PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN TEKNIK GEN ESTETIKA DAN PENGINTEGRASIAN STRATEGI METAKOGNITIF PADA SISWA KELAS VII MTS YTI NGULING TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Mochammad Bayu Firmansyah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan menulis puisi siswa terutama dalam pembelajaran menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami. Teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dapat memacu keaktifan siswa dan mendorong siswa untuk menulis puisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru kelas. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII MTs YTI Nguling, yang berjumlah 37 siswa dan objek penelitian ini adalah kemampuan menulis puisi siswa. Prosedur pelaksanaan tindakan penelitian ada empat tahap yaitu, perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan angket, tes, wawancara, catatan lapangan, dan alat perekam gambar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Kriteria keberhasilan tindakan ditentukan berdasarkan proses dan produk. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dapat meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling, baik secara proses maupun hasil. Secara proses, peningkatan tampak pada proses pembelajaran yang semakin baik dan menyenangkan. Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Secara hasil, kemampuan menulis puisi siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus. Keberhasilan ini, ditunjukkan setelah implementasi tindakan selama dua siklus, kemampuan rata-rata siswa dalam menulis puisi menjadi berkategori baik. Penggunaan strategi metakognitif dalam proses pembelajaran menulis puisi sangat membantu siswa. Hal tersebut dapat diketahui dalam angket penggunaan strategi metakognitif siswa yang terdiri atas (a) memusatkan pembelajaran, (b) menyusun dan merencanakan pembelajaran, (c) mengevaluasi pembelajaran. Kata kunci: pembelajaran, puisi, teknik gen estetika, strategi metakognitif Pembelajaran menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami merupakan salah satu keterampilan menulis yang diajarkan di sekolah. Dalam silabus mata pelajaran Bahasa Indonesia tingkat SMP/ MTs, pembelajaran menulis kreatif puisi
berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami memiliki standar kompetensi dan kompetensi dasar: 16. Mengungkapkan keindahan alam dan pengalaman melalui kegiatan menulis kreatif puisi. 16.2 Menulis kreatif puisi
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 311
berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami. Puisi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (Waluyo, 2003). Dalam puisi kata-kata tidaklah keluar dari simpanan ingatan. Kata-kata dalam puisi itu lahir dan dilahirkan kembali (dibentuk) pada waktu pengucapannya sendiri. Dalam puisi tak ada perbedaan antara kata-kata dan pikiran. Kata-kata yang tertuang dalam puisi adalah wakil dari pikiran penulisnya. Oleh karena itu diksi atau pilihan kata dalam penulisan puisi sangatlah penting. Pada pelaksanaan pembelajaran menulis kreatif puisi, beberapa siswa kurang mampu menulis dengan tepat. Siswa hanya sekedar menulis puisi serta melaksanakan tugas dalam mata pelajaran bahasa Indonesia tanpa memperhatikan tujuan dan manfaat dari pembelajaran tersebut. Banyak siswa mengalami kesulitan ketika harus mengungkapkan pikirannya dalam bentuk tulisan. Terlebih pada praktiknya, siswa sulit menuangkan gagasannya dikarenakan minimnya makna dalam kosakata, menciptakan kata-kata baru dan bermain rima guna menciptakan efek suara. Pembelajaran menulis kreatif puisi di sekolah seringkali dianggap sulit dan membosankan oleh siswa. Siswa yang merasa kurang mampu menulis cenderung memilih untuk diam dan pasif. Mereka kurang berani menulis puisi dan sulit untuk menuangkan gagasannya ke dalam bentuk tulisan. Hal tersebut yang menjadi kendala para siswa dalam pembelajaran menulis puisi. Dari permasalahan di atas, diperlukan strategi pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menulis puisi siswa. Dalam menentukan strategi pembelajaran diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai materi yang
akan disampaikan dan pengetahuan tentang strategi pembelajaran yang sesuai. Strategi pembelajaran yang sudah ada sangat banyak sehingga harus dipilih strategi yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasar hasil observasi awal dan wawancara peneliti dengan guru Bahasa Indonesia kelas VII MTs YTI Nguling, pada 13 November 2013 ditemukan beberapa kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan pembelajaran menulis puisi di kelas, seperti: siswa kurang aktif dalam kegiatan penemuan kata, siswa kesulitan mencari kata-kata baru yang banyak makna, siswa kurang berani melakukan percobaan dengan bunyibunyi kata dan siswa kurang memahami rima. Pembelajaran menulis puisi di kelas VII MTs YTI Nguling, belum menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai, sehingga pada pelaksanaannya belum berhasil secara optimal. Hal inilah yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran menulis puisi. Oleh karena itu, peneliti menerapkan teknik Gen Estetika dalam pembelajaran menulis puisi. Teknik Gen Estetika merupakan akronim dari Gali idE yang uNik, konsEp puisi, tuliS secara puiTis, tambahi dEngan nilai arTistik, serta suntIng dan publiKasi. Pada hakikatnya, teknik Gen Estetika ini menggunakan pendekatan proses dan teori Waluyo tentang struktur puisi. Teknik Gen Estetika ini merupakan suatu cara membuat puisi melalui pengisian aplikasi menulis puisi secara terstruktur. Teknik Gen Estetika cocok digunakan dalam pembelajaran menulis puisi karena siswa dapat menuangkan ide-ide kreatifnya yang didukung oleh pengisian aplikasi menulis puisi secara terstruktur. Pelaksanaannya dilakukan dengan pengisian aplikasi menulis puisi secara individu yang dipandu oleh guru. Dengan strategi pembelajaran ini, siswa akan mampu menulis kreatif puisi karena langkah dalam teknik Gen
