PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 KENCONG MELALUI PENDEKATAN SAVI (SOMATIS, AUDITORY, VISUAL, INTELEKTUAL) MENGGUNAKAN MODEL TEMUAN TERBIMBING TAHUN AJARAN 2013/2014
Imam Wiswantoro Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak. Keterampilan menulis menjadi kebutuhan mutlak yang sangat penting bagi peserta didik. Hasil survei di SMA Negeri 1 Kencong menunjukkan bahwa nilai menulis cerpen siswa masih di bawah KKM. Hal ini terjadi karena metode yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat. Siswa merasa kesulitan menulis cerpen sehingga berakibat pada nilai menulis cerpen masih di bawah KKM. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas. Berdasarkan analisis data, terdapat perubahan yang positif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih tertarik dan antusias dalam pembelajaran menulis cerpendengan menggunakan teknik SAVI menggunakan model temuan terbimbing. aktivitas dalam PBM pun menuju kearah yang positif. Hal ini dibuktikan dengan persentase aktivitas positif siswa yang mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase aktivitas siswa 87,9% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 99,6%. Mengalami peningkatan 9%. Aktivitas siswa yang dominan positif pada siklus I adalah siswa benar-benar belajar tentang topik menulis cerpen, siswa menulis cerpen dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran dengan teknik SAVI menggunakan model temuan terbimbing, siswa menukar cerpen hasil kerjanya dengan teman lain. Aktivitas dominan positif siklus II adalah siswa benar-benar belajar tentang topik menulis cerpen, siswa menulis cerpen dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran dengan teknik SAVI menggunakan model temuan terbimbing, siswa menukar cerpen hasil kerjanya dengan teman lain, siswa mengumpulkan hasil cerpen kepada guru, siswa menyunting cerpen teman. Dengan menerapkan teknik SAVI menggunakan model temuan terbimbing dalam menulis cerpen, kemampuan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2013/2014 dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan. Hal ini terbukti pada hasil tes setelah tindakan pada tahap pratindakan nilai rata-rata siswa 65,83 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 17,14%, pada tindakan siklus I nilai rata-rata siswa 75,86, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 65,71%, artinya mengalami peningkatan sebesar 10,03 atau 13,20%. Pada tindakan siklus II nilai rata-rata siswa 81,77, dan ketuntasan belajar siswa sebesar Kata-kata kunci: peningkatan, keterampilan, cerpen, pendekatan SAVI, model temuan terbimbing
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 617
Ada empat keterampilan berbahasa yang disajikan dalam pengajaran bahasa di sekolah-sekolah, yaitu keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Keempat keterampilan berbahasa tersebut sebagai sarana intelektual. Ketrampilan menulis lebih mengarah pada proses mengomunikasikan ide, gagasan, dan perasaan yang sebelumnya disampaikan masih berbentuk pesan (message), serta masih berada pada wilayah psikologis pembicara. Menulis, menurut Jakob Sumarjo (dalam Komaidi, 2011:5), merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Sebuah karya, cerpen misalnya, dapat ditulis dalam waktu satu jam, tetapi bisa juga berhari-hari baru selesai. Potensi orang memang tidak sama, dan itu wajar. Namun dalam kerja menulis selalu mengalami yang disebut proses kreatif yang hampir sama. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa memerlukan kesabaran, keuletan, dan kejelian sendiri. Di samping itu, menulis bukanlah keterampilan yang dapat dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus melalui proses pembelajaran sehingga diperlukan waktu yang panjang untuk menumbuhkan tradisi menulis. Dalam keterampilan menulis, siswa dituntut memiliki ide untuk dituangkan dalam bentuk karya di antaranya berupa karya sastra. Salah satu jenis karya sastra yaitu cerpen. Pembelajaran menulis cerpen yang menuntut kreativitas siswa menjadi sesuatu yang menuntut usaha lebih dari siswa. Menulis cerpen seolah merupakan hal yang rumit bagi siswa. Hal ini terjadi pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun ajaran 2013/2014, dengan bukti nilai tugas menulis cerpen yang rata-rata masih rendah. Kurang terampilnya siswa dalam menulis cerpen, dapat juga karena pendekatan dan model pembelajaran
