IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM NOVEL PESONA IZMIR KARYA PUTRI INDRI ASTUTI
Husnah Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif tentang “implikatur percakapan” yang ada dalam novel “Pesona Izmir” karya Putri indri Astuti dan bertujuan untuk (1) mendeskripsikan bentuk lingual pendukung implikatur percakapan dalam novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti, (2) mendeskripsikan satuan pragmatis yang mendukung implikatur percakapan dalam novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti, (3) mendeskripsikan implikasi pragmatis yang mendukung implikatur percakapan dalam novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Populasi penelitian mencakup semua percakapan para tokoh yang terdapat dalam novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti yang mengandung implikatur. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Kata-kata Kunci: bentuk lingual pendukung, satuan pragmatis yang mendukung, dan implikasi pragmatis Bahasa merupakan medium paling penting bagi manusia. Dengan bahasa manusia dapat berinteraksi, bermasyarakat, dan bekerja sama dengan orang lain karena pada hakikatnya bahasa adalah alat komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi secara sempurna dalam penyampaian pesan. Dalam realitasnya, percakapan merupakan kontak verbal secara langsung antara penutur dan petutur. Dalam percakapan ada makna yang disampaikan secara langsung dan ada pula makna yang disampaikan secara tidak langsung. Makna tuturan yang disampaikan secara langsung dapat dengan mudah dipahami. Sebaliknya, makna tuturan yang disampaikan secara tidak langsung relatif sulit dipahami. Makna tuturan yang dituturkan secara tidak langsung itu, disebut implikatur percakapan. Makna percakapan dapat ditafsirkan sesuai dengan konteks yang melatarinya. Konteks percakapan yang
berbeda, walaupun dalam topik yang sama, akan memberikan makna yang berbeda pula. Dengan kata lain, keberhasilan penafsiran makna sebuah percakapan didasarkan pada konteks yang melatari terjadinya percakapan itu. Implikatur percakapan termasuk ke dalam kajian pragmatik. (Yule, 2006:3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Realisasi wujud implikasi pragmatis dapat berupa meminta, mengajak menolak, mengingatkan, dan menginformasikan fakta. Dengan kata lain, implikasi pragmatis merupakan tujuan terselubung yang dikehendaki
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 573
oleh penutur. Percakapan yang terjadi dalam masyarakat bukan hanya sekedar pertukaran informasi, melainkan percakapan yang bertujuan lebih dan memberikan informasi kepada mitra tuturnya. Bagi penutur tugas utamanya adalah menciptakan tuturan yang mudah ditafsirkan dan mudah dipahami oleh petutur. Implikatur percakapan merupakan kajian pragmatik yang cukup penting dan banyak menarik perhatian peneliti. Implikatur percakapan ini yang menarik tidak saja ditemukan dalam percakapan lisan saja, akan tetapi juga dapat ditemukan pada komunikasi tertulis, yaitu pada dialog yang terdapat pada novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti banyak terdapat dialog yang berupa implikatur sehingga sangat menarik untuk dikaji. METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, sebagaimana diketahui, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan dalam suatu situasi yang wajar atau dalam “natural setting”. Dalam hal ini, peneliti langsung mengamati sekaligus berinteraksi dengan objek permasalahan dalam lingkungan-nya, berusaha memahami dan menafsirkannya. Pendekatan ini terlihat selain dalam rumusan tujuan, juga pada jenis data yang hendak dikumpulkan, yaitu data yang berupa wacana, tuturan, kalimat, atau kata-kata. Dikatakan kualitatif karena penelitian ini sesuai dengan ciriciri rancangan kualitatif, antara lain (1) studi dalam situasi alamiah, (2) analisis induktif, (3)kontak personal langsung peneliti di lapangan, (4) perspektif holistik, (5) perspektif dinamis, perspektif “perkem-bangan”. (6) orientasi pada kasus unik, (7) netralitas empatik, (8) fleksibilitas rancangan, (9) peneliti sebagai instrument utama Patton (dalam Gunawan, 2013:93--95). Penelitian ini termasuk penelitian pragmatik. Sejalan dengan tujuan untuk
mendeskripsikan fenomena kebahasaan (dalam hal ini fenomena pemakaian bahasa dan isi komunikasi yang berupa implikatur percakapan dalam novel). Penelitian ini tergolong penelitian yang bersifat deskriptif. Penelitian ini tidak dirancang untuk membuat perlakuan yang diberikan atau dikendalikan terhadap subjek, seperti yang dapat dijumpai dalam penelitian eksperimen. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada bahasa atau linguistik sebagai sarana penelitian-nya. Sarana bahasa lebih mampu untuk mengungkapkan perasaan, nilai-nilai yang berada dibalik perilaku manusia. Keunikan manusia sebenarnya bukanlah terletak pada kemam-puan berpikirnya, melainkan terletak pada kemampuannya ber-bahasa Suriasumantri (dalam Gunawan, 2013:90). Sebagaimana diketahui, penelitian dengan rancangan deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan, penyusunan atau pengklasifikasian, dan penuturan data secara sistematis, tetapi juga meliputi analisis dan interpretasi mengenai arti data yang ada pada masa sekarang, pada masalah-masalah yang aktual. Oleh karena itu, dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian kualitatif tidak dimulai dari teori yang dipersiapkan sebelumnya, tetapi dimulai dari lapangan berdasarkan lingkungan alamiah. Data dan informasi lapangan ditarik maknanya dan konsepnya, melalui pemaparan deskriptif analitik, tanpa harus menggunakan angka, sebab lebih mengutamakan proses terjadinya suatu peristiwa dalam situasi yang alami (Gunawan, 2013:88). Sumber data penelitian dalam kajian ini adalah berupa novel “Pesona Izmir” karya Putri Indri Astuti. Data dapat diartikan sebagai bahan mentah yang diperoleh peneliti dari penelitiannya. Data bisa berupa fakta maupun keterangan yang diambil dari percakapan dapat digunakan sebagai dasar analisis. Data dapat berfungsi
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 574
sebagai bukti adanya sesuatu. Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah berupa kutipan dialog untuk menentukan implikatur percakapan. Penelitian ini digolongkan ke dalam studi tekstual karena data yang dikaji bersumber dari teks. Datanya dipetik dari sumber yang berupa novel. Oleh karena itu, pengumpulan datanya menggunakan teknik koleksi dan pencatatan dokumen. Data yang berupa wacana percakapan yang bermuatan implikatur percakapan dicatat dalam table penjaring data yang diberi kodekode tertentu sesuai dengan kebutuhan Sesuai dengan sifat penelitian kualitatif, pengumpulan data penelitian ini bukan merupakan tahapan tersendiri, melainkan bisa dikerjakan bersamaan dengan penyeleksian, pengidentifikasian. Artinya pengumpulan data dilakukan tidak hanya pada tahap awal penelitian, yakni sebelum analisis data dimulai, tetapi juga dilakukan selama proses anlisis data berlangsung sebagai pengumpulan data lanjuta. Pengumpulan data selesai setelah data yang tersedia dianggap memadai dan layak untuk menjawab masalah penelitian, yaitu setelah tidak ada lagi data baru yang lebih berarti dari data yang telah terkumpul. Data yang berupa wacana bermuatan implikatur percakapan dan konteks yang menyertainya diperoleh me-lalui tahap seleksi dari berbagai wacana yang diamati. Seleksi dilakukan untuk mengidentifikasi dan mendapatkan data yang benar-benar terpercaya, yaitu data yang keabsahannya teruji. Untuk mendeskripsikan implikatur percakapan dengan baik, analisis data penelitian ini menggunakan analisis pragmatik di samping analisis semantik dan analisis struktur. Analisis struktur (terutama analisis sintaksis) digunakan untuk memperoleh jawaban terhadap masalah pertama (terkait dengan bentukbentuk kalimat) yang berkenaan dengan bentuk lingual implikatur percakapan.
