57 persen. Kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang cenderung tidak mengalami perubahan signifikan. Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, sedangkan sembilan provinsi lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang mencapai angka 1,16 persen. Diikuti oleh Provinsi Bengkulu dan Lampung masing-masing sebesar 0,80 dan 0,79 persen. Sedangkan Inflasi Riau dan Sumatera termasuk paling kecil pada angka 0,23 - 0,31 persen. Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Mei 2017 naik sebesar 99 rupiah menjadi Rp 4.409,26 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan meningkat sebesar Rp.97,85 per kg menjadi Rp 4.486,67 per kg. Diluar dugaan, gabah kualitas GKG mengalami penurunan harga pada Mei 2017. Gabah kualitas GKG di tingkat petani turun harga Rp. 566,67 per kg menjadi Rp.4.533,33 per kg. sedangkan gabah kualitas GKG di penggilingan tercatat menurun sebesar Rp.564 per kg menjadi Rp. 4.633,33 per kg.
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
1
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Mei 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,56 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,52 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,20 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 0,33 persen. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, Mei 2017 (2012=100) Bulan Perubahan Subsektor/Rincian (%) April 2017 Mei 2017 [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Gabungan Tanpa Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
2
[2]
[3]
[4]
116.05 126.81 91.52 97.34
116.07 127.14 91.29 97.23
0.01 0.26 -0.25 -0.11
132.43 124.58 106.31 115.81
132.83 125.01 106.25 116.03
0.30 0.35 -0.05 0.19
110.07 125.08 88.00 91.71
108.32 125.52 86.30 89.90
-1.59 0.35 -1.93 -1.98
123.79 120.43 102.79 110.47
125.14 120.95 103.47 111.08
1.09 0.43 0.66 0.55
120.54 122.16 98.67 107.76
119.49 122.22 97.77 106.69
-0.86 0.05 -0.91 -0.99
118.39 124.55 95.05 101.13
118.16 124.96 94.56 100.64
-0.20 0.33 -0.52 -0.48
118.30 124.65 94.91 100.88
118.10 125.07 94.43 100.42
-0.17 0.34 -0.50 -0.46
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa rata-rata NTP tersebut tidak lebih baik dibanding tahun 2012 sebagai tahun dasar perhitungannya. NTP subsektor Hortikultura dan subsektor peternakan yang bernilai diatas 100 menunjukkan bahwa kondisi petani pada subsektor ini semakin membaik. NTP gabungan diatas sangat dipengaruhi oleh kelima NTP subsektor didalamnya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada semua subsektor terkecuali peternakan yang meningkat 0,66 persen. Penurunan NTP tertinggi terjadi pada subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mencapai 1,93 persen. Penurunan subsektor perikanan juga terbilang tinggi sebesar 0,91 persen. Sedangkan pelemahan subsektor tanaman pangan dan hortikultura masing-masing hanya sebesar 0,25 dan 0,05 persen. Gambar 1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, Mei 2017(2012=100) ,106,00 ,104,00 ,102,00 ,100,00 ,98,00 ,96,00 ,94,00 ,92,00
NTP
,90,00
NTP USAHA
,88,00 May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
Selain NTP, indikator pertanian lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dicermati adalah NTP Usaha Pertanian. NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, dimana Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM saja.Sehingga NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP seperti terlihat pada Gambar 1. NTP Usaha pertanian yang biasanya bernilai di atas 100 dan NTP yang selalu bernilai di bawah 100 menunjukkan bahwa keuntungan petani sejak tahun 2012 semakin tinggi, akan tetapi tingginya kenaikan harga konsumsi rumah tangga membuat daya beli petani semakin menurun. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Mei 2017 menurun sebesar 0,20 persen dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat dan perikanan masing-masing senilai 1,59 dan 0,86 persen. Sedangkan ketiga subsektor lainnya mengalami penguatan indeks. Subsektor peternakan sendiri mengalami peningkatan It tertinggi mencapai 1,09 persen. Sedangkan subsektor hortikultura dan Tanaman Pangan hanya mampu tumbuh sebesar 0,30 dan 0,01 persen.
