No. 59 / VII / 1 Nopember 2004
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI *) DAN PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH Pada bulan Agustus 2004, Nilai Tukar Petani (NTP) adalah 103,99 atau turun 1,66 persen dibanding NTP Juli 2004 sebesar 105,75. Hal ini terutama disebabkan petani hanya dapat menjual hasil produksinya dengan harga 1,08 persen lebih rendah dibanding harga bulan Juli 2004. Dari 23 propinsi yang diamati selama bulan Agustus 2004, Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Sulawesi Utara (21,84 persen), karena harga cengkeh produksi petani naik 9,63 persen, sedangkan penurunan terbesar di Nusa Tenggara Timur (minus 14,82 persen) karena harga padi turun 19,53 persen . Pada Agustus 2004, inflasi di daerah pedesaan Indonesia sebesar 0,18 persen atau lebih tinggi dari inflasi daerah perkotaan 0,09 persen pada bulan yang sama. Inflasi pedesaan terjadi karena harga kelompok perumahan naik 0,95 persen dan aneka barang dan jasa naik 0,16 persen. Sedangkan kelompok makanan turun 0,07 persen dan pakaian turun 0,02 persen. *) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah angka perbandingan antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase.
1. Nilai Tukar Petani Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan indikator relatif tingkat kesejahteraan petani. Semakin tinggi NTP relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. NTP cukup berfluktuasi selama Januari 1994-Agustus 2004. Penurunan NTP umumnya terjadi ketika panen raya padi, namun naik kembali di waktu sesudahnya. Sedangkan kenaikan tajam NTP disebabkan harga komoditas ekspor hasil perkebunan rakyat naik drastis di masa krisis. Perubahan kurs mata uang yang cepat pada tahun 1998, membuat produk pertanian Indonesia sangat murah di luar negeri namun naik tajam di dalam negeri. Petani, terutama di perkebunan rakyat, mendapatkan keuntungan dari krisis; namun tidak berlangsung lama. Harga barang/jasa untuk usaha pertanian cenderung Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1 Nopember 2004
1
meningkat setelah puncak krisis dilewati, akibatnya biaya produksi pertanian naik, sehingga Nilai Tukar Petani menurun kembali. Grafik 1. NTP Nasional Januari 1994 s.d Agustus 2004 (1993=100)
150 140 130 120 110
200407
200401
200307
200301
200207
200201
200107
200101
200007
200001
199907
199901
199807
199801
199707
199701
199607
199601
199507
199501
199407
199401
100
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di propinsi di Indonesia, NTP secara nasional pada bulan Agustus 2004 turun 1,66 persen dibanding Juli 2004, yaitu dari 105,75 menjadi 103,99. NTP Agustus 2004 turun 0,42 persen (year-on-year) terhadap Agustus 2003. Hal ini disebabkan kenaikan harga produksi pertanian relatif lebih rendah dibanding kenaikan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga (terutama harga keperluan perumahan dan pakaian) maupun untuk keperluan produksi pertanian (khususnya naiknya upah buruh tani).
II. Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) Indeks Harga Yang Diterima Petani (IT) berguna untuk melihat fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan Agustus 2004, secara nasional indeks harga yang diterima petani turun 1,08 persen dibanding bulan Juli 2004, yaitu dari 463,66 menjadi 458,67. Subsektor Tanaman Bahan Makanan (TBM) turun 2,19 persen, sedangkan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) mengalami kenaikan 3,12 persen. Empat kelompok pada subsektor TBM yang mengalami penurunan yaitu padi mengalami penurunan 1,91 persen, palawija turun 0,17 persen, sayur-sayuran turun 3,43 persen dan buah-buahan turun 2,90 persen. 2
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1Nopember 2004
Bila dibandingkan dengan bulan Agustus tahun 2003, indeks harga yang diterima petani naik 5,38 persen. Hal tersebut disebabkan naiknya harga komoditas tanaman perkebunan rakyat sebesar 16,41 persen.
III. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) Melalui Indeks Harga Yang Dibayar Petani (IB) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat pedesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan Agustus 2004 secara nasional Indeks Harga Yang Dibayar Petani naik 0,60 persen dibanding bulan Juli 2004. Subsektor Konsumsi Rumah Tangga naik 0,18 persen, sedangkan Subsektor Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal Pertanian naik 1,92 persen. Besarnya kenaikan Indeks Harga Konsumsi Rumah Tangga atau inflasi pedesaan sebesar 0,18 persen terjadi karena harga kelompok perumahan naik sebesar 0,95 persen dan aneka barang jasa naik sebesar 0,16 persen. Sedangkan penurunan terjadi pada kelompok makanan sebesar minus 0,07 persen, dan pakaian sebesar minus 0,02 persen. Untuk pengeluaran biaya produksi dan penambahan barang modal, kelompok non faktor produksi naik 1,18 persen, kelompok upah naik 3,06 persen, kelompok lainnya naik 1,58 persen dan kelompok penambahan barang modal turun 0,43 persen. Bila dibandingkan terhadap bulan Agustus tahun 2003, indek harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 5,83 persen. Hal tersebut terutama disebabkan naiknya harga barang dan jasa untuk produksi pertanian dan barang modal pertanian sebesar 9,55 persen. Sedangkan naiknya harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumahtangga pertanian atau inflasi pedesaan (year-on-year) hanya sebesar 4,11 persen. Inflasi pedesaan tahun kalender (Januari – Agustus 2004) sebesar 2,47 persen atau lebih rendah dibanding inflasi perkotaan sebesar 3,78 persen untuk periode yang sama.
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1 Nopember 2004
3
Tabel 1. Perubahan Nilai Tukar Petani Nasional (Tahun 1993=100) Sektor , Kelompok dan Sub Kelompok (1)
Indeks Nasional Tahun 2003 Tahun 2004 Agt Des Jul Agt (2) (3) (4) (5)
Perubahan Agt 2004 Agt 2004 Agt 2004 thd thd thd Jul 2004 Des 2003 Agt 2003 (6) (7) (8)
1. Indeks Harga yg Diterima Petani 435,26 436,14 463,66 458,67 -1,08 5,17 5,38 1.1. Tanaman Bahan Makanan 435,91 439,26 453,95 444,00 -2,19 1,08 1,85 1.1.1. Padi 434,53 436,93 434,45 426,13 -1,91 -2,47 -1,93 1.1.2. Palawija 408,96 411,46 420,69 419,96 -0,17 2,07 2,69 1.1.3. Sayur-sayuran 377,79 369,82 414,85 400,62 -3,43 8,33 6,04 1.1.4. Buah-buahan 544,62 561,81 585,64 568,64 -2,90 1,22 4,41 1.2. Tanaman Perkebunan Rakyat 395,99 390,82 447,01 460,96 3,12 17,95 16,41 2. Indeks Harga yg Dibayar Petani 416,79 422,27 438,47 441,08 0,60 4,45 5,83 2.1. Konsumsi Rumahtangga 397,91 404,27 413,52 414,26 0,18 2,47 4,11 2.1.1. Makanan 400,01 406,05 408,68 408,38 -0,07 0,58 2,09 2.1.2. Perumahan 377,91 382,75 403,27 407,12 0,95 6,37 7,73 2.1.3. Pakaian 401,97 419,28 430,15 430,07 -0,02 2,57 6,99 2.1.4. Aneka Barang dan Jasa 425,08 428,83 444,24 444,97 0,16 3,76 4,68 2.2. Biaya Produksi & 465,75 468,18 500,60 510,22 1,92 8,98 9,55 Penambahan Barang Modal 2.2.1. Non Faktor Produksi 464,46 463,07 463,30 468,75 1,18 1,23 0,92 2.2.2 Upah 487,05 493,57 559,78 576,93 3,06 16,89 18,45 2.2.3 Lainnya 264,83 265,31 277,32 281,70 1,58 6,18 6,37 2.2.4 Penambahan Barang Modal 332,33 334,84 347,94 346,46 -0,43 3,47 4,25 3. Nilai Tukar Petani 104,43 103,29 105,75 103,99 -1,66 0,68 -0,42 *) Sampai Desember 2003 data upah hanya berupa uang. Mulai Januari 2004, data upah mencakup pemberian berupa uang, makan, minum, rokok dan lainnya. Isian di kolom (8) hanya perbandingan upah yang berupa uang.
