No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH A. DESEMBER 2014, NTP BALI TURUN SEBESAR 2,04 PERSEN
Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Bali pada bulan Desember 2014 mengalami penurunan sebesar 2,04 persen dibandingkan bulan November 2014, yaitu dari 106,36 menjadi 104,19.
Subsektor utama yang mendorong turunnya NTP bulan Desember 2014 adalah Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mengalami penurunan sebesar 3,47 persen.
Bila dibandingkan dengan Nasional, posisi daya tukar petani Bali pada Desember 2014 masih berada di atas angka Nasional, dimana NTP Bali sebesar 104,19 sedangkan NTP Nasional sebesar 101,32.
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) di Provinsi Bali pada bulan Desember 2014 mengalami Inflasi Perdesaan sebesar 2,85 persen. Provinsi Bali menempati urutan ke-8 dari 33 provinsi yang mengalami inflasi perdesaan. Secara Nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 2,72 persen.
Dari 33 Provinsi yang diamati, semua provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Jawa Timur mencapai 3,23 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 1,64 persen.
NTP (Farmers Term of Trade) merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumahtangganya maupun untuk biaya produksi produk pertanian. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase). Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan pada bulan Desember 2014, NTP Bali mengalami penurunan dari 106,36 pada bulan sebelumnya menjadi 104,19 atau turun sebesar 2,04 persen. Secara umum penurunan NTP ini disebabkan oleh naiknya nilai indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,46 persen lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 2,55 persen. Penurunan NTP ini didorong oleh menurunya NTP semua subsektor, yaitu subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 3,47 persen, Hortikultura sebesar 2,85 persen, Perikanan 2,05 persen, Tanaman Pangan 1,78 persen, dan Peternakan 0,61 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
1
Tabel 1 Nilai Tukar Petani Bali per Subsektor dan Perubahannya Desember 2014 (2012=100) Subsektor
Bulan
Persentase
November 2014
Desember 2014
Perubahan
(2)
(3)
(4)
a. Indeks yang Diterima (It)
112.28
113.29
0.90
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
116.38
119.55
2.73
c. Nilai Tukar Petani (NTP-P)
96.48
94.76
-1.78
a. Indeks yang Diterima (It)
123.29
122.80
-0.40
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
114.20
117.08
2.52
c. Nilai Tukar Petani (NTP-H)
107.96
104.89
-2.85
a. Indeks yang Diterima (It)
120.40
119.11
-1.07
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
113.11
115.92
2.49
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr)
106.45
102.76
-3.47
a. Indeks yang Diterima (It)
124.36
126.65
1.84
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
110.70
113.43
2.47
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt)
112.34
111.65
-0.61
a. Indeks yang Diterima (It)
120.50
121.45
0.79
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
115.60
118.95
2.90
c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi)
104.24
102.10
-2.05
a. Indeks yang Diterima (It)
120.57
121.12
0.46
b. Indeks yang Dibayar (Ib)
113.36
116.25
2.55
c. Nilai Tukar Petani (NTP)
106.36
104.19
-2.04
(1)
1. Tanaman Pangan
2. Hortikultura
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
4. Peternakan
5. Perikanan
Provinsi Bali
1.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompokkan dalam lima subsektor, yaitu Tanaman Pangan, Hortikultura, Tanaman Perkebunan Rakyat, Peternakan, dan Perikanan. Secara umum, pada bulan Desember 2014 indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen dari 120,57 menjadi 121,12. Kenaikan indeks yang diterima petani (It) didorong oleh nilai It pada subsektor Peternakan, Tanaman Pangan dan Perikanan yang meningkat masingmasing sebesar 1,84 persen, 0,90 persen dan 0,79 persen. Sedangkan indeks yang diterima petani untuk subsektor lainnya mengalami penuruan, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,07 persen dan Hortikultura sebesar 0,40 persen.
2.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Indeks harga yang dibayar petani menggambarkan harga barang dan jasa yang dibeli petani untuk digunakan baik dalam proses produksi lahan atau usaha pertaniannya maupun untuk konsumsi rumahtangga petani. Barang dan jasa tersebut meliputi barang-barang kebutuhan pokok; bibit; obat2
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
obatan dan pupuk; sewa, pajak lahan, dan pengeluaran; transportasi; sewa alat dan hewan; barang modal; serta upah buruh tani. Pada bulan Desember 2014, indeks harga yang dibayar petani (Ib) di Provinsi Bali naik sebesar 2,55 persen terhadap bulan sebelumnya, yaitu dari 113,36 menjadi 116,25. Kenaikan tersebut didorong oleh naiknya indeks harga yang diterima petani (Ib) pada semua subsektor. Kenaikan tertinggi tercatat pada subsektor Perikanan (2,90%), disusul oleh Tanaman Pangan (2,73%), Hortikultura (2,52%), Tanaman Perkebunan Rakyat (2,49%), dan kenaikan terendah tercatat pada subsektor Peternakan (2,47%). Secara umum kenaikan Ib didorong oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 2,85 persen dan kenaikan indeks harga Barang Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 1,82 persen.