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 312
Estetika mengharuskan setiap siswa untuk melakukan pengisian aplikasi menulis puisi secara terstruktur. Pembelajaran menulis kreatif puisi dikatakan meningkat tidak serta merta disebabkan oleh satu strategi yang diterapkan, namun juga dikarenakan oleh pengintregasian suatu strategi belajar. Strategi Metakognitif dipilih untuk membantu teknik Gen Estetika dalam meningkatkan pembelajaran menulis siswa, khususnya menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami. Strategi tersebut memiliki peranan penting dalam membantu siswa untuk dapat menuangkan ide-idenya dalam aplikasi menulis puisi secara terstruktur. Menurut Oxford (1990) strategi metakognitif merupakan strategi tidak langsung, tindakan yang berlangsung di luar alat pemahaman secara murni dan yang memberikan suatu cara bagi pembelajar untuk mengkoordinasikan proses pembelajaran mereka sendiri. Strategi ini terdiri atas (a) memusatkan pembelajaran anda (b) menyusun dan merencanakan pembelajaran anda (c) mengevaluasi pembelajaran anda. Strategi ini akan memudahkan siswa dalam menuangkan gagasannya, menciptakan kata-kata baru dan bermain rima guna menciptakan efek suara. Peneliti menggunakan teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dengan harapan dapat membantu siswa dalam proses pembelajaran menulis kreatif puisi berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami dalam hal merumuskan (1) penggalian ide yang unik, (2) pengonsepan isi puisi, (3) penulisan secara puitis, (4) penambahan nilai artistik dan (5) sunting dan publikasi. Alasan peneliti melakukan penelitian ini adalah ingin mengatasi permasalahan dalam pembelajaran menulis sebelumnya, khususnya pada pelajaran bahasa Indonesia yakni keterampilan menulis kreatif puisi. Sehingga, menulis
setidaknya menjadi kegiatan yang digemari siswa, bukan kegiatan yang ditakuti oleh siswa. Melalui teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis ini siswa akan mengalami proses pembelajaran yang kreatif, inovatif, efektif, dan kompetitif. Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan di atas, ada dua tujuan dalam penelitian ini yaitu, Mendeskripsikan peningkatan aktivitas pembelajaran menulis puisi dengan teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif pada siswa kelas VII MTs YTI Nguling dan Mendeskripsikan hasil belajar menulis puisi dengan teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif pada siswa kelas VII MTs YTI Nguling. Ada dua manfaat dalam penelitian ini, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis yaitu bagi akademisi atau lembaga pendidikan menjadi bahan informasi dalam pembangunan ilmu pengetahuan, dalam meningkatkan keterampilan menulis, khususnya bidang pendidikan. Bagi peneliti, menjadi masukan dalam meneliti dan meningkatkan keterampilan menulis melalui teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif. Manfaat yang kedua adalah manfaat Praktis, yaitu bagi sekolah dapat membantu meningkatkan kualitas pembelajaran. Memiliki siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan lebih menguasai materi pembelajaran khususnya pembelajaran menulis dan memiliki guru yang selektif dalam memilih strategi pembelajaran. Bagi guru sebagai pertimbangan mengajar pelajaran bahasa Indonesia dan merupakan cara alternatif untuk meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Dapat meningkatkan kualitas pembelajaran menulis dan termotivasi untuk lebih kreatif dalam menentukan strategi pembelajaran. Bagi siswa meningkatkan minat, kreativitas, dan
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 313
hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis. METODE Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research). Menurut Burns (dalam Madya, 2007: 8), penelitian tindakan merupakan penerapan penemuan fakta pada pemecahan masalah dalam situasi sosial dengan pandangan untuk meningkatkan kualitas tindakan yang dilakukan di dalamnya, yang melibatkan kolaborasi dan kerjasama para peneliti, praktisi, dan orang awam. Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan (tindakan), observasi (pengamatan), dan refleksi (Burns, dalam Madya, 2007: 59). Acuan yang dijadikan pedoman penelitian tindakan ini adalah model Kemmis dan Mc. Taggart (Madya, 2007: 59-67) yang mencakup penyusunan rencana (plan), tindakan (act), observasi (observe), dan refleksi (reflect). Penelitian berawal dari adanya masalah dalam pembelajaran. Masalah yang ada dieksplorasi oleh peneliti. Kegiatan selanjutnya adalah melakukan prasurvei untuk menangkap kondisi awal subjek penelitian sebelum pemberian tindakan dilakukan. Hal yang juga dilakukan adalah pengukuran kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling. Hasil yang diperoleh dari keduanya didiagnosis dan menjadi dasar perencanaan penelitian. Perencanaan dilakukan secara umum dan khusus. Perencanaan umum meliputi keseluruhan penelitian, sedangkan yang khusus mencakup tiap siklus penelitian yang selalu dilakukan di awal siklus. Selanjutnya dilakukan pemberian tindakan (acting) dan observasi (observing) selama tindakan diberikan. Akhir siklus dilakukan refleksi untuk melihat ketercapaian hasil tindakan yang telah diberikan. Tindakan yang dilakukan adalah meningkatkan keterampilan menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI
Nguling melalui teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif. Pada siklus pertama para siswa akan mendapatkan materi dan praktik menulis kreatif puisi. Setelah itu, hasil refleksi dari siklus pertama akan dijadikan sebagai dasar untuk menentukan tindakan berikutnya. Keberhasilan penelitian tindakan ini dilihat dari adanya perubahan menuju arah perbaikan dari keadaan semula. Ada dua macam indikator keberhasilan yang digunakan oleh peneliti yakni, indikator keberhasilan proses dan indikator keberhasilan produk. Indikator keberhasilan proses dilihat dari perkembangan jalannya kegiatan. Siswa merasa tertarik, termotivasi utuk melakukan pembelajaran serta berperan aktif selama pembelajaran berlangsung. Keberhasilan proses ini juga dilihat dari keberanian siswa untuk menuliskan ideidenya ke dalam aplikasi penulisan puisi secara terstruktur dan bekerja sama dengan baik selama proses kegiatan berlangsung. Indikator keberhasilan produk dilihat dari tes menulis kreatif puisi melalui teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif. Keberhasilan produk dapat dilihat berdasarkan pada peningkatan jumlah skor rata-rata yang diperoleh pada setiap siklus. Keberhasilan produk dilihat dari adanya peningkatan produk sebesar 70 % siswa mendapat skor ≥ 10. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas yang dilakukan yakni mengimplementasikan teknik Gen Estetika serta pengintegrasian strategi belajar metakognitif dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi empat hal yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebelum pelaksanaan tindakan dimulai, peneliti mengadakan penilaian tes awal menulis puisi untuk mengetahui kemampuan awal siswa kelas VII MTs
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 314
YTI Nguling dalam menulis puisi. Jumlah rata-rata hitung yang diperoleh siswa dari keseluruhan aspek yang dinilai adalah 6,21 atau jika dipersentasekan berjumlah 41,40 %. Dari hasil pretes ini dapat dikatakan bahwa kemampuan menulis puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling masih berkategori kurang. Pelaksanaan tindakan siklus I yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Pada tahap perencanaan, peneliti bersama guru kolaborator yaitu guru Bahasa Indonesia, Ibu Dewi Suroya melakukan diskusi untuk merencanakan langkah-langkah yang akan dilakukan pada siklus pertama. Pada tahap pelaksanaan tindakan, dilakukan dua kali pertemuan sesuai dengan kesepakatan pada tahap perencanaan yaitu hari jum’at, 9 Mei 2014 dan hari jum’at, 16 Mei 2014. Pada pelaksanaan hari jum’at, 9 Mei 2014 siswa terlihat menyimak dengan seksama penjelasan dari guru. Dilanjutkan dengan menjelaskan materi menulis puisi, teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif, siswa terlihat penuh semangat dalam mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa terlihat antusias sekali ketika guru membagikan aplikasi penulisan puisi dan menunjukkan rasa penasaran untuk segera mengerjakan. Aplikasi penulisan puisi tersebut dibagikan secara individu kepada siswa. Dengan penuh semangat siswa segera mengisi aplikasi penulisan puisi yang terdiri dari tahap penggalian ide dan pengonsepan puisi. Guru kolaborator mendampingi siswa dalam pengisian kolom tersebut sedangkan peneliti melakukan pengamatan selama proses pembelajaran. Pembelajaran usai, guru dan peneliti berdiskusi untuk menyiapkan pembelajaran pada pertemuan berikutnya. Pada pelaksanaan hari jum’at, 16 Mei 2014 dimulai dengan menjelaskan kembali materi menulis puisi dengan melanjutkan tiga
tahap pengisian aplikasi puisi yaitu tahap penulisan secara artistik, tahap penambahan nilai artistik dan tahap penyuntingan dan publikasi.Guru kolabolator dan peneliti menyiapkan lembar kerja di meja guru untuk memudahkan dalam melanjutkan pembelajaran menulis puisi. Para siswa mulai menyiapkan diri untuk menerima pembelajaran serta siswa diberikan kesempatan untuk bertanya sebelum aplikasi penulisan puisi dibagikan. Selama proses pembelajaran ini berlangsung, peneliti dan guru kolabolator melakukan pengamatan dan mendampingi siswa dalam pengisian aplikasi penulisan puisi. Waktu pelajaran usai,kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan berdoa. Pada tahap pengamatan hasil penelitian tindakan siklus I ini dibedakan menjadi dua, yakni pengamatan proses dan pengamatan produk. Pengamatan proses meliputi aktivitas siswa selama pelaksanaan menulis puisi. Pengamatan produk berupa skor siswa berdasarkan hasil menulis puisi di dalam kelas. Dalam pengamatan proses ditemukan siswa menyimak penjelasan guru dengan baik. Suasana kelas pada siklus I, siswa tampak antusias dalam mengisi aplikasi yang telah diberikan oleh guru, meskipun ada beberapa siswa yang mengalami kesulitan dalam tahap penggalian ide. Hal tersebut dikarenakan siswa mengalami kesulitan dalam menentukan objek serta mengimajinasikan objek padahal batasan objek sudah dijelaskan oleh guru yakni tentang pengalaman yang pernah dialami sesuai dengan kompetensi dasar dalam pembelajaran. Sementara siswa yang sudah memahami tentang teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi Metakognitif dalam menulis puisi tampak serius dan menemukan cara tersendiri dalam mengisi aplikasi penulisan puisi tersebut.
