No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT NOVEMBER 2015 SEBESAR 98,06 ATAU NAIK 0,69 PERSEN
NTP Sumatera Barat bulan November 2015 tercatat sebesar 98,06 atau naik sebesar 0,69 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,39 (Oktober 2015). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,41 persen dan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami kenaikan sebesar 0,72 persen.
Pada bulan November 2015 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 97,78 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 94,49 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 96,56 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 102,74 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 105,83 untuk subsektor perikanan (NTN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 100,83 dan 107,09.
Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan November 2015 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,89 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (1,90 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,22 persen), kelompok sandang (0,03 persen), kelompok kesehatan (0,22 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,11 persen). Sedangkan dua kelompok pengeluaran lain mengalami deflasi yakni kelompok perumahan (0,03 persen), dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga (0,04 persen).
A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan November 2015, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 0,69 persen dibanding bulan Oktober 2015, yaitu dari 97,39 menjadi 98,06. Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,41 persen), lebih besar dari kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian (0,72 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
1
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
2
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, pada bulan November 2015 NTP tiga subsektor mengalami peningkatan, masing-masing subsektor tanaman pangan (2,52 persen), subsektor hortikultura (0,54 persen) dan subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,60 persen). Sedangkan NTP subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 1,43 persen, diikuti subsektor perikanan sebesar 0,38 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan November 2015 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,41 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 115,36 menjadi 116,99. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (3,26 persen), subsektor hortikultura (1,23 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,46 persen), dan subsektor perikanan sebesar (0,20 persen). Hanya It pada subsektor peternakan mengalami penurunan sebesar 0,91 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan November 2015 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 118,45 menjadi 119,30. Meningkatnya nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,72 persen), subsektor hortikultura (0,69 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,85 persen), subsektor peternakan (0,53 persen), dan subsektor perikanan (0,58 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan November 2014 – November 2015 (2012=100)
100,50 100,00 99,50 99,00 98,50 98,00 97,50 97,00 96,50 96,00 95,50 95,00
4.
NTP Subsektor a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan November 2015 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 2,52 persen dari 95,37 menjadi 97,78. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (3,26 persen), lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,72 persen). Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) disebabkan oleh meningkatnya indeks subkelompok padi sebesar 3,50 persen, dan subkelompok palawija sebesar 2,41 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,72 persen diakibatkan oleh naiknya indeks subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,94 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,05 persen.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan November 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,54 persen dari 93,98 menjadi 94,49. Hal ini dikarenakan peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,23 persen) lebih besar dibandingkan dengan peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,69 persen). Meningkatnya nilai It disebabkan adanya meningkatnya nilai indeks harga kelompok komoditas pada subkelompok sayur-sayuran sebesar 2,03 persen, dan subkelompok tanaman obat sebesar 1,89 persen sedangkan indeks harga kelompok komoditas pada subkelompok subkelompok buah-buahan mengalami penurunan sebesar 0,37 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,69 persen disebabkan naiknya indeks harga subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,79 persen, dan indeks subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,15 persen. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
4
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan November 2015 mengalami peningkatan sebesar 0,60 persen, yaitu dari 95,99 menjadi 96,56. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan oleh peningkatan indeks harga yang diterima petani (1,46 persen) lebih besar dari peningkatan indeks yang dibayar petani (0,85 persen). Meningkatnya nilai Ib sebesar 0,85 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,98 persen, dan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,08 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada November 2015 mengalami penurunan sebesar 1,43 persen, yaitu dari 104,23 menjadi 102,74. Penurunan NTP ini terjadi diakibatkan oleh penurunan pada indeks harga yang diterima petani sebasar 0,91 persen, sedangkan indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,53 persen. Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) terjadi karena penurunan harga pada semua subkelompok yaitu : subkelompok ternak besar (1,00 persen), subkelompok ternak kecil (0,84 persen), subkelompok unggas (0,71 persen), dan subsektor hasil ternak (0,73 persen). Peningkatan indeks yang dibayar petani (Ib) diakibatkan oleh peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,77 persen, dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,28 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTN) Pada bulan November 2015, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTN) mengalami penurunan sebesar 0,38 persen, yaitu dari 106,23 menjadi 105,83. Kondisi ini diakibatkan peningkatan indeks harga yang diterima petani (0,20 persen), lebih kecil dari peningkatan indeks yang dibayar petani (0,58 persen). Peningkatan nilai It merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada subsektor penangkapan ikan sebesar 1,34 persen, sedangkan indeks harga pada subsektor budidaya ikan mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. Kenaikan indeks harga yang dibayar petani terjadi diakibatkan kenaikan indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,81 dan kenaikan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar 0,23 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan November 2015 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,89 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari peningkatan indeks harga pada kelompok bahan makanan (1,90 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (0,22 persen), kelompok sandang (0,03 persen), kelompok kesehatan (0,22 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,11 persen). Sedangkan indeks harga pada kelompok lain mengalami penurunan, masing-masing adalah kelompok perumahan (0,03), dan kelompok kelompok pendidikan rekreasi, olahraga (0,04 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
5
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Oktober 2015 - November 2015 (2012=100)
*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan November 2015 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan November 2015 terhadap Bulan Desember 2014 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan November 2015 terhadap Bulan November 2014
Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan November 2015 sebesar 0,96 persen, sedangkan nilai inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 3,20 persen. Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan November 2014 – November 2015 (2012=100)
2,50
2,00 1,50 1,00
0,50 0,00 -0,50 -1,00 -1,50 -2,00 -2,50
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH NOVEMBER 2015 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI NAIK 10,26 %
Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama November 2015, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Banang Pulau yaitu sebesar Rp 6.076,- per kg yang terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Batu Bara , yaitu senilai Rp 4.100,00- per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan November 2015 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani mengalami kenaikan sebesar 10,26 persen dari Rp 4.636,15,- per kg (Oktober 2015) menjadi Rp 5.111,90,- per kg ( November 2015), dan di tingkat penggilingan naik 10,36 persen dari Rp 4.711,33,- per kg (Oktober 2015). menjadi Rp 5.199,28,- per kg (November 2015). Sementara itu, rata – rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan. Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat,
yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan November dibanding bulan Oktober untuk kualitas GKP mengalami
kenaikan sebesar 10,26 persen dari Rp 4.636,15 per kg (Oktober 2015) menjadi Rp
5.111,90 per kg (November 2015). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP naik sebesar 10,36 persen dari Rp 4.711,33,- per kg (Oktober 2015) menjadi Rp 5.199,28,- per kg (November 2015). Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) November 2015 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
HHarga Pembelian Rata-rata HargaP Pemerintah Tkt Penggilingan ( (Rp/Kg) (Rp/Kg) Rata-rata
Harga di Tk Petani (Rp/Kg)
Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)
Terendah
Tertinggi
(Rp/kg)
(%)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
GKG
0 (0,00%)
--
--
--
--
4.600,00,-
--
-38,16
4100,00-
6.076,00,-
5.111,90-
5.199,28,-
3.700,00,(Petani)
1411,90
GKP
99 (100%)
3.750,00,(Penggilingan)
1449,28
38.65
0 (0 %)
--
--
--
--
--
--
--
99 (100,00)
--
--
--
--
--
--
--
KualitasRendah
Total
Harga gabah kualitas GKP terendah pada November 2015 di tingkat petani dijumpai di Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.100,- per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan terjadi di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.200,- per kg. Sementara harga tertinggi di tingkat petani terjadi di
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
7
Kabupaten Pesisir Selatan , yaitu sebesar Rp6.076,00,- per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan yaitu sebesar Rp 6.115,- per kg. Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat September 2015 s/d November 2015 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Tingkat Petani (Rp/Kg)
Sept.’15
Okt.’15
Nov’15
% Perubahan Bulan Nov 2015 thd.Okt 2015
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1
Pes, Selatan
4.376 ,77
4.511 ,33
5.479 64
21,46
2
Solok
5.751,67
5.098,00
5490,43
3
Tanah Datar
4.520,74
4.792,21
4
Pdg, Prmn.
4.669,04
5
Agam
6 7
No.
Nov.’15
% Perubahan Bulan Nov 2015 thd.Okt 2015
(8)
(9)
(10)
4.314,50
4.470,39
5.436,67
21,62
7,70
5.661,33
4.998,00
5.375,57
7,55
5.081,88
6,04
4.481,95
4.742,21
5.040,38
6,29
4.837,47
5.514,66
14,00
4.546,54
4.724,97
5.399,04
14,27
4.461,86
4.615,00
5.135,00
11,27
4.387,50
4.552,50
5.085,00
11,70
50 Kota
4.528,46
4.562,67
4.960,00
8,71
4.410,00
4.440,00
4.813,33
8,41
Pasaman
4.195,00
4.561,68
4.733,33
3,74
4.103,33
4.525,00
4.633,33
2,39
4.643,36
4.711,33
5.199,28
10,36
4.557,88
4.636,15
5.111,90
10,26
Kabupaten
(1)
Sumbar
Sept.’15
Okt.’15
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat Nov 2013 – Nov 2015 5800
5795,8 5538,7
5300
Rata-rata Harga (Rp/Kg)
4800
4300
4656,8
4584,4
4579,2
4432,36 4698,9
4593,5
5127,0
4981,4
4912,7
4649,5
4890,8 4631,1
4994,9
4966,1
4450,3
4711,3
5199,3
4413,4 4609,1
4553,5
4681,0
4643,3 4360,2
3800 3300 2800 2300
Harga GKG Di Tingkat Penggilingan
Nop-15
Okt-15
Sep-15
Jul-15
Mei-15
Jun-15
Apr-15
Mar-15
Feb-15
Agust-15
Bulan
Jan-15
Des-14
Nop-14
okt-14
Sep-14
Agust-14
Jul-14
Jun-14
Mei-14
Apr-14
Mar-14
Feb-14
Jan-14
Des-13
Nop-13
1800
HPP
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 Maret 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00,- per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00,- per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp4.600,00,- per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan September 2015 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada di bawah HPP. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
8
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi:
Azwir, S.Si Kepala Bidang Statistik Distribusi JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email :
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 70/12/13/Th XVIII, 1 Desember 2015
9