menulis cerpen yang diterapkan selama ini kurang tepat. Peneliti berasumsi bahwa apabila penerapan pendekatan dan model pembelajaran menulis cerpen tepat, maka akan mampu meningkatkan keterampilan siswa dalam menulis cerpen. Berpijak dari persoalan tersebut dan asumsi peneliti bahwa dengan pendekatan dan model pembelajaran yang tepat akan mampu mencapai hasil yang distandarkan, maka penelitian ini dilaksanakan. Penelitian ini rnenghendaki bahwa penerapan pendekatan dan model yang dipilih merupakan solusi yang tepat dari persoalan yang ada, sehingga dapat meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun ajaran 2013/2014. Berdasarkan konteks penelitian, maka fokus penelitian ini dijabarkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing pada siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun ajaran 2013/2014? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun ajaran 2013/2014 melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing ? Tujuan Penelitian dari penelitian ini adalah untuk memperoleh deskripsi dan data objektif sebagai berikut: 1) Peningkatan proses pembelajaran menulis cerpen siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun ajaran 2013/2014 melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing. 2) Peningkatan hasil keterampilan siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember tahun Ajaran 2013/2014 dalam pembelajaran menulis cerpen melalui pendekatan SAVI
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 618
menggunakan model temuan terbimbing. Manfaat penelitian ini adalah dapat menambah wawasan dalam menerapkan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen serta dapat mengetahui tingkat keberhasilannya. Mengutip Edgar Allan Poe mengemukakan cerpen adalah sebuah cerita yang selesai dibaca dalam sekali duduk, kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam (dalam Nurgiyantoro, 1995:10). Seperti yang dijelaskan oleh Heri, cerpen adalah tulisan yang menggambarkan tentang kehidupan manusia disuatu tempat dan dalam kurun waktu tertentu (2008:2). Dijelaskan pula oleh Somad, dkk. (2008:105) bahwa cerpen merupakan cerita pendek, hanya mengisahkan satu peristiwa (konflik tunggal), tetapi menyelesaikan semua tema dan persoalan secara tuntas dan utuh. Meskipun kisah dalam cerpen singkat, tetapi susunan kalimat dalam cerpen sebagai kisah dan cerita yang dijalin dalam peristiwa awal, tengah, dan akhir sehingga dapat membahas secara utuh persoalan hidup. Sesuai sifat yang pendek itu, sebuah cerpen dapat dibaca dalam waktu yang singkat atau sekali duduk. Sukino juga menjelaskan bahwa cerpen adalah kisahan yang memberikan kesan tunggal dominan tentang satu tokoh dalam satu latar dan satu situasi yang dramatik (2010:142). Thahar (2003:9) menyatakan sesuai dengan namanya cerpen adalah cerita pendek yang jalan peristiwanya padat, sedang latar atau kilas baliknya disinggung sambil lalu saja. Pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan
bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual artinya learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intelektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflekting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2010:134-135) Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 177) model temuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Saat menggunakan model temuan terbimbing, guru memberi contoh pada siswa yang menggambarkan materi yang harus mereka pahami. Kemudian guru membimbing pikiran mereka mengenali informasi penting dalam contoh-contoh yang diberikan guru. Didasarkan pada pandangan bahwa murid membangun pemahaman mereka sendiri tentang dunia dibandingkan penyimpanannya dalam bentuk yang sudah tertata, model ini mentuntut guru ahli dalam mengajukan pertanyaan dan membimbing pemikiran siswa. Materi yang diajarkan dengan model temuan terbimbing dapat diajarkan secara efektif, jika setiap topik spesifik dan sudah terdefinisikan dengan jelas. Dalam menggunakan model temuan terbimbing harus diperhatikan dua hal, yaitu konsep dan generalisasi. Sebuah topik merupakan konsep satu konsep, yaitu satu kategori, perangkat, atau kelas dengan ciri-ciri umum. Bagian penting dari pembelajaran konsep adalah kemampuan untuk membedakan karakteristik utama dan nonutama. Siswa membangun pemahan mereka terhadap satu konsep dengan mengamati karakteristik-karakteristik konsep tersebut. Jadi menggambarkan karakteristik dengan cermat itu penting saat kita mengajarkan konsep (Medin,