IV. Perbandingan Antar Propinsi Bila bulan Agustus 2004 dibandingkan dengan bulan Juli 2004, dari 23 propinsi yang dilaporkan, ada 8 propinsi yang NTP-nya meningkat dan 15 propinsi lainnya menurun. Kenaikan tertinggi terjadi di propinsi Sulawesi Utara yaitu 21,84 persen terutama disebabkan karena harga cengkeh naik 9,63 persen. Sedangkan penurunan terbesar terjadi di propinsi Nusa Tenggara Timur sebesar minus 14,82 persen disebabkan oleh penurunan harga padi sebesar 19,53 persen. a. Perbandingan antar propinsi di Pulau Sumatera Dari 8 propinsi di pulau Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Agustus 2004, NTP Lampung mengalami kenaikan terbesar 1,61 persen. Sebaliknya NTP propinsi Bengkulu yang mengalami penurunan terbesar yaitu minus 10,55 persen. b. Perbandingan antara propinsi di Pulau Jawa Dari 4 propinsi di Pulau Jawa yang melaporkan hasil survei hingga Agustus 2004, NTP Jawa Tengah dan Jawa Timur mengalami kenaikan masing-masing 0,23 persen dan 0,50 persen. NTP Jawa Barat mengalami penurunan terbesar yaitu minus 2,39 persen. 4
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1Nopember 2004
c. Perbandingan antar propinsi di luar Pulau Sumatera dan Jawa Dari sepuluh propinsi di luar Pulau Jawa dan Sumatera yang melaporkan hasil survei hingga Agustus 2004, kenaikan NTP tertinggi di Sulawesi Utara yaitu 21,84 persen dan penurunan terendah di Nusa Tenggara Timur 14,82 persen.
Tabel 2. Rangking Nilai Tukar Petani (NTP) (1993=100) PROPINSI
Juli 2004 NTP Ranking (2) (3)
Agustus 2004 Beda (%) NTP Ranking kl(4) & kl(2) (4) (5) (6)
186,90
3
227,71
1
21,84
235,26
1
209,39
2
-11,00
Sulawesi Tenggara
192,52
2
207,74
3
7,91
Sumatera Selatan
144,77
4
138,94
4
-4,03
D.I Yogyakarta
126,51
5
126,14
5
-0,29
Bali
118,99
9
120,83
6
1,54
Jawa Barat
122,12
7
119,20
7
-2,39
Kalimantan Tengah
119,42
8
112,07
8
-6,15
Sulawesi Tengah
106,44
10
107,89
9
1,36
Jambi
105,74
12
107,35
10
1,52
Nusa Tenggara Timur
124,32
6
105,90
11
-14,82
(1)
Sulawesi Utara Kalimantan Barat
Nasional
105,75
Nanggroe Aceh D
101,49
15
99,68
12
-1,79
94,22
17
95,73
13
1,61
Kalimantan Timur
97,55
16
95,11
14
-2,50
Sulawesi Selatan
106,13
11
94,93
15
-10,55
Bengkulu
105,73
13
94,57
16
-10,55
Kalimantan Selatan
101,88
14
94,06
17
-7,67
Jawa Timur
92,36
18
92,82
18
0,50
Jawa Tengah
90,67
19
90,89
19
0,23
Sumatera Utara
85,04
20
82,34
20
-3,17
Sumatera Barat
73,71
21
71,05
21
-3,62
Riau
67,12
22
65,56
22
-2,33
Nusa Tenggara Barat
65,74
23
64,44
23
-1,99
Lampung
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1 Nopember 2004
-1,66
103,99
5
PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH
Pada bulan Oktober 2004, rata-rata harga Gabah naik dibanding bulan sebelumnya. Gabah Kering Simpan (GKS) naik 3,61 persen; Gabah Kering Panen (GKP) naik 4,44 persen; dan gabah kualitas rendah naik 0,63 persen. BPS tidak menemukan petani yang melakukan transaksi Gabah Kering Giling (GKG) pada Oktober 2004. Tetapi rata-rata harga gabah kualitas GKS masih berada di bawah HPP. Persentase harga gabah di tingkat penggilingan yang di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) turun: dari 45,09 persen (September 2004) menjadi 26,45 persen (Oktober 2004). Persentase gabah petani yang berkualitas rendah juga turun yaitu: dari 8,82 persen (September 2004) menjadi 6,77 persen (Oktober 2004). Berdasarkan 665 observasi gabah di 17 propinsi pada Oktober 2004, harga gabah terendah di tingkat petani adalah sebesar Rp. 1.000,00/kg dijumpai di Lampung, Jabar, Banten, Bali, dan Sulteng. Sedangkan harga tertinggi sebesar Rp. 1.703,70/kg dijumpai di Sumatera Barat.
