ANALISIS PENOKOHANDALAM NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN
Nurwakhid Muliyono Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak:Karya sastra dibangun oleh dua unsur penting, yaitu unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unsur instrinsik adalah unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar karya satra yang memiliki peranan penting bagi terbentuknya karya satra.Salah satu bagian unsur instrinsik yang paling menarik untuk dianalisis adalah unsur penokohan.Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk memperoleh data obyektif yang mencakup (a) bagaimanakah pengarang mendeskripsikan kepribadian tokoh Tinah dan tokoh Sim, (b) bagaimanakah pengarang mendesripsikan pandangan tokoh Tinah dan tokoh Sim, (c) bagaimanakah pengarang mendeskripsikan watak tokoh Tinah dan tokoh Sim dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian dengan judul Analisis Penokohan dalam Novel Ibuk Karya Iwan Setyawa.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data penelitian tidak berupa angka, melainkan berupa paparan bahasa verbal kata-kata dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik observasi. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa instrumen manusia yaitu peneliti sebagai instrumen utama. Penelitian ini menggunakan analisis model alir pada novel Ibuk karya Iwan Setyawan.Adapun langkah analisis model alir terdiri atas (1) reduksi data, (2) sajian data, dan (3) penarikan kesimpulan.Hasil analisis data, yang dilakukan peneliti sebagai berikut.(a) kepribadian tokoh Tinah dan Sim, pengarang mendeskripsikan Tinah sebagai gadis lugu dan Sim seorang playboy pasar yang bertanggungjawab mengarungi bahtera kehidupan bersama lima orang anak mereka, Isa, Nani, Bayek, Rini, dan Mira adalah cahaya paling terang dalam hidup Ibuk. Ia menjaga mereka tanpa jeda, tanpa lelah yang penuh semangat untuk meraih pendidikan lebih tinggi.(b) pengarang mendeskripsikan pandangan tokoh Tinah dan tokoh Sim, pendidikan yang baik akan mampu merubah nasib meskipun Tinah hanya sebagai ibu rumah tangga dan Sim sebagai sopir angkot. (c) watak tokoh Tinah dan tokoh Sim, pengarang mendeskripsikan watak Tinah yang keras kepala untuk menjamin kehidupan anak-anaknya lebih baik dan watak Sim yang bertanggungjawab sebagai nahkoda bahtera rumah tangga untuk keluarga dan anak-anaknya di Kota Apel Batu Jawa Timur. Kata Kunci: analisis, penokohan, kepribadian tokoh,pandangan tokoh, watak tokoh. Karya sastra dibagi atas tiga genre, drama. Pembagian ini untuk yaitu (1) puisi, (2) prosa (cerpen, memudahkan bagi para peneliti, novelet,novel, dan roman), dan (3) pembaca, dan para apresiator untuk
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 343
melakukan pemilihan terhadap obyek yang akan diteliti. Karya sastra dibangun oleh dua unsur penting, sehingga antar unsur yang satu dengan unsur yang lain tidak bisa dipisah-pisahkan. Masingmasing unsur tersebut tidak bisa berdiri sendiri, melainkan saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Unsur penting tersebut adalah unsur instrinsik dan unsur ekstrinsik. Unusur instrinsik adalah unsur yang berasal dari dalam karya sastra itu sendiri, yaitu tema, alur, karakter, penokohan, sudut pandang, gaya, dan imagery. Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang berasal dari luar karya sastra yang mempunyai peranan penting sebagai faktor pendukung terciptanya karya sastra. Dalam usaha memperoleh kejelasan yang kongkrit dalam suatu karya sastra, seorang peneliti perlu terjun secara langsung untuk melakukan analisis karya sastra sesuai dengan tujuan yang ditetapkan, Karya sastra, seperti diakui banyak orang, merupakan suatu bentuk komunikasi yang disampaikan dengan cara yang khas dengan memberikan kebebasan kepada pengarang untuk menuangkan kreativitas imajinasinya. Hal ini menyebabkan karya sastra memiliki berbagai kemungkinan penafsiran. Berawal dari inilah kemudian muncul berbagai teori untuk mengkaji karya sastra, termasuk karya sastra novel. Novel merupakan sebuah “struktur organisme” yang kompleks, unik, dan mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Hal inilah, antara lain, yang menyebabkan sulitnya pembaca menafsirkan sebuah novel, dan untuk keperluan tersebut dibutuhkan suatu upaya untuk menjelaskannya disertai bukti-bukti hasil kerja kajian yang dihasilkan. Novel merupakan salah satu jenis karya sastra prosa yang mengungkapkan sesuatu secara luas. Manfaat yang akan terasa dari hasil
kajian itu adalah apabila pembaca (segera) membaca ulang karya sastra yang dikajinya. sehingga pembaca akan lebih menikmati dan memahami cerita, tema, pesan-pesan, tokoh, gaya bahasa, dan hal-hal lain yang diungkapkan dalam karya yang dikaji. Alasan peneliti memilih novel Ibuk karya Iwan Setyawan karena cerita yang sangat kompleks dengan konflik yang dialami oleh tokoh. Konflik inilah yang membuat pembaca tegang, sedih, gembira serta rasa ingin tahu dengan cerita selanjutnya. Bagaimanakah kepribadian, pandangan, dan watak penokohan? Dalam novel Ibukini pengarang berhasil membuat suasana hati pembaca ikut terbawa dalam cerita. Di sinilah kelebihan kisah yang merupakan semi-biografi dari sang penulis sendiri. Kisah ini sangat sederhana karena menggambarkan kehidupan nyata masyarakat umum terutama kalangan menengah kebawah yang sangat jarang kita perhatikan. Masyarakat seperti ini hidup di sekeliling kita, namun mereka menjadi sosok-sosok kasat-mata di hadapan mata manusia. Dari unsur instrinsik terdapat salah satu unsur yang menarik untuk dianalisis, yaitu unsur penokohan. Telaah tentang penokohan dalam novel bisa dianalisis lewat sosok tokoh yang ditampilkan oleh pengarang lewat tokoh-tokoh yang dipilihnya.Berbagai kejadian di dalam kehidupan yang dialami oleh tokoh cerita merupakan gejala kejiwaan. Ada dua asumsi yang mendasari psikoanalisis Freud yaitu determinisme psikis dan motivasi tak sadar. Freud membagi struktur kepribadian kedalam tiga komponen, yaitu id, ego dan superego. Perilaku seseorang merupakan hasil interaksi ketiga komponen tersebut. Id (Das Es) merupakan komponen kepribadian yang primitif, instingtif (yang berusaha untuk memenuhi kepuasan instink). Ego (Das Ich) merupakan eksekutif atau manajer
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 344
dari kepribadian yang membuat keputusan (decision maker). Super ego (Das Uber Ich) merupakan komponen moral kepribadian yang terkait dengan standart atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk, benar, dan salah. Teknik reaksi tokoh lain dimaksudkan sebagai reaksi yang diberikan oleh tokoh lain terhadap tokoh utama, atau tokoh yang dipelajari kediriannya, yang berupa pandangan, penilaian kedirian tokoh cerita oleh tokoh-tokoh cerita yang lain dalam karya sastra. Reaksi tokoh juga merupakan tekhnik penokohan untuk menginformasikan kedirian tokoh kepada pembaca. Watak ialah pelukisan personalitas manusia yang mengambil peran dalam setiap adegan, perwatakan dalam setiap karya sastra ialah pelukisan manusia yang menjadi pelaku obyek penulis (Rampan, 1984:28) setiap manusia memiliki keistimewaan dan kelemahan tersendiri dan mempunyai berbagai rasa ketika menghadapi situasi tertentu. Dalam memahami watak pelaku, pembaca dapat menelusurinya lewat (1) tuturan pengarang terhadap katakteristik pelakunya, (2) gambaran yang diberikan pengarang lewat gambaran lingkungan kehidupan maupun caranya berpakaian, (3) memahami bagaimana jalan pikirannya, dengan melihattokoh itu berbicara mengenai dirinya sendiri dan bagaimana tokoh itu (4) dalam mereaksi tokoh yang lain. Penulis mengharapkan penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, antara lain bagi para pembacaini dapat digunakan sebagai bahan informasi, khususnya pencinta seni sastra, bagi pengapresiasi sastra penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan tentang penokohan tokoh, bagi calon peneliti lanjutanpenelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian berikutnya dengan mengambangkan masalah.
METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif karena (1) kontek penelitian sebagai sumber data bersifat alami dan utuh, (2) data penelitian berupa data verbal, bukan data numerik, yaitu kosa kata yang berupa kalimat dan paragraf dalam novel, (3) data itu disajikan dan dianalisis secara verbal, (4) dalam pengumpulan data, peneliti terlibat secara langsung sebagai instrument utama, (5) penelitian ini lebih berorientasi pada proses dari pada hasil sehingga pada saat penelitian berlangsung, rancangan penelitian bersifat sementara (tentatif) karena perumusannya terus menerus dikaji ulang dan dibenahi, (6) data penelitian dianalis secara induktif dengan menggunakan model analisis data kualitatif yang diperkenalkan oleh Miles dan Huberman, yaitu model alir, (7) digunakan kriteria khusus untuk pengecekan keabsahan temuan, yaitu teknik pemeriksaan data yang dilakukan secara berulang-ulang dan teknik triangulasi. Pendekatan ini dimaksutkan untuk mengidentifikasi, mendeskripsikan dan menganalisis penokohan tokoh Tinah dan tokoh Beyek dalam Novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Rancangan ini didasarkan beberapa pertimbangan sebagai berikut. (1) fokus kajian penelitian ini adalah kepribadian tokoh Tinah dan tokoh Sim dalam Novel Ibuk karya Iwan Setyawan, (2) kajian tersebut dimaksudkan untuk mengungkap, memilah dan menarik kesimpulan pandangan tokoh Ibuk dan Sim terhadap tokoh lain dalam Novel Ibuk karya Iwan Setyawan, dan (3) kajian penelitian ini dimaksudkan tidak untuk menguji teori, melainkan mengumpulkan data berupa deskripsi watak tokoh Tinah dan tokoh Sim dalam Novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Pemberian makna dari setiap gejala merupakan awal yang esensial bagi penelitian kualitatif
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 345
Dari uraian di atas, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Bokdan dan Biklan dalam Moloeng (1989:27) menyatakan bahwa penelitian kualitatif mempunyai karateristik, (1) menggunakan setting alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti sebagai instrument utama, (2) bersifat deskriptif, (3) lebih memperhatikan proses dari pada hasil, (4) menganalisis data secara induktif, (5) meaning (makna) merupakan perhatian utama. Selain itu membatasi studi dengan fokus dan pendekatan penelitian yang bersifat sementara. Jenis penelitian ini tergolong sebagai penelitian deskriptif karena ditinjau dari sifat cara penyajian dan cara menganalisis datanya. Data penelitian dapat berupa kata dan kalimat yang ada dalamNovel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah data verbal. Penelitian ini bersifat empiris yang bertujuan mendeskripsikan data apa adanya. Sebagai rancangan deskriptif, penelitian mempunyai ciri-ciri, (1) memusatkan pada masalah yang diteliti, (2) data yang dikumplakan disusun secara sistematis, kemudian dijelaskan dan dianalisis, (3) menjelaskan mengenai dasar-dasar metedologinya maupun mengenai detail teknis secara khusus. Pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti. Hal ini sesuai dengan ciri penelitian kualitatif yaitu peneliti sebagai instrumen utama dan sekaligus sebagai instrumen pengumpul data. Jadi kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat diperlukan agar peneliti dapat berinteraksi secara intensif dengan data penelitian, sehingga dikumpulkan data yang valid untuk memudahkan, menggunakan alat pengumpul data berupa tabel. Berikut ini tabel pengumpul data yang digunakan dalam penelitian. Teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan untuk menggali data yang diperlukan. Teknik
merupakan langkah awal untuk melaksanakan penelitian. Suatu teknik dapat dipakai agar mendapat kelancaran dan memperoleh hasil yang sistematis. Teknik yang dipergunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah metode dokumentasi. Penggunaan teknik ini disebabkan sumber informasinya berupa bahan tertulis atau tercatat dalam Novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut. (a) Membaca secara keseluruhan dan berulang-ulang novel yang diteliti. (b) Mengumpulkan dan menyeleksi data sesuai dengan tujuan penelitian (c) Menandai bagian yang digunakan sebagai data (d) Mengelompokkan data berdasarkan tabel yang telah disediakan dan memberi kode data. Prosedur pengumpulan data yang dilakukan untuk memperoleh data dalam penelitian ini adalah tekik dokumenter. Teknik dokumenter adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengkaji dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang akan dibahas. Adapun langkah-langkah nya sebagai berikut (a) Membaca Novel Ibuk karya Iwan Setyawan (b) Mencari literatur yang sesuai dengan tujuan penelitian (c) Meneliti penokohan Novel Ibuk karya Iwan Setyawan (d) Menandai data (e) Mengeluarkan data dari teks asli (f) Memasukkan data kedalam tabel (g) Memasukkan kode (h) Memberi kode Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model alir yang didasarkan pada pendapat Miles dan Huberman (1992:92) yang tebagi dalam tiga tahap. (1) tahap pereduksian
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 346
data, (2) tahap paparan data, dan (3) tahap penarikan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Ada dua tokoh penting dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, yaitu Tinah dan Sim. Dua tokoh ini yang diteliti dalam kajian ini. Analisis Tokoh Tinah (a) Kepribadian Tokoh Tinah Berdasarkan hasil analisis data, yang telah dilakukan peneliti, kepribadian tokoh Tinah digambarkan oleh penulis sebagai berikut. Anak Kecil itu duduk sendiri di sudut ranjang sambil melipat seragam warna kuning dan hijau pelan-pelan. Ia kemudian menyimpannya kedalam lemari. Ada kekecewaan dimata yang bening. Besok ia tidak akan kembali ke sekolahnya di Taman Siswa Batu. Matanya menerawang kesandal jepit yang biasa dia pakai ke sekolah. Air matanya menetes. Anak itu, Tinah, harus mengubur harapan untuk menyelesaikan sekolah. Ia jatuh sakit menjelang ujian kelas 6. Semenjak itu ia tidak kembali ke sekolah. Buat anak perempuan, tidak apa-apa tidak sekolah kata Mak Gin, ibunya. Tinah kehilangan harapan. (KT IBK H1) Dari data di atas digambarkan bahwa Tinah, sebagai seorang gadis kecil pelajar Sekolah Taman Siswa kelas 6 dan mengubur harapannya untuk memperoleh ijasah SD karena jatuh sakit menjelang ujian akhir. Ia menangis dan kecewa. Untuk lebih memperjelas kepribadian tokoh Tinah bisa dilihat pada paparan berikut ini Ketika menginjak 16 tahun, Tinah mulai membantu neneknya, Mbok Pah, berdagang baju bekas di Pasar Batu. Seragam kuning biru Tinah kini dipakai adik perempuannya Sriyati. Tinah jugalah yang membantu orang tuanya membayar sekolah Sriyati.
