PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIDATO MELALUI TEKNIK PEMODELAN SISWA KELAS IX-C SMP NEGERI 1 SINGOSARI KABUPATEN MALANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Bandiyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak: Hasil observasi awal menunjukkan, proses pembelajaran berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tidak kondusif. Selama pembelajaran siswa cenderung pasif dan hasil pembelajaran berpidato masih tergolong rendah. Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah bagaimanakah penerapan dan hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan melalui rangkaian tindakan siklus, yang dalam setiap siklusnya meliputi empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan, teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa. Peningkatan berupa proses ditandai dengan peningkatan aktivitas dan antusias yang tinggi siswa. Peningkatan hasil belajar berpidato siswa secara produk ditandai dengan tercapainya ketuntasan hasil belajar dan meningkatnya penguasaan siswa pada aspek indikator penelitian dengan rata-rata pencapaian siklus 1 sebesar 76,2% dan siklus 2 sebesar 80,3%. Kata Kunci: teknik pemodelan, berpidato, tindakan kelas Salah satu aspek keterampilan berbahasa yang sangat penting peranannya dalam upaya melahirkan generasi masa depan yang cerdas, kritis, kreatif, dan berbudaya adalah keterampilan berbicara. Dengan menguasai keterampilan berbicara, peserta didik akan mampu mengekspresikan pikiran dan perasaannya secara cerdas sesuai konteks dan situasi pada saat dia sedang berbicara. Keterampilan berbicara juga akan mampu membentuk generasi masa depan yang kreatif sehingga mampu melahirkan tuturan atau ujaran yang
komunikatif, jelas, runtut, dan mudah dipahami. Menurut Nurgiyantoro (2001:278), ada beberapa bentuk kegiatan berbicara yang dapat dilatihkan untuk mengembangkan keterampilan berbicara siswa. Bentuk-bentuk kegiatan tersebut yaitu pembicaraan berdasarkan gambar, wawancara, diskusi, bercerita, dan pidato. Pidato merupakan salah satu bentuk kegiatan berbicara dan merupakan suatu aspek terpenting yang dapat menunjang keberhasilaan seseorang. Melalui pembelajaran berpidato,
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 104
siswa diharapkan mampu mengungkapkan gagasan, ide, dan pikiran kepada orang lain. Kegiatan berpidato juga mampu menumbuhkan rasa percaya diri untuk berani tampil di depan publik.
terteliti juga atas saran pertimbangan sekolah terteliti.
Selain hal tersebut, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini (1) proses pembelajaran berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tidak kondusif. Selama pembelajaran siswa cenderung pasif; (2) hasil pembelajaran berpidato masih tergolong rendah, masih di bawah kriteria ketuntasan minimal yaitu masih di bawah 70%, sehingga belum mencapai nilai ketuntasan minimal yang ditetapkan yaitu 70.
1) Bagaimana penerapan teknik modelling dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013? 2) Bagaimana hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik modelling pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013? Secara khusus kajian dalam tesis ini adalah untuk mendeskripsikan dan menjelaskan: 1) Penerapan teknik pemodelan (modelling) dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013.
Bertolak dari hal di atas, perlu dilakukan penelitian pembelajaran berpidato. Untuk itulah penulis akan meneliti kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari tahun pelajaran 2012/2013 dengan menerapkan teknik pemodelan (modelling). Alasan dipilihnya kelas IX-C karena didasarkan atas pertimbangan bahwa kelas terteliti tersebut dapat mewakili keseluruhan karakteristik kelas IX di sekolah terteliti. Sebab berdasarkan data awal prapenelitian ditemukan bahwa penempatan siswa dalam rombongan belajar menjadi sembilan kelas yaitu kelas IX-A sampai dengan kelas IX-I didasarkan atas prestasi atau kategori kemampuan siswa, dimana anak yang prestasinya tinggi berada di kelas IX-A seterusnya sampai yang prestasi di bawahnya berada di kelas IX-I. Dengan demikian, kelas terteliti yaitu IX-C dianggap dapat mewakili siswa yang sangat pandai, pandai, sedang, maupun rendah. Selain alasan di atas, penentuan kelas
dan
Fokus penelitian ini adalah kemampuan siswa dalam berpidato yang dirumuskan seperti berikut ini.
