BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI SUMATERA UTARA MARET 2016 SEBESAR 99,17
Pada Maret 2016, NTP Provinsi Sumatera Utara (2012=100) tercatat sebesar penurunan 0,04 persen dibandingkan dengan NTP Februari 2016 sebesar 99,21.
99,17 atau mengalami
Penurunan NTP Maret 2016 disebabkan oleh turunnya NTP Subsektor Tanaman Pangan (padi dan palawija) sebesar 1,74 persen dan NTP Subsektor Peternakan sebesar 0,11 persen. Sedangkan NTP Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,79 persen, dan NTP Subsektor Perikanan naik sebesar 0,08 persen.
Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Pada Maret 2016, terjadi inflasi perdesaan di Sumatera Utara sebesar 0,75 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks pada seluruh kelompok konsumsi rumah tangga, yaitu indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,31 persen, indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau sebesar 0,36 persen, indeks kelompok perumahan sebesar 0,36 persen, indeks kelompok sandang sebesar 0,18 persen, indeks kelompok kesehatan sebesar 0,26 persen, indeks kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga sebesar 0,52 persen, dan indeks kelompok transportasi & komunikasi sebesar 0,09 persen.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Provinsi Sumatera Utara Maret 2016 sebesar 105,52 atau naik 0,26 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya.
1. NILAI TUKAR PETANI (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di Provinsi Sumatera Utara pada Maret 2016, NTP Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan 0,04 persen dibanding Februari 2016, yaitu dari 99,21 menjadi 99,17. Penurunan NTP pada Maret 2016 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. Penurunan NTP Maret 2016 disebabkan oleh turunnya NTP Subsektor Tanaman Pangan (padi dan palawija) sebesar 1,74 persen dan NTP Subsektor Peternakan sebesar 0,11 persen. Sedangkan NTP Subsektor Hortikultura mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen, NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat naik sebesar 0,79 persen, dan NTP Subsektor Perikanan naik sebesar 0,08 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor, Februari 2016-Maret 2016 (2012=100) Subsektor
Februari 2016
Maret 2016
Persentase Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Nilai Tukar Petani Padi & Palawija (NTPP)
98,55
96,83
-1,74
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
122,18
120,90
-1,05
- Padi
125,54
123,15
-1,90
- Palawija
114,30
115,62
1,15
123,98
124,86
0,71
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
126,38
127,39
0,80
- Indeks BPPBM
116,46
116,95
0,41
1. Tanaman Pangan (Padi & Palawija)
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH)
97,02
98,30
1,32
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
119,73
121,92
1,83
- Sayur-sayuran
116,81
119,05
1,92
- Buah-buahan
123,36
125,50
1,73
- Tanaman Obat
110,94
113,29
2,12
123,41
124,03
0,50
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,17
125,90
0,58
- Indeks BPPBM
115,59
115,70
0,09
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR)
95,15
95,90
0,79
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
118,56
120,39
1,54
118,56
120,39
1,54
124,61
125,54
0,74
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,88
126,89
0,80
- Indeks BPPBM
117,79
118,24
0,39
a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT)
109,50
109,38
-0,11
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
129,26
129,82
0,43
- Ternak Besar
133,75
134,72
0,72
- Ternak Kecil
125,37
125,42
0,04
- Unggas
115,33
115,21
-0,10
- Hasil Ternak
115,01
113,94
-0,92
118,04
118,68
0,54
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,59
126,54
0,75
- Indeks BPPBM
111,40
111,77
0,33
- Tanaman Perkebunan Rakyat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
4. Peternakan
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
Subsektor
Februari 2016
Maret 2016
Persentase Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidayaan Ikan (NTNP)
98,69
98,76
0,08
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidayaan Ikan (It)
118,81
119,35
0,45
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidayaan Ikan (Ib)
120,39
120,85
0,38
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123,58
124,09
0,41
- Indeks BPPBM
116,84
117,20
0,31
a. Nilai Tukar Nelayan (NTN)
101,77
102,17
0,39
b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It)
122,83
123,69
0,70
- Penangkapan Perairan Umum
108,19
110,18
1,84