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 315
Pengamatan produk dilakukan oleh peneliti dengan memberikan skor pada pratindakan. Keberhasilan tindakan dalam proses pembelajaran terlihat dari hasil skor tes kemampuan menulis puisi siswa siklus I. Peneliti melakukan penskoran dengan menggunakan instrumen lembar penilaian pada tiap siswa. Kegiatan menulis puisi yang dilakukan dengan menggunakan teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi belajar Metakognitif menunjukkan peningkatan dibanding kegiatan awal sebelum dikenai tidakan. Siswa yang sebelumnya pada saat pratindakan kurang aktif dalam kegiatan penemuan kata, siswa kesulitan mencari kata-kata baru yang banyak makna, siswa kurang berani melakukan percobaan dengan bunyi-bunyi kata pada siklus I ini sudah aktif dalam penemuan kata, berani memunculkan kata-kata baru yang banyak makna serta berani melakukan percobaan bunyi katakata. Pada tahap refleksi, kendala yang dihadapi selama kegiatan siklus I ini adalah siswa menulis puisi terlihat kurang persiapan matang, sehingga kesulitan dalam mengungkapkan imajinasinya dalam bentuk objek berdasarkan peristiwa yang pernah dialami. Aplikasi penulisan puisi yang disediakan guru kolaborator dan peneliti belum digunakan secara maksimal. Aspek penguasaan materi juga menjadi salah satu kendala dalam menulis kreatif puisi. Semua aspek belum sesuai indikator, dan masih perlu ditingkatkan. Dua aspek yang perlu lebih ditingkatkan yaitu aspek diksi sebesar 3,08 dan aspek sunting puisi sebesar 2,75. Langkah tindakan yang akan dilakukan pada siklus II adalah memperbaiki dan meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Guru akan memberikan penjelasan dan contohcontoh lebih detail untuk mengolah kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Kemampuan siswa dalam menentukan
objek penulisan, pengenalan objek dan interpretasi objek, serta memulai dengan kata kunci akan diajarkan kembali oleh guru. Guru kolaborator dan peneliti pun membahas langkah yang diambil pada siklus II sebagai sarana perbaikan dan peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II yang terdiri atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi. Perencanaan tindakan siklus II ini bertujuan untuk meningkatkan aspekaspek yang belum tercapai pada siklus I. Adapun aspek-aspek yang masih perlu ditingkatkan, yakni aspek ide dan keunikan tema, diksi dan sunting puisi. Aspek-aspek tersebut masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai hasil yang lebih maksimal. Pada tahap pelaksanaan tindakan dilakukan dua kali pertemuan yaitu hari Senin, 19 Mei 2014 dan hari Selasa, 20 Mei 2014. Pelaksanaan tindakan pada hari Senin, 19 Mei 2014 diawali dengan guru kolaborator menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis kreatif puisi yaitu aspek ide dan keunikan tema, diksi dan sunting puisi. Khususnya tahapan-tahapan dalam menulis kreatif puisi yang terdiri atas tahap penggalian ide yang unik, tahap pengonsepan puisi, tahap penulisan secara puitis, tahap penambahan nilai artistik dan tahap sunting dan publikasi. Pada pelaksanaan tindakan hari Selasa, 20 Mei 2014 melanjutkan menulis kreatif puisi dengan menggunakan teknik Gen Estetika dan strategi metakognitif. Guru kolabolator menyapa peneliti dengan semangat dan siap menilai kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Pelajaran dimulai dengan berdoa, sejumlah 37 siswa terlihat bersiap-siap dan tidak sabar ingin mengisi aplikasi penulisan puisi secara terstruktur yang terdiri atas tahap penulisan secara puitis, tahap penambahan nilai artistik dan tahap sunting dan publikasi. Keberanian dan
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 316
keaktifan siswa untuk menulis kreatif puisi semakin meningkat. Jam pelajaran berakhir ditutup dengan pemberian reward pada tiga penulis puisi terbaik. Guru mengakhiri pembelajaran dengan mengucap rasa bangga kepada seluruh siswa yang mampu menulis puisi dengan baik. Pada tahap pengamatan siklus II peneliti mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian yang sebelumnya telah disepakati dan didiskusikan dengan kolabolator. Instrumen yang digunakan peneliti meliputi lembar penilaian menulis kreatif puisi, catatan lapangan, disertai dengandokumentasi berupa foto. Hasil penelitian tindakan siklus II ini dibedakan menjadi dua, yakni pengamatan proses dan pengamatan produk. Melalui pengamatan proses ditemukan peningkatan aktivitas pembelajaran, diantaranya siswa sudah dapat menentukan objek berdasarkan peristiwa yang pernah dialami, mengimajinasikan objek serta membuat catatan kecil untuk memudahkan dalam menulis puisi. Melalui hasil tabel penggunaan strategi metakognitif 95% siswa memusatkan pembelajarannya, karena dengan adanya strategi metakognitif terutama dari komponen tersebut siswa menjadi mudah mengikuti pembelajaran dan pembelajarannya lebih terfokus. Sementara 97% siswa menyusun dan merencanakan pembelajarannya. Hal tersebut diwujudkan melalui catatan kecil dan kata kunci yang disusunnya. 81% siswa mengevaluasi pembelajarannya melalui tahap penyuntingan dan publikasi. Pada tahapan tersebut siswa mempunyai kesempatan untuk menyempurnakan puisinya yang telah di konsep pada tahap penambahan nilai artistik. Dapat disimpulkan, kemampuan menulis kreatif siswa meningkat dengan menggunakan teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif.