2)
Hasil peningkatan pembelajaran berpidato dengan menggunakan teknik pemodelan (modelling) pada siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang tahun pelajaran 2012/2013.
METODE Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Burns (dalam Madya, 2009:9), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 105
Dalam penelitian tindakan melibatkan kolaborasi atau kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Penelitian tindakan juga bertujuan untuk melakukan perubahan pada semua diri pesertanya dan perubahan situasi tempat penelitian dilakukan guna mencapai perbaikan praktik secara incremental dan berkelanjutan. Dalam penelitian tindakan kelas terdapat empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan (observasi), dan refleksi (Burns 1999 lewat Madya, 2009:59).
Hal ini sejalan dengan pendapat Santoso (2009: 44), yang menyatakan ada empat langkah penting dalam penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Guna mencapai tujuan penelitian, penelitian ini dilakukan melalui rangkaian tindakan pada setiap siklus. Rangkaian tindakan pada setiap siklus penelitian yang akan dilakukan dalam bentuk bagan berikut ini.
Siklus I Kajian Ide Awal Pencarian Fakta dan Analisis Perumusan Masalah Umum Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Observasi dan Monitoring Refleksi
Siklus II Merevisi Masalah (Terfokus) Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Observasi dan Monitoring Refleksi
Bagan 1 Rancangan Penelitian Tindakan Model Elliot (dalam Priyatni, 2002). Ide awal penelitian ini bermula dari ditemukannya antara apa yang telah ditetapkan oleh suatu
kebijakan dengan pelaksanaan di lapangan. Belum dilaksanakan sesuai tuntutan kurikulum, yaitu
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 106
mengarahkan pembelajaran berbicara pada kemampuan atau kemahiran berpidato hal ini perlu dikaji lebih lanjut. Karena hal tersebut berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam kegiatan praktik pidato. Dengan melihat fenomena ini, peneliti melakukan penelitian tindakan dengan jalan menerapkan metode pemodelan dalam pembelajaran berbicara yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa, terutama pada aspek kebahasaan, materi/isi, penampilan, intonasi, artikulasi, dan volume suara. Pencarian Fakta dan Analisis Pada tahap ini dilakukan observasi atau fenomena yang bermasalah. Peneliti berusaha untuk menemukan sebab atau kendala belum maksimalnya kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Malang Tahun 2012-2013. Berangkat dari fakta yang telah ditemukan, peneliti bersama guru Bahasa Indonesia bersama-sama mendiskusikan permasalahan berkaitan dengan rendahnya kemampuan berbicara siswa, terutama dalam aspek intonasi, artikulasi, dan volume suara dan kemampuan siswa dalam cara membuka dan menutup pidato serta keruntutan isi pidato. Untuk mengantisipasi hal ini, disepakati melalui pendekatan kontekstual dengan teknik pemodelan berpidato. Perencanaan Tindakan Rencana yang akan dilakukan adalah menggunakan pendekatan kontekstual dengan teknik pemodelan berpidato meliputi beberapa hal yang dirumuskan peneliti bersama guru yaitu: 1) Menyusun rancangan tindakan dengan menyusun silabus berdasarkan standar kompetensi