Dalam analisis ini, data disorot dari sudut linguistik, terutama dari segi sintaksis, untuk memperoleh deskripsi sturktur yang tampak dalam bentukbentuk lingual wacana bermuatan implikatur percakapan yang ditemukan dalam Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti. Hal ini perlu dilakukan mengingat bahwa implikatur percakapan merupakan isi atau muatan wacana atau tuturan, sedangkan wacana atau tuturan itu sendiri dudukung oleh bentuk lingual yang terbentuk melalui proses gramatikal. Di samping itu, untuk menjawab masalah pertama yang berhubungan dengan bentuk-bentuk lingual berdasarkan makna kalimat, data dalam penelitian ini juga dianalisis dengan menggunakan analisis semantik. Dengan analisis semantik, ditemukan arti atau makna harafiah yang terkandung dalam kalimat-kalimat bermuatan implikatur percakapan, sebelum dideskripsikan lebih lanjut ke dalam satuan makna yang lebih khusus, yang disebut dengan satuan pragmatik. Prinsip pragmatik meliputi prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun, sedangkan piranti pragmatik meliputi tindak tutur, praanggapan, pengetahuan tentang dunia, interpretasi lokal, analogi, dan konteks situasional. Analisis pragmatik yang digunakan adalah analisis dengan heuristik. Analisis tersebut di-arahkan pada identifikasi dan klasifikasi untuk mendapatkan deskripsi yang jelas, rinci, dan memadai berkenaan dengan seluk-beluk implikatur percakapan dalam Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti sebagai yang diisyaratkan dalam tujuan penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bagian ini akan data hasil penelitian implikatur percakapan dalam novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti yaitu, bentuk lingual, satuan pragmatis, dan implikasi pragmatis. Bentuk Lingual Implikatur Percakapan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 575
Seperti telah diutarakan, bentuk lingual berkaitan dengan konstruksi atau satuan kebahasaan suatu tuturan yang berfungsi menyajikan satuan pragmatis. Sesuai dengan tatarannya, bentuk lingual dapat berupa morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Dalam penelitian ini, bentuk lingual itu difokuskan pada tataran kalimat dengan alasan bahwa kalimat telah mengandung proposisi yang memberikan sumbangan langsung kepada penutur dalam menciptakan implikatur percakapan. Dengan begitu, kata, frasa, dan klausa yang mendukung fungsi kalimat digolongkan ke dalam tataran kalimat, Untuk selanjutnya, penggunaan istilah “bentuk lingual” di sini adalah bentuk lingual yang bermuatan implikatur percakapan. Dalam penunjukan data pada paparan berikut ini, implikatur percakapan disingkat dengan IP. Dalam bahasa Indonesia, kalimat dapat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk, Berdasarkan jenis predikatnya, kalimat tunggal dibedakan atas kalimat tunggal yang berpredikat frasa nominal, frasa adjectival, frasa verbal, dan frasa lain. Menurut hubungan klausa pendukungnya, kalimat majemuk dibedakan atas, kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.Berdasarkan maknanya, kalimat dirinci menjadi kalimat berita, perintah, tanya, seru, dan emfatik (Muslich, 2010:130). Bentuk Lingual Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan (Muslich, 2010:130). Dengan demikian, kalimat tunggal hanya memiliki satu proposisi. Untuk mencapai keefektifan dan keefesienan dalam tindak komunikasi, lebih-lebih yang bersifat lisan atau dialog, ujaran penutur, sering berbentuk kalimat yang tidak lengkap. Artinya, ada bagian-
bagian tertentu yang sengaja dilesapkan. Kalimat semacam itu, bisa disebut dengan kalimat elips. Kalimat elips muncul sebagai tanggapan atau jawaban atas pernyataan atau pertanyaan yang disajikan dalam situasi tertentu.Unsurunsur yang dilesapkan sudah merupakan suatu pengetahuan bersama pihak-pihak yang berkomunikasi, karena memang sudah ada dalam situasi ujarnya. 1) Yasin: “Kau selalu bisa membuatku tak bisa berkutik Seyma”. Beyza: “Baba” (IP 114, hal.34) Yasin: “Hanya sebentar, Bee?” Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa. Hal ini berarti bahwa konstituen untuk tiap unsur kalimat seperti subjek dan predikat hanyalah satu atau merupakan satu kesatuan (Muslich, 2010:130). Frasa yang mendukung fungsi kalimat “Baba” dalam lingual IP (114), percakapan 1 berupa kalimat tunggal. Hal itu berarti unsur subjek, predikat, dan objek dilesapkan. Bentuk lingual implikatur percakapan dapat juga berupa kalimat tunggal yang terjadi dari kelompok kata sebagai satu frasa, Bentuk lingual semacam inipun ada pada Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan bentuk lingual kalimat tunggal satu kata, bentuk lingual kalimat tunggal yang berupa kelompok kata ini masih lebih banyak jumlahnya. Pada satu sisi, ada satu kelompok kata atau frasa yang terdiri atas dua atau tiga kata. Jenis frasa pendukung fungsi kalimat pada bentuk lingual tersebut bermacam-macam. Bentuk lingual (55) Kemarilah, Bee sayang, pada percakapan 5, terjadi dari frasa nominal, berfungsi sebagai subjek. Bentuk lingual IP (94). Untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, dapat diperhatikan contoh-contoh yang tersebut dalam konteks percakapan 4, 5, dan 6 berikut ini.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 576
2) Osman: “Eem..., bagaimana dengan temanku yang satu lagi?” “Yang membutuhkan banyak darah tadi? Yang masih di ruang gawat darurat,” Dokter: “Tolong tenanglah. Dia beruntung memiliki teman seperti kalian. Kau membawanya tepat waktu ke rumah sakit dan dia....” (IP 55, hal.23) Pada percapakan di atas terjadi di rumah sakit. Percakapan itu terjadi ketika dokter menyarankan Osman agar lebih tenang karena Pia akan baik-baik saja. Pia sudah ditangani dokter dan apa yang dilakukan Osman membawa Pia ke rumah sakit adalah merupakan tindakan yang sangat tepat, karena kalau sedikit saja terlambat Pia tidak akan tertolong. Di samping itu, dalam bahasa Indonesia juga dikenal kalimat bentuk aktif dan kalimat bentuk pasif. Pada kalimat bentuk aktif, subjek kalimat berperan sebagai pelaku perbuatan, sedangkan pada kalimat bentuk pasif, objek yang berperan sebagai pelaku perbuatan. Bentuk lingual IP (120) percakapan 9 di atas, Kau mencoba bir dan rokok, Sayang, tergolong kalimat aktif, karena Kau sebagai subjek bertidak sebagai pelaku perbuatan sebagai mana ditunjukkan oleh predikat verbal mencoba. Sebaliknya, bentuk lingual IP (264) percakapan 18 Bicaramu itu harusnya dijaga, termasuk kalimat pasif, karena Mu (Kamu) berperan sebagai pelaku perbuatan Muslich (2010:130—146). Bentuk Lingual Kalimat Majemuk Kalimat majemuk adalah kalimat tunggal yamg bagian-bagiannya diperluas sedemikian rupa, sehingga perluasan itu membentuk satu atau lebih pada pola kalimat yang baru di samping pola yang sudah ada.Kalimat majemuk adalah penggabungan dua kalimat tunggal atau lebih sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola kalimat atau lebih (Alwi, 2014:39—40).
Bentuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, di samping berupa kalimat-kalimat tunggal, banyak juga yang berupa kalimat majemuk, baik kalimat majemuk setara maupun kalimat majemuk bertingkat. Bahkan ada juga yang merupakan gabungan keduanya. Berikut ini dipaparkan bentuk-bentuk lingual yang berupa kalimat majemuk yang dimaksud. Kalimat majemuk setara yaitu gabungan dua klausa atau lebih yang masing-masing mempunyai kedudukan yang setara dalam struktur konstituen kalimat (Alwi, 2010:396). Ada tiga jenis kalimat majemuk setara, yaitu (1) kalimat majemuk setara hubungan penjumlahan (terdiri atas empat jenis, hubungan sebab-akibat, urutan waktu, pertentangan, dan perluasan, (2) Kalimat majemuk setara hubungan perlawanan (terdiri atas tiga jenis, hubungan penguatan, implikasi, dan perluasan), dan (3) kalimat majemuk setara hubungan pemilihan (Alwi, 2014:408— 414). Seluruh jenis hubungan tersebut dapat ditemukan contohnya dalam bentuk-bentuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti. Bentuk Lingual Menurut Makna Kalimat Berdasarkan maknanya, kalimat dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seru (interjektif), dan kalimat emfatik (Muslich, 2010:139—140). Sesuai dengan data yang teridentifikasi, bentuk lingual implikatur percakapan dalam Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti terdapat kalimat berita (deklaratif), kalimat perintah (imperatif), kalimat seru (interjektif). Bentuk lingual itu dipaparkan satu per satu beserta contoh-contohnya. 1) Bentuk Lingual Kalimat Berita Bentuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 577
Karya Putri Indri Astuti sebagian besar berupa kalimat berita (deklaratif), yaitu kalimat yang isinyamemberitahukan sesuatu (Berupa informasi) kepada mitra tutur (pembaca, pendengar). Dalam bahasa tulis kalimat berita diakhiri dengan tanda titik. Dari segi bantuknya, kalimat berita dapat berupa bentuk elips (satu kata atau satu frasa), bentuk lengkap dengan pola biasa (S-P), inversi, aktif, pasif, tunggal, maupun majemuk. Dengan demikian, kalimat berita dapat berupa bentuk apa pun, asalkan isinya merupakan pemberitahuan. Bentuk-bentuk lingual IP pada contoh-contoh yang telah dikemukakan di depan sebagian besar merupakan kalimat berita. Demikian juga dengan bentuk lingual IP (1297) dan pada percakapan berikut. 3) Pia: “Ada seorang lelaki asal Kanada, teman kuliahku, yang menyukaiku dan ingin berhubungan serius denganku, tapi agamanya tidak jelas. Aku sudah menceritakan semuanya kepada Ibu dan dia lelaki yang baik dan jujur.” (IP 1297, hal.278) Ayah: “Kau tak pernah cerita padaku.” Pia: “Bagaimana aku bisa cerita pada Ayah kalau setiap kali aku cerita Ayah selalu marahmarah,” Pada percakapan (3) Pia menginformasikan kepada ayahnya kalau Ada seorang lelaki asal Kanada, teman kuliah Pia, yang menyukai dia dan ingin berhubungan serius dengan dia, tapi agamanya tidak jelas. 2) Bentuk Lingual Kalimat Perintah Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Muslich, 2010:140) dinyatakan bahwa kaliamat perintah atau kalimat imperatif adalah kalimat yang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Bentuknya bisa transitif, bisa taktransitif (baik aktif maupun pasif). Bahasa Indonesia
memiliki sejumlah kata yang dapat digunakan menghaluskan perintah, seperti tolong, coba, dan silahkan. Dalam bentuk tulis, kalimat perintah sering diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik. Dilihat dari segi lemah-keras sifatnya, kalimat perintah memiliki gradasi atau nuansa makna, seperti doa, harapan, permohonan, permintaan, perintah, dan aba-aba. Dari data yang teridentifikasi, bentuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti cukup banyak yang brupa kalimat perintah. Kalimat perintah itu menggunakan bentuk transitif, taktransitif, bentuk pasif dan bentuk ingkar. sebagai contoh kalimat perintah transitif dijumpai pada bentuk lingual IP (1423) silahkan pakai uangmu sendiri . Selengkapnya, konteks situasi bentuk lingual tersebut dapat disimak pada percakapan 44 berikut ini. 4) Juan: “Maaf, Bee, Kalau kau ingin belanja hal-hal yang tidak memiliki fungsi utama, silahkan pakai uangmu sendiri.” (IP 1423, hal 319) “Kau masih ingat kan aku sudah berhenti dari minuman keras 5) Beyza: “Huft ....” “Kau bilang sangat menyayangiku!” Pernyataan di atas mengandung implikasi bahwa Juan ingin membimbing Beyza agar bisa menghentikan kebiasaannya yang suka menghambur-hamburkan uang demi barang-barang yang tidak memiliki fungsi utama. Juan menginginkan Beyza menjadi perempuan yang baik-baik tidak seperti Beyza yang dahulu. Bentuk lingual yang berupa kalimat aktif taktransitif dapat dijumpai dalam IP (1567) Tolong tanganmu. Selengkapnya, konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut. 6) Hafize: “Jadi, kau akan pergi hari ini Onur?” 7) Onur: “Ya,”
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 578
8) “Bisakah kau tidak duduk di sana, Hafize? Aku perlu segera mengemas barangku.” 9) Hafize: “Aku akan merindukanmu.” 10) Onur: “Tolong tanganmu,” (IP 1567, hal.339) 11) “Hafize, aku sudah memiliki istri.” “Tolong tanganmu” pada dialog di atas bermakana bahwa Onur menginginkan Hafize melepaskan pelukannya pada Onur karena Onur sudah mempunyai istri yang sangat dicintainya dan dia memohon kepada Hafize untuk tidak mengganggunya lagi. Kalimat perintah bentuk ingkar dapat disimak melalui bentuk lingual IP (1360) jangan menyesali takdirmu dalam percakapan 46 berikut ini. 12) Ibu: “Jadi, jangan menyesali takdirmu. Hidup bukan apa yang selama ini ada dalam cerita novel yang kau buat, Pia. Hidup lebih kompleks dan terkadang tidak adil untuk beberapa orang, namun ini adalah takdir kita. semua ini tergantung pada kita yang menja-laninya, mau menerima dan terus melanjutkan hidup dengan hati lapang atau terus menerus berkeluh kesah dan meratapi masa lalu." (IP 1360, hal. 286) Dialog di atas memiliki makna bahwa agar Pia menerima takdir yang sudah terjadi dan tidak menyesalinya. Menikah dengan Onur adalah sudah menjadi pilihannya dan orang tua hanya bisa merestui pilihan anaknya dan mendoakan agar anaknya hidup bahagia. 3) Bentuk Lingual Kalimat Tanya Kalimat tanya atau kalimat interogatif merupakan kalimat yang isinya menanyakan sesuatu atau seseorang. Dalam hal ini, penutur meminta informasi atau mengonfirmasikan sesuatu kepada petutur. dalam bahasa tulis, informasi tanya ditandai dengan tanda tanya pada
akhir kalimat. Menurut cara pembentukannya, kalimat tanya dalam bahasa Indonesia dapat dibedakan atas lima macam, yaitu (1) dengan penambahan kata apa(kah), (2) dengan pengubahan urutan kata, (3) dengan pemakaian kata bukan atau tidak, (4) dengan pengubahan intonasi kalimat, dan (5) penggunaan kata tanya (Muslich, 2010:142—144). Contoh kalimat tanya dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1418), Onur, apa yang sedang kau lakukan?. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 13) Fatime: “Onur, apa yang sedang kau lakukan?” (IP 1418, hal.310) Onur: “Olahraga, Anne,” Fatime: “Hati-hati. Kau melakukan gerakan yang berbahaya.” Onur: “Ya, Anne.” Percakapan (13) terjadi di rumah Onur, Fatime mersa heran dengan apa yang dilakukan Onur. Padahal selama ini Onur tidak pernah melakukan olahraga berbahaya semacam itu. 4) Bentuk Lingual Kalimat Seru Kalimat seru yang disebut juga kalimat interjektif adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum berkaitan dengan sifat, kalimat seru hanya dibuat dari dari kalimat berita yang predikatnya adjektiva. Penggunaan kata seru alangkah atau bukan main di depan predikat merupakan kalimat merupakan satu cirinya (Muslich, 2010:146). Contoh kalimat seru dapat dilihat dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (), Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 14) Beyza: “Aku benci di dapur!” (IP 1430, hal.320) Juan: “Ada banyak sayuran di sana. Kau bisa mengambilnya dengan gratis. ahh ya, kau suka pisang kan?”