“Nah, entar kalau kamu sudah gedhe, kamu yang ngurus kios kecil ini ya,” kata Mbok Pah. Tinah tumbuh sebagai gadis lugu, rambut panjangnya diikat karet gelang tanpa poni. Anting-anting emas kecil menggantung ditelinga, memberikan sedikit kemewahan diwajahnya yang sederhana.(KT IBK H2-3) Dalam paparan data tersebut, Tinah digambarkan sebagai gadis yang berusia 16 tahun mulai membantu neneknya, Mbok Pah berdagang baju bekas dipasar Batu. Ia tumbuh menjadi gadis lugu, rambut panjangnya diikat karet gelang tanpa poni. Anting-anting emas kecil menggantung ditelinga, memberikan sedikit kemewahan diwajahnya yang sederhana. Paparan berikut ini makin memperkuat pernyataan kepribadian tokoh Tinah dalam novel Ibuk Karya Iwan Setyawan. Kulitnya kuning langsat. Matanya sesegar pagi di kaki Gunung Panderman. Diwajah Tinah ada ketenangan seperti kabut yang diamdiam menyelinap disela-sela rumah bambu, seperti angin pagi yang membawa kesejukan. Sepeti awan yang menggumpal di atas Gunung Arjuno. Putih sebuah keluguan yang bisa meluluhkan siapa saja yang mengenalnya. (KT IBK H3) Seperti umumnya novel yang selalu menceritakan tokoh-tokohnya dengan perkembangan yang ada dari paparan data di atas usia Tinah pun berubah antara 12 tahun hingga 16 tahun. Kepribadiannya tenang, tidak seagresif teman-teman sebayanya. Dalam paparan data berikutnya dideskripsikan. Malam berikutnya Sim datang lagi, ia masih mengenakan baju yang sama. Sandal jepit yang sama, celananya saja berbeda dari yang kemarin. Rambutnya klimis selalu. “Nah ini aku bawakan nasi goreng Pak Sidik. Tapi cuma satu bungkus.
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 347
Bagi ya sama Mbok Pah dan mbahmu,” ujar sang playboy pasar. Tinah membuatkan tes hangat lagi. Tinah masih belum percaya Ia datang lagi. Mereka masih banyak diam sambil menikmati minuman. Mbok Pah kadang-kadang ikut bergabung, memecah keheningan, dan bercerita tentang pasar dan anak-anaknya. Tinah dan Sim masih belum banyak berbicara. (KT IBK H12) Dari paparan data di atas, seperti keinginan Sim sebelumnya. Bahwa ia akan selalu datang mengunjungi Tinah wanita pujaannya. Sim membawa oleholeh nasi goreng Pak Sidik umtuk menyenangkan hati Tinah meskipun harus berbagi dengan Mbok Pah. Uang SPP. “Oh, besok tanggal 10 ya? Besok ya, Yek. Besok. Pasti ono kok!” kata Ibuk, memeriksa lembaran berisi laporan SPP. Selama ini Ibuk tak pernah telat membayar SPP semua anaknya. “Prioritas utama!” katanya meskipun ia sering tidak ingat tanggal berapa, bahkan lupa hari apa hari ini. Anak-anaknya selalu mengingatkan Ibuk untuk membayar SPP. Seperti malam ini. “Oh, coba cek Le, itu ada uang dibawah bantal. Kamu hitung, cukup tah?” kata Ibuk dengan semangat. Wajah Ibuk sumringah. (KT IBK H60) Berdasarkan kutipan di atas menunjukkan tokoh Tinah setelah menikah dengan Sim dan dikaruniai anak pria satu-satunya, Bayek siswa SDN Ngaglik 1 Batu setelah kelahiran kedua kakaknya Isa dan Nani yang selalu meminta Ibuk untuk tidak terlambat membayar SPP, tapi Tinah selalu menyisihkan uang di bawah bantal untuk melunasi SPP anak-anaknya. Sudah menjadi kebiasaan anakanak Ibuk selalu meminta doa. Isa dan adik-adiknya baru berangkat ke sekolah setelah Ibuk menjawab iya, Ibuk doakan semoga semua bisa
mengerjakan ujian dengan lancar. Semua dapat nilai bagus. Kadang Bayek masih bilang, “Buk, benar ya, entar doakan lagi! Begitulah doa dan perjuangan Ibuk dan Bapak tidak pernah berhenti untuk anak-anaknya, semangat juang anak-anaknya juga selalu segar untuk menuntut ilmu di sekolah. Mereka melangkah bersama, mereka memperkuat satu sama lain. Beberapa tahun berlalu, kelima anak Tinah semakin besar, biaya sekolah semakin mahal. Tinah berusaha menyelamatkan anak-anaknya lewat bangku sekolah. Setelah lulus SMA, Bayek mendapatkan PMDK di Jurusan Statistika IPB Bogor. “Kamu mesti pergi, Le! Ibuk akan cari jalan.” Sementara itu Bayek harus memberikan jawaban ke sekolah dalam waktu seminggu! “Buk, gimana ini?” Tanya Bayek tiap hari. Ibuk selalu memberi jawaban yang sama, kamu mesti pergi! Kamu mesti pergi!. Meskipun masih belum tahu bagaimana membiayai Bayek. (KT IBK H133) Berdasarkan kutipan di atas akhirnya Bayek pergi ke Bogor, kuliah. Tidak menjadi sopir angkot seperti Bapak, tetapi menjadi mahasiswa anak laki-laki Ibuk meninggalkan rumah kecilnya. Melawan rasa takut, rasa kangen akan rumah kecil di Gang Buntu. Hampir setiap hari Bayek menelepon Ibuk. Ibuk selalu menguatkannya. “Sing tabah Le, kamu kuliah yang pinter. Enggak apa-apa jauh dari keluarga sebentar. Biar kamu nanti dapat kerja bagus. Yang penting, jangan pernah telat makan. Jangan takut, Le. Coba dulu,” nasehat ibu lewat telepon. (KT IBK H135) Tak disangka, anak laki-laki satusatunya yang ditahun pertama dulu sudah ingin kembali ke Batu, sekarang menjadi sarjana dan lulusan
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 348
terbaik dari jurusan MIPA dengan IPK 3.52. Salah satu kata kunci dari definisi kepribadian adalah penyesuaian (adjustment). Menurut Alexander A. Schneiders, (dalam Yusuf dan Nurihsan 2011:12).“Penyesuaian itu dapat diartikan sebagai suatu respon individu, baik yang bersifat behavioral maupun mental dalam upaya mengatasi kebutuhan-kebutuhan dari dalam diri, tegangan emosional, frustasi dan konflik dan memelihara keharmonisan antara pemenuhan kebutuhan tersebut dengan tututan (norma) lingkungan. Freud membagi struktur kepribadian ke dalam tiga komponen, yaitu id, ego dan superego. Prilaku seseorang merupakan hasil interaksi antara ketiga komponen tersebut.(Yusuf dan Nurihsan 2011:41) Pandangan Tokoh Tinah Dari hasil analisis data, yang telah dilakukan peneliti, pandangan tokoh Tinah terhadap tokoh lain dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan digambarkan oleh penulis sebagai berikut. Aspek pandangan tokoh Tinah terhadap tokoh Sim dideskripsikan sebagai berikut. Keesokan harinya Sim sarapan di tempat yang sama. Seperti biasa ia menyapa Mbok Pah. Matanya kembali berbicara dengan mata Tinah. Ah, mungkin ia hanya menggodaku. Gadis desa yang tak lulus SD ini, pikir Tinah. (PT IBK H7) Dari data di atas digambarkan bahwa Tinah berpandangan Sim hanya menggodanya saja tidak bersungguhsungguh terhadap dirinya anak desa yang tidak lulus sekolah dasar di Taman Siswa Batu. “Nanti malam ada yang mau ketemu kamu. Kata Mbok Pah mengejutkan Tinah pagi itu. “Wah, sopo Mbok?” Tanya Tinah. “Gini Nah, sudah lama Mbok Pah mau ngomong ini tapi tidak enak. Sudah
