BPS PROVINSI ACEH No.40/8/Th.XX, 4 September 2017
PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH PERIODE AGUSTUS 2017 Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Agustus 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,47 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,03 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,12 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) meningkat sebesar 1,10 persen. Terjadi peningkatan NTP pada tiga subsektor yaitu Hortikultura, Tanaman Pekebunan Rakyat dan Peternakan. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan. Kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,46 persen. Di sisi lain, penurunan terbesar terjadi pada Tanaman Pangan yaitu 1,46 persen Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Agustus 2017 meningkat sebesar 1,12 persen dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan nilai It terjadi pada semua subsektor, terkecuali Tanaman Pangan yang turun sebesar 0,24 persen. Keempat subsektor lainnya mengalami peningkatan dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat dan Hortikultura yaitu sebesar 2,47 dan 1,48 persen. Sedangkan subsektor Peternakan dan Perikanan hanya tumbuh senilai 1,20 dan 1,04 persen. Selama Agustus 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 1,10 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,24 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,99 hingga 1,12 persen. Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 5 provinsi yang mengalami penurunan NTP yaitu Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat sebesar 0,19 hingga 0,44 persen. Tiga provinsi yang mengalami peningkatan NTP tertinggi secara berturut-turut yaitu Provinsi Lampung, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat dengan kenaikan sebesar 1,58 hingga 1,82 persen. Inflasi perdesaan Agustus 2017 ini sedikit melonjak dibanding periode sebelumnya pada level 1,32 persen, inflasi kondisi Juli sendiri tercatat hanya sebesar 0,37 persen. Hal ini wajar mengingat naiknya harga barang dan jasa menjelang hari raya idul adha. Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya tiga provinsi yang mengalami deflasi yaitu Sumatera Selatan, Lampung dan Bangka Belitung sebesar 0,22 hingga 0,39 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh yaitu sebesar 1,32 persen. Diikuti Sumatera Barat dan Sumatera Utara masing-masing sebesar 1,30 dan 1,01 persen. Inflasi terendah terjadi di Provinsi Riau pada angka 0,13 persen. Selama Agustus 2017, di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,87 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga menurun sebesar 3,05 persen. Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Agustus 2017 turun sebesar 130,21 rupiah menjadi Rp 4.412,50 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan turun sebesar Rp.141,04 per kg menjadi Rp 4.490 per kg.
Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
1
Nilai Tukar Petani (NTP) yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani, merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada Agustus 2017, dihasilkan NTP sebesar 94,47 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,03 persen. Hal ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami peningkatan sebesar 1,12 persen, sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) hanya meningkat sebesar 1,10 persen. Tabel 1. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh menurut Subsektor, Agustus 2017 (2012=100) Bulan Perubahan Subsektor/Rincian (%) Juni 2017 Agustus 2017 [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPP) 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPH) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPH) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPR) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPR) 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPT) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPT) 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTPN) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUPN) Gabungan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) Gabungan Tanpa Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) c. Nilai Tukar Petani (NTP) d. Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP)
[2]
[3]
[4]
117.59 128.16 91.75 98.31
117.31 129.75 90.41 97.98
-0.24 1.24 -1.46 -0.34
133.29 126.03 105.76 115.62
135.26 127.43 106.15 117.15
1.48 1.11 0.37 1.32
107.77 126.59 85.13 88.54
110.43 127.86 86.37 90.63
2.47 1.00 1.46 2.36
127.15 121.55 104.61 113.09
128.68 122.75 104.83 113.90
1.20 0.99 0.21 0.71
119.26 123.70 96.41 105.91
120.50 125.08 96.34 106.85
1.04 1.12 -0.08 0.89
118.93 125.93 94.45 100.85
120.27 127.31 94.47 101.79
1.12 1.10 0.03 0.94
117.94 123.53 95.47 102.48
118.18 124.42 94.98 102.68
0.20 0.72 -0.51 0.19
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
2
Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa rata-rata NTP tersebut tidak lebih baik dibanding tahun 2012 sebagai tahun dasar perhitungannya dan meningkat 0,03 persen dibanding bulan sebelumnya NTP gabungan diatas sangat dipengaruhi oleh kelima NTP subsektor didalamnya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa terjadi peningkatan NTP pada tiga subsektor yaitu Hortikultura, Tanaman Pekebunan Rakyat dan Peternakan. Sedangkan penurunan NTP terjadi pada subsektor Tanaman Pangan dan Perikanan. Kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,46 persen. Di sisi lain, penurunan terbesar terjadi pada Tanaman Pangan yaitu 1,46 persen. Gambar 1. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh, Agustus 2017(2012=100) ,106.00 ,104.00 ,102.00 ,100.00 ,98.00 ,96.00 ,94.00 ,92.00
NTP
,90.00
NTP USAHA
,88.00 Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
Jun-17
Jul-17
Aug-17
Dari gambar diatas terlihat bahwa sejak Februari 2017 NTP Provinsi Aceh terus mengalami penurunan. Kenaikan NTP pada Agustus 2017 yang merupakan masa menjelang lebaran merupakan hal yang patut diapresiasi. Banyaknya kebutuhan para petani menjelang Hari Raya Idul Adha tentu saja dapat terbantu dengan meningkatnya pendapatan yang diterima. Selain NTP, indikator pertanian lainnya yang juga tidak kalah penting untuk dicermati adalah NTP Usaha Pertanian. NTP merupakan rasio antara It terhadap Ib, dimana Ib merupakan gabungan antara KRT (Konsumsi Rumah Tangga) dan BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Sedangkan NTP Usaha Pertanian merupakan rasio antara It terhadap BPPBM saja.Sehingga NTP Usaha Pertanian selalu lebih tinggi dibandingkan NTP seperti terlihat pada Gambar 1. NTP Usaha pertanian yang biasanya bernilai di atas 100 dan NTP yang selalu bernilai di bawah 100 menunjukkan bahwa keuntungan petani sejak tahun 2012 semakin tinggi, akan tetapi tingginya kenaikan harga konsumsi rumah tangga membuat daya beli petani semakin menurun. 1. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Agustus 2017 meningkat sebesar 1,12 persen dibandingkan periode sebelumnya. Peningkatan nilai It terjadi pada semua subsektor, terkecuali Tanaman Pangan yang turun sebesar 0,24 persen. Keempat subsektor lainnya mengalami peningkatan dengan kenaikan tertinggi terjadi pada Tanaman Perkebunan Rakyat dan Hortikultura yaitu sebesar 2,47
Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
3
dan 1,48 persen. Sedangkan subsektor Peternakan dan Perikanan hanya tumbuh senilai 1,20 dan 1,04 persen. 2. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) Melalui indeks harga yang dibayar petani (Ib) dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan yang sebagian besarnya merupakan petani. Hal ini tercermin dari indeks Konsumsi Rumah Tangga (KRT). Selain itu Ib juga menunjukkan fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan petani untuk memproduksi hasil pertanian yang tercermin dari indeks BPPBM (Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal). Selama Agustus 2017, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) di Provinsi Aceh meningkat sebesar 1,10 persen dibanding periode sebelumnya. Peningkatan Ib tersebut terjadi pada seluruh subsektor dengan kenaikan tertinggi pada Subsektor Tanaman Pangan sebesar 1,24 persen. Sedangkan keempat subsektor lainnya bertambah 0,99 hingga 1,12 persen. Angka Ib tersebut dipengaruhi oleh Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) dan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Indeks KRT di Provinsi Aceh menguat sebesar 1,32 persen dibanding periode sebelumnya. Disisi lain, Indeks BPPBM di Provinsi Aceh meningkat sebesar 0,18 persen dibanding periode sebelumnya. 3. NTP Subsektor a. Subsektor Tanaman Pangan Pada Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Tanaman Pangan (NTPP) tercatat sebesar 90,41 atau mengalami penurunan indeks sebesar 1,46 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani tanaman pangan tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan menurun sebesar 1,46 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan NTPP diatas disebabkan oleh menurunnya indeks yang diterima petani (It) sebesar 0,24 persen, sedangkan indeks yang dibayarkan petani (Ib) meningkat sebesar 1,24 persen. Turunnya It tersebut disebabkan karena menurunnnya indeks kelompok padi dan palawija masing-masing sebesar 0,21 dan 0,37 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 1,43 persen, mengalahkan kenaikan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) yang hanya sebesar 0,10 persen. b. Subsektor Hortikultura Periode Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Hortikultura (NTPH) berada pada angka 106,15 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,37 persen. Angka NTP yang berada di atas 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani hortikultura sudah lebih baik dibanding tahun 2012 tetapi menurun 0,37 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan NTPH ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 1,48 persen, mengalahkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang naik sebesar 1,11 persen. Peningkatan It tersebut disebabkan oleh naiknya indeks kelompok sayur-sayuran mencapai angka 2,80 persen. Diikuti oleh kenaikan indeks tanaman obat dan buah-buahan yang masing-masing bertambah sebesar 0,85 dan 0,57 persen.
