ETIKA JAWA DALAM NOVEL NEGERI 5 MENARA KARYA AHMAD FUADI
Ratna Isnawati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak. Penelitian tentang etika Jawa ini dilatarbelakangi adanya nilai-nilai etika Jawa yag ada di dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Etika Jawa adalah usaha untuk memelihara keselarasan dalam masyarakat, alam raya dan keselarasan itu menjamin keadaan selamat yang dirasakan sebagai nilai pada dirinya sendiri. Namun keselarasan kosmis hanya dapat dipelihara apabila semua unsur dalam kosmos ini dijadikan objek penelitian karena termasuk novel yang secara potensial mengadung etika Jawa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan etika Jawa dalam novel Negeri 5 Menara yang meliputi prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian kualitatif deskriptif analisis dengan kajian utama etika Jawa. Prosedur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode interaktif yang meliputi content analysis (analisis isi) terhadap dokumen dan arsip. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model mengalir (flow model of analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semua tokoh yang ada dalam novel Negeri 5 Menara ini memiliki sikap yang menjunjung tinggi nilai etika Jawa. Sikap tokoh bisa ditunjukkan dengan tingkah laku tokoh, jalan pikiran tokoh, dialog tokoh dan deskripsi pengarang yang membentuk paparan kebahasaan yang memuat nilai etika Jawa. Di dalam novel Negeri 5 Menara ini menjunjung tinggi prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Prinsip kerukunan yang ada dalam novel Negeri 5 Menara ini meliputu sikap damai, harmonis, tenang dan sepakat. Sedangkan prinsip hormat yang ada dalam novel Negeri 5 Menara ini meliputi sikap wedi, isin dan sungkan. Katakunci : etika jawa, prinsip rukun, prinsip hormat. PENDAHULUAN Karya sastra merupakan bagian dari kebudayaan, yang kehadirannya di tengah–tengah masyarakat tidak lepas dari pengaruh sosial dan
budaya. Pengaruh tersebut bersifat timbal balik, artinya karya sastra dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh masyarakat. Pengarang sebagai anggota masyarakat merupakan sosok yang
peka terhadap peristiwa–peristiwa yang timbul di dalam kehidupan masyarakat. Kepekaan yang dimilikinya tertuang dalam karya sastra. Terciptanya sebuah karya sastra oleh seseorang pengarang secara langsung atau tidak langsung merupakan kebebasan sikap pengarang terhadap realitas yang dialaminya. Oleh karena itu, dalam proses penciptaan karya sastra lebih banyak disebabkan oleh kontinuitas kehidupan yang tidak pernah habis antara nilai realitas sosial dan ide dalam diri pengarang. Meskipun demikian dalam menuangkan ide– idenya pengarang diperlukan penghayatan dan perenungan secara intens. Sesuai dengan hakikatnya, karya sastra adalah imajinasi dan kreativitas. Meskipun demikian imajinasi dan kreativitas bukan khayalan seperti dibayangkan oleh masyarakat pada umumnya. Karya sastra memiliki acuan sebagaimana ditunjukkan melalui struktur wacana (naratif) artinya, karya sastra, baik sebagai manifestasi individu maupun kelompok, sebagai periode, juga memiliki kemampuan untuk menunjukkan gejala masyarakat pada saat tertentu, kecenderungan periode tertentu, pandangan dunia, sistem sosial dan berbagai sistem kebudayaan (Ratna, 2009:108). Fiksi menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama interaksinya dengan diri sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan. Fiksi merupakan hasil dialog, kontemplasi, dan reaksi pengarang terhadap lingkungan dan kehidupan. Walau berupa khayalan, tidak benar jika fiksi dianggap sebagai hasil