- Penangkapan Laut
122,98
123,83
0,69
120,70
121,07
0,30
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123,68
124,19
0,41
- Indeks BPPBM
116,34
116,50
0,14
a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)
95,57
95,32
-0,26
b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan (It)
5. Perikanan
5.1. Perikanan Tangkap
c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib)
5.2. Perikanan Budidaya 114,77
114,99
0,19
- Budidaya Air Tawar
117,68
117,95
0,22
- Budidaya Laut
101,70
101,70
0,00
- Budidaya Air Payau
98,52
98,52
0,00
c. Indeks Harga yang Dibayar Pembudidaya Ikan (Ib)
120,09
120,63
0,45
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
123,48
123,98
0,41
- Indeks BPPBM
117,34
117,91
0,49
a. Nilai Tukar Petani (NTP)
99,21
99,17
-0,04
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
121,87
122,60
0,60
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
122,83
123,63
0,65
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,79
126,73
0,75
- Indeks BPPBM
115,80
116,19
0,34
a. Nilai Tukar Petani (NTP)
99,23
99,18
-0,05
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
121,96
122,70
0,61
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
122,91
123,71
0,66
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
125,85
126,81
0,76
- Indeks BPPBM
115,77
116,16
0,34
Gabungan/Provinsi Sumatera Utara
Gabungan/Provinsi Sumatera Utara tanpa Perikanan
BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
3
2. INDEKS HARGA YANG DITERIMA PETANI (IT) Indeks harga yang diterima petani (It) dari kelima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2016, It Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen dibandingkan dengan It Februari 2016, yaitu dari 121,87 menjadi 122,60. Kenaikan It terjadi pada empat subsektor yaitu subsektor hortikultura sebesar 1,83 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,54 persen, subsektor peternakan sebesar 0,43 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,45 persen. Sedangkan It subsektor tanaman pangan (padi & palawija) mengalami penurunan sebesar 1,05 persen.
3. INDEKS HARGA YANG DIBAYAR PETANI (IB) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Maret 2016, Ib Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 0,65 persen dibandingkan dengan Ib Februari 2016, yaitu dari 122,83 menjadi 123,63. Kenaikan Ib terjadi pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,71 persen, subsektor hortikultura sebesar sebesar 0,50 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,74 persen, subsektor peternakan sebesar 0,54 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,38 persen.
4. NTP SUBSEKTOR 4.1. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Pada Maret 2016, NTPP mengalami penurunan sebesar 1,74 persen, dan hal ini karena perubahan It (-1,05%) lebih rendah dibandingkan perubahan pada Ib (0,71%). Penurunan yang terjadi pada It karena indeks kelompok padi turun sebesar 1,90 persen yaitu dari 125,54 menjadi 123,15. Sementara indeks kelompok palawija mengalami kenaikan sebesar 1,15 persen yaitu dari 114,30 menjadi 115,62. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib terjadi karena perubahan pada indeks konsumsi rumah tangga (IKRT) naik sebesar 0,80 persen dan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) naik sebesar 0,41 persen.
4.2. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Maret 2016, NTPH mengalami kenaikan sebesar 1,32 persen, dan hal ini karena perubahan It (1,83%) lebih tinggi dibandingkan perubahan pada Ib (0,50%). Kenaikan yang terjadi pada It karena indeks pada kelompok sayur-sayuran naik sebesar 1,92 persen yaitu dari 116,81 menjadi 119,05, indeks kelompok buah-buahan naik sebesar 1,73 persen yaitu dari 123,36 menjadi 125,50, dan indeks kelompok tanaman obat naik sebesar 2,12 persen yaitu dari 110,94 menjadi 113,29. Sementara. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib terjadi karena perubahan IKRT naik sebesar 0,58 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,09 persen.
4.3. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Maret 2016, NTPR mengalami kenaikan sebesar 0,79 persen, dan hal ini karena perubahan It (1,54%) lebih tinggi dibandingkan perubahan pada Ib (0,74%). Kenaikan yang terjadi pada It karena indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat naik sebesar 1,54 persen yaitu dari 118,56 menjadi 120,39. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,80 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,39 persen.