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 619
Proffitt, & Schwartz dalam Eggen dan Kauchak, 2012:180). Generalisasi merupakan satu peryataan yang menhubungkan konsep-konsep satu sama lain dalam pola-pola umum. Generalisasi yang kita terima benar bagi semua kasus Sering hukum atau prinsip. Tetapi semua generalisasi itu menggambarkan pola-pola umum sebgai ciri utama mereka. Pola-pola inilah yang harus dipahami siswa. METODE Metode penelitian merupakan caracara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, mengolah data, dan menarik simpulan berkenaan dengan masalah penelitin tertentu. Metode penelitian ini meliputi (1) rancangan penelitian, (2) seting dan subjek penelitian, (3) prosedur penelitian, (4) data penelitian, (5) prosedur pengumpulan data, (6), dan teknik analisis data. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Research (CAR), karena menurut Kemmis (dalam Andarwati, 2012:36) menjelaskan bahwa penelitian ini merupakan upaya menguji cobakan ideide ke dalam praktik untuk memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi. Ardiana menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas untuk menyelesaikan permasalahan agar pembelajaran dapat berhasil dengan baik. Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk kajian yang sistematis, reflektif, dilakukan oleh pelaku tindakan (guru) dan dilakukan untuk memperbaiki kondisi pembelajaran (dalam Sukardi, 2012:34). Arikunto (2006:3) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang
sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Seting penelitian tentang Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Siswa Kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kencong Melalui Pendekatan SAVI Menggunakan Model Temuan Terbimbing Tahun Ajaran 2013/2014 ini mengambil lokasi penelitian di SMA Negeri 1 Kencong yang terletak di jalan Kartini 8, Kecamatan Kencong, Kabupaten Jember. Lokasi ini merupakan tempat kerja peneliti. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester dua menyesuaikan dengan program semester dan jadwal mata pelajaran bahasa Indonesia yang ada di SMA Negeri 1 Kencong, Jember utamanya kompetensi dasar menulis cerpen. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kencong, Jember Tahun Ajaran 2013/2014 dengan jumlah 35 siswa. Siswa yang berada dalam kelas XI IPA 1 tingkat kemampuannya sangat hiterogen atau bervariasi terlihat dari hasil evaluasi hasil belajar pada semester satu. Pertirnbangan kelas XI IPA 1 sebagai subjek karena siswa mengalami permasalahan dalam menulis cerpen. Permasalahan yang dihadapi siswa tersebut di antaranya adalah; (1) siswa masih malas/enggan mengerjakan tugas menulis cerpen, (2) kurangnya keterampilan siswa menuangkan imajinasi ke dalam kata-kata sesuai kaidah ciri-ciri cerpen dan sesuai dengan struktur penyusun cerpen itu sendiri, (3) sikap negatif/kurang responsive Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas yang terdiri dari beberapa tahap. Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Arikunto, 2012: 16). Berikut merupakan langkah-langkah dalam melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (1) terlebih dahulu direncanakan
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 620
secara saksama jenis tindakan yang akan dilakukan, (2) setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan, (3) bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkan dengan berkolaborasi dengan teman sejawat guru bahasa Indonesia yang lain, (4) berdasarkan hasil pengamatan tersebut peneliti melakukan refleksi atas tindakan yang dilakukan. Berdasarkan rumusan masalah, data penelitian ini sebagai berikut. 1) Data berupa aktivitas guru dan siswa dalam pembelejaran menulis cerpenr dengan menggunakan teknik melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing. 2) Data berupa hasil belajar siswa yaitu cerpen karya siswa. 