No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, DAN HARGA PRODUSEN GABAH A.
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI
NTP SUMATERA BARAT SEPTEMBER 2016 SEBESAR 97,81 ATAU NAIK 0,70 PERSEN
NTP Sumatera Barat bulan September 2016 tercatat sebesar 97,81 atau naik sebesar 0,70 persen bila dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 97,13 (Agustus 2016). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,30 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,60 persen.
Pada bulan September 2016 NTP masing-masing subsektor tercatat sebesar 93,98 untuk subsektor tanaman pangan (NTPP), 92,37 untuk subsektor hortikultura (NTPH), 98,69 untuk subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR), 106,01 untuk subsektor peternakan (NTPT), dan 105,81 untuk subsektor perikanan (NTPN). Subsektor perikanan terbagi menjadi dua, yaitu subsektor perikanan tangkap dan perikanan budidaya dengan NTP masing-masing sebesar 106,90 dan 105,55.
Secara regional, di Sumatera Barat pada bulan September 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,76 persen yang disebabkan terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (0,96 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,01 persen), kelompok perumahan (0,52 persen), kelompok sandang (0,53 persen), kelompok kesehatan (0,28 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,19 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,05 persen).
A. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani (dalam persentase), merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di pedesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga di pedesaan di 11 kabupaten di Sumatera Barat pada bulan September 2016, NTP Sumatera Barat mengalami peningkatan sebesar 0,70 persen dibanding bulan Agustus 2016, yaitu dari 97,13 menjadi 97,81. Hal ini disebabkan indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan sebesar 1,30 persen, lebih besar dari peningkatan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun untuk keperluan produksi pertanian yang mengalami peningkatan sebesar 0,60 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
1
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
2
Bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, NTP September 2016 pada empat subsektor mengalami peningkatan, yakni subsektor tanaman pangan (0,69 persen), subsektor hortikultura (0,74 persen), subsektor peternakan (0,93 persen), dan tanaman perkebunan rakyat (0,62 persen). Sedangkan NTP pada subsektor subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,65 persen.
2.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It)
Indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga beragam komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada bulan September 2016 terjadi peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,30 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 119,22 menjadi 120,77. Meningkatnya nilai It diakibatkan oleh meningkatnya nilai It pada empat subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (1,26 persen), subsektor hortikultura (1,26 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (1,66 persen), dan subsektor peternakan (1,17 persen). Sedangkan It pada subsektor perikanan mengalami penurunan sebesar 0,18 persen.
3.
Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib)
Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada bulan September 2016 indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,60 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu dari 122,74 menjadi 123,47. Meningkatnya nilai Ib disebabkan oleh naiknya nilai Ib pada seluruh subsektor, yaitu subsektor tanaman pangan (0,57 persen), subsektor hortikultura (0,52 persen), subsektor tanaman perkebunan rakyat (0,72 persen), subsektor peternakan (0,54 persen), dan subsektor perikanan (0,47 persen). Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
3
Grafik 1 NTP Sumatera Barat Bulan September 2015 – September 2016 (2012=100)
4.
NTP Subsektor a.
Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) NTP subsektor tanaman pangan (NTPP) pada bulan September 2016 mengalami peningkatan dibandingkan bulan sebelumnya, yaitu sebesar 0,69 persen dari 93,34 menjadi 93,98. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,26 persen) lebih besar dibanding kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,57 persen). Meningkatnya nilai indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,26 persen disebabkan oleh meningkatnya indeks harga pada subkelompok padi sebesar 1,11 persen, dan subkelompok palawija sebesar 1,77 persen. Sementara itu, indeks harga yang dibayar petani (Ib) mengalami peningkatan sebesar 0,57 persen diakibatkan oleh naiknya indeks harga subkelompok konsumsi rumahtangga (IKRT) sebesar 0,75 persen, dan indeks harga subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) tidak mengalami perubahan.
b. Subsektor Hortikultura (NTPH) Nilai Tukar Petani untuk subsektor hortikultura (NTPH) pada bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,74 persen dari 91,69 menjadi 92,37. Hal ini dikarenakan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,26 persen), lebih besar dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (0,52 persen). Meningkatnya nilai It sebesar 1,26 persen disebabkan meningkatnya nilai indeks harga pada subkelompok subkelompok sayur-sayuran (1,39 persen), dan subkelompok buah-buahan, (1,52 persen), walaupun indeks harga pada subkelompok tanaman obat mengalami penurunan sebesar 0,52 persen. Peningkatan Ib sebesar 0,52 persen disebabkan peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,60 persen, dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,06 persen.
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
4
c.
Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) NTPR pada bulan September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,93 persen, yaitu dari 97,78 menjadi 98,69. Meningkatnya nilai NTPR ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (1,66 persen), lebih besar dari kenaikan indeks yang dibayar petani (0,72 persen). Meningkatnya nilai Ib sebesar 0,72 persen diakibatkan meningkatnya indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,86 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) mengalami penurunan sebesar 0,15 persen.
d.