3.
NTP Subsektor
a.
Subsektor Tanaman Pangan (Padi & Palawija/NTP-P)
Pada bulan Desember 2014 NTP Subsektor Tanaman Pangan (NTP-P) mengalami penurunan dari 96,48 pada bulan sebelumnya menjadi 94,76 atau turun sebesar 1,78 persen. Nilai NTP pada subsektor ini masih tetap dibawah 100 yang berarti bahwa pengeluaran petani pada subsektor tanaman pangan baik untuk konsumsi rumah tangga maupun usaha pertaniannya masih lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi yang mereka peroleh. Kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,90 persen lebih rendah dibandingkan dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 2,73 persen menyebabkan NTP pada sektor ini mengalami penurunan. Kenaikan indeks harga diterima petani (It) didorong oleh naiknya indeks pada kelompok Padi sebesar 1,58 persen, yaitu pada komoditas gabah, sebaliknya kelompok Palawija mengalami penurunan sebesar 0,89 persen. Sementara itu, kenaikan Ib didorong oleh naiknya Indeks Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 3,01 persen dan BPPBM sebesar 1,37 persen.
b.
Subsektor Hortikultura (NTP-H)
NTP Subsektor Hortikultura (NTP-H) pada Desember 2014 mengalami penurunan dibandingkan bulan lalu yaitu dari 107,96 menjadi 104,89 atau turun sebesar 2,85 persen. Penurunan ini disebabkan oleh menurunnya indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 0,40 persen kemudian diikuti dengan indeks harga yang dibayar petani (Ib) yang meningkat sebesar 2,52 persen. Penurunan indeks harga yang diterima petani (It) dipicu oleh turunnya indeks harga kelompok buah -buahan sebesar 1,39 persen, padahal di sisi lain sayur sayuran dan tanaman obat, mengalami peningkatan masin-masing sebesar 1,78 persen, dan 1,35 persen. Komoditas pada kelompok buahbuahan yang mengalami penurunan antara lain jeruk, mangga, nangka, anggur dan semangka. Selanjutnya, kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) didorong oleh indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) dan indeks harga BPPBM yang naik masing-masing sebesar 2,77 persen dan 1,80 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
3
Tabel 2 Indeks yang Diterima dan Indeks yang Dibayar Petani per Subsektor/Kelompok dan Perubahannya, Desember 2014 (2012=100) Subsektor/Kelompok (1)
Bulan
Persentase
November 2014
Desember 2014
Perubahan
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan a. Indeks Diterima Petani
112.28
113.29
0.90
- Padi
109.43
111.16
1.58
- Palawija
120.59
119.51
-0.89
116.38
119.55
2.73
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
117.13
120.66
3.01
- Indeks BPPBM
112.87
114.42
1.37
123.29
122.80
-0.40
- Sayur-sayuran
124.53
126.74
1.78
- Buah-buahan
122.77
121.06
-1.39
- Tanaman Obat
119.67
121.28
1.35
114.20
117.08
2.52
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
115.69
118.90
2.77
- Indeks BPPBM
110.15
112.13
1.80
120.40
119.11
-1.07
120.40
119.11
-1.07
113.11
115.92
2.49
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
116.13
119.21
2.65
- Indeks BPPBM
104.02
106.04
1.94
b. Indeks Dibayar Petani
2. Hortikultura a. Indeks Diterima Petani
b. Indeks Dibayar Petani
3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks Diterima Petani - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks Dibayar Petani
4. Peternakan a. Indeks Diterima Petani
124.36
126.65
1.84
- Ternak Besar
125.63
126.93
1.04
- Ternak Kecil
130.20
134.52
3.32
- Unggas
121.24
126.00
3.93
- Hasil Ternak
109.42
111.39
1.81
110.70
113.43
2.47
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
116.58
119.98
2.92
- Indeks BPPBM
105.54
107.69
2.04
b. Indeks Dibayar Petani
5. Perikanan a. Indeks Diterima Petani
120.50
121.45
0.79
- Penangkapan
130.99
132.09
0.84
- Budidaya
104.94
105.66
0.69
115.60
118.95
2.90
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
119.01
122.57
2.99
- Indeks BPPBM
109.54
112.73
2.91
a. Indeks Diterima Petani
120.57
121.12
0.46
b. Indeks Dibayar Petani
b. Indeks Dibayar Petani
Provinsi Bali
4
113.36
116.25
2.55
- Indeks Konsumsi Rumahtangga
116.43
119.74
2.85
- Indeks BPPBM
107.95
109.91
1.82
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
c.
Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr)
Pada bulan Desember 2014 NTP Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat (NTP-Pr) merupakan subsektor yang mengalami penurunan NTP terbesar mencapai 3,47 persen, yaitu dari 106,45 menjadi 102,76. Penurunan NTP-Pr terjadi akibat indeks harga yang diterima petani (It) turun sebesar 1,07 persen diikuti dengan kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 2,49 persen. Beberapa komoditas penyusun It yang mengalami penurunan harga, yaitu biji jambu mete, kakao, kelapa, dan kapas. Di sisi lain, kenaikan yang terjadi pada IKRT dan BPPBM masing-masing sebesar 2,65 persen dan 1,94 persen telah mendorong Ib mengalami peningkatan 2,49 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTP-Pt)
Subsektor Peternakan terdiri atas ternak besar, ternak kecil, unggas, dan hasil ternak. NTP Subsektor Peternakan (NTP-Pt) juga mengalami penurunan pada bulan Desember 2014 sebesar 0,61 persen, yaitu dari 112,34 menjadi 111,65. Turunnya NTP-Pt disebabkan oleh kenaikan indeks harga yang diterima petani lebih rendah dibandingkan dengan kenaikan pada indeks yang dibayar petani. Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,84 persen dipicu oleh naiknya harga pada semua kelompok komoditi, yaitu kelompok unggas sebesar 3,93 persen pada komoditi ayam buras, ayam ras pedaging dan itik/bebek, disusul kelompok ternak kecil sebesar 3,32 persen yang terjadi pada komoditas babi dan kambing, selanjutnya kelompok hasil peternakan juga naik 1,81 persen pada komoditas telur ayam dan telur bebek, serta kelompok ternak besar sebesar 1,04 persen pada sapi potong. Di sisi lain, kenaikan yang terjadi pada indeks harga yang dibayar petani (Ib) disebabkan oleh naiknya indeks konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 2,92 persen dan indeks BPPBM naik sebesar 2,04 persen.
e.
Subsektor Subsektor Perikanan (NTP-Pi)
Subsektor Perikanan yang kini mulai naik daun terdiri atas usaha penangkapan ikan dan usaha budidaya perikanan. Pada bulan Desember 2014, NTP-Pi mengalami penurunan sebesar 2,05 persen dibandingkan bulan sebelumnya yaitu dari 104,24 menjadi 102,10. Penurunan NTP-Pi disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (It) lebih rendah daripada kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib). Kenaikan nilai It mencapai 0,79 persen didorong oleh naiknya indeks pada kelompok penangkapan ikan sebesar 0,84 persen dan kelompok perikanan budidaya sebesar 0,69 persen. Pada kelompok penangkapan ikan, komoditas yang mengalami kenaikan harga yaitu tongkol, cakalang, tenggiri, dan kerapu sedangkan pada kelompok perikanan budidaya, antara lain rumput laut, ikan mas, lele dan nila. Selanjutnya kenaikan pada Indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 2,90 persen disebabkan oleh adanya peningkatan pada IKRT sebesar 2,99 persen dan BPPBM sebesar 2,91 persen.
4.
Perbandingan Terhadap Angka Nasional
Pada bulan Desember 2014, NTP Bali mengalami penurunan sebesar 2,04 persen sejalan dengan penurunan yang terjadi pada NTP Nasional sebesar 1,03 persen. Penurunan NTP secara Nasional disebabkan oleh kenaikan indeks yang diterima petani (It) sebesar 1,43 persen lebih rendah dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) sebesar 2,48 persen seperti tampak pada tabel 3 berikut ini.
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
5
Tabel 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Bali dan Nasional serta Persentase Perubahannya, Desember 2014 (2012=100) Cakupan Wilayah
Ib
NTP
Indeks
% Perb
Indeks
% Perb
Rasio
% Perb
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Provinsi Bali
121.12
0.46
116.25
2.55
104.19
-2.04
Nasional
118.74
1.43
117.20
2.48
101.32
-1.03
(1)
5.