3) Data berupa hasil angket respon siswa terhadap penerapan teknik melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing. Prosedur pengumpulan data meliputi teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian. Kedua hal tersebut diuraikan sebagai berikut. Teknik pengumpulan data meliputi tes dan nontes. Kedua hal tersebut diuraikan sebagai berikut. Tes dugunakan untuk mendapatkan data hasil menulis cerpen melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dilakukan dengan teknik tes. Tes dilakukan dengan pemberian tugas menulis cerpen kepada siswa. Tugas ini dilakukan pada setiap siklus. Teknik tes diberikan guna mengetahui data ketrampilan siswa dalam menulis cerpen setelah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing. Nontes digunakan untuk mendapatkan data proses menulis cerpen dengan teknik melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dilakukan dengan nontes. Data dari teknik nontes ini untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya selama proses pembelajaran di dalam kelas. Dalam
melakukan teknik ini, peneliti menggunakan teknik observasi, dan angket. Analisis data yang dilakukan meliputi tes dan nontes dengan menggunakan alur analisis data kualitatif yang diadopsi dari analisis data kualitatif Miles dan Huberman, yakni dengan langkah-langkah (1) pengumpulan data, (2) reduksi data yang terdiri dari identifikasi data, klasifikasi data, dan kodifikasi data, (3) penyajian data, dan (4) penyimpulan/verifikasi. Analisis data tes dan nontes diuraikan sebagai berikut. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian tindakan kelas menulis cerpen melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing, terdiri dari siklus I dan siklus II. Pada tes pratindakan hasilnya diperoleh dari rata-rata nilai menulis cerpen sebelum diterapkan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing. Selanjutnya dari hasil pratindakan digunakan untuk menyususn rancangan pembelajaran pada siklus I. Hasi penelitian atau evaluasi pembelajaran pada silus I digunakan untuk menyususn dan menyempurnakan rancangan pembelajaran pada siklus II. Hasil penilaian menunjukkan bahwa hasil menulis cerpen siswa masih jauh dari harapan. Kekurangan siswa dalam membuat cerpen nampak pada (1) tema cerpen kurang memberikan manfaat pada pembaca sehingga kurang memberikan semangat kepada pembaca untuk melakukan sesuatu sesuai pesan yang ingin disampaikan, selain itu masih ada yang melakukan plagiat dengan memasukkan cerpen orang lain kedalam cerpennya, (2) Penyajian alurnya tidak, runtut dan kurang menarik. Cerpen buatan siswa banyak yang mengarah pada cerita biografi (3) Latar belum dikembangkan dengan kreatif dan menarik dan sering keluar dari tema
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 621
yang ditentukan. (4) Penokohan kurang sesuai karakter tokoh dalam sudut pandang sangat logis (5) Diksi dan gaya bahasanya kurang kreatif dan belum mendukung cerita dengan baik. (6) Kemampuan membedakan unsur instrinsik dan ekstrinsik cerpen masih kurang. Hasil tes keterampilan menulis pratindakan diketahui nilai tertinggi tes hasil belajar siswa pada tahap pratindakan sebesar 78 dan nilai terendah 47 sedangkan nilai rata-rata siswa 65,83 dan ketuntasan belajar siswa sebesar 17,14%. Hasil tes belajar siswa pada tahap pratindakan tersebut belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal yaitu 75 dan ketuntasan secara klasikal yang ditetapkan yaitu 80%. Berdasarkan uraian data tersebut untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa, peneliti melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen pada pembelajaran siklus I. Hasil pengolahan data tes kemampuan menulis cerpen siswa pada siklus I diketahui nilai tertinggi tes hasil belajar siswa setelah tindakan siklus I sebesar 86, nilai terendah 62, nilai ratarata siswa 75,86, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 65,71%. Peningkatan tersebut belum memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%. Oleh karena itu masih perlu dilanjutkan lagi pada siklus II. Secara rinci hasil tes kemapuan siswa dalam menulis cerpen dapat dilihat pada pembahasan berikut. Berdasarkan data pada tabel tersebut, respon siswa terhadap suasana kelas yang menonjol berkualifikasi cukup menyenangkan dan menyenangkan dengan persentase 31,42 dan 34,29%. Siswa yang memberikan respon kurang menyenangkan dengan persentase 14,30%. Sedangkan siswa yang merespon sangat menyenangkan sebanyak 20%.
