BADAN PUSAT STATISTIK No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, HARGA PRODUSEN GABAH DAN UPAH BURUH A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI NILAI TUKAR PETANI (NTP) AGUSTUS 2010 SEBESAR 101,82 ATAU NAIK 0,05 PERSEN
;
Nilai Tukar Petani (NTP) nasional Agustus 2010 sebesar 101,82 atau naik 0,05 persen dibanding bulan sebelumnya karena NTP Subsektor Tanaman Pangan yang naik 0,45 persen terutama pada kelompok palawija.
;
NTP Provinsi D.I. Yogyakarta Agustus 2010 sebesar 114,55 atau mengalami kenaikan tertinggi (1,23 persen) dibanding bulan sebelumnya karena harga produsen kacang tanah yang naik sebesar 4,78 persen. Sedangkan NTP Provinsi Kalimantan Tengah Agustus 2010 adalah 102,92 atau mengalami penurunan terbesar (0,72 persen) dibanding bulan sebelumnya, terutama disebabkan harga produsen jeruk yang turun sebesar 33,33 persen.
;
Pada Agustus 2010, terjadi inflasi di daerah perdesaan di Indonesia sebesar 0,85 persen terutama dipicu oleh subkelompok bahan makanan.
1. Nilai Tukar Petani (NTP) NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 32 provinsi di Indonesia pada Agustus 2010, NTP secara nasional naik 0,05 persen dibandingkan NTP Juli 2010, dari 101,77 menjadi 101,82. Kenaikan NTP pada Agustus 2010 disebabkan kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian. NTP Agustus 2010 bila dibandingkan Juli 2010 mencatat adanya kenaikan tiga dari lima subsektor, yaitu Subsektor Tanaman Pangan yang naik sebesar 0,45 persen; Subsektor Peternakan naik sebesar 0,32 persen dan Subsektor Perikanan naik sebesar 0,39 persen, sedangkan Subsektor Hortikultura dan Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,23 persen dan 0,13 persen. Kenaikan NTP Agustus 2010 terutama dipengaruhi oleh Subsektor Tanaman Pangan pada kelompok palawija.
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Per Subsektor serta Perubahannya 2010 (2007=100) Subkelompok
Juli 2010
Agustus 2010
Persentase Perubahan
(1)
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan a. Nilai tukar petani (NTPP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Padi
97,23 124,76
97,66 126,24
0,45 1,18
121,35
122,44
0,89
- Palawija c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
131,77 128,32
133,82 129,27
1,56 0,73
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
129,57
130,60
0,80
- Indeks BPPBM
123,33
123,89
0,46
110,97 141,33
109,61 140,63
-1,23 -0,49
2. Hortikultura a. Nilai tukar petani (NTPH) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran
149,92
146,14
-2,52
- Buah-buahan c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
135,93 127,35
137,48 128,30
1,13 0,75
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga
128,83
129,92
0,85
- Indeks BPPBM
120,84
121,17
0,27
103,03 130,02
102,90 130,92
-0,13 0,70
130,02
130,92
0,70
126,20 128,33
127,24 129,59
0,82 0,98
119,19
119,48
0,24
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai tukar petani (NTPR) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Nilai tukar petani (NTPT)
103,45
103,78
0,32
b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar
129,24 123,54
130,50 124,13
0,97 0,48
- Ternak Kecil
137,17
137,99
0,60
- Unggas - Hasil Ternak
132,92 135,79
135,22 136,88
1,74 0,80
c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
124,93
125,74
0,65
- Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
128,04 118,96
129,13 119,25
0,85 0,25
105,03 129,80 131,69 119,36 123,59 128,87 114,91
105,43 131,24 132,95 120,76 124,47 130,11 115,18
0,39 1,10 0,95 1,17 0,71 0,96 0,23
101,77 129,24 126,99 129,02 120,99
101,82 130,25 127,93 130,12 121,42
0,05 0,78 0,74 0,85 0,35
5. Perikanan a. Nilai tukar petani (NTN) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM Gabungan/nasional a. Nilai tukar petani (NTP) b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks Konsumsi Rumah Tangga - Indeks BPPBM
2
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
2. Indeks Harga Yang Diterima Petani (It) Indeks harga yang diterima petani (It) dari lima subsektor menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Agustus 2010, secara nasional It naik sebesar 0,78 persen dibandingkan dengan It Juli 2010, yaitu dari 129,24 menjadi 130,25. Hal ini disebabkan karena empat dari lima subsektor mengalami kenaikan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,18 persen; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,70 persen; Subsektor Peternakan 0,97 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 1,10 persen, sedangkan Subsektor Hortikultura mengalami penurunan sebesar 0,49 persen.