Pengamatan produk ditunjukkan melalui hasil produk siswa. Produk siswa mengalami peningkatan pada tiap aspeknya dari pratindakan hingga siklus II. Secara keseluruhan aspek menulis kreatif puisi mengalami peningkatan skor dari pratindakan 6.18 menjadi 12.45 pada siklus II. Refleksi dilakukan peneliti dengan kolabolator setelah pengamatan selesai. Peneliti dan kolabolator berdiskusi tentang apa yang telah dilaksanakan pada siklus II. Kegiatan refleksi didasarkan pada pencapaian indikator keberhasilan penelitian. Secara proses, pada siklus II ini siswa sudah aktif dalam penemuan kata, siswa berani bermain-main dengan kata yang banyak makna dan siswa berani melakukan percobaan dengan bunyi-bunyi kata sesuai dengan permasalahan yang diungkapkan oleh guru Bahasa Indonesia kelas VII MTs YTI Nguling pada tanggal 13 November 2013. Sikap siswa saat di kelas sudah tenang dan terkondisi dengan baik. Proses pembelajaran di kelas terlihat lebih hidup. Hal ini terlihat dari antusias siswa dalam menulis puisi dengan teknik Gen Estetika dan strategi Metakognitif.Siswa terlihat bersemangat mendapatkan tugas menulis puisi, mengisi aplikasi penulisan puisi secara terstruktur dan menerapkan strategi Metakognitif. Secara produk, peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi dapat dilihat dari tes kemampuan menulis kreatif puisi. Peningkatan skor dapat dilihat dari rata-rata skor siklus I ke siklus II yang dapat dilihat pada tiap-tiap aspeknya. Deskripsi AwalKemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa Tes kemampuan menulis kreatif puisi siswa dilakukan di kelas. Hal ini dilakukan untuk mengetahui menulis kreatif puisi siswa sebelum implementasi/pelaksanaan tindakan. Skor rata-rata kelas tiap aspek pada tahap pratindakan ialah (a) aspek larik-
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 317
larik berkenaan dengan peristiwa yang pernah dialami sebesar 2,08, (b) aspek diksi dan rima sebesar 2,13, (c) aspek sunting puisi sebesar 1,97. Secara keseluruhan, skor rata-rata kelas tiap aspek kurang. Sebagian besar siswa masih kesulitan dalam menentukan tema, kurang menguasai dalam hal penemuan kata dan mengembangkan kata serta kurang menguasai dalam mengembangkan objek sebagai kata kunci. Situasi pembelajaran di kelas masih pasif. Siswa tampak tidak apresiatif dalam pembelajaran menulis kreatif puisi dan cenderung bingung apa yang akan ditulis dalam kolom penulisan puisi terstruktur. Berdasarkan permasalahan-permasalahan tersebut, peneliti dan guru selaku kolabolator sepakat untuk menerapkan teknik Gen Estetika dan Pengintegrasian Strategi Metakognitif untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Pelaksanaan Peneliti melakukan pengamatan terhadap pembelajaran menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling melalui observasi awal. Definisi puisi menurut Waluyo (2003:25), adalah bentuk karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengkonsentrasikan semua kekuatan bahasa dengan pengkonsentrasian struktur fisik dan struktur batinnya. Bahasa sastra bersifat konotatif karena banyak digunakan makna kias dan makna lambang. Struktur fisik berkaitan dengan diksi (diction), kata konkret (the concrete word), gaya bahasa (figurative language) dan bunyi yang menghasilkan rima dan ritma (rhyme and rhytm), sedangkan struktur batin meliputi perasaan (feeling), tema (sense), nada (tone), dan amanat (intention) Richard (dalam Waluyo, 2003:24). Pada pelaksanaan siklus I, proses yang dilakukan dari perencanaan hingga refleksi didapati belum mendapatkan
hasil yang maksimal. Sebagian siswa yang menulis puisi pada aplikasi penulisan puisi masih kebingungan dikarenakan persiapan kurang matang, suasana kelas juga tampak kurang terkendali. Namun suasana sebagian besar siswa menikmati proses pembelajaran dengan baik. Pada siklus I ini, masih terdapat siswa mengalami kesulitan dalam menentukan objek serta mengimajinasikan objek. Berdasarkan hasil pelaksanaan siklus I tersebut dapat diketahui bahwa masih perlu dilaksanakan perbaikan pada siklus II. Perbaikan pelaksanaan tindakan akan mempengaruhi hasil kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan hampir sama seperti halnya pada saat siklus I. Hanya saja, pada siklus II ini lebih difokuskan pada perbaikan dari hasil refleksi siklus I. Pelaksanaan siklus II difokuskan pada peningkatan aspek: tema dan diksi. Kendala tersebut diantaranya, siswa kesulitan menentukan tema, menemukan kata/merangkai kata dan mengembangkan objek. Pada siklus II ini, beberapa aspek mengalami peningkatan baik secara proses maupun produk. Secara keseluruhan pelaksanaan siklus II menunjukkan hasil yang lebih baik dari siklus sebelumnya. Pada pelaksanaan siklus II ini aspek ide dan keunikan tema, diksi dan sunting puisi siswa mengalami peningkatan dan telah melebihi target keberhasilan yang telah ditentukan yakni 83% siswa mendapatkan skor ≥ 10. Dapat disimpulkan bahwa teknik Gen Estetika dan pengintegrasian strategi Metakognitif mampu “menyembuhkan” dan meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling. Tujuan kegiatan bersastra secara umum dapat dirumuskan ke dalam dua hal (Sayuti, 1994:1), pertama, untuk tujuan yang bersifat apresiatif, kedua, tujuan yang bersifat ekspresif. Apresiatif
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 318
maksudnya melalui kegiatan bersastra seseorang dapat mengenal, menggemari, menikmati, dan menghasilkan sebuah karya berdasarkan pengalaman yang dijumpai dalam bersastra. Lebih dari itu, mereka dapat memanfaatkan pengalaman baru tersebut dalam kehidupan nyata. Tujuan ekspresif maksudnya melalui kegiatan bersastra kita dapat mengomunikasikan pengalaman jiwa kita kepada orang lain melalui sebuah karya. Dalam komunikasi ini, pembaca mendapat tambahan pengalaman baru, sedangkan penulis mendapat masukkan mengenai karyanya. Untuk pembelajaran sastra di sekolah, kegiatan bersastra lebih diarahkan kepada tujuan membina apresiasi sastra. Hal ini didasarkan pada tiga fungsi pokok pembelajaran sastra di sekolah, yaitu fungsi ideologis, fungsi kultural, dan fungsi praktis (Sayuti, 1994: 12). Pembelajaran menulis kreatif puisi dengan menggunakan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif mampu menciptakan suasana pembelajaran yang lebih aktif dan mampu membangun antusias siswa. Siswa tampak lebih aktif dalam menentukan objek dalam penulisan kreatif puisi, berani merangkai kata dalam memunculkan rima dan irama, dan semangat pada saat mengembangkan kata sehingga memunculkan makna. Pada kondisi awal (pratindakan) siswa kesulitan dalam menentukan tema, menemukan kata/ merangkai kata dan mengembangkan objek penulisan puisi. Selain itu, keaktifan siswa masih belum terlalu tampak. Siswa cenderung pasif dan bingung serta malu dalam menulis puisi. Pembelajaran mulai membaik ketika pelaksanaan menulis kreatif puisi dengan menggunakan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif pada siklus I. Siswa mulai tampak antusias dan menunjukkan perubahan perilaku yang sebelumnya
pendiam dan cenderung bingung dalam serta malu dalam menulis puisi. Kondisi di dalam kelas menjadi lebih hidup. Keaktifan siswa di dalam kelas sudah terlihat cukup baik, hal ini terlihat dari kondisi di kelas yang hidup dan siswa sudah aktif dalam menentukan tema, menemukan kata/ merangkai kata dan mengembangkan objek penulisan puisi. Bahkan, terjadi komunikasi antara siswa dengan guru kolaborator tentang penulisan aplikasi puisi secara terstruktur. Namun yang dikeluhkan siswa adalah kurangnya persiapan yang matang sehingga beberapa siswa kesulitan dalam menentukan objek puisi. Kondisi yang paling kondusif ialah pada siklus II. Siswa sudah memahami dengan baik tugasnya yakni dalam penulisan aplikasi puisi secara terstruktur yang terdiri atas beberapa tahapan penulisan puisi. Siswa tampak antusias, aktif, dan berani dalam penemuan kata yang memunculkan bunyi. Kelihaian siswa dalam tahap penggalian ide, tahap pengonsepan puisi, tahap penulisan secara puitis, tahap penambahan nilai artistik dan tahap penyuntingan dan publikasi lebih lancar dan santai. Aspek ide dan keunikan tema, aspek diksi dan aspek penyuntingan mengalami peningkatan. Peningkatan Menulis Kreatif Puisi Penilaian kemampuan menulis kreatif puisi siswa dilakukan dengan mengamati masing-masing siswa ketika siswa menulis puisi di kelas. Penilaian kemampuan menulis kreatif puisi siswa dilakukan untuk mengukur kemampuan menulis kreatif puisi siswa sebelum dan sesudah pelaksanaan tindakan. Peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi dengan menggunakan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dapat dilihat secara proses dan produk serta tabel penggunaan strategi metakognitif siswa. Peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi siswa dapat dilihat pada grafik peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi siswa
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 319
pada skor tes pratindakan sampai dengan pascatindakan siklus II serta grafik penggunaan strategi metakognitif siswa.
Berdasarkan gambar grafik 2 terlihat peningkatan skor rata-rata kelas yang signifikan dari saat pratindakan sampai dengan akhir pelaksanaan tindakan yakni siklus II. Pada saat pratindakan, skor rata-rata kelas ialah 6,21, setelah diberi tindakan pada siklus I meningkat menjadi 10,51. Selanjutnya pada pelaksanaan tindakan siklus II meningkat menjadi 12,45. Berikut ini penjabaran peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi siswa dilihat dari masing-masing aspek. Ide dan Keunikan Tema: Aspek ini terkait dengan objek peristiwa yang pernah dialami. Hal ini berkaitan erat dengan imajinasi objek dan membuat catatan kecil untuk memudahkan dalam pengisian aplikasi penulisan puisi secara terstruktur. Tahapan tersebut adalah tahap penggalian ide dan tahap pengonsepan puisi. Peningkatan yang ditunjukkan pada aspek ini meningkat. Teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif mampu meningkatkan ide dan keunikan tema. Pada tahap pratindakan, skor rata-rata kelas aspek pelafalan adalah sebesar 2,08 mengalami peningkatan pada siklus I menjadi 4,67 pada siklus II meningkat menjadi 4,70. Aspek Diksi: Aspek diksi berkaitan dengan tahap penulisan puisi secara artistik dan tahap penambahan nilai dalam mengungkapkan imajinasinya. Siswa telah mampu mengungkapkan imajinasinya lebih variatif dan kreatif. Selanjutnya, siswa mengalami peningkatan pada akhir pascatindakan yakni siklus II. Skor ratarata kelas aspek diksi pada tahap pratindakan sebesar 2,13 dan meningkat menjadi 3,08 setelah dilakukan tindakan pada siklus I, dan pada siklus II meningkat sebesar 4,48 berkategori
baik. Aspek diksi menempati skor tertinggi dari siklus I ke siklus II sebesar 1.40. Aspek Sunting puisi: Aspek sunting puisi pada saat tes pratindakan, skor rata-rata kelas aspek ini sebesar 1,97. Pada pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan menjadi 2,75, pada siklus II mengalami peningkatan menjadi 3,27, berkategori cukup. Peningkatan skor tersebut menunjukkan siswa sudah mampu dalam tahap sunting puisi. Hal tersebut ditunjukkan dengan pengisian kolom penyuntingan yang sudah terkonsep sebelumnya pada tahap penambahan nilai artistik. Siswa lebih mudah menuliskan puisi pada kolom penyuntingan dengan tipografi yang variatif sesuai penjelasan guru kolaborator. Pada kolom rencana publikasi, siswa juga lebih variatif dalam rencana publikasi, ada yang rencana dipublikasikan di mading siswa, media cetak dan diunggah di faceboook. Menulis kreatif puisi dengan menggunakan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif membantu dan memudahkan mereka dalam menentukan objek penulisan puisi, mengembangkan objek penulisan puisi dan bermain kata yang dapat memunculkan bunyi. Berdasarkan perhitungan, ada 97% siswa dari 37 siswa memusatkan pembelajaran mereka dan94% siswa menyusun dan merencanakan pembelajaran dan 81% siswa mengevaluasi pembelajaran mereka. Hal tersebut berdasarkan angket Penggunaan strategi metakognitif siswa pada Siklus I. Siklus II berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, 97% siswa dari 37 siswa memusatkan pembelajaran mereka.Denganadanya strategi metakognitif terutama dari komponen tersebut siswa menjadi mudah mengikuti pembelajaran dan pembelajarannya lebih terfokus. 97% siswa menyusun dan merencanakan pembelajaran Hal tersebut diwujudkan melalui catatan
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 320
kecil dan kata kunci yang disusunnya serta 89% siswa mengevaluasi pembelajaran mereka melalui tahap penyuntingan dan publikasi. Pada tahap tersebut siswa mempunyai kesempatan untuk menyempurnakan puisinya yang telah dikonsep pada tahap penambahan nilai artistik. Dengan demikian, berdasarkan deskripsi hasil penelitian di atas, penggunaan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif dapat meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling Kab. Pasuruan. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling, Pasuruan dapat ditingkatkan dengan menggunakan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif. Peningkatan terjadi pada kualitas proses dan produk pembelajaran serta grafik penggunaan strategi metakognitif siswa. Kualitas proses pembelajaran siswa menunjukkan peningkatan yang ditandai dengan siswa tampak lebih bersemangat dan antusias dalam menulis puisi, yang ditunjukkan oleh kondisi pratindakan hingga siklus II. Siswa tidak lagi merasa terbebani dengan tugas menulis kreatif puisi berdasarkan peristiwa yang pernah dialami, karena pada awalnya siswa kesulitan dalam menentukan objek dan pengenalan objek.Pada saat siklus I dan II siswa sudah dapat menentukan objek, mengimajinasikan objek serta membuat catatan kecil untuk memudahkan dalam menulis puisi. Suasana kelas tampak lebih aktif karena guru kolaborator dengan sabar mendampingi siswa dalam pengisian aplikasi penulisan puisi secara terstruktur. Peningkatan hasil/produk dapat diketahui dari kemampuan menulis kreatif puisi siswa sebelum dikenai
tindakan dan sesudah dikenai tindakan. Pada saat tes pratindakan, skor siswa masih tergolong kurang. Siswa masih kurang aktif dalam kegiatan penemuan kata, kesulitan mencari kata-kata baru yang banyak makna dan kurang berani melakukan percobaan dengan bunyibunyi kata. Setelah dikenai tindakan (siklus II), kemampuan siswa mengalami peningkatan yang baik. Peningkatan kemampuan menulis kreatif puisi siswa dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu (1) aspek ide dan keunikan tema, (2) aspek diksi, dan (3) aspek sunting puisi. Peningkatan secara produk berdasarkan jumlah skor ratarata kelas yang diperoleh yakni pada tes pratindakan sebesar 6.21 atau 41,40%, pada siklus I meningkat menjadi 10,51 atau 70,06%, dan pada akhir tindakan siklus II meningkat menjadi 12,45 atau 83.00%. Jadi, ada peningkatan sebesar 6,24. Penggunaan strategi metakognitif dalam proses pembelajaran menulis kreatif puisi sangat membantu siswa. Hal tersebut dapat diketahui dalam angket penggunaan strategi metakognitif siswa yang terdiri atas, a. memusatkan pembelajaran, b. menyusun dan merencanakan pembelajaran, c. mengevaluasi pembelajaran. Pada siklus I 97% siswa dari 37 siswa memusatkan pembelajaran mereka.94% siswa menyusun dan merencanakan pembelajaran dan 81% siswa mengevaluasi pembelajaran mereka. Pada siklus II 97% siswa dari 37 siswa memusatkan pembelajaran mereka.97% siswa menyusun dan merencanakan pembelajaran dan 89% siswa mengevaluasi pembelajaran mereka. Jadi strategi metakognitif dalam pembelajaran menulis kreatif puisi siswa kelas VII MTs YTI Nguling membantu dalam meningkatkan pembelajaran siswa baik dari proses maupun hasil/produk. Saran
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 321
Berdasarkan simpulan, maka peneliti dapat menyarankan hal-hal sebagai berikut. Bagi sekolah, sebaiknya meninjau kembali peningkatan kualitas pembelajaran. Sehingga memiliki siswa yang mengalami peningkatan hasil belajar dan lebih menguasai materi pembelajaran khususnya pembelajaran menulis dan memiliki guru yang selektif dalam memilih strategi pembelajaran. Guru Bahasa Indonesia kelas VII MTs YTI Nguling, Pasuruan sebaiknya memanfaatkan teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif, karena teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif ini dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis kreatif puisi siswa. Bagi siswa, penelitian ini dapat memacu keberanian siswa untuk menulis kreatif puisi dan proses pembelajaran berlangsung aktif dan hidup, serta memberikan kemudahan untuk menemukan ide, mengembangkan diksi dan sunting puisi. Dengan adanya teknik gen estetika dan pengintegrasian strategi metakognitif, siswa semakin aktif dan lebih kreatif untuk menulis puisi. Bagi calon peneliti, agar melakukan penelitian sejenis sehingga mampu memberikan temuan baru dalam pembelajaran menulis puisi yang mampu meningkatkan kualitas proses maupun hasil karya siswa. DAFTAR RUJUKAN Madya, Suwarsih. 2007. Teori dan Praktik Penelitian Tindakan. Bandung: Alfabeta. Oxford, R. L. 1990. Language Learning Strategies: What Every Teacher Should Know. New York: Newbury House Publishers Sayuti, Suminto A. 1994. Pengajaran Sastra: Pengantar Pengajaran Puisi,. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Waluyo, Herman J. 2003. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka
Widyartono, Didin. 2011. Pengantar Menulis dan Membaca Puisi. Malang: UM PRESS
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 322