dasar keterampilan berbicara mata pelajaran bahasa Indonesia SMPN kelas IX seperti tercantum dalam standar isi (laporan Permendiknas no. 22/2006) dengan mengintegrasikan teknik pemodelan dalam pembelajaran berpidato dengan komponen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebagai berikut: (a) tema, (b) topik, (c) kelas/cawu, (d) waktu, (e) pembelajaran, (f) tujuan pembelajaran, (g) strategi pembelajaran, yang mencakup tahap pemfokusan, tahap pelaksanaan teknik pemodelan, tahap pembahasan, dan tahap penutup. 2) Merumuskan kriteria hasil belajar berpidato yang didasarkan pada butir-butir fokus pengamatan 3) Menyusun alat perekam data yang terdiri dari catatan lapangan dan panduan observasi yang berupa tabel perkembangan kemampuan berbicara siswa. Pelaksanaan Tindakan Tahap pelaksanaan tindakan merupakan langkah pelaksanaan rencana yang telah disusun bersama antara peneliti dan guru dengan prosedur tertentu yang telah disepakati. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut. 1) Melaksanakan pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan pada siswa kelas terteliti. Pelaksanaan tindakan tidak mengganggu proses belajar mengajar yang dilaksanakan guru, sebab satuan pelajaran yang digunakan dalam penelitian ini disusun bersama antara guru dan peneliti. Pembelajaran berlangsung selama 4 minggu berturut-turut, tiap minggu 3 kali pertemuan, dan tiap pertemuan 2
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 107
x 40 menit (2 jam pelajaran). Refleksi Pelaksanaan tindakan dimulai Peneliti dan guru sesuai jadwal yang telah mendiskusikan pelaksanaan tindakan disepakati/ditetapkan. pembelajaran yang telah dilakukan 2) Melakukan pengamatan terhadap kemudian dilanjutkan dengan tindakan pembelajaran secara refleksi. Hasilnya digunakan sebagai sistematis, kritis, dan obyektif. bahan masukan untuk mengadakan Pengamatan dilaksanakan secara perbaikan dan merancang tindakan komprehensif untuk mengamati pembelajaran yang akan diterapkan gejala yang muncul baik yang pada siklus berikutnya. mendukung atau yang menghambat pelaksanaan HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran. Keseluruhan hasil Hasil dan pembahasan tentang pengamatan direkam dalam peningkatan kemampuan berpidato catatan lapangan dan tabel melalui teknik pemodelan pengamatan, hasilnya (Modelling) siswa kelas IX-C SMP didiskusikan bersama guru dan Negeri 1 Singosari Kabupaten peneliti sebagai dasar Malang, sebagai berikut: perbaikan/pemberian tindakan Hasil penelitian tahap pratindakan berikutnya. Kriteria kategori ketuntasan Pengamatan (Observasi) pencapaian hasil pembelajaran Peneliti melakukan kegiatan berpidato siswa kelas IX-C SMPN pengamatan terhadap proses 01 Singosari tahun pelajaran pembelajaran dengan menggunakan 2012/2013 tahap pratindakan dapat format pengamatan, catatan dilihat pada Tabel 1 berikut lapangan, dan perekaman. Tabel 1 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato tahap pratindakan No Aspek Rata2 Skor Kategori Kriteria ketuntasan 1 Kebahasaan 61.5 K belum tuntas 2 Materi/Isi 70.8 S tuntas 3 Penampilan 66.2 K belum tuntas 4 Intonasi 62.3 K belum tuntas 5 Artikulasi 64.65 K belum tuntas 6 Volume Suara 68.15 K belum tuntas Jumlah 65.6 K belum tuntas Dalam tabel 1 tampak kategorinya kurang dan belum tuntas kategori ketuntasan kemampuan pencapaiannya, sebab nilai yang berpidato siswa terteliti secara umum dihasilkan masih kurang dari 70% menunjukkan kategori kurang dan kecuali aspek penguasaan materi/isi belum mencapai ketuntasan proses yang mencapai nilai 70,8. belajar mengajar. Selain itu, dari Sedangkan persentase kemamtabel tersebut juga dapat diketahui puan berpidato siswa terteliti, secara hampir semua aspek berpidato yang umum tampak dalam tabel berikut. menjadi indikator penelitian Tabel 2 Persentase Keterampilan Berpidato Siswa Tahap Pratindakan
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 108
No.