3. Indeks Harga Yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Agustus 2010 secara nasional Ib dilaporkan naik sebesar 0,74 persen bila dibandingkan Juli 2010, yaitu dari 126,99 menjadi 127,93. Kenaikan tersebut disebabkan seluruh subsektor mengalami kenaikan, yakni Subsektor Tanaman Pangan; Subsektor Hortikultura; Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat; Subsektor Peternakan; dan Subsektor Perikanan yang masing-masing naik sebesar 0,73 persen; 0,75 persen; 0,82 persen; 0,65 persen; dan 0,71 persen.
4. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan/Padi & Palawija (NTPP) Pada Agustus 2010 terjadi kenaikan NTPP sebesar 0,45 persen, hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 1,18 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,73 persen. Kenaikan It pada Agustus 2010 terjadi karena kenaikan yang signifikan pada kelompok padi sebesar 0,89 persen yaitu dari 121,35 menjadi 122,44 dan kelompok palawija (khususnya komoditi kacang tanah dan ketela rambat) yang secara rata-rata naik sebesar 1,56 persen yaitu dari 131,77 menjadi 133,82. Kenaikan pada Ib sebesar 0,73 persen terjadi karena kenaikan pada indeks kelompok konsumsi rumah tangga (KRT) sebesar 0,80 persen dan kenaikan indeks biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,46 persen. b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Pada Agustus 2010, NTPH dilaporkan turun sebesar 1,23 persen, hal ini terjadi karena penurunan It sebesar 0,49 persen, sedangkan Ib mengalami kenaikan sebesar 0,75 persen. Penurunan It Agustus 2010 disebabkan karena penurunan yang signifikan berbagai komoditas pada kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditi cabai merah dan tomat sayur) yang secara rata-rata turun 2,52 persen, walaupun kelompok buah-buahan (khususnya komoditi pepaya dan pisang) mengalami kenaikan secara rata-rata sebesar 1,13 persen. Di lain sisi terjadi kenaikan Ib sebesar 0,75 persen, yaitu dari 127,35 menjadi 128,30. c. Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Agustus 2010 NTPR turun sebesar 0,13 persen, hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 0,70 persen lebih rendah dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,82 persen. Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
3
Kenaikan It Agustus 2010 disebabkan kenaikan pada kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditi kelapa dan karet) yang secara rata-rata naik sebesar 0,70 persen yaitu dari 130,02 menjadi 130,92. Di sisi lain juga terjadi kenaikan pada Ib, dimana indeks kelompok KRT naik sebesar 0,98 persen dan indeks kelompok BPPBM juga naik sebesar 0,24 persen. d. Subsektor Peternakan (NTPT) Pada Agustus 2010, dilaporkan terjadi kenaikan pada NTPT, yaitu sebesar 0,32 persen, hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 0,97 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib yang hanya naik sebesar 0,65 persen. Kenaikan It Agustus 2010 disebabkan oleh kenaikan seluruh kelompok peternakan, yaitu kelompok ternak besar naik sebesar 0,48 persen; ternak kecil sebesar 0,60 persen; kelompok unggas sebesar 1,74 persen dan kelompok hasil ternak sebesar 0,80 persen. Komoditi pada Subsektor Peternakan yang mengalami kenaikan indeks harga cukup tinggi terutama adalah komoditi ayam dan telur. Sedangkan kenaikan yang terjadi pada Ib disebabkan kenaikan pada kelompok KRT sebesar 0,85 persen dan kelompok BPPBM sebesar 0,25 persen. e. Subsektor Perikanan (NTN) Pada Agustus 2010, NTN naik sebesar 0,39 persen, hal ini terjadi karena kenaikan It sebesar 1,10 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Ib sebesar 0,71 persen. Kenaikan yang terjadi pada It Agustus 2010 karena kenaikan pada kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditi ikan kembung dan ikan tongkol) yang secara rata-rata naik sebesar 0,95 persen dan kelompok budidaya ikan yang secara rata-rata naik sebesar 1,17 persen (khususnya komoditi ikan mas dan ikan nila). Kenaikan yang terjadi pada Ib karena kenaikan pada kelompok KRT dan kelompok BPPBM yang masing-masing naik sebesar 0,96 persen dan 0,23 persen.