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
3
2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaanyang sebagian besarnya merupakan petani. Hal ini tercermin dari indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT). Selain itu Ib juga menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan petani untuk memproduksi hasil pertanian yang tercermin dari indeks BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Selama Mei 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,33 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Peternakan sebesar 0,43 persen. Sedangkan Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan Rakyat sama-sama meningkat sebesar 0,35 persen. Peningkatan Subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan terbilang rendah yaitu hanya sebesar 0,26 dan 0,05 persen. Angka Ib tersebut dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Indeks KRT di Provinsi Aceh menguat sebesar 0,32 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Hortikultura dan Peternakan masing-masing sebesar 0,39 dan 0,36 persen. Sedangkan subsektor Perikanan mengalami penurunan terendah yaitu sebesar 0,01 persen. Disisi lain, Indeks BPPBM di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,28 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan tersebut terjadi pada semua subsektor dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Subsektor Peternakan sebesar 0,54 persen. Diikuti oleh Tanaman Perkebunan Rakyat yang meningkat sebesar 0,40 persen. Sedangkan ketiga Subsektor lainnya hanya tumbuh sekitar angka 0,1 persen. 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan Pada Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 91,29 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,25 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani tanaman pangan tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan menurun 0,25 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan NTPP di atas disebabkan oleh peningkatan indeks yang diterima petani (It) hanya sebesar 0,01 persen. Tidak sebanding dengan besarnya peningkatan indeks yang dibayarkan petani (Ib) yaitu mencapai 0,26 persen. Kecilnya kenaikan It tersebut disebabkan karena melemahnya indeks kelompok palawija sebesar 0,01 persen. Berakhirnya musim panen raya di beberapa kabupaten membuat It kelompok padi relatif meningkat 0,02 persen dengan meningkatnya harga gabah. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,28 persen, mengalahkan kenaikan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang hanya tercatat 0,12 persen. b. Subsektor Hortikultura Periode Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) berada pada angka 106,25 atau mengalami pelemahan indeks sebesar 0,05 persen. Angka NTP yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani hortikultura sudah lebih baik dibanding tahun 2012 tetapi relatif menurun 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya. 4
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
Penurunan NTPH ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) hanya mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen, tidak sebanding dengan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang mencapai 0,35 persen. Peningkatan It tersebut disebabkan karena naiknya indeks kelompok tanaman obat mencapai angka 2,42 persen dan buah-buahan sebesar 1,15 persen, sebaliknya It kelompok sayursayuran melemah senilai 0,92 persen. Sedangkan Ib mengalami kenaikan indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,39 persen yang diikuti oleh penguatan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada angka 0,11 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat Selama Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) adalah sebesar 86,30 atau mengalami penurunan indeks sebesar 1,93 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani perkebunan rakyat tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan menurun 1,93 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan tajam mencapai 1,59 persen, dan dibarengi dengan menguatnya indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,35 persen. Penurunan It tersebut terutama disebabkan oleh menurunnya harga produk beberapa komoditi tanaman perkebunan. Sedangkan Ib mengalami sedikit kenaikan dengan semakin menguatnya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,35 dan 0,40 persen. Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat Mei 2017 (2012=100) ,110,00
,105,00
,100,00
,95,00
,90,00 TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
,85,00
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT ,80,00 May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
May-17
5
d. Subsektor Peternakan Pada Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Peternakan (NTPT) mencapai angka 120,95 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,66 persen. NTP subsektor peternakan bernilai di atas 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli peternak semakin membaik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,66 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan diatas terjadi dikarenakan naiknya indeks yang diterima petani (It) mencapai angka 1,90 persen, jauh diatas kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,43 persen. It periode Mei 2017 tercatat 125,14 dan Ib yang terjadi pada bulan tersebut mencapai 120,95. Kenaikan It diatas disebabkan indeks kelompok Ternak Besar dan Unggas bergerak naik masing-masing sebesar 1,43 dan 0,92 persen. Disisi lain Ib subsektor ini mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 0,36 persen serta indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,54 persen. e. Subsektor Perikanan Periode Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) mencapai nilai 97,77 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,91 persen. NTP yang bernilai di bawah100 ini mengindikasikan bahwa daya beli nelayan semakin berkurang dibanding tahun 2012 dan menurun 0,91 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) melemah sebesar 0,86 persen. Apalagi terjadi penguatan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,05 persen. Selama Mei 2017 It tercatat pada angka 119,49 dan Ib mencapai 122,22. Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, Mei 2017 (2012=100) ,104,00 ,103,00 ,102,00 ,101,00 ,100,00
PETERNAKAN
PERIKANAN
,99,00 ,98,00 ,97,00 ,96,00 ,95,00 May-16
Jun-16
Jul-16
Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
Penurunan It tersebut disebabkan karena turunnya indeks kelompok perikanan tangkap dan budidaya masing-masing sebesar 1,39 dan 0,32 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan 6
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
dengan semakin menguatnya Indeks KRT sebesar 0,01 persen dan indeks BPPBM senilai 0,13 persen. e.1.