4
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
4.4. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Maret 2016, NTPT mengalami penurunan sebesar 0,11 persen, dan hal ini karena perubahan It (0,43%) lebih rendah dibandingkan perubahan pada Ib (0,54%). Kenaikan yang terjadi pada It karena indeks kelompok ternak besar naik sebesar 0,72 persen dan indeks kelompok ternak kecil naik sebesar 0,04 persen. Sementara indeks kelompok unggas turun sebesar 0,10 persen dan indeks kelompok hasil ternak turun sebesar 0,92 persen. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,75 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,33 persen.
4.5. Subsektor Perikanan (NTNP) Pada Maret 2016, NTNP mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen, dan hal ini disebabkan oleh perubahan It (0,45%) lebih tinggi dibandingkan perubahan pada Ib (0,38%). Kenaikan yang terjadi pada It karena perubahan pada indeks kelompok penangkapan ikan rata-rata naik sebesar 0,70 persen dan indeks kelompok budidaya ikan secara rata-rata naik sebesar 0,19 persen. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,41 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,31 persen. 4.5.1. Kelompok Penangkapan Ikan (NTN) Pada Maret 2016, NTN mengalami kenaikan sebesar 0,39 persen, dan hal ini disebabkan oleh perubahan It (0,70%) lebih tinggi dibandingkan perubahan pada Ib (0,30%). Kenaikan yang terjadi pada It karena indeks kelompok penangkapan ikan secara rata-rata naik sebesar 0,70 persen. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,41 persen sementara indeks BPPBM turun sebesar 0,14 persen. 4.5.2. Kelompok Budidaya Ikan (NTPi) Pada Maret 2016, NTPi mengalami penurunan sebesar 0,26 persen, dan hal ini disebabkan oleh perubahan It (0,19%) lebih rendah dibandingkan perubahan pada Ib (0,45%). Kenaikan yang terjadi pada It karena indeks kelompok budidaya ikan secara rata-rata naik sebesar 0,19 persen. Di sisi lain, perubahan kenaikan pada Ib karena perubahan IKRT naik sebesar 0,41 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 0,49 persen.
5. PERBANDINGAN ANTARPROVINSI Dari 10 provinsi di Pulau Sumatera, perubahan NTP Maret 2016 terhadap NTP Februari 2016, terdapat 4 provinsi mengalami kenaikan dan 6 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 0,64 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Lampung sebesar 0,84 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung NTP-nya, perubahan NTP Maret 2016 terhadap NTP Februari 2016, terdapat 10 provinsi mengalami kenaikan dan 23 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Maluku Utara yaitu sebesar 0,73 persen, sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Banten sebesar 1,72 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
5
Tabel 2 Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi dan Persentase Perubahannya, Maret 2016 (2012=100) Provinsi
Ib
NTP
Indeks
% Perub
Indeks
% Perub
Rasio
% Perub
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
118,37
-0,58
121,73
0,08
97,25
-0,66
Sumatera Utara
122,60
0,60
123,63
0,65
99,17
-0,04
Sumatera Barat
120,12
1,18
122,10
1,37
98,38
-0,19
Riau
119,89
1,16
123,14
0,60
97,36
0,56
Kepulauan Riau