beberapa minggu ini ada yang nanyain kamu terus, namanya Lek Hari. Mungkin seumuran sama Sim. Dia sudah punya rumah sendiri. Mencetak batu bata jelas mbok Pah. Tinah diam sejenak. Ia melirik Mbok Pah yang sedang menggantungkan baju-baju di depan kios. “Yah… Masa kamu nggak mau orang yang sudah mateng dan sebaik dia.?” Kata Mbok Pah meyakinkan. “Apa kau masih pilih Sim itu. Ganteng iya, tapi Mbok rasa dia belum mateng, Nah. Belum siap. “Masa kamu mau menunggu?” Tinah masih terdiam. Ia tak berani menyangkal Mbok nya. Ia teringat permintaan Sim setelah pulang dari Pujon kemarin. Nah … kamu mau nggak hidup susah sama aku. Kita, hidup berdua “Mbok, aku gak mau pilih-pilih,” jawab Tinah akhirnya. “Sim itu hidupnya gak seperti Lek Hari tapi orangnya apikan.” Kini justru Mbok Pah yang diam. Ia sudah tahu apa yang menjadi pilihan cucunya (PT IBK H21) Dari data di atas digambarkan bahwa Tinah tidak goyah dengan pendiriannya meskipun Lek Hari mau meminangnya, tapi Tinah sudah menentukan pilihannya. Seorang pemuda ganteng bernama Sim, yang diharapkan sebentar lagi akan mengarungi mahligai bersamanya hanya tinggal menunggu ayah kandungnya yang masih berada di Yogyakarta Dihati Tinah sudah Tidak ada lagi ruang untuk laki-laki lain selain Abdul Hasyim pria tampan yang mampu sebagai nahkoda dalam hidupnya. Menurut pandangan Tinah, Sim orangnya apikan tidak hanya memberikan harapan tapi mereka akan memperkuat satu sama lain. Karena Sim pria terbaik untuknya. Meskipun Sim tidak semapan dan sebaik Lek Hari. Bulan berikutnya, Sim bersama keluarga Mbak Gik berjalan dari Jalan Darsono ke Gang Buntu. Mereka menanyakan Ngatinah
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 349
kepada keluarganya. Rambut klimis Sim menutup kopiah hitam. Seperti lebaran, ia membeli baju baru, celana baru, juga sandal baru. Abdul Hasyim tak pernah terlihat segagah dan setampan ini. Ia terlihat seperti pegawai kelurahan, bukan sopir angkot. Ah, ternyata benar, ia mirip bintang film india itu, piker Tinah (PT IBK H23-24) Dari data di atas digambarkan bahwa pada saat Sim bersama keluarga melamar Tinah, ia mengagumi ketampanannya, Tinah berpandangan Sim seperti bintang film India Amitabh Bachchan Aspek pandangan tokoh Tinah terhadap tokoh Isa dideskripsikan sebagai berikut. Ibuk ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ibuk mulai membayangkan mereka pergi ke sekolah dengan sepatu kecil, dengan seragam merah putih. Lulus SD, tidak seperti ia dulu. (PT IBK H122) Dari paparan di atas, Tinah mengnginkan anak-anaknya melanjutkan ke sekolah Lampu didapur masih menyala Ibuk melihat wajah anaknya satu-satu sebelum akhirnya mengelus rambut Isa yang duduk disampingnya. “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lukus SD, gak iso opo-opo. Aku mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah…,” kata Ibuk. (PT IBK H6061) Dari paparan di atas, Tinah berharap Isa harus melanjutkan ke SMP agar hidupnya tidak sengsara seperti dirinya Saat Isa menginjak 6 bulan, Ia sudah mulai bisa makan bubur beras merah yang saat itu masih mudah didapatkan di Pasar Sayur Batu. “Biar anak-anakmu pinter kalau besar nanti,” kata Mak Gini. Mulai
saat itu, bubur beras merah tidak bisa terlupakan. Ibuk ingin anak-anaknya tumbuh menjadi anak yang cerdas. Ibuk mulai membayangkan mereka pergi ke sekolah dengan sepatu kecil, dengan seragam merah putih. Lulus SD, tidak seperti ia dulu.(PT IBK H32) Dari data di atas digambarkan bahwa Ngatinah seorang gadis desa yang lugu telah memberikan hatinya menjadi seorang istri, tak ada janji yang terungkap dari mulut mereka. Tapi hati mereka telah berikrar untuk mencintai satu sama lain. Saat melahirkan Isa anak pertama, Ibuk masih berumur 18 tahun. Perempuan jaman dulu sudah matang wes ngerti urip,ketika Tinah menikah dengan Sim, hanya berbekal keberanian untuk menjalani hidup bersama. Saat Isa menginjak usia 6 bulan sudah bisa makan bubur beras merah yang didapat dari Pasar Sayur Batu yang menurut Mbak Gik agar Isa menjadi pintar dan Ibuk berharap Isa dan anak-anaknya menjadi cerdas. Mereka tidak memiliki perencanaan bagaimana membesarkan anak, dimana mereka akan tidur kelak, apalagi tentang pendidikan. Sama sekali tidak terbesit di benak mereka. Tetapi Ibuk selalu berpandangan, agar anakanaknya memperoleh pendidikan yang layak. Tidak seperti dirinya yang hanya mengenyam pendidikan, tidak lulus SD. “Buk tahun depan aku ke SMP!”. Kali ini pertanyaan Isa. Ibuk tidak langsung menjawab. Mira sudah terlelap di pangkuannya. Dunia dalam berita tampak di tayangkan statsiun TV satu-satunya, TVRI, tapi tidak ada yang menyimak. Bapak belum pulang juga. Lampu didapur masih menyala Ibuk melihat wajah anaknya satu-satu sebelum akhirnya mengelus rambut Isa yang duduk disampingnya. “Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lukus SD, gak iso opo-opo. Aku mek iso masak tok. Ojo
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 350
koyok aku yo nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah…,” kata Ibuk. Tinah berharap Isa harus melanjutkan ke SMP agar hidupnya tidak sengsara seperti dirinya.(PT IBK H60-61) Dari data di atas digambarkan bahwa Tinah berharap Isa harus melanjutkan ke SMP agar hidupnya tidak sengsara seperti Tinah, ia tidak lulus SD, tidak bisa apa-apa dan berbuat banyak untuk keluarga. Tinah merasa cukup dia saja yang tidak sekolah. Watak Tokoh Tinah Dari hasil analisis data, yang telah dilakukan peneliti, watak tokoh Tinah dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan digambarkan oleh penulis sebagai berikut. Ada kekecewaan di matanya yang bening, besok ia tidak akan kembali ke sekolahnya di Taman Siswa Batu. Matanya menerawang ke sandal jepit yang biasa ia pakai kesekolah. Air matanya menetes. Anak itu Tinah, harus mengubur harapan untuk menyelesaikan sekolah. (WT IBK H1) Dari paparan data di atas pengarang menggambarkan tokoh Tinah memiliki perasaan halus. Ia terharu dengan meneteskan air mata karena tidak bisa melanjutkan sekolah di Taman Siswa Batu menjelang ujian akhir sekolah, Tinah jatuh sakit. Karena perasaan halusnya, Tinah menurut saja pada Mbok Pah untuk berhenti sekolah. Disebalah Mbok Pah, ada penjual tempe. Cak Ali namanya. Matanya tak pernah terlepas dari Tinah. Ia sering memberi tempe untuk Tinah sebelum menutup kiosnya. Kadang Tinah membawakan sarapan buat Cak Ali. Tempe goreng atau sambal goreng tempe masakannya. Tapi Tinah pemalu, ia jarang sekali berbincang dengan pemuda itu. Ia selalu tenggelam dibalik tumpukan baju dagangan Mbok Pah hingga sore hari, makan siangpun dibalik tumpukan baju itu. Cak Ali pernah