Subsektor Perikanan Tangkap Selama Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor perikanan (NTPN) tangkap tercatat sebesar 102,51 atau mengalami penurunan indeks sebesar 1,46 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli nelayan perikanan tangkap semakin membaik dibanding tahun 2012 namun menurun sebesar 1,46 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan tinggi sebesar 1,39 persen dan diikuti oleh kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,07 persen. It dan Ib kondisi Mei 2017 masing-masing bernilai 122,40 dan 121,78.
e.2.
Subsektor Perikanan Budidaya Pada Mei 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya terbentuk sebesar 95,10 atau mengalami penurunan indeks senilai 0,34 persen. Berbeda dengan daya beli nelayan penangkap ikan yang lebih baik dibanding tahun 2012, daya beli nelayan budidaya justru lebih menurun dibanding tahun 2012, dan menurun sebesar 0,34 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan NTP diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,32 persen dan ditambah lagi dengan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,03 persen. Selama Mei 2017, angka It dan Ib Provinsi Aceh masing-masing bernilai 116,64 dan 122,65. It budidaya air tawar sendiri anjlok sebesar 2,24 persen, sedangkan It budidaya air payau dan laut naik masing-masing sebesar 0,71 dan 0,07 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, Mei2017 (2012=100) Bulan
April 2017
Mei 2017
Perubahan (%)
[2]
[3]
[4]
a. Indeks yang Diterima Petani (It)
124.13
122.40
-1.39
b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
121.70
121.78
0.07
c. Nilai Tukar Petani
102.00
100.51
-1.46
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
111.75
109.98
-1.58
a. Indeks yang Diterima Petani (It)
117.01
116.64
-0.32
b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
122.62
122.65
0.03
c. Nilai Tukar Petani
95.43
95.10
-0.34
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
103.91
103.51
-0.38
Subsektor [1] 1. Penangkapan
2. Budidaya
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
7
Tabel 3. Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor diProvinsi Aceh Mei 2017 (2012=100) Subsektor [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-Buahan - Tanaman Obat b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5a. Perikanan (Penangkapan) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan Laut b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5b. Perikanan (Budidaya) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar - Budidaya Laut - Budidaya Air Payau b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM Keterngan :
8
Bulan
Perubahan
April 2017
Mei 2017
(%)
[2]
[3]
[4]
116.05 116.89 112.37 126.81 128.18 119.22
116.07 116.91 112.36 127.14 128.54 119.37
0.01 0.02 -0.01 0.26 0.28 0.12
132.43 121.25 141.64 148.04 124.58 126.67 114.35
132.83 120.13 143.28 151.63 125.01 127.17 114.48
0.30 -0.92 1.15 2.42 0.35 0.39 0.11
110.07 110.07 125.08 126.08 120.02
108.32 108.32 125.52 126.52 120.50
-1.59 -1.59 0.35 0.35 0.40
123.79 123.00 122.84 128.07 130.25 120.43 127.23 112.06
125.14 124.76 122.64 129.25 129.07 120.95 127.68 112.66
1.09 1.43 -0.17 0.92 -0.91 0.43 0.36 0.54
120.54 124.13 117.01 122.16 127.73 111.85
119.49 122.40 116.64 122.22 127.74 112.00
-0.86 -1.39 -0.32 0.05 0.01 0.13
124.13 124.13 121.70 127.72 111.08
122.40 122.40 121.78 127.73 111.30
-1.39 -1.39 0.07 0.00 0.20
117.01 107.35 99.62 128.15 122.62 127.74 112.61
116.64 104.95 99.69 129.06 122.65 127.75 112.69
-0.32 -2.24 0.07 0.71 0.03 0.01 0.07
KRT = Konsumsi Rumahtangga BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
4. Perbandingan antar Provinsi Tabel 4. Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, Mei 2017 (2012=100) Provinsi [1]
