No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. SEPTEMBER 2015, NTP BALI NAIK 0,28 PERSEN
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali bulan September 2015 tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,28 persen, dari 104,25 pada bulan Agustus 2015, menjadi 104,54. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,72 persen, dari 122,27 di bulan sebelumnya menjadi 123,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,44 persen, dari dari 117,28 menjadi 117,80.
Pada bulan September 2015, dari lima subsektor, tiga diantaranya mengalami penurunan NTP, yaitu Subsektor Hortikultura dan Tanaman Perkebunan yang turun masing-masing sebesar 0,26 persen serta Subsektor Perikanan yang turun sebesar 0,01 persen. Sementara itu, dua subsektor lainnya, yaitu Tanaman Pangan dan Peternakan mengalami kenaikan, masing-masing sebesar 0,85 persen, dan 0,63 persen.
NTP Nasional bulan September 2015 mencapai 102,33, mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen terhadap bulan sebelumnya. Kenaikan ini secara umum didorong oleh indeks harga yang diterima petani (It) yang naik sebesar 1,09 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,05 persen.
Berdasarkan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) September 2015, daerah pedesaan di Bali tercatat inflasi sebesar 0,52 persen. Sedangkan secara nasional daerah perdesaan mengalami deflasi sebesar 0,02 persen.
Bulan September 2015, tercatat inflasi perdesaan di 19 provinsi, sedangkan 14 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 1,11 persen dan inflasi terendah terjadi di Papua Barat sebesar 0,06 persen. Sementara itu, deflasi terbesar tercatat di Sumatera Utara mencapai 0,84 persen, sedangkan deflasi terendah tercatat di Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen.
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Pada September 2015, Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali tercatat mengalami peningkatan sebesar 0,28 persen, dari 104,25 pada bulan sebelumnya, menjadi 104,54. Dari sisi indeks yang diterima petani (It), tercatat kenaikan sebesar 0,72 persen, dari 122,27 di bulan sebelumnya menjadi Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
1
123,14. Sementara dari sisi indeks yang dibayar petani (Ib), tercatat kenaikan sebesar 0,44 persen, dari 117,28 menjadi 117,80.
1. a.
NTP Subsektor Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)
NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) pada bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,85 persen dibanding bulan sebelumnya, yaitu dari 97,57 menjadi 98,40. Nilai NTP-P masih tetap berada dibawah 100 ini menunjukkan bahwa biaya produksi dan konsumsi rumahtangga petani di subsektor pertanian tanaman pangan masih lebih besar dibandingkan hasil yang diterima dari usaha pertaniannya. Indeks harga yang diterima petani (It) pada subsektor Tanaman Pangan naik sebesar 1,27 persen. Kenaikan ini terjadi pada kelompok Padi dan Palawija masing-masing sebesar 1,46 persen dan 0,76 persen. Di sisi lain, indeks harga yang dibayar petani (Ib) tercatat mengalami kenaikan sebesar 0,41 persen, namun masih lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan It. Kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh naiknya Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga (IHKP) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 0,47 persen dan 0,16 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) merupakan salah subsektor yang mengalami penurunan NTP pada bulan September 2015. NTP-H turun sebesar 0,26 persen, yaitu dari 102,11 pada bulan lalu menjadi 101,84. Penurunan ini terjadi karena indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,16 persen, sementara indeks harga yang harus dibayar oleh petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,42 persen. Kenaikan yang terjadi pada It dipengaruhi oleh naiknya harga-harga pada kelompok sayur-sayuran sebesar 1,62 persen, sedangkan kelompok buah-buahan dan tanaman obat turun masing-masing sebesar 0,57 persen, dan 1,02 persen. Secara umum, komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain jeruk, nangka, dan tomat. Sementara itu, kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,55 persen dan indeks BPPBM sebesar 0,06 persen.
c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) pada bulan September 2015 mengalami penurunan sebesar 0,26 persen dari 99,17 menjadi 98,91. NTP-Pr pada bulan September 2015 kembali berada di bawah nilai 100, yang menunjukkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan petani di subsektor ini lebih besar daripada pendapatan yang diterima dari hasil perkebunannya. Secara umum, penurunan NTP-Pr dipicu oleh naiknya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,18 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan lebih besar, yaitu 0,44 persen. Beberapa komoditas perkebunan yang memberikan andil atas naiknya It di subsektor ini yaitu kopi, kelapa, dan kapas. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipengaruhi oleh indeks konsumsi rumah tangga dan indeks BPPBM yang naik masing-masing sebesar 0,55 persen dan 0,07 persen.