Pada bulan Oktober 2004 BPS melakukan 665 observasi di 17 propinsi yaitu Sumut, Sumbar, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Observasi dilakukan terhadap kelompok kualitas yaitu: Gabah Kering Giling (GKG) tidak dijumpai, Gabah Kering Simpan (GKS) sebanyak 152 observasi (22,86 persen), Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 468 observasi (70,37 persen) dan diluar kelompok kualitas sebanyak 45 observasi (6,77 persen). Rincian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1Nopember 2004
Tabel 1. Jumlah Observasi, Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Menurut Kelompok Kualitas Oktober 2004 Harga Gabah di tingkat Petani (Rp./kg)
Jumlah Observasi (%)
Terendah
Tertinggi
Ratarata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
GKG
---
---
---
GKS
152 (22,86 %)
1.000,00
1.700,00
(Pandeglang; Banten)
(Solok; Sumbar, Bandung; Jabar)
GKP
468 (70,37 %)
Di luar Kualitas
45 (6,77 %)
Jumlah
665 (100,00)
Kelompok Kualitas
1.000,00
1.703,70
(Lampung Sel, Pandeglang; Banten & Badung; Bali)
(Tanah Datar; Sumbar)
1.000,00
1.625,00
(Sukabumi; Jabar, Pandeglang; Banten & Banggai; Sulteng)
(Solok; Sumbar)
1.000,00
1.703,70
Harga Pembelian
Rata-rata Harga tingkat Penggi lingan (Rp/kg)
Selisih Harga kol (6) Terhadap kol (7)
Pemerintah (HPP) * (Rp/kg)
(Rp/Kg)
(6)
(7)
(8)
(9)
---
---
1.700
---
---
1.382,38
1.426,17
1.500
- 73,83
- 4,92
1.274,06
1.310,13
1.230
80,13
6,51
1.167,11
1.206,89
---
---
---
1.291,58
1.329,67
----
----
----
(%)
Keterangan: GKG : kadar air ≤14 % dan kadar lain ≤ 3 %.
GKP : kadar air (18,01-25%) dan kadar lain (8,01-15%).
GKS : kadar air (14,01-18%) dan kadar lain (3,01-8%).
Di luar kualitas : kadar air > 25 % atau kadar lain > 15%.