5. Perbandingan Antar Provinsi Dari 32 provinsi yang dilaporkan, perubahan NTP Agustus 2010 terhadap NTP Juli 2010 ternyata sangat beragam, yaitu 14 provinsi mengalami kenaikan dan 18 provinsi mengalami penurunan. Kenaikan tertinggi pada Agustus 2010 terjadi di Provinsi D.I. Yogyakarta yaitu sebesar 1,23 persen, sedangkan penurunan terbesar terjadi di Provinsi Kalimantan Tengah yaitu sebesar 0,72 persen. Kenaikan yang tinggi di Provinsi D. I. Yogyakarta terutama disebabkan oleh kenaikan pada Subsektor Tanaman Pangan, khususnya komoditi kacang tanah yang naik 4,78 persen, sedangkan penurunan yang tajam di Provinsi Kalimantan Tengah terutama terjadi karena penurunan yang cukup signifikan pada Subsektor Hortikultura, khususnya komoditi jeruk yang turun sebesar 33,33 persen.
4
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
Tabel 2 Nilai Tukar Petani Provinsi dan Persentase Perubahannya, Agustus 2010 (2007=100) Provinsi
It
Ib
NTP
Indeks
% Perb
Indeks
% Perb
Rasio
% Perb
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh
128,85
0,83
123,68
0,88
104,18
-0,05
Sumatera Utara
128,83
0,35
127,71
0,67
100,87
-0,32
Sumatera Barat
134,09
0,20
127,62
0,62
105,07
-0,42
Riau
126,34
0,73
121,90
0,64
103,64
0,09
Jambi
118,75
0,03
123,11
0,39
96,46
-0,36
Sumatera Selatan
129,11
1,54
123,02
0,66
104,95
0,87
Bengkulu
138,89
0,42
132,27
0,43
105,01
-0,02
Lampung
144,13
1,10
124,34
0,49
115,91
0,61
Kepulauan Bangka Belitung
108,98
1,05
113,24
0,82
96,24
0,22
Kepulauan Riau
120,28
0,66
120,41
0,60
99,90
0,06
Jawa Barat
132,15
0,89
132,37
0,74
99,84
0,15
Jawa Tengah
128,64
0,89
125,32
0,54
102,65
0,35
DI Yogyakarta
141,08
1,62
123,16
0,38
114,55
1,23
Jawa Timur
128,86
0,21
131,14
0,53
98,26
-0,32
Banten
132,30
0,89
128,55
1,15
102,92
-0,26
Bali
131,42
0,55
126,70
0,68
103,73
-0,12
Nusa Tenggara Barat
122,95
1,79
130,40
0,97
94,29
0,82
Nusa Tenggara Timur
131,94
0,96
129,51
1,07
101,87
-0,11
Kalimantan Barat
125,29
0,99
124,44
1,12
100,68
-0,13
Kalimantan Tengah
130,15
0,28
126,46
1,01
102,92
-0,72
Kalimantan Selatan
134,84
1,62
125,78
0,57
107,20
1,04
Kalimantan Timur
122,41
0,23
123,48
0,17
99,14
0,06
Sulawesi Utara
126,90
0,83
125,90
1,14
100,79
-0,31
Sulawesi Tengah
126,09
0,70
131,15
1,31
96,14
-0,61
Sulawesi Selatan
131,30
1,31
129,67
1,39
101,26
-0,08
Sulawesi Tenggara
136,32
1,21
126,41
1,62
107,84
-0,40
Gorontalo
122,84
1,60
120,80
1,13
101,69
0,46
Sulawesi Barat
134,95
1,26
128,00
1,20
105,43
0,05
Maluku
133,84
2,10
129,06
1,05
103,70
1,03
Maluku Utara
125,24
0,43
128,35
0,91
97,58
-0,47
Papua Barat
129,44
0,14
125,60
0,76
103,06
-0,62
Papua
128,57
0,16
125,47
0,68
102,47
-0,52
Nasional
130,25
0,78
127,93
0,74
101,82
0,05
(1)
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
5
6. Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan, secara nasional pada Agustus 2010 di daerah perdesaan terjadi inflasi sebesar 0,85 persen, yang dipicu oleh subkelompok Bahan Makanan. Dari 32 provinsi yang dilaporkan pada Agustus 2010, seluruh provinsi mengalami inflasi. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Sulawesi Tenggara, yaitu sebesar 2,08 persen sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Provinsi Kalimantan Timur, yaitu sebesar 0,13 persen. Tabel 3 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan, Agustus 2010 (2007=100) Provinsi (1)
Aceh
Bahan Makanan
Makanan Jadi
Perumahan
Sandang
Pendidikan, Kesehatan Rekreasi & Olah raga
Transportasi dan Komunikasi
Umum/ KRT
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
1,62
0,51
0,59
1,66
0,77
0,18
0,19
1,15
Sumatera Utara
0,33
1,54
1,10
1,59
0,26
0,00
0,07
0,75
Sumatera Barat
0,26
1,92
0,56
1,33
0,75
0,00
0,35
0,71
Riau
0,78
1,48
1,08
0,66
0,55
0,04
0,04
0,83 0,47
Jambi
0,46
0,69
0,77
0,88
0,06
0,00
-0,22
Sumatera Selatan
1,25
1,13
-0,11
-0,22
0,07
0,00
0,33
0,83
Bengkulu
0,59
0,04
0,92
0,68
0,00
-0,01
-0,05
0,53
Lampung
0,95
-0,12
0,26
1,45
0,00
0,00
0,00
0,60
Kepulauan Bangka Belitung
2,01
0,17
0,91
0,49
0,05
0,21
-0,30
1,08
Kepulauan Riau
0,97
1,14
0,31
0,72
0,00
0,05
0,02
0,72
Jawa Barat
1,21
0,26
0,34
1,45
0,56
0,46
-0,01
0,78
Jawa Tengah
0,59
0,59
0,53
0,83
0,51
0,92
-0,06
0,58 0,46
DI Yogyakarta
0,52
0,03
0,47
0,85
0,08
1,55
0,01
Jawa Timur
0,36
0,87
0,67
1,25
0,70
0,94
0,35
0,57
Banten
1,74
1,72
0,46
1,23
0,63
0,40
0,47
1,38
Bali
1,41
0,16
0,55
0,63
0,28
-0,18
0,00
0,76
Nusa Tenggara Barat
1,77
-0,04
0,61
1,46
0,38
0,77
0,00
1,08 1,24
Nusa Tenggara Timur
1,49
1,27
1,05
0,48
0,77
0,81
0,17
Kalimantan Barat
1,76
1,25
0,96
-0,03
0,41
0,00
0,19
1,28
Kalimantan Tengah
1,77
0,55
1,25
0,64
0,01
0,07
0,31
1,29
Kalimantan Selatan
0,94
0,73
0,57
-0,10
0,44
0,00
0,00
0,69
Kalimantan Timur
0,21
0,33
-0,14
0,03
-0,06
-0,02
-0,07
0,13
Sulawesi Utara Sulawesi Tengah
1,93 2,59
1,88 0,53
0,41 0,68
0,75 0,38
0,81 0,42
0,00 -0,06
0,07 0,02
1,38 1,63
Sulawesi Selatan
2,56
1,20
1,31
0,01
0,00
0,91
0,00
1,71
Sulawesi Tenggara
3,34
0,47
1,11
0,27
0,35
0,07
0,10
2,08
Gorontalo Sulawesi Barat
2,27 2,46
1,15 0,93
0,31 1,43
0,61 0,12
-0,19 0,97
-0,17 0,07
0,00 0,69
1,48 1,62
Maluku
2,05
0,60
0,51
0,90
0,00
0,47
0,11
1,32
Maluku Utara
1,75
1,20
0,18
0,35
0,14
0,24
0,01
1,18
Papua Barat Papua
1,88 1,39
0,22 0,31
-0,01 0,55
0,03 0,76
0,00 0,17
0,00 0,41
0,00 -0,17
0,96 0,88
Nasional
1,06
0,78
0,63
0,93
0,45
0,54
0,11
0,85
6
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH AGUSTUS 2010 HARGA GABAH GKP DI PETANI NAIK 4,74 PERSEN, PENINGKATAN TERTINGGI PASCA PANEN RAYA
;
Dari 1.096 transaksi gabah di 19 provinsi selama Agustus 2010 didominasi Gabah Kering Panen (GKP) 72,72 persen, gabah kualitas rendah 21,53 persen, dan Gabah Kering Giling (GKG) 5,75 persen.