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
4
Sedangkan Ib mengalami kenaikan indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 1,28 persen yang diikuti oleh peningkatan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) pada angka 0,16 persen. c. Subsektor Perkebunan Rakyat Selama Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perkebunan Rakyat (NTPR) adalah sebesar 86,37 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 1,46 persen. Angka NTP yang berada di bawah 100 mengindikasikan bahwa daya beli petani perkebunan rakyat tidak lebih baik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 1,46 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) naik sebesar 2,47 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) hanya bertambah sebesar 1,00 persen. Kenaikan It tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga produk beberapa komoditi tanaman perkebunan. Sedangkan Ib mengalami kenaikan dengan semakin bertambahnya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) dan indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) masing-masing sebesar 1,17 dan 0,11 persen. Pada gambar 2 terlihat bahwa sejak awal tahun 2017 NTPR semakin menurun setiap bulannya, semakin rendahnya harga karet dan tandan buah segar kelapa sawit sebagai komoditas utama pada subsektor ini menjadi penyebabnya. Naiknya harga tandah buah segar kelapa sawit akhirakhir ini membuat pendapatan petani pada Bulan Agustus dapat kembali meningkat. Gambar 2. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Tanaman Pangan, Subsektor Hortikultura, dan Subsektor Perkebunan Rakyat Agustus 2017 (2012=100) ,110.00
,105.00
,100.00
,95.00
,90.00 TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
,85.00
TANAMAN PERKEBUNAN RAKYAT ,80.00 Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
Jun-17
Jul-17
Aug-17
d. Subsektor Peternakan Pada Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Peternakan (NTPT) mencapai angka 104,83 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,21 persen. NTP subsektor peternakan bernilai di atas 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli peternak semakin membaik dibanding tahun 2012 dan meningkat sebesar 0,21 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
5
diatas terjadi dikarenakan naiknya indeks yang diterima petani (It) mencapai angka 1,20 persen, jauh diatas kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) yang hanya sebesar 0,99 persen. Kenaikan It diatas disebabkan meningkatnya indeks semua kelompok Ternak dengan kenaikan indeks tertinggi terjadi pada ternak kecil dan besar masing-masing yaitu 2,14 dan 1,16 persen. Sedangkan indeks unggas hanya naik sebesar 0,28 persen. Kenaikan ternak besar dan kecil tersebut erat kaitannya dengan tradisi berkurban pada hari raya idul adha yang dampaknya telah mulai dirasakan sejak akhir agustus ini. Sedangkan Ib subsektor ini mengalami peningkatan dengan naiknya indeks pada kelompok Konsumsi Rumahtangga (IKRT) sebesar 1,35 persen sedangkann indeks Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) meningkat sebesar 0,48 persen. Pada Gambar 3 terlihat bahwa NTPT semakin membaik sejak Maret 2017. Tradisi Meugang sebelum ramadhan dan menjelang Idul Fitri di Provinsi Aceh membuat NTPT semakin menguntungkan pada periode Mei dan Juni 2017. NTPT akan terus meningkat menjelang meugang dan hari raya Idul Adha pada Agustus hingga September ini. e. Subsektor Perikanan Periode Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) mencapai nilai 96,34 atau mengalami penurunan indeks sebesar 0,08 persen. NTP yang bernilai di bawah 100 ini mengindikasikan bahwa daya beli nelayan semakin berkurang dibanding tahun 2012 dan menurun 0,08 persen dibanding bulan sebelumnya. Kondisi ini dikarenakan indeks yang diterima petani (It) bertambah sebesar 1,04 persen. Sedangkan penambahan indeks yang dibayar petani (Ib) mencapai 1,12 persen. Gambar 3. Perkembangan Nilai Tukar Petani (NTP) Provinsi Aceh Subsektor Peternakan dan Perikanan, Agustus 2017 (2012=100) ,107.00
,105.00
,103.00
PETERNAKAN
,101.00
PERIKANAN
,99.00
,97.00
,95.00 Aug-16
Sep-16
Oct-16
Nov-16
Dec-16
Jan-17
Feb-17
Mar-17
Apr-17
May-17
Jun-17
Jul-17
Aug-17
Penambahan It tersebut disebabkan karena meningkatnya indeks kelompok perikanan tangkap dan budidaya sebesar 1,75 dan 0,30 persen. Sedangkan Ib mengalami peningkatan dengan
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
6
semakin bertambahnya Indeks KRT sebesar 1,57 persen dan indeks BPPBM senilai 0,15 persen. e.1.