menawarkan untuk mengantar Tinah pulang dengan sepeda pancalnya. Tapi tinah memilih pulang berjalan kaki dengan Mbok Pah(WT IBK H3) Dari paparan data di atas menunjukkan watak Tinah tegas dan keras dalam pendiriannya. Ia menolak, ajakan Cak Ali untuk mengantarkannya pulang dengan sepeda pancal kebanggaannya, meskipun Cak Ali selalu baik kepada Tinah dan keluarganya. Ia memilih berjalan kaki dengan Mbok Pah. “Nah kamu sudah 17 tahun sekarang, wes perawan.” Kata Mbok Pah sembari memberikan teh hangat yang ia pesan dari warung sebelah. Uap putih mengepul dari mulut gelas. “Perawan seusiamu sudah mulai berumah tangga,” lanjutnya. “Kamu mau tah aku jodohin dengan Cak Ali. Dia sudah punya kios sendiri buat jualan tempe, loh wes mateng wonge” Tinah hanya diam menikmati teh hangatnya. Temenan nah, sebelum direbut orang, loh tuh kerjanya sebentar-sebentar memandangmu,” canda mbok Pah. Nah ingat yah, dia sudah sering kasih kita tempe looh. Kamu juga sering bawain sarapan buat dia gitu. Muka Tinah memerah.(WT IBK H3-4) Dari paparan data di atas menunjukkan Tinah sososk pemalu, ketika Tinah akan dijodohkan dengan Cak Ali mukanya merah padam, menahan rasa malu. Apalagi terhadap lelaki yang tak disukainya. Ia juga berpendirian tegas kalau memang tidak disukai, Ia menolak untuk dijodohkan sebagai wanita pendamping hidup pria pilihan Mbok Pah. Tinah berdandan sendiri. Ia membeli bedak viva malam sebelum pernikahannya di pasar malam Batu. Gincu merah juga dibeli untuk pertama kali. Ia tak pernah berdandan selama ini.Sepatu sandalnya warna coklat tua, didapat dari kiosnya sendiri. Sepatu sandal bekas yang
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 351
telah dipoles mengkilat oleh Bapak Mun, Ia memakai sanggul yang biasa di pakai Mak Gini ke pegadaian, kata para tetangga yang hadir di pernikahan itu. Ngatinah seperti Leni Marlina, bintang film yang terkenal saat itu.(WT IBK H25) Dari paparan data di atas Tinah berwatak sederhana, lugu dan apa adanya. Ia tidak pernah berdandan, seperti kebanyakan wanita sebayanya yang pergi ke salon untuk merias diri. Ia hanya membeli bedak viva dan gincu merah dipasar malam Batu menjelang pernikahannya dengan Sim. dan memakai sepatu sandal bekas yang dipoles mengkilat oleh bapak Mun dan sanggul pinjaman yang biasa dipakai Mak Gini ke pegadaian. Aku, bukan tak pernah bertanya, opo aku iki ibuk sing bertanggung jawab? Melahirkan lima orang anak. Suamiku hanya seorang supir angkot?Bisik ibuk kepada dirinya sendiri. Matanya berkaca-kaca. Aku ngelairno anak tanpa tahu bagaimana pendidikannya kelak. Bagaimana hidupnya kelak. Ibuk diam sejenak dan menerawang. Ia pandangi langitlangit dapur yang penuh jelaga. (WT IBK H52) Dalam paparan di atas, Sim yang hanya seorang sopir angkot, mampunkah menghidupi keluarga dan anak-anaknya sebagai rasa tanggung jawab dalam mengarungi kehidupan. Tinah merasa ragu-ragu dan pesimis. Ah, semuanya. Semuanya. Hidup penuh dengan keprihatinan. Tidak mudah dimengerti oleh anak-anak tapi Ibuk ingin menyelamatkan mereka. Hidup dengan kesederhanaan untuk masa depan keluarga. “Berapapun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan. Nabung! Kamu bisa jatuh sakit. Harus ke dokter dan itu tidak murah.
Titik hidupmu tidak untuk sekarang saja. Hidupmu masih panjang,” Pesan Ibuk yang tidak mempunyai rekening di Bank. Ibuk selalu menabung di bawah tumpukan baju di lemari tua. (WT IBK 102) Dengan berhemat dan menabung dibawah tumpukan baju-baju, Tinah menginginkan untuk menyelamatkan masa depan kehidupan anak-anaknya bila suatu saat kebutuhan hidup itu mendesak sekecil apapun keuangan harus disiapkan. Tinah berwatak sederhana, hemat dan apa adanya. (b) Analisis Tokoh Sim Kepribadian Tokoh Sim Berdasarkan hasil analisis data, yang telah dilakukan peneliti, kepribadian tokoh Sim digambarkan oleh penulis sebagai berikut. Pagi yang biasa. Pagi yang ramai di pasar Batu, di depan kios Mbok Pah, jejeran angkot mulai menurunkan penumpang. Sebagian besar adalah ibu-ibu yang ingin belanja. Hampir semua memakai sandal jepit dan menenteng tas kresek kosong. Para sopir angkot dan kenek pun banyak yang turun untuk sarapan. Salah satunya, anak muda berusia sekitar 23 tahun. Seorang kenek yang telah lebih dari setahun datang dan pergi bersama angkotnya di Pasar Batu. Ia terlihat berbeda dari sopir atau kenek lain. Pakaiannya selalu rapi. Tatapan matanya melankolis tapi tajam. Badannya tidak tinggi tapi gagah, gayanya flamboyan. Alisnya tebal dan bibirnya penuh, ia dekat dengan semua orang, dari ibu-ibu sampai preman. Ia di cap sebagai playboy pasar. Seperti biasa, playboy pasar itu mencari sarapan bersama sopir angkotnya. Baju putihnya yang usang tak mengurangi ketampanannya. Orang bahkan akan melupakan sandal jepit tipis yang ia kenakan. Jalannya sedikit terburu-buru menuju
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 352
warung langganan yang terletak sekitar lima kios dari kios kecil Mbok Pah. Ia menyapa beberapa pedagang yang dilewatinya termasuk Mbok Pah. Tinah tak terlihat, Ia selalu berada di belakang tumpukan baju bekas. Hanya sesekali ia keluar dari kios kecilnya. Selesai sarapan playboy pasar itu keluar dari warung. Keringat menetes di dahinya, rambutnya masih klimis, asap rokok sesekali mengepul dari mulutnya. (KT IBK H4-5) Dari paparan data di atas, dalam suasana pagi yang ramai di pasar Batu. Sim Playboy pasar adalah sosok anak muda berusia 23 tahun, pakaiannya selalu rapi, badannya tidak tinggi tapi gagah, seorang kenek angkot yang sudah hampir setahun datang dan pergi bersama angkotnya. Ia berkepribadian unik yang membedakan playboy pasar dengan anak muda sebayanya, ia ramah dan suka menyapa beberapa orang dan pedagang yang dilewatinya. Kini hanya Tinah dan Playboy pasar berdua. Keduanya tak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Mereka bahkan tak berani menatap mata masing-masing. Sim kemudian menyalakan rokok. Suara kretek yang terbakar terdengar jelas ditengah keheningan ruang tamu. Tinah kembali meneguk air putih. “Mas tinggal di mana?”Tanya Tinah memulai perbincangan dengan sedikit gugup. “Aku tinggal di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Sama kakak angkatku, Mbak Gik. Baru empat tahun ini. Sebelumnya aku di Malang, ikut orang tua angkat. Setelah mereka meninggal, baru ikut kakak angkatku di Batu.” Jelas Sim. “Oh,” desah Tinah. “Sekarang aku ikut narik angkot suami kakak angkatku itu. “Sudah berapa tahun?”