;
Di petani, harga tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Unus senilai Rp6.000,- per kg terjadi di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah). Sedangkan harga terendah senilai Rp2.200,- per kg, masing-masing berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kristal di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan) dan kualitas rendah varietas Ciherang di Kabupaten Serang (Banten).
;
Di penggilingan, harga tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Unus senilai Rp6.100,- per kg terjadi di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah). Harga terendah senilai Rp2.235,- per kg, berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kristal di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan).
;
Rata-rata harga gabah kualitas GKP di petani naik 4,74 persen menjadi Rp3.179,61 per kg dan di penggilingan naik 4,64 persen menjadi Rp3.237,15 per kg dibandingkan bulan sebelumnya. Sedangkan gabah kualitas GKG masing-masing naik 2,75 persen menjadi Rp3.538,49 per kg di petani dan 2,66 persen menjadi Rp3.607,73 per kg di penggilingan.
Survei harga produsen gabah selama Agustus 2010 dilakukan terhadap 1.096 observasi di 19 provinsi. Pemantauan harga terutama berasal dari seluruh wilayah di Pulau Jawa sebanyak 670 observasi (61,13 persen), diikuti enam provinsi di Sumatra 233 observasi (21,26 persen), Bali 76 observasi (6,93 persen), tiga provinsi di Sulawesi 68 observasi (6,21 persen), tiga provinsi di Kalimantan 43 observasi (3,92 persen), dan provinsi Nusa Tenggara Barat 6 observasi (0,55 persen). Tabel 4 Jumlah Observasi, Harga Gabah di Petani dan Penggilingan, dan HPP Menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2010
(5)
Harga Rata-rata di Penggilingan (Rp/kg) (6)
Harga Pembelian Pemerintah (HPP)1) (Rp/kg) (7)
5 000 (Kalsel)
3 538,49
3 607,73
6 000 (Kalteng)
3 179,61
3 237,15
Harga di Petani (Rp/Kg)
Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi (%)
Terendah
Tertinggi
Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
GKG
63 (5,75%)
2 950 (Banten)
GKP
797 (72,72%)
2 200 (Sulsel)
(Rp/Kg)
(%)
(8)
(9)
3 300 (Penggilingan)
307,73
9,33
539,61
20,44
552,15
20,56
--
--
--
--
Kualitas Rendah
236 (21,53%)
2 200 (Banten)
3 850 (DIY, Jabar)
2 884,29
2 948,38
2 640 (Petani) 2 685 (Penggilingan) --
Total
1 096 (100,00)
--
--
--
--
--
Keterangan: ◙ GKG : ◙ GKP : ◙ Di Luar Kualitas : 1) HPP berdasarkan
Selisih (6) thd (7)
KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) KA > 25,00% atau KH > 10,00% Inpres No. 7 Tahun 2009 tgl. 29 Desember 2009, diberlakukan mulai 1 Januari 2010
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
7
Berdasarkan komposisinya, jumlah observasi harga gabah didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 797 observasi (72,72 persen), diikuti oleh gabah kualitas rendah sebanyak 236 observasi (21,53 persen) dan Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 63 observasi (5,75 persen).
1.