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 579
Pernyataan pada dialog (14) adalah penolakan Beyza terhadap ajakan Juan adalah karena Beyza tidak ingin mengotori tubuhnya yang mulus dengan aktifitas yang dilakuannya di dapur, sehingga Beyza mengatakan kalau dia benci di dapur. Dari paparan 4.1 mengenai bentuk lingual percakapan itu, dapat disimpulkan bahwa untuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, berdasarkan bentuk kalimtnya, dapat berupa kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal dapat berupa sebuah frasa atau kata, satu frasa (kelompok kata), dua frasa dengan pola dasar FN+FN, FN+FV. FN+FA, FN+FP, dan FN+FNum dengan pengembangan atau perluasan secara adverbial, atributif, dan apositif, dengan pola biasa (S-P), inverse, kalimat bentuk aktif, dan kalimat bentuk pasif. Kalimat majemuk berupa kalimat majemuk setara, bertingkat, dan gabungan keduanya. Berdasarkan maknanya, berdasarkan maknanya, bentuk lingual implikatur percakapan Novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa kalimat berita, perintah, tanya, dan seru. Satuan Pragmatis Implikatur Percakapan Seperti telah dikemukakan di depan, satuan pragmatis adalah unit perpa-duan antara ilokusi dan proposisi yang disajikan secara eksplisit dengan bentuk lingual oleh penutur dan merupakan unsure terkecil dalam tindak komunikasi bahasa. dalam analisis implikatur percakapan, satuan pragmatis merupakan isi komunikasi yang disajikan atau diekspresikan oleh penutur melalui bentuk lingual. Satuan pragmatis itu merupakan wujud kongkret dari tindakan peng-gunaan bahasa. Dengan satuan pragmatis, penutur melakukan tindakan komunikasi dan berineraksi dengan pututur
guna mencapai tujuan percakapan tertentu, termasuk tujuan terselubung yang penyampaiannya tidak secara langsung (eksplisit) tetapi tersirat dalam satuan pragmatis tersebut. Dari data yang ada pada bentuk lingual implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, ditemukan jenis satuan pragmatis, satuan pragmatis tersebut meliputi menduga, bertanya, mengingatkan, meyakinkan, menginformasikan fakta, menegaskan, meminta, menyuruh, mengeluh, mengajak, menyatakan kehendak, menyatakan kesenangan, menyatakan ketidaksenangan, dan melarang. Masing-masing satuan pragmatis beserta contoh-contohnya dipaparkan satu per satu pada bagian berikut. 1) Satuan Pragmatis Menduga SP menduga digunakan untuk menyampaikan pernyataan yang berupa dugaan atau kiraan tentang sesuatu oleh penutur kepada petutur. Satuan kebahasaan yang digunakan untuk mendukung biasanya berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis menduga dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1046), Kurasa Pia masih mencintaimu, Osman. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 15) Beyza: “Kurasa Pia masih mencintaimu, Osman,” (IP 1046, hal.233) Osman: “Aku merasa bersalah padanya.” Beyza: “Kenapa? Apa kau juga masih mencintainya?” Osman: “Tidak, sayang. Tidak. Aku hanya mencintaimu, Beyza. Sangat mencintaimu sepenuh hatiku.” Satuan pragmatis menduga pada percakapan (15) diatas mengandung pengertian bahwa Beyza menduga kalau
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 580
Pia masih menyimpan rasa cinta pada Osman. 2) Satuan Pragmatis Bertanya Yang dimaksud dengan SP bertanya adalah SP yang digunakan penutur untuk menanyakan ssuatu kepada petutur. Dengan SP bertanya, penutur ingin memintah informasi atau mengonfirmasi sesuatu kepada petutur. SP bertanya pada implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti tergolong cukup banyak dijumpai. SP bertanya selalu didukung oleh bentuk lingual kalimat tanya. Contoh satuan pragmatis bertanya dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1048), Kenapa? Apa kau juga masih mencintainya. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 16) Beyza: “Kurasa Pia masih mencintaimu, Osman,” Osman: “Aku merasa bersalah padanya.” Beyza: “Kenapa? Apa kau juga masih mencintainya?” (IP 1048, hal.233) Osman: “Tidak, sayang. Tidak. Aku hanya mencintaimu, Beyza. Sangat mencintaimu sepenuh hatiku.” Satuan pragmatis bertanya pada dialog (16) di atas, mengandung pengertian bahwa Osman ingin menyakinkan Beyza bahwa Osman sudah tidak mencintai Pia lagi. Osman hanyan mencintai istrinya seorang yaitu Beyza. 3) Satuan Pragmatis Mengingatkan SP bentuk lingual pada implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada juga yang berupa mengingatkan. Sesuai dengan namanya, SP ini digunakan penutur untuk mengingatkan petutur akan sesuatu, sehingga petutur menjadi teringat akan sesuatu yang dilupakan atau sadar atas suatu tindakan yang dilakukan sehingga dapat menempatkan diri secara patut sesuai dengan situasi dan kondisi di
sekitarnya. Dalam penyajiannya, SP mengingatkan didukung oleh bentuk lingual yang berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis mengingatkan dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1306), Memang seharusnya begitu!. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 17) Pia: “Yah, aku selalu gagal dengan lelaki Indonesia,” “Aku tidak pernah sejalan dengan cara berpikir mereka.” “Seringnya cowok yang aku temui selama ini selalu mengekangku. Aku tidak boleh beginilah, begitulah. Kebebasan dan kreativitasku dirampas.” Ayah: “Memang seharusnya begitu! Wanita memang tidak boleh bebas, harus menurut apa kata suami, dan tak perlu sekolah tinggi- tinggi, yang penting bisa masak dan mengurus keluarga sudah cukup.” (IP 1306, hal.279) Satuan pragmatis mengingatkan pada percakapan (17) di atas terjadi antara Pia dan ayahnya. Ayah Pia mengingatkan kodrat Pian sebagai seorang wanita. 4) Satuan Pragmatis Meyakinkan Bentuk lingual implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada juga yang berupa SP meyakinkan. SP meyakinkan digunakan digunakan penutur untuk petutur melalui pengajuan alasan atau argumentasi dengan harapan petutur dapat menerima pernyataan atau argumentasi yang dikemukakannya. Sama halnya dengan SP mengingatkan, dalam penyajiannya SP meyakinkan ini pun didukung bentuk lingual yang berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis meyakinkan dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1320), Bagiku yang lebih penting adalah doa yang dipanjatkan dari orang-orang untuk kebahagiaan kami. Selengkapnya konteks kalimat itu