Respon siswa terhadap pengaturan tempat duduk yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 40%. Siswa yang memberikan respon kurang menyenangkan dengan persentase 8,57%. Sedangkan siswa yang merespon cukup menyenangkan sebanyak 20%. Siswa yang memberikan respon sangat menyenangkan dengan persentase 25,71%. Respon siswa terhadap cara guru mengajar yang menonjol berkualifikasi sangat menyenangkan dengan persentase 88,57%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan dan cukup menyenangkan. Siswa yang memberikan respon menyenangkan dengan persentase 14,42%. Respon siswa terhadap cara guru mencairkan keadaan (ice breaking) yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 42,86%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 8,57%. Sedangkan siswa yang merespon sangat menyenangkan sebanyak 42,86%. Respon siswa terhadap penampilan guru (cara berpakaian) yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dan sangat menyenangkan dengan persentase 45,71%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Sedangkan siswa yang merespon cukup menyenangkan sebanyak 8,57%. Respon siswa terhadap cara guru membuka dan menutup kegiatan belajar yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 54,28%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 8,57%. Sedangkan siswa yang merespon
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 622
sangat menyenangkan sebanyak 37,14%. Respon siswa terhadap penerapan melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing oleh guru dalam menulis cerpen yang menonjol berkualifikasi sangat menyenangkan dengan persentase 48,57%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 11,43%. Sedangkan siswa yang merespon menyenangkan sebanyak 40%. Dari hasil evaluasi terhadap cerpen siswa siklus I diketahui nilai tertinggi tes hasil belajar siswa sebesar 86, nilai terendah 62. Dari 35 siswa yang mendapat nilai 75 ke atas sebanyak 35 siswa (65,71%), sedangkan yang mendapat nilai 75 ke bawah sebanyak 23 siswa (34, 28%). Nilai rata-rata kelas pada siklus I adalah 75,86. Ketuntasan belajar siswa sebesar 65,71%. Ketuntasan belajar siswa tersebut belum memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%. Oleh karena itu masih perlu dilanjutkan lagi pada siklus II. Siklus II diketahui nilai tertinggi tes hasil belajar siswa sebesar 91, nilai terendah 64, nilai rata-rata siswa 81,77, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 88%. Hasil kegiatan siklus II kemampuan siswa dalam menulis cerpen mengalami peningkatan kembali. Nilai tertinggi tes hasil belajar siswa setelah tindakan siklus II sebesar 91, nilai terendah 64, nilai rata-rata siswa 81,77, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 88,57%. Dengan demikian hasil belajar siswa sudah memenuhi ketuntasan belajar secara klasikal yang telah ditetapkan yaitu 80%. Oleh karena itu tidak dilanjutkan pada siklus III. Berdasarkan data pada tabel tersebut, respon siswa terhadap suasana kelas yang menonjol berkualifikasi
menyenangkan dengan persentase 45,71%. Siswa yang memberikan respon kurang menyenangkan dengan persentase 5,71%. Sedangkan siswa yang merespon sangat menyenangkan sebanyak 25,71%. Siswa yang merespon cukup menyenangkan dengan persentase 22,85%. Respon siswa terhadap pengaturan tempat duduk yang menonjol berkualifikasi sangat menyenangkan dengan persentase 60%. Siswa yang memberikan respon kurang menyenangkan dengan persentase 2,86%. Sedangkan siswa yang merespon cukup menyenangkan sebanyak 5,71%. Siswa yang memberikan respon menyenangkan dengan persentase 37,14%. Respon siswa terhadap cara guru mengajar yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 48,57%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan dan cukup menyenangkan. Siswa yang memberikan respon sangat menyenangkan dengan persentase 51,43%. Respon siswa terhadap cara guru mencairkan keadaan (ice breaking) yang menonjol berkualifikasi menyenangkan 45,71% dan sangat menyenangkan dengan persentase 20%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 42,29%. Respon siswa terhadap penampilan guru (cara berpakaian) yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 37,14%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Sedangkan siswa yang merespon cukup menyenangkan sebanyak 5,71%. Siswa yang merespon sangat menyenangkan sebanyak 57,14%. Respon siswa terhadap cara guru membuka dan menutup kegiatan belajar