Kasus Harga di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Jumlah observasi harga gabah kualitas GKG dan GKP mencapai 860 observasi atau 78,47 persen
dari keseluruhan jumlah observasi selama Agustus 2010. Berdasarkan jumlah observasi menurut kelompok kualitas, terdapat 41 observasi (4,77 persen) kasus harga gabah di bawah HPP yang ditemukan di tingkat penggilingan masing-masing sebanyak 11 observasi (17,46 persen) gabah kualitas GKG dan 30 observasi (3,76 persen) gabah kualitas GKP. Jumlah kasus harga yang terjadi di tiap provinsi umumnya kurang dari 1,00 persen, kecuali di Provinsi Sulawesi Selatan yang mencapai 2,91 persen dari keseluruhan jumlah kasus harga gabah kualitas GKG dan GKP. Disisi lain, kasus harga gabah di bawah HPP di tingkat petani tercatat 42 observasi (5,27 persen) yang terjadi pada gabah kualitas GKP. Dari 236 observasi atau 21,53 persen kasus harga gabah kualitas rendah selama Agustus 2010, terutama berasal dari provinsi Jawa Timur (9,12 persen), Jawa Barat (2,55 persen), Banten (2,01 persen), Bali (1,82 persen), Sulawesi Barat (1,82 persen), D.I.Yogyakarta (1,28 persen), dan Sumatera Utara (1,00 persen). Sedangkan kasus harga yang terjadi di provinsi lainnya tercatat kurang dari 1,00 persen. Tabel 5 Jumlah dan Persentase Observasi Harga Gabah di Bawah dan Sama dengan HPP Menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2010 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
di Bawah HPP
Sama dengan HPP
Petani
Penggilingan
Petani
Penggilingan
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
GKG
63
---
11 (17,46%)
---
2 (3,17%)
GKP
797
42 (5,27%)
30 (3,76%)
0 (0,00%)
1 (0,13%)
GKG dan GKP
860
---
41 (4,77%)
---
3 (0,35%)
Kualitas Rendah
236
Selama Agustus 2010, persentase kasus harga gabah di bawah HPP sebesar 4,77 persen di tingkat penggilingan mengindikasikan telah terjadi kenaikan jumlah kasus harga dibandingkan bulan lalu yang sebesar 4,56 persen. Namun demikian, kasus harga yang disebabkan oleh gabah kualitas rendah menurun dari 21,55 persen menjadi 21,53 persen.
8
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
Tabel 6 Persentase Jumlah Observasi Harga Gabah di Bawah HPP dan Kualitas Rendah Di Penggilingan, September 2009 – Agustus 2010 2009
Rincian
2010
Sep (3)
Okt (3)
Nov (4)
Des (5)
Jan (6)
Feb (7)
Mar (8)
Apr (9)
Mei (10)
Jun (11)
Jul (12)
Agt (13)
Di Bawah HPP
6,04
2,22
2,20
4,10
4,15
2,05
21,80
23,27
19,10
12,99
4,56
4,77
Kualitas Rendah
18,33
14,12
8,96
10,58
18,05
21,72
29,79
26,75
17,08
18,64
21,55
21,53
(1)
2.