“Sejak aku tidak bisa melanjutkan SMP.Kamu sendiri asli sini?” tanya Sim balik. (KT IBK H10) Dari paparan di atas, menyatakan Sim dan Tinah malu untuk memulai pembicaraan, ada keheningan dan kehangatan di ruang tamu. Saat Tinah menanyakan alamat Sim, ia dengan tegas menjawab bahwa Sim ikut kakak angkatnya di Jalan Darsono Desa Ngaglik Kota Batu. Sim berkepribadian tegas. Waktu berlalu dengan cepat. Delapan bulan sudah Tinah mengenal kenek angkot itu, sang playboy pasar yang berambut klimis. Delalapan bulan sudah hatinya terkurung untuknya. Demikian juga Sim. Ada nafas baru dalam hidupnya. Hatinya tak lari kemana-mana lagi, Sim tak lagi menemui Suci, anak juragannya di Malang. Kini ada gadis desa lugu yang selalu menghangatkan dan menyegarkan hidup Sim yang sendiri. Cak Ali masih sering memberi tempe kepada Tinah, meskipun ia tahu, sang playboy pasar telah memenangkan hati Tinah. Cinta membutuhkan sebuah keberanian untuk membuka pintu hati. (KT IBK H15) Dari paparan data di atas menunjukkan waktu berlalu begitu cepat dengan kesungguhan hatinya Sim telah menentukan pilihannya, Tinah dan Sim tak lagi mengunjungi Susi anak juragannya yang berada di Malang, Sim berkepribadian tegas dengan menentukan wanita pilihannya. Setelah Sim menurunkan penumpangnya satu demi satu, mobil melaju pulang. Mereka melewati jalan yang gelap dan sepi. “Ginilah hidupku, Nah. Tiap hari seperti ini. Dari pagi sampai malam. Dari Minggu sampai Minggu lagi. Ngangkot terus. Demi hidup,” kata Sim pelan. Saat memasuki Desa Sanggrahan Sim menatap Tinah, sejenak sebelum
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 353
akhirnya, memberanikan diri meraih tangannya. Telapak tangan Sim yang dingin, menyentuh telapak tangannya. Wajah Tinah memerah. Keduanya terdiam sejenak, sampai Tinah bilang, “Eh, jangan nyetir pakai tangan satu. Bahaya!” Angkotpun sampai di depan Gang Buntu. Mereka berjalan menuju rumah Mbok Pah. Tak ada seorangpun berjalan di sana malam itu. Keheningan yang hening. Hanya langkah kaki mereka berdua yang terdengar.(KT IBK H19-20) Dari paparan data di atas, Sim menyatakan keterusterangannya, bahwa hidup tidak semudah yang Tinah bayangkan, sehari-hari ia ngangkot terus sebagai bagian dari kehidupan Sim. Ia berkepribadian terbuka, jujur dan apa adanya. Akhirnya hajatan pertama dikeluarga Ngatinah tiba. Ijab Kabul dilaksanakan di ruang tamu, tempat mereka pertama kali berbincang. Terob kecil, tempat melempar janur kuning dipasang di depan rumah Mbok Pah. Mempelai duduk di atas kursi rotan dengan hiasan rangkaian bunga melati yang sederhana dan harum. Tak ada tenda didepan rumah. Jas yang dipakai Sim terlihat sedikit kebesaran. Ada mawar putih kecil di saku kirinya. “Ini jas pemberian bapak, yang tinggal di Jogja” katanya kepada Tinah. Malam pertama mereka berada di rumah Mbak Gik, tak ada selimut di atas dipan kayu mereka. Yang ada hanyalah kain jarik yang dipakai Tinah pada pesta pernikahan tadi. (KT IBK H24-25) Dari paparan data di atas, sebagai kesungguhan jalinan cinta Sim terhadap Tinah, ia menikah dengan sederhana dan melalui malam pertama di rumah kakak angkatnya Mbak Gik. Sim berkepribadian sederhana.
Wajah bapak muram, ia menghabiskan makan malamnya. Tangannya masih berlepotan oli. Rambutnya kumuh, mukanya hitam terbakar panas matahari. “Oalah Nah, kerja mulai jam 6 pagi narik penumpang, eh mobil mogok lagi. Rusak lagi, Masih ada tah belanja buat besok?” tanya Bapak. Sebelum ayam berkokok. Bapak sudah terbangun. Ia masih mengenakan baju yang dipakai tadi malam. Sandal jepit Swallow warna biru tua menanti di depan pintu rumahnya. Ia segera menghidupkan mesin mobil. “Nah aku narik dulu ya,” pamit Bapak. Keneknya sudah menunggu di depan gang. Warna pagi mulai merona dibalik Gunung Semeru. Sedikit terangnya menyapa kegelapan di puncak Gunung Panderman dan Gunung Arjuno. Pukul sepuluh pagi, Bapak kembali kerumah. Tak seperti biasanya. “Nah, ini segera kesekolah Bayek. Bayar uang buku dan minta rapornya.” kata Bapak ia menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan dan seribuan yang ia kumpulkan sejak pagi. Setelah mencium pipi Mira Bapak segera kembali ke angkot. “Ada penumpang menunggu di mobil,” katanya terburu-buru. Ibuk belum sempat bilang apa-apa. Tak terucap terimakasih tapi wajahnya penuh syukur. (KT IBK H68-69) Berdasarkan paparan data di atas, meskipun mobil angkot Sim seringkali mogok dan uang Buku Bayek belum terbayarkan, ia selalu berusaha memikul rasa tanggungjawab untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Sim berangkat pagi-pagi sekali menarik angkot setelah jam sepuluh siang. Pulang ke rumah dengan membawa uang untuk melengkapi persyaratan administrasi mengambil rapor Bayek.
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 354
Sim berkepribadian tanggungjawab dan penuh rasa cinta pada keluarga. Berpuluh-puluh tahun Bapak menelusuri jalanan untuk menghidupi keluarga. Ia tidak pernah berhenti, Ia tidak pernah menyerah, terus berjuang untuk anak-anak dan keluarga. Tidak lulus SMP, beliau menjadi kenek angkot. Menjadi supir angkot untuk orang lain saja tidak cukup, bapak mencoba menabung untuk membeli angkot bekas, Ia tak pernah berhenti berjuang menghidupi kelima anaknya. Dengan apapun yang ia miliki. Hidup Bapak penuh dengan gelombang besar. Tidak mudah, tapi Bapak selalu memikul tanggung jawab dengan berani. Bapak tidak pernah menyuruh anak-anaknya untuk belajar dengan rajin atau bekerja keras seperti dia. Tapi anak-anak melihat perjuangan Bapak yang gigih lewat tangan Bapak yang selalu belepotan oli. Bapak yang sering pulang tengah malam. Kulit Bapak yang semakin gelap. Inilah yang memacu anakanak untuk berjuang sekeras Bapak. Perjuangan Bapak melahirkan harapan buat kelima anaknya. Semangat Bapak membakar semangat kelima anaknya. Kebahagiaan akan terasa lebih manis, lewat sebuah perjuangan yang sepenuh hati. (KT IBK 141-142) Dari paparan data di atas lebih memperkuat kepribadian Sim yang optimis penuh rasa tanggungjawab dan cinta keluarga. Sim selalu bekerja keras selama sekian puluh tahun untuk menghantarkan anak-anaknya kepada kehidupan yang lebih baik dengan tetap bersekolah sebagai harapan masa depan kelima anak-anaknya. Pandangan Tokoh Sim Dari hasil analisis data, yang telah dilakukan peneliti, pandangan tokoh Sim terhadap tokoh lain dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan digambarkan oleh penulis sebagai berikut.
Hening kembali menyapa. Kesunyian Batu di malam hari adalah melankoli yang bening. Angin berhembus dari celah jendela, melaimbai-lambaikan korden coklat muda di samping kursi Sim. Mbok Pah meninggalkan ruang tamu, menyiapkan makan malam untuk suaminya. Kini hanya Tinah dan playboy pasar berdua. Keduanya tak tahu bagaimana memulai pembicaraan. Mereka bahkan tak berani menatap mata masing-masing. Sim kemudian menyalakan rokok. Suara Keretek yang terbakar terdengar jelas di tengah keheningan ruang tamu. Tinah kembali meneguk air putih. “Mas tinggal dimana?” tanya tinah memulai perbincangan dengan sedikit gugup. “Aku tinggal di Jalan Darsono, Desa Ngaglik. Sama kakak angkatku, Mbak Gik. Baru empat tahun ini. Sebelumnya aku di Malang, ikut orangtua angkat. Setelah mereka meninggal, baru ikut kakak angkatku di Batu.” Jelas Sim “Oh,” desah Tinah “Sekarang aku ikut narik angkot suami kakak angkatku itu. Sudah beberapa tahun. Sejak aku tidak bisa melanjutkan SMP. Kamu sendiri asli di sini?” tanya Sim balik. “Oh, aku ………. Aku asli sini. Sejak lahir tinggal di Gang Buntu sini. Tidak pernah ke kota lain. Sehari-hari aku membantu Mbok Pah jualan baju di Pasar. Ya, seperti Mas lihat kemarin. Mau kerja apa lagi? SD juga ngak lulus,” jawab Tinah, gugup. “Oh, begitu. Enak kamu bisa dekat sama bapak, ibu, dan mbahmbahmum,” balas Sim. Matanya menerawang. Ia kemudian bercerita tentang hidupnya. Sim belum pernah melihat wajah orangtua kandungnya yang tinggal di Yogya. Ketika berumur 3 bulan Sim
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 355
diasuh oleh saudara bapaknya yang tinggal di Malang. Ketika kelas 2 SMP, orangtua angkatnya meninggal dunia. Sim tidak bisa meneruskan sekolah lagi. Semenjak itu Sim menjadi kenek angkot untuk menghidupi dirinya. Di usia yang masih belia, Sim sudah mencari makan sendiri, sudah mandiri. (PT IBK 9-10) Dari paparan data di atas, Sim berpandangan begitu enaknya Tinah yang bisa dekat dengan keluarga, Bapak, Ibuk dan Mbah-Mbahnya. Tidak seperti diri Sim yang belum pernah melihat wajah orangtua kandungnya yang tinggal di Yogya karena saat Sim berumul 3 bulan diasuh oleh saudara Ayahnya yang tinggal di Malang sebagai ayah angkat dan saat SMP Ayah angkatnya meninggal. Kini hidup Sim dihabiskan bersama kakak angkatnya Mbak Gik di Jalan Darsono Ngaglik kota Batu. Hari demi hari, Sim berusaha membulatkan tekadnya. Ia ingin segera menanyakan Ngatinah kepada keluarganya. Ia ingin meminang Tinah. Orangtua kandung Sim jauh di yogya dan ia sendiri belum pernah ketemu mereka. Sementara, orangtua angkatnya yang tinggal di Malang telah tiada. Sim hanya bisa meminta tolong kepada kakak angkatnya, Mbak Gik. “Sim, orang berumah tangga itu nggak gampang. Kamu sudah siap tah punya istri dan anak kelak? Kamu kan baru saja bisa narik angkot sendiri?” tanya Mbak Gik. “Si Ngatinah iki wongeapikan.Gak macem-macem. Bisa hidup susah seperti aku,” jawab Sim “Lah! Ya jangan sampai diajak hidup susah Sim……” timpal Mbak Gik. “Cari rejeki bareng maksutku. Berjuang bareng. Anaknya gak manja. Mau kerja keras juga.” Jelas Sim. (PT IBK 22-23)
Dari paparan data di atas, Sim berusaha membulatkan tekadnya untuk meminang Tinah, wanita yang tidak manja dan mau bekerja keras seperti dirinya. Ia ingin mengarungi bahtera hidupnya. Setelah 9 bulan dan entah lebih beberapa hari, air ketubanpun pecah. Dari Rahim Ibuk terlahir harapan besar. Ibuk dan Bapak. Anak lakilaki pertama dalam keluarga Abdul Hasyim. Bayek. Bapak tak pernah terlihat sebahagia saat itu. Ia tinggalkan angkotnya beberapa hari. Bayek tak pernah lepas dari gendongannya. Ia tak sabar mengajak anak lanangnya bermain layangan! Ia ingin mengajak anak lanangnya keliling Kota Batu dengan angkotnya. Bapak ingin membongkar angkot bersama Bayek Kamar merekapun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Bapak telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu. (PT IBK 35-36) Dari paparan data di atas, setelah kelahiran Bayek putra laki-laki satusatunya, ia sangat bahagia sampai meninggalkan angkotnya beberapa hari. Ia berpandangan, anak laki-laki satusatunya mampu membantu kesulitan Sim apabila suatu saat membongkar mobil angkotnya. Watak Tokoh Sim Sore itu, seperti janjinya, sopir angkot baru itu menunggu Tinah di depan Gang Buntu. Beberapa penumpang di angkotnya juga ikut menunggu. Ada sekitar tujuh orang langganan Sim di dalam mobil Mitsubishi Colt T tua itu. Setelah menjemput Tinah, angkot melaju melalui jalanan Kota Batu. Melewati Taman Makam Pahlawan, Desa Sanggrahan, dan Desa Songgokerto. Suasana angkot meriah di sepanjang perjalanan kenek dan
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 356
para penumpang meledek Sim dan Tinah. “Sim, kamu kapan berani melamar? Sudah mampu tah?” tanya penumpang yang duduk di pojok kiri belakang. Sebelum Sim menanggapi, penumpang yang duduk paling depan menimpali, “Nah, sopir angkot tu banyak godaannya loh dijalan! Hatihati!” Tinah hanya diam, sesekali dia tersenyum. “Ah, namanya juga cinta”, jawab sang sopir angkot singkat dengan senyumnya, bangga. Sampai di perbatasan Batu dan Pujon, Tinah mulai mual-mual. Mulutnya ditutup rapat dengan sapu tangan yang memang sudah ia persiapkan dari pagi hari. “Nah ini kresek, kalau kamu mau muntah,” ucap Sim. mobil berhenti Tinah tak tahan dan langsung muntah, “Maaf ya, jadi begini,” ujar Tinah. “Gak papa, Nah. Aku yang minta maaf. Kamu jadi muntah-muntah begini. Ini minum air putih dulu,” kata Sim merasa bersalah. Setelah Sim menurunkan penumpangnya satu demi satu, mobil melaju pulang. Mereka melewati jalanan yang gelap dan sepi. (WT IBK 18-19) Kutipan di atas menggambarkan Sim selalu ingin menepati janjinya untuk menjemput Tinah di depan Gang Buntu sebagai kesungguhan rasa cinta walau ada beberapa penumpang di dalam angkotnya yang harus diantarkan di sekitar Kota Batu. Waktu berlalu dengan cepat. Delapan bulan sudah Tinah mengenal kenek angkot itu, sang playboy pasar yang berambut klimis. Delapan bulan sudah hatinya terkurung untuknya. Demikian juga Sim. Ada napas baru dalam hidupnya. Hatinya tak lari kemana-mana lagi. Sim tak lagi menemui Suci, anak juragannya di Malang.(WT IBK 14-15)
Kutipan di atas menggambarkan Sim membulatkan tekadnya untuk bersungguh-sungguh mencintai Tinah dengan tak lagi menemui Suci anak juragannya di Malang. Hari demi hari, Sim berusaha membulatkan tekadnya. Ia ingin segera menanyakan Ngatinah kepada keluarganya. Ia ingin meminang Tinah. Orangtua kandungnya Sim jauh di Yogya dan ia sendiri belum pernah bertemu mereka. Sementara, orangtuanya yang tinggal di Malang telah tiada. Sim hanya bisa meminta tolong kepada kakak angkatnya, Mbak Gik. (WT IBK 22-23) Dari paparan data di atas, sebagai bentuk rasa cinta dan kesungguhan Sim pada Tinah. Ia ingin segera melamar, sementara ia belum pernah bertemu ayah kandungnya di Yogya dan ayah angkatnya di Malang telah meninggal. Ia ingin meminta tolong pada kakak angkatnya Mbak Gik untuk meminang Tinah dan segera melangsungkan pernikahan. Sebelum ayam berkokok Bapak sudah terbangun. Ia masih mengenakan baju yang di pakai tadi malam. Sandal jepit Swallow warna biru tua menanti di depan pintu rumahnya. Ia segera menghidupkan mesin mobil. “Nah, aku narik dulu ya,” pamit Bapak. Keneknya sudah menunggu di depan gang. Warna pagi mulai merona di balik Gunung Panderman dan Gunung Arjuna. Pukul 10 pagi Bapak kembali kerumah, tak seperti biasanya. “Nah ini segera ke sekolah Beyek. Bayar uang buku dan minta rapotnya.” Kata Bapak. Ia menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan dan seribuan yang ia kumpulkan sejak pagi. Setelah mencium pipi Mira, bapak segera kembali ke angkot. “Ada penumpang menunggu di mobil.”
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 357
Katanya terburu-buru. (WT IBK H 69) Dari paparan data di atas, Sim adalah seorang pekerja keras, ia berangkat bekerja menarik angkot sebelum ayam berkokok dan memberikan beberapa lembar uang tengah hari berikutnya untuk membayar tunggakan uang buku Bayek sebagai syarat pengambilan rapor. Berkat kerja keras bapak, keuletan Ibuk untuk hidup prihatin, dan uang receh yang dikumpulkan tiap hari selama bertahun-tahun, bapak akhirnya membeli sebuah mobil angkot bekas. Akhirnya! Sesuatu yang Bapak impikan sejak lama tercapai. Bapak narik angkot miliknya sendiri. Meskipun angkot ini sudah tua dan sering sakit, Bapak selalu sabar menjaganya. Ketika mobil rusak, Bapak berusaha menyembuhkan angkot dengan tangannya. Ia jarang membawa angkot ke bengkel. Bapak semakin dekat dengan angkotnya. Menjadi bagian dari hidupnya. Seperti anaknya. (WT IBK 103) Dari paparan data di atas, berkat kerja keras Sim dan menabung uang receh yang dikumpulkan beberapa tahun, ia mampu membeli angkot bekas. Sesuatu yang Sim impikan sejak lama tercapai Penampilan tokoh cerita dalam teknik dramatik, artinya mirip dengan yang ditampilkan pada drama, dilakukan secara tak langsung. Artinya, pengarang tidak mendiskripsikan secara eksplisit sifat dan sikap serta tingkah laku tokoh. Pengarang membiarkan (baca: menyiasati) para tokoh cerita untuk menunjukkan kediriannya sendiri melalui berbagai aktivitas yang dilakukan, baik secara verbal lewat kata-kata maupun non verbal lewat tindakan atau tingkah laku, dan juga melalui peristiwa yang terjadi (Nurgiyantoro, 2010:198)
Kelebihan teknik dramatik yang lain adalah sifatnya yang lebih sesuai dengan situasi kehidupan nyata. Dalam situasi kehidupan sehari-hari, jika kita berkenalan dengan orang lain kita tidak mungkin menanyalkan watak kedirian orang itu. Apalagi kepada yang bersangkutan, kita hanya akan mencoba memahami sifat-sifat orang itu melalui tingkah laku, kata-kata, sikap dan pandangan-pandanganya. Dan kesemuanya itu yang akan mewartakan watak kediriannya kepada kita. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kepribadian dipandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur yakni: id, ego dan superego. Meskipun ketiganya mempunyai fungsi kelengkapan, prinsip-prinsip dinamisme dan mekanisme masing-masing ketika sistim kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas. Tinah sebagai seorang gadis kecil pelajar taman siswa kelas 6 dan mengubur harapannya untuk memperoleh ijasah SD karena jatuh sakit menjelang ujian akhir. Ia menangis dan kecewa. Menangis dan kecewa merupakan unsur id karena tindakan refleksi atau tindakan yang mekanisme kerjanya secara otomatis dan segera pada individu yang merupakan bawaan. Ego dalam psiko analisa merupakan bagian kedua yang berfungsi sebagai mediator (perantara) yang menyembatani antara id dengan lingkungan yang diharapkan. Pada proses pelaksanaannya ego berdasar pada “secondary prosses thingking” yaitu berfikir realistik yang bersifat rasional dan berorientasi pada pemecahan masalah. Berikut ini analisis ego terhadap perwatakan tokoh dalam novel “Ibuk” Kedatangan Sim yang kedua kali membuat Tinah berfikir, Tinah masih belum percaya bahwa Sim datang lagi.
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 358
Superego merupakan komponen yang ketiga berkenaan dengan moral kepribadian dan berkait dengan standart norma-norma masyarakat berkaitan dengan baik, buruk, salah. Superego sebgai kontrol atas segala tindakan yang akan dilakukan. Selama ini Ibuk tak pernah telat membayar SPP semua anaknya. “Prioritas utama!” katanya meskipun ia sering tidak ingat tanggal berapa, bahkan lupa hari apa hari ini. Pendidikan merupakan superego. Dengan teknik analitik pengarang menjelaskan secara rinci watak tokohtokohnya. Pelukisan tokoh cerita dilakukan dengan memberikan deskripsi, uraian atau penjelasan secara langsung. Tokoh cerita hadir dan dihadirkan oleh pengarang langsung disertai diskripsi kediriannya. Pembaca akan dengan mudah dapat memahami jati diri tokoh secara tepat sesuai yang dimaksudkan pengarang. Gambaran watak tokoh secara dramatik adalah gambaran watak tokoh secara tidak langsung dengan melukiskan tempat dan lingkungan tokoh atau menampilkan dialog antar tokoh satu dengan yang lain. Dengan berhemat dan menabung di bawah tumpukan baju-baju, Tinah menginginkan untuk menyelamatkan masa depan kehidupan anak-anaknya. Tinah berwatak sederhana, hemat, dan apa adanya, Kepribadian di pandang sebagai suatu struktur yang terdiri dari tiga unsur yakni: id, ego dan superego. Meskipun ketiganya mempunyai fungsi kelengkapan, prinsip-prinsip dinamisme dan mekanisme masing-masing ketika sistim kepribadian ini satu sama lain saling berkaitan serta membentuk totalitas. Makan merupakan unsur id karena tindakan refleksi atau tindakan yang mekanisme kerjanya secara otomatis dan segera pada individu yang merupakan bawaan.
Pada proses pelaksanaannya ego berdasar pada “secondary prosses thingking” yaitu berfikir realistik yang bersifat rasional dan berorientasi pada pemecahan masalah. Berikut ini analisis ego terhadap perwatakan tokoh dalam novel “Ibuk” Superego merupakan komponen yang ketiga berkenaan dengan moral kepribadian dan berkait dengan standart norma-norma masyarakat berkaitan dengan baik, buruk, salah. Superego sebgai kontrol atas segala tindakan yang akan dilakukan. Perjuangan Bapak melahirkan harapan buat kelima anaknya, semangat Bapak membakar semangat kelima anaknya. Pengarang melukiskan bagaimana pandangan-pandangan prilaku tokoh dalam suatu cerita. Kelebihan teknik dramatik yang lain adalah sifatnya yang lebih sesuai dengan situasi kehidupan nyata. Sebagai bentuk rasa cinta dan kesungguhan dan watak tegas Sim terhadap Tinah, ia ingin segera melamar. Sementara ia belum pernah bertemu ayah kandungnya di Yogya dan ayah angkatnya di Malang telah meninggal. Ia ingin meminta tolong kepada kakak angkatnya Mbak Gik untuk meminang Tinah dan segera melangsungkan pernikahan. Setelah melakukan penelitian terhadap novel Ibuk Karya Iwan Setyawan mengenai penokohan atau jenis karya sastra lain untuk dijadikan bahan pendamping dalam pengajaran DAFTAR RUJUKAN Yusuf dan Nurihsan. 2011. Teori Kepribadian. Bandung: Rosda Karya Zaidan, dkk. 2007. Kamus istilah Sastra. Jakarta: Balai Pustaka Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta Gajahmada University Press Ratna, Nyoman Kutha. 2004. Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 359
Milles, M.B dan Huberman. 1993. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press Sayuti, A Suminto. 2000. Apresiasi Sastra. Yogyakarta: Gama Media Biklan dalam moleong. 1989. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya Fananie. 2002. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press. Moleong Lexi. 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Sudjam Panuti. 1990. Kamus Latih Sastra. Jakarta: Universitas Indonesia Sumarjo, Yakub, dan Saini KM. 1994.Apresiasi Sastra. Jakarta: PT.Gramedia Tarigan, Henry Guntur. 1986. PrinsipPrinsip Dasar Sastra. Jakarta: Angkasa Wellek, Rene dan Austin Werren. 1990. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Aminuddi 1984. Pengantar Apresiasi Sastra. Bandung: Remaja Rosdakarya Aminuddi 1990. Sekitar Masalah Sastra. Malang: Asah Asih Asuh Jakob, Sumarjo Sain. 1998. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Moeliono, Anton M. 1988. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Rani, dkk. 1991. Novel-Novel Mutakhir Indonesi. Malang: YA3 Universitas Malang,.2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang: Universitas Malang The learning University Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
NOSI Volume 2, Nomor 4, Agustus 2014___________________________________Halaman | 360