SUMATERA ACEH Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau JAWA DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten BALI & NUSA TENGGARA Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur KALIMANTAN Kalimantan Barat Kaimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur SULAWESI Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat MALUKU Maluku Maluku Utara PAPUA Papua Barat Papua NASIONAL
It
Ib
NTP
Indeks
% Perubahan
Indeks
% Perubahan
Rasio
% Perubahan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
118.16
-0.20
124.96
0.33
94.56
-0.52
127.16
-0.18
128.35
0.31
99.07
-0.49
121.84
-1.20
125.52
0.48
97.07
-1.67
129.50
-0.90
126.98
0.19
101.98
-1.09
124.80
-1.26
125.58
0.37
99.38
-1.62
117.18
-0.52
125.11
0.44
93.66
-0.96
119.75
-0.85
128.09
0.78
93.48
-1.61
130.52
1.10
124.81
0.63
104.58
0.47
117.06
-0.94
122.20
0.99
95.80
-1.91
117.60
-1.12
121.26
0.04
96.99
-1.16
118.47
-0.68
120.56
0.28
98.26
-0.96
135.78
1.56
130.63
0.51
103.94
1.05
126.85
1.89
128.52
0.98
98.70
0.90
129.19
0.90
127.40
1.14
101.41
-0.23
133.21
1.11
130.39
0.79
102.16
0.31
125.71
0.69
127.16
0.52
98.86
0.17
130.29
0.27
124.59
0.67
104.57
-0.39
130.60
0.44
125.13
0.10
104.37
0.34
127.25
0.07
126.05
0.30
100.95
-0.23
119.60
-0.84
126.11
0.44
94.84
-1.27
121.84
-0.93
124.46
0.17
97.90
-1.09
117.96
0.11
122.02
0.16
96.67
-0.06
121.00
-0.58
125.65
0.35
96.30
-0.94
116.44
0.34
125.97
0.04
92.43
0.30
119.66
-0.74
127.36
0.13
93.96
-0.88
127.68
0.49
127.16
0.19
100.41
0.30
119.05
0.30
125.38
0.26
94.95
0.05
132.34
0.52
125.32
0.04
105.60
0.49
129.24
-0.12
122.35
0.23
105.63
-0.35
129.34
0.80
128.46
0.54
100.69
0.26
127.03
0.55
125.48
0.18
101.24
0.36
127.00
-0.31
126.73
0.04
100.22
-0.35
121.15
0.02
126.84
0.28
95.52
-0.26
0,59 100,15
0,14
128.02
0,73 127.82
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
9
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, 12 provinsi diantaranya mengalami peningkatan NTP. Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi berturut-turut adalah Jawa Barat sebesar 1,05 persen, diikuti Jawa Tengah sebesar 0,90 persen serta Gorontalo sebesar 0,49 persen. Sementara itu penurunan NTP tertinggi terjadi di Bangka Belitung sebesar 1,91 persen, diikuti Sumatera Barat dan Jambi yang masingmasing turun 1,67 dan 1,62 persen. NTP nasional sendiri mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen. 5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan) Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama Mei 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 0,32 persen dengan perubahan indeks konsumsi rumahtangga dari 127,13 pada April 2017 menjadi 127,54 pada Mei tahun yang sama. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Di Provinsi Aceh Mei 2017 (2012=100) Kelompok/Sub Kelompok
IHK Pedesaan
Perubahan (%)
April 2017 [2]
Mei 2017 [3]
Konsumsi Rumah Tangga
127.13
127.54
0.32
Bahan Makanan
133.58
134.39
0.61
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
126.36
126.58
0.17
Perumahan
116.64
116.79
0.13
Sandang
119.80
120.13
0.28
Kesehatan
121.93
122.62
0.57
Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga
113.37
113.43
0.05
Transportasi & Komunikasi
125.65
125.14
(0.40)
[1]
[4]
Inflasi di Pedesaan yang terjadi pada wilayah Provinsi Aceh selama Mei 2017 disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di semua kelompok terkecuali kelompok transportasi dan komunikasi yang mengalami deflasi sebesar 0,40 persen. Sedangkan kenaikan harga tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,61 persen. Diikuti oleh kelompok kesehatan yang naik mencapai 0,57 persen. Kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga yang cenderung tidak mengalami perubahan signifikan. 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya Provinsi Kepulauan Riau yang mengalami deflasi sebesar 0,02 persen, sedangkan sembilan provinsi lainnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Bangka Belitung yang mencapai angka 1,16 persen. Diikuti oleh Provinsi Bengkulu dan Lampung masing-masing sebesar 0,80 dan 0,79 persen. Sedangkan Inflasi Riau dan Sumatera termasuk paling kecil pada angka 0,23 - 0,31 persen.