Harga Terendah, Tertinggi, dan Rata-rata Komponen Mutu
Di tingkat petani, harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kristal yang ditemukan di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan) dan gabah kualitas rendah varietas Ciherang di Kabupaten Serang (Banten) masing-masing senilai Rp2.200,- per kg. Sedangkan harga tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Unus senilai Rp6.000,- per kg yang ditemukan di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah). Sebagaimana halnya transaksi di tingkat petani, harga terendah di tingkat penggilingan berasal dari gabah kualitas GKP varietas Kristal senilai Rp2.235,- per kg di Kabupaten Sidrap (Sulawesi Selatan). Sementara itu, harga tertinggi juga berasal dari gabah kualitas GKP varietas Siam Unus senilai Rp6.100,per kg yang terjadi di Kabupaten Kapuas (Kalimantan Tengah). Tabel 7 Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kelompok Kualitas Gabah Juni – Agustus 2010 Kelompok Kualitas (1) GKG
Kadar Air (%) Juni
Juli
Kadar Hampa/Kotoran (%) Agustus
Juni
Juli
Agustus
(3)
(4)
(4)
(6)
(7)
(7)
12,97
12,97
12,97
2,08
2,51
2,41
GKP
18,26
19,19
18,87
5,14
5,65
5,23
Kualitas Rendah
26,94
24,89
26,11
9,45
11,77
10,18
Komponen mutu gabah hasil panen yang diperjualbelikan selama Juni–Agustus 2010 relatif berfluktuasi. Secara umum, rata-rata Kadar Air (KA) gabah kualitas GKP relatif lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yakni dari 19,19 persen menjadi 18,87 persen selama Agustus 2010. Sedangkan ratarata KA gabah kualitas GKG cenderung stabil selama tiga bulan terakhir. Rata-rata Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa/Kotoran (KH) gabah kualitas GKP masing-masing tercatat 18,87 persen dan 5,23 persen. Pada gabah kualitas GKG, rata-rata KA sebesar 12,97 persen dan KH sebesar 2,41 persen. Sedangkan rata-rata KA dan KH gabah kualitas rendah masing-masing tercatat 26,11 persen dan 10,18 persen.
3.
Rata-rata Harga Gabah Menurut Kelompok Kualitas Selama bulan Agustus 2010, rata-rata harga gabah hasil panen pada semua kualitas mengalami
peningkatan baik di tingkat petani maupun penggilingan. Di tingkat petani, gabah kualitas GKG; GKP; dan kualitas rendah masing-masing terjadi kenaikan 2,75 persen; 4,74 persen; dan 12,36 persen
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
9
dibandingkan bulan lalu. Sedangkan di tingkat penggilingan juga terjadi kenaikan pada gabah kualitas GKG (2,66 persen); kualitas GKP (4,64 persen); dan kualitas rendah (11,91 persen). Tabel 8 Rata-rata Harga Gabah di Petani dan Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas Juni - Agustus 2010 Petani (Rp/Kg)
Penggilingan (Rp/Kg)
Kelompok Kualitas
Juni
Juli
Agustus
(1)
(2)
(3)
(4)
Perubahan (4) thd (3) (%) (5)
3 626,81
3 443,65
3 538,49
2,75
GKG
Juni
Juli
Agustus
(6)
(7)
(8)
Perubahan (8) thd (7) (%) (9)
3 688,36
3 514,16
3 607,73
2,66
GKP
2 951,09
3 035,61
3 179,61
4,74
3 014,26
3 093,75
3 237,15
4,64
Kualitas Rendah
2 314,35
2 567,12
2 884,29
12,36
2 371,74
2 634,59
2 948,38
11,91
Grafik 1 Rata-rata Harga Gabah di Petani September 2009 – Agustus 2010 3 400 3 200
(Rp/Kg)
3 000 2 800 2 600 2 400 2 200 Sep'09
Okt
Nov
Des GKP
Jan'10
Feb
Mar
Apr
Kualitas Rendah
Mei
Jun
Jul
Agt
HPP‐GKP
Dibandingkan bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKG di tingkat petani meningkat Rp94,84 per kg (2,75 persen) menjadi Rp3.538,49 per kg dan di tingkat penggilingan sebesar Rp93,57 per kg (2,66 persen) menjadi Rp3.607,73 per kg selama Agustus 2010. Pada bulan yang sama, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan Rp144,00 per kg (4,74 persen) menjadi Rp3.179,61 per kg dan di tingkat penggilingan Rp143,40 per kg (4,64 persen) menjadi Rp3.237,15 per kg. Sementara itu, rata-rata harga gabah kualitas rendah masing-masing meningkat Rp317,17 per kg (12,36 persen) menjadi Rp2.884,29 per kg di tingkat petani dan Rp313,79 per kg (11,91 persen) menjadi Rp2.948,38 per kg di tingkat penggilingan.