2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Perubahannya Menurut Subsektor Agustus 2015 - September 2015 (2012=100) Subsektor (1)
Bulan
Persentase
Agustus 2015
September 2015
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan (NTP-P)
97.57
98.40
0.85
a. Indeks Diterima Petani
117.66
119.15
1.27
- Padi
115.18
116.85
1.46
- Palawija
124.92
125.87
0.76
120.59
121.09
0.41
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
121.41
121.98
0.47
b. Indeks Dibayar Petani - Indeks BPPBM
116.79
116.97
0.16
2. Hortikultura (NTP-H)
102.11
101.84
-0.26
a. Indeks Diterima Petani
120.70
120.90
0.16
- Sayur-sayuran
132.25
134.39
1.62
- Buah-buahan
115.54
114.88
-0.57
- Tanaman Obat
122.81
121.56
-1.02
b. Indeks Dibayar Petani
118.21
118.71
0.42
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
120.29
120.95
0.55
- Indeks BPPBM
112.55
112.62
0.06
3. Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
99.17
98.91
-0.26
a. Indeks Diterima Petani
116.38
116.59
0.18
116.38
116.59
0.18
117.35
117.87
0.44
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
120.70
121.37
0.55
- Indeks BPPBM
107.29
107.36
0.07
4. Peternakan (NTP-Pt)
114.41
115.13
0.63
a. Indeks Diterima Petani
130.56
132.02
1.11
- Ternak Besar
133.28
135.99
2.03
- Ternak Kecil
132.18
132.18
0.00
- Unggas
127.00
126.47
-0.41
- Hasil Ternak
115.96
114.95
-0.87
- Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani
b. Indeks Dibayar Petani
114.12
114.67
0.48
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
120.94
121.57
0.52
- Indeks BPPBM
108.15
108.62
0.43
5. Perikanan (NTP-Pi)
105.32
105.30
-0.01
a. Indeks Diterima Petani
126.20
126.60
0.32
- Tangkap
139.35
138.87
-0.35
- Budidaya
106.70
108.42
1.61
b. Indeks Dibayar Petani
119.83
120.23
0.33
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
124.52
124.90
0.30
- Indeks BPPBM
111.21
111.65
0.40
NTP Gabungan
104.25
104.54
0.28
a. Indeks Diterima Petani
122.27
123.14
0.72
b. Indeks Dibayar Petani
117.28
117.80
0.44
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
120.89
121.52
0.52
- Indeks BPPBM
110.92
111.14
0.20
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
3
d.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) bulan September 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,63 persen, yaitu dari 114,41 menjadi 115,13. Secara umum kenaikan ini disebabkan oleh indeks harga yang diterima petani (It) naik sebesar 1,11 persen, sementara kenaikan pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) lebih rendah, yaitu sebesar 0,48 persen. Terjadinya kenaikan It dipicu oleh naiknya harga pada kelompok ternak besar mencapai 2,03 persen, yaitu komoditas sapi potong. Sebaliknya kelompok unggas dan hasil ternak mengalami penurunan harga masing-masing sebesar 0,41 persen dan 0,87 persen. Sementara itu, kelompok ternak kecil tidak mengalami perubahan. Di sisi lain, kenaikan pada Ib dipicu oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga sebesar 0,52 persen dan indeks BPPBM 0,43 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTP-Pi)
Subsektor Perikanan mencakup kegiatan perikanan tangkap dan budidaya perikanan. Pada bulan September 2015, NTP Subsektor Perikanan juga mengalami penurunan, yaitu sebesar 0,01 persen, dari 105,32 menjadi 105,30. Kenaikan ini terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan yang lebih kecil daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib). It mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen, sementara Ib naik sebesar 0,33 persen. Kenaikan It dipicu oleh naiknya harga-harga pada kelompok budidaya perikanan sebesar 1,61, sebaliknya indeks kelompok perikanan tangkap turun sebesar 0,35. Beberapa komoditi dalam kelompok budidaya perikanan yang mengalami kenaikan harga, yaitu rumput laut, lele, kerapu, dan patin. Sementara itu, adanya kenaikan pada Ib didorong oleh naiknya indeks konsumsi rumah tangga dan BPPBM masingmasing sebesar 0,30 persen dan 0,40 persen.
2.
Perbandingan Terhadap Angka Nasional
Pada bulan September 2015, NTP gabungan secara nasional mengalami kenaikan sebesar 1,04 persen. Secara umum, kenaikan tersebut terjadi karena indeks harga yang diterima petani (It) secara nasional mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen, lebih tinggi daripada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,05 persen. Jika dibandingkan dengan NTP Gabungan secara nasional, NTP Bali masih berada di atas NTP Gabungan secara nasional. Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Agustus - September 2015 (2012=100) Indeks
Provinsi Bali Agustus September 2015 2015
(1)
3.