Tabel 6. 10
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera Mei 2017 (2012=100) IHK Pedesaan
Provinsi
Perubahan (%)
2. Sumatera Utara
April 2017 [2] 127.13 131.37
Mei 2017 [3] 127.54 131.78
3. Sumatera Barat
129.37
130.11
0.57
4. Riau
129.77
130.07
0.23
5. Jambi
127.90
128.41
0.40
6. Sumatera Selatan
128.94
129.64
0.54
7. Bengkulu
130.68
131.72
0.80
8. Lampung
128.33
129.35
0.79
9. Bangka Belitung
123.43
124.87
1.16
10. Kepulauan Riau
126.90
126.87
-0.02
[1]
1. Aceh
[4]
0.32 0.31
Perkembangan Harga Produsen Gabah Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara,Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Observasi pemantauan harga selama Mei 2017 mencakup GKP (Gabah Kering Panen) dan GKG (Gabah Kering Giling). Beberapa Kabupaten yang masih dalam panen raya pada bulan ini diantaranya Kabupaten Aceh Utara, Pidie Jaya, dan Aceh Barat Daya. Tabel 7 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani, Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Mei 2017 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
[1]
[2]
GKP
54 (94,74%)
GKG GKR
Total
3
Harga di Petani (Rp/Kg)
Rata-Rata Harga (Rp/Kg)
Terendah
Tertinggi
Petani
Penggilingan
Petani
Penggilingan
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
4.200
(Aceh Timur)
4.500
HPP(Rp/Kg)
4.800
4.409,26
4.486,67
3.700
3.750
4.600
4.533,33
4.633,33
-
4.650
-
-
-
-
(Aceh Utara)
(5,26%)
(Aceh Barat Daya)
(Aceh Barat Daya)
-
-
-
57 (100%)
Keterangan: ◙ ◙ ◙ ◙
GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tgl. 27 April 2012
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
11
Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas Selama Mei 2017, di tingkat petani terjadi kenaikan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,32 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga meningkat sebesar 2,23 persen. Disisi lain gabah kualitas GKG mengalami penurunan harga sebesar 11,11 persen di tingkat petani dan 10,85 persen di tingkat penggilingan. Gambar 4 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), Mei 2017 5,900,00
5,400,00
4,900,00
4,400,00
3,900,00 GKP
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
4,654,1
4,569,0
4,848,3
4,708,0
4,668,3
GKG GKR
Agst-16 Sept-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
4,722,5
5,065,1
5,111,7
4,844,5
5,182,3
5,134,2
4,719,8
4,309,4
4,409,2
2,32
5,300,0
5,100,0
4,533,3
-11,11
4,770,7
5,000,0 5,135,0
5,087,5
5,137,5
5,145,0
5,100,0
5,100,0
5,150,0
4,866,6
5,006,6
% Per
-
5,050,0
Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Mei 2017 naik sebesar 99 rupiah menjadi Rp 4.409,26 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan naik sebesar Rp.97,85 per kg menjadi Rp 4.486,67 per kg. Gambar 5 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), Mei2017 5,900,00
5,400,00
4,900,00
4,400,00
3,900,00 GKP
Mar-16
Apr-16
May-16
Jun-16
Jul-16
4,720,8
4,643,2
4,914,8
4,783,8
4,746,6
GKG GKR
12
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
4,803,2
5,136,0
5,192,6
4,913,5
5,260,8
5,205,4
4,799,7
4,388,8
4,486,6
2,23
5,393,0
5,197,3
4,633,3
-10,85
4,859,2
5,050,0 5,270,0
5,222,5
5,272,5
5,280,0
5,235,0
% Per
Agst-16 Sept-16
5,235,0
5,290,0
4,966,6
5,106,6
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
5,150,0
-
Diluar dugaan, gabah kualitas GKG mengalami penurunan harga. Pada Mei 2017 gabah kualitas GKG di tingkat petani turun harga Rp. 566,67 per kg menjadi Rp.4.533,33 per kg. Sedangkan penurunan harga gabah kualitas GKG di penggilingan tercatat sebesar Rp.564 per kg menjadi Rp. 4.633,33 per kg.
Berita Resmi Statistik No.19/5/Th.XX, 2 Mei 2017
13