10
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
Grafik 2 Rata-rata Harga Gabah di Penggilingan September 2009 – Agustus 2010
4 000 3 800 3 600 (Rp/Kg)
3 400 3 200 3 000 2 800 2 600 2 400 2 200 Sep'09
Okt GKG
Nov
Des GKP
Jan'10
Feb
Mar
Kualitas Rendah
Apr
Mei HPP‐GKG
Jun
Jul
Agt
HPP‐GKP
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
11
C. PERKEMBANGAN UPAH BURUH UPAH NOMINAL HARIAN BURUH TANI NAIK SEBESAR 0,34 PERSEN
;
;
Upah nominal harian buruh tani Nasional pada Agustus 2010 naik sebesar 0,34 persen dibanding upah Juli 2010, yaitu dari Rp38.069,- menjadi Rp38.198,- per hari. Secara riil mengalami penurunan sebesar 0,51 persen1). Upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Agustus 2010 naik 0,08 persen dibanding upah Juli 2010, yaitu dari Rp58.228,- menjadi Rp58.276,- per hari. Secara riil turun sebesar 0,68 persen1).
1) Perubahan upah riil menggambarkan perubahan daya beli dari pendapatan yang diterima buruh seperti: buruh tani, buruh informal perkotaan, buruh industri yaitu kelompok masyarakat berpenghasilan rendah. Semakin tinggi upah riil maka semakin tinggi daya beli upah buruh, dan sebaliknya.
1.
Perkembangan Upah Buruh Pertanian.
Secara umum rata-rata upah buruh tani, pada Agustus 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,34 persen dibanding upah Juli 2010 yaitu dari Rp38.069,- menjadi Rp38.198,-, dan secara riil mengalami penurunan sebesar 0,51 persen dibanding Juli 2010, yaitu dari Rp29.507,- menjadi Rp29.356,-. Tabel 9 Ringkasan Upah Buruh Tani Per Hari (Rupiah) Rincian
Jenis Upah
(1)
(2)
Nasional
1)
Upah Nominal Upah Riil 1)
Bulan
% Perubahan
Juli `10
Agustus `10
(3)
(4)
(5)
38 069 29 507
38 198 29 356
0, 34 -0,51
Upah riil = upah nominal/indeks konsumsi rumah tangga pedesaan (2007=100)
2.
Perkembangan Upah Buruh Informal Perkotaan
a.
Upah Buruh Bangunan (konstruksi) Per Hari Secara nominal, rata-rata upah Agustus 2010 dibanding Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,08 persen yaitu dari Rp58.228,- menjadi Rp58.276,-. Secara riil, upah Agustus 2010 dibanding dengan Juli 2010 turun sebesar 0,68 persen yaitu dari Rp47.829,- menjadi Rp47.506,-.
b.
Upah Buruh Potong Rambut Wanita Per Kepala Secara nominal, rata-rata upah Agustus 2010 dibanding Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 1,71 persen yaitu dari Rp16.505,- menjadi Rp16.787,-. Secara riil, upah Agustus 2010 dibanding Juli 2010 naik sebesar 0,94 persen yaitu dari Rp13.557,- menjadi Rp13.685,-.
12
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
c.
Upah Pembantu Rumah tangga Per Bulan Secara nominal, rata-rata upah Agustus 2010 dibanding Juli 2010 mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen yaitu dari Rp276.839,- menjadi Rp277.222,-. Secara riil, upah Agustus 2010 dibanding Juli 2010 turun sebesar 0,62 persen yaitu dari Rp227.402,- menjadi Rp225.990,-. Tabel 10 Ringkasan Upah Buruh Informal Perkotaan Per Hari/Kepala/Bulan (Rupiah) Rincian
Jenis Upah
(1)
(2)
Bulan Juli 2010 (3)
Agustus 2010 (4)
% Perubahan (5)
Bangunan per hari
Upah Nominal Upah Riil 1)
58 228
58 276
0,08
47 829
47 506
-0,68
Potong rambut wanita per kepala
Upah Nominal Upah Riil 1)
16 505 13 557
16 787 13 685
1,71 0,94
Pembantu Rumahtangga per bulan
Upah Nominal
276 839
277 222
0,14
Upah Riil
227 402
225 990
-0,62
1)
1) Upah riil = upah nominal/IHK Umum perkotaan (2007=100)
Berita Resmi Statistik No. 57/09/Th. XIII, 1 September 2010
13