It
Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra)
Dari sembilan provinsi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara (Jabalnusra) yang menyusun NTP Nasional pada Desember 2014, hampir semua provinsi mengalami penurunan NTP, kecuali Provinsi Banten yang meningkat sebesar 0,71 persen. Provinsi provinsi yang mengalami penurunan NTP, yaitu DKI Jakarta (-2,15%), Jawa Barat (-0,02%), Jawa Tengah(-0,76%), Yogyakarta(-2,16), Jawa Timur(-1,39%), Bali(-2,04%), NTB(-0,48%) dan NTT(-1,37%) seperti terlihat pada tabel 4 dibawah ini. Tabel 4 Nilai Tukar Petani Antar Provinsi Jabalnusra Desember 2014 (2012=100) Provinsi
Persentase
November 2014
Desember 2014
Perubahan
(2)
(3)
(4)
DKI Jakarta
99.35
97.22
-2.15
Jawa Barat
105.19
105.16
-0.02
Jawa Tengah
101.32
100.55
-0.76
Yogyakarta
101.84
99.65
-2.16
Jawa Timur
105.88
104.41
-1.39
Banten
104.71
105.46
0.71
Bali
106.36
104.19
-2.04
NTB
100.40
99.92
-0.48
NTT
102.43
101.03
-1.37
(1)
6.
Bulan
Indeks Harga Konsumen Perdesaan
Indeks Harga Konsumen Perdesaan (IHKP) dapat ditunjukkan oleh Indeks Harga Konsumsi Rumahtangga Petani yang merupakan komponen dalam Indeks yang Dibayar Petani. IHK perdesaan terdiri dari 7 (tujuh) kelompok pengeluaran, yaitu kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, kelompok perumahan, kelompok sandang, kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga, serta kelompok transportasi dan komunikasi. Perubahan IHK perdesaan mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara nasional, terjadi inflasi perdesaan sebesar 2,72 persen. Dari 33 Provinsi yang diamati, semua provinsi mengalami inflasi perdesaan. Inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Jawa Timur mencapai 3,23 persen, sedangkan inflasi perdesaan terendah terjadi di Maluku sebesar 1,64 persen. 6
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
Grafik 1 Inflasi Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi di Indonesia, Desember 2014 3.50 Indonesia 2,72 3.00 2.50
1.50 1.00
1.64 1.88 2.12 2.14 2.21 2.22 2.22 2.22 2.24 2.40 2.44 2.44 2.46 2.46 2.47 2.49 2.58 2.60 2.69 2.72 2.76 2.76 2.77 2.78 2.83 2.85 2.87 2.95 2.98 3.06 3.06 3.06 3.23
2.00
0.50
MALUKU KALBAR KALSEL NAD SUMBAR LAMPUNG KALTENG PAPUA BANTEN PAPUA BARAT NTT DKI SULTENG SULBAR BENGKULU KALTIM JABAR RIAU YOGYAKARTA BABEL JAMBI SUMSEL JATENG NTB MALUKU UTARA BALI SUMUT GORONTALO KEPRI SULUT SULTRA SULSEL JATIM
0.00
Pada Desember 2014, inflasi perdesaan di Provinsi Bali sebesar 2,85 persen didorong oleh naiknya indeks di semua kelompok pengeluaran. Kelompok pengeluaran yang mengalami peningkatan, yaitu transportasi dan komunikasi (6,36%), bahan makanan (3,23%), makanan jadi (1,75%), perumahan (1,28%), sandang (1,22%), kesehatan (0,74%), serta pendidikan, rekreasi dan olahraga (0,44%). Kenaikan pada kelompok transportasi dan komunikasi sangat dipicu oleh naiknya bensin, ongkos angkutan dalam kota, dan oli/pelumas. Inflasi yang terjadi pada kelompok bahan makanan dipicu oleh naiknya harga beberapa komoditas seperti cabai rawit, beras, ikan pindang tongkol, bawang merah dan daging babi. Kenaikan tarif dasar listrik (tdl) golongan 1 pada kelompok pengeluaran perumahan juga menjadi salah satu pemicu naiknya inflasi perdesaan. Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi Bali dan Nasional, Desember 2014 Kelompok
Perubahan IHK Perdesaan (%) Bali
Nasional
(2)
(3)
Bahan Makanan
3.23
3.29
Makanan Jadi
1.75
1.10
Perumahan
1.28
1.32
Sandang
1.22
1.08
Kesehatan
0.74
0.80
Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga
0.44
0.27
Transportasi dan Komunikasi
6.36
7.07
Gabungan
2.85
2.72
(1)
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
7
7.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP)
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib), dimana komponen Ib hanya terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Dengan dikeluarkannya konsumsi dari komponen indeks harga yang dibayar petani (Ib), NTUP dapat lebih mencerminkan kemampuan produksi petani, karena yang dibandingkan hanya produksi dengan biaya produksinya. Pada Desember 2014, NTUP petani Bali mengalami penurunan sebesar 1,34 persen yaitu dari 111,69 pada bulan sebelumnya menjadi 110,19. Penurunan NTUP dipengaruhi oleh turunnya NTUP pada subsektor berturut-turut, yaitu Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,95 persen, Hortikultura sebesar 2,16 persen, Perikanan sebesar 2,07 persen, Tanaman Pangan sebesar 0,46 persen dan Peternakan sebesar 0,19 persen. NTUP subsektor Tanaman Pangan masih menunjukkan nilai dibawah 100 yang berarti bahwa biaya produksi yang dikeluarkan petani untuk usahanya ternyata lebih tinggi dibandingkan dengan nilai produksi yang mereka peroleh. Sementara itu, petani subsektor lainnya masih menikmati surplus usaha yang tercermin dari nilai NTUP diatas 100. Secara gabungan untuk semua subsektor, usaha pertanian di Bali masih menjanjikan dengan NTUP masih berada di atas nilai 100. Tabel 6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya, Desember 2014 (2012 = 100) November 2014
Desember 2014
(2)
(3)
(4)
1. Tanaman Pangan
99.47
99.01
-0.46
2. Hortikultura
111.93
109.52
-2.16
3. Tanaman Perkebunan Rakyat
115.75
112.33
-2.95
4. Peternakan
117.83
117.60
-0.19
5. Perikanan
110.01
107.73
-2.07
a Perikanan Tangkap
116.08
112.41
-3.17
b. Perikanan Budidaya
100.29
100.03
-0.26
111.69
110.19
-1.34
(1)
Gabungan
8
Bulan
Persentase Perubahan
Subsektor
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
B. HARGA GABAH BULAN DESEMBER 2014 NAIK
Rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani pada bulan Desember 2014 mengalami kenaikan sebesar 1,49 persen dibandingkan bulan sebelumnya, sementara di tingkat penggilingan terjadi kenaikan sebesar 1,64 persen.
Rata-rata harga gabah kualitas GKP pada bulan Desember berada di atas HPP yaitu sebesar Rp 4.182,87 per kg di tingkat petani dan Rp 4.258,66 per kg di tingkat penggilingan.
Transaksi Gabah Kering Panen (GKP), harga tertinggi di tingkat petani terjadi di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 4.550,00/Kg dengan varietas Ciherang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.650,00/Kg untuk varietas Ciherang.
Pemantauan harga produsen gabah di Provinsi Bali pada bulan Desember 2014 dilakukan pada 48 responden yang tersebar di Kabupaten Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Klungkung, Karangasem, dan Buleleng. Petani di Bali sebagian besar melakukan panen gabah dengan sistem tebasan. Grafik 2 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2013 Desember 2014
4,400.00 4,200.00 4,000.00 RUPIAH
3,800.00 3,600.00 3,400.00 3,200.00 3,000.00 2,800.00
Tk. Petani
Tk. Penggilingan
HPP Tk. Petani
HPP Tk. Penggilingan