%
Nasional Agustus September 2015 2015
%
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Indeks yang Diterima Petani
122.27
123.14
0.72
121.38
122.70
1.09
Indeks yang Dibayar Petani
117.28
117.80
0.44
119.85
119.91
0.05
NTP
104.25
104.54
0.28
101.28
102.33
1.04
Perbandingan NTP di Jabalnusra
Pada bulan September 2015, dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra), hampir semua mengalami kenaikan NTP, kecuali DKI Jakarta yang turun sebesar 0,07 4
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
persen. Kenaikan tertinggi tercatat di Jawa Barat sebesar 1,78 persen, disusul oleh Jawa Tengah dan Yogyakarta masing-masing sebesar 1,67 persen dan 1,37 persen. NTP di Jabalnusra lebih lengkap disajikan pada tabel 3 dibawah ini. Tabel 3 Nilai Tukar Petani Antar Provinsi di Jabalnusra Agustus - September 2015 (2012=100) Provinsi
Persentase
Agustus 2015
September 2015
Perubahan
(2)
(3)
(4)
DKI Jakarta
97.56
97.49
-0.07
Jawa Barat
104.11
105.95
1.78
Jawa Tengah
99.83
101.50
1.67
Yogyakarta
101.53
102.92
1.37
Jawa Timur
105.14
106.42
1.21
Banten
103.95
104.84
0.85
Bali
104.25
104.54
0.28
NTB
104.14
104.78
0.62
NTT
102.15
102.81
0.65
(1)
4.
Bulan
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) dari komponen Ib, NTUP dapat lebih mencerminkan margin usaha pertanian, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. NTUP September 2015 masih mengalami kenaikan sebesar 0,51 persen yaitu dari 110,23 menjadi 110,79. Kenaikan NTUP terjadi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,11 persen, Peternakan 0,68 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat 0,11 persen, serta Hortikultura 0,10 persen. Sementara NTUP Subsektor Perikanan mengalami penurunan sebesar 0,08 persen. Tabel 4 Nilai Tukar Usaha Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Agustus - September 2015 (2012 = 100) Bulan Agustus 2015
September 2015
Persentase Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
100.75
101.86
1.11
2. Hortikultura
107.25
107.35
0.10
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
108.47
108.59
0.11
4. Peternakan
120.73
121.55
0.68
5. Perikanan
113.48
113.39
-0.08
a Perikanan Tangkap
121.94
121.00
-0.77
b. Perikanan Budidaya
100.04
101.28
1.25
110.23
110.79
0.51
Subsektor (1)
Gabungan
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
5
5.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks Harga yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,02 persen. Berdasarkan pengamatan IHK perdesaan pada bulan September 2015, terjadi inflasi pada 19 provinsi sementara 14 provinsi mengalami deflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 1,11 persen dan inflasi terendah terjadi di Papua Barat sebesar 0,06 persen. Sementara itu, deflasi terbesar tercatat di Sumatera Utara mencapai 0,84 persen, sedangkan deflasi terendah tercatat di Kalimantan Barat sebesar 0,01 persen. Grafik 1 Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) Menurut Provinsi di Indonesia, September 2015
Pada September 2015, Provinsi Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,52 persen yang disebabkan oleh naiknya harga-harga di semua kelompok komoditas. Kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 0,85 persen, disusul oleh kelompok sandang 0,66 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,56 persen, kelompok kesehatan 0,55 persen, kelompok makanan jadi 0,29 persen, kelompok perumahan 0,28 persen, serta kelompok transportasi dan komunikasi 0,04 persen. Secara umum, komoditas pada kelompok bahan makanan penyumbang inflasi pada bulan September 2015, antara lain beras, bawang putih, kubis/kol, dan sawi hijau. Sedangkan penyumbang inflasi pada kelompok sandang, antara lain sepatu anak, baju kaos, dan pakaian dalam.
6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, September 2015 Kelompok
Perubahan IHK Perdesaan (%) Bali
Nasional
(2)
(3)
Bahan Makanan
0.85
-0.40
Makanan Jadi
0.29
0.26
Perumahan
0.28
0.26
Sandang
0.66
0.25
Kesehatan
0.55
0.26
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
0.56
0.25
Transportasi dan Komunikasi
0.04
0.17
Gabungan
0.52
-0.02
(1)
B. HARGA GABAH BULAN SEPTEMBER 2015 NAIK
Berdasarkan hasil pemantauan harga gabah bulan September 2015, tercatat rata-rata harga gabah pada kualitas kering panen (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,49 persen dibandingkan bulan Agustus 2015, sedangkan di tingkat penggilingan naik sebesar 4,49 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan September masih berada diatas HPP yaitu sebesar Rp 4.515,38 per kg di tingkat petani dan Rp 4.622,89 per kg di tingkat penggilingan.
Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.793,74 per Kg untuk varietas Cigeulis, sementara transaksi terendah tercatat di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.800,00/Kg untuk varietas Cigeulis.
Berdasarkan hasil pencatatan harga gabah di 7 kabupaten, yaitu Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem dan Buleleng selama bulan September 2015, harga gabah (GKP) di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 3,49 persen, dari Rp 4.363,01 per kg pada bulan sebelumnya menjadi Rp 4.515,38 per kg. Sementara itu, rata-rata harga GKP di tingkat penggilingan naik sebesar 4,49 persen dari Rp 4.424,41 per kg menjadi Rp 4.622,89 per kg. Transaksi Gabah Kering Panen (GKP) dengan harga tertinggi di tingkat petani tercatat di Kabupaten Karangasem sebesar Rp 5.793,74 per Kg untuk varietas Cigeulis, sementara transaksi terendah tercatat di Kabupaten Klungkung dengan harga Rp 3.800,00/Kg untuk varietas Cigeulis.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
7
Grafik 2 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2014 September 2015 4,800.00 4,600.00 4,400.00 4,200.00 4,000.00 3,800.00 3,600.00 3,400.00 3,200.00
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
HPP Tk. Petani
Sep '15
Ags '15
Jul '15
Jun '15
Mei '15
Apr '15
Mar '15
Feb '15
Jan '15
Des '14
Nov '14
Okt '14
Sep '14
3,000.00
HPP Tk. Penggilingan
Tabel 6 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali September 2014 – September 2015 No
Bulan
Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg)
Perubahan (%)
Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
September 2014
3,960.54
2.34
4,034.95
2.67
2
Oktober 2014
4,091.44
3.31
4,164.42
3.21
3
Nopember 2014
4,121.61
0.74
4,189.88
0.61
4
Desember 2014
4,182.87
1.49
4,258.66
1.64
5
Januari 2015
4,341.58
3.79
4,414.58
3.66
6
Februari 2015
4,419.29
1.79
4,486.79
1.64
7
Maret 2015
4,310.36
-2.46
4,456.36
-0.68
8
April 2015
3,785.53
-12.18
3,857.96
-13.43
9
Mei 2015
3,797.24
0.31
3,861.71
0.10
10
Juni 2015
4,161.03
9.58
4,217.76
9.22
11
Juli 2015
4,281.91
2.90
4,349.42
3.12
12
Agustus 2015
4,363.01
1.89
4,424.41
1.72
13
September 2015
4,515.38
3.49
4,622.89
4.49
*) HPP GKP (Mulai Maret 2015) Rp 3.700,00/kg di tingkat petani Rp 3.750,00/kg di tingkat penggilingan
8
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
Tabel 7 Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2013 2015 Tahun
Bali
Nasional
Bulanan
Kumulatif
Bulanan
Kumulatif
(2)
(3)
(4)
(5)
Januari
1.66
1.66
1.21
1.21
Februari
0.68
2.35
0.66
1.88
Maret
0.91
3.28
0.76
2.65
April
0.10
3.38
-0.02
2.63
Mei
-0.18
3.20
-0.03
2.60
Juni
-0.03
3.17
0.58
3.20
Juli
3.18
6.45
3.36
6.66
Agustus
0.39
6.87
0.96
7.69
September
-0.03
6.84
0.08
7.78
Oktober
1.05
7.96
0.31
8.11
Nopember
0.24
8.22
0.14
8.26
Desember
0.32
8.57
0.39
8.69
Januari
0.88
0.88
1.16
1.16
Februari
0.32
1.20
0.45
1.62
Maret
0.42
1.63
0.19
1.81
April
0.05
1.68
-0.05
1.76
Mei
0.39
2.07
0.23
1.99
Juni
0.36
2.44
0.74
2.74
Juli
0.56
3.01
0.82
3.58
Agustus
0.49
3.51
0.37
3.96
September
0.49
4.02
0.45
4.43
Oktober
0.24
4.27
0.43
4.88
November
1.52
5.85
1.49
6.41
Desember
2.85
8.86
2.72
9.30
Januari
-0.90
-0.90
-0.03
-0.03
Februari
-0.53
-1.42
-0.73
-0.76
Maret
0.88
-0.55
0.48
-0.29
April
0.25
-0.30
0.21
-0.08
Mei
-0.20
-0.49
0.60
0.52
Juni
0.17
-0.32
0.82
1.35
Juli
0.64
0.31
0.89
2.24
Agustus
0.64
0.96
0.47
2.72
September
0.52
1.48
-0.02
2.70
(1)
2013
2014
2015
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 68/10/51/Th. IX, 1 Oktober 2015
9
Informasi lebih lanjut hubungi: I Gede Nyoman Subadri, S.E. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]