Subsektor Perikanan Tangkap Selama Agustus 2017, Nilai Tukar Petani untuk subsektor perikanan (NTPN) tangkap tercatat sebesar 100,40 atau mengalami peningkatan indeks sebesar 0,58 persen. Angka tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan daya beli nelayan perikanan tangkap di bulan Agustus ini meningkat dibanding tahun 2012 dan bertambah sebesar 0,58 persen dibanding bulan sebelumnya. Peningkatan diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) bertambah sebesar 1,75 persen sedangkan indeks yang dibayar petani (Ib) tumbuh sebesar 1,17 persen. Kenaikan Ib Konsumsi Rumah Tangga (KRT) dan Indeks BPPBM masing-masing sebesar 1,57 dan 0,33 persen.
e.2.
Subsektor Perikanan Budidaya Nilai Tukar Petani untuk Subsektor Perikanan (NTPN) Budidaya pada Agustus 2017 hanya sebesar 92,38 atau mengalami penurunan indeks senilai 0,77 persen. Hal ini berarti, daya beli nelayan budidaya justru lebih menurun dibanding tahun 2012, dan menurun lagi sebesar 0,77 persen dibanding bulan sebelumnya. Penurunan NTP diatas dikarenakan indeks yang diterima petani (It) hanya mengalami penambahan sebesar 0,30 persen sedangkan kenaikan indeks yang dibayar petani (Ib) mencapai 1,07 persen. Kenaikan It tersebut dialami oleh komoditas budidaya air laut dan payau sebesar 0,90 dan 0,58 persen. Sedangkan budidaya air tawar yang jumlahnya mendominasi malah tumbuh negatif mencapai 0,44 persen. Ib sendiri meningkat sebesar 1,07 persen dengan bertambahnya indeks KRT sebesar 1,56 walaupun indeks BPPBM menurun sebesar 0,02 persen. Tabel 2. Nilai Tukar Petani Provinsi Aceh Subsektor Perikanan, Agustus 2017 (2012=100) Bulan
Juli 2017
Agustus 2017
Perubahan (%)
[2]
[3]
[4]
a. Indeks yang Diterima Petani (It)
123.01
125.17
1.75
b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
123.23
124.67
1.17
c. Nilai Tukar Petani
99.82
100.40
0.58
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
109.97
111.53
1.42
a. Indeks yang Diterima Petani (It)
115.58
115.92
0.30
b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib)
124.15
125.49
1.07
c. Nilai Tukar Petani
93.10
92.38
-0.77
d. Nilai Tukar Usaha Pertanian
101.98
102.29
0.31
Subsektor [1] 1. Penangkapan
2. Budidaya
Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
7
Tabel 3. Perubahan Indeks yang di terima Petani (It) dan Indeks yang di bayar Petani (Ib) Menurut Subsektor di Provinsi Aceh Agustus 2017 (2012=100) Subsektor [1]
1. Tanaman Pangan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Padi - Palawija b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 2. Hortikultura a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Sayur-sayuran - Buah-Buahan - Tanaman Obat b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Tanaman Perkebunan Rakyat (TPR) b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 4. Peternakan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Ternak Besar - Ternak Kecil - Unggas - Hasil Ternak b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5. Perikanan a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan - Budidaya b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5a. Perikanan (Penangkapan) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Penangkapan Laut b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM 5b. Perikanan (Budidaya) a. Indeks yang Diterima Petani (It) - Budidaya Air Tawar - Budidaya Laut - Budidaya Air Payau b. Indeks yang Dibayar Petani (Ib) - Indeks KRT - Indeks BPPBM Keterngan :