Kategori
1 Tinggi 2 Sedang 3 Kurang Jumlah
Rentang Nilai 86 s.d.100 70 s.d. 85 0 s.d.69
N
Frekuensi 30
12 18 30
30
Persentase 40% 60% 100 %
Tabel 3 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus1 1 No Aspek 2 Materi / Isi 73.2 3 Penampilan 79.33 4 Intonasi 72.4 5 Artikulasi 74.65 6 Volume Suara 81.15 Jumlah 76.19 Dalam tabel di atas dapat diketahui bahwa keterampilan berpidato siswa terteliti secara umum mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan kemampuan siswa pada kegiatan pratindakan untuk aspek kebahasaan, aspek penampilan, intonasi, aspek artikulasi, aspek volume suara yang pada kegiatan pratindakan termasuk kategori kurang dan belum tuntas sebab pencapaiannya masih kurang dari 70. Pada tindakan siklus 1 telah
Rata2 Skor Kategori S tuntas S tuntas S tuntas S tuntas S tuntas S tuntas mencapai ketuntasan dengan skor di atas 70. Dengan demikian dapat dikatakan secara umum tindakan pembelajaran siklus 1 dengan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan aspek berpidato siswa dan mengalami ketuntasan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum dan standar ketuntasan yang ditetapkan sekolah. Sedangkan persentase kemampuan berpidato pada siklus 1 tampak dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus 1 No.
Kategori
2 Tinggi 3 Sedang 4 Kurang Jumlah
Interval Skor
N
Frekuensi
Persentase
86 - 100 70 - 85 0 - 69
30
7 14 9 30
23,33% 46.67% 30% 100 %
30
Tabel 5 Data pengamatan kegiatan pembelajaran berpidato siswa tindakan siklus 2 No 1 2
Aspek Kebahasaan Materi / Isi
Rata2 Skor
Kategori
80.35 76.8
S S
Kriteria Ketuntasan tuntas tuntas
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 109
3 Penampilan 4 Intonasi 5 Artikulasi 6 Volume Suara Jumlah
87.33 76.5 77.65 83 80.25
T S S S S
tuntas tuntas tuntas tuntas tuntas
Pada pembelajaran siklus 2 aspek penampilan secara umum kriteria kategori ketuntasan proses kategori siswa terteliti termasuk pembelajaran berpidato berdasarkan tinggi. Sedangkan dalam hal tabel di atas, semua aspek indikator persentase keberhasilan proses penelitian telah mengalami pembalajaran secara klasikal terlihat ketuntasan proses pembelajaran. dalam tabel persentase kemampuan Kategori secara umum kemampuan berpidato siswa berikut. berpidato siswa adalah sedang, pada Tabel 6 Persentase kemampuan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 No. Kategori 2 Tinggi 3 Sedang 4 Kurang Jumlah
Interval Skor N 86 - 100 70 - 85 0 - 69
Singosari setelah melalui proses pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dalam tabel di atas, yaitu yang pada pembelajaran tindakan siklus 1 siswa yang bekemampuan tinggi dalam berpidato hanya sebesar 23,33% namun pada pembelajaran berpidato tindakan siklus 2 meningkat menjadi 30%, sedangakan kemampuan berpidato siswa yang kategori sedang meningkat dari 46,67% menjadi 63,33%. Adapun siswa yang kategori kemampuan rendah dalam berpidato dari pembelajaran siklus1 sebesar 30% pada pembelajaran siklus 2 terdapat 6,67%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan berpidato siswa.