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 623
yang menonjol berkualifikasi menyenangkan dengan persentase 34,28%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 8,57%. Sedangkan siswa yang merespon sangat menyenangkan sebanyak 57,14%. Respon siswa terhadap penerapan melalui pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing oleh guru dalam menulis cerpen yang menonjol berkualifikasi sangat menyenangkan dengan persentase 65,71%. Respon siswa yang tidak muncul sama sekali pada kualifikasi kurang menyenangkan. Siswa yang memberikan respon cukup menyenangkan dengan persentase 5,71%. Sedangkan siswa yang merespon menyenangkan sebanyak 28,57%. Tidak tuntasnya pembelajaran pada kegiatan pratindakan banyak disebabkan metode dan teknik guru dalam mengajarkan cerpen tidak sesuai padahal penguasaan metode dan teknik pembelajaran menjadi penentu keberhasilan pembelajaran sesuai pendapat Dreden dan Vos (dalam Andarwati, 2012: 3). Aspek yang paling penting dalam keberhasilan pembelajaran adalah penguasaan metode. Guru dituntut untuk menguasai pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan atau yang lebih dikenal dalam dunia pendidikan sekarang dengan metode PAIKEM. Berdasarkan data tersebut untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa, peneliti menerapkan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dalam pembelajaran menulis cerpen. Dengan menerapkan teknik pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing diharapkan siswa mampu meningkatkan kemampuannya dalam menulis cerpen. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI
adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indera yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Somatic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan). Visual artinya learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intelektual maksudnya adalah learning by problem solving and reflekting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi (dalam Baharudin dan Wahyuni, 2010:134-135). Model temuan terbimbing adalah suatu model pembelajaran dimana guru memberi siswa contoh-contoh topik spesifik dan memandu siswa untuk memahami topik tersebut. Saat menggunakan model temuan terbimbing, guru memberi contoh pada siswa yang menggambarkan materi yang harus mereka pahami. Kemudian guru membimbing pikiran mereka mengenali informasi penting dalam contoh-contoh yang diberikan guru.. Jadi membuat cerpen tidak bisa asal-asalan. Pendekatan dan model ini akan memberikan kemudahan kepada siswa dalam menuangkan ide dan perasaan dalam bentuk cerpen. Kemudahan dalam menuangkan ide dan perasaan akan memperlancar siswa dalam menulis cerpen. Dengan demikian siswa akan termotifasi menciptakan sebuah karya sastra berupa cerpen. Beberapa keunggulan pembelajaran ini, yaitu (a) memunculkan suasana belajar yang lebih menarik dan efektif, (b) mampu membangkitkan kreatifitas siswa, (c) mampu meningkatkan kemampuan psikomotor siswa, (d) membangkitkan kecerdasan terpadu siswa secara penuh melalui penggabungan gerakan fisik dan aktivitas intelektual, ( e) memaksimalkan ketajaman siswa
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 624