115,97
0,12
118,28
0,50
98,04
-0,38
Jambi
119,12
1,33
122,89
0,95
96,93
0,37
Sumatera Selatan
114,97
0,04
121,69
0,58
94,48
-0,54
Kepulauan Bangka Belitung
121,36
0,94
119,15
0,47
101,85
0,47
Bengkulu
114,46
1,62
123,58
0,97
92,61
0,64
Lampung
125,80
0,18
122,46
1,02
102,73
-0,84
DKI Jakarta
117,58
-0,03
118,92
0,67
98,88
-0,70
Jawa Barat
132,65
-0,74
125,33
0,74
105,84
-1,47
Banten
127,68
-1,09
121,90
0,65
104,74
-1,72
Jawa Tengah
122,37
-0,24
123,10
0,89
99,40
-1,12
DI Yogyakarta
126,21
-0,29
123,05
1,00
102,57
-1,28
Jawa Timur
130,22
-0,68
125,49
0,81
103,77
-1,48
Bali
126,93
-0,26
121,04
0,28
104,86
-0,54
Nusa Tenggara Barat
126,33
-0,11
121,02
0,33
104,38
-0,44
Nusa Tenggara Timur
121,56
-0,10
120,68
0,30
100,73
-0,40
Kalimantan Barat
115,23
0,09
121,64
0,56
94,73
-0,46
Kalimantan Tengah
117,18
-0,19
121,53
0,48
96,42
-0,66
Kalimantan Selatan
115,95
-0,85
118,72
0,31
97,67
-1,16
Kalimantan Timur
118,77
0,29
121,85
0,42
97,46
-0,13
Sulawesi Utara
119,53
-0,25
123,44
0,40
96,83
-0,65
Gorontalo
130,41
0,15
124,34
0,55
104,89
-0,39
Sulawesi Tengah
121,33
1,19
121,74
0,59
99,67
0,59
Sulawesi Selatan
129,82
-0,79
123,20
0,06
114,62
-0,83
Sulawesi Barat
125,19
0,10
117,98
0,03
106,11
0,07
Sulawesi Tenggara
120,32
-0,41
121,16
0,15
99,31
-0,56
Maluku
128,16
0,37
123,36
0,30
103,90
0,06
Maluku Utara
124,86
0,82
118,98
0,09
104,94
0,73
Papua
114,24
0,31
118,84
0,15
96,13
0,16
Papua Barat
121,60
0,51
121,92
0,06
99,74
0,45
Nasional
124,81
-0,22
123,18
0,68
101,32
-0,89
(1)
6
It
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
6. INDEKS HARGA KONSUMEN PERDESAAN Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Pada Maret 2016, terjadi inflasi perdesaan di Sumatera Utara sebesar 0,75 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan indeks pada seluruh kelompok konsumsi rumah tangga, yaitu indeks kelompok bahan makanan sebesar 1,31 persen, indeks kelompok makanan jadi, minuman, rokok, & tembakau sebesar 0,36 persen, indeks kelompok perumahan sebesar 0,36 persen, indeks kelompok sandang sebesar 0,18 persen, indeks kelompok kesehatan sebesar 0,26 persen, indeks kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga sebesar 0,52 persen, dan indeks kelompok transportasi & komunikasi sebesar 0,09 persen. Secara nasional pada Maret 2016, terjadi inflasi perdesaan sebesar 0, 95 persen. Dari 33 provinsi yang dihitung IKRT-nya, seluruhnya provinsi mengalami inflasi dengan inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Sumatera Barat sebesar 1,82 persen. Tabel 3 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan, Maret 2016 (2012=100) Provinsi
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan O. Raga
Transportasi dan Komunkiasi
UMUM/ KRT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Aceh
-0,14
0,36
0,19
0,21
0,56
0,14
-0,13
0,05
Sumatera Utara
1,31
0,36
0,36
0,18
0,26
0,52
0,09
0,75
Sumatera Barat
3,98
0,25
0,12
0,01
0,13
0,52
-0,23
1,82
Riau
1,49
0,15
-0,18
0,18
0,42
-0,03
0,33
0,74
Kepulauan Riau
1,07
0,12
0,24
0,74
0,40
0,18
1,06
0,69
Jambi
2,51
0,27
-0,12
0,21
0,64
0,00
-0,12
1,19
Sumatera Selatan
1,54
0,35
0,02
-0,03
0,46
0,06
-0,39
0,79
Kepulauan Bangka Belitung
1,15
0,38
0,07
0,42