Bulan
Perubahan
Juni 2017
Agustus 2017
(%)
[2]
[3]
[4]
117.59 118.53 113.43 128.16 129.70 119.61
117.31 118.28 113.01 129.75 131.55 119.72
-0.24 -0.21 -0.37 1.24 1.43 0.10
133.29 120.04 144.20 150.48 126.03 128.23 115.28
135.26 123.40 145.02 151.76 127.43 129.87 115.46
1.48 2.80 0.57 0.85 1.11 1.28 0.16
107.77 107.77 126.59 127.56 121.71
110.43 110.43 127.86 129.05 121.84
2.47 2.47 1.00 1.17 0.11
127.15 127.40 123.16 129.74 127.51 121.55 128.95 112.44
128.68 128.88 125.79 130.11 129.35 122.75 130.69 112.98
1.20 1.16 2.14 0.28 1.44 0.99 1.35 0.48
119.26 123.01 115.58 123.70 129.69 112.61
120.50 125.17 115.92 125.08 131.72 112.78
1.04 1.75 0.30 1.12 1.57 0.15
123.01 123.01 123.23 129.68 111.86
125.17 125.17 124.67 131.72 112.23
1.75 1.75 1.17 1.57 0.33
115.58 103.92 100.98 127.37 124.15 129.69 113.34
115.92 103.47 101.89 128.11 125.49 131.71 113.33
0.30 -0.44 0.90 0.58 1.07 1.56 -0.02
KRT = Konsumsi Rumahtangga BPPBM = Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
8
4. Perbandingan antar Provinsi Tabel 4. Indeks yang Diterima Petani (It), Indeks yang Dibayar Petani (Ib), dan Nilai Tukar Petani (NTP) Menurut Provinsi di Indonesia, Agustus 2017 (2012=100) Provinsi [1]
SUMATERA ACEH Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Bangka Belitung Kepulauan Riau JAWA DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah Yogyakarta Jawa Timur Banten BALI & NUSA TENGGARA Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur KALIMANTAN Kalimantan Barat Kaimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur SULAWESI Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat MALUKU Maluku Maluku Utara PAPUA Papua Barat Papua NASIONAL
It
Ib
NTP
Indeks
% Perubahan
Indeks
% Perubahan
Rasio
% Perubahan
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
120.27
1.12
127.31
1.10
94.47
0.03
128.36
1.36
129.61
0.78
99.04
0.57
122.22
1.47
127.00
1.02
96.24
0.44
130.31
0.78
127.88
0.14
101.90
0.64
126.91
1.53
126.55
0.23
100.28
1.29
118.71
1.26
125.78
-0.20
94.38
1.47
120.88
1.72
129.15
0.42
93.60
1.30
132.24
1.59
125.40
-0.22
105.45
1.82
118.42
1.48
122.57
-0.18
96.61
1.66
118.06
0.43
121.83
0.25
96.91
0.18
118.51
0.00
121.49
-0.23
97.54
0.23
138.42
0.90
131.37
0.04
105.37
0.86
129.78
0.89
127.82
-0.42
101.53
1.31
131.67
0.44
128.00
0.48
102.87
-0.05
136.78
1.12
129.78
-0.31
105.40
1.43
128.40
0.83
128.61
0.59
99.83
0.24
129.41
-0.29
124.50
-0.10
103.94
-0.19
132.96
0.75
126.62
0.21
105.01
0.54
129.30
0.46
126.36
0.09
102.33
0.36
121.67
1.00
127.01
0.44
95.79
0.56
122.15
0.87
125.60
0.06
97.25
0.81
117.91
0.20
122.97
-0.24
95.89
0.44
121.84
0.39
126.11
-0.03
96.61
0.43
118.03
-0.50
127.93
-0.43