melalui pembelajaran secara somatis, auditory, visual, dan intelektual. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengamatan, dan angket siswa menunjukkan terjadinya perubahan yang positif dalam proses pembelajaran. Siswa lebih tertarik dan antusias dalam pembelajaran menulis cerpendengan menggunakan Pendekatan SAVI Menggunakan Model Temuan Terbimbing. Aktivitas dalam PBM pun menuju kearah yang positif. Hal ini dibuktikan dengan persentase aktivitas positif siswa yang mengalami peningkatan. Pada siklus I persentase aktivitas siswa 87,9% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 99,6%. Mengalami peningkatan 9%. Aktivitas siswa yang dominan positif pada siklus I adalah siswa benar-benar belajar tentang topik menulis cerpen, siswa menulis cerpen dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran dengan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing, siswa menukar cerpen hasil kerjanya dengan teman lain. Aktivitas dominan positif siklus II adalah siswa benar-benar belajar tentang topik menulis cerpen, siswa menulis cerpen dengan mengikuti langkahlangkah model pembelajaran dengan Pendekatan SAVI Menggunakan Model Temuan Terbimbing, siswa menukar cerpen hasil kerjanya dengan teman lain, siswa mengumpulkan hasil cerpenkepada guru, siswa menyunting cerpen teman. Dengan menerapkan pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing dalam menulis cerpen, kemampuan siswa kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Kencong tahun ajaran 2013/2014 dalam menulis cerpen dapat ditingkatkan. Hal ini terbukti pada hasil tes setelah tindakan pada tahap pratindakan nilai rata-rata siswa 65,83
dan ketuntasan belajar siswa sebesar 17,14%, pada tindakan siklus I nilai rata-rata siswa 75,86, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 65,71%, artinya mengalami peningkatan sebesar 10,03 atau 13,20%. Pada tindakan siklus II nilai rata-rata siswa 81,77, dan ketuntasan belajar siswa sebesar 88,57%. Dengan kata lain mengalami peningkatan sebesar 6,82 atau 7,70%. Saran Berdasarkan pembahasan hasil penelitian dan simpulan tersebut, saran yang dikemukakan melalui hasil penelitian ini sebagai berikut. 1) Bagi guru pendekatan SAVI menggunakan model temuan terbimbing ini bisa diterapkan oleh siapa pun, bisa menjadi salah satu alternatif variasi cara pembelajaran menulis cerpen di kelas, sehingga guru tidak terpaku pada metode pembelajaran yang monoton (ceramah, penugasan). DAFTAR RUJUKAN Andarwati. 2012. Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen Melalui Metode Inkuiri Siswa Kelas IX SMPN 2 Kademangan Blitar. Unisma Malang. Tesis (S2) Program Pascasarjana Pendidikan Bahasa Indonesia. Malang: Universitas Islam Malang. Tidak diterbitkan. Arikunto, Suharsimi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. De Porter, Bobbi Dan Mike Hernachi. 2005. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Mizan Pustaka. Eggen dan Kauchak. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi 6. Terjemahan oleh Satrio Wahono. 2012. Jakarta: PT Indeks.
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 625
Heri, E.2008. Menggagas Sebuah Cerpen. Semarang: PT Sindur Press. Komaidi, Didik. 2011. Menulis Kreatif. Yogyakarta: Sabda Media.1 Meier. D. 2000. The Accelerated Learning Handbook: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Terjemahan oleh Rahmani Astuti. 2002. Bandung: Kaifa. Mistar, H. Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan Tesis. Malang: Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University. Semi, M. Atar. 1990. Anatomi Sastra. Jakarta: Angkasa Raya. Somad, Adi Abdul, dkk. 2008. Aktif dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk Kelas X SMA. Jakarta: Pusat Perbukuan. Sukino. 2010. Menulis itu Mudah: Panduan Praktis Menjadi Penulis Handal. Bengkulu: Pustaka Populer. Tarigan, Henry Guntur.1985. PrinsipPrinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Thahar, Harris Efendi. 2008. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa
NOSI Volume 2, Nomor 7, Agustus 2014___________________________________Halaman | 626