0,20
0,07
-0,31
0,54
Bengkulu
2,55
0,41
-0,31
-0,24
0,46
0,05
0,57
1,17
Lampung
2,97
0,29
-0,02
0,01
0,11
0,07
0,12
1,34
DKI Jakarta
2,18
0,41
0,25
0,05
-0,01
0,00
-0,01
1,07
Jawa Barat
1,98
0,87
0,65
0,51
0,55
0,02
-0,18
1,14
Banten
1,91
0,03
0,12
0,33
0,04
0,00
-0,17
0,79
Jawa Tengah
2,84
0,36
0,24
0,24
0,15
0,14
-0,05
1,34
DI Yogyakarta
2,84
0,69
0,25
0,26
0,49
0,09
0,38
1,34
Jawa Timur
2,37
0,62
-0,02
0,35
0,22
0,04
0,24
1,19
Bali
0,41
0,57
0,11
0,51
0,42
0,00
0,09
0,33
Nusa Tenggara Barat
0,88
0,10
-0,21
0,12
0,21
0,02
-0,06
0,41
Nusa Tenggara Timur
0,37
0,58
0,15
0,38
0,50
0,00
0,08
0,34
Kalimantan Barat
1,22
0,25
0,24
0,10
0,61
0,11
0,00
0,67
Kalimantan Tengah
1,03
0,05
0,55
0,19
0,31
0,15
-0,16
0,55
Kalimantan Selatan
0,71
0,11
0,69
0,23
0,27
0,06
0,09
0,42
Kalimantan Timur
0,91
0,42
0,05
0,06
0,64
0,15
-0,22
0,52
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
7
Provinsi
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Kesehatan
Pendidikan, Rekreasi, dan O. Raga
Transportasi dan Komunkiasi
UMUM/ KRT
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
Sulawesi Utara
0,80
0,37
0,02
-0,01
0,33
0,06
0,06
0,46
Gorontalo
1,18
0,59
0,31
0,11
0,04
0,16
-0,20
0,73
Sulawesi Tengah
1,18
0,72
0,35
0,15
0,29
0,00
-0,09
0,70
Sulawesi Selatan
-0,12
0,62
0,01
0,17
0,16
0,01
0,13
0,10
Sulawesi Barat
-0,03
0,20
0,05
0,12
0,04
-0,22
0,19
0,05
Sulawesi Tenggara
-0,07
0,79
0,14
0,02
-0,06
0,02
0,14
0,16
Maluku
0,49
0,28
0,36
0,10
0,25
0,43
0,09
0,37
Maluku Utara
-0,01
0,24
0,23
0,34
0,39
-0,17
0,12
0,11
Papua
0,21
0,24
0,25
-0,02
0,07
0,00
-0,04
0,18
Papua Barat
0,14
0,31
-0,16
0,00
-0,21
0,00
-0,09
0,09
Nasional
1,88
0,48
0,18
0,25
0,29
0,09
0,03
0,95
7. NILAI TUKAR USAHA RUMAH TANGGA PERTANIAN (NTUP) SUBSEKTOR Pada Maret 2016, NTUP Provinsi Sumatera Utara mengalami kenaikan sebesar 0,26 persen. Hal ini karena perubahan It (0,60%) lebih tinggi dibandingkan perubahan indeks BPPBM (0,34%). Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP pada empat subsektor, yaitu subsektor hortikultura sebesar 1,73 persen, subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 1,15 persen, subsektor peternakan sebesar 0,10 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,14 persen. Sementara subsektor tanaman pangan mengalami penurunan sebesar 1,45 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya Maret 2016 (2012=100)
8
Subsektor
Februari 2016
Maret 2016
% Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
104,91
103,38
-1,45
2. Hortikultura
103,58
105,38
1,73
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
100,66
101,82
1,15
4. Peternakan
116,03
116,15
0,10
5. Perikanan
101,69
101,83
0,14
a. Tangkap
105,58
106,17
0,56
b. Budidaya
97,81
97,52
-0,30
Sumatera Utara
105,24
105,52
0,26
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
B. HARGA PRODUSEN GABAH MARET 2016
Selama Maret 2016 dilakukan di 13 kabupaten terhadap 95 observasi. Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah masih didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 50 observasi (52,63%), diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 27 observasi (28,42%), dan Gabah Kualitas Rendah sebanyak 18 observasi (18,95%).