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 581
dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 18) Pia: “Bagiku yang lebih penting adalah doa yang dipanjatkan dari orang-orang untuk kebahagiaan kami. Aku juga tidak suka acara yang terlalu mewah dan ramai. Makna dari sebuah pernikahan akan berubah karena itu. Jadi lebih cenderung seperti pameran saja dan ajang bersikap sombong. Semakin besar acaranya berarti menunjukkan semakin kaya orang itu.” (IP1320, hal.282— 283). Pada percakapan di atas terdapat satuan pragmatis meyakinkan, yaitu Pia ingin meyakinkan kepada orang tuanya bahwa pernikahan itu tidak harus diadakan dengan mewah. Pia menginginkan pernikahannya dilaksanakan dengan sederhana saja yang penting doa dari keluarga untuk kebahagiannya. 5) Satuan Pragmatis Menginformasikan Fakta SP meninformasikan fakta merupakan SP yang cukup dominan dalam implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti. SP ini digunakan penutur untuk memberitahukan atau menyampaikan informasi kepada petutur. Karena sifatnya yang memberitahukan, dalam penyajiannya, SP menginformasikan fakta ini selalu didukung oleh kalimat berita. Contoh satuan pragmatis menginformasikan fakta dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1356), Osman sudah meninggal, Pia. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 19) Ibu: “Osman sudah meninggal, Pia. Biarkan dia tenang di surga saat ini. Cobalah untuk menjalani takdirmu, Jangan menentangnya atau kau yang sakit sendiri.” (IP 1356, hal.286)
Pia: “Tapi sulit, Bu.” Ibu: “Ibu tahu. Tapi, kau tak bisa selamanya seperti ini. Onur suamimu. Ibu dan ayah sudah melihat bahwa dia lelaki yang baik dan bertanggung jawab. Dia juga rajin shalatnya.” Dialog (19) terdapat satuan pragmatis menginformasikan fakta, yaitu ibu mengingatkan pada Pia agar Pia sadar kalau Osman sudah meninggah dan Pia sudah menjadi istri Onur. 6) Satuan Pragmatis Menegaskan SP menegaskan digunakan penutur untuk menegaskan sesuatu kepada petutur. Dalam implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, SP menegaskan cukup banyak dijumpai. Kalimat pendukungnya adalah kalimat berita. Contoh satuan pragmatis menegaskan dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1320), Aku ingin acara yang sederhana, Yah, yang khidmat, Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 20) Pia: “Aku ingin acara yang sederhana, Yah, yang khidmat,” (IP1320, hal.282) “Bagiku yang lebih penting adalah doa yang dipanjatkan dari orang-orang untuk kebahagiaan kami. Aku juga tidak suka acara yang terlalu mewah dan ramai. Makna dari sebuah pernikahan akan berubah karena itu. Jadi lebih cenderung seperti pameran saja dan ajang bersikap sombong. Semakin besar acaranya berarti menunjukkan semakin kaya orang itu.” (IP1320, hal.282—283). Satuan pragmatis menegaskan pada percakapan di atas mengandung pengertian yaitu Pia ingin meyakinkan kepada orang tuanya bahwa pernikahan itu tidak harus diadakan dengan mewah. Pia menginginkan pernikahannya dilaksanakan dengan sederhana saja
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 582
yang penting doa dari keluarga untuk kebahagiannya. 7) Satuan Pragmatis Meminta SP pada bentuk lingual IP novel Psona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada juga yang berupa meminta atau memohon, yaitu SP yang digunakan oleh penutur untuk meminta sesuatu kepada petutur. Dalam tindak komunikasi verbal, SP meminta disajikan dalam bentuk lingual yang berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis meminta dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1422), Aku ingin ke kota dan shopping. Kita juga lama tidak ke kafe dan mabuk, Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 21) Beyza: “Juan, aku bosan,” “Aku ingin ke kota dan shopping. Kita juga lama tidak ke kafe dan mabuk.” (IP 1422, hal.319) Juan: “Maaf, Bee,” “Kalau kau ingin belanja hal-hal yang tidak memiliki fungsi utama, silahkan pakai uangmu sendiri.” (IP 1423, hal 319) “Kau masih ingat kan aku sudah berhenti dari minuman keras Beyza: “Huft ....” “Kau bilang sangat menyayangiku!” Dialog di atas terdapat satuan pragmatis meminta yang mempunyai pengertian bahwa Juan ingin menyadarkan Beyza agar tidak hidup boros. Kalau Beyza masih ingin belanja yang tidak ada manfaatnya agar menggunakan uangnya sendiri. 8) Satuan Pragmatis Menyuruh SP pada bentuk lingual implikatur percakapan novel Psona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada juga yang berupa menyuruh atau memerintah, yaitu SP yang digunakan penutur untuk menyuruh atau memerintah agar petutur melakukan sesuatu, baik untuk kepentingan diri penutur sendiri maupun untuk kepentingan orang lain. dalam
penyajiannya, SPmenyuruh selalu didukung oleh bentuk lingual yang berupa kalimat perintah. Contoh satuan pragmatis menyuruh dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1311), Kau boleh menikah dengan orang pilihanmu. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 22) Ayah: “Kau boleh menikah dengan orang pilihanmu,” “Ayah tidak akan pernah bisa menghentikan keinginanmu, kan?” (IP 1311, hal.280) “Tapi, kau harus bisa bertanggung jawab atas hidupmu sendiri.” Satuan pragmatis menyuruh terdapat paga dialog 56, Ayah Pia merestui permintaan Pia untuk menikah dengan lelaki pilihannya karena dia sudah menyerah. Ayah merasa tidak akan bisa menghentikan kemauan Pia. 9) Satuan Pragmatis Melarang SP melarang dan SP menyuruh mengandung isi yang berlawanan, tetapi keduanya berkaitan erat dengan SP meminta. Jika dalam menyuruh, penutur meminta agar petutur melakukan sesuatu, sebaliknya dalam SP melarang penutur meminta agar petutur tidak melakukan sesuatu. Dalam tindak komunikasi bahasa, SP melarang, selalu didukung oleh satuan kebahasaan yang berupa kalimat perintah. Biasanya ditandai dengan penggunaan kata jangan. Contoh satuan pragmatis melarang dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1314), Jangan mengecewakan kami. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 23) Ayah: “Kau boleh menikah dengan orang pilihanmu,” “Ayah tidak akan pernah bisa menghentikan keinginanmu, kan?” “Tapi, kau harus bisa bertanggung jawab atas hidupmu sendiri.”