Subsektor Peternakan (NTPT) NTPT pada September 2016 mengalami peningkatan sebesar 0,62 persen, yaitu dari 105,35 menjadi 106,01. Peningkatan NTP ini terjadi diakibatkan oleh peningkatan pada indeks harga yang diterima petani (1,17 persen) lebih tinggi dibanding peningkatan indeks harga yang dibayar petani (0,54 persen). Peningkatan indeks harga yang diterima petani (It) sebesar 1,17 persen terjadi karena peningkatan harga pada subkelompok ternak besar sebesar 1,53 persen, dan subsektor ternak kecil sebesar 2,49 persen, walaupun indeks harga pada subkelompok unggas dan subkelompok hasil ternak mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,48 persen dan 0,89 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani (Ib) sebesar 0,54 persen diakibatkan oleh peningkatan harga subkelompok konsumsi rumah tangga sebesar 0,84 persen, dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,22 persen.
e.
Subsektor Perikanan (NTNP) Pada bulan September 2016, nilai tukar petani subsektor perikanan (NTNP) mengalami penurunan sebesar 0,65 persen, yaitu dari 106,50 menjadi 105,81. Kondisi ini diakibatkan indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan sebesar 0,18 persen,, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,47 persen. Penurunan nilai It sebesar 0,18 persen merupakan kontribusi dari penurunan indeks harga pada subsektor perikanan tangkap sebesar 0,76 persen, dan subsektor perikanan budidaya sebesar 0,04 persen. Peningkatan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,47 persen diakibatkan peningkatan indeks harga pada subkelompok konsumsi rumah tangga (IKRT) sebesar 0,46 persen dan subkelompok biaya produksi dan penambahan barang modal (BPPBM) sebesar 0,48 persen.
4.
Indeks Harga Konsumen Pedesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi di wilayah perdesaan. Secara regional, Sumatera Barat pada bulan September 2016 terjadi inflasi di daerah perdesaan sebesar 0,76 persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Terjadinya inflasi di daerah perdesaan merupakan kontribusi dari inflasi terjadinya inflasi pada kelompok bahan makanan (0,96 persen), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau (1,01 persen), kelompok perumahan (0,52 persen), kelompok sandang (0,53 persen), kelompok kesehatan (0,28 persen), kelompok pendidikan, rekreasi & olah raga (0,19 persen), dan kelompok transportasi dan komunikasi (0,05 persen).
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
5
Tabel 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Pedesaan Menurut Kelompok Pengeluaran Agustus 2016 - September 2016 (2012=100)
*) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan September 2016 terhadap Bulan sebelumnya **) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan September 2016 terhadap Bulan Desember 2015 ***) Persentase perubahan IHK Perdesaan Bulan September 2016 terhadap Bulan September 2015
Laju inflasi pedesaan tahun kalender bulan September 2016 sebesar 3,28 persen, dan inflasi pedesaan tahun ke tahun (year on year) sebesar 5,00 persen.
Grafik 2 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan September 2015 – September 2016 (2012=100)
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
6
B. PERKEMBANGAN HARGA PRODUSEN GABAH SEPTEMBER 2016 HARGA GABAH (GKP) DI PETANI TURUN 2,27 %
Komposisi jumlah observasi dari 99 transaksi harga gabah di tujuh kabupaten di Sumatera Barat selama September 2016, didominasi didominasi Gabah Kering Panen (GKP) sebesar 100 persen .
Di tingkat petani, harga gabah tertinggi berasal dari gabah kualitas GKP varietas Cisokan yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg yang terjadi di Kabupaten Solok. Sedangkan harga terendah berasal dari gabah kualitas GKP varietas Serang, yaitu senilai Rp 4.500,00 per kg, terjadi di Kabupaten Pasaman.
Berbeda dengan bulan sebelumnya, pada bulan September 2016 rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani Mengalami penurunan sebesar 2,27 persen dari Rp 5.286,84 per kg ( Agustus 2016) menjadi Rp 5.166,70 per kg ( September 2016), dan di tingkat penggilingan turun 2,79 persen dari Rp 5.408,69 per kg (Agustus 2016) menjadi Rp 5.258,04 per kg (September 2016). Sementara itu, rata–rata harga gabah kualitas rendah dan gabah kualitas GKG tidak dapat dibandingkan.