Di tingkat petani pada Maret 2016, harga tertinggi senilai Rp6.000,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Ciherang di Kabupaten Padang Lawas Utara. Sedangkan harga terendah senilai Rp4.000,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas IR64, Bondowoso dan Ciherang di Kabupaten Simalungun serta gabah kualitas rendah varietas Pertiwi di Kabupaten Langkat. Di tingkat penggilingan pada Maret 2016, harga tertinggi senilai Rp6.090,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Arias di Kabupaten Toba Samosir. Sedangkan harga terendah senilai Rp4.025,00 per kg berasal dari gabah kualitas rendah varietas Pertiwi di Kabupaten Langkat.
Survei harga produsen gabah selama Maret 2016 dilakukan di 13 kabupaten terhadap 95 observasi. Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah masih didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 50 observasi (52,63%), diikuti oleh Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 27 observasi (28,42%), dan Gabah Kualitas Rendah sebanyak 18 observasi (18,95%).
1. HARGA TERTINGGI DAN TERENDAH Di tingkat petani pada Maret 2016, harga tertinggi senilai Rp6.000,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas Ciherang di Kabupaten Padang Lawas Utara. Sedangkan harga terendah senilai Rp4.000,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas IR64, Bondowoso dan Ciherang di Kabupaten Simalungun serta gabah kualitas rendah varietas Pertiwi di Kabupaten Langkat. Di tingkat penggilingan pada Maret 2016, harga tertinggi senilai Rp6.090,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKP varietas Arias di Kabupaten Toba Samosir. Sedangkan harga terendah senilai Rp4.025,00 per kg berasal dari gabah kualitas rendah varietas Pertiwi di Kabupaten Langkat.
2. RATA-RATA HARGA GABAH DAN KOMPONEN MUTU Selama Maret 2016, rata-rata harga gabah kualitas GKG di tingkat petani senilai Rp5.108 per kg dan di tingkat penggilingan senilai Rp5.154 per kg. Rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani senilai Rp4.426 per kg dan di tingkat penggilingan senilai Rp4.480 per kg. Rata-rata harga gabah kualitas rendah di tingkat petani senilai Rp4.431 per kg dan di tingkat penggilingan senilai Rp4.491 per kg. Komponen mutu gabah pada Maret 2016, rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Kotoran (KH) gabah kualitas GKG masing-masing tercatat 12,58 persen dan 2,30 persen, rata-rata KA dan KH gabah kualitas GKP masing-masing tercatat 20,65 persen dan 5,74 persen, rata-rata KA dan KH gabah kualitas rendah masing-masing tercatat 27,86 persen dan 6,34 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
9
Tabel 5 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Petani dan Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Maret 2016
Kelompok Kualitas (1)
Jumlah Observasi (%)
Terendah
Tertinggi
(2)
(3)
(4)
27
4 600
6 000
(28,42)
(Kualuh Selatan; Labuhan Batu Utara)
(Padang Bolak; Padang Lawas Utara)
50
4 000
5 990
(52,63)
(Tanah Jawa, Pematang Bandar; Simalungun)
(Siantar Narumonda; Toba Samosir)
18
4 000
5 081
(18,95)
(Sei Bingai; Langkat)
(Balige; Toba Samosir)
95 (100,00)
-
GKG
GKP
Gabah Kualitas Rendah
Total
Harga Gabah di Petani (Rp/Kg)
-
Ratarata (5)
5 108
4 426
Harga Ratarata di Penggilingan (Rp/Kg)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP) (Rp/Kg)
(6)
5 154
Rp/Kg
%
(7)
(8)
(9)
4 600
(Penggilingan)
554
12,04
3 700
(Petani)
726
19,62
3 750
(Penggilingan)
730
19,47
4 480
4 431
4 491
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Keterangan: ◙ GKG : KA≤14,00% dan KH≤3,00% ◙ GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) ◙ Di LuarKualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% 1 )HPP berdasarkan Inpres No 5 Tahun 2016 tanggal 17 Maret 2016
10
Selisih Harga Kol (5) atau (6) thd Kol (7)
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
SUKSESKAN SENSUS EKONOMI 2016 1 – 31 MEI 2016 Informasi lebih lanjut hubungi:
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA Telepon/Fax: 061-8452343/8452773 E-mail:
[email protected] Website:http://sumut.bps.go.id
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Utara No. 21/04/12/Th. XIX, 01 April 2016
11