PENUTUP
Frekuensi 30
30
9 19 2 30
Persentase 30% 63,33% 6,67% 100
Berdasarkan hasil kajian dan pembahasan efektifitas teknik pemodelan dalam meningkatkan kemampuan berpidato siswa berupa penelitian tindakan kelas berdampak pada peningkatan keterampilan berpidato siswa kelas IX-C SMP Negeri 1 Singosari Kabupaten Malang. Kesimpulan yang diperoleh dari temuan penelitian adalah sebagai berikut. Penerapan pembelajaran berpidato dengan teknik pemodelan dilaksanakan dengan tindakan kelas siklus 1 dan siklus 2. Pembelajaran berpidato siklus 1 menggunakan peneliti sebagai model pidato, sedangkan pembelajaran siklus 2 model pidato berupa tayangan LCD proyektor pidato Kepala SMPN 1 Singosari dan ceramah agama Islam oleh seorang ustad dari dokumentasi sekolah. Teknik pemodelan dilakukan dalam tiga tahapan, yaitu (1) tahap perhatian, (2) tahap retensi
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 110
(mengingat), (3) tahap reproduksi, dan (4) tahap presentasi. Peningkatan hasil belajar berupa proses ditandai dengan peningkatan aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berpidato berlangsung dan muncul antusias dan semangat yang tinggi. Selama proses pembelajaran, siswa memperhatikan dengan baik terhadap apa yang disampaikan oleh guru dan peneliti, sebagian siswa yang sebelumnya kurang percaya diri ketika tampil di depan dan grogi ketika berpidato, tetapi setelah dikenai tindakan, mereka lebih percaya diri, perubahan perilaku siswa menunjukkan kemajuan daripada pembelajaran siklus sebelumnya. Hal tersebut dibuktikan dengan perilaku siswa yang awalnya ragu-ragu setelah diberi tindakan siklus1 dan siklus 2 akhirnya mereka mampu tampil dengan cukup baik dari sebelumnya dan didukung oleh suasana kelas terkendali dan kondusif. Peningkatan hasil belajar berpidato siswa secara produk ditandai dengan meningkatnya penguasaan siswa pada aspek indikator penelitian yaitu aspek kebahasaan meningkat sebesar 14.61%. Aspek penguasaan meteri/isi pidato sebesar 10.51%. Aspek penampilan meningkat sebesar 18.25%. Sedangkan untuk aspek intonasi sebesar 46.11%, aspek artikulasi sebesar 14.11%, dan aspek volume suara meningkat sebesar 13.31%. Dalam hal ketuntasan hasil belajar berpidato, persentase keberhasilan yang dicapai siswa menunjukkan peningkatan 100%. Pembelajaran berpidato mengalami ketuntasan sebab diperoleh skor di atas ketentuan sebesar 70%.
Sedangkan rata-rata peningkatan siklus 1sebesar 76,2% dan siklus 2 sebesar 80,3%. Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpidato. Peningkatan terjadi setelah adanya tindakan pada siklus 1 dan siklus 2. Untuk itu, disarankan kepada guru bahasa Indonesia di SMP/M.Ts, penerapan teknik pemodelan dapat dijadikan alternatif dalam pembelajaran berpidato. Pemberian keleluasaan kepada siswa untuk memilih tema pidato untuk dikembangkan dalam kerangka pidato dan mempresentasikannya ke depan kelas. Pemilihan model yang digunakan kepada siswa hendaknya harus memiliki relevansi dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan disesuaikan dengan kematangan dan kemampuan siswa. Penelitian ini masih perlu dikembangkan lebih lanjut. Oleh sebab itu disarankan agar para peneliti atau para guru mengembangkan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN Departemen Pendidikan Nasional., 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs. Madya, Suwarsih. 2009. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 111
Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: BPFE. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 22/2006. Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta:Mendiknas. Priyatni, Endah Tri. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Pembelajaran Konteksual. Makalah disajikan dalam Semlok KBK dan Pembelajarannya di SMAN 2 Jombang. Malang:Universitas Negeri Malang. Santoso, Anang. 2009. Research Designs In Language Teaching. Malang:State University Of Malang.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 112