Pada bulan Desember 2014 harga gabah baik di tingkat petani maupun di tingkat penggilingan mengalami kenaikan akibat semakin berkurangnya stok gabah di petani maupun di penggilingan. Berkurangnya stok gabah ini karena saat ini baru memasuki musim hujan dan petani kini sedang persiapan untuk melakukan penanaman. Di tingkat petani, rata rata harga gabah pada bulan Desember 2014 kualitas GKP adalah sebesar Rp 4.182,87 per kg, sementara itu ditingkat penggilingan adalah sebesar Rp 4.258,66 per kg. Selanjutnya, harga gabah kualitas GKP tertinggi di tingkat petani
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
9
tercatat di Kabupaten Jembrana sebesar Rp 4.550,00/Kg dengan varietas Ciherang, sementara harga terendah terjadi di Kabupaten Buleleng dengan harga Rp 3.650,00/Kg untuk varietas Ciherang. Tabel 7 Perkembangan Rata-rata Harga Gabah (GKP) di Tingkat Petani dan Penggilingan Provinsi Bali Desember 2013 Desember 2014 No
Bulan
Harga di Tingkat Petani (Rp/Kg)
Perubahan (%)
Harga di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg)
Perubahan (%)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
1
Desember 2013
3,973.77
-0.12
4,118.04
1.43
2
Januari 2014
4,106.25
3.33
4,163.75
1.11
3
Februari 2014
4,009.29
-2.36
4,112.32
-1.24
4
Maret 2014
3,997.09
-0.30
4,066.76
-1.11
5
April 2014
3,627.63
-9.24
3,697.63
-9.08
6
Mei 2014
3,642.56
0.41
3,725.09
0.74
7
Juni 2014
3,640.66
-0.05
3,712.41
-0.34
8
Juli 2014
3,863.77
6.13
3,917.84
5.53
9
Agustus 2014
3,870.13
0.16
3,930.18
0.31
10
September 2014
3,960.54
2.34
4,034.95
2.67
11
Oktober 2014
4,091.44
3.31
4,164.42
3.21
12
November 2014
4,121.61
0.74
4,189.88
0.61
13
Desember 2014
4,182.87
1.49
4,258.66
1.64
*) HPP GKP (Mulai Maret 2012) Rp 3.300,00/kg di tingkat petani Rp 3.350,00/kg di tingkat penggilingan
10
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
Tabel 8 Perkembangan Inflasi Perdesaan Bulanan dan Kumulatif Provinsi Bali dan Nasional Tahun 2011 2014
Tahun
Bali
Nasional
Bulanan
Kumulatif
Bulanan
Kumulatif
(2)
(3)
(4)
(5)
Januari Februari
0.58 -0.07
0.58 0.51
0.98 0.14
0.98 1.13
Maret April
0.27 -0.82
0.79 -0.04
-0.06 -0.59
1.07 0.47
Mei Juni
-0.14 0.08
-0.18 -0.10
0.01 0.40
0.47 0.88
Juli Agustus
0.57 0.50
0.47 0.97
0.62 0.74
1.51 2.26
September Oktober November Desember
0.40 0.34 0.15 0.32
1.37 1.71 1.87 2.19
0.29 0.12 0.41 0.36
2.56 2.69 3.11 3.48
2012 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September
0.54 0.81 0.23 0.30 0.11 -1.64 2.69 0.81 -0.11
0.54 1.35 1.59 1.89 2.00 0.33 3.03 3.86 3.75
0.74 0.46 0.14 0.30 0.31 0.60 0.77 0.80 0.06
0.74 1.20 1.35 1.65 1.97 2.59 3.38 4.20 4.26
Oktober November
-0.07 0.11
3.69 3.80
0.14 0.22
4.41 4.64
Desember
0.54
4.36
0.42
5.08
(1) 2011
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
11
Tahun
Nasional
Bulanan
Kumulatif
Bulanan
Kumulatif
(2)
(3)
(4)
(5)
2013 Januari
1.66
1.66
1.21
1.21
Februari Maret
0.68 0.91
2.35 3.28
0.66 0.76
1.88 2.65
April Mei
0.10 -0.18
3.38 3.20
-0.02 -0.03
2.63 2.60
Juni Juli
-0.03 3.18
3.17 6.45
0.58 3.36
3.20 6.66
Agustus September
0.39 -0.03
6.87 6.84
0.96 0.08
7.69 7.78
Oktober November
1.05 0.24
7.96 8.22
0.31 0.14
8.11 8.26
Desember
0.32
8.57
0.39
8.69
2014 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
0.88 0.32 0.42 0.05 0.39 0.36 0.56 0.49 0.49 0.24 1.52 2.85
0.88 1.20 1.63 1.68 2.07 2.44 3.01 3.51 4.02 4.27 5.85 8.86
1.16 0.45 0.19 -0.05 0.23 0.74 0.82 0.37 0.45 0.43 1,49 2.72
1.16 1.62 1.81 1.76 1.99 2.74 3.58 3.96 4.43 4.88 6,45 9.34
(1)
12
Bali
Berita Resmi Statistik Provinsi Bali No. 05/01/51/Th. IX, 2 Januari 2015
Informasi lebih lanjut hubungi: Amirudin, S.Si., MMSI. Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Provinsi Bali Telepon: 0361-238159, Fax: 0361-238162 E-mail:
[email protected]