92.26
-0.07
122.28
1.37
129.79
0.08
94.22
1.29
129.99
0.73
129.06
0.19
100.72
0.54
120.23
0.73
127.93
-0.25
93.98
0.99
135.29
0.90
128.40
-0.60
105.37
1.52
131.43
1.40
123.90
-0.18
106.07
1.58
130.89
-0.21
129.39
-0.52
101.16
0.31
128.32
-0.36
127.39
-0.52
100.73
0.16
127.68
-0.44
127.99
0.00
99.76
-0.44
120.63
-0.17
128.11
0.11
94.17
-0.28
-0.02 110.61
0.78
130.31
0.92 128.25
Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
9
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan, hanya 5 provinsi yang mengalami penurunan NTP yaitu Yogyakarta, Bali, Sulawesi Utara, Papua dan Papua Barat sebesar 0,19 hingga 0,44 persen. Tiga provinsi yang mengalami peningkatan NTP tertinggi secara berturut-turut yaitu Provinsi Lampung, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat dengan kenaikan sebesar 1,58 hingga 1,82 persen. 5. Indeks Harga Konsumen Pedesaan (Inflasi/Deflasi di Pedesaan) Perubahan Indeks Konsumsi Rumahtangga (KRT) mencerminkan angka Inflasi/Deflasi di wilayah perdesaan. Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah perdesaan dalam Provinsi Aceh selama Agustus 2017, terjadi inflasi di perdesaan sebesar 1,32 persen. Inflasi perdesaan Agustus 2017 ini sedikit melonjak dibanding periode sebelumnya pada level 1,32 persen, inflasi kondisi Juli sendiri tercatat hanya sebesar 0,37 persen. Hal ini wajar mengingat naiknya harga barang dan jasa menjelang hari raya idul adha. Tabel 5. Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Di Provinsi Aceh Agustus 2017 (2012=100) Kelompok/Sub Kelompok
IHK Pedesaan
Perubahan (%)
Juli 2017 [2]
Agustus 2017 [3]
Konsumsi Rumah Tangga
128.70
130.40
1.32
Bahan Makanan
135.80
139.22
2.52
Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
127.10
127.59
0.39
Perumahan
119.40
119.71
0.26
Sandang
121.69
122.06
0.30
Kesehatan
123.05
123.30
0.20
Pendidikan, Rekreasi, & Olah raga
113.61
113.70
0.08
Transportasi & Komunikasi
125.75
126.18
0.34
[1]
[4]
Inflasi di Pedesaan yang terjadi pada wilayah Provinsi Aceh selama Agustus 2017 disebabkan oleh naiknya harga barang dan jasa di semua kelompok dengan kenaikan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan sebesar 2,52 persen seiring meningkatnya harga cabe merah dan daging. Disisi lain, kenaikan harga tarif dasar listrik ikut mempengaruhi inflasi kelompok perumahan sebesar 0,26 persen. Naiknya kebutuhan sandang walaupun tidak sebesar menjelang hari raya idul fitri juga menyebabkan inflasi kelompok ini sebesar 0,30 persen. Sedangkan kenaikan harga terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga dengan berakhirnya tahun ajaran baru. 6. Indeks Harga Konsumen Pedesaan di Sumatera Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan, hanya tiga provinsi yang mengalami deflasi yaitu Sumatera Selatan, Lampung dan Bangka Belitung sebesar 0,22 hingga 0,39 persen. Inflasi tertinggi terjadi di Provinsi Aceh yaitu sebesar 1,32 persen. Diikuti Sumatera Barat dan Sumatera Utara masingmasing sebesar 1,30 dan 1,01 persen. Inflasi terendah terjadi di Provinsi Riau pada angka 0,13 persen.