* HPP di tingkat penggilingan berdasarkan SKB Kepala BBKP Dep. Pertanian dan Kepala Bulog No. 02/SKB/BBKP/I/2003 tgl. 16 Januari 2003 KEP-08/UP/01/2003
Tabel. 2. Persentase Harga di Bawah HPP Menurut Kualitas Harga Tingkat Penggilingan
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
Di Bawah HPP
Sama Dengan HPP
(1)
(2)
(3)
(4)
GKG
---
---
---
GKS
152
88 (57,89 %)
24 (15,79 %)
GKP
468
76 (16,24 %)
20 (4,27 %)
Semua Kualitas
620
164 (26,45 %)
44 (7,10 %)
Diluar Kualitas
45
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1 Nopember 2004
7
1. Kasus Harga Di bawah HPP dan Di luar Kualitas Dari 620 observasi di 17 propinsi terdapat 26,45 % kasus harga di tingkat penggilingan yang berada di bawah HPP. Kasus harga tersebut terdapat di 13 propinsi, yaitu Sumut, Sumbar; Lampung; Jabar; Jateng; Yogya; Jatim; Banten; Bali; Kalteng; Kalsel; Sulsel; dan Sultra. Kasus di luar kelompok kualitas terdapat 6,77 %, ditemui di 6 propinsi yaitu Sumbar; Jabar; Jateng; Jatim; Banten; dan Sulteng. 2. Harga Terendah, Tertinggi dan Rata-rata Komponen Mutu Pada bulan Oktober 2004, dari 665 observasi diperoleh harga gabah terendah di tingkat petani sebesar Rp 1.000,00/kg dijumpai di Lampung (Kab. Lampung Selatan, Kec. Palas), Jabar (Kab. Sukabumi, Kec. Sukaraja), Banten (Kab. Pandeglang, Kec. Saketi dan Cimanuk), Bali (Kab. Badung, Kec. Mengwi), dan Sulteng (Kab. Banggai, Kec. Toili). Sedangkan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 1.020,00/kg, hanya dijumpai di Sulawesi Tengah (Kab. Banggai, Kec. Toili), varietas Sierang & Superwin dengan kualitas di luar kualitas. Harga tertinggi di tingkat petani sebesar Rp 1.703,70/kg, dijumpai di Sumatera Barat (Kab. Tanah Datar, Kec. Rambatan), varietas Silih Baganti, kualitas GKP. Sedangkan di tingkat penggilingan sebesar Rp. 1.800,00/kg, dijumpai di Sumatera Barat (Kab. Solok, Kec. X Koto Singkarak), varietas Anak Daro; dan di Jawa Barat (Kab. Bandung, Kec. Ciparay), varietas Jembar, semua kualitas GKS. Untuk rata-rata komponen mutu yang terdiri dari kadar air dan kadar lain, yaitu : untuk kualitas GKS kadar airnya sebesar 15,18 persen dan kadar lainnya sebesar 5,32 persen, untuk kualitas GKP kadar airnya sebesar 19,76 persen dan kadar lainnya sebesar 7,44 persen, sedangkan untuk kualitas di luar kelompok kadar airnya sebesar 26,30 persen dan kadar lainnya sebesar 10,60 persen. Tabel 3. Rata-rata Komponen Mutu Kualitas Gabah yang Dijual Petani Menurut Kelompok Kualitas Gabah Oktober 2004
8
Rata-rata Komponen Mutu (%)
Kelompok Kualitas
Kadar Air
Kadar Lain
GKG GKS GKP Diluar Kualitas
--15,18 19,76 26,30
--5,32 7,44 10,60
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1Nopember 2004
Tabel. 4. Persentase Harga di Bawah HPP dan Di Luar Kualitas Juli s/d Oktober 2004 Ditingkat Penggilingan (%)
Rincian
Juli
Agst.
Sept.
Okt.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Obs. Di bawah HPP
37,59
50,07
45,09
26,45
Obs. Di luar Kualitas
12,50
8,19
8,82
6,77
Tabel. 5. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kualitas Agustus s/d Oktober 2004
Kualitas
HPP
Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Tingkat Petani (Rp/Kg)
2003
Agustus
Sept.
Okt.
Agustus
Sept.
Okt.
% Perub
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
a. GKG
1.700
1.325,00
---
---
1.275,00
---
---
---
b. GKS
1.500
1.407,02
1.375,71
1.426,17
1.373,97
1.334,24
1.382,38
3,61
c. GKP
1.230
1.235,77
1.255,64
1.310,13
1.200,17
1.219,90
1.274,06
4,44
---
1.153,35
1.195,85
1.206,89
1.115,97
1.159,80
1.167,11
0,63
(1)
d. Di luar kualitas
Grafik 2. Harga Rata-rata Gabah Di tingkat Penggilingan di Indonesia (Nop. 2003 s/d Okt. 2004) 1.900,00
Harga Rata-rata (RP/kg)
1.800,00
GKG
1.700,00
GKS
1.600,00
GKP
1.500,00
Di luar Kualitas HPP GKG
1.400,00 1.300,00
HPP GKS
1.200,00
HPP GKP
1.100,00 1.000,00
Nop Des Jan
Peb Mar Apr Mei Jun
Jul Ags Sep
Okt
Bulan
Berita Resmi Statistik No.59 / VII / 1 Nopember 2004
9