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 583
“Ya.” “Jangan mengecewakan kami,” (IP 1314, hal.280) Pia: “Terima kasih, Ayah. Aku tidak perbnah mengecewakan kalian kan selama ini?” Satuan pragmatis melarang pada pecakapan (23) di atas mengandung pengertian bahawa orang tua Pia merestui kalau Pia menikah dengan lelaki pilihannya, denag satu syarat agar Pia tidak mengecewakan keluarganya dengan pilihannya tersebut. 10) Satuan Pragmatis Mengeluh SP pada bentuk lingual implikatur percakapan novel Psona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa mengeluh. SP mengeluh ini digunakan oleh penutur untuk menyampaikan keluhan kepada petutur. Keluhan biasanya dilatari oleh perasaan susah penuturnya. Dengan mengeluh, penutur berharap agar petutur mengerti dan menaruh perhatian kepadanya. Atau setidak-tidaknya dengan mengeluh penutur bermaksud melepaskan beban keresahan atau kesusahannya, walau tidak ada yang mendengarnya. Dalam penyajiannya, SP mengeluh didukung oleh kalimat berita atau kalimat tanya retorik (kalimat tanya yang tidak membutuhkan jawaban). Contoh satuan pragmatis mengeluh dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1311), Ayah tidak akan pernah bisa menghentikan keinginanmu, kan?. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 24) Ayah: “Kau boleh menikah dengan orang pilihanmu,” “Ayah tidak akan pernah bisa menghentikan keinginanmu, kan?” (IP 1311, hal.280) “Tapi, kau harus bisa bertanggung jawab atas hidupmu sendiri.” “Ya.” “Jangan mengecewakan kami,”
Pia: “Terima kasih, Ayah. Aku tidak pernah mengecewakan kalian kan selama ini?” Pada satuan pragmatis mengeluh mengandung pengertian bahwa ayah tidak akan bisa menghentikan keinginan Pia untuk menikah dengan lelaki pilihannya. Ayah hanya bisa merestui. 11) Satuan Pragmatis Mengajak SP pada bentuk lingual implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa mengajak. SP mengajak dapat dikatakan sebagai SP yang digunakan penutur untuk mengajak atau meminta petutur agar secara bersama-sama mereka (penutur dan petutur) melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penutur. Dalam penyampaiannnya, SP mengajak didukung oleh bentuk lingual yang berupa kalimat perintah. Contoh satuan pragmatis mengajak dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1429), Kau bisa berkenalan dengan harun. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 25) Beyza: “Kau mau ke mana?” Juan: “Ke lahan. Seperti biasa.Kau mau ikut?” Beyza: “Tidak! Aku tidak mau mengotori badanku dengan tanah.” Juan: “Kau bisa berkenalan dengan harun.” (IP 1429, hal. 320) “Dia rekan kerjaku. Dia lelaki yang sangat baik dan pandai memasak. Kau mungkin bisa belajar memasak darinya”. Satuan pragmatis mengajak pada dialog di atas mengandung pengertian bahwa Juan menginginkan Beyza berubah sesuai dengan kodratnya sebagai wanita. Juan menginginkan Beyza belajar memasak pada Harun teman Juan. 12) Satuan Pragmatis Menyatakan Kehendak
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 584
Bentuk lingual implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa menyatakan kehendak. SP menyatakan kehendak digunakan penutur dalam mengungkapkan kehendaknya, keinginannya, atau kemauannya untuk melakukan sesuatu. Dalam penyampaiannya, SP menyatakan kehendak menggunakan satuan kebahasaan berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis menyatakan kehendak dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1429), Kau bisa berkenalan dengan harun. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 26) Ayah: “Tidak! Kau yang harus mendengarkan ayahmu, Pia. Kau memilih suami jangan hanya dari segi fisiknya saja. Yang lebih penting itu, dia menyayangimu dan keluargamu tidak? Dia bisa menghidupimu tidak? Dan yang paling jelas, kalian harus menikah dan tinggal di Indonesia! Aku juga harus mengenalnya terlebih dahulu. Aku yang akan memutuskan dia cocok untukmu atau tidak. kalau tidak aku akan mencarikan kau lelaki yang lebih baik dari dia dan orang Indonesia!” (IP 1292, hal.277) Satuan pragmatis menyatakan kehendak pada dialog di atas adalah terjadi percekcokan antara Pia dengan ayahnya. Mereka rebut masalah rencana Pia yang akan menikan dengan lelaki pilihannya dari Turki 13) Satuan Pragmatis Menyatakan Ketidaksenangan Bentuk lingual implikatur percakapan novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti dijumpai SP menyatakan Ketidaksenangan. SP menyatakan ketidak senangan digunakan penutur untuk ketidaksenangannya terhadap sesuatu kepada petutur. Dalam tindak
komunikasi berbahasa, SP menyatakan ketidaksenangan disajikan dalam bentuk lingual yang berupa kalimat berita. Contoh satuan pragmatis menyatakan ketidaksenangan dapat dilihat dalam bentuk lingual IP (1303), Aku tidak mau. Selengkapnya konteks kalimat itu dapat disimak dalam percakapan berikut ini. 27) Pia: “Aku tidak mau,” “Kita jelas berbeda selera. Apalagi selera kakak Ayah. Ayah atau bibi saja yang menikah dengan pilihan-pilihan kalian kalau begitu. Aku tidak sudih.” (IP 1303, hal.278) Ayah: “Apa-apaan kau ini? Bicaramu ngawud! Di sekolahkan mahal-mahal di Jerman, sekarang kau berani bicara seperti itu pada orang tua?” Satuan pragmatis menyatakan ketidaksenangan terdapat pada percakapan 61. Pada percakapan tersebut Pia menyatakan ketidaksenangannya pada lelaki pilihan ayahnya. Pia merasa tidak cocok dengan lelaki Indonesia, apa lagi kalu lelaki itu pilihan dari bibinya. Implikasi Pragmatis Mengharapkan Implikasi pragmatis novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti ada yang berupa mengharapkan. Implikasi pragmatis mengharapkan tersebut disampaikan dengan SP bertanya. Setiap implikasi pragmatis mengharapkan yang dimaksud beserta SP pendukung dan contohnya dipaparkan pada bagian berikut ini. 28) Pia: “Aku harus kembali ke Jerman untuk melanjutkan kuliahku.” Onur: “Tapi, Pia, bagaimana dengan pernikahan kita?” (IP 1369, hal.289) Pia: “Aku bukan tipe istri yang mudah selingkuh. Aku memegang teguh janji suci kita.”
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 585
Pada dialog di atas, Onur tidak hanya menanyakan kelanjutan pernikahannya dengan Pia, tapi Onur sebenarnya ingin mengatakan pada Pia, bahwa dia tidak ingin Pia kembali lagi ke Jerman untuk melanjutkan kuliahnya karena mereka sudah resmi menjadi suami istri. Juga tidak pantas jika suami istri hidupnya berjauhan satu dengan yang lainnya. Pada dialog yang dilakukan Pia dan Onur pada percakapan 65, sesuai dengan teori Leech (dalam Rani, 2013:195) yang beranggapan bahwa prinsip kerja sama dibutuhkan guna memudahkan penjelasan hubungan antara makna dan daya dalam suatu kalimat. Penjelasan seperti itu cukup memadai, khususnya untuk memecahkan permaslahan yang timbul dalam semantik yang menggunakan pedekatan berdasarkan kebenaran (truthbased approach). Akan tetapi, prinsip kerja sama itu sendiri tidak mampu menjelaskan mengapa sese-orang sering menggunakan cara tidak langsung dalam menyampaikan maksudnya. 1) Implikasi Pragmatis Menyuruh Implikasi pragmatis novel Pesona Izmir karya Putri Indri Astuti ada yang berupa menyuruh. Dalam hal ini, penutur nenyuruh petutur melakukan sesuatu, baik untuk kepentingan penutur maupun untuk kepentingan petutur. Implikasi pragmatis menyuruh disajikan dengan SP menyuruh. Implikatur pragmatis menyuruh yang disampaikan melalui SP menyuruh akan dipaparkan melalui contoh berikut. 29) Pia: “Boleh pinjam komputermu sebentar, Bos? Mau mengecek email.” Robby: “Oh, tentu, Silahkan. Aku juga perlu berhenti sejenak dari kencan online,” Pia: “Terima kasih.” Robby: “Jangan meniruku ya, Pia,” (IP 1212, hal.256) “Kau cantik dan cerdas. Carilah lelaki yang nyata, bukan mesin,”
Dalam percakapan (29) Robby menyuruh Pia untuk mencari laki-laki yang sesungguhnya. Robby merasa dirinya tidak patut untuk dicontoh karena dia senangnya berpacaran di dunia maya dan tidak berani berpacaran di dunia nyata. Implikasi pragmatis menyuruh pada percakapan 66 sesuai dengan teori untuk mengukur derajat kesopansantunan suatu tuturan, termasuk implikatur percakapan, Leech (dalam Tarigan, 2009:63) menganjurkan penggunaan tiga skala pragmatik, yaitu skala untungrugi, skala kefakultatifan, dan skala ketidak-langsungan. Skala untung rugi memperkirakan keunrungan atau kerugian bagi penutur dan petutur dengan adanya suatu satuan pragmatis atau implikasi pragmatis. Skala kemanasukaan mengurutkan ilokusi menurut jumlah pilihan yang diberikan oleh penutur kepada petutur. Skala ketidaklangsungan dipandang dari sudut penutur mengurutkan ilokusi-ilokusi berdasarkan panjang jarak antara tindak ilokusi dan tujuan ilokusi dalam analisis cara-tujuan. 2) Implikasi Pragmatis Mencurigai Implikasi pragmatis nonel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa mencurigai, yaitu suatu nada penutur yang kurang memercayai sesuatu yang ada di seputar dirinya. Implikasi pragmatis mencurigai dapat dikemukakan melalui bertanya, menegaskan, melarang, menduga, meyakinkan, dan mengeluh. Implikatur pragmatis mencurigai melalui SP mencurigai akan dipaparkan pada contoh berikut. 30) Pia: “Capek....!” “Kenapa kau?” Kevin: “Jadi, kau sudah tau semuanya?” (IP 728, hal.174) Pia: “Aku tak mengerti apa maksudmu.” Kevin: “Kau melihatku kan tadi?”