Survei harga produsen gabah berasal dari 99 observasi di tujuh kabupaten di Sumatera Barat, yaitu: Pesisir Selatan, Solok, Padang Pariaman, Agam, Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Pasaman. Rata-rata harga gabah di tingkat petani bulan September 2016 dibanding bulan Agustus 2016 untuk kualitas GKP mengalami penurunan sebesar 2,27 persen dari Rp 5.286,84 per kg (Agustus 2016) menjadi Rp 5.166,70 per kg (September 2016). Sementara di tingkat penggilingan harga gabah GKP turun sebesar 2,79 persen dari Rp 5.408,69 per kg (Agustus 2016) menjadi Rp 5.258,04 per kg (September 2016). Tabel 3 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan, Dan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) September 2016 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
(1)
HHarga Pembelian Rata-rata HargaP Pemerintah Tkt Penggilingan ( (Rp/Kg) (Rp/Kg) Rata-rata
Harga di Tk Petani (Rp/Kg)
(Rp/kg)
(%)
(7)
(8)
(9)
4.600,00
--
--
3.700,00 (Petani)
1416,70
38,29
3.750,00 (Penggilingan)
1508,04
40.21
--
--
--
--
--
--
--
--
Terendah
Tertinggi
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
GKG
0 (0,00%)
--
--
--
--
GKP
99 (100%)
4500,00-
6300,00,-
5.166,70-
5 258,04,-
0 (0 %)
--
--
--
99 (100,00)
--
--
--
KualitasRendah
Total
Harga gabah kualitas GKP terendah pada
Selisih harga kol (5&6) terhadap kol (7)
September 2016 di tingkat petani dijumpai di
Kabupaten Pasaman, yaitu sebesar Rp 4.500,00 per kg, sedangkan harga terendah di tingkat penggilingan juga di Kabupaten Pasaman, yaitu Rp 4.600,00 per kg. Sementara harga tertinggi di Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
7
tingkat petani terjadi di Kabupaten Solok, yaitu sebesar Rp 6.300,00 per kg . Sedangkan harga tertinggi di tingkat penggilingan juga terjadi di Kabupaten Solok yaitu sebesar Rp 6.390,00 per kg. Tabel 4 Perbandingan Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Sumatera Barat Juli 2016 s/d September 2016 Tingkat Penggilingan (Rp/Kg) No.
Kabupaten
(1)
Juli’16
Ags’16
Sept’16
Tingkat Petani (Rp/Kg)
% Perubahan Bulan September 2016 thd. Agustus 2016
Juli’16
Ags’16
% Perubahan Bulan September 2016 thd. Agustus 2016
Sept’16
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
1
Pes, Selatan
4 462,86
5 291,92
5 168,04
-2,34
4 387,50
5 240,22
5 115,49
-2,38
2
Solok
5 527,47
5 453,27
5 808,00
6,50
5 428,13
5 160,33
5 722,67
10,90
3
Tanah Datar
4.858,59
5.530,27
5.287,75
-4,39
4 808,59
5 480,27
5 237,75
-4,43
4
Pdg, Prmn.
4.850,00
5.597,88
5.273,50
-5,79
4 737,50
5 460,38
5 161,00
-5,48
5
Agam
4.908,50
5.432,50
5.125,00
-5,66
4 850,00
5 370,00
5 060,00
-5,77
6
50 Kota
5.017,33
5.673,33
5.257,33
-7,33
4 866,67
5 506,67
5 083,33
-7,69
7
Pasaman
4 733,33
4 881,67
4 886,67
0,10
4 620,00
4 790,00
4 786,67
-0,07
4 908,30
5 408,69
5 258,04
-2,79
4 814,06
5 286,84
5 166,70
-2,27
Sumbar
Grafik 3 Rata-rata Harga Gabah Kualitas GKP di Tingkat Penggilingan Dan HPP Sumatera Barat September 2014 – September 2016 5800
5538,7 5795,8
5300
5377,8
5408,7
5207,5
5536,3 5199,3
5127,0
4981,42
5636,6 5854,6
Rata-rata Harga (Rp/Kg)
4890,8
4800
4994,9
4966,1
4711,3
4360,2
4631,1
4300
4413,4
5258,0
4556,3
4643,3
4553,5
4908,3 4677,0
4450,3
3800 3300 2800 2300
Rata2 Harga Gabah Di Penggilingan
HPP Di Tingkat Penggilingan
Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, telah ditetapkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) yang baru yang berlaku sejak tanggal 17 April 2015, yaitu untuk gabah kualitas GKP sebesar Rp 3.700,00 per kg di tingkat petani dan Rp 3.750,00 per kg di tingkat penggilingan, sedangkan HPP untuk gabah kualitas GKG sebesar Rp 4.600,00 per kg di tingkat penggilingan. Pada pemantauan bulan September 2016 tidak ditemukan kasus harga gabah yang berada dibawah di HPP. Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
8
Sep-16
Agust-16
Jul-16
Jun-16
Mei-16
Apr-16
Mar-16
Feb-16
Jan-16
Des-15
Okt-15
Nop-15
Bulan
Sep-15
Agust-15
Jul-15
Jun-15
Mei-15
Apr-15
Mar-15
Feb-15
Jan-15
Des-14
Nop-14
okt-14
Sep-14
1800
Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Barat Informasi lebih lanjut hubungi:
Azwir, S.Si Kepala Bidang Statistik Distribusi JlKhatibSulaiman No.48 Padang 25135 Telp. (0751)442158,442159 Homepage : http://sumbar.bps.go.id Email :
[email protected]
Berita Resmi Statistik Provinsi Sumatera Barat No. 58/10/13/Th XIX, 3 Oktober 2016
9