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
10
Tabel 6. Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Provinsi-Provinsi di Wilayah Sumatera Agustus 2017 (2012=100) IHK Pedesaan
Provinsi
Perubahan (%)
2. Sumatera Utara
Juli 2017 [2] 128.70 131.94
Agustus 2017 [3] 130.40 133.27
3. Sumatera Barat
130.24
131.93
1.30
4. Riau
130.98
131.14
0.13
5. Jambi
129.08
129.37
0.23
6. Sumatera Selatan
130.73
130.23
-0.39
7. Bengkulu
132.33
132.88
0.42
8. Lampung
130.43
130.00
-0.33
9. Bangka Belitung
125.55
125.27
-0.22
10. Kepulauan Riau
127.20
127.64
0.34
[1]
1. Aceh
[4]
1.32 1.01
Perkembangan Harga Produsen Gabah Pemantauan perkembangan harga gabah Provinsi Aceh dilakukan di Kabupaten Aceh Timur, Pidie, Bireuen, Aceh Utara,Aceh Barat Daya, Nagan Raya, dan Pidie Jaya. Observasi pemantauan harga selama Agustus 2017 hanya mencakup GKP (Gabah Kering Panen). Pada periode ini hanya satu Kabupaten yang melakukan panen raya yaitu Kabupaten Pidie Jaya. Tabel 7 Jumlah Observasi Harga Gabah di Tingkat Petani, Penggilingan, dan HPP menurut Kelompok Kualitas, Agustus 2017 Kelompok Kualitas
Jumlah Observasi
[1]
[2]
GKP
Harga di Petani (Rp/Kg)
Rata-Rata Harga (Rp/Kg)
HPP(Rp/Kg)
Terendah
Tertinggi
Petani
Penggilingan
Petani
Penggilingan
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
4.412,50
4.490,00
3.700
3.750
48
4.100
4.600
(100%)
(Aceh Barat Daya)
(Pidie Jaya)
GKG
-
-
-
-
-
-
4.650
GKR
-
-
-
-
-
-
-
Total
48 (100%)
Keterangan: ◙ ◙ ◙ ◙
GKG : KA ≤ 14,00% dan KH ≤ 3,00% GKP : KA (14,01%-25,00%) dan KH (3,01%-10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10,00% Harga Pembelian Pemerintah (HPP) berdasarkan Inpres No. 3 Tahun 2012 tgl. 27 Juni 2012
Berita Resmi Statistik No.41/8/Th.XX, 4 September 2017
11
Rata-Rata Harga menurut Kelompok Kualitas Selama Agustus 2017, di tingkat petani terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,87 persen. Sejalan dengan itu, harga gabah GKP di tingkat penggilingan juga menurun sebesar 3,05 persen. Gambar 4 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Petani (Rp/Kg), Agustus 2017 5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
3,900.00 Mar-16 Apr-16 GKP
May16
Jun-16 Jul-16
Agst16
SeptMayOct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 16 17
Jun-17 Jul-17 Aug-17
4,722
4,770
5,065
5,111
4,844
5,100
5,150
4,866
5,006
5,050
4,654
4,569
4,848
4,708
5,135
5,087
5,137
5,145
GKG GKR
4,668
5,182
5,134
5,000 5,100
4,719
4,309
4,409
4,416
5,300
5,100
4,533
4,488
4,542
% Per -2,87
4,412
-
Dibanding bulan sebelumnya, rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat petani selama Agustus 2017 turun sebesar 130,21 rupiah menjadi Rp 4.412,50 per kg. Sedangkan rata-rata harga gabah kualitas GKP di tingkat penggilingan turun sebesar Rp.141,04 per kg menjadi Rp 4.490 per kg. Gambar 5 Rata-Rata Harga Gabah menurut Kelompok Kualitas di Tingkat Penggilingan (Rp/Kg), Agustus 2017 5,900.00
5,400.00
4,900.00
4,400.00
3,900.00 Mar-16 Apr-16 GKP
4,720
4,643
May16
Jun-16 Jul-16
Agst16
SeptMayOct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Apr-17 16 17
Jun-17 Jul-17 Aug-17
4,914
4,783
4,803
4,859
GKG GKR
4,746
5,136
5,192
4,913
5,050 5,270
5,222
5,272
5,280
5,235
5,235
5,290
4,966
5,106
5,260
5,205
4,799
4,388
4,486
4,488
5,393
5,197
4,633
4,700
5,150
Berita Resmi Statistik No. 41/8/Th.XX, 4 September 2017
4,631
4,490
% Per -3,05 -
12