kerja lamunan belaka, melainkan penghayatan dan perenungan secara intens, perenungan terhadap hakikat hidup dan kehidupan, perenungan yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab. Fiksi merupakan karya imajinatif yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab dari segi kreativitas sebagai karya seni. Fiksi menawarkan”model-model” kehidupan sebagaimana yang diidealkan oleh pengarang sekaligus menunjukkan sosoknya sebagai karya seni yang berunsur estetik dominan (Nurgiyantoro, 2010:3). Fiksi merupakan sebuah cerita, dan karenanya terkandung juga di dalamnya tujuan memberikan hiburan kepada pembaca di samping adanya tujuan estetik. Membaca sebuah karya fiksi berarti menikmati cerita, menghibur diri untuk memperoleh kepuasan batin. Betapapun saratnya pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditawarkan, sebuah karya fiksi haruslah tetap merupakan cerita yang menarik, tetap merupakan bangunan struktur yang koheren, dan tetap mempunyai tujuan estetik Wellek & Warren (dalam Nurgiyantoro, 2010:3). Novel merupakan bentuk prosa fiksi yang paling digemari masyarakat di Indonesia. Hal tersebut terbukti dengan banyaknya novel dibandingkan dengan bentuk prosa fiksi yang lain, yang ditemukan atau dijual di toko-toko buku bahkan sebagai koleksi perpustakaan sekolah. Kecintaan masyarakat Indonesia terutama remajanya pada novel merupakan salah satu faktor utama yang mendorong perkembangan novel di
Indonesia.Perkembangan tersebut memang tidak diragukan lagi, terbukti pada tema yang ditampilkan semakin beragam serta munculnya penulis-penulis baru dengan nuansa baru. Sebagai karya kreatif yang bersifat imajinatif, karya sastra diharapkan tidak hanya dapat memberikan hiburan, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pembaca melalui nilainilai yang diusungnya. Dalam hal ini Mahayana (2015:58) menjelaskan pendapatnya bahwa unsur hiburan dalam karya sastra menyangkut faktor keindahan estetika. Pembaca dihadapkan pada dunia rekaan yang memesona: tokoh-tokoh yang menakjubkan, peristiwa yang menegangkan, atau kata-kata puitis yang indah dan sarat makna. Karya sastra yang baik diharapkan memunculkan nilai-nilai positif tentang pengalaman kahidupan sehingga dapat mengugah perasaan, membuka pikiran dan hati nurani pembacanya. Kehadiran penulis-penulis seperti Ahmad Fuadi turut menggairahkan perkembangan novel di Indonesia. Ahmad. Fuadi merupakan seorang novelis laki-laki yang sangat produktif mengangkat tema pendidikan yang di dalamnya terdapat etika jawa dalam karyakaryanya. Laki-laki dengan nama lengkap Ahmad Fuadi tersebut lahir di Bayur, kampung kecil di pinggir Danau Maninjau, 1972. Ahmad Fuadi seorang novelis yang novelnya sangat best seller novel yang berhasil ditulis oleh Ahmad Fuadi yaitu Negeri 5 Menara. Novel Negeri 5 Menara ini menyuguhkan suatu cerita yang
membuka pandangan pembaca tentang seluk-beluk pendidikan pesantren modern yang selama ini hanya menjadi cerita dari mulut ke mulut. Pahit dan getir, riang dan gamang kaum santri dengan humor khas anak-anak pesantren ditandaskan dengan modus pengisahan yang menakjubkan. Etika Jawa yang diterapkan dalam pesantren modern ini sangat tidak main-main. Etika Jawa yang ditanamkan benar-benar ditanamkan secara kuat, nyata, dan konsisten sehinggga mampu melahirkan generasi yang benar-benar tangguh dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi. Dari berbagai paparan tersebut, penulis tertarik untuk menganalisis novel karya Ahmad Fuadi yang berjudul Negeri 5 Menara dengan menggunakan pendekatan analisis isi dengan alat etika Jawa. Tentunya, melalui pendidikan yang ada dalam Pondok Pesantren Madani yang menjadi faktor penting untuk kemajuan etika Jawa peserta didik. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif tidak terlalu terikat dengan syarat-syarat penelitian yang bersifat formal. Prosedur penelitian dipilih dan ditentukan oleh peneliti sesuai kebutuhan dan situasi yang dihadapi. Penelitian kualitatif umumnya tidak menggunakan perhitungan angka, melainkan data dari kutipan novel sesuai dengan masalah yang diteliti. Data diperoleh dari kutipan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi bukan dari perhitungan angka.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pene-litian analisis konten dengan kajian etika. Analisis konten untuk mengetahui etika Jawa dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Analisis konten dengan alat kajian etika digunakan untuk mengkaji nilai-nilai etika yang meliputi, nilai prinsip kerukunan dan prinsip hormat yang ada novel karya Ahmad Fuadi yang berjudul Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode interaktif yang meliputi content analysis (analisis isi), terhadap dokumen dan arsip, sesuai dengan Lecomte dalam Waluyo (2006: 65). Content analysis menurut Bungin (2005:85) memulai analisisnya dengan menggunakan lambang-lambang tertentu, mengklasifikasi data tersebut dengan kriteria-kriteria tertentu serta melakukan prediksi dengan teknik analisis yang tertentu pula. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam Teknik Content Analysis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) membaca berulang-ulang secara keseluruhan maupun sebagian dari novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi; (2) mengumpulkan dan mempelajari beberapa teori yang relevan dengan tema penelitian; dan (3) mencacat dan menganalisis semua data yang berupa kutipan penting yang sesuai dengan permasalahan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis model mengalir (flow model of analysis) menurut Miles dan Huberman. Berikut gambar teknik analisis flow
model of analysis/model analisis mengalir: Data reduction/ reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyerahan, dan abstraksi data kasar yang ada dalam field note, proses ini berlangsung terus sepanjang pelaksanaan riset, yang dimulai sebelum proses pengumpulan data dilakukan, sampai akhir penelitian. Reduksi data dengan cara membuat catatan singkat, pengkodean, pemusatan tema, membuat batas-batasan masalah. Data reduksi adalah bagian dari analisis, suatu bentuk analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang yang tidak penting, Dan mengatur data sehingga kesimpulan akhir. Data display/penyajian data adalah suatu rakitan organisasi informasi yang bertujuan memudahkan dalam menyimpulkan. Data display merupakan bagian analisis. Kegiatan analisis data yang dilakukan adalah: (1) menganalisis data berupa dialog maupun kalimatkalimat yang diperoleh dari novel Negeri 5 Menarakarya Ahmad Fuadi yang menunjang jawaban fokus masalah; (2) setelah analisis data diperoleh, maka akan diperoleh keterkaitan yang ada dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi; dan (3) penulis membahas lebih dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi dengan menggunakan analisis konten. Conclusing drawing/penyimpulan adalah proses penyimpulan yang dilakukan dengan cara membuat catatan-catatan, membuat pertanyaan-pertanyaan, menghubung-hubungkan, membuat
proposisi-proposisi, dan menganalisis data dari awal. Cara kerja teknik flow model of analysis sebagai berikut: (1) mencari kemudian menentukan novel yang dipilih menjadi objek penelitian; (2) melakukan kajian pustaka terhadap buku, jurnal, internet yang ada hubungannya dengan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, dan pendekatan analisis konten dengan alat analisis etika; (3) memberi penjelasan tentang novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, pendekatan analisis konten, dan analisis etika; (4) menganalisis novel yang dipilih untuk mencari keterkaitan antar novel dan mencari nilai-nilai etika yang terkandung di dalamnya; (5) analisis tersebut dikaitkan dan dinyatakan dengan mengambil kutipan-ku tipan yang ada dalam novel untuk mencerminkan kaitan dan nilainilainya; (6) menyusun secara teratur hasil data yang telah dianalisis ke dalam laporan penelitian; dan (7) menarik kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. Istrumen penelitian merupakan alat dan sarana penelitian yang digunakan untuk menjaring dan mengumpulkan data penelitian. Berdasarkan sifat penelitian yaitu analisis isi aspek etika Jawa yang terkandung dalan novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Fuadi, maka pengumpulan data dilakukan oleh peneliti (sebagai instrumen kunci) dan dibantu alat berupa instrumen pemandu penjaringan data. Sejalan dengan hal ini Moleong (1991:4-5) yang menjelaskan bahwa penelitian yang bersifat kualitatif manusia sebagai instrumen yang dilengkapi dengan alat bantu data penelitian.
Salah satu paradigma penelitian ilmiah adalah prosedur penelitian. Maksudnya, suatu penelitian ilmiah harus dilaksanakan dengan prosedur yang jelas, terencana, dan sistematis. Dalam prosedur penelitian ini dipaparkan tentang tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Tahapan-tahapan tersebut meliputi: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) tahap penyelesaian. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian, dapat dijelaskan temuan data sebagai berikut ini. Prinsip kerukunan dalam novel Negeri 5 Menara mengambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian sikap tokoh yang mencerminkan sikap rukun yang berarti berada dalam keadaan damai, harmonis, tenang dan sepakat. Prinsip hormat dalam novel Negeri 5 Menara menggambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian ini sikap tokoh yang mencerminkan sikap hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip hormat ini meliputi wedi, isin dan sungkan. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak suatu tindakan. Isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa
bersalah, dan sebagainya. Sedangkan sungkan itu perasaan yang dekat dengan rasa isin, tetapi berbeda dengan cara seorang anak merasa malu terhadap orang asing. Sungkan adalah malu dalam arti yang lebih positif. Sungkan menggambarkan rasa hormat yang sopan terhadap atas atau sesama yang belum dikenal. Suatu penelitian bermanfaat apabila hasil-hasilnya digunakan secara teoritis maupun secara prakatis. Manfaat penelitian telah dikemukakan pada Bab I yang meliputi manfaat teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini dapat membantu pengembangan penelitian dengan pendekatan deduktis dan parapraktis. Adapun secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi para guru bidang studi bahasa Indonesia, para peneliti karya sastra, dan bagi penikmat sastra. Bagi guru bahasa Indonesia, penelitian ini diharapkan mampu membantu para guru untuk mengembangkan metode dan teknik pembelajaran sastra, khususnya mengenali nilai-nilai karya sastra yang digali. Selain itu penelitian ini dapat memberikan alternatif yang dapat membantu guru dalam hal mengajarkan etika Jawa melalui pembelajaran sastra. Perlu disadari dengan perkembangan IPTEK yang cukup pesat, berpengaruh terhadap pergeseran Etika Jawa. Sebagai contoh banyak terjadi pemalakan yang segaja dilakukan oleh siswa dengan sasaran teman sendiri yang dianggap memiliki fasilitas memadai tetapi kurang dalam hal intelektual. Adapun penyebab pergeseran Etika Jawa tersebut diantaranya pengaruh budaya luar dan menurunnya sikap rukun dan sikap hormat. Budaya luar
masuk melalui media elektronik sangat cepat menyebar dikalangan remaja. Sikap dan perilaku buruk yang berhubungan dengan orang tua, teman dan orang lain, sadar atau tidak dijadikan sebagi contoh yang baik. Hal buruk lainnya yaitu model rambut dan pakaian yang kurang pantas untuk dilakukan, dicontoh begitu saja oleh para pelajar. Begitu juga dengan menurunnya pendidikan tata krama yang memudahkan budaya luar yang tidak sesuai dengan Etika Jawa akan mudah masuk kekalangan pelajar. Menyikapi kondisi tersebut di atas perlu peningkatan penanaman etika Jawa yang meliputi sikap rukun dan sikap hormat pada siswa melalui pendidikan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sebagai tempat pendidikan pertama diharapkan keluarga mampu menanamkan sikap rukun dan hormat sejak dini. Penanaman etika Jawa di sekolah dilaksanakan melalui aspekaspek pendidikan, seperti pendidikan agama, pendidikan sejarah, pendidikan seni dan sebagainya. Khusus pembelajaran sastra terintegrasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Sastra tidak bisa dipisahkan dari bahasa sebab sastra diciptakan dari bahan bahasa. Akan tetapi banyak beranggapan sastra merupakan ilmu yang lepas daria bahasa dan sulit dipahami. Anggapan ini berpengaruh pada minat terhadap sastra sangat berkurang. Kalau hal ini terjadi makan sastra akan jauh dari kehidpan anak-anak. Kondisi tersebut tidak boleh terjadi karena akan berakibat buruk bagi perkembangan siswa dan perkembangan sastra itu sendiri.
Pembelajaran sastra di sