PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Erlita Mega Ananta NIM: 121224087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia
Oleh Erlita Mega Ananta NIM: 121224087 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SKRIPSI PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Halaman Persembahan Karya ini kupersembahkan untuk:
Kedua orang tuaku tercinta, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto Adikku, Arsenius Agung Mahardhika Serta segenap keluarga besarku
iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
MOTO
Kerjakanlah, apa yang menjadi tugasmu akan selesai jika kamu mengerjakannya (penulis). Bergeraklah, apa yang ada di sekitarmu bisa berubah jika kamu bergerak (penulis).
v
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Yang membuat pernyataan
Erlita Mega Ananta
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Erlita Mega Ananta NIM : 121224087 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul: PEMBELAJARAN TEMA DAN AMANAT NOVEL IBUK KARYA IWAN SETYAWAN DENGAN METODE SAINTIFIK UNTUK SISWA SMA KELAS XI SEMESTER 1 Dengan demikian saya berikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini, saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Agustus2016 Yang menyatakan
Erlita Mega Ananta vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRAK
Ananta, Erlita Mega. 2016. Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1. Skripsi. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendekatan saintifik dalam pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan data dalam bentuk kutipan kata-kata. Pembelajaran tema dan amanat yang dideskripsikan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan meliputi lima langkah pendekatan saintifik yaitu: (1) Peserta didik diminta untuk membaca novel Ibuk bab 27 karya Iwan Setyawan (mengamati), (2) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati (menanya), (3) Peserta didik membuat sinopsis bab 27 dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, (4) Menentukan tema dan amanat berdasarkan tingkatannya dan teknik amanat (pengumpulan data), (5) Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut peserta didik saling bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian mempresentasikan hasil kerja kelompoknya (mengasosiasi), (6) Guru dan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut (mengomunikasikan). Hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering muncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan atasan-bawahan. Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah mengajak para pembaca untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untuk terus belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran di SMA karena masuk ke dalam bagian Standar Kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, serta Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Peneliti juga menyusun silabus dan RPP yang dapat digunakan untuk mencapai SK dan KD. Kata kunci: Saintifik, Bahan Pembelajaran, dan Membaca.
viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ABSTRACT
Ananta, Erlita Mega. 2016. The Study of Theme and The Message in Iwan Setyawan’s Ibuk with Scientific Method for Senior High School Student Class XI Semester I. Thesis. Yogyakarta: PBSI, JPBS, FKIP, Sanata Dharma University. This research aims to describe a scientific approach to the theme and message learning in Ibuk by Iwan Setyawan for literature learning for first semester sophomores. This research applies a descriptive qualitative method. Therefore, the data are in the form of words. The theme and message learning described in Ibuk by Iwan Setyawan covers five scientific approach steps: (1) Asking the students to read chapter 27 in Ibuk (observing), (2) Letting the students ask if there is some information they do not understand (asking), (3) Asking the students to make a synopsis of chapter 27 in Ibuk, (4) Asking the students to decide the theme and messages based on the levels and message technique (collecting data), (5) Dividing the students into groups consisting of 4-5 persons. In the group, the students work together to answer the questions given. After that, they present the group result (associating), (6) Agreeing with the students on concluding the data analysis result (communicating). The result of the theme and messages in Ibuk by Iwan Setyawan is that the overall theme of the novel is social theme since social problems, like economy, education, culture, struggle, love, and social class problems, dominate the novel. The message underlying the novel is to encourage its readers to follow good deeds done by its characters: Bayek’s determination and spirit to study. The theme and message in Ibuk by Iwan Setyawan is able to become a reference in learning literature for high school students since it is a part of Competence Standard 7 (understanding various hikayat and Indonesian/translated novels) and Basic Competence 7.2 (analyzing intrinsic and extrinsic elements in Indonesian/translated novels). To conduct this research, syllabus and lesson plans are also prepared in order to fulfill the competence standard and basic competence. Keyword: Scientific, Learning Material, and Reading.
ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” dengan baik untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia. Penulis menyadari bahwa selesainya skripsi ini berkat dukungan, semangat, bimbingan, nasihat, dan doa dari berbagai pihak, oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1.
Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2.
Dr. Yuliana Setiyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi.
3.
Drs. B. Rahmanto, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak arahan, bimbingan serta kesabaran demi terselesainya skripsi ini.
4.
Drs. P. Hariyanto, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Seluruh dosen Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik dan membimbing penulis selama perkuliahan.
6.
Bapak Robertus Marsidiq, selaku sekretaris PBSI yang telah memberikan pelayanan administrasi di Prodi PBSI.
7.
Orang tuaku, Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto yang selalu mendukung, memberikan semangat, kasih sayang dan mendoakan penulis agar skripsi ini dapat segera selesai.
8.
Adikku, Arsenius Agung Mahardhika yang telah mendukung dan menjadi penyemangat bagi penulis.
x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9.
Tanteku, Nanik Apriyani yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.
10. Omku, Suwadi yang telah memberikan semangat dan motivasi kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 11. Keponakanku, Angga Fredy Kurniawan yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis. 12. Si Kembar Katreen Jasmina Sekar Seto, Katreena Rosea Sekar Mirah yang telah memberikan motivasi serta semangat kepada penulis. 13. Sepupuku, Rosalia Purwaningtyas yang telah memberikan semangat kepada penulis. 14. Yang teristimewa untuk Bernadus Bin Frans Resi yang selalu memberikan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 15. Sahabatku, Maria Oki Marlina Sinaga yang selalu menyemangati dan menemani penulis selama penyusunan skripsi ini. 16. Teman-teman dekatku, Dewi Yulianti, Theresia Novita Dwi Puspitasari, Citra Astutiningsih, Elicha Bonita Turnip, Erwanda
Wardani, Hilarion Wahyu
Prasetya Widhi, Didi Setiadi, Septin Lovenia Indrati, Adi Desetyawan, Maria Ninda Yulianita, Christina Cahyaning Apsari, Ivoni Rambu Padu Leba yang selalu memberikan semangat bagi penulis. 17. Teman-teman PBSI angkatan 2012 kelas C, terima kasih atas kebersamaan kita selama perkuliahan. 18. Semua pihak yang membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Yogyakarta, 16 Agustus 2016 Penulis
Erlita Mega Ananta
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... iv MOTO ............................................................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ..................................................... vii ABSTRAK ..................................................................................................... viii ABSTRACT ..................................................................................................... ix KATA PENGANTAR....................................................................................
x
DAFTAR ISI .................................................................................................. xii BAB I PENDAHULUAN...............................................................................
1
1.1 Latar Belakang .................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................
7
1.3 Tujuan Penelitian ..............................................................................
7
1.4 Manfaat Penelitian ...........................................................................
7
1.5 Batasan Istilah ...................................................................................
8
1.6 Sistematika Penyajian ...................................................................... 10
xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI ....................................................................... 11 2.1 Penelitian Relevan ............................................................................ 11 2.2 Kajian Teori ...................................................................................... 13 2.2.1 Pendekatan Saintifik ............................................................... 13 2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik ................................... 13 2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik.......................................................................... 15 2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik.......................................................................... 15 2.2.1.4 Prinsip-Prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik.......................................................................... 16 2.2.1.5 Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik ..................................................... 17 2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Scientific...... 19 a) Mengamati (Observing) .......................................... 20 b) Menanya (Questioning) .......................................... 21 c) Mengumpulkan Informasi ....................................... 22 d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating) ........................................................... 23 e) Mengomunikasikan Pembelajaran ........................... 24 f) Membentuk Jejaring (Networking) ......................... 25 2.2.2 Hakikat Novel ......................................................................... 28 2.2.3 Tema ........................................................................................ 29 2.2.4 Amanat ..................................................................................... 33 2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA .................................................. 34 2.2.5.1 Tahap Pembelajaran Sastra di SMA ............................. 34 1) Bahasa ....................................................................... 34 2) Psikologi ................................................................... 35 3) Latar Belakang Budaya ............................................. 37 2.2.5.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ................ 37
xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2.2.5.3 Silabus .......................................................................... 39 1) Tiga Cara Pengembangan Silabus ............................ 39 2) Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus ............ 40 3) Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus ........ 41 4) Tujuh Komponen Utama Silabus ............................. 43 5) Format Silabus .......................................................... 44 2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ....................................... 44 2.2.7 Kerangka Berpikir ................................................................... 46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 48 3.1 Jenis Penelitian (kualitatif) .............................................................. 48 3.2 Data dan Sumber Data .................................................................... 48 3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 49 3.4 Instrumen Penelitian ....................................................................... 50 3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 52 4.1 Deskripsi Data................................................................................... 52 4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan dalam Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan ........................................................................................... 53 4.2.1 Mengamati ............................................................................... 53 4.2.2 Menanya ................................................................................... 53 4.2.3 Membuat Sinopsis Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan ............ 53 4.2.4 Pengumpulan Data ................................................................... 86 a. Tema....................................................................................... 86 b. Amanat................................................................................... 111 4.2.5 Mengasosiasi ............................................................................ 143 4.2.6 Mengomunikasikan .................................................................. 145 4.2.7 Silabus....................................................................................... 146 4.2.8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ......................................... 149
xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP ......................................................................................... 171 5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 171 5.2 Saran ................................................................................................... 174 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 175 LAMPIRAN ................................................................................................... 177 BIODATA ...................................................................................................... 184
xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra sebagai pelajaran di sekolah merupakan materi yang memiliki peranan penting untuk memicu kreativitas siswa. Dengan membaca karya sastra, penginderaan seseorang menjadi peka terhadap realitas kehidupan. Perkenalan terhadap sastra merupakan tahap pertama untuk menimbulkan kesadaran (awareness) pada siswa mengenai adanya kesususastraan sebagai bagian dari pengejawantahan kesanggupan berbahasa. Tahap ini segera harus disusul dengan usaha membangkitkan minat (interest) terhadap sastra sebagai manifestasi kebahasaan, dan beranjak dari kedua tahap tersebut, diharapkan terbentuklah sikap (attitude) yang apresiatif terhadap sastra pada umumnya. Tidak mungkin tumbuh sikap apresiatif tanpa didahului oleh bangkitnya minat terhadap sastra. Sementara itu, timbulnya minat tidak mungkin terjadi tanpa didahului oleh perkenalan yang menyadarkan peserta didik akan adanya berbagai ragam sastra sebagai
manifestasi
kebahasaan.
Dalam
hubungan
inilah
kita
perlu
memperhatikan faktor-faktor pedagogik dan didaktik yang disesuaikan dengan perkembangan usia anak. Penyediaan materi yang sesuai dengan tahap perkembangan siswa serentak dengan metode mengajar yang tepat niscaya bisa menghasilkan kesadaran dan minat serta sikap apresiatif terhadap sastra (Sarumpaet, 2002: 8-9).
1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2
Ada banyak bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012: 16). Novel merupakan jenis sastra yang sedikit banyak memberikan gambaran tentang masalah kemasyarakatan (Damono, 1979: 3) . Novel menampilkan masalah peranan manusia dalam keluarga dan lembaga-lembaga sosial lain di samping pertikaian dan ketegangan antar kelompok dan antar kelas sosial. Dari pengertian novel di atas, dapat disimpulkan bahwa novel ialah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi. Di dalamnya banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan seperti peranan manusia dalam keluarga dan lembaga sosial lain di samping pertikaian dan ketegangan antar kelompok dan antar kelas sosial. Dalam sebuah novel, terdapat unsur-unsur yang membangun novel itu sendiri, yang kemudian secara bersama membentuk sebuah totalitas. Secara garis besar, macam unsur tersebut secara tradisional dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan ekstrinsik. Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 1995: 23).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3
Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra. Unsur yang dimaksud adalah biografi dan psikologi pengarang. Unsur ekstrinsik yang lain misalnya pandangan hidup suatu bangsa, berbagai karya seni yang lain, dan sebagainya (Nurgiyantoro, 1995: 24). Terkait dengan unsur-unsur yang membangun sebuah novel, peneliti membatasi hanya pada tema dan amanat untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran. Tema merupakan gagasan sentral, sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan atau karya fiksi (Raminah Baribin dalam Wahyuningtyas, 2011: 2). Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Sumardjo & Saini, 1986: 56). Tema dikemas dalam bentuk pengamatan pengarang akan kehidupan seseorang. Dari pengertian tema di atas, dapat disimpulkan bahwa tema ialah sesuatu yang hendak diperjuangkan dalam suatu tulisan, dalam menulis ceritanya, penulis tidak hanya ingin bercerita namun ingin mengatakan sesuatu kepada pembacanya. Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca (Siswanto, 2008: 147). Pesan untuk berbuat baik dalam karya sastra disebut dengan moral, moral tersebut dapat dikatakan sebagai amanat yang mengandung nilai-nilai tentang ajaran moral yang ditonjolkan melalui pelukisan watak tokoh yang bersifat uraian atau penjelasan yang di dalamnya mengandung seruan, saran, nasihat, anjuran, dan larangan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4
Amanat seringkali disebut moral. Moral menurut (Kenny via Nurgiyantoro, 2005: 321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Dari pengertian amanat di atas, dapat disimpulkan bahwa amanat ialah pesan yang ingin disampaikan oleh penulis kepada pembaca yang mengandung seruan, saran, nasihat, anjuran dan larangan. Biasanya bersifat praktis dan dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Menganalisis unsur intrinsik novel merupakan salah satu kompetensi dasar yang ada dalam KTSP jenjang SMA. Dalam hal ini, pembelajaran yang dirancang oleh peneliti dapat membantu peserta didik untuk menganalisis unsur intrinsik yang terdapat di dalam novel. Sehubungan dengan pembelajaran sastra di sekolah, sebaiknya guru memperhatikan pemilihan bahan pengajaran sastra, ada tiga aspek yang perlu dipertimbangkan guna menunjang keberhasilan pembelajaran sastra itu sendiri. Ketiga aspek tersebut yaitu bahasa, psikologi dan latar belakang budaya. Alasan mengapa peneliti memilih novel Ibuk karena dilihat dari segi bahasanya, novel tersebut menggunakan bahasa yang mudah untuk dipahami. Dari segi psikologi, anak usia 16 tahun sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Siswa dapat berelaborasi untuk menemukan, merumuskan konsep-konsep abstrak tersebut dalam novel Ibuk. Dari segi latar belakang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5
budayanya, novel Ibuk menggunakan keluarga sebagai latar belakang budayanya. Biasanya, siswa akan mudah tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang disekitar mereka (Rahmanto, 1988: 31). Sastra adalah ekspresi pikiran dalam bahasa, sedang yang dimaksud “pikiran” di sini adalah pandangan, ide-ide, perasaan, pemikiran, dan semua kegiatan mental manusia (Sumardjo & Saini, 1986: 2). Adapun karya sastra yang baik adalah karya sastra yang setelah dibaca, pembacanya akan merasa menemukan atau memperoleh sesuatu yang dia perlukan, sesuatu yang tidak sekadar dapat memperluas wawasannya, tetapi sesuatu yang sekaligus dapat memperkaya kehidupan batinnya. Upaya memenuhi tuntutan yang menyangkut kehidupan batin ini erat kaitannya dengan keberadaan sastra dalam konteks kebudayaan (Sarumpaet, 2002: 14-15). Karena keterbatasan waktu, maka peneliti hanya akan menggunakan bab 27 untuk diimplementasikan ke dalam pembelajaran. Bab 27 ini menceritakan tentang perjalanan karir bayek setelah lulus kuliah dari IPB. Bayek mengikuti wawancara untuk dapat bekerja di Jakarta. Dari hasil wawancara tersebut, Bayek akhirnya mendapatkan panggilan kerja di Jakarta. Selama tiga tahun Bayek bekerja di Jakarta. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun mendatangan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6
Peneliti menggunakan metode saintifik dalam menganalisis tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Metode saintifik dipilih karena peneliti menyadari bahwa siswa jenuh apabila guru mengajar menggunakan metode ceramah. Maka dari itu, siswa membutuhkan hal baru untuk membangkitkan semangat mereka dalam belajar sastra. Metode saintifik dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau prinsip yang
“ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru (Hosnan, 2014: 34). Jadi, peserta didik akan diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan tentang unsur-unsur intrinsik dalam novel Ibuk, khususnya tema dan amanat. Oleh karena itu, peneliti memilih judul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semeser 1”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini ialah bagaimana penerapan pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI Semester I? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini ialah mendeskripsikan penerapan pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan metode saintifik untuk siswa SMA kelas XI Semester I. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru, siswa, dan peneliti sendiri. 1.4.1 Manfaat bagi guru Membantu guru dalam mengajarkan pembelajaran sastra khususnya tentang menganalisis unsur intrinsik novel dengan menggunakan metode saintifik. 1.4.2 Manfaat bagi siswa Membantu siswa untuk lebih memahami tentang unsur intrinsik dalam novel, khususnya tema dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8
1.4.3 Manfaat bagi mahasiswa Memberikan sumbangan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan metode saintifik dan objeknya. 1.4.4
Manfaat bagi peneliti Menambah pengetahuan mengenai sastra khususnya unsur intrinsik yaitu
tema dan amanat. 1.5 Batasan Istilah 1.5.1 Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganlisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep,
hukum atau
prinsip yang
“ditemukan” (Hosnan 2014: 34). 1.5.2 Belajar sastra pada dasarnya adalah belajar bahasa dan praktek. Belajar sastra harus selalu berpangkal pada realisasi bahwa setiap karya pada pokoknya merupakan kumpulan kata yang bagi siswa harus diteliti, ditelusuri, dianalisis, dan diintegrasikan (Rahmanto, 1988: 38). 1.5.3 Novel seperti halnya bentuk prosa yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema (Rahmanto, 1988: 70).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9
1.5.4 Tema adalah makna yang dikandung oleh sebuah cerita (Stanton dan Kenny via Nurgiyantoro, 1995: 67). 1.5.5 Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162). 1.5.6 Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan (KBBI). 1.5.7 Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurnaan dari kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis Kompetensi adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakana oleh masing-masing satuan pendidikan/sekolah (Muslich, 2007: 17). 1.5.8 Silabus dartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator, pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2008: 132). 1.5.9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas (Muslich, 2007: 53).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10
1.6 Sistematika Penyajian Penelitian ini dibagi menjadi lima bab yaitu bab I pendahuluan, bab II landasan teori, bab III metodologi peneltian, bab IV pembahasan dan bab V penutup. Adapun setiap babnya dibagi menjadi beberapa sub bab. Bab I terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, sistematika penyajian. Bab II terdiri dari penelitian yang relevan, kajian teori. Bab III terdiri dari jenis penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data. Bab IV terdiri dari deskripsi data, pembahasan hasil analisis yang ditemukan dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Bab V terdiri dari kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Relevan Dalam penelitian Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1 ini, peneliti menemukan dua penelitian yang relevan. Penelitian tersebut dilakukan oleh Yustina Friska Happy Wulandari (2011) dan Cicilia Nian Erika (2011). a. Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Yustina Friska Happy Wulandari (2011)
dengan
judul
“Pengembangan
Perangkat
Pembelajaran
Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang” penelitian tersebut merupakan penelitian pengembangan yang mengembangkan perangkat pembelajaran yang mengakomodasi teori Van Hiele dengan menggunakan pendekatan saintifik. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan yaitu terdiri dari (1) Silabus, (2) RPP, (3) LKS, (4) bahan ajar, (5) penilaian. Berdasarkan pengembangan perangkat pembelajaran yang telah dilakukan, kualitas dari produk yang dihasilkan mendapatkan nilai 3,29 dengan kategori sangat baik. Sedangkan uji respon siswa mendapatkan nilai 3,39 dengan kategori sangat tinggi. Tahap berpikir siswa sebelum dan sesudah uji coba produk apabila ditulis dalam presentase siswa yang tahap berpikirnya tetap pada tahap visualisasi sebesar 7,7%. Siswa yang tahap berpikirnya tetap pada
11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12
tahap analisis sebesar 15,4%. Siswa yang tahap berpikir semula berada pada tahap visualisasi kemudian menjadi pada tahap analisis sebesar 42,3%, serta siswa yang tahap berpikir semula pada tahap analisis kemudian menjadi pada tahap berpikir abstraksi sebesar 34,6%. Dengan kata lain, siswa yang tahap berpikir antara sebelum dan sesudah melaksanakan uji coba produk sebesar 23,1% dan siswa yang tahap berpikirnya menjadi lebih baik sebesar 76,9%. b. Kedua, penelitian Cicilia Nian Erika (2011) yang berjudul “Efektivitas Pendekatan Saintifik Berbasis Teks pada Pembelajaran Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun ajaran 2014/2015”. Cicilia Nian Erika melakukan penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran teks ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik berbasis teks di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. Pendekatan saintifik berbasis teks dapat meningkatkan kompetensi pembelajaran teks ulasan film/drama, yaitu kelas XI IPS SMA Negeri Yogyakaarta semester genap. Persamaan berdasarkan penelitian yang pertama yaitu sama-sama menggunakan pendekatan saintifik dalam implementasi pembelajarannya. Namun,
penelitian
yang
pertama
untuk
mengembangkan
perangkat
pembelajaran sedangkan penelitan ini untuk menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13
Perbedaan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Erni Kustini, penelitian ini langsung menggunakan metode saintifik untuk menganalisis tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan untuk pembelajaran sastra pada siswa SMA kelas XI semester I, sedangkan penelitian yang dilakukan Cicilia Nian Erika yaitu untuk mengetahui peningkatan kompetensi siswa dalam pembelajaran teks ulasan film/drama melalui pendekatan saintifik berbasis teks di kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta tahun ajaran 2014/2015. 2.2 Kajian Teori 2.2.1 Pendekatan Saintifik 2.2.1.1 Pengertian Pendekatan Saintifik Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.
Pendekatan
saintifik
dimaksudkan
untuk
memberikan
pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14
mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu. Penerapan keterampilan
pendekatan proses,
saintifik
seperti
dalam
mengamati,
pembelajaran
melibatkan
mengklasifikasi,
mengukur,
meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan prosesproses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa. Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori Piaget, teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar pertemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15
bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik (Hosnan, 2014: 34-35). 2.2.1.2 Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) Berpusat pada siswa. 2) Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum, atau prinsip. 3) Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi mahasiwa. 4) Dapat mengembangkan karakter siswa.
2.2.1.3 Tujuan Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah sebagai berikut: 1) Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. 2) Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyesuaikan suatu masalah secara sistematik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16
3) Terciptanya kondisi pembelajaran di mana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan. 4) Diperolehnya hasil belajar yang tinggi. 5) Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah. 6) Untuk mengembangkan karakter siswa.
2.2.1.4 Prinsip-prinsip Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut. 1) Pembelajaran berpusat pada siswa. 2) Pembelajaran membentuk students self concept. 3) Pembelajaran terhindar dari verbalisme. 4) Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum dan prinsip. 5) Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa. 6) Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru. 7) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi. 8) Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17
2.2.1.5 Langkah-langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran pada kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik), meliputi: menggali informasi melalui observing/pegamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, kemudian menyimpulkan, dan mencipta dan serta membentuk jaringan/networking. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat non-ilmiah. Pada
setiap
aplikasi
kurikulum
mempunyai
aplikasi
pendekatan
pembelajaran berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach (pendekatan ilmiah) adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah ini proses pembelajaran, guru akan melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah. Menurut
(Hosnan,
2014:
38) pendekatan
ilmiah/scientific approach
mempunyai kriteria proses pembelajaran sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata. 2) Penjelasan guru, respons siswa dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis. 3) Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah dan mengaplikasikan materi pembelajaran. 4) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran. 5) Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi pembelajaran. 6) Berbasis
pada
konsep,
teori,
dan
fakta
empiris
yang
dapat
dipertanggungjawabkan. 7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya. Sedangan menurut (Hosnan, 2014: 38-39) proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap, knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (disingkat KSA= Knowledge, Skill, Attitude).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19
1) Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa”. 2) Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”. 3) Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu apa”. 4) Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan. 5) Hasil belajar menghasilkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Adapun bentuk kegiatan pembelajaran melalui pendekatan scientific dapat dilihat, seperti tabel berikut. 2.2.1.6 Tabel 1 Aktivitas Kegiatan Pembelajaran Scientific. Kegiatan
Aktivitas Belajar
Mengamati
Melihat,
(observing)
menyimak (tanpa dan dengan alat).
Menanya
Mengajukan pertanyaan dari yang faktual sampai ke
(questioning)
yang bersifat hipotesis; diawali dengan bimbingan guru
mengamati,
sampai
dengan
membaca,
mandiri
mendengar,
(menjadi
suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20
kebiasaan). Pengumpulan Data
Menentukan data yang diperlukan dari pertanyaan
(experimenting)
yang diajukan, menentukan sumber data (benda, dokumen, buku, eksperimen), mengumpulkan data.
Mengasosiasi
Menganalisis data dalam bentuk membuat kategori,
(associating)
menentukan hubungan data/kategori, menyimpulkan dari hasil analisis data; mulai dari unstructured-uni structure-multistructure-complicated structure.
Mengomunikasikan Menyampaikan hasil konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, diagram, bagan, gambar atau media lainnya.
a) Mengamati (Observing) Kegiatan pertama pada pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah
pada
langkah
pembelajaran
mengamati/observing.
Metode
observasi adalah salah satu strategi pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual dan media asli dalam rangka membelajarkan siswa yang mengutamakan kebermaknaan proses belajar. Dengan metode observasi,
siswa
akan
merasa
tertantang
mengeksplorasi
rasa
keingintahuannya tentang fenomena dan rahasia alam yang senantiasa menantang, metode observasi mengedepankan pengamatan langsung pada objek yang akan dipelajari sehingga siswa mendapatkan fakta berbentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21
data yang objektif yang kemudian dianalisis sesuai tingkat perkembangan siswa. Item yang dianalisis siswa kemudian digunakan sebagai bahan penyusunan evaluasi bagi siswa. Mengamati/observing adalah “kegiatan studi yang disengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan”. Dalam kegiatan pembelajaran: siswa mengamati objek yang akan dipelajari. Kegiatan belajarnya adalah membaca, mendengar, menyimak, melihat (tanpa tau dengan alat). Kompetensi yang dikembangkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, mencari
informasi.
Dalam
hal
ini,
guru
menyajikan
perangkat
pembelajaran berupa media pembelajaran. Dalam kegiatan mengamati, guru menyajikan video, gambar, miniatur, tayangan atau objek asli. Siswa bisa diajak untuk bereksplorasi mengenai objek yang akan dipelajari (Hosnan, 2014: 39-40).
b) Menanya (Questioning) Langkah kedua pada pendekatan ilmiah atau scientific approach adalah questioning (menanya). Kegiatan belajarnya adalah mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Kompetensi yang dikembangkan adalah kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22
pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan pembelajaran ini, siswa melakukan pembelajaran bertanya. Dalam pembelajaran, aktivitas bertanya perlu ditingkatkan. Diprediksi bahwa dalam pembelajaran saat ini, masih banyak siswa yang belum secara aktif bertanya dalam proses pembelajaran. Apabila hal itu benar, penyebab kurangnya siswa memberanikan diri untuk bertanya lebih dikarenakan: (1) siswa merasa dirinya tidak lebih tahu daripada guru, sebagai akibat dari kebiasaan yang satu arah: (2) adanya ganjalan psikologis karena guru lebih dewasa daripada usia siswa: (3) kurang kreatifnya guru untuk mengajukan persoalan-persoalan yang menantang siswa untuk bertanya. Karena itu, ada dua tugas guru yang perlu dilakukan, yaitu mencairkan hambatan psikologis antara guru dengan siswa dan memperkaya topik-topik pembelajaran yang aktual dengan perkembangan dan kontekstual dengan kebutuhan siswa (Hosnan, 2014: 48-49).
c) Mengumpulkan Informasi Kegiatan “mengumpulkan informasi” merupakan tindakan lanjut dari
bertanya.
Kegiatan
ini
dilakukan
dengan
menggali
dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu, peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23
informasi. Dalam permendikbud No. 81 A Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek atau kejadian atau aktivitas wawancara dengan narasumber, dan sebagainya. Adapun kompetisi yang diharapkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara
yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Pada kegiatan menanya ini, peserta didik diharapkan dapat mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan gambar yang ada. Jika peserta didik mengalami kesulitan, dalam mengungkapkan pertanyaan, maka guru dapat memberikan panduan pertanyaan awal untuk kemudian dilanjutkan oleh peserta didik yang lain (Hosnan, 2014: 57).
d) Mengasosiasikan/Mengolah Informasi/Menalar (Associating) Langkah
berikutnya
pada
scientific
approach
adalah
(menalar/mengolah informasi). Istilah menalar (associating) dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24
Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meskipun penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat. Kegiatan belajarnya adalah; pertama, mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi; kedua, pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber, yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang
bertentangan.
Kompetensi
yang
dikembangkan
adalah
mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan serta deduktif dalam menyimpulkan. Pada kegiatan ini, siswa akan menalar, yaitu menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang ada dalam kehidupan sehari-hari (Hosnan, 2014: 67-68).
e) Mengomunikasikan Pembelajaran Pada
pendekatan
saintifik,
guru
diharapkan
memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk mengomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Pada tahapan ini, diharapkan peserta didik dapat mengomunikasikan hasil pekerjaan yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok, dan atau secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan mengomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar peserta didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah benar atau ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25
yang harus diperbaiki. Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada standar proses. Kegiatan
ini
dapat
dilakukan
melalui
menuliskan
atau
menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampaikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar (Hosnan, 2014: 75-76).
f) Membentuk Jejaring (Networking) Langkah kelima pada scientific approach adalah networking (membentuk jejaring). Model networked adalah model pembelajaran berupa kerjasama antara siswa dengan seorang ahli dalam mencari data, keterangan, atau lainnya sehubungan dengan mata pelajaran yang dikuasainya atau yang diminatinya sehingga siswa secara tidak langsung mencari tahu dari berbagai sumber. Sumber dapat berupa buku bacaan, internet, saluran radio, TV, atau teman, kakak, orang tua atau guru yang dianggap ahli olehnya. Siswa memperluas wawasan belajarnya sendiri, artinya siswa termotivasi belajar karena rasa ingin tahunya yang besar dalam dirinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26
Menurut pandangan (Robin Forgaty, 1991 dalam Hosnan, 2014: 77) networked merupakan model pemanduan pembelajaran yang mengandalkan kemungkinan pengubahan konsepsi, bentuk pemecahan masalah, maupun tuntutan bentuk keterampilan baru setelah siswa mengadakan studi lapangan dalam situasi, kondisi maupun konteks yang berbeda-beda. Belajar disikapi sebagai proses yang berlangsung secara terus-menerus karena adanya hubungan timbal balik antara pemahaman dan kenyataan yang dihadapi siswa. Networking adalah kegiatan siswa untuk membentuk jejaring pada kelas. Kegiatan belajarnya adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar. Pada tahapan ini, siswa mempresentasikan kemampuan mereka mengenai apa yang telah dipelajari sementara siswa lain menanggapi. Tanggapan siswa lain bisa berupa pertanyaan, sanggahan atau dukungan tentang materi presentasi. Guru berfungsi sebagai fasilitator dalam kegiatan ini, semua siswa secara proporsional akan mendapatkan kewajiban dan hak yang sama. Siswa akan terlatih untuk menjadi narasumber, menjadi orang yang akan mempertahankan gagasannya secara ilmiah dan orang yang bisa mandiri serta menjadi orang yang bisa dipercaya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27
Para siswa melakukan kegiatan networking ini harus dengan perasaan riang dan gembira tanpa ada rasa takut dan tekanan dari siapa pun. Guru akan melakukan penilaian autentik dalam proses pembelajaran ini dan penilaian hasil pembelajaran siswa yang aktif dan berani mengemukakan
gagasan/pendapatnya
secara
ilmiah
tentu
akan
mendapatkan nilai yang lebih baik. Siswa yang masih mempunyai rasa takut dan kurang percaya diri akan terlatih sehingga menjadi pribadi yang mandiri dan pribadi yang bisa dipercaya. Semua kegiatan pembelajaran akan kembali pada pencapaian ranah pembelajaran, yaitu ranah sikap, ranah kognitif dan ranah keterampilan. Peserta didik membuat jaringan dengan orang lain baik dalam bidang yang mereka tekuni maupun di luar bidang tersebut dan mereka menghubungkan ide-ide baru ke dalam ide-ide lama secara kontinu atau terus-menerus. Peserta didik menyaring semua yang mereka pelajari melalui kajian para ahli dan membuat koneksi internal yang mengarah ke jaringan internal ahli bidang terkait. Model ini digambarkan, seperti sebuah bangun prisma, yaitu merupakan sebuah bangun yang apabila dilihat dapat menciptakan berbagai dimensi dan arah fokus. Pendidikan seorang manusia tidak pernah selesai sampai ia mati (Robert E. Lee dalam Hosnan, 2014: 78).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28
2.2.2 Hakikat Novel Novel seperti halnya bentuk prosa cerita yang lain, sering memiliki struktur yang kompleks dan biasanya dibangun dari unsur-unsur seperti latar, perwatakan, cerita, teknik cerita, bahasa, tema (Rahmanto, 1988:70). Novel merupakan bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi, yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Oleh karena itu, novel dapat mengemukakan sesuatu secara bebas, menyajikan sesuatu secara lebih banyak, lebih rinci, lebih detail, dan lebih banyak melibatkan berbagai permasalahan yang lebih kompleks (Nurgiyantoro, 2005:11). Novel adalah suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012:16). Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang (secara langsung) turut serta membangun cerita. Unsur yang dimaksud untuk menyebut sebagian saja, misalnya peristiwa, cerita, plot, penokohan, tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa dan lain-lain (Nurgiyantoro, 2005:23) Unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi tidak secara langsung mempengaruhi bangunan atau sistem organisme
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29
karya sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya (Nurgiyantoro, 2005: 23-24). Unsur ekstrinsik meliputi psikologis dan kejiwaan, historis atau sejarah, dan unsur-unsur lain di luar teks atau naskah sastra. 2.2.3 Tema Puncak dalam mempelajari novel sebenarnya menemukan kesimpulan dari seluruh analisis fakta-fakta dalam cerita yang telah dicerna. Kesimpulan itulah yang disebut sebagai tema (Rahmanto, 1988: 75). Tema dalam sebuah novel hendaknya tidak langsung diberikan oleh guru. Mereka harus dibiarkan agar tumbuh kesadarannya, sebagai hasil pengalaman-pengalaman mereka sendiri dalam menggauli novel-novel tersebut lewat diskusi-diskusi yang terarah dan cermat. diskusi-diskusi harus dilaksanakan secara berkesinambungan berawal dari hal-hal yang mudah dan berlanjut mengarah ke hal-hal yang cukup sulit. Para sisiwa hendaknya telah memiliki konsep sederhana yang berhubungan dengan unsur yang membangun sebuah novel seperti perwatakan, cerita, sebab akibat, sebelum mendalami ke tingkat abstraksi yang lebih lanjut. Tema dapat digolongkan ke dalam beberapa kategori, yaitu penggolongan dikhotomis yang bersifat tradisional dan non tradisional, penggolangan dilihat dari pengalaman jiwa menurut Shipley. Tema tradisional dimaksudkan sebagai tema yang menunjuk pada tema yang hanya “itu-itu”saja, dalam arti, ia telah lama dipergunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30
Pernyataan-pernyataan tema yang dapat dipandang sebagai bersifat tradisional itu, misalnya: kebenaran dan keadilan mengalahkan kejahatan, tindak kejahatan walau ditutup-tutupi akan terbongkar juga, tindak kebenaran atau kejahatan masingmasing akan memetik hasilnya (Jawa: becik ketitik ala ketara), cinta yang sejati menuntut pengorbanan, kawan sejati adalah kawan di masa duka, setelah menderita orang baru mengingat Tuhan, atau (seperti pepatah-pantun) berakitrakit ke hulu, berenang-renang ketepian. Pada umumnya tema-tema tradisional merupakan tema yang digemari orang dengan status sosial apapun, di manapun dan kapan pun. Hal itu disebabkan pada dasarnya setiap orang cinta akan kebenaran dan membenci sesuatu yang sebaliknya (Nurgiyantoro, 1995: 77-78). Selain hal-hal yang bersifat tradisional, tema sebuah karya mungkin saja mengangkat sesuatu yang tidak lazim, katakan sesuatu yang bersifat nontradisional. Karena sifatnya yang nontradisional, tema yang demikian, mungkin tidak sesuai dengan harapan pembaca, bersifat melawan arus, mengejutkan bahkan boleh jadi mengesalkan, megecewakan atau berbagai reaksi efektif yang lain (Nurgiyantoro, 1995: 79). Selain itu, Shipley (dalam Nurgiyantoro 1995:80) mengartikan tema sebagai subjek wacana, topik umum, atau masalah utama yang dituangkan ke dalam cerita. Shipley membedakan tema-tema karya satra ke dalam lima tingkatan yaitu: a. Tema Tingkat Fisik Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31
menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. b. Tema Tingkat Organik Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandal-skandal seksual yang lain. c. Tema Tingkat Sosial Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalahmasalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial. d. Tema Tingkat Egoik Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai individu. Di samping sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu yang senantiasa “menuntut” pengakuan atas hak individualitasnya. Dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 32
kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan. e. Tema tingkat divine Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan.
Dalam usaha menemukan dan menafsirkan tema sebuah novel, secara lebih khusus dan rinci, Stanton (1965: 22-23 dalam Nurgiyantoro, 1995: 86-87) ada sejumlah kriteria yang dapat diikuti seperti ditunjukkan sebagai berikut. Pertama, penafsiran tema sebuah novel hendaknya mempertimbangkan tiap detil cerita yang menonjol. Kedua, penafsiran tema sebuah novel hendaknya tidak bersifat bertentangan dengan tiap detil cerita.
Ketiga,
penafsiran
tema
sebuah
novel
hendaknya
tidak
mendasarkan diri pada bukti-bukti yang tidak dinyatakan baik secara langsung maupun tak langsung dalam novel yang bersangkutan. Keempat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 33
penafsiran tema sebuah novel haruslah mendasarkan diri pada bukti-bukti yang secara langsung ada dan atau yang disarankan.
2.2.4 Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar, di dalam karya sastra modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162). Amanat sering kali disebut moral. Moral menurut (Kenny dalam Nurgiyantoro, 1995:321) biasanya dimaksudkan sebagai suatu saran yang berhubungan dengan ajaran moral tertentu yang bersifat praktis, dapat diambil lewat cerita yang bersangkutan oleh pembaca. Moral dalam cerita dapat dipahami sebagai suatu saran yang berkaitan dengan ajaran moral tertentu yang terkandung dalam cerita itu, atau sengaja dimaksudkan oleh pengarang untuk disampaikan kepada pembaca lewat cerita yang bersangkutan. Dalam hal ini sebagaimana halnya tema, moral pun dapat dipandang sebagai makna, makna yang dapat diperoleh pembaca yang mengandung unsur kemanfaatan bagi dirinya (Nurgiyantoro, 2005: 81). Teknik penyampaian moral dapat bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung atau tidak langsung, secara terang-terangan atau terselubung. Teknik penyampaian yang disebut pertama bersifat menggurui, sedang yang kedua membiarkan pembaca untuk memahami dan menemukannya sendiri (Nurgiyantoro, 2005: 267).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 34
Jenis atau wujud pesan moral yang terdapat dalam karya sastra akan bergantung
pada
keyakinan,
keinginan,
dan
interest
pengarang
yang
bersangkutan. Ajaran moral ini dapat mencakup seluruh persoalan yang menyangkut harkat dan martabat manusia. Persoalan hidup manusia ini dibedakan menjadi persoalan hubungan manusia dengan diri sendiri, hubungan manusia dengan manusia lain dalam lingkup sosial termasuk hubungannya dengan lingkungan alam, dan hubungan manusia dengan Tuhannya (Nurgiyantoro, 1995: 323-324). Teknik penyampaian moral bersifat eksplisit dan implisit, penyampaian langsung
dan
tidak
langsung,
secara
terang-terangan
atau
terselubung
(Nurgiyantoro, 1995: 267). Pada saat ini pembaca akan memahami dan menemukan pesan yang diungkapkan penulis dalam karya sastra.
2.2.5 Pembelajaran Sastra di SMA 2.2.5.1 Tahap pembelajaran sastra di SMA Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988:27) pemilihan bahan pembelajaran sastra harus didasarkan pada tiga aspek penting, yaitu bahasa, psikologi, dan latar belakang kebudayaan para siswa. 1) Bahasa Penguasaan suatu bahasa sebenarnya tumbuh dan berkembang melalui tahap-tahap yang nampak jelas pada setiap individu. Oleh karena itu, agar pengajaran sastra dapat lebih berhasil, guru kiranya perlu mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 35
keterampilan (atau semacam bakat) khusus untuk memilih bahan pengajaran sastra yang bahasannya sesuai dengan tingkat penguasaan bahasa siswanya. Bahasa sebuah karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran sastra harus sesuai dengan tingkat sekolah siswa. Kesesuaian tersebut dapat dilihat dari kosa kata baru, tata bahasa, pengertian isi wacana, ungkapan, dan referensi yang ada. Kejelian dalam menentukan kriteria bahan pembelajaran sastra tersebut akan berdampak pada pemahaman siswa terhadap karya sastra yang sedang diajarkan. 2) Psikologi Perkembangan psikologi setiap anak tentu berbeda. Dalam memilih bahan pembelajaran sastra, tahap-tahap perkembangan psikologis ini memiliki pengaruh yang besar terhadap minat dan keengganan anak didik dalam banyak hal. Tahap perkembangan psikologis ini juga sangat besar pengaruhnya terhadap daya ingat, kemauan mengerjakan tugas, kesiapan bekerja sama, dan kemungkinan pemahaman situasi atau pemecahan masalah yang dihadapi. Oleh karena itu, karya sastra yang dijadikan sebagai bahan pembelajaran disarankan mampu mewakili tingkat psikologi anak, sehingga anak didik akan lebih mudah memahami isi karya sastra tersebut. Moody (dalam Rahmanto, 1988:30) membagi tahapan psikologis anak menjadi empat tahapan, yaitu sebagai berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 36
(a) Tahapan pengkhayal (8 sampai 9 tahun). Pada tahap ini imajinasi anak belum banyak diisi hal-hal nyata tetapi masih penuh dengan berbagai macam fantasi kekanakan. (b) Tahap romantik (10 smpai 12 tahun). Pada tahap ini anak mulai meninggalkan fantasi-fantasi dan mengarah ke realitas. Meski pandangannya tentang dunia ini masih sangat sederhana, tetapi pada tahap ini anak telah menyenangi cerita-cerita kepahlawanan, petualangan, dan bahkan kejahatan. (c) Tahap realistik (13 sampai 16 tahun). Sampai tahap ini anak-anak sudah benar-benar terlepas dari dunia fantasi, dan sangat berminat pada realitas atau apa yang benar-benar terjadi. Mereka terus berusaha mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami masalah-masalah dalam kehidupan yang nyata. (d) Tahap generalisasi (umur 16 dan selanjutnya). Pada tahap ini anak sudah tidak lagi hanya berminat pada hal-hal praktis saja tetapi juga berminat untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan meganalisis fenomena, mereka berusaha menemukan dan merumuskan penyebab utama fenomena itu yang kadang-kadang mengarah ke pemikiran filsafat untuk menentukan keputusan-keputusan moral.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 37
3) Latar belakang budaya Menurut Moody (dalam Rahmanto, 1988: 31), latar belakang karya sastra bisa meliputi hampir semua faktor kehidupan manusia dan lingkungan, seperti geografi, sejarah, topografi, iklim, mitologi, legenda, pekerjaan, kepercayaan, cara berpikir, nilai-nilai masyarakat, seni, olah raga, hiburan, moral dan etika. Menurutya, siswa akan tertarik pada karya-karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka, terutama bila karya sastra itu menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan mereka atau dengan orang-orang di sekitar mereka. Dengan demikian, pemilihan bahan pembelajaran sastra yang sesuai dengan latar belakang budaya menjadi kunci sukses dalam mendidik anak. 2.2.5.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar kompetensi dan kompeteni dasar (SK-KD) merupakan arah dan landasan pengembangan materi standar, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk penilaian. Depdiknas telah menyiapkan standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berbagai mata pelajaran untuk dijadikan acuan oleh para pelaksana (guru) dalam mengembangkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini, tugas utama guru adalah menjabarkan, manganalisis, mengembangkan indikator, dan menyesuaikan SKKD dengan karakteristik dan perkembangan peserta didik, situasi dan kondisi sekolah, serta kondisi dan kebutuhan daerah (Mulyasa, 2008: 231).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 38
Dalam penelitian ini, peneliti menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar agar dapat merumuskan indikator. Berikut ini SK-KD yang ditentukan oleh peneliti sebagai acuan pengembangan RPP. Membaca
7.2 Menganalisis unsur-unsur
7. memahami berbagai hikayat, intrinsik dan ekstrinsik novel novel Indonesia/terjemahan
Indonesia/terjemahan.
Berdasarkan SK-KD yang ditentukan, keterampilan berbahasa yang akan dicapai ialah membaca dengan Standar Kompetensi memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan dan Kompetensi Dasar menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. SK-KD ini terdapat dalam mata pelajaran bahasa Indonesia kelas XI semester I. Peneliti merumuskan indikator sesuai standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditentukan yaitu sebagai berikut. 1) Mampu
menjelaskan
pengertian
unsur
intrinsik
meliputi
tokoh,
perwatakan, alur, latar, tema, amanat, gaya. 2) Mampu mengidentifikasi unsur tema berdasarkan langkah-langkah penentuan tema. 3) Mampu mengidentifikasi unsur amanat berdasarkan teknik penyampaian moral. 4) Mampu menganalisis tema dan amanat berdasarkan langkah penentuan dan teknik penyampaian moral dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 39
2.2.5.3 Silabus Secara sederhana, silabus dapat diartikan sebagai rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran dengan tema tertentu, yang mencakup standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan, berdasarkan standar nasional pendidikan (SNP) (Mulyasa, 2008: 132-133). 1. Tiga Cara Pengembangan Silabus Pengembangan Silabus sebaiknya dilakukan dengan melibatkan para ahli atau instansi yang relevan di daerah setempat, seperti tokoh masyarakat, instansi pemerintah, instansi swasta termasuk perusahaan dan industri, serta perguruan tinggi. Dalam prosesnya, pengembangan silabus harus melibatkan berbagai pihak, seperti dinas pendidikan provinsi, dinas pendidikan kota dan kabupaten, departemen agama serta sekolah yang akan mengimplementasikan kurikulum, sesuai dengan kapasitas dan proporsinya masing-masing. Dengan demikian, pengembangan silabus KTSP dapat dilakukan melalui tiga cara berikut. a) Mengembangkan silabus sendiri; bagi sekolah yang sudah mampu mengembangkannya, dan didukung oleh sumber daya, sumber dana, serta fasilitas dan lingkungan yang memadai. b) Menggunakan model silabus yang dikembangkan oleh BSNP; bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya secara mendiri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 40
c) Menggunakan atau memotokopi silabus dari sekolah lain; bagi sekolah yang belum mampu mengembangkannya sendiri (Mulyasa, 133-134). 2. Tujuh Prinsip Dasar Pengembangan Silabus Tujuh prinsip pengembangan silabus yaitu, relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, efektivitas, efisiensi, konsistensi, memadai. Untuk lebih jelasnya, dapat diperhatikan melalui uraian sebagai berikut. a) Relevansi mengandung arti bahwa cakupan, kedalaman, tingkat kesulitan, serta urutan penyajian materi dan kompetensi dasar dalam silabus sesuai dengan karakterstik peserta didik, baik kemampuan spiritual, intelektual, sosial, emosional, maupun perkembangan fisik. b) Fleksibilitas mengandung arti bahwa keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat. Lebih lanjut dapat dikemukakan bahwa prinsip fleksibilitas mengandung makna bahwa pelaksanaan program, peserta didik, dan lulusan memiliki ruang gerak dan kebebasan dalam bertindak. c) Kontinuitas mengandung arti bahwa setiap program pembelajaran yang dikemas dalam silabus memilki keterkaitan satu sama lain dalam membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik. d) Efektivitas
dalam
pengembangan
silabus
keterlaksanaannya dalam pembelajaran, dan
berkaitan tingkat
dengan
pembentukan
kompetensinya sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD) dalam standar isi. Silabus yang efektif adalah yang dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 41
diwujudkan dalam pembelajaran di kelas, sebaliknya silabus tersebut dapat dikatakan kurang efektif apabila banyak hal yang tidak dapat dilaksanakan. e) Efisiensi dalam pengembangan silabus berkaitan dengan
upaya untuk
menghemat penggunaan dana, daya, dan waktu tanpa mengurangi hasil atau kompetensi standar yang ditetapkan. f) Konsistensi dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa antara standar
kompetensi,
kompetensi
dasar,
indikator,
materi
pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memiliki hubungan yang konsisten (ajeg) dalam membentuk kompetensi peserta didik. g) Memadai dalam pengembangan silabus mengandung arti bahwa ruang lingkup indikator, materi standar, pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian yang dilaksanakan dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Di samping itu, prinsip memadai juga berkaitan dengan sarana dan prasarana, yang berarti bahwa kompetensi dasar yang dijabarkan dalam silabus, pencapaiannya ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai.
3. Lima Langkah Penting Pengembangan Silabus Sedikitnya terdapat lima langkah penting yang harus dilalui dalam pengembangan silabus, yaitu perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, revisi, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 42
pengembangan silabus berkelanjutan. Kelima langkah tersebut diuraikan sebagai berikut. a) Perencanaan.
Dalam
perencanaan
ini,
tim
pengembang
harus
mengumpulkan informasi dan referensi, serta mengidentifikasi sumber belajar termasuk nara sumber yang diperlukan dalam pengembangan silabus. b) Pelaksanaan. Pengembangan silabus dapat dilakukan dengan langkahlangkah sebagai berikut. (1) mengisi kolom identitas, (2) mengkaji dan menganalisis standar kompetensi, (3) mengkaji dan menentukan kompetensi dasar, (4) mengembangkan indikator kompetensi hasil belajar, (5)
mengidentifikasi
materi
standar,
(6)
mengembangkan
pengalaman/kegiatan belajar mengajar (standar proses), (7) menentukan jenis penilaian, (8) alokasi waktu, (9) menentukan sumber belajar. c) Penilaian. Penilaan silabus harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan,
dengan
menggunakan
model-model
penilaian.
Misalnya menggunakan model CIPP (Contect, Input, Proses, Product) dari Stuffle Beam. d) Revisi. Draf silabus yang telah dikembangkan perlu diuji kelayakannya melaui analisis kualitas silabus, penilaian ahli, dan uji lapangan. Berdasarkan hasil uji kelayakan kemudian diakukan revisi. e) Pengembangan silabus berkelanjutan. Dalam implementasi KTSP, pengembangan silabus harus dilakukan secara berkesinambungan, kemudian dijabarkan ke dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43
dilaksanakan, dievaluasi, dan ditindaklanjuti oleh masing-masing guru. Silabus harus dikaji dan dikembangkan secara berkelanjutan dengan memerhatikan hasil evaluasi terhadap hasil belajar peserta didik, evaluasi proses
pembelajaran,
dan
evaluasi
program/rencana
pelaksanaan
pembelajaran (Mulyasa, 2008: 141-147). 4. Tujuh Komponen Utama Silabus a) Standar kompetensi dan kompetensi dasar (SK-KD), bisa dilihat dalam dokumen standar isi, sesuai dengan mata pelajaran masing-masing. SKKD berfungsi untuk mengarahkan guru dan fasilitator pembelajaran, mengenai target yang harus dicapai dalam pembelajaran. b) Materi standar berfungsi untuk memberikan petunjuk kepada peserta didik dan guru/fasilitator tentang apa yang harus dipelajari dalam mencapai kompetensi yang telah ditetapkan. c) Kegiatan pembelajaran berfungsi mengarahkan peserta didik dan guru dalam membentuk kompetensi dasar. Dalam garis besarnya, kegiatan pembelajaran ini mencakup kegiatan awal (pembuka), kegiatan inti (pembentukan kompetensi), dan kegiatan akhir (penutup). Dalam kegiatan akhir atau
penutup
dapat
dilakukan
penilaian
untuk
mengecek
ketercapaian kompetensi dasar oleh peserta didik. d) Indikator berfungsi sebagai petunjuk tentang perubahan perilaku yang akan dicapai oleh peserta didik sehubungan dengan kegiatan belajar yang dilakukan, sesuai dengan kompetensi dasar dan materi standar yang dikaji.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 44
e) Penilaian berfungsi sebagai alat dan strategi untuk mengukur keberhasilan belajar peserta didik. Penilaian dapat dilakuka secara terpadu dengan pembelajaran, pelaksanaannya dapat dilakukan melalui pendekatan proses dan hasil belajar. Kedua pendekatan evaluasi tersebut perlu digunakan untuk melihat dan memantau penguasaan setiap peserta didik terhadap kompetensi tertentu yang diharapkan dicapai. f) Alokasi waktu adalah pengaturan waktu untuk kegiatan pembelajaran sesuai dengan kalender pendidikan. g) Sumber belajar berfungsi untuk mengarahkan peserta didik dan guru mengenai sumber-sumber belajar yang relevan untuk dikaji dan didayagunakan untuk membentuk kompetensi peserta didik (Mulyasa, 2008: 147-149).
5. Format Silabus Sesuai dengan komponen-komponen silabus sebagaimana dikemukakan di atas, silabus KTSP harus mencakup: (1) standar kompetensi, (2) kompetensi dasar, (3) indikator, (4) materi pembelajaran, (5) kegiatan belajar/pembelajaran, (6) penilaian, (7) alokasi waktu, (8) sumber belajar (Mulyasa, 2008: 149).
2.2.6 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Berdasarkan RPP ilmiah seorang guru (baik yang menyusun RPP itu sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45
maupun yang bukan) diharapkan bisa menerapkan pembelajaran secara terprogram (Muslich, 2007: 45). Peserta didik akan dilibatkan dalam pengembangan RPP karena peserta didik merupakan sasaran tercapainya tujuan pembelajaran dalam implementasi KTSP. Ada beberapa hal yang perlu diidentifikasi dengan peserta didik menyangkut RPP ialah kompetensi, materi standar, indikator hasil belajar, dan penilaian bagi siswa. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengembangan RPP untuk menyukseskan implementasi KTSP (Mulyasa, 2008:157) ialah. a. Kompetensi yang dirumuskan dalam RPP harus jelas; makin konkret kompetensi makin mudah diamati, dan makin tepat kegiatan-kegiatan yang harus diakukan untuk membentuk kompetensi tersebut. b. Rencana pembelajaran harus sederhana dan fleksibel, serta dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik. c. Kegiatan-kegiatan yang disusun dan dikembangkan dalam RPP harus menunjang dan sesuai dengan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. d. RPP yang dikembangkan harus utuh dan menyeluruh, serta jelas pencapaiannya. e. Harus ada koordinasi antarkomponen pelaksana program di sekolah, terutama apabila pembelajaran diaksanakan secara tim (team teaching) atau moving class.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46
2.2.7 Kerangka Berpikir Pembelajaran tema dan amanat merupakan salah satu materi yang terdapat pada siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Sebelum guru melaksanakan pembelajaran, ada baiknya mempersiapkan terlebih dahulu materi dan bahan ajar yang akan digunakan. Pertama-tama, peneliti mencari novel yang akan diimplementasikan dalam pembelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Setelah mencari, akhirnya
peneliti
memilih
novel
Ibuk
karya
Iwan
Setyawan
untuk
diimplementasikan dalam pembelajaran. Novel tersebut terdiri atas 49 bab, peneliti membaca novel tersebut dari bab pertama sampai bab terakhir. Setelah itu, peneliti membuat sinopsis per bab, yaitu dari bab satu sampai bab empat puluh sembilan. Langkah selanjutnya, peneliti menganalisis unsur tema dan amanat yang terdapat pada setiap bab, yaitu berupa kutipan kata-kata yang terdapat di dalam novel. Untuk menemukan tema yang terdapat dalam novel, peneliti menggunakan teori dari Shipley. Shipley dalam Dictionary of World Literature (1962: 417) membedakan tema menjadi lima tingkatan yaitu (1) tema tingkat fisik, (2) tema tingkat organik, (3) tema tingkat sosial, (4) tema tingkat egoik, (5) tema tingkat divine (Nurgiyantoro, 1995: 80-81). Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti ialah mencari amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan yang terdiri atas 49 bab. Analisis amanat dilakukan menggunakan dua teknik yaitu teknik tersirat dan tersurat. Setelah membuat sinopsis, mencari tema dan amanat dalam novel Ibuk, peneliti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 47
membuat silabus dan RPP. Karena keterbatasan waktu, tidak semua bab diimplementasikan dalam pembelajaran. Oleh karena itu, peneliti memilih bab 27 untuk diimplementasikan dalam pembelajaran. Peneiliti menyusun RPP dengan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama, peserta didik difokuskan untuk mencari unsur tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27. Pertemuan kedua, peserta didik difokuskan untuk mencari unsur amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27. Metode yang digunakan dalam pembelajaran tema dan amanat untuk siswa SMA kelas XI semester 1 adalah metode saintifik. Metode saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami beragam materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Jadi, peserta didik akan diajak untuk mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan mengomunikasikan tentang unsur-unsur intrinsik dalam novel Ibuk, khususnya tema dan amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif karena data yang diambil berupa kata-kata dan bertujan untuk mendeskripsikan penerapan pendekatan saintifik terhadap unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya (Moleong, 2006: 6). Peneliti memecahkan masalah penelitian melalui ciri penelitian deskripsi. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dikatakan metode deskripsi karena penelitiannya menghasilkan data tertulis berupa pendeskripsian tema dan amanat yang terkandung dalam novel yang diamati. Metode deskriptif diartikan sebagai
prosedur
pemecahan
masalah
yang
diselidiki
dengan
menggambarkan/melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Hadari, 2005:73). 3.2 Data dan Sumber Data Data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutipan-kutipan bagian tertentu dari novel Ibuk. Sumber data terkait dengan subjek penelitian dari mana data diperoleh. Subjek penelitian sastra adalah teks novel, novela, cerita pendek, drama, dan puisi (Siswantoro, 2010: 27). Data yang diambil adalah data
48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 49
yang berupa kalimat-kalimat dalam dialog dan kalimat-kalimat narasi pada novel Ibuk dan kesesuainnya sebagai bahan pembelajaran. Adapun identitas sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah. Judul novel
: Ibuk
Halaman
: 289 halaman
Pengarang
: Iwan Setyawan
Penerbit
: PT Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit
: 2012
Bulan terbit
: Juni
Kota
: Jakarta
3.3 Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan dengan cara membaca novel secara intensif dan dilakukan secara berulang-ulang untuk mendapatkan data yang sesuai, dilanjutkan dengan proses pencatatan. Teknik catat yang digunakan oleh peneliti adalah untuk mencatat kutipan yang sekiranya menunjukkan gambaran tema dan amanat novel tersebut. Teknik pembacaan juga dilakukan dalam penelitian ini, karena data dalam penelitian ini berupa teks tertulis. Pembacaan dilakukan dengan cermat dan teliti untuk menemukan tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50
3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaan lebih mudah, lebih cermat, lengkap, sistematis, dan mudah untuk diolah (Arikunto, 2002: 136). Instrumen merupakan penyelidikan benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan sebagainya (Arikunto, 2002: 131). Dalam penelitian ini peneliti menyelidiki benda tertulis yang menunjang hasil penelitian ini yaitu novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
3.5 Teknik Analisis data. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kualitatif. Langkah-langkah penelitan ini meliputi. 1. Pembandingan antardata Data-data yang telah diperoleh melalui kegiatan membaca novel dan telah digarisbawahi yaitu mengenai metode saintifik, selanjutnya dibandingkan. Perbandingan ini dilakukan untuk mengelompokkan data-data tersebut sesuai dengan metode saintifik yang telah ditentukan. 2. Kategorisasi Data-data yang telah dibandingkan tersebut kemudian dikelompokkan. Pengelompokkan data yang berupa referensi. Data-data yang telah dikelompokkan berdasarkan hal yang ditentukan. Selanjutnya, dideskripsikan sesuai dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51
interpretasi dan pengetahuan tentang moral yang dimiliki peneliti. Pendeskripsian dilakukan terhadap setiap kelompok dan dilakukan secara berurutan. Berdasarkan pendeskripsian tersebut, peneliti kemudian membuat kesimpulan. Analisis yang digunakan dalam penelitian yang berjudul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Santifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1” adalah analisis deskriptif. Langkah awal dalam analisis penelitian ini adalah mendeskripsikan unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Langkah-langkah yang digunakan peneliti dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Peneliti terlebih dahulu membaca keseluruhan isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan. 2. Peneliti meringkas hal-hal penting yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. 3. Peneliti menganalisis unsur tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dengan menggunakan metode saintifik. 4. Peneliti merelevansikan novel Ibuk karya Iwan Setyawan ke dalam pembelajaran sastra untuk siswa SMA kelas XI semester 1 yaitu pada KD tentang menganalisis unsur intrinsik dan ekstrinsik dalam novel. Namun, pada penelitian ini khusus mencari unsur intrinsik saja, terbatas pada tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data Dalam bab ini akan mendeskripsikan tentang pendekatan saintifik terhadap pembelajaran tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Novel ini terdiri atas 49 bab. Dari 49 bab tersebut, peneliti menggunakan metode saintifik untuk menganalisis tema dan amanatnya sebagai bahan pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester I. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan. Proses pembelajaran yang mengimplementasikan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah, yaitu sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Dengan proses pembelajaran yang demikian, diharapkan hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan efektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 53
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan proses seperti mengamati, mengklasifikasikan, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses ini bantuan guru sangat diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
4.2 Hasil Analisis yang Ditemukan Dalam Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan. Berikut akan dikemukakan penerapan metode saintifik yang akan digunakan untuk pembelajaran di kelas XI semester I guna mencari tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. 4.2.1
Peserta didik diminta untuk membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan (mengamati).
4.2.2
Setelah membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan, guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dipahami dari apa yang telah diamati (menanya).
4.2.3
Setelah membaca dan bertanya berkaitan dengan novel Ibuk karya Iwan Seyawan, peserta didik membuat sinopsis novel Ibuk karya Iwan dari bab satu sampai bab empat puluh sembilan, kemudian peserta didik merangkum sinopsis secara keseluruhan agar isinya lebih mudah untuk dipahami. Berikut adalah sinopsis novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 54
1.1
Bab 1 “Pagi di Pasar Batu” Bab ini menceritakan tentang seorang anak kecil yang bernama Tinah.
Tinah harus mengubur harapan untuk menyelesaikan sekolahnya di Taman Siswa Batu. Ia jatuh sakit saat menjelang ujian akhir kelas 6. Semenjak itu, ia tak pernah kembali ke sekolah. Buat anak perempuan tidak apa-apa tidak sekolah, kata Mak Gini, ibunya. Tinah akhirnya tinggal di rumah membantu ibunya mengurus kelima adiknya. Ketika umur 16, Tinah membantu Mbok Pah, neneknya berjualan baju bekas di pasar Batu. Dari situ, Tinah diajari untuk membuka kios, melipat baju, dan tawar-menawar. Di sebelah kos Tinah terdapat penjual tempe, Cak Ali namanya. Matanya tak pernah lepas dari Tinah, ia sering memberi tempe untuk Tinah sebelum menutup kiosnya. Tinah kadang membawakan sarapan untuk Cak Ali, tempe goreng atau sambal goreng masakannya. Tak hanya Cak Ali yang jatuh hati kepada Tinah, playboy pasar Sim ternyata diam-diam juga suka menatap Tinah. Tatapan mata Sim menyelinap di hati Tinah dan menyesakkan dadanya. 3.2 Bab 2 “Sebuah Awal Sebuah Keberanian” Bab ini menceritakan tentang kedatangan Sim ke rumah Tinah yang secara tiba-tiba. Malam harinya, entah darimana playboy pasar itu mendapatkan alamat rumah Tinah, dan tiba-tiba ia mengetuk pintu rumah Mbok Pah. Kemudaian Sim masuk, dan duduk di ruang tamu. Ia mengobrol dengan Mbok Pah, Tinah di dapur sedang menyiapkan minum untuk Sim. Akhirnya, Mbok Pah meninggalkan ruang tamu karena harus menyiapkan makan malam untuk suaminya. Kini hanya tinggal Sim dan Tinah. Keduanya malu-malu untuk mengobrol, tak tahu bagaimana
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 55
memulai pembicaraan. Tinah akhirnya memulai percakapan dan keduanya larut dalam obrolan. Sim menceritakan tentang hidupnya, bahwa ia belum pernah melihat wajah orang tua kandungnya, karena sejak umur tiga bulan, ia diasuh oleh saudara bapaknya yang ada di Malang. 3.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintamu” Bab ini menceritakan tentang kedatangan Sim ke rumah Tinah untuk kedua kalinya, yaitu Sim berniat mengajak Tinah untuk menonton layar tancep di lapangan Desa Sisir. Ada film India bagus! Ajak Sim bersemangat. Sesuai janji Sim, minggu depannya Sim menjemput Tinah selepas Azan magrib. Untuk pertama kalinya Tinah memberanikan diri keluar rumah dengan lelaki yang baru saja ia kenal. Selama menonton layar tancep, mata Tinah tak pernah lepas dari layar lebar yang ada di depannya. Sim dan Tinah duduk bersebelahan saat menonton film India. Tak terasa, delapan bulan sudah Sim dan Tinah saling mengenal satu sama lain, Sim juga sudah tidak pernah mengunjungi Suci anak juragannya yang ada di Malang, karena bagi Sim Tinah sudah memberikan napas baru untuknya. 3.4 Bab 4 “Maukah Kau Hidup Susah Denganku” Bab ini menceritakan tentang pengalaman pertama Tinah naik mobil. Seperti janji Sim pada Tinah, sopir angkot baru itu menunggu Tinah di depan Gang Buntu. Beberapa penumpang langganannya juga ikut menunggu. Selama hidupnya, Tinah tidak pernah naik mobil. Sampailah pada perbatasan Batu dan Pujon, Tinah mulai mual-mual. Mulutnya ditutup rapat dengan saputangan yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 56
memang sudah ia persiapkan dari pagi hari. Setelah Sim menurunkan penumpangnya satu demi satu, mobil melaju pulang. Mereka melewati jalan yang gelap dan sepi. Saat memasuki Desa Sanggrahan Sim menatap Tinah sejenak sebelum akhirnya memberanikan diri meraih tangannya. Telapak tangan Sim yang dingin, menyentuh telapak tangannya. Wajah Tinah memerah. Keduanya terdiam sejenak. Angkot pun sampai di depan Gang Buntu, mereka berjalan menuju rumah Mbok Pah. Sim menunggu sampai Tinah masuk ke dalam rumah. Namun sebelumnya Sim memberanikan diri berkata kepada Tinah “Nah... kamu mau gak hidup susah sama aku. Kita, hidup berdua..,” lanjutnya terbata-bata. 3.5 Bab 5 “Berlabuh” Bab ini menceritakan tentang Sim yang akan datang untuk melamar Tinah. Sim berusaha membulatkan tekadnya. Ia ingin segera menanyakan Ngatinah kepada keluargnya, namun orang tua kandung Sim berada di Yogya, dan ia sendiri belum pernah bertemu dengan mereka. Sementara orang tua angkatnya yang tinggal di Malang sudah tiada. Sim hanya bisa meminta tolong kepada kakak angkatnya Mbak Gik. Bulan berikutnya Sim dengan keluarga Mbak Gik datang ke Gang Buntu. Mereka menanyakan Ngatinah kepada keluarganya. Abdul Hasyim mengenakan kopiah hitam, baju, sepatu dan celananya baru. Ia seperti pegawai kelurahan, bukan sopir angkot. Tinah juga tampak berbeda dari biasanya. Ia memakai bedak yang lebih tebal dan mengenakan kerudung dari Mbok Pah untuk menutupi rambutnya. Lamaran berjalan dengan lancar. Tanggal pernikahan pun telah disetujui kedua pihak keluarga. Bulan depan. Ahirnya hajatan pertama di keluarga Ngatinah tiba. Ijab kabul dilaksanakan di ruang tamu, tempat mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 57
pertama kali berbincang. Mempelai duduk di atas kursi rotan dengan hiasan rangkaian bunga melati yang sederhana dan harum. Jas yang dipakai Sim terlihat sedikit kebesaran. Ada mawar putih kecil di saku kirinya. Tinah berdandan sendiri, ia membeli bedak Viva malam sebelum pesta pernikahannya. Di pasar malam Batu. Gincu merah juga dibeli untuk pertama kali. Ia tak pernah berdandan selama ini. Sepatu sandalnya warna cokelat tua, sepatu sandal bekas yang telah dioles mengkilat oleh Bapak Mun. Malam pertama, mereka berada di rumah Mbak Gik. Tak ada selimut di atas dipan kayu mereka. Yang ada hanyalah kain jarik batik yang dipakai Tinah pada pesta pernikahan tadi. 3.6 Bab 6 “Awal Pelayaran” Bab ini menceritakan tentang awal kehidupan Sim dan Tinah setelah menikah. Setelah menikah, mereka tinggal di rumah kakak angkat Sim, Mbak Gik. Tinah terbangun di kamar yang asing, di rumah yang asing. Sim di sampingnya tanpa selimut. Terlelap. Padahal udara dingin menusuk tulang. Tinah memberikan separuh jariknya untuk Sim. Ia menutup mata lagi. Pagi-pagi jam lima Sim bangun dan berpamitan kepada Tinah untuk menarik angkot, sedangkan Tinah sendiri masih terlelap tidur. Sebuah kebiasaan yang berbeda dari biasanya, Tinah segera bangun dan menawarkan untuk membuatkan kopi, namun Sim menolak karena sudah jam lima, nanti takutnya kesiangan narik angkot. Tak berapa lama, dari rahim Tinah terlahir buah cinta mereka. Sim menjadi bapak. Tinah menjadi Ibuk. Di kaki Gunung Panderman mereka berlayar mengarungi kehidupan dengan berani. Dengan layar kejujuran yang kokoh, dengan cinta yang tulus.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 58
3.7 Bab 7 “Lima” Bab ini menceritakan tentang kelahiran lima buah cinta Sim dengan Tinah. Ketika melahirkan Isa, anak pertama, Tinah masih berumur 18 tahun. Setelah enam bulan menyusui Isa, Tinah hamil anak kedua, Nani. Kali ini Tinah sudah lebih siap menjelang kelahirannya. Mungkin karena sering jalan kaki, Nani bisa lahir lebih lancar daripada kelahiran anaknya yang pertama. Kamar kecil mereka pun menjadi semakin meriah dan Tinah merasa tidak enak dengan Mbak Gik. Karena keduanya masih menumpang di rumah kakak angkat Sim hampir dua tahun ini. Mereka mulai membicarakan untuk pindah rumah karena sungkan. Di umur Nani yang ketujuh bulan, Tinah hamil lagi. besar harapan Sim, ada anak laki-laki yang kelak bisa membantunya meringankan beban keluarga. Kehamilan berjalan lancar, seperti sebelumnya. Setelah sembilan bulan dan entah lebih berapa hari, air ketuban pun pecah. Dari rahim Tinah lahir anak laki-laki pertama dalam keluarga Abdul hasyim. Bayek. Kamar mereka pun semakin penuh. Beberapa bulan setelah Bayek lahir, mereka meninggalkan rumah Mbak Gik. Sim telah membangun sebuah rumah kecil di Gang Buntu. Hidup mereka semakin ramai dengan kelahiran Rini, adik Bayek. Ia lahir satu setengah tahun setelah Bayek lahir. Menyusul Mira, anak bungsu yang lahir lima tahun setelah kelahiran Rini. 3.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi” Bab ini menceritakan tentang kebiasaan setiap pagi di keluarga Tinah sebelum anak-anaknya berangkat ke sekolah. Tinah sudah bangun dari jam empat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59
pagi tadi. Ia langsung menuju dapur, mencuci piring kotor semalam, membuatkan kopi untuk Sim, dan mencuci pakaian di belakang rumah. Sim selalu memulai pagi dengan menyapu halaman dengan sapu lidi dan menyiram tanaman di taman kecil depan rumah. Setelah mandi, ia memanaskan angkot di depan gang. Suara mesin angkot keras sekali membangunkan anak-anaknya. Dua cabai rawit. Dua cabai merah. Tiga siung bawang putih. Empat siung bawang merah. Sedikit terasi dan garam. Semuanya digerus di atas cobek batu yang mulai menipis. Bau terasi menyengat. Menghangatkan. Membangunkan. Memenuhi ruang tamu kecil. Tinah memasak nasi goreng pagi itu. Selesai memasak, Tinah di kamar mandi mempersiapkan bak plastik kecil berisi air hangat untuk mandi anak-anaknya. Tiga pasang seragam merah putih sudah tertumpuk rapi di atas kasur. Di sampingnya ada kaos kaki, kaos dalam, celana dalam, dan juga dasi. Setelah mandi, mereka berjajar memilih dan memakai seragam masing-masing. 3.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna” Bab ini menceritakan tentang cara Tinah mengatur uang belanja agar cukup untuk makan sehari-hari. Sim bekerja sebagai sopir angkot untuk menghidupi keluarganya. Setiap hari, ia menyetor hasil narik angkot kepada Tinah untuk keperluan mereka sehari-hari. Ketika berbelanja, mulai dari daging, kangkung, cabai rawit, bawang putih, sampai terasi yang murah pun ditawar Tinah dengan gigih. Sebisa mungkin menghemat pengeluaran. Dari uang belanja ini, Tinah berusaha menyisihkan sebagian untuk membayar SPP dan keperluan sekolah. Sim kadang juga memakai tabungan itu untuk memperbaiki angkot yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 60
rusak atau ketika kena tilang polisi. Kalau Sim mendapat banyak rezeki di jalan, maka ia akan memberi Tinah uang belanja lebih. 3.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur” Bab ini menceritakan tentang tekad Tinah dan Sim yang sangat kuat untuk berjuang demi masa depan anak-anaknya. Setelah makan siang, Isa langsung mengerjakan PR dan mempersiapkan buku-buku untuk pelajaran besok. Nani dan Bayek mengkuti kebiasaan ini. Tak ada satupun dari mereka yang mempunyai meja belajar. Bayek sering meminta Tinah untuk membelikannya tapi belum pernah kesampaian. Mereka beramai-ramai mengelilngi meja kecil di ruang tamu untuk mengerjakan PR masing-masing. Isa guru les yang andal untuk adikadiknya. Lima orang anak kini. Lima hati yang telah menghangatkan rumah kecil Tinah. Ruangan hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Tinah dan Sim bertekad berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya. 3.11 Bab 11 “Menjaring Pagi” Bab ini menceritakan tentang kebiasaan keluarga Tinah di hari Minggu pagi. Minggu pagi tak ada antrian di kamar mandi. Bahkan Isa masih terlelap di bawah selimut merah bercorak mawar. Selimut itu sudah tipis. Rambut panjang Isa separuh menutupi mukanya. Tepat di bawah kakinya ada wajah Nani yang juga masih tidur lelap. Sedikit cahaya matahari mengintip dari belahan korden jendela kamar, sinar lembutnya persis jatuh di dahi Nani. Keduanya berbagi satu selimut mawar merah. Wajah mereka damai. Isa dan Nani akhirnya bangun dan berjemur bersama Sim menjaring hangat pagi. Rambut mereka belum disisir. Tak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61
ada percakapan. Burung berkicau, sesekali ayam berkokok. Sekali-sekali Sim meneguk kopi buatan Tinah. Selesai menjemur, Isa dan Nani segera bergabung dengan Sim dan Mira. Tinah saja yang kembali ke dapur. Belum ada yang mandi karena udara pagi begitu dingin. Mereka bermain-main dengan abab. Uap uadara yang diembuskan dari mulut kecil mereka, yang bergumpal keluar seperti kabut kecil. Rini bahkan menirukan gaya Sim yang sedang merokok. 3.12 Bab 12 “Obrolan di Ruang Tamu” Bab ini menceritakan tentang kebutuhan anak-anak yang semakin banyak. Minggu sore selalu ramai di rumah. Bayek memulai obrolan dengan minta beli buku baru, seragam koor baru dan mengingatkan untuk membayar SPP karena sudah tanggal 10. Nani minta dibelikan sepatu baru karena sepatunya sudah jebol. Isa mengingatkan untuk masuk SMP tahun depan. Entah siasat apa untuk menjawab mereka semua tapi Tinah memastikan tidak ada air mata sore itu. Tinah menyuruh Bayek untuk memakai buku bekas milik Nani terlebih dahulu. Sedangkan untuk sepatu Nani yang jebol, bisa di lem dahulu. Uang SPP Bayek, nanti menyusul kalau sudah dapat uang dari Sim. Begitulah Tinah dengan sabar menjawab satu-persatu pertanyaan anak-anaknya. 3.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan” Bab ini menceritakan tentang rapor Bayek yang tertahan di sekolah karena belum membayar uang buku dan kalender. Pagi itu, Tinah datang ke sekolah Bayek untuk mengambil rapor Bayek. Namun, rapor Bayek tidak bisa dibagikan sekarang. Karena belum membayar uang buku dan kalender. Sedangkan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 62
dompet Tinah hanya berisi uang ratusan rupiah. Tidak akan cukup untuk membayar uang buku dan kalender Bayek. Walau begitu, Tinah Diijinkan untuk melihat sebentar rapor Bayek. Ada sedikit kelegaan di hatinya, Bayek mendapatkan ranking 2. Setelah gagal mengambil rapor Bayek, Tinah masih harus mengambil rapor Isa, Nani, dan Rini. Meskipun harus bolak-balik dari sekolah satu ke sekolah yang lain, Tinah tak pernah meminta tolong orang lain untuk mengambilkan rapor anak-anaknya. Walau gagal mengambil rapor Bayek, Tinah bisa mengambil rapor Isa, Nani dan Rini. Tak ada nilai merah! Rini ranking 9 besar, Nani ranking 3, dan Isa ranking 1. 3.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak” Bab ini menceritakan tentang kegigihan Sim dalam menafkahi keluarganya. Sepi menelan kota Batu. Jam 11 malam Sim baru pulang dari menark angkot. Sim pulang sampai larut malam karena angkotnya rusak lagi, uang habis untuk benerin angkot. Wajah Sim muram, ia menghabiskan makan malamnya. Tangannya masih belepotan oli. Rambutnya kumuh. Mukanya hitam terbakar panas matahari. Sebelum ayam berkokok, Sim sudah terbangun. Ia masih mengenakan baju yang dipakai tadi malam, dan langsung pergi narik angkot. Pukul 10 pagi Sim kembali ke rumah. Tak seperti biasanya. Ia menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan dan seribuan yang ia kumpulkan sejak pagi untuk membayar uang buku dan kelender Bayek. Setelah mencium pipi Mira, Sim segera kembali ke angkot. Karena ada penumpang yang menunggu di mobil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 63
3.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku” Bab ini menceritakan tentang sosok Bayek. Bayek yang selalu teringat dengan kata- kata Ibunya. Pada akhirnya Bayek menulis untuk keluarganya, ia membuat
sebuah
buku
untuk
mengabadikan
momen-momen
bersama
keluarganya. Selain itu, Bayek juga selalu teringat dengan kata-kata ibunya, yang mana cintanya melahirkan tekad untuk kehidupan yang lebih baik, untuk anakanaknya. Agar anak-anaknya tidak melalui jalan hidup yang sama dengan jalan hidup yang telah ia lalui dulu. Agar hidupmu tidak sengasara sepertiku, Nak. Aku tidak lulus SD. Tidak biasa apa-apa. Aku hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan di hadapan anak-anaknya. 3.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita” Bab ini menceritakan tentang atap rumah yang bocor, Tinah menceritakan kepada anak-anaknya bagaimana awal mula pembangunan rumah ini. Hujan mengguyur Batu. Desember yang basah dan dingin. Tiga bak plastik di ruang tamu menampung bocoran air di sana-sini. Suara air menetes dengan ritme yang berbeda di tiap bak. Kadang petir menggelegar. Waktu Ibuk hamil Rini, kita mulai membangun rumah ini. Setelah menabung bertahun-tahun, Bapak ingin punya rumah sendiri. Masa anak sudah mau empat, masih juga numpang di rumah orang, kata Bapakmu. Sedang Ibuk masih ragu, apakah uangnya cukup? Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja masih susah. Tapi Bapakmu nekat. Pokoknya mesti jadi rumah. Meskipun kecil, ini akan jadi rumah kita, cita-cita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 64
Bapak saat itu. Sebelum ada rumah ini, kita menumpang di rumah saudara Bapak di Jalan Darsono. Mbak Gik dan mas Yusuf menyediakan satu kamar untuk Ibuk, Bapak, Isa, Nani dan Bayek. Ya, kita berlima dalam satu kamar berukuran sekitar dua kali tiga meter. Ibuk sungkan ketika kalian ribut di malam hari atau membuat ruang tamu berantakan. Ibuk juga sungkan mengganggu Mbak Gik di dapur. Hampir lima tahun kita menumpang di sana. 3.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri” Bab ini menceritakan tentang sosok Mbah Carik. Mbah Carik dikenal sebagai orang pintar di Gang Buntu. Konon bisa menyembuhkan beberapa penyakit dan juga bisa membaca orang. Meskipun sudah berumur dan rambutnya putih beruban, Mbah Carik telihat cantik dan segar. Ia selalu mengunyah sirih. Di usia senjanya Mbah Carik sangat disegani. Seperti pagi-pagi sebelumnya, Mbah carik berjalan kaki melewati rumah kecil Tinah yang sedang dibangun. Rambut putihnya disanggul. Sebagian tergerai diterpa angin. Kain batik yang dipakai terlihat rapi. Kebaya putih membungkus kulitnya yang putih. Ia mengunyah daun sirih. Bibirnya merah, semerah-merahnya. Waktu itu Tinah sedang hamil, namun ia mengangkat air dua ember dari rumah Sanik ke rumah kecil yang sedang dibangun. “Nah, Nah… sing ati-ati yo,” pesan Mbah carik sambil menepuk pundak Ibuk. “Yang sabar dulu ya. Hidupmu sekarang susah, tapi percaya aku, Nah. Anak lanang yang ada di belakangmu itu kelak akan membahagiakanmu,” pesan Mbah Carik. Raut wajahnya kalem.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 65
3.18 Bab 18 “Sepatu Jebol” Bab ini menceritakan tentang sepatu Nani yang jebol. Nani minta dibelikan sepatu baru. tapi karena Tinah tak ada uang, maka ia terpaksa hutang lagi kepada Bang Udin, sebesar lima belas ribu rupiah dan dibayar dengan mencicil. “Buk, sepatuku jebol!” seru Nani di depan pintu. Ia berjalan melompatlompat masuk ke kamarnya. Sepatu kanan masih melekat di kaki sedangkan sepatu kiri dijnjing dengan tangan. Bagian atas sepatu kiri masih baik meskipun terlihat sudah kotor sekali. Bagian belakangnya sudah tak bersol lagi. Jebol. Sepatu Nani lepas pada saat pelajaran olahraga. Tinah ingin anak-anaknya sama seperti anak-anak yang lain. Demi membelikan Nani sepatu baru, Tinah terpaksa berhutang lagi kepada Bang Udin, tukang kredit. Setelah mendapatkan uangnya, Tinah langsung mengajak Nani pergi ke Toko Bata yang terletak di alun-alun Batu. Nani membali sepatu yang agak besar agar bisa dipakai sampai nanti kelas 6. Setelah memilih-milih akhirnya Nani menjatuhkan pilihan pada sepatu bersol plastik seharga empat belas ribu. 3.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat” Bab ini menceritakan tentang Sim yang dulu sempat bekerja sebagai sopir pribadi selama satu tahun di keluarga China. Juragan Sim baik sekali. Mobilnya bagus. Sim jadi jarang pergi ke bengkel. Saat jam makan siang, Sim pulang ke rumah, makan, dan ngemong Bayek sebentar. Juragan Sim adalah keluarga keturunan China yang mempunyai bisnis perkebunan apel yang luas dan penginapan di Batu. Sepulang kerja, Sim sering membawa lima potong roti dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 66
juragannya dan membagi rata kepada anak-anaknya. Selain itu, Sim juga pernah diajak berlibur oleh juragannya di Pantai Sendang Biru. Di Sendang Biru, Isa dan adik-adiknya melihat keindahan yang belum pernah mereka lihat. Bayek terpana beberapa saat. Diam. Ia tak tahu harus berbuat apa. Angin mengibarkan helaihelai rambut Isa yang kurus. Nani langsung berlari ke arah pantai. Bayek dan Isa menyusul. Kaki kecil mereka berlarian di atas pasir putih, bermain dengan gelombang yang datang dan pergi membentuk buih di kaki. Tak ada foto, tapi kenangan-kenangan itu melekat erat. Mereka melihat matahari terbenam di balik samudera luas untuk pertama kalinya. 3.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri” Bab ini bercerita tentang hidup Tinah dan Sim yang sederhana, apa-apa harus irit, demi anak-anak. Tinah selalu membeli dua sachet sampo untuk satu keluarga. Satu bungkus kecil untuk tiga orang. Satu orang keramas dua kali dalam seminggu. Tinah selalu menaruh odol di atas semua sikat gigi setiap pagi sebelum anak-anak mandi seperti membagi telur dadar. Ah, semuanya. Semuanya hidup dengan penuh keprihatinan. Tidak mudah dimengerti oleh anak-anak tapi Tinah ingin menyelamatkan mereka. Hidup dengan kesederhanaan untuk masa depan keluarga. 3.21 Bab 21 “Hidup Baruku” Bab ini bercerita tentang kepergian Bayek selama sepuluh tahun jauh di negeri seberang, demi keluarganya. Sepuluh tahun Bayek berkelana menjelajahi hidup di negeri seberang. Jauh di seberang. Bayek meninggalkan hatinya di kota
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 67
kecil Batu demi cinta. Dan dari seberang sana juga Bayek menemukan cinta. Bayek menemukan dirinya. Di kamar kecil itu. Di kota kecil itu. Bayek tak hanya menemukan secuil kedamaian tapi juga kesegaran baru dalam hidupnya. Menulis. Menulis dalam kesunyian. 3.22 Bab 22 “Di Tengah Malam” Bab ini bercerita tentang pulangnya Sim yang sampai larut malam karena angkotnya beberapa hari terakhir rusak terus. Jam 11 malam Sim masih di jalan. Sim belum pulang. Isa, Nani, dan Rini tertidur pulas di kamar depan. Semenjak jam 9. Jam 11.30 malam, Tinah terbangun dan menyusui Mira. Sim belum pulang juga. Makan malam sudah disiapkan Tinah di atas meja marmer sejak jam 8 tadi. Nasi di bakul warna putih sudah dingin. Tak berapa lama Sim pulang dan mengeluh karena angkotnya tiga hari terakhir ini mogok terus. Padahal anak-anak semakin besar dan kebutuhan mereka juga semakin banyak. 3.23 Bab 23 “Janji Bayek” Bab ini bercerita tentang Sim yang hampir utus asa karena lagi-lagi angkotnya rusak. Sim tak pernah terlihat seperti ini sebelumnya. Siang itu, Sim pulang ke rumah, wajahnya letih. Lengan tangannya belepotan oli. Bajunya lusuh sekali. Rambut Sim tidak serapi di pagi hari. Ia selalu memakai minyak rambut Brisk sebelum berangkat kerja. Mata Sim sedikit merah. Bajunya basah berkeringat. Sim begitu lemas.Kepulangan Sim disambut oleh Isa, namun tak ada jawaban dari Sim. Baru setelah beberapa lama, Sim bercerita kepada Tinah bahwa sudah empat hari terakhir ini angkotnya rusak, kemarin remnya rusak, sekarang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 68
ban depan pecah. Sim membanting sendal jepit biru tipisnya di sudut dapur. Tinah terkejut, anak-anak yang ada di kamar depan terdiam. 3.24 Bab 24 “Di Wajah Isa” Bab ini menceritakan ketidakpercayaan Tinah karena Isa anak sulungnya bisa masuk SMA. meskipun harus menggadaikan cincin untuk membayar uang sekolah. Di pegadaian Tinah segera mencari Mak Gini yang bekerja di sana sebagai perantara antara petugas pegadaian dan orang-orang yang ingin menggadaikan barang. Mak Gini menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan kepada Tinah. Berkat kerja keras Sim dan kelincahan Tinah dalam mengatur kebutuhan rumah tangga, Tinah hampir tak percaya melihat anak sulungnya, Isa akhirnya memakai seragam putih abu-abu. Wajah Isa tirus, pipinya tak segempil pipi anak-anak Tinah yang lain. Isa yang tak selincah Nani berhasil masuk SMA Negeri 1. SMA Negeri satu-satunya di Batu. 3.25 Bab 25 “Pesta Pertama” Bab ini menceritakan tentang Bayek yang akhirnya disunat, pesta pertama di keluarga Abdul Hasyim. Kali ini Tinah harus mengumpulkan uang dengan lebih giat. Karena Bayek harus disunat tahun ini juga. Enam bulan berlalu. Saatsaat yang dinantikan Sim tiba. Bayek akhirnya disunat. Sim ingin ada perayaan besar untuk Bayek tak ada undangan tapi di rumah Bayek dipenuhi saudara dan tetangga. Tenda warna cokelat muda dipasang di depan rumah. Kursi plastik dan meja yang disewa dari tetangga sebelah dipenuhi tamu yang menyantap rawon masakan Tinah. Bayek duduk di ruang tamu mengenakan sarung warna hijau yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 69
dibeli Tinah tiga hari sebelumnya. Tangan Bayek menggenggam beberapa amplop putih yang diberikan oleh tamu yang berkunjung ke pesta khitanan. Bayek tersenyum sambil menahan rasa perih. Isa di samping Bayek mengipasi sarung. 3.26 Bab 26 “Berlayar Terus Berlayar” Bab ini menceritakan tentang berita penerimaan Bayek di PMDK IPB. Bayek pergi kuliah ke Bogor dan menjadi lulusan terbaik di jurusannya. Setelah lulus SMA, Isa kursus komputer di Malang dan memberikan les privat di Batu. Tinah sedih karena Isa belum berhasil kuliah. Anak kedua Tinah, Nani, lulus SMA setahun kemudian dan kuliah di Universitas Brawijaya. Isa membantu membayar biaya kuliah dan keperluan sehari-hari Nani. Dua tahun kemudian, Bayek lulus SMA dan mendapatkan PMDK di jurusan Statistika IPB. Ada kelegaan buat Bayek yang selalu takut menjadi sopir angkot seperti Sim. Berita penerimaan PMDK Bayek di IPB disambut dengan kebahagiaan juga air mata. Mereka belum tahu bagaimana Tinah dan Sim akan mengirim Bayek ke Bogor. Membiayai Nani saja sudah terasa sangat berat. Di hari ketiga sebelum tenggat pembayaran uang masuk, Tinah mengejutkan anak-anaknya. Saat itu, Bayek sedang menonton TV di ruang tamu bersama empat saudaranya. Tinah tiba-tiba memutuskan menjual angot untuk biaya Bayek kuliah di Bogor. Empat tahun di Bogor, empat tahun penuh dengan kerinduan. Empat tahun penuh dengan keprihatinan. Empat tahun penuh dengan perjuangan. Bayek akhirnya lulus. Bayek lulus dan menjadi lulusan terbaik di jurusan MIPA, Bayek Setyawan dari Jurusan Statistika dengan IPK 3.52!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 70
3.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Bayek ke New York” Bab ini menceritakan tentang Bayek yang mendapatkan panggilan kerja di Jakarta. Wawancara berjalan lancar. Beberapa hari kemudian, Bayek mendapat panggilan keja di Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah bisa mencari uang sendiri. Ia bekerja. Tiga tahun sudah bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York! Iya, New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Bayek tak menyia-nyiakan kesempatan itu, dan langsung menerima tawaran kerja di New York. 3.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan” Bab ini menceritakan tentang awal perjalanan Bayek bekerja di New York, sampai akhirnya ia mendapatkan penghargaan. Di belahan dunia yang lain Bayek tiba di New York! Ya, akhirnya Bayek tiba di New York dan menghirup udara musim gugur untuk pertama kalinya! Dari bandara udara John F. Kennedy, mobil menjemput Bayek menuju kota kecil di luar New York City. Bayek akhirnya sampai di Westchester Avenue. Mbak Ati turun dari apartemennya di lantai 3 dan menyambut Bayek. Sesampai di ruang tamu, Bayek pun langsung menelepon Tinah. Kemampuan bahasa inggris Bayek masih kacau. Bayek banyak diam. Ia sering minder untuk berbicara karena sering kali orang akan bertanya kembali. Sebagai pegawai yang baru masuk, Bayek sedikit frustasi. Tapi ia tak ingin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 71
mengecewakan rekan kerjanya. Ia terus berusaha, ia sering menonton TV. Belajar mendengarkan percakapan dan berita bahasa Inggris. Ia mulai membaca buku pelajaran bahasa Inggris lagi. Akhirnya meskipun dengan komunikasi yang kurang bagus, Bayek ingin membuktikan kalau dia bisa bersaing di kantor. Di bulan keempat, Bayek mendapatkan kejutan. Ia menerima penghargaan “Employee of the Month” di rapat mingguan bersama semua rekan sekantornya. Di bulan kedelapan Bayek mendapatkan penghargaan “Employee of the Month” lagi. Rekan-rekan kerjanya pun mulai melihat keandalan Bayek dalam mengolah data meskipun bahasa Inggris masih belum bagus. Ia mencoba menembus rasa mindernya. Ia mencoba terus berbicara. Ia terus memberanikan diri untuk melangkah maju di negara yang masih asing buatnya. 3.29 Bab 29 “Dua Pilar Yang Runtuh” Bab ini menceritakan tentang runtuhnya South Tower dan North Tower. Berita tersebut sampai ke Indonesia, membuat keluarga Bayek yang berada di Batu khawatir. Terutama Tinah. Bayek akhirnya mendengar bahwa salah satu tower di World Trade Center telah ditabrak pesawat. Bayek bergabung dengan rekan-rekannya. Menonton siaran langsung di TV. Astaga! Tampak tower yang satu lagi juga ditabrak pesawat. Beberapa karyawan terpekik ngeri. Mereka tidak dapat percaya bahwa tragedi yang baru ditayangkan di TV adalah nyata. Hening memenuhi kantor. Beberapa saat kemudian berita datang lagi. South Tower dan North Tower telah runtuh. Gedung-gedung di sekitarnya juga. Bayek hanya terpikir ingin segera menelepon Tinah. Tapi jaringan komunikasi sibuk semua. Seluruh pegawai akhirnya dihimbau untuk pulang. Tinah semakin terlihat cemas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 72
Di rumah tidak ada yang tahu apakah kantor Bayek yang di Pleasantville itu terletak di Manhattan atau bukan? Apakah gedungnya di dekat kompleks WTC yang rubuh itu? Atau di tower itu? Mereka semua belum pernah ke New York 3.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan” Bab ini menceritakan tentang kebiasaan baru Bayek, yaitu untuk menelusuri Manhattan. Tak berapa lama, Bayek mendapatkan kesempatan untuk pulang ke Batu selama dua minggu. Dua bulan setelah mendapatkan promosi, kantor Bayek pindah ke East Village, Manhattan. Ya, Manhattan! Hutan beton yang ia lihat dalam perjalanan dari Bandara JFK ke Westchester dulu. “kilauan yang “merampas” napasnya! Minggu-minggu pertama di Manhattan, kaki Bayek selalu bergerak menelusuri jalanan kota. Ia mulai mengenal beberapa teman tapi ia sering menikmati hutan beton itu sendiri. Lebih masuk, kata Bayek. Ia mulai jatuh cinta dengan sushi di Tomoe, belanja di China Town dan mencoba masakan dari berbagai belahan dunia. Akhirnya di musim panas kedua Bayek pulang mengunjungi rumahnya di kaki Gunung Panderman. Selama dua minggu ia hanya tinggal di rumah. Tinah tiap hari memasak makanan kesukaan Bayek. Tinah kadang memijati kaki Bayek seperti dulu ketika kaki Bayek kecil linu-linu karena kedinginan. Tinah juga menyiapkan air hangat buat mandinya. Seperti dulu waktu mau pergi ke sekolah. 3.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru” Bab ini menceritakan tentang pembangunan rumah Tinah yang ada di Batu. Rumah lama dirobohkan dan akan berganti dengan wajah yang baru. Setelah kembali lagi ke New York, Bayek telah menabung banyak. Kebetulan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 73
bonus di tahun ini juga lumayan. Bayek menelepon Tinah dan memberitahu kalau dia sudah transfer lagi. Kali ini uang yang ditransfer Bayek untuk membangun rumah kecilnya yang ada di gang Buntu. Dua bulan kemudian rumah kecil Tinah di Gang Buntu diratakan. Fondasinya pun dibongkar. Ada kebahagiaan dan juga kesedihan di wajah Tinah dan Sim. Rumah yang mereka bangun puluhan tahun lalu dengan jerih payah luar biasa akan berwajah baru. Wajah yang lebih segar dan gagah. Enam bulan kemudian, Tinah dan Sim punya rumah baru berlantai dua. Ada empat kamar. Isa dan keluarganya punya kamar sendiri di lantai atas. Satu kamar untuk Rini dan Nani, dan satu kamar lagi untuk Bayek. Ia akhirnya punya kamar sendiri seperti impannya dulu, di atas dapur. Bayek pun ingin segera pulang mengunjungi kamar kecilnya. 3.32 Bab 32 “Buah Untuk Bapak dan Ibuk” Bab ini menceritakan tentang rencana Bayek dan Nani untuk membuat kos-kosan di Yogyakarta. Sim mempunyai sebidang tanah di sana. Jam sepuluh malam Bayek menelepon Tinah, memberitahu bahwa ia sudah trensfer lagi. Uang yang dikirim Bayek untuk membuat kos-kosan di Yogyakarta. Sim akhirnya berhenti jadi sopir truk untuk membantu pembangunan kos. Sim bolak-balik BatuYogyakarta. Nani kadang ikut menemaninya. Setelah lima bulan pembangunan kos itu selesai. Tanah yang dulu kosong, kini mulai diisi anak-anak kos. Tinah lega melihat Sim tidak lagi menjadi sopir truk. Sudah saatnya Sim menikmati masa tua. Sim kini mengurus rumah kecilnya di Batu, mengurus cucu-cucu dan kos-kosan di Yogya. Ia juga berhenti merokok dan membantu pekerjaan Tinah di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 74
rumah. Saatnya mereka menikmati masa tua dengan tenang. Hati Bayek penuh. Ia tak ingin berhenti di sini saja. Mimpi baru pun lahir. 3.33 Bab 33 “Wisdom” Bab ini menceritakan tentang bagaimana cara Bayek untuk bisa mengenal dan mendekatkan diri dengan anak buahnya. Bayek berapi-api, bercerita tentang perdebatan panas dengan Victor, anak buah barunya yang berasal dari Ukraina. Dahulu, ketika Victor baru datang di New York City, Bayek selalu megajak Victor berburu hidangan di restoran-restoran Manhattan. Bayek sudah lama tinggal di Manhattan. Ia lebih tahu seluk-beluk kota ini. Bayek dan Victor selalu pergi makan siang bersama. Tapi tekanan dan tuntutan kerja sering membuat mereka beradu pendapat. Bayek dan Victor selalu berdebat hampir setiap hari. Dari teknik pengolahan data sampai gaya kepemimpinan Bayek sebagai manajer. Saat makan siang pun mereka selalu berdebat. Akhirnya Bayek enggan makan siang dengan Victor lagi. Semenjak percakapan dengan Rachel di restoran Thailand itu, Bayek mulai mengajak Victor dan anak buahnya untuk makan siang bersama lagi. Seperti dulu lagi. Mulai berbincang mengenai keluarga, film, budaya di negara masing-masing, dan tentang New York. Bayek mencoba mengerti mereka. Ia mencoba mengerti mereka lagi, terutama Victor. Dalam beberapa bulan, Bayek semakin dekat dengan mereka lagi. 3.34 Bab 34 “Kematian dan New York City” Bab ini menceritakan tentang kejadian yang terjadi di apartemen Enzu, pegawai baru Bayek yang baru masuk perusahaan lima bulan lalu. Enzu, pegawai yang baru masuk perusahaan lima bulan yang lalu menceritakan kejadian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 75
apartemennya. Seminggu yang lalu, Enzu mulai mencium bau yang tidak sedap dari lantai pertama di gedung apartemennya yang terletak di West Village. Hari ketiga, bau itu semakin menusuk. Ternyata bau itu berasal dari apartemen nomor IC yang terletak paling ujung. Penghuni apartemen IC, seorang nenek, ditemukan tergeletak dalam keadaan membusuk di sofa ruang tamu! Dari hasil autopsi diketahui bahwa nenek ini meninggal karena usia tuanya. Seminggu setelah mendengar cerita kematian dari Enzu, Bayek merayakan Lebaran sendiri di New York City. Di belahan dunia lain, semua saudara Bayek salat Ied bersama, makan ketupat dan tape ketan hitam. Sehabis salat mereka berkumpul di ruang tamu dan saling bermaaf-maafan. Mata Bayek semakin terbuka, hatinya semakin luas. Mimpinya juga semakin luas. Bayek ingin segera menyelesaikan misinya sebagai anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga. 3.35 Bab 35 “Vertigo” Bab ini menceritakan tentang sakit yang diderita Bayek setelah terjatuh pada saat mau ke kantor. Dalam sebuah perjalanan ke kantor Bayek terjatuh di trotoar di sebelah gedung apartemennya. Ketika akan mengikat tali sepatu yang lepas. Bayek merasakan pening yang luar biasa. Dunia di sekelilingnya seakan berputar. Bayek kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Beberapa saat kemudian, ia coba bangkit dan berdiri. Bayek tidak tahu apa yang barusan terjadi tapi ia mulai ketakutan. Bayek segera memeriksakan diri ke dokter, setelah menjalani beberapa diagnosa, dan brain scan, Bayek baru mengetahui kalau ia mengidap vertigo. Di tengah-tengah vertigo yang pasang surut, Bayek masih terus bekerja.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 76
Setelah menjalani pemeriksaan dan rawat jalan, vertigo Bayek membaik. Ada kelegaan yang dalam buat Bayek dan keluarga di Batu. 3.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan” Bab ini menceritakan tentang keputusan Bayek untuk kembali ke Manhattan setelah satu setengah tahun di Newport. Di akhir musim semi yang keenam Bayek memutuskan untuk pindah ke Manhattan lagi. Tahun depan adalah tahun terakhirnya. Bayek ingin menikmati New York sebelum kembali ke Indonesia. Dari beberapa apartemen yang pernah ia tempati, baru di SoHo inilah Bayek menemukan rumah keduanya di New York. SoHo memberikan energi baru untuknya. Di musim semi ketujuh, Bayek pulang ke Indonesia. Kali ini ia menghadiri pernikahan Mira. Pernikahan kedua yang Bayek hadiri dalam keluarganya. Melihat Bapak dan Ibuk menemani Mira dan suaminya di pelaminan membuat mata Bayek berkaca-kaca. Setelah menghadiri pernikahan Mira, semakin besar keinginan Bayek untuk menyelesaikan misinya. 3.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan” Bab ini menceritakan tentang kebimbangan Bayek untuk pulang ke Indonesia atau menerukan kerja di New York. Setelah satu setengah tahun di SoHo, bayek berpikir untuk kembali ke Indonesia dan bekeja di Jakarta atau Singapura. Tapi ia juga berpikir, misinya belum selesai. Tiba-tiba sebuah kejutan datang dari atasannya. Bayek dipromosikan menjadi Director Internal Client Management. Selain memimpin bagian data Processing, Bayek kini dipercaya untuk memimpin bagian Project Management. Anak buah Bayek semakin banyak. Tersebar di New York, Chicago, San Fransisco, dan India. Di musim gugur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 77
kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar biasa, bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Bayek pulang ke rumah kecilnya, dua bulan yang mencerahkan bersama keluarga. Bersama keponakan-keponakannya. Di musim gugur kesepuluh, Bayek kembali mengirimkan surat pengunduran diri. Hatinya kini telah bulat. Meskipun atasannya menawarkan jabatan yang lebih tinggi, menjadi salah satu Ditektur di North America, Bayek akhirnya mengepak barangbarangya dan pulang ke Indonesia. Salah satu misi dalam hidupnya telah selesai, dan misi baru pun lahir. 3.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali” Bab ini menceritakan tentang keputusan Bayek untuk kembali ke Indonesia. Bayek mengikuti hatinya. Setelah melalui 9 musim panas dan 10 musim gugur di New York, Bayek pulang kampung bulan Juni tahun 2010. Sim menjemput Bayek di Bandara Juanda Surabaya. Semua keponakan Bayek sengaja meliburkan diri dari sekolah demi menjemput paman mereka. Seminggu setelah Bayek pulang, ia mendapatkan tawaran kerja sebagai Director Marketing Science di sebuah perusahaan marketing research multinational di Singapura. Bayek dipercaya untuk mengawasi operasi Departement Marketing Science di enam negara di Asia Tenggara. Gaji yang ditawarkan lebih besar daripada yang Bayek terima dulu di New York. Sebelum menandatangani kontrak, Bayek berpikir lagi. Ia ingin pulang ke tanah air untuk lebih dekat dengan keluarga. Ia ingin beristirahat sejenak dari dunia corporate dan berbuat sesuatu. Akhirnya, perusahaan di Singapura pun meminta Bayek untuk mempertimbangkan keputusannya. Mereka menunggu Bayek sampai bulan Desember 2010.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 78
3.39 Bab 39 “Buku Pertama” Bab ini menceritakan tentang pembuatan buku pertama Bayek yang ia sembahkan untuk kota Batu. Selama di Batu, Bayek rajin trekking ke lembahlembah yang mengelilingi kota itu atau desa-desa kecil yang belum pernah ia kunjungi. Sekali atau dua kali seminggu. Bayek membawa kamera yang ia beli sebelum pulang ke Indonesia. Bayek jatuh cinta lagi dengan kota kecil ini. Ia ingin mengabadikan keindahan Kota Batu dalam sebuah buku. Bayek akhirnya membuat sebuah buku fotografi dengan narasi puitis yang disusun bersama dua temannya. Herman Aga dan Abdul Sukur. Sebuah buku berjudul Melankoli Kota Batu. Sebuah museum melankoli dari sebuah perjalanan panjang. Sebuah buku yang didedikasikan untuk kota yang Bayek cintai. 3.40 Bab 40 “Buku Keluarga” Bab ini menceritakan tentang buku keluarga yang dibuat oleh bayek. Bayek menulis untuk keponakan-keponakannya. Malam itu, Bayek berjanji menulis sejarah keluarga buat keponakan-keponakannya. Agar mereka tidak terputus dengan sejarah keluarga, agar mereka tahu perjuangan kakek, nenek, dan ibu-bapak mereka. Agar mereka lebih menghargai hidup yang mereka lalui sekarang. Agar mereka lebih mencintai ibu, bapak, dan kakek-nenek mereka. Sejak itu, Bayek menghabiskan waktunya untuk menulis. Ia merombak satu kamar di lantai atas menjadi ruang kerja. Bayek menulis dan menulis di kamar atas sendiri. Kadang sampai lupa makan siang. Kadang sampai jam 2 pagi. Kadang tak sempat mandi. Bayek menulis dan menulis. Empat bulan berlalu, akhirnya tulisan Bayek selesai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 79
3.41 Bab 41 “Perjalanan Baru” Bab ini menceritakan tentang Bayek memiliki kesibukan baru, yaitu talkshow setelah buku yang ia tulis diterbitkan. Beberapa minggu setelah novel diterbitkan, Bayek sering pergi ke luar kota untuk talkshow. Dari toko buku, kampus, radio, kantor swasta, kantor pemerintahan, stasiun TV, radio, pesantren sampai arisan ibu-ibu. Bapak dengan setia menemani dan mengantar Bayek ke bandara. Bapak juga mengantar Bayek ke talkshow di sekitar Batu dan Malang. Di sela-sela kesibukan yang semakin banyak, Bayek selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi rumah kecilnya. Bayek banyak menghabiskan waktu di kamar atas untuk menulis atau membaca. Isa, Nani, Rini dan Mira bahkan membaca novel yang ditulis anak lelaki satu-satunya berkali-kali. Mereka sering mengadakan bedah buku di ruang tamu. Ada tawa. Ada air mata. Ada keheningan. Ada senyum di wajah Ibuk dan Bapak. 3.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh” Bab ini menceritakan tentang kesetiaan cinta Sim dan Tinah. Sudah 40 tahun lebih Sim dan Tinah berlayar mengarungi hidup bersama. Semenjak Sim tidak menarik angkot, ia banyak membantu Tinah di rumah. Apa pun yang bisa ia lakukan untuk Tinah, ia lakukan. Ia tidak bisa diam. Ia bahkan sering membersihkan selokan kecil di sepanjang Gang Buntu. Kegiatan Tinah di luar rumah hanya pengajian atau kalau ada hajatan. Tinah tidak lagi harus berhutang ke Bang Udin atau ke Pegadaian. Anak-anaknya tak lagi meminta sepatu baru, baju sekolah, uang kuliah, atau baju lebaran. Kini, anak-anak Tinah selalu berusaha menyenangkan kedua orang tua mereka. Sim dan Tinah, setelah 40
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 80
tahun berjuang, akhirnya melihat cahaya di atap rumahnya. 40 tahun lebih mereka mengarungi lautan kehidupan. Berawal dari pasar sayur Batu, mereka berlayar. Terus berlayar. Cinta mereka tak pernah usang, bahkan semakin kuat. Badai kerap mengempas perjalanan hidup tapi perahu mereka juga semakin kuat, cinta mereka semakin kokoh. Mereka adalah belahan jiwa satu sama lain. 3.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September” Bab ini menceritakan tentang Sim yang jatuh sakit karena tidak bisa jauh dari Tinah. Saat itu, ia memutuskan untuk ke Batu, dan Tinah tetap tinggal di Karawang. Setahun sudah berlalu semenjak buku Bayek terbit. Cetakan demi cetakan memasuki toko buku. Bayek berkeliling Indonesia. Ia memasuki dunia yang berbeda dengan kehidupan selama 10 tahun di New York City. Hidup Bayek kini di habiskan di jalanan. Bayek dengan backpack-nya, berpetualang dengan bus Damri, kereta api, angkot, ojek, helikopter, bajaj, pesawat kecil, sampai perahu kayu ke berbagai daerah di Indonesia. Dengan semakin sibuknya jadwal talkshow di daerah Jakarta dan sekitarnya, Bayek memutuskan untuk mencari tempat tinggal sementara di Jakarta. Bulan September 2011, Bayek dan Ibuk mengunjungi Mira yang telah melahirkan anak kedua, Arti. Sim menyusul beberapa hari kemudian. Sim hanya tinggal dua hari. Karena tidak ada yang mengurus cucu di Batu, akhirnya Sim memutuskan untuk pulang lebih dulu, dan Tinah tetap tinggal di rumah Mira. Tak lama kemudian, Tinah mendapatkan telepon dari Nani, bahwa Sim jatuh sakit. Akhirnya Sim dibawa ke rumah sakit, setelah hasil ronsen keluar ternyata ada pengapuran di jantung Sim.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 81
3.44 Bab 44 “Menjagamu” Bab ini menceritakan tentang kesetiaan Tinah menjaga Sim yang sedang sakit. Semenjak Sim sakit, Tinah tak pernah jauh dari kamar Sim. Menjaga belahan dirinya. Pagi, siang dan malam. Akhirnya atas rekomendasi dokter spesialis jantung di Malang, Sim dibawa ke dokter saraf. Tinah dan Nani yang mengantar. Papik, suami Isa, menyetir mobil Panther kesayangan Sim. Setelah menjalani brain scan dan rawat jalan beberapa minggu, pun dengan pengawasan dokter saraf, kondisi Sim belum membaik. Sakit yang deritanya datang dan pergi. Mata kanannya juga masih belum bisa melihat dengan normal. Kondisi Sim semakin lemas, ia mengahabiskan banyak waktu di kamar. Tinah tak pernah jauh dari tempat tidur Sim. Sim meminta Tinah untuk selalu menemaninya, walau kini dirinya hanya tinggal tulang dan kulit saja. Tinah mengangguk. Ia tak kuasa menjawab. Air matanya menetes. 3.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?” Bab ini menceritakan tentang kekhawatiran Sim dengan cucu-cucunya. Siapa yang akan mengantar ke sekolah, biasanya Sim yang selalu antar jemput mereka. “Nah, siapa yang mengantar cucu-cucu kita?” tanya Sim. Air matanya tak terbendung lagi. “Jangan kuatir wis Pak. Anak-anak sudah berangkat diantar sama pembantu mereka. Si Ciul malah senang jalan-jalan sambil mainan air hujan,” jawab Tinah sambil memijat kaki Sim. Dua minggu telah berjalan, obat sudah hampir habis, tapi sakit kepala Sim masih juga belum sembuh. Kondisinya semakin lemah. Ia terlihat pasrah dengan sakitnya. Delapan hari di rumah sakit, akhirnya
kondisi
Sim
membaik.
Sakit
kepalanya
menghilang.
Dokter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 82
mengizinkannya untuk pulang. Ada kelegaan di wajah Tinah, Sim terlihat lebih segar. Namun hanya beberapa hari saja, Sim bisa sedikit beristirahat. Dua minggu, setelah keluar dari rumah sakit, ia sakit kembali. Ketika menjaga cucunya, Ari, Sim tiba-tiba lemas. Ia tidak bisa berdiri. Ia tidak bisa berjalan pulang. 3.46 Bab 46 “Pesan Terakhir” Bab ini menceritakan tentang keadaan Sim yang terus- menerus menurun. Sampai pada akhirnya Sim pergi untuk selamanya. Siang itu, Bayek berpamitan pada Sim kalau akan pergi ke Jakarta karena ada urusan pekerjaan. Sim berat ditinggal Bayek, Sim hanya berpesan agar Bayek tidak pergi jauh-jauh. Sakit di dada Sim sudah berkurang, namun kondisinya semakin lemas, akhirnya ia dibawa ke beberapa dokter. Tapi para dokter ini masih belum juga mengetahui kenapa Sim menjadi lemas. Akhirnya diputuskan Sim harus menjalani terapi medik tiga kali dalam seminggu. Selama menjalani terapi, kesehatan Sim terus membaik, namun pada hari Sabtu, 4 Februari 2012, pukul 2:30 pagi Rini bangun kembali untuk memerikasa keadaan Sim. Tangannya masih memegang tangan Sim. Ia melihat wajah Sim. Ada air mata yang meleleh di mata kirinya. Rini kemudian memeriksa napasnya. Sim yang tidur di sampingnya, sudah tidak bernapas lagi… Rini menjerit, memanggil-manggil nama Bapak. Tinah terbangun. Ia langsung terisak-isak sambil menyebut-nyebut nama Bapak. Tinah membacakan doa di telinga Sim. Tapi Sim tak bangun juga. Rini kemudian memanggil suster. Sim telah pergi…
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 83
3.47 Bab 47 “Mengantar Bapak Pulang” Bab ini menceritakan tentang kesedihan Tinah dan anak-anaknya. Kesedihan yang teramat dalam, ketika mengantar Sim ke tempat istirahat terakhirnya. Mata Isa sembap. Air mata terus mengalir. Nani yang memakai kerudung hitam tersedu. Matanya sembab juga. Tangannya memegang kamera, sesekali di tengah isak tangisnya, Nani mengabadikan kepergian Sim. Mira sendiri masih dalam perjalanan, baru saja memasuki Semarang. Ia tak sempat melihat wajah Sim sebelum pemakaman. Akhirnya keranda digotong menuju pemakaman. Para peziarah lelaki bergantian menggotongnya. Bayek juga. Air mata menetes sepanjang perjalanan. Bajunya hampir basah oleh keringat dan tetesan air mata. Bayek dan dua menantu Sim turun ke liang kubur. Bayek masih sesenggukan. Akhirnya ia diangkat ke atas lagi, karena menurut kepercayaan air mata tak boleh menetes di sana. Keranda dibuka. Jasad Sim yang dibungkus kain kafan diturunkan ke liang kubur. Bayek semakin terisak. Suara Isa dan Rini terdengar dari kejauhan. Nani dengan kokohnya mengabadikan kepulangan ini. Kadang air matanya menetes di kamera kecilnya. Isak tangis pun kembali pecah ketika gumpalan tanah mulai ditaburkan, membenam liang kubur. Batu nisan ditancapkan. Bunga-bunga ditaburkan. Doa dikumandangkan. Tinah tenggelam dalam dukanya. Air matanya mengalir, terus mengalir. 3.48 Bab 48 “Cinta Ibuk” Bab ini menceritakan kesetiaan cinta Tinah terhadap Sim, meskipun Sim telah pergi. Namun, cinta Tinah terhadap Sim tetap abadi. Di hari ke-40 setelah Sim meninggal, Tinah pergi ke pasar membeli keperluan untuk tahlilan 40 hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 84
Bayek ikut menemaniya. Setelah 40 hari tahlilan Sim, Tinah mulai berjalan pagi kembali, ke kaki Gunung Panderman. Sehabis menanak nasi dan salat Subuh, seperti biasa Tinah mengganti daster batiknya dengan celana training, kaos, dan jaket. Ketika akan memakai sepatu olahraganya, di sana, di sudut dapur, Tinah melihat sepatu Sim. Masih kelihatan baru. sepatu olahraga warna putih yang diberikan Bayek hanya dipakai sesekali saja. Cinta Tinah selalu segar untuk keluarga. Dari pertemuannya di Pasar Batu 40 tahun yang lalu sampai kepergian sang playboy pasar yang telah menjadi suami, sahabat setia, dan belahan jiwanya. 40 tahun lalu mereka mulai membangun kepingan-kepingan hidup. Melalui perjalanan yang saling memperkaya, memperkuat dan melengkapi satu sama lain. Cinta mereka telah melahirkan anak-anak yang penuh cinta. Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Tinah telah menyelamatkan keluarga. 3.49 Bab 49 “Aku” Bab ini menceritakan tentang Bayek yang coba memaknai hidup ini untuk orang-orang yang telah menguatkannya. Bapak, Ibuk dan saudara-saudaranya. Kutarik napas panjang. Desah napasku mengembus di tengah keheningan. Bening malam kota Batu menenggelamkan. Mencekam. Mengendapkan. Selesai sudah ku bungkus kenangan itu. Tak semua memang karena ingatan ini kadang keruh dan tak bisa tajam membelah-belah masa lalu yang panjang. Kutarik napas panjang untuk kedua kalinya. Aku tenggelam dalam keheningan. Aku ditarik-tarik sepi. Aku terbawa dalam kepingan-kepingan hidup Ibuk dan keluarganya. Lembar demi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 85
lembar kenangan menampar hidupku. Menulis membebaskanku, membesarkanku, memberanikanku. Aku menulis untuk membaca kehidupan, Aku menulis untuk berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan.
Berdasarkan analisis sinopsis novel Ibuk karya Iwan Seyawan dari bab satu sampai bab empat puluh sembilan, maka dapat disimpulkan bahwa sinopsis keseluruhannya menceritakan tentang sosok seorang Ibuk yang bernama Ngatinah. Masih belia usia Tinah saat itu. Suatu pagi di Pasar Batu telah mengubah hidupnya. Sim, seorang kenek angkot, seorang playboy pasar yang berambut selalu klimis dan bersandal jepit, hadir dalam hidup Tinah lewat sebuah tatapan mata. Keduanya menikah, mereka pun menjadi Ibuk dan Bapak. Lima anak terlahir sebagai buah cinta. Isa, Nani, Bayek, Rini dan Mira. Hidup yang semakin ramai juga semakin penuh perjuangan. Angkot yang sering rusak, rumah mungil yang bocor di kala hujan, biaya pendidikan anak-anak yang besar dan pernak-pernik permasalahan kehidupan dihadapi Ngatinah dengan sabar. Dari kelima anak tersebut, Bayek, anak laki-laki satu-satunya berhasil menjadi orang yang membanggakan bagi Bapak dan Ibuknya. Sedari bangku Sekolah Dasar, Bayek sudah menunjukkan prestasinya di sekolah, Bayek selalu mendapat ranking. Setelah lulus SMA, Bayek mendapatkan PMDK di Jurusan Statistika IPB. Namun, lagi-lagi biaya menjadi hambatan. Tetapi, Sim dan Tinah tidak pernah menyerah, apapun akan dilakukan agar anak-anaknya mendapatkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 86
pendidikan yang terbaik. Sampai pada suatu hari, Tinah memiliki ide menjual angkot untuk Biaya Bayek kuliah di Bogor. Bayek dapat menyelesaikan kuliahnya dengan baik dan mendapatkan IPK 3.52. Bayek menjadi lulusan terbaik dari jurusan MIPA. Setelah lulus kuliah, Bayek bekerja di Jakarta selama tiga tahun. Selama perjalanan karirnya, Bayek mendapatkan tawaran kerja di New York. Bayek pun tidak menyia-nyiakan kesempatan emas itu, Bayek menerima tawaran kerja di New York. Selama berada di New York, Bayek banyak mendapatkan pengalaman kerja yang baru, yang tentunya berbeda dengan saat ia bekerja di Jakarta. Bayek juga mendapatkan teman baru di sana. Kehidupan Bayek mulai berubah, begitu pula dengan keluarganya.
4.2.4 Setelah peserta didik memahami isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan dan mampu membuat sinopsisnya, peserta didik menemukan tema dan amanat yang terdapat di dalam novel tersebut (pengumpulan data). Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti unsur tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Oleh karena itu, peserta didik terlebih dahulu memahami apa itu tema dan amanat yang terdapat di dalam novel. a. Tema Menurut (Shipley dalam Rahmanto, 1988: 80-82) tema-tema karya sastra dibedakan ke dalam tingkatan-tingkatan—semuanya ada lima tingkatan— berdasarkan tingkatan pengalaman jiwa, yang disusun dari tingkatan yang paling sederhana, tingkat tumbuhan dan makhluk hidup, ke tingkat yang paling tinggi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 87
yang hanya dapat dicapai oleh manusia. Berikut akan dianalisis tema dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan berdasarkan tingkatannya. 4.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu” Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 1 termasuk tingkatan tema egoik, yang berhubungan dengan konflik sosial yaitu pendidikan. Dalam cerita, Tinah tidak dapat melanjutkan sekolahnya lagi, Tinah hanya bisa menangis. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(1) “Anak kecil itu duduk sendiri di sudut ranjang sambil melipat seragam warna kuning dan hijau pelan-pelan. Ia kemudian menyimpannya ke dalam lemari. Ada kekecewaan di matanya yang bening. Besok ia tidak akan kembali ke sekolahnya di Taman Siswa Batu. Matanya menerawang ke sandal jepit yang biasa ia pakai ke sekolah. Air matanya menetes. Anak itu, Tinah harus mengubur harapan untuk menyelesaian sekolah” (Setyawan, 2012: 1). 4.2 Bab 2 “Sebuah Awal Sebuah Keberanian” Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 2 termasuk tema tingkat fisik, karena mengangkat tentang kerja keras. Dalam cerita, Sim bekerja sebagai kenek angkot untuk membiayai hidupnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(2) “Le, sudah berapa lama kamu jadi kenek?” tanya Mbok Pah memecah keheningan” (Setyawan, 2012: 8).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 88
(3) “Sejak saya SMP, Mbok. Sekarang lagi belajar nyetir,” jawab Sim singkat” (Setyawan, 2012: 8). 4.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintaimu” Tingkatan tema dalam novel Ibuk bab 3 termasuk tema tingkat sosial, yaitu mengangkat masalah ekonomi. Dalam cerita tersebut, Sim berusaha memberikan yang terbaik untuk Tinah. Saat berkunjung ke rumahnya, Sim membawakan nasi goreng untuk Tinah. Meskipun hanya satu bungkus. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(4) “Malam berikutnya Sim datang lagi. Ia masih mengenakan baju yang sama. Sandal jepit yang sama. Celananya saja berbeda dari yang kemarin. Rambutnya klimis. Selalu” (Setyawan, 2012: 12) (5) “Nah, ini aku bawain nasi goreng Pak Sidik. Tapi cuma satu bungkus. Bagi ya sama Mbok Pah dan mbahmu,” ujar sang playboy pasar” (Setyawan, 2012: 12). 4.4 Bab 4 “Maukah Kau Hidup Susah Denganku” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 4 yaitu tema tingkat fisik, yaitu Sim bekerja dan terus bekerja demi kelangsungan hidupnya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(6) “Ginilah hidupku, Nah. Tiap hari seperti ini. Dari pagi sampai malam. Dari minggu sampai Minggu lagi. Ngangkot terus. Demi hidup.” kata Sim pelan” (Setyawan, 2012: 19).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 89
4.5 Bab 5 “Berlabuh” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 5 yaitu tema tingkat sosial. Mbok Pah sangat menyayangi Tinah, cinta kasihnya tersampaikan lewat uang yang Mbok Pah berikan kepada Tinah untuk membantu biaya pernikahannya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(7) “Nah, ini ada sedikit rejeki buat membantu pernikahanmu nanti,” kata Mbok Pah yang tergeletak lemas di dipan kayu. “Sebentar lagi kamu akan menikah, Nah. Doakan Mbok bisa menemanimu,” Mata Mbok Pah menatap Tinah dalam- dalam” (Setyawan, 2012: 24). 4.6 Bab 6 “Awal Pelayaran” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 6 adalah tema tingkat sosial, yaitu cinta kasih. Sim dan Tinah sudah berumah tangga, maka keduanya sekarang hidup untuk saling berbagi dan mengasihi. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(8) “Ribuan pagi, ribuan senja, angkot Sim telah mengelilingi Kota Batu, Malang, dan Pujon. Dari rahim Tinah terlahir buah cinta mereka. Sim menjadi Bapak, Tinah menjadi Ibuk. Di kaki Gunung Panderman mereka berlayar mengarungi kehidupan dengan berani. Dengan layar kejujuran yang kokoh, dengan cinta yang tulus” (Setyawan, 2012: 28). (9) “Rintik hujan mengguyur Kota Batu. Tinah terbangun di kamar yang asing, di rumah yang asing. Sim di sampingnya tanpa selimut. Terlelap.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 90
Padahal udara dingin menusuk tulang. Tinah memberikan separuh jariknya untuk Sim. Ia menutup mata lagi” (Setyawan, 2012: 26-27). 4.7 Bab 7 “Lima” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 7 adalah tema tingkat sosial karena mengangkat hubungan antara anak dengan orang tua. Lima buah hati sudah terlahir, Tinah berjanji akan merawat mereka dengan sebaik mungkin. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(10)
“Lima orang sudah terlahir. Mereka adalah cahaya paling terang
dalam hidup Ibuk. Ia menjaga mereka pagi, siang dan malam. Tanpa jeda, tanpa lelah” (Setyawan, 2012: 37). 4.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi” Tingkatan tema yang terdapat pada novel Ibuk bab 8 adalah tema tingkat fisik. Tinah sudah sibuk sejak bangun tidur untuk mempersiapkan keperluan anak-anak. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(11)
“Ibuk sudah bangun dari jam empat pagi. Ia langsung menuju
dapur, mencuci piring kotor semalam, membuatkan kopi untuk Bapak, dan mencuci pakaian di belakang rumah” (Setyawan, 2012: 39). (12)
“Di kamar mandi Ibuk sudah mempersiapkan bak plastik kecil,
kira-kira berisi 10-15 gayung air hangat. Biasanya Isa mandi dulu. Bayek menunggu giliran sambil tidur-tiduran di ruang tamu. Nani menyapu rumah dan mengepel. Mandi dengan air hangat adalah kebahagiaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 91
tersendiri di tengah kabut dingin yang menyelimuti pagi” (Setyawan, 2012: 41). 4.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 9 adalah tema tingkat sosial. Karena mengangkat masalah ekonomi. Yaitu meskipun penghasilan tidak menentu, namun Sim berusaha untuk menyisihkan sebagian penghasilannya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(13)
“Sini, coba aku cek dompetmu!” canda Ibuk, memastikan Bapak
telah memberikan semua uang setoran. Bapak juga berusaha menabung” (Setyawan, 2012: 46). 4.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 10 adalah tema tingkat fisik karena berhubungan dengan aktivitas fisik. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(14)
“Setengah jam setelah Bayek dan Rini menghabiskan makan siang,
Nani dan Isa pulang dari sekolah. Seperti biasa, Nani membersihkan rumah dulu. Ia menyapu lantai dan mengepel. Isa membersihkan kaca jendela dan meja kaca kecil di ruang tamu” (Setyawan, 2012: 50). 4.11 Bab 11 “Menjaring Pagi” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 11 adalah tema tingkat fisik, karena mengangkat tentang aktivitas fisik. Walaupun hari minggu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 92
tak ada kata libur untuk Tinah. Banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas. (15)
“Tak ada istilah libur buat Ibuk. Seperti biasa, sudah dari subuh
tadi ia mencuci baju di belakang rumah. Ketika ayam-ayam jantan di kandang masih belum berkokok. Ketika ayam betina yang mereka pelihara di kandang bambu di belakang rumah masih mengerami anak-anak mereka. Ketika pagi masih gelap gulita. Setelah mencuci, Ibuk segera menjemur di depan rumah Mak Gini. Asap dari dapur masih mengepul di sela-sela genting dan dinding rumah. Bak plastik yang ditenteng Ibuk penuh cucian” (Setyawan, 2012: 54-55). 4.12 Bab 12 “Obrolan di Ruang Tamu” Tingkatan tema yang tardapat dalam novel Ibuk bab 12 adalah tema tingkat sosial karena mengangkat masalah ekonomi. Kebutuhan anak-anak semakin banyak, namun, penghasilan tidak mencukupi. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(16)
“Buku baru. “Ah, kamu coba pakai buku bekas kakakmu, Yek!
Yang penting besok bawa buku dulu. Buku baru nanti saja kalau ada rejeki, ya. Insya Allah, Ibuk belikan di toko buku pelajar. Sabaro sik, Le!” (Setyawan, 2012: 59). (17)
“Sepatu jebol. “Nan, coba minta lem ke Bapakmu! Jik iso digawe
iku!” kata Ibuk sembari memeriksa sepatu Bata yang belum setahun dipakai Nani” (Setyawan, 2012: 59).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 93
(18)
“Uang SPP. “Oh, besok tanggal 10 ya? Besok ya Yek. Besok. Pasti
ono kok!” kata Ibuk, memeriksa lembaran berisi laporan SPP” (Setyawan, 2012: 60). 4.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 13 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Tinah tak dapat mengambil rapor Bayek karena belum membayar uang buku dan kalender. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(19)
“Maaf Bu, rapor anak Ibu tidak bisa saya bagikan sekarang. Maaf
ya Bu, nanti kalau uang buku dan kalendernya sudah dibayar, Ibu bisa kembali ke sini,” jelas wali kelas Bayek” (Setyawan, 2012: 62). (20)
“Ibuk termangu lalu membuka dompet kecil yang hanya berisi
uang kertas ratusan rupiah warna merah. Ah, matanya memerah. Uangnya belum cukup untuk membayar buku dan kalender Bayek” (Setyawan, 2012: 62). 4.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 14 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Perjuangan Sim yang tak kenal lelah untuk menafkahi keluarganya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 94
(21)
“Sepi menelan kota Batu. Jam 11 malam. Gang Buntu senyap.
Semua pintu tertutup rapat. “Nah, Nah… buka pintu Nah,” panggil Bapak dari luar rumah. Hampir tengah malam Bapak mengetuk pintu depan sekitar 4 kali. Suaranya pelan tapi memecah sunyi malam” (Setyawan, 2012: 67-68). (22)
“Sebelum ayam berkokok, bapak sudah terbangun. Ia masih
mengenakan baju yang dipakai tadi malam. Sandal jepit swallow warna biru tua mennti di depan pintu rumahnya. Ia segera menghidupkan mesin mobil” (Setyawan, 2012: 69). 4.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku” Tingkatan tema yang terdapat dalam Novel Ibuk bab 15 adalah tema tingkat sosial karena mengangkat perjuangan. Perjuangan seorang anak yang sederhana untuk mengarungi kehidupan dengan berani. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(23)
“Aku melintasi kehidupan dan kala. Aku berlayar menembus senja.
Kuberanikan diri menulis untuk mengabadikan momen hidup dalam lembaran kertas. Sekali lagi, dengan segala kemampuan yang aku punya” (Setyawan, 2012: 72 73). 4.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab16 ini adalah tema tingkat sosial karena mengangkat tentang kesabaran. Setelah menabung sedikit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 95
demi sedikit, akhirnya Tinah dan Sim memiliki rumah sendiri meski hanya berukuran kecil. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(24)
“Waktu Ibuk hamil Rini, kita mulai membangun rumah ini. Setelah
menabung bertahun-tahun, Bapak pingin punya rumah sendiri” (Setyawan, 2012: 76). (25)
“Melihat pondasi rumah berukuran 6 x 7 meter ini, Ibuk sudah
bisa membayangkan kamar Ibuk, kamar kalian, ruang tamu kecil ini, dapur tempat Ibuk memasak, dan kamar mandi” (Setyawan, 2012: 78). 4.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 17 adalah tema tingkat sosial yaitu mengangkat tentang kebudayaan . ketika ada anak yang sakit, dibawa ke orang pintar. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(26)
“Nah, coba kamu bawa Bayek ke Mbah Carik. Siapa tahu dia bisa
membangunkan Bayek,” kata Mak Gini. Ibuk bergegas menggendong Bayek ke rumah Mbah Carik” (Setyawan, 2012: 83). 4.18 Bab 18 “Sepatu Jebol” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 18 adalah tema tingkat sosial karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, Tinah sering berbelanja dengan kredit. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 96
(27)
“Bayek dan Nani sibuk mengerjakan PR, tidak menghiraukan
kedatangan Bang Udin, tukang kredit asli Bandung. Dari Bang Udin, Ibuk selalu berbelanja peralatan dapur. Ibuk membayar dengan cicilan setiap hari. Mulai dari dandang, bak kecil untuk mandi, sampai penggorengan” (Setyawan, 2012: 87-88). 4.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 19 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang kesederhanaan hidup. Tinah berusaha untuk mencukupi kebutuhan anak anaknya, semuanya ia lakukan sendiri, Tinah harus pintar pintar mengatur keuangan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(28)
“Ibuk mencoba mengerjakan semua urusan rumah dan sekolah
sendiri. Seragam anak-anaknya selalu rapi. Ibuk memastikan tak ada kancing yang lepas. Celana seragam yang bolong ia jahit sendiri dengan mesin jahit tua merek Singer, pemberian salah satu langganan angkot Bapak. Kerah di baju hem Bapak sudah penuh tambalan. Demikian juga celana seragam Bayek. Tak ada pergi ke tukang jahit. Tak ada pergi ke salon. Ibuk harus pintar-pintar menyiasati uang yang ada” (Setyawan, 2012: 98). 4.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 20 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Hidup penuh dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 97
keprihatinan, tak mudah dimengerti oleh anak-anak, namun ini demi masa depan mereka. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas
(29)
“Gak usah sing apik-apik rautan pensilnya. Asal bisa menajamkan
pensil. Jangan sampai hilang ya,” pesan Ibuk kepada Bayek di toko buku Pelajar” (Setyawan, 2012: 101). (30)
“Ini uang jajanmu. Jangan dibandingkan dengan teman-teman yang
lain ya. Kita Cuma punya dua ratus rupiah. Itu cukup buatmu,” pesan Ibuk kepada Rini” (Setyawan, 2012: 102). 4.21 Bab 21 “Hidup Baruku” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 21 adalah tema tingkat egoik. Terpisah jauh dari keluarga di Batu, terkadang membuat Bayek tak kuasa menahan air mata. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(31)
“Sampai di sini, air mataku mengalir. Tak hanya mengalir, aku
bahkan menghujan. Kenangan mereka berembus kencang menghantam pagi menjelang siang di kamarku. Sendiri” (Setyawan, 2012: 105). 4.22 Bab 22 “Di Tengah Malam” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 22 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Sim pulang larut malam karena angkotnya mogok di Malang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 98
(32)
“Kok baru pulang, Pak?”tanya Bayek lagi. “Tadi mobil mogok di
Malang, Le. Bapak harus benerin sendiri. Pak Di, kenek Bapak gak masuk hari ini,” jawab Bapak sembari mengambil nasi putih, tempe dan sayur asem yang belum dipanaskan” (setyawan, 2012: 110). 4.23 Bab 23 “Janji Bayek” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 23 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat masalah ekonomi. Tinah tidak dapat membelikan anakanak jajanan pasar, uang saku juga mulai dikurangi. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(33)
“Ibuk di depan rumah menawar belanjaan. Sudah tiga hari Ibuk
tidak bisa membelikan anak-anak jajan pasar seperti biasanya. Uang saku mulai dikurangi. Ibuk juga telah menjual anting-anting emas Isa, Nani, Rin untuk membeli onderdil angkot. Hanya Mira yang memakai anting emas” (Setyawan, 2012: 112). 4.24 Bab 24 “Di Wajah Isa” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 24 ialah tema tingkat sosial karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Bayek minta dibelikan sepatu, namun Tinah tidak mempunyai uang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(34)
“Halah Yek, biaya sekolah aja masih belum cukup, kok sudah
minta beli sepatu! Entar kalau sudah masuk SMP, nabung dan beli sepatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 99
baru ya,” kata Ibuk. Ayo, antar Ibuk beli gula di warung Guntian ya, sekalian ke pegadaian.” (Setyawan, 2012: 119). 4.25 Bab 25 “Pesta Pertama” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 25 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang kebudayaan. Di setiap pesta nikahan atau khitanan, tamu yang datang biasanya akan memberikan amplop. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(35)
“Bayek duduk di ruang tamu mengenakan sarung warna hijau yang
dibeli Ibuk tiga hari sebelumnya. Tangan Bayek menggenggam beberapa amplop putih yang diberikan oleh tamu yang berkunjung ke pesta khitanan. Bayek tersenyum sambil menahan rasa perih. Isa di samping Bayek mengipasi sarung” (Setyawan, 2012: 127). 4.26 Bab 26 “Berlayar terus Berlayar” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 26 ialah tema tingkat sosial. Karena mengangkat tentang perjuangan. Selama empat tahun Bayek kuliah di Bogor, tidak mudah baginya, karena rindu akan keluarga di Batu kadang datang menghampirinya. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(36)
“Empat tahun di Bogor, empat tahun penuh dengan kerinduan.
Empat tahun penuh dengan keprihatinan. Empat tahun penuh dengan perjuangan. Bayek akhirnya lulus” (Setyawan, 2012: 135).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 100
4.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Bayek ke New York” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Anak-anak Tinah melihat bahwa kedua orang tuanya bersusah payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga semangat untuk menuntut ilmu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(37)
“Bapak Tidak pernah menyuruh anak-anaknya untuk belajar
dengan rajin atau bekerja keras seperti dia.
Tapi anak-anak melihat
perjuangan Bapak yang gigih lewat tangan Bapak yang selalu berlepotan oli. Bapak yang sering pulang tengah malam. Kulit Bapak yang semakin gelap. Inilah yang memacu anak-anak untuk berjuang sekeras Bapak. Perjuangan Bapak melahirkan harapan buat kelima anaknya. Semangat Bapak membakar semangat kelima anaknya” (Setyawan, 2012: 142). 4.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 28 ialah tema tingkat tradisional, karena mengangkat tentang kawan sejati adalah kawan dimasa duka. Mbak Ati adalah satu-satunya teman Bayek saat Bayek petama kali menginjakkan kaki di NYC. Mbak Ati juga yang memperkenalkan Bayek dengan NYC. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(38)
“Dari ruang tamu apartemen yang dia tumpangi inilah Bayek
memulai hidup baru. Mbak Ati, yang membuka jalan Bayek di Amerika,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 101
memperkenalkan kehidupan di New York mulai dari grocery shopping sampai jadi tourist guide selama beberapa bulan pertama. Mbak Ati juga yang membimbing Bayek memulai kariernya di sana” (setyawan, 2012: 148). (39)
“Akhirnya, teman Indonesia satu-satunya, pembimbing, pembuka
jalan Bayek di New York pindah ke Australia di bulan ketiga. Bayek memulai hidup baru, sendiri. Di musim dingin” (Setyawan, 2012: 150). 4.29 Bab 29 “Dua Pilar yang Runtuh” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 29 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang kekhawatiran seorang Ibu. Sejak kejadian Runtuhnya tower World Trade Center, Tinah tak bisa menghubungi Bayek. Tinah sangat khawatir akan keadaan Bayek di sana. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(40)
“Aduh, Le. Ibuk coba telepon kamu sepanjang hari. Isa, Nani,
semuanya mencoba telepon tapi tak bisa-bisa. Senang kamu udah bisa kasih kabar. Yang penting kamu selamat, Le,” kata Ibuk” (Setyawan, 2012: 160). (41)
“Alhamdulillah, Buk. Kantorku jauh dari kompleks WTC itu. Tadi
mau telepon juga gak bisa,” kata Bayek” (Setyawan, 2012: 161). (42)
“Alhamdulllah, Le. Kamu hati-hati ya. Jangan lupa salat,” pesan
Ibuk” (Setyawan, 2012: 161).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 102
4.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 30 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang cinta kasih, Bayek akhirnya pulang ke Batu. Berkumpul dengan keluarga adalah momen yang sangat Bayek nanti-nantikan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas. (43)
“Akhirnya di musim panas kedua Bayek pulang mengunjungi
rumahnya di kaki Gunung Panderman. Hampir setahun setengah ia menunggu momen ini. Melihat matahari terbit di sela-sela Gunung Semeru. Menghirup udara segar di pagi hari. Melihat embun pagi menempel di jendela depan rumah. Melihat wajah-wajah penuh cinta di rumah kecilnya” (Setyawan, 2012: 171). 4.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 31 adalah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang masalah ekonomi. Setelah mendapat promosi menjadi manager data processing executive, keuangan Bayek bertambah baik. Ia mengirim uang ke Tinah untuk membangun rumah di Batu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(44)
“Air mata Ibuk mengalir di tengah kebahagiaan, Le” jangan banya
banyak. Kamu mesti nabung buat kamu sendiri. Di rumah sudah cukup buat sehari-hari” (Setyawan, 2012: 176).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 103
(45)
“Wis, tenang, Buk, Bapak dan Mbak Nani sekarang sudah bisa
mulai merencanakan rumah baru kita ya,” kata Bayek” (Setyawan, 2012: 176). 4.32 Bab 32 “Buah untuk Bapak dan Ibuk” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 32 ialah tema tingkat egoik. Kecelakaan yang menimpa Sim membuat pikiran Bayek tidak tenang. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(46)
“Bayek segera kembali bekerja walau pikirannya masih kacau”
(Setyawan, 2012: 181). 4.33 Bab 33 “Wisdom” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 33 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang masalah atasan dengan bawahan. Karena tuntutan dan tekanan kerja, Bayek jadi sering berdebat dengan anak buahnya, Victor. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(47)
“Dahulu, ketika Victor baru datang di New York City, Bayek
selalu mengajak Victor berburu hidangan di restoran-restoran Manhattan. Bayek sudah lama tinggal di Manhattan. Ia lebih tahu seluk-beluk kota ini. Bayek dan Victor selalu pergi makan siang bersama. Tapi tekanan dan tuntutan kerja sering membuat mereka beradu pendapat. Bayek dan Victor selalu berdebat hampir setiap hari. Dari teknik pengolahan data sampai gaya kepemimpinan Bayek sebagai manajer. Saat makan siang pun mereka
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 104
selalu berdebat. Akhirnya Bayek enggan makan siang dengan Victor lagi” (Setyawan, 2012: 191). 4.34 Bab 34 “Kematian dan NewYork City” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 34 ialah tema tingkat egoik, karena mengangkat tentang kesendirian. Bayek yang hidup sendiri di NYC terpukul dengan kejadian-kejadian itu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(48)
“Bayek yang hidup sendiri di tengah kebisingan Manhattan
terpukul oleh kejadian-kejadian ini. New York kota yang penuh gemerlap tapi juga penuh jiwa-jiwa yang sendiri, dan sepi” (Setyawan, 2012: 200). 4.35 Bab 35 “Vertigo” Tingkatan temanya ialah tema tingkat egoik, karena mengangkat tentang konflik batin. Bayek bingung antara pindah ke New Jersey atau menetap di Manhattan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(49)
“Bayek sebenarnya agak bingung, tapi akhirnya pindah ke New
Jersey juga. Setiap kali kembali dari Indonesia, selalu ada kebimbangan dalam dirinya. Ia ingin segera pulang untuk selamanya tapi misinya belum selesai di sini. Pindah ke Newport mungkin akan membantu mempercepat Bayek untuk mewujudkan mimpinya. Dengan menabung lebih banyak lagi” (Setyawan, 2012: 206).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 105
4.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 36 ialah tema tingkat egoik,
karena
mengangkat
tentang
persoalan
batin.
Kepergian
Rachel
mengguncang Bayek. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas. (50)
“Kepergian
Rachel
menggunucang
Bayek.
semenjak
di
Pleasantville dulu Rachel adalah salah satu orang paling dekat dengan hidupnya. Mereka tahu hidup satu sama lain. Selain sebagai partner in crime di tempat kerja, Rachel dan Bayek juga sering bertemu di luar urusan
kantor.
Bayek
memperkenalkan
Rachel
ke
teman-teman
Indonesianya. Demikian juga Rachel. Ia sering mengajak Bayek berkumpul dengan teman-teman Taiwannya” (Setyawan, 2012: 214). 4.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 37 ialah tema tingkat egoik, karena mengangkat tentang konflik batin. Bayek bimbang, tetap menetap di NYC atau kembali ke Indonesia. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(51)
“Di musim gugur kesembilan, dengan pergulatan batin yang luar
biasa, bayek memutuskan untuk pulang ke Indonesia. Ia menyerahkan surat
pengunduran
diri,
tapi
atasannya
meminta
Bayek
untuk
mempertimbangkannya. Ia diberikan waktu dua bulan untuk pulang ke Indonesia dan memikirkan lagi keputusan itu” (Setyawan, 2012: 221).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 106
4.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 38 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang cinta keluarga. Bayek mendapatkan tawaran kerja di Singapura. Namun, Bayek mempertimbangkannya kembali, karena Bayek pulang untuk kumpul dengan keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(52)
“Seminggu setelah Bayek pulang, ia mendapatkan tawaran kerja
sebagai Director Marketing Sciennce di sebuah perusahaan marketing research multinational di Singapura. Bayek dipercaya untuk mengawasi operasi depertement Marketing Science di enam negara di Asia Tenggara. Gaji yang ditewarkan lebih besar daripada yang Bayek terima dulu di New York. Sebelum menandatangani kontrak, Bayek berpikir lagi. Ia ingin pulang ke tanah air untuk lebih dekat dengan keluarga. Ia ingin beristirahat sejenak dari dunia corporate dan berbuat sesuatu. Akhirnya, perusahaan di Singapura pun meminta Bayek untuk mempertimbangkan keputusannya. Mereka menunggu Bayek sampai bulan Desember 2010” (Setyawan, 2012: 225-226). 4.39 Bab 39 “Buku Pertama” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 39 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang lingkungan alam. Bayek tak bisa jauh dari Kota Batu. Meski di NYC menyajikan pemandangan yang megah. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 107
(53)
“Gemerlap lampu-lampu jutaan watt malam hari di Times Square
New York City begitu megah, begitu spektakuler, begitu besar. Tetapi jiwaku, jiwaku tak bisa jauh dari gemerlap lampu-lampu yang menyala di seputar Kota Batu yang terlihat dari jalanan berliku menuju Kota Pujon. Kota Batu di malam hari adalah sebuah meditasi kehidupan. Kesunyian yang menyembuhkan” (Setyawan, 2012: 230). 4.40 Bab 40 “Buku Keluarga” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 40 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang keluarga. Bayek selalu meluangkan waktu untuk kumpul bersama keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas. (54)
“Setelah sebulan berpetualang, Bayek kembali ke Batu. Seperti
biasa, ia meluangkan malam bersama keluarga di ruang tamu. Keponakankeponakannya bergabung di sana. Bermain-main, berkejaran di ruang tamu yang sempit (Setyawan, 2012: 233). 4.41 Bab 41 “Perjalanan Baru” Tingkatan tema yang tedapat dalam novel Ibuk bab 41 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang kebersamaan. Di sela-sela kesibukannya Bayek masih mengunjungi rumahnya di Batu. Berikut kutipan yang mndukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 108
(55)
“Disela-sela kesibukan yang semakin banyak, Bayek selalu
meyempatkan diri untuk mengunjungi rumah kecilnya. Bayek banyak menghabiskan waktu di kamar atas untuk menlis atau membaca” (Setyawan, 2012: 239). 4.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh” Tingkatan tema yang tedapat dalam novel Ibuk bab 42 ialah tema tingkat fisik, Semenjak Sim pensiun, Pekerjaan Tinah di rumah agak ringan. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(56)
“Semenjak Bapak pensiun, kerja Ibuk di rumah agak ringan. Ibuk
hanya mengurus dapur. Setelah jalan pagi, Ibuk langsung berbelanja, dan memasak. Ibuk tak hanya memasak untuk Bapak tapi juga untuk anak, menantu, dan cucu-cucunya yang tinggal dekat rumah Ibuk. Selesai masak, sekitar jam 11 siang, ia datang mengirimkan makanan ke rumah Isa, Nani dan Rini” (Setyawan, 2012: 244). 4.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 43 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang perpisahan. Sim dan Tinah jarang berpisah, namun karena keadan, mereka pisah sementara waktu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(57)
“Ibuk sendiri agak berat ditinggal Bapak. Demikian juga Bapak.
Mereka jarang berpisah selama hidupnya” (Setyawan, 2012: 247).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 109
4.44 Bab 44 “Menjagamu” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 44 ialah tema tingkat egoik. Tinah teramat sedih karena melihat Sim sakit. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(58)
“Ibuk memijat tangan Bapak. Ia tak berani memijat kepala Bapak.
Bapak masih memegang kepalanya dengan erat. Air mata menetes di pipinya. Ia terus mengerang kesakitan. Ibuk tak tahu harus berbuat apa. Mata Ibuk berkaca-kaca. Ibuk kemudian menelepon Nani (Setyawan, 2012: 252). 4.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 45 ialah tema tingkat egoik. Tinah terkejut mendengar perkataan Sim. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(59)
“Nah, sebelum aku meninggal, aku ingin melihat tangga yang
dibangun Isa di rumahnya.,” kata Bapak mengejutkan Ibuk” (Setyawan, 2012: 261). 4.46 Bab 46 “Pesan Terakhir” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bagian 46 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang cinta kasih. Semua keluarga bergantian mencium pipi Sim. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 110
(60)
“Ibuk memanggil semua anak dan cucunya. Hanya Bayek dan
Mira yang tidak ada di sana. Mereka berjajar, bergantian, menciumi pipi Bapak” (Setyawan, 2012: 268). 4.47 Bab 47 “Mngantar Bapak Pulang” Tingatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 47 ialah tema tingkat Egoik, karena mengangkat tentang batin yang terguncang. Semua bersedih atas kepergian Sim. berkut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(61)
“Isak tangis pun kembali pecah ketika gumpalan tanah mulai
ditaburkan, membenam liang kubur. Batu nisan ditancapkan. Bunga bunga ditaburkan. Doa dikumandangkan. Ibuk Tenggelam dalam duduknya. Air matanya mengalir, terus mengalir” (Setyawan, 2012: 277). 4.48 Bab 48 “Cinta Ibuk” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 48 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Perlajanan yang tak mudah yang dilalui Sim dan Tinah akhirnya menyelamatan keluarga. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(62)
“Perjalanan cinta yang sederhana tapi kokoh. Cinta yang semakin
merekah. Cinta yang semakin terang. Cinta yang tak pernah luntur. Sepanjang perjalanan mereka. Cinta Ibuk menyelamatkan keluarga” (Setyawan, 2012: 285).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 111
4.49 Bab 49 “Aku” Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 49 adalah tema sosial karena mengangkat tentang perjuangan . Sekian puluh tahun berpisah dari keluarga, Bayek berjuang untuk keluarganya. Berkut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
(63)
“Ketika ia jauh dari keluarga. Ketika ia melalui 9 musim panas, 10
musim gugur. Ketika ia jauh dari keluarganya di Batu” (Setyawan, 2012: 287). Berdasarkan hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering muncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti, masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan atasan-bawahan. b. Amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162). Berdasarkan pengertian amanat di atas, berikut akan dianalisis amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan dari bab 1 sampai bab 49 secara tersirat dan tersurat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 112
5.1 Bab 1 “Pagi di Pasar Batu” Amanat yang terdapat pada novel Ibuk bab 1 “Pagi di Pasar Batu” diungkapkan secara tersurat dan tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (64)
“Ketika umur 16, Tinah membantu Mbok Pah, neneknya berjualan
baju bekas di pasar Batu. Seragam kuning hijau Tinah kini dipakai oleh adik perempuannya, Sriyati. Tinah jugalah yang membantu orang tuanya membayar sekolah Sriyati” (Setyawan, 2012: 2). (65)
“Nah, kamu sudah 17 tahun sekaranng. Wis perawan,” kata Mbok
Pah sembari memberikan teh hangat yang ia pesan dari warung sebelah. Uap putih mengepul dari mulut gelas. “Perawan seusiamu sudah mulai berumah tangga,” lanjutnya. “Kamu mau tah aku jodohkan dengan Cak Ali. Dia sudah punya kios sendiri buat jualan tempe, loh. Wis mateng wong e.” (Setyawan, 2012: 3).
Kutipan di atas, menyampaikan pesan moral secara tersurat dan tersirat. Tersurat yaitu meski Tinah putus sekolah, namun ia tak ingin adiknya seperti dia. Tinah bekerja untuk membantu membiayai sekolah adiknya. Tersirat yaitu, sikap Mbok Pah yang ingin menjodohkan Tinah dengan Cak Ali yang sudah memiliki kios tempe, ia ingin Tinah mendapatkan calon suami yang sudah memiliki pekerjaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 113
5.2 Bab 2 “Seuah Awal Sebuah Keberanian” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 2 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (66)
“Sim belum pernah melihat wajah orang tua kandungnya yang
tinggal di Yogya. Ketika berumur 3 bulan Sim diasuh oleh saudara bapaknya yang di Malang. Ketika kelas dua SMP orang tua angkatnya meninggal dunia. Sim tak bisa meneruskan sekolah lagi. Semenjak itu Sim menjadi kenek angkot untuk menghidupi dirinya. Di usia yang masih belia, Sim sudah mencari makan sendiri, sudah mandiri” (Setyawan, 2012: 10).
Kutipan di atas, menyampaikan amanat secara tersurat, yaitu sikap pantang menyerah yang ditunjukkan oleh Sim. Meski ia tidak dapat meneruskan sekolahnya, ia tetap berjuang untuk mencari uang demi kelangsungan hidupnya dengan menjadi kenek angkot. 5.3 Bab 3 “Mengenalmu Mencintaimu” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 3 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(67)
“Delapan bulan terakhir ini pula Sim telah belajar membawa mobil
sendiri. Ia kini memulai hidup baru sebagai sopir angkot. Sandal jepitnya pun baru” (Setyawan, 2012: 15).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 114
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat, yaitu Belajar dan terus belajar. Menjadi sopir angkot tidak perlu malu, yang penting pekerjaan itu halal. 5.4 Bab 4 “Maukah kau Hidup Susah Denganku” Amanat yang terdapat pada novel Ibuk bab 4 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(68)
“Sampai di perbatasan Batu dan Pujon, Tinah mulai mual-mual.
Mulutnya ditutup rapat dengan saputangan yang memang sudah ia persiapkan dari pagi hari” (Setyawan, 2012: 19).
Kutipan di atas mengungkapkan penyampaian moral secara tersurat, yaitu untuk mendapatkan hati seseorang memang tidak mudah, namun Sim terus berusaha lewat sikap Sim yang perhatian dengan Tinah, Sim sengaja mempersiapkan kresek apabila Tinah muntah-muntah di perjalanan. 5.5 Bab 5 “Berlabuh” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 5 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(69)
“Mbok, aku gak mau pilih-pilih,” jawab Tinah akhirnya. “Sim itu
hidupnya gak seperti Lek Hari tapi orangnya apikan” (Setyawan, 2012: 22).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 115
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya, namun si anak juga berhak menentukan pilihannya sendiri. 5.6 Bab 6 “Awal Pelayaran” Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 6 diungkapkan secara tersurat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(70)
“Setelah membenahi kamar, Tinah segera mandi dan menyapu
halaman rumah Mbak Gik. Semenjak Mbok Pah meninggal, kiosnya telah dijual dan Tinah tak lagi ke Pasar Batu. Ia menghabiskan waktunya di rumah Mbak Gik. Tinah mulai belajar masak. Ia mulai belajar menata hidupnya, hidup suaminya. Hidup anak-anaknya kelak. Hidup keluarganya kelak (Setyawan, 2012: 27).
Kutipan di atas mengungkapkan pesan moral secara tersurat yaitu Tinah belajar untuk menjadi seorang istri yang baik untuk suaminya dan anak-anaknya kelak. 5.7 Bab 7 “Lima” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 7 diungkapkan secara tersurat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(71)
“Membesarkan lima orang anak membutuhkan napas yang
panjang. Tak pernah mudah. tak pernah berhenti. Setelah Tinah sembuh ia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 116
mulai lagi bergulat membesarkan anak-anaknya. Ia mulai membuat nasi goreng untuk sarapan anak-anaknya sebelum berangkat ke sekolah. Ia kembali memberikan cintanya” (Setyawan, 2012: 37-38).
Kutipan di atas mengungkapkan pesan moral secara tersurat. Yaitu lewat perjuangan Tinah yang tak henti-hentinya untuk mengurus kelima anaknya dengan sebaik-baiknya. Sampai ia sendiri jatuh sakit. Itu adalah salah satu bentuk pengorbanannya untuk kelima buah hatinya. 5.8 Bab 8 “Nasi Goreng Terasi” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 8 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(72)
“Lima orang anak sudah ketika Ibuk baru mengetahui ada program
Keluarga Berencana. Mereka sudah di tangannya dan Ibuk memberikan apapun yang ia miliki untuk mereka. Dengan hatinya. Mereka sudah ada dalam genggemannya dan Ibuk tak akan membiarkan mereka terjatuh. Begitu tekadnya” (Setyawan, 2012: 42).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Tinah bertekad untuk memberikan yang terbaik untuk kelima buah hatinya. Apapun akan Tinah lakukan agar anak-anaknya memiliki masa depan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 117
5.9 Bab 9 “Empat Sehat Lima Sempurna” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 9 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(73)
“Yang penting, pastiin ada uang buat makan besok ya, Pak!” kata
Ibuk selalu memastikan. Dari uang belanja ini, Ibuk berusaha menyisakan sebagian untuk membayar SPP dan keperluan sekolah. Bapak terkadang juga memakai tabungan Ibuk ini untuk memperbaiki angkot yang rusak atau ketika kena tilang polisi. Ketika mendapat banyak rezeki di jalan, Bapak akan memberi uang belanja lebih” (Setyawan, 2012: 46).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat yaitu Tinah yang memiliki sikap hemat. Ia berusaha mencukupkan semua kebutuhan rumah tangganya dari uang belanja yang diberikan Sim kepadanya. Tinah berusaha menyisakan sedikit untuk keperluan yang lain-lain. 5.10 Bab 10 “Jelaga di Langit-Langit Dapur” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 10 disampaikan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(74)
“Lima orang anak kini. Lima hati yang telah menghangatkan
rumah kecil Ibuk. Ruangan hidup tak akan pernah mudah dengan lima anak ini tetapi Ibuk dan Bapak bertekad berlayar dengan gagah. Buat anak-anaknya” (Setyawan, 2012: 51).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 118
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat, yaitu tekad kedua orang tua untuk membesarkan anak-anaknya dengan segala daya upayanya. Agar masa depan anak-anaknya lebih baik dari kedua orang tuanya. 5.11 Bab 11 “Menjaring Pagi” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 11 disampaikan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(75)
“Sa, bantu Ibuk ya! pinta Ibuk. Isa dengan senang membantu
memeras cucian. Nani ikut menolongnya. Beberapa seragam merah putih dijemur berjejer di samping dua daster Ibuk dan satu sarung Bapak. Juga beberapa kaos kaki dan pakaian dalam. Matahari yang bersinar cerah memantulkan warna-warni jemuran sepanjang 5 meter. Sisa-sisa air menetes dari sudut-sudut pakaian yang dijemur. Angin menggoyanggoyangkan jemuran. Seragam putih Isa tak terlihat putih lagi” (Setyawan, 2012: 55).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu lewat tingkah laku anak-anak Tinah yang selalu melakukan pekerjaan dengan bergotong-royong. Maka, pekerjaan pun terasa ringan apabila dilakukan bersamasama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 119
5.12 Bab 12 “brolan di Ruang Tamu” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 12 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(76)
“Nduk, sekolah nang SMP iku mesti. Koen kudu sekolah. Uripmu
cek gak soro koyok aku, Nduk! Aku gak lulus SD. Gak iso opo-opo. Aku mek iso masak tok. Ojo koyok aku yo Nduk! Cukup aku ae sing gak sekolah…,” (Setyawan, 2012: 61).
Kutipan tersebut mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu lewat perkataan Tinah kepada Isa. Tinah Ingin anak sulungnya itu melanjutkan sekolah ke SMP. Tinah memberikan motivasi kepada Isa, kalau sekolah itu sangat penting. Agar Isa memliki masa depan, tidak seperti Tinah yang hanya lulusan SD. 5.13 Bab 13 “Membawa Pulang Harapan” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 13 diungkapkan secara tersurat dan tersirat. Hal tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(77)
“Ibuk dan Bapak tak pernah menentukan aturan kapan dan berapa
lama anak-anak harus belajar. Isa dan adik-adknya telah membuka hati mereka sendiri. Membuka buku mereka sendiri. Ibuk dan Bapak telah bekerja sepenuh hati untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka. Mungkin, anak-anak ini melihat kesungguhan hati orang tua mereka yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 120
telah berjuang tak kenal lelah untuk lima anaknya” (Setyawan, 2012: 6465). (78)
“Lulus SD, Isa dengan mudah masuk ke sekolah menengah
pertama paling bagus di Batu. Ibuk menjual cincin emas satu-satunya untuk membayar uang pangkal. Untuk membeli seragam dan membayar SPP di bulan pertama. Cincn emas yang dulu ia beli di Toko Emas Agung dari hasil tabungannya bertahun-tahun” (Setyawan, 2012: 65).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat. Tersurat yaitu kesadaran sendiri untuk belajar tanpa harus diatur kapan dan berapa lama harus belajar. Tersirat yaitu pengorbanan seorang orang tua untuk anaknya agar bisa tetap sekolah, meski harus menjual cincin emas sekalipun. Karena setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anak- anaknya. 5.14 Bab 14 “Kunci di Tangan Bapak” Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 14 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(79)
“Pukul 10 pagi Bapak kembali ke rumah. Tak seperti biasanya.
“Nah, ini segera ke sekolah Bayek. Bayar uang buku dan minta rapornya,” kata Bapak. Ia menyerahkan beberapa lembar uang lima ratusan dan seribuan yang ia kumpukan sejak pagi” (Setyawan, 2012: 69).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 121
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu Sim berjuang mencari uang agar bisa mengambil rapor Bayek. Lelahnya tak ia hiraukan. Semua dilakukan demi masa depan anak-anak. 5.15 Bab 15 “Sedikit Tentang Aku” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 15 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(80)
“Agar hidupmu tidak sengasara sepertiku, Nak. Aku tidak lulus
SD. Tidak biasa apa-apa. Aku hanya bisa memasak saja. Jangan sepertiku ya, Nak. Cukup aku saja yang tidak sekolah. Itu yang selalu Ibuk katakan di hadapan anak-anaknya” (setyawan, 2012: 73).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sebagai orangtua, Tinah memberikan pengertian kepada anak-anaknya bahwa sekolah itu sangat penting. Agar kelima anaknya memiliki semangat untuk belajar. Bisa menata masa depan mereka sendiri dengan ilmu yang telah di dapat selama duduk di bangku sekolah. 5.16 Bab 16 “Atap Untuk Kita” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 16 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 122
(81)
“Meskipun banyak kebocoran di sana-sini, kita mesti bersyukur.
Kita di rumah sendiri. Ada tempat untuk makan pisang goreng bersamasama,” kata Ibuk. Ia berjalan ke dapur” (Setyawan, 2012: 79).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu. Dalam hidup, kita harus bersyukur. Apapun yang kita miliki, kita harus bersyukur, besar ataupun kecil yang kita punya. 5.17 Bab 17 “Mbah Carik dan Misteri” Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 17 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(82)
“Setiap melihat anak yang sakit, hati Ibuk seperti jatuh,” kata Ibuk
menatap anaknya satu-satu” (Setyawan, 2012: 85). (83)
“Melihat kalian sehat seperti ini adalah segalanya bagi Ibuk,”
lanjutnya” (Setyawan, 2012: 85).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu jagalah kesehatan, orang sehat itu mahal harganya. 5.18 Bab 18 “Sepatu Jebol” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 18 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 123
(84)
“Bang Udin, tadi saya kelupaan. Sebelumnya minta maaf ya.
Cicilan kemarin belum lunas semua, tapi…” Ibuk menghela napas sejenak. “Sepatu Nani jebol. Dan saya mau pinjam lagi sama Bang Udin. Bisa kan, Bang?” Pinta Ibuk dengan sungkan” (Setyawan, 2012: 88).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sebagai orangtua, apapun akan dilakukan demi melihat anak-anaknya bahagia. Apapun caranya 5.19 Bab 19 “Sendang Biru dan Roti Meises Cokelat” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 19 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(85)
“Nani sudah memakai sepatu baru. Sepatu Bayek akhirnya terbeli
juga? Rini sepatunya masih bagus. Sementara Isa senang dengan sepatu yang dipakai selama setahun setengah. Bapak dan Ibuk tidak pernah memiliki atau berkeinginan membeli sepatu. Mereka ingin membeli sepatu tetapi buat apa? Untuk ke kondangan mereka cukup memakai sandal. Ah, semua demi anak-anak” (Setyawan, 2012: 93).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Tinah dan Sim adalah sosok orang tua yang baik. Mereka menomorsatukan kebutuhan anakanaknya ketimbang kebutuhan pribadinya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 124
5.20 Bab 20 “Mencoba Berdiri Sendiri” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 20 diungkapkan secara tersurat dan tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(86)
“Ketika Kartinian atau Tujuh Belas Agustusan, Ibuk sendiri yang
mendandani anaknya. Ibuk meminjam baju daerah ke sana-sini. Ketika Lebaran tiba, ia memastikan anak-anak memakai baju baru. Ibuk memastikan tidak ada air mata dengan segala cara. Menggadaikan cincin emas, menjual baju bekas, atau hutang ke Bang Udin. Ibuk dan Bapak hampir tak pernah membeli baju lebaran untuk mereka sendiri. Yang penting anak-anak bisa tersenyum dan mendatangi kerabat dengan bangga. Agar mereka sama dengan anak-anak lain” (Setyawan, 2012: 102). (87)
“Berapa pun uang yang kamu miliki, jangan pernah berlebihan.
Nabung! Kamu bisa jatuh sakit. Harus ke dokter dan itu tidak murah. Hidupmu tidak hanya sampai sekarang saja. Hidupmu masih panjang,” pesan Ibuk yang tidak mempunyai rekening di bank” (Setyawan, 2012: 102).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat. Eksplisit yaitu betapa besar pengorbanan kedua orang tua kita demi melihat kita bahagia. Maka dari itu, jangan sekali-kali kita menyakiti perasaannya. Implisit yaitu menabung itu sangat penting bagi masa depan kita.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 125
5.21 Bab 21 “Hidup Baruku” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 21 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (88)
“Sepuluh tahun aku berkelana menjelajahi hidup di negeri
seberang. Jauh di seberang. Aku meninggalkan hatiku di kota kecil ini demi cinta. Dan dari seberang sana juga aku menemukan cinta. Aku menemukan diriku” (Setyawan, 2012: 106 107).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Kita harus berani untuk keluar dari kampung halaman demi meraih cita-cita, Keluarlah, dan yakinlah bahwa kesuksesan akan bersamamu. Jika kamu berusaha dan bekerja keras. 5.22 Bab 22 “Di Tengah Malam” Amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk bab 22 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(89)
“Sing sabar ae. Rejeki nggak datang hari ini tapi insya Allah akan
datang besok,” kata Ibuk sambil mengunci lemari makan di dapur” (Setyawan, 2012: 111).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat yaitu. Walaupn kesulitan datang silih berganti, namun kita harus tetap sabar, dan percaya kalau rejeki itu sudah ada yang mengatur.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 126
5.23 Bab 23 “Janji Bayek” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 23 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(90)
“Buk, jangan nangis lagi ya. Kalau Bayek sudah besar, Bayek janji
akan membahagiakan Ibuk. Bayek janji, ikrar Bayek dalam hati” (Setyawan, 2012: 117). (91)
“Dari hutan bambu itu, hidup Bayek tak akan sama lagi. Janji
untuk Ibuk. Janji untuk Bapak. Janji untuk saudara-saudaranya terpatri dalam hidupnya. Janji untuk keluarga” (Setyawan, 2012: 117).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai anak, hendaknya berbakti dengan kedua orang tua. Mereka sudah susah payah, kerja keras
banting
tulang untuk
kita.
Sudah
sepantasnya kita bisa
membahagiakan mereka. 5.24 Bab 24 “Di Wajah Isa” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 24 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (92)
“Pak, surat ini untuk anak-anak saya. Mereka butuh keringanan
untuk uang gedung dan SPP. Bapaknya sudah mencoba yang terbaik sebagai ketua RT. Ini untuk anak-anak saya, Pak. Ini untuk anak-anak saya,” pinta Ibuk mencoba meyakinkan Pak Lurah. “Kalau uang kami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 127
sudah cukup, saya tidak akan ke sini Pak. Ini demi masa depan mereka. Biar mereka tidak seperti saya..” (Setyawan, 2012: 123).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Orang tua selalu mengusahakan yang terbaik untuk anak-anaknya. Dalam keadaan apapun, mereka pasti berjuang demi buah hatinya. 5.25 Bab 25 “Pesta Pertama” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 25 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(93)
“Buk, ini uang yang dikado tamu kemarin. Simpan ya, Buk. Kalau
ada sisa, beliin sepeda buat Bayek,” kata Bayek setelah bangun tidur. Bayek memberikan uang yang disimpan di bawah bantal” (Setywan, 2012: 12).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Bayek adalah anak yang baik, ia ikhlas memberikan uangnya kepada Tinah untuk digunakan sebagai keperluan sehari-hari. 5.26 Bab 26 “Berlayar terus Berlayar” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 26 diungapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (94)
“Bayek maju ke atas panggung disaksikan ribuan wisudawan. Air
mata Bayek tumpah. Ibuk dan Isa baru tau kalau ia menjadi salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 128
lulusan terbaik. Bayek tak tega melihat Ibuk dan Isa duduk di antara orang tua wisudawan. Dalam langkahnya, ia ingin mengatakan kepada Ibuk bahwa angkot yang dijual tidak kemana-mana. Angkot yang dijual adalah investasi untuk hidup mereka. Angkot yang dijual adalah masa depan mereka. Menjadi lulusan terbaik adalah kado untuk Ibuk, Bapak dan keempat saudara perempuan yang telah memberikan jiwa dan hati mereka untuk Bayek” (Setyawan, 2012: 136).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Usaha dan keyakinan dapat membawa kita ke gerbang kesuksesan. 5.27 Bab 27 “Doa Ibuk Mengantar Beyek ke New York” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(95)
“Kamu jangan lupa salat, jangan lupa bersyukur. Banyak anak-
anak sopir, teman-teman SMA kamu hanya bisa membantu bapaknya menyopir. Kamu jangan lupa salat ya, Le. Bersyukur,” Ibuk selalu mengingatkan Bayek” (Setyawan, 2012: 141).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan. Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar seimbang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 129
5.28 Bab 28 “Sebuah Awal Perjalanan” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 28 diungkapan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(96)
“Di bulan ke delapan Bayek mendapatkan penghargaan “Employee
of the Month” lagi. Rekan-rekan kerjanya pun mulai melihat keandalan Bayek dalam mengolah data meskipun bahasa Inggris masih belum bagus. Ia mencoba menembus rasa mindernya. Ia mencoba terus berbicara. Ia terus memberanikan diri untuk melangkah maju di negara yang masih asing buatnya” (Setyawan, 2012: 153).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu untuk mendapatkan apa yang kita mau, kita harus berusaha, tidak bisa instan. Sabar dan selalu belajar agar lebh baik dari yang sebelumnya. 5.29 Bab 29 “Dua Pilar yang Runtuh” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 29 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(97)
“Air mata Bayek meleleh setelah salat Isya. Terlintas bayangan
orang-orang yang terjebak dalam gedung saat pesawat menabrak. Pagi yang biasa, saat orang-orang mencari kopi atau sarapan di Starbucks di lantai dasar. Pegawai kantor yang baru saja memasuki Lobby, rapat pagi di meeting room. Receptionist menyapa pegawai kantor yang baru datang.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 130
Fresh graduate yang baru masuk kerja. Pegawai yang baru saja dipromosikan. Atau bapak-bapak yang akan pensiun beberapa hari ke depan. Tiba-tiba pesawat menabrak
dan merubuhkan gedung tempat
mereka bekerja. Terlintas juga dibenak Bayek ketika mereka berlarian, berhamburan di tangga darurat, mencoba menelepon sanak saudara, lalu ratusan pemadam kebakaran datang dan akhirnya terjebak dalam puingpuing yang berjatuhan” (Setyawan, 2012: 158).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kejadian yang merenggut nyawa banyak orang itu, membuat kita tersadar bahwa maut dapat datang kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, kita harus tetap melakukan yang terbaik selama kita hidup. 5.30 Bab 30 “Menelusuri Manhattan” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 30 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut. (98)
“Meskipun bahasa Inggrisnya masih juga belum lancar, Bayek
semakin dilihat dikantornya. Semua pekerjaan yang ia kerjakan dinilai memuaskan, melebihi kapasitasnya sebagai data processing executive, jabatan yang ia terima ketika pertama kali ke New York. Di bulan Januari 2001 Bayek dipromosikan menjadi senior data processing executive. Gajinya bertambah. Bonusnya bertambah. Usaha kerasnya selama setahun ini mendapat penghargaan” (Setyawan, 2012: 167).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 131
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu dalam menguasai suatu bahasa tidaklah mudah, namun kita jangan menyerah, terus berusaha untuk mewujudkannya, belajar dan terus belajar. 5.31 Bab 31 “Rumah Kecil Baru” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 31 diungkapkan secara tersurat dan tersrat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(99)
“Bayek pun mengarungi Manhattan yang tak pernah selesai untuk
dijelajahi. Tiap akhir pekan ada saja tempat baru yang ia temui. Di tempat kerja Bayek semakin bisa mengikuti ritme dengan gerakan lincah. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa berkontribusi sama, bersaing dengan rekanrekan kerja yang hampir semuanya bergelar master degree. Ia ingin membuktikan bahwa ia bisa maju di tengah persaingan yang cepat dan tajam. Ia ingin menanam benih buat masa depannya. Kerja sampai larut malam. Kadang akhir pekan pun harus bermain dengan angka-angka. Buah manis pun dipetiknya. Di awal tahun 2003, Bayek mendapatkan promosi lagi. Ia menjadi manager data processing executive” (Setyawan, 2012: 175). (100)
“Buk, aku sudah nabung banyak. Kebetulan bonus juga lumayan
tahun ini. Bosku apik, Buk. Aku barusan transfer buat bangun rumah kita, Buk” (Setyawan, 2012: 175).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 132
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat dan tersirat. Tersurat yaitu, kerja keras dan usaha tidak akan menghianati hasil. Semakin kita rajin dan mau belajar, tidak menutup kemungkinan apa yang kita inginkan dapat tercapai. Tersirat yaitu Sudah selayaknya kita sebagai anak membahagiakan kedua orang tua, meskipun apapun yang telah kita lakukan tidak akan penah bisa mengganti jasa mereka. 5.32 Bab 32 “Buah untuk Bapak dan Ibuk” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 32 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(101)
“Ah, kalau itu gampang. Entar saja Buk... Buk, Bapak kan ada
sedkit tanah di Jogja. daripada dianggurin, Mbak Nani menyarankan untuk dibuat kos-kosan. Uang yang aku transfer buat itu ya, Buk! “ kata Bayek” (Setyawan, 2012: 187). (102)
“Oalah, Le. Semoga gusti Allah akan terus melancarkan rejekimu.
Bapak pasti senang!” balas Ibuk (Setyawan, 2012: 187).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersirat, yaitu Bayek dapat membuat kedua orang tuanya tersenyum seperti cita-citanya dulu. Kedua orang tua Bayek bangga dengan anak laki-lakinya itu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 133
5.33 Bab 33 “Wisdom” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 33 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(103)
“Perjalanan karier Bayek semakin cemerlang. Ia tidak hanya
belajar seluk-beluk data processing tetapi juga kepemimpinan dan manajemen. Atasan Bayek selalu menantangnya untuk terus belajar dan belajar mengenai data dan statistika. Dari Yoga, Bayek belajar tentang wisdom dan kehidupan” (Setyawan, 2012: 193).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat tersirat. Yaitu perjalanan karir yang semakin menanjak, tak luput dari usaha dan kerja keras. Kita harus berusaha untuk mendapatkan apa yang kita mau. 5.34 Bab 34 “Kematian dan New York City” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 34 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(104)
“Sudah beberapa kali Lebaran Bayek tidak bisa pulang kampung.
Puasa di New York City. Setiap kali sahur, Bayek selalu menelepon Ibuk. Ia ingin ditemani meskipun hanya lewat telepon. Puasa tahun ini di New York City terasa lebih berat buat Bayek. Matahari tenggelam sekitar jam 6.30 sore di musim panas. Bayek harus bekerja seperti biasa” (Setyawan, 2012: 197).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 134
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat, yaitu walaupun sedang puasa, bekerja harus tetap semangat, puasa tidak boleh dijadikan alasan untuk bermalas-malasan. 5.35 Bab 35 “Vertigo” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 35 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(105)
“Setelah menjalani beberapa diagnosa, dan brain scan, Bayek baru
mengetahui kalau ia mengidap vertigo. Di tengah tengah vertigo yang pasang surut, bayek masih terus bekerja” (Setyawan, 2012: 209).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu meski dalam keadaan yang kurang sehat, kita harus selalu semangat untuk bekerja. 5.36 Bab 36 “Kembali ke Manhattan” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 36 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(106)
“Setelah satu setengah tahun di Newport, Bayek kembali
memberikan kejutan kecil untuk keluarganya. Ia membantu Isa yang sedang berencana mempunyai rumah sendiri di Gang Buntu. Selama di Newport Bayek juga membantu Isa dan Rini untuk kuliah lagi. Kini keduanya telah sarjana dan menjadi guru SD” (Setyawan, 2012: 214).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 135
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu apabila kita sudah sukses, jangan lupa dengan saudara-saudara kita. Saling membantu, karena apa yang kita peroleh tersebut tak lepas dari doa orang-orang di sekitar kita. 5.37 Bab 37 “Misi Terselesaikan” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 37 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(107)
“Le, sudah cukup kamu membantu keluarga. Sekarang waktumu.
Waktumu untuk membangun hidupmu. Ini sudah lebih dari cukup, Le. Sudah lebih dari cukup,” kata Ibuk yang terdengar luruh” (Setyawan, 2012: 219)
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu hasil kerja keras Bayek selama ini, ia dedikasikan untuk keluarga. Tak hanya untuk kebutuhan Bayek sendiri. 5.38 Bab 38 “Menyambut Bayek Kembali” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 38 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(108)
“Dalam empat jam perjalanan dari Surabaya ke Batu, Bayek
langsung membuka salah satu koper. Ia membagikan buku-buku dan beberpa suvenir dari New York City kepada keponakan-keponakannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 136
Mereka langsung berebutan di dalam mobil Panther tua yang penuh sesak dengan koper-koper Bayek. Ada senyum di wajah Bapak” (Setyawan, 2012: 224). Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu Bayek sangat peduli dengan masa depan keponakan-keponakannya. Terlihat dari hadiah yang dibawa Bayek, yaitu buku. Buku berguna untuk masa depan mereka dibandingkan dengan mainan. 5.39 Bab 39 “Buku Pertama” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 39 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(109)
“Bayek akhirnya membuat sebuah buku fotografi dengan narasi
puitis yang disusun bersama dua temannya. Herman Aga dan Abdul Sukur. Sebuah buku berjudul Melankoli Kota Batu. Sebuah museum melankoli
dari
sebuah
perjalanan
panjang.
Sebuah
buku
yang
didedikasikan untuk kota yang Bayek cintai” (Setyawan, 2012: 228).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu cinta Bayek yang teramat besar terhadap Kota Batu, terciptalah sebuah buku yang didedikasikan untuk Kota Batu. 5.40 Bab 40 “Buku Keluarga” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 40 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 137
(110)
“Malam itu, Bayek berjanji menulis sejarah keluarga buat
keponakan-keponakannya. Agar mereka tidak terputus dengan sejarah keluarga, agar mereka tahu perjuangan kakek, nenek, dan ibu-bapak mereka. Agar mereka lebih menghargai hidup yang mereka lalui sekarang. Agar mereka lebih mencintai ibu, bapak, dan kakek-nenek mereka (Setyawan, 2012: 234).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu Bayek memiliki cara tersendiri agar keponakan-keponakannya mengerti tentang apa itu arti kerja keras dan perjuangan, yaitu lewat sebuah buku keluarga. 5.41 Bab 41 “Perjalanan Baru” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 41 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(111)
“Itulah hidup, Yek, memang mesti dijalani dengan kuat, tabah.
Dengan perjuangan. Rasa enak itu baru terasa setelah kita melalui perjuangan itu,” kata Ibuk sebelum kembali ke dapur” (Setyawan, 2012: 240).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu sesulit apapun itu, hidup harus dijalani dengan tabah dan perjuangan. Baru nanti kita dapat memetik hasilnya. 5.42 Bab 42 “Cinta yang Kokoh”
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 138
Amanat yang tedapat dalam novel Ibuk bab 42 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dlam kutipan berikut.
(112)
“40 tahun lebih mereka mengarungi lautan kehidupan. Berawal
dari pasar sayur Batu, mereka berlayar. Terus berlayar. Cinta mereka tak pernah usang, bahkan semakin kuat. Badai kerap mengempas perjalanan hidup tapi perahu mereka juga semakin kuat, cinta mreka semakin kokoh. Mereka adalah belahan jiwa satu sama lain” (Setyawan, 2012: 245).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kesetiaan cinta, perjuangan hidup selama 40 tahun yang pada akhirnya membuahkan hasil yang manis. 5.43 Bab 43 “Tak Bisa Jauh: Awal September” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 43 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(113)
“Selama di Jakarta, Bayek selalu menyempatkan pulang ke Batu
tiap minggu. Seminngu di Jakarta, seminggu lagi di Batu. Ia sesekali mengunjungi keluarga adiknya, Mira, yang tinggal di Karawang. Bulan September 2011, Bayek dan Ibuk mengunjungi Mira yang telah melahirkan anak kedua, Arti. bapak menyusul beberapa hari kemudian. Bapak hanya tinggal dua hari” (Setyawan, 2012: 247).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 139
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu sesibuk apapun kita, jangan lupa dengan keluarga di rumah. 5.44 Bab 44 “Menjagamu” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 44 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(114)
“Obat yang harus Bapak minum semakin banyak. Sakit kepala
masih sering menyerang. Berat badan Bapak turun drastis. Tulang punggung Bapak semakin tampak. Mira pun datang dari Karawang bersama dua anak dan suaminya untuk menemani Bapak beberapa hari” (Setyawan, 2012: 257). (115)
“Bayek juga sering pulang ke Batu. nani selalu siap siaga
mengurus Bapak ke dokter, menebus resep, dan membantu Bapak meminum obat. Demikian juga Isa dan Rini, bergantian menjaga Bpak. Cucu cucu pun selalu setia menemani Bapak epulang mereka dari sekolah (Setyawan, 2012: 257).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu sudah seharusnya sebagai seorang anak, kita menjaga orang tua yang sedang sakit. 5.45 Bab 45 “Siapa yang Mengantar Cucu?” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 45 diungkapkan secara tersirat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 140
(116)
“Nah, siapa yang mengantar cucu-cucu kita?” tanya Bapak. Air
matanya tak terbendung lagi” (Setyawan, 2012: 259). (117)
“Jangan kuatir wis Pak. Anak-anak sudah berangkat diantar sama
pembantu mereka. Si Ciul malah senang jalan-jalan sambil mainan air hujan,” jawab Ibuk sambil memijat kaki Bapak” (Setyawan, 2012: 259).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersirat. Yaitu cinta yang besar terhadap cucu, sehingga dalam keadaan sakit pun masih sempat menanyakan siapa yng akan mengantar mereka ke sekolah. 5.46 Bab 46 “Pesan Terakhir” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 46 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(118)
“Rini bangun kembali untuk memeriksa Bapak. Tangannya masih
memegang tangan Bapak. Ia melihat wajah Bapak. Ada air mata yang meleleh dimata kiri Bapak. Rini kemudian memeriksa napasnya. bapak yang tidur di sampingnya, sudah tidak bernapas lagi…(Setyawan, 2012: 271). (119)
“Rini menjerit, memanggil-manggil nama Bapak. Ibuk terbangun.
Ia langsung terisak-isak sambil menyebut-nyebut nama Bapak. Ibuk membacakan doa di telinga Bapak, tapi Bapak tak bangun juga. Rini kemudian memanggil suster. Bapak telah pergi” (Setyawan, 2012: 271).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 141
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kesetiaan anak terhadap orang tuanya yang sedang terbaring sakit. 5.47 Bab 47 “Mengantar Bapak Pulang” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 47 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak daam kutipan berikut.
(120)
“Bayek pulang untuk Bapak, dan Bapak telah berpulang. “Pak,
insya Allah, aku akan jaga rumah Pak. Aku akan jaga Ibuk, dan semuanya. Bapak istirahat dulu. Matur suwun, Pak. Matur suwun. Uripe kene wis keangkat kabeh,” Bisik Bayek” (Setyawan, 2012: 278).
Kutipan di atas mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu di tinggal orang yang kita sayang memang berat, namun kita harus sabar dan tabah menghadapinya. 5.48 Bab 48 “Cinta Ibuk” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 48 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(121)
“Setelah 40 hari tahlilan Bapak, Ibuk mulai berjalan pagi kembali,
ke kaki Gunung Panderman. Sehabis menanak nasi dan salat Subuh, seperti biasa Ibuk mengganti daster batiknya dengan celana training, kaos, dan jaket. Ketika akan memakai sepatu olahraganya, di sana, di sudut dapur, Ibuk melihat sepatu Bapak. Masih kelihatan baru. Sepatu olahraga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 142
warna putih yang diberikan Bayek hanya dipakai Bapak sesekali saja” (Setyawan, 2012: 284).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu meskipun berat ditinggal orang yang kita sayang, kita harus tetap bangkit, tidak boleh larut dalam kesedihan. 5.49 Bab 49 “Aku” Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 49 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
(122)
“Aku menulis untuk membaca kehidupan. Aku menulis untuk
berkaca. Aku menulis untuk melepaskan air mata. Aku menulis untuk menjadikanku manusia. Aku menulis untuk membunuh malam. Aku menulis untuk memaknai hidup. Aku menulis untuk bersyukur. Aku menulis karena menulis menyembuhkan. Aku menulis untuk merapikan masa lalu. Aku menulis karena kata-kata bisa menguatkan. Aku menulis untuk menggali hati nurani” (Setyawan, 2012: 287-288).
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu setiap orang memiliki caranya sendiri untuk bisa memaknai hidup ini, untuk bisa bersyukur, untuk bisa menggali hati nurani, salah satunya dengan menulis. Dan masih banyak cara-cara lain untuk bisa menemukan arti hidup ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 143
Berdasarkan analisis amanat di atas, maka amanat yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novel Ibuk adalah mengajak para pembacanya untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untuk terus belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Tak peduli dari keluarga mana kamu berasal, asalkan mau berusaha dan tekun, kesuksesan ada di dalam genggamanmu.
4.2.5 Setelah peserta didik menganalisis unsur tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan, kemudian peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut peserta didik saling berdiskusi dan bekerja sama untuk menjawab pertanyaan yang telah diajukan oleh guru. Peserta didik juga mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama proses berdiskusi. Kemudian peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain memberikan tanggapan (mengasosiasi). Di dalam kegiatan ini, peserta didik diajak untuk menganalisis unsur tema dan amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27. Bab 27 ini menceritakan tentang Bayek mendapatkan panggilan kerja di Jakarta. Setelah beberapa tahun kerja di Jakarta, Bayek mendapatkan tawaran kerja di New York. Wawancara berjalan lancar. Beberapa hari kemudian, Bayek mendapat panggilan keja di Jakarta. Ia memasuki langkah baru dalam hidupnya. Ia sudah bisa mencari uang sendiri. Ia bekerja. Tiga tahun sudah bayek di Jakarta. Tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 144
tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hidup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York! Iya, New York. Sebuah kota yang tidak pernah terlintas dalam mimpi Bayek. Bayek tak menyia-nyiakan kesempatan tu, dan langsung menerima tawaran kerja di New York. Berikut akan dianalisis unsur tema dan amanat yang terdapat di dalam salah satu bab yaitu bab 27. Pertama, unsur tema menurut tingkatannya adalah sebagai berikut. Tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 ialah tema tingkat sosial, karena mengangkat tentang perjuangan. Anak-anak Tinah melihat bahwa kedua orang tuanya bersusah payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga semangat untuk menuntut ilmu. Berikut kutipan yang mendukung pernyataan di atas.
“Bapak Tidak pernah menyuruh anak-anaknya untuk belajar dengan rajin atau bekerja keras seperti dia. Tapi anak-anak melihat perjuangan Bapak yang gigih lewat tangan Bapak yang selalu berlepotan oli. Bapak yang sering pulang tengah malam. Kulit Bapak yang semakin gelap. Inilah yang memacu anak-anak untuk berjuang sekeras Bapak. Perjuangan Bapak melahirkan harapan buat kelima anaknya. Semangat Bapak membakar semangat kelima anaknya” (Setyawan, 2012: 142)”.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 145
Kedua, ialah unsur amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27 ialah sebagai berikut. Amanat yang terdapat dalam novel Ibuk bab 27 diungkapkan secara tersurat. Amanat tersebut nampak dalam kutipan berikut.
“Kamu jangan lupa salat, jangan lupa bersyukur. Banyak anak-anak sopir, teman-teman SMA kamu hanya bisa membantu bapaknya menyopir. Kamu jangan lupa salat ya, Le. Bersyukur,” Ibuk selalu mengingatkan Bayek” (Setyawan, 2012: 141)”.
Kutipan di atas, mengungkapkan amanat secara tersurat. Yaitu kita sebagai manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan. Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar seimbang. 4.2.6 Guru dan siswa sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut, tingkatan tema yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan ialah tema tingkat sosial. Anak-anak Tinah melihat bahwa kedua orang tuanya bersusah payah menyekolahkan mereka. Maka mereka juga semangat untuk menuntut ilmu. Amanatnya ialah kita sebagai manusia, jangan lupa untuk selalu bersyukur atas apa yang sudah kita dapatkan. Suatu usaha harus diiringi dengan doa agar seimbang (mengomunikasikan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
SILABUS Nama Sekolah
: SMA Tunas Harapan
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: XI
Semester
:1
Standar Kompetensi
: Membaca 7. memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan
Kompetensi Dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/ter jemahan.
Materi Pembelajaran -Unsur intrinsik tema -Unsur intrinsik amanat -Tingkatan tema -Teknik penyampaian
Kegiatan Pembelajaran -Membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27. -Peserta didik membentuk kelompok 4-5 orang -Peserta didik mengidentifikasi
Indikator
Penilaian
-Menjelaskan unsur intrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa.
Jenis tagihan: -Tugas kelompok -Tugas individu
-Menjelaskan tingkatan tema menurut
Bentuk Instrumen -Uraian bebas
Teknik -Tertulis
Alokasi Sumber/ Waktu Bahan 4 x 45 -Novel menit Indonesia -Novel Terjemahan -Buku penunjang lainnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
amanat/pesan moral
kasi unsur tema berdasarkan tingkatannya.
(Shipley dalam Rahmanto, 1988: 80-81).
-Peserta didik mengidentifikasi unsur amanat dengan dua teknik penentuan amanat
-Menjelaskan teknik penyampaian moral
-Menganalisis unsur tema -Peserta didik yang terdapat melaporkan hasil dalam bab 27 analisis tema dan novel Ibuk amanat karya Iwan Setyawan berdasarkan tingkatannya -Menganalisis unsur amanat dalam bab 27 novel Ibuk karya Iwan Setyawan berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
teknik penyampaian amanat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 149
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Tunas Harapan Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas
: Satu (1)
Alokasi Waktu
: 4 x 45 menit
Aspek Pembelajaran: Membaca
A. Standar Kompetensi Membaca 7. Mamahami berbagai hikayat novel, Indonesia/terjemahan. B. Kompetensi Dasar 7.2
Menganalisis
unsur-unsur
intrinsik
dan
ekstrinsik
novel
Indonesia/terjemahan. C. Indikator 1. Peserta didik mampu menganalisis unsur tema dalam novel Ibuk karya Iwan Setawan bab 27 berdasarkan tingkatan tema menurut (Shipley dalam Rahmanto, 1988: 80-81).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 150
2. Peserta didik mampu menganalisis unsur amanat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27 secara tersirat atau tersurat menurut (Siswanto, 2008: 161-162). 3. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian unsur intrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa dari novel Ibuk karya wan Setyawan. 4. Peserta didik mampu menjelaskan teknik penyampaian moral novel Ibuk bab 27 karya Iwan Setyawan. 5. Peserta didik mampu menyebutkan tingkatan tema menurut (Shipley dalam Rahmanto, 1988: 80-81). D. Tujuan Pembelajaran 1. Peserta didik dapat menjelaskan pengertian novel. 2. Peserta didik dapat menjelaskan unsur-unsur
intrinsik dan ekstrinsik
novel 3. Peserta didik dapat menyebutkan tingkatan tema menurut Shipley 4. Peserta didik dapat menjelaskan teknik penyampaian moral novel Ibuk 5. Melalui kelompok, peserta didik dapat menganalisis unsur tema dan amanat berdasarkan tingkatan tema dan teknik penyampaian moral E. Alokasi Waktu 4 x 45 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 151
F. Materi Pembelajaran 1. Pengertian novel Ada banyak bentuk karya sastra, salah satunya adalah novel. Novel merupakan suatu bentuk karya sastra yang berbentuk prosa fiksi yang banyak mengungkapkan masalah-masalah kehidupan. Novel adalah suatu cerita fiksi yang melukiskan para tokoh gerak serta adegan kehidupan, representatif dalam suatu alur (Tarigan, 2012: 16). 2. Pengertian tema Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan sekedar mau bercerita, tetapi mau mengatakan sesuatu kepada pembacanya (Jakob & Saini, 1986: 56). Tema dikemas dalam bentuk pengamatan pengarang akan kehidupan seseorang. 3. Pengertian amanat Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra, pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca dan pendengar di dalam karya modern, amanat ini biasanya tersirat di dalam karya sastra lama, pada umumnya amanat tersurat (Siswanto, 2008: 161-162). Tingkatan dalam menemukan tema a. Tema Tingkat Fisik Tema karya sastra pada tingkat ini lebih banyak menyaran dan atau ditunjukkan oleh banyaknya aktivitas fisik daripada kejiwaan. Ia lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 152
menekankan mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang bersangkutan. b. Tema Tingkat Organik Tema karya sastra tingkat ini lebih banyak menyangkut dan atau mempersoalkan masalah seksualitas—suatu aktivitas yang hanya dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Berbagai persoalan kehidupan seksual manusia mendapat penekanan dalam novel dengan tema tingkat ini, khususnya kehidupan seksual yang bersifat menyimpang, misalnya berupa penyelewengan dan pengkhianatan suami-istri, atau skandalskandal seksual yang lain. c. Tema Tingkat Sosial Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk sosial. Kehidupan bermasyarakat, yang merupakan tempat aksi-interaksinya manusia dengan sesama dan dengan lingkungan alam, mengandung banyak permasalahan, konflik dan lain-lain yang menjadi objek pencarian tema. Masalah-masalah sosial itu antara lain berupa masalah ekonomi, politik, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta, kasih, propaganda, hubungan atasan-bawahan, dan berbagai masalah dan hubungan sosial lainnya yang biasanya muncul dalam karya yang berisi kritik sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 153
d. Tema Tingkat Egoik Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai individu. Di samping sebagai makhluk sosial, manusia sekaligus juga sebagai makhluk individu
yang
senantiasa
“menuntut”
pengakuan
atas
hak
individualitasnya. Dalam kedudukannya sebagai makhluk individu, manusia pun mempunyai banyak permasalahan dan konflik, misalnya yang berwujud reaksi manusia terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapinya. Masalah individualitas itu antara lain berupa masalah egoisitas, martabat, harga diri atau sifat dan sikap tertentu manusia lainnya, yang pada umumnya lebih bersifat batin dan dirasakan oleh yang bersangkutan. e. Tema tingkat divine Tema karya sastra tingkat ini, manusia sebagai makhluk tingkat tinggi, yang belum tentu setiap manusia mengalami dan atau mencapainya. Masalah yang menonjol dalam tema tingkat ini adalah masalah hubungan manusia dengan Sang Pencipta, masalah religiositas, atau berbagai masalah yang bersifat filosofis lainnya seperti pandangan hidup, visi dan keyakinan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 154
G. Strategi pembelajaran 1. Metode
: Saintifik
2. Teknik
: Mengamati, menanya, pengumpulan data, mengasosiasi, mengomunikasikan
H. Langkah-langkah Pembelajaran Pertemuan Pertama
No
Langkah-langkah Metode
Kegiatan
Santifik dalam
Alokasi Waktu
Pembelajaran Novel Ibuk karya Iwan Setyawan 1.
Pendahuluan
1. Guru memberikan salam dan mengkondisikan peserta didik. 2. Guru mengajukan pertanyaan yang berhubungan dengan pembelajaran sebelumnya. 3. Guru mengajukan pertanyaan yang mengaitkan
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 155
pengalaman peserta didik dengan materi yang akan dipelajari. 4. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. 2.
Kegiatan inti Identifikasi bab 27 dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
Eksplorasi 1. Guru membagikan novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27 kepada peserta didik. 2. Peserta didik membaca dan memahami isi novel tersebut. 3. Peserta didik membuat sinopsis bab 27 novel Ibuk.
Analisis tema dan amanat bab 27 dalam novel Ibuk arya Iwan Setyawan.
1. Peserta didik mempelajari definisi tema dan amanat 2. Peserta didik menganalisis tema yang terdapat di dalam novel Ibuk
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 156
berdasarkan tingkatannya. Menanya
1. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dimengerti berkaitan dengan bab 27.
Mengasosiasi
Elaborasi 1. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang. 2. Di dalam kelompok tersebut, peserta didik saling berdiskusi dan bekerja sama untuk mendiskusikan tema berdasarkan tingkatannya. 3. Peserta didik mencatat hal-hal penting yang mereka temukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 157
selama proses berdiskusi. 4. Kemudian peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain memberikan tanggapan. Mengomunikasikan
1. Guru dan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut.
Kegiatan Akhir Refleksi
Konfirmasi 1. Peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 2. Guru memberikan pengarahan kepada peserta didik agar menjadi audiens yang baik dan bisa berpikir kritis dalam menanggapi materi
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 158
yang diberikan oleh guru. 3. Peserta didik memperoleh apresiasi dari guru. 4. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. 5. Guru memberikan tugas rumah kepada peserta didik berkatan dengan materi yang telah diajarkan.
Pertemuan Kedua
No
Langkah-langkah Metode
Kegiatan
Santifik dalam
Alokasi Waktu
Pembelajaran Novel Ibuk karya Iwan Setyawan 1.
Pendahuluan
1. Guru memberikan salam dan mengkondisikan
10 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 159
peserta didik. 2. Guru mengabsensi peserta didik. 3. Guru menyuruh peserta didik untuk mengumpulkan tugas rumah yang diberikan pada pertemuan pertama. 2.
Kegiatan inti Analisis bab 27 dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan.
Eksplorasi 1. Peserta didik membaca dan memahami isi novel bab 27. 2. Peserta didik menganalisis amanat yang terdapat dalam bab 27.
Analisis tema dan amanat bab 27 dalam novel Ibuk arya Iwan Setyawan.
1. Peserta didik mempelajari definisi amanat 2. Peserta didik menganalisis amanat yang terdapat di dalam novel Ibuk berdasarkan
65 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 160
tingkatannya. Menanya
2. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya apabila ada informasi yang tidak dimengerti berkaitan dengan bab 27.
Mengasosiasi
Elaborasi 1. Peserta didik dibagi ke dalam beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri atas empat sampai lima orang. 2. Di dalam kelompok tersebut, peserta didik saling berdiskusi dan bekerja sama untuk mendiskusikan tema berdasarkan tingkatannya. 3. Peserta didik mencatat hal-hal penting yang mereka temukan selama proses
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 161
berdiskusi. 4. Kemudian peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan kelompok lain memberikan tanggapan. Mengomunikasikan
1. Guru dan peserta didik sama-sama menyimpulkan hasil analisis data tersebut.
Kegiatan Akhir Refleksi
Konfirmasi 1. Peserta didik melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan. 2. Guru memberikan pengarahan kepada peserta didik agar menjadi audiens yang baik dan bisa berpikir kritis dalam menanggapi materi yang diberikan oleh
15 menit
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 162
guru. 3. Peserta didik memperoleh apresiasi dari guru. 4. Peserta didik dan guru merencanakan tindak lanjut pembelajaran untuk pertemuan selanjutnya. 5. Peserta didik mengerjakan tes yang berkaitan dengan materi yang telah dipelajari.
I. Sumber dan Media Sumber: Jakob Sumardjo & Sani K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual
Paduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas
Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. 2007. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 163
Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
J. Media: Papan tulis, LCD, powerpoint, buku teks dan teks novel.
K. Penilaian Hasil Belajar Penilaian Aspek Kognitif a. Teknik Penilaian: Tes tertulis Bacalah teks novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27, lalu kerjakan soal-soal berikut ini! 1. Jelaskan pengertian unsur intrinsik tokoh, penokohan, latar, alur, sudut pandang, tema, amanat, dan gaya bahasa dari novel Ibuk! 2. Sebutkan tingkatan tema dalam novel Ibuk! 3. Sebutkan teknik penyampaian moral dalam novel Ibuk!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 164
4. Analisislah unsur tema yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27 berdasarkan tingkatannya! 5. Analisislah unsur amanat yang terdapat dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27 berdasarkan teknik penyampaiannya!
b. Rubrik Penilaian Aspek Kognitif No.
Kriteria Penilaian
Skor
Bobot
Bobot x skor
1.
a.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
3
3
9
2
3
6
1
3
3
3
3
3
pengertian novel dengan baik dan benar (Sesuai dengan EYD). b.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
pengertian novel dengan benar, lengkap tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). c.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
pengertian novel dengan benar, namun belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). 2.
a.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 165
pengertian tema dan amanat dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD). b.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
2
3
6
1
3
3
3
3
9
2
3
6
1
3
3
pengertian tema dan amanat dengan benar, lengkap tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). c.
Peserta
didik
mampu
menjelaskan
pengertian tema dan amanat dengan benar, namun
belum
lengkap
dan
tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). 3.
a. Peserta didik mampu menyebutkan tingkatan tema dan teknik penyampaian moral dalam sebuah novel dengan baik dan benar (sesuai dengan EYD). b. Peserta didik mampu menyebutkan tingkatan tema dan teknik penyampaian moral dalam sebuah novel dengan benar, lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). c. Peserta didik mampu menyebutkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 166
tingkatan tema dan teknik penyampaian moral dalam sebuah novel dengan benar, namun
belum
lengkap
dan
tidak
menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). 4.
a. Peserta didik mampu menganalisis unsur tema
berdasarkan
tingkatannya
3
3
9
2
3
6
1
3
3
3
3
9
dengan
lengkap, benar, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar (sesuai dengan EYD). b. Peserta didik mampu menganalisis unsur tema
berdasarkan
tingkatannya
dengan
lengkap, benar, namun belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai EYD). c. Peserta didik mampu menganalisis unsur tema
berdasarkan
tingkatannya
dengan
benar namun belum begitu lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD). 5.
a. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur
amanat
berdasarkan
teknik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 167
penyampaiannya dengan benar, lengkap, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar (sesuai dengan EYD).
2
3
6
1
3
3
b. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur
amanat
berdasarkan
teknik
penyampaiannya dengan benar, lengkap, tetapi belum menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD). c. Peserta didik mampu mengidentifikasi unsur
amanat
penyampaiannya
berdasarkan dengan
benar,
teknik namun
belum lengkap dan tidak menggunakan bahasa yang baik dan benar (tidak sesuai dengan EYD).
Nilai akhir =
×
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 168
Rubrik Penilaian Aspek Afektif No. 1.
Kriteria Penilaian
Skor
Ket
Selama proses pembelajaran, peserta didik selalu
4
Sangat
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah
Baik
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 2.
Selama
proses
menunjukkan
pembelajaran, usaha
peserta
sungguh-sungguh
didik
3
Baik
2
Cukup
1
Kurang
selalu
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3.
Selama
proses
pembelajaran,
peserta
didik
menunjukkan dalam melakukan kegiatan yang cukup sering menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. 4.
Selama proses pembelajaran, peserta didik sama sekali tidak
menunjukkan
usaha
sungguh-sungguh
menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 169
Rubrik Penilaian Psikomotorik Aspek
Deskripsi Pelaksanaan
Skor
Bobot
Penilaian Presentasi
Skor x Bobot
a. Peserta
didik
mampu
3
3
9
2
3
6
1
3
3
melaporkan jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang sangat jelas dan mampu
menanggapi
sanggahan kelompok lain. b. Peserta
didik
mampu
melaporkan jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang cukup jelas dan mampu
menanggapi
sanggahan kelompok lain. c. Peserta
didik
mampu
melaporkan jawaban secara lisan di depan kelas dengan intonasi yang kurang jelas dan kurang
mampu
menanggapi sanggahan.
dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 170
Nilai akhir =
×
Yogyakarta, 28 Juli 2016 Mengetahui, Kepala Sekolah
Guru Bahasa Indonesia
(……………….)
(…………………….)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pendekatan saintifik merupakan proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Ada lima langkah yang terdapat dalam pendekatan saintifik yaitu, (1) mengamati, (2) menanya, (3) pengumpulan data, (4) mengasosiasi, (5) mengomunikasikan. Langkah yang pertama, yaitu mengamati. Siswa diminta untuk membaca novel Ibuk karya Iwan Setyawan bab 27. Hal tersebut bertujuan agar siswa dapat lebih mudah untuk memahami isi novel Ibuk karya Iwan Setyawan. Langkah yang kedua, yaitu menanya. Siswa diberi kesempatan oleh guru untuk bertanya sehubungan dengan meteri yang sedang dipelajari. Hal tersebut bertujuan untuk mempermudah siswa dalam menyerap informasi yang telah disampaikan oleh guru. Langkah yang ketiga, yaitu pengumpulan data. Siswa diminta untuk mengumpulkan data berupa kutipan-kutipan yang terdapat dalam novel Ibuk karya
171
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 172
Iwan Setyawan bab 27 untuk menemukan tema dan amanat yang terkandung di dalam novel. Hal tersebut berjutuan untuk mempermudah siswa dalam menganalisis tema dan amanat yang terdapat di dalam novel. Langkah yang keempat, yaitu mengasosiasi. Siswa diminta untuk membentuk kelompok yang beranggotakan 4-5 orang. Di dalam kelompok tersebut, siswa saling berdiskusi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan. Langkah yang kelima, yaitu mengomunikasikan. Siswa diminta untuk mempresentasikan hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama di dalam kelompoknya. Hal tersebut bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berbahasa siswa dengan baik dan benar. Hasil penelitian terhadap tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan dapat disimpulkan bahwa tema keseluruhan novel tersebut ialah tema sosial. Dapat dikatakan demikian karena masalah-masalah yang sering muncul di dalam novel tersebut merupakan masalah-masalah sosial seperti, masalah ekonomi, pendidikan, kebudayaan, perjuangan, cinta kasih dan hubungan atasanbawahan. Amanat yang ingin disampaikan oleh penulis melalui novel Ibuk adalah mengajak para pembacanya untuk meniru hal-hal baik yang dilakukan oleh para tokoh di dalam novel. Terutama sifat pantang menyerah dan semangat untuk terus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 173
belajar yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Tak peduli dari keluarga mana kamu berasal, asalkan mau berusaha dan tekun, kesuksesan ada di dalam genggamanmu. Manfaat yang diperoleh dengan mempelajari novel Ibuk karya Iwan Setyawan adalah siswa dapat mengembangkan kepribadiannya secara positif yang dapat diambil dari sifat yang dimiliki oleh tokoh Bayek. Selain itu, siswa juga memperoleh wawasan kehidupan, apalagi cerita yang digunakan sebagai bahan pembelajaran adalah cerita yang berasal dari realita yang terjadi. Serta meningkatkan pengetahuan siswa mengenai unsur intrinsik dan ekstrinsik di dalam novel terutama unsur tema dan amanat. Berkaitan dengan pembelajaran sastra, tema dan amanat dalam novel Ibuk karya Iwan setyawan dapat dijadikan sebagai bahan pengajaran di SMA karena masuk ke dalam bagian standar kompetensi 7 yaitu memahami berbagai hikayat, novel Indonesia/terjemahan, serta kompetensi dasar 7.2 Menganalisis unsur-unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan. Penguasaan bahan pembelajaran selain dipengaruhi oleh pemilihan materi diperlukan juga metode serta teknik yang digunakan dalam proses pembelajaran, salah satunya ialah implementasi pendekatan saintifik. Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran tema dan amanat novel Ibuk karya Iwan Setyawan menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan ini mampu membuat siswa untuk belajar dalam situasi yang baru. Di mana siswa berperan aktif dalam pembelajaran sedangkan guru menjadi fasilitator. Pendekatan ini mampu menghasilkan siswa yang produktif, inovatif, kreatif dan afektif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 174
A. Saran 1. Bagi Guru Bahasa Indonesia Guru bidang studi Bahasa Indonesia hendaknya memilih materi, metode dan teknik pengajaran yang tepat serta mampu memlilih jenis karya sastra yang menarik sehingga mampu mendorong semangat siswa dalam mempelajari sastra. 2. Bagi Peneliti Lain Penelitian terhadap novel Ibuk ini baru pada tahap awal, yaitu analisis tema dan amanat serta implementasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA kelas XI semester 1. Masih banyak permasalahan lain yang menarik dan dapat diteliti dalam novel Ibuk karya Iwan Setyawan tersebut. Peneliti mengharapkan dan menyaranan agar penelitian selanjutnya dapat mengangkat masalah-masalah baru sebagai objek penelitian.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Damono, Sapardi Djoko. 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Erika, Cicilia Nian: 2011 “Efektivitas Pendekatan Saintifik Berbasis Teks Pada Pembelajaran Teks Ulasan Film/Drama di Kelas XI IPS SMA Negeri 8 Yogyakarta Tahun Ajaran 2014/2015”. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2016 dari http://library.usd.ac.id/. Hadari, Nawawi. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Moleong, Lexy. J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Dharma. Mulyasa, E. H. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. 2007. a. KTSP Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Bumi Angkasa. Muslich, Masnur. 2007. b. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual Panduan bagi Guru, Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah. Jakarta: Bumi Angkasa. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemahaman Dunia Anak. Yogyakarta: Gadjah Mana University Press. Rahmanto, Bernardus. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Sarumpaet, Riris K. Toha. 2002. Sastra Masuk Sekolah. Magelang: Indonesia Tera. Setyawan, Iwan. 2012. Ibuk. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 176
Siswanto, Wahyudi. 2008. Pengantar Teori Sastra. Jakarta: Grasindo. Siswantoro, 2010. Metode Penelitian Sastra: Analisis Struktur Puisi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sumardjo, Jakob & Saini K.M. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Gramedia. Tarigan, Henry Guntur. 2012. Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Wahyuningtyas, Sri dan Heru Santosa, Wijaya. 2011. Sastra: Teori dan Implementasi. Surakarta: Yuma Pustaka. Wulandari, Yustina Friska Happy: 2011 “Pengembangan Perangkat Pembelajaran Mengakomodasi Teori Van Hiele Materi Bangun Ruang Datar dengan Pendekatan Saintifik pada Siswa Kelas VIII B SMP Pangudi Luhur 1 Kalibawang”. Diunduh pada tanggal 24 Februari 2016 dari http://library.usd.ac.id/.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 177
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 178 ��
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 179
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 180
pernah ke Jakarta.Mereka tidak bisa
membayan/et~
anak lelaki satu..satunya tiap pagi pergi ke kantor mema.. kai dasi. "Kamu jangan lupa sholat, jangan lupa bersyukur. Banyak anak..anak sopir, teman..teman SMA kamu ha.. nya bisa membantu bapaknya menyopir. Kamu jangan lupa sholat va, Le. Bersyukur," Ibuk selalu mengingatkan Bayek. Bapak jarang berbincang dengan Bayek karena waktunya dihabiskan di jalan. Bapak masih seperti dulu, semangatnya tidak lekang oleh waktu, oleh usianya. 'Di hari pertama kerja, Bayek mengingat Bapak yang. tak pernah berhenti berjuang dalam hidup. Berpuluh.. puluh tahun Bapak menelusuri jalanan untuk meng.. hidupi keluarga. Ia tidak pernah berhenti. Ia tidak per.. nah menyerah. Terus berjuang untuk anak..anak dan keluarga. Tidak lulus SMP, beliau menjadi kenek angkot. Setelah menjadi kenek angkot, Bapak ingin menjadi sopir angkot. Menjadi sopir angkot untuk orang lain saja tidak cukup, Bapak mencoba menabung untuk membeli angkot bekas. Ia tak pernah berhenti berjuang menghidupi kelima anaknya. Dengan apa pun yang ia miliki. Hidup Bapak penuhdengan gelombang besar. Tidak mudah, tapi Bapak selalu memikul tanggung jawab dengan berani.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 181 �
�
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI .
182
Bayek berusaha bekerja lebih cepat, memberikan msil yang bermutu, terns belajar, dan menerima semua tan.. tangan. Inilah saatnya menanam benih untuk masa depanku. .Buahnya mungkin tidak akan aku petik dalam dua tiga bulan lagi. Mungkin lima atau sepuluh tahun lagi. Aku malu kalau tidak bisa bekerja seperti Bapak, pikir Bayek selanjutnya. Demikian juga Ibuk. Perempuan perkasa yang mem.. bangun hidup tanpa jeda. Ibuk menyelamatkan kamL Aku ingin Ibuk bahagia, ikrar Bayek. Matanya berkaca.. kaca di depan layar komputer tempatnya bekerja. Semangat Bayek semakin membara. Tiap bulan ia tak pernah lupa menyisakan sedikit gaj i untuk orang.. orang yang ia kasihi di kaki Gunung Panderman. Waktu berjalan, mulai ada sedikit cahaya di atas rumah Ibuk. Tiga tahun sudah Bayek di Jakarta. Tiga tahun sudah ia berusaha membangun hidup baru. Tiga tah"un penuh tantangan. Ibuk menjaga Bayek lewat doa. Benih yang Bayek tanam selama tiga tahun, mendatangkan sebuah kesempatan besar. Kesempatan yang akan mengubah hi.. dup Bayek dan keluarganya. Sebuah tawaran kerja di New York! Iya, New York. Sebuah kota yang tidak per.. nah terlintas dalam mimpi Bayek. Inilah saatnya, aku membangun hidupku dan ke..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI � 183 �
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 184
BIODATA Erlita Mega Ananta biasa disapa Erlita adalah anak pertama dari dua bersaudara. Erlita adalah anak pasangan dari Anna Tukirah dan Yohanes Riyanto. Lahir di Sleman pada tanggal 11 Oktober 1993. Menempuh pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri Kyai Mojo dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 3 Gamping dan lulus pada tahun 2009. Kemudian melanjutkan pendidikan di SMK Negeri 1 Yogyakarta dan lulus pada tahun 2012. Setelah tamat SMK pada tahun 2012, ia meneruskan studi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Sejak tahun 2012 tercatat sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma diakhiri dengan menulis skripsi sebagai tugas akhir dengan judul “Pembelajaran Tema dan Amanat Novel Ibuk Karya Iwan Setyawan dengan Metode Saintifik untuk Siswa SMA Kelas XI Semester 1”.