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 586
Pada percakapan di atas, Kevin mencurigai Pia, karena Kevin mengira bahwa pada waktu dia bertenkar dengan kekasihnya yang bernama Oxana Pia melihat kejadian itu. Kevin takuk kalau Pia melihatnya, karena sebenarnya dia menyukai Pia dan ingin menjalin cinta dengan Pia. Terkait dengan sopan santun, Leech (dalam Tarigan, 2009:40—41) membedakan adanya empat macam fungsi ilokusi, yaitu fungsi bersaing (kompetitif), menyenangkan (convivial), bekerja sama (kolaboratif), dan bertentangan (konfliktif). Pada implikasi pragmatis mencurigai termasuk ke dalam ilokusi bertentangan (konfliktif), tujuan ilokusi bertentangan dengan ilokusi tujuan sosial, seperti mengancam, menuduh, mencurigai, menyumpahi, dan memarahi. 3) Implikasi Pragmatis Mensyukuri Bersyukur pada hakikatnya adalah menyatakan perasaan seseorang karena telah mendapatkan rahmat atau karunia Tuhan. Ada bermacam-macam cara orang untuk menyatakan rasa syukurnya. Dalam IP nonel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti implikasi pragmatis mensyukuri bisa disimak dalam contoh berikut. 31) Onur: “Kau senang, kan?” “Eh, tidak, Pia. Bukan begitu maksudku. Aku hanya bercanda.Tolong jangan marah.” “Aku menyukai mereka, para tamu kita. Aku juga menyukai orang tuamu. Mereka sangat baik kepadaku meski kami kesulitan berkomunikasi.” Pia: “Baguslah kalau begitu,” (IP 1345, hal.284) Percakapan di atas mengandung implikasi bahwa Pia bersyukur karena Onur bisa menerima tamu-tamunya dan mau menerima orang tuanya meskipun mereka kesulitan dalam berkomunikasi, karena orang tua Pia tidak bisa
berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris. Terkait dengan sopan santun, Leech (dalam Tarigan, 2009:40—41) membedakan adanya empat macam fungsi ilokusi, yaitu fungsi bersaing (kompetitif), menyenangkan (convivial), bekerja sama (kolaboratif), dan bertentangan (konfliktif). Implikasi pragmatis mensyukuri tergolong ke dalam ilokusi menyenangkan (convivial), tujuan ilokusi sejalan dengan tujuan sosial, seperti menawarkan, mengajak, mengundang, menyapa, mengucapkan terima kasih, mensyukuri, dan menyampaikan ucapan selamat. 4) Implikasi Pragmatis Mengkhawatirkan Implikasi pragmatis nonel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupamengkhawatirkan. Implikasi pragmatis mengkhawatirkan itu bisa diwujudkan melalui menduga, mengeluh, melarang, bertanya, mengajak, dan menyuruh. Implikatur pragmatis mengkhawatirkan melalui SP mengkhawatirkan akan dipaparkan pada contoh berikut. 32) Ayah: “Selama ini ayah hanya takut kehilanganmu. Ayah juga trauma dengan kegagalan yang pernah dilakukan kakakmu dulu.” (IP 1310, hal 280) “Kau boleh menikah dengan orang pilihanmu.” “Ayah tidak akan pernah bisa menghentikan keinginanmu.” Percakapan di atas menggambarkan bahwa kekhawatiran seorang ayah terhadap anaknya yang ingin meminta izin untuk menikah dengan lelaki pilihannya tapi sang ayah tidak menyetujui karena sang ayah tidak ingin anaknya menikah dengan lelaki dari luar negeri. Implikasi pragmatik mengkhawatirkan pada percakapan 69 di atas, sesuai dengan Leech (dalam
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 587
Tarigan, 2009:36) yang mengatakan macam-macam maksim, diantara maksim tersebut adalah Maksim simpati (dalam ketegasan). Dalam maksim simpati, berisi pernyataan: (a) Kurangilah antipati antara diri sendiri dan orang lain, (b) Perbesarlah simpati antara diri sendiri dan orang lain. Implikasi pragmatis mengkhawatirkan merupakan ungkapan rasa simpati pada lawan bicara dengan cara mengkhawatirkan kondisi lawan bicara. 5) Implikasi Pragmatis Menginformasikan Fakta Implikasi pragmatis nonel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupamenginformasikan fakta. Dalam hal ini, penutur memberitahukan sesuatu kepada petutur. Implikatur pragmatis menginformasikan fakta melalui SP menginformasi-kan fakta akan dipaparkan pada contoh berikut. 33) Pia: “Bu, aku belum bisa ikhlas mencintai Onur,” (IP 1353, hal.285) “Meskipun dia sungguh sangat baik kepadaku.” Ibu: “Apa maksudmu?” Pada percakapan di atas, Pia ingin menginformasikan pada ibunya kalau dia masih mencintai Osman kekasihnya yang sudah meninggal dan belum bisa mencintai Onur suaminya. Jika dimasukkan ke dalam kategori tindak ilokusi menurut Leech (dalam Tarigan, 2009:40—41) yang membedakan adanya empat macam fungsi ilokusi, yaitu fungsi bersaing (kompetitif), menyenangkan (convivial), bekerja sama (kolaboratif), dan bertentangan (konfliktif).yaitu kompetitif (competitive), menyenangkan (convivial), bekerjasam (collaborative), dan bertentangan (confiktive). Implikasi pragmatis menginformasikan fakta tergolong ke dalam tindak ilokusi bekerja sama adalah tindak ilokusi yang tidak menghiraukan tujuan sosial. SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan Bertolak dari paparan mengenai pembahasan dan analisis data seperti yang telah disajikan dalam bab IV, pada bagian ini disampaikan beberapa simpulan sebagai temuan penelitian, yang pada prinsipnya merupakan jawaban terhadap masalah-masalah yang telah dirumuskan dalam bab I Pendahuluan, Butir-butir simpulan yang dimaksudkan itu disajikan dalam paparan berikut ini. Bentuk lingual implikatur percakapan dalam novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti difokuskan pada tataran kalimat menunjukkan variasi yang cukup kompleks. Dilihat dari segi bentuk kalimatnya, implikatur percakapan pada novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa kalimat tunggal dan ada yang berupa kalimat majemuk. Bentuk lingual kalimat tunggal ada yang berupa kalimat satu frasa yang terdiri atas satu kata, satu frasa yang terdiri atas kelompok kata, dan dua frasa atau lebih. Kalimat yang berupa satu frasa terjadi karena pelesapan unsure subjek atau predikatnya. Pola kalimat-kalimat tunggal yang terjadi dua frasa itupun bervariasi; ada kalimat yang berpola dasar FN+FN, FN+FV, FN+FA, dan FN+FNum, ada kalimat luas dengan pola SPO, SPOK sebagai hasil pengembangan pola dasar secara objektif, adverbial, apositif, dan atributif; ada kalimat dengan pola inverse, ada kalimat bentuk aktif, dan ada pula kalimat bentuk pasif. Bentuk linguan kalimat majemuk ada yang berupa kalimat majemuk setara, kalimat majemuk bertingkat, dan gabungan keduanya. Hubungan antarklausa pada bentuk lingual yang berupa kalimat majemuk setara ada yang menggunakan koordinatif penjumlahan, yakni penjumlahan sebab-akibat, penjumlahan urutan waktu, penjumlahan pertentangan, dan penjumlahan perluasan; ada yang menggunakan
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 588
koodinatif perlawanan, yakni perlawanan penguatan, perlawanan implikasi, dan perlawanan perluasan; dan ada pula yang menggunakan koodinatif pemilihan. Hubungan subordinatif antar klausa pada bentukbentuk lingual kalimat majemuk adatiga belas jenis, yaitu hubungan waktu, syarat, tujuan, konsesif, perbandingan, penyebab, akibat, cara, sangkalan, kenyataan, hasil, penjelasan, dan atributif. Ditinjau dari segi makna kalimat, bentuk lingual implikatur percakapan pada novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti ada yang berupa kalimat berita, kalimat perintah, kalimat tanya, dan kalimat seru. Tiga jenis yang disebutkan lebih awal (kalimat berita, kalimat perintah, dan kalimat tanya) mendominasi bentuk lingual tersebut, sedangkan jenis kalimat seru hanya ditemukan beberapa buah saja. Bentuk lingual berfungsi menyajikan satuan pragmatis, yaitu perpaduan antara ilokusi dan perlokusi. Dari bentukbentuk lingual yang bermuatan implikatur percakapan pada novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, ditemukan tiga belas jenis satuan pragmatis, yaitu satuan pragmatis menduga, bertanya, mengingatkan, meyakinkan, menginformasikan fakta, menegaskan, meminta, menyuruh, mengeluh, mengajak,menyatakan kehendak, menyatakan ketidaksenangan, dan melarang. Satuan pragmatis berfungsi menyiratkan implikasi pragmatis, yaitu satuan pragmatis lain dalam bentuk lingual yang menjadi maksud terselubung penutur dalam percakapan. Di dalam satuan-satuan pragmatis implikatur percakapan pada novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti, ditemukan Sembilan macam implikasi pragmatis, yakni implikasi pragmatis meminta, menolak, meyakin-kan, mengharapkan, menyuruh, mencurigai,
mensyukuri, mengkhawatirkan, dan menginformasikan fakta. Saran Berdasarkan temuan penelitian yang telah disajikan sebagai simpulan, berikut ini disampaikan beberapa saran yang berkaitan dengan manfaat penelitian, baik yang bersifat teoritis, berupa upaya pemberian sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan bahasa, maupun yang bersifat praktis, berupa penerapan temuan bagi pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia. Butir-butir saran yang dimaksud disajikan dalam paparan berikut ini. Temuan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan teori implikatur percakapan sebagai salah satu bidang kajian pragmatik. Butir-butir temuan yang berkaitan dengan bentuk lingual, satuan pragmatis, dan implikasi pragmatis diharapkan dapat memperkaya khasanah implikatur percakapan yang merupakan aspek kajian pragmatik. Untuk keperluan itu, disarankan kepada pakar bahasa dan pakar pendidikan bahasa agar memanfaatkan temuan penelitian mengenai implikatur percakapan ini sebagai sumbangan, baik sebagai usaha mengembangkan disiplin ilmu pragmatik itu sendiri maupun bagi sosiolinguistik, dan psikolinguistik sebagai bidang-bidang kajian linguistik. Sumbangannya terhadap sosiolinguistik dimungkinkan karena implikatur percakapan dilandasi oleh prinsipprinsip pragmatik, yaitu prinsip kerja sama dan sopan santun, dalam rangka mencapai tujuan percakapan, baik yang berupa tujuan personal maupun tujuan sosial; sedangkan sumbangannya kepada bidang psikolinguistik benkaitan dengan proses penginterpretasian alur implikasi pragmatis yang antara lain terjalin melalui proses berpikir. Butir-butir simpulan yang disampaikan pada diperoleh melalui
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 589
penelitian atas novel Pesona Izmir Karya Putri Indri Astuti yang berlatar belakang kehidupan di Turki. Berkaitan dengan pengembangan ilmu bahasa, khususnya pragmatik, dan lebih khusus lagi, guna mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai implikatur percakapan dalam bahasa Indonesia, khususnya para peminat di bidang ini, disarankan untuk mengadakan penelitian lanjutan terhadap seluk-beluk implikatur percakapan, baik yang bersifat penelitian pengulangan, pendalaman, maupunperluasan. Penelitian lanjutan dapat berupa pengulangan yang berupa replikasi, untuk menguji sekaligus meningkatkan validasi, mengoreksi, dan melengkapi hasil penelitian ini, sehingga dapat memberikan sumbangan yang lebih memadai terhadap pengembangan implikatur percakapan khususnya, dan pragmatik serta linguistik pada umumnya. Temuan penelitian mengenai implikatur percakapan ini diharapkan dapat memberikan sumbngan bagi dunia pendidikan dan pengajaran bahasa Indonesia, baik pada tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, maupun sekolah menengah atas yang tengan gencar-gencarnya mencanangkan pendekatan komunikatif. Kepada perencana dan pengambil kebijakan dibidang pendidikan bahasa Indonesia, dalam hal ini penyusun kurikulum, disarankan gar mengupayakan perumusan tujuan pembelajaran bahasa Indonesia dari rambu-rambu penerapannya yang mengacu kepada penggunaan bahasa Indonesia secara lebih kongkret. Hal yang demikian akan memudahkan guru sebagai pelaksana di lapangan untuk dapat merumuskan tujuan pembelajaran lebih operasional dan rinci. Kepada para penyusun buku pelajaran bahasa Indonesia disarankan agar temuan-temuan penelitian mengenai implikatur percakapan dapat
dimasukkan ke dalam pembahasan tema-tema pembelajaran siswa. Hasil penelitian mengenai implikatur percakapan ini juga diharapkan bermanfaat bagi para pembelajar sastra, khususnya apresiator pemula. Sbagaimana diketahui, karya sastra adalah karya imajinatif yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Keadaan tersebut sering memaksa pembelajar sebagai penikmat untuk menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik yang tersurat. Kandungan ide dan nilai sastra sering tidak transparan, tidak kasat mat. pengarang mengekspresikan ide dan nilai itu secara implikatif atau tersirat melalui satuansatuan pragmatis yang kadang-kadang sangat sulit dipahami. Oleh karena itu, kepada guru bahasa Indonesia agar memberikan peluang-peluang kepada pembelajar untuk mengenal dan belajar implikatur percakapan. DAFTAR RUJUKAN Alwi, Hasan dkk. 2014.Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta :Balai Pustaka. Astuti, Putri Indri. 2013. Pesona Izmir. Yogjakarta:Diva Press. Djajasudarma, T. Fatimah. 2012. Wacana dan Pragmatik. Bandung:Refika Aditama. Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:Bumi Aksara. Mistar, Junaidi. 2010. Pedoman Penulisan tesis. Malang:Program Pascasajana Universitas Islam Malang. Moleong, Lexy J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Remaja Rosdakarya. Muslich, Masnur. 2010. Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia. Bandung:Refika Aditama. Rahardi, R. Kunjana, 2005. Pragmatik:Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 590
Rani, Abdul dkk. 2013.Analisis Wacana Tinjauan Deskriptif. Malang:Surya Pena Gemilang. Soleh. 2008. Implikatur Percakapan Anak Usia TK. Tesis tidak diterbitkan. Program Pascasarjana Universitas Islam Malang. Malang. Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. ____________. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa. Tim Penyusun. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Ullmann, Stephen. 1997. Semantik, An Introduction to the Science of Meaning.Oxfort: Basil Blachwell. Diadaptasi oleh Sumarsono. 2012. Pengantar Semantik. Yogjakarta: Pustaka Pelajar. Yule, George. 1996. Pragmatks.Oxford Universiti Press. Diterjemahkan Oleh Wahyuni, Indah Fajar. 2006. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
NOSI Volume 2, Nomor 6, Agustus 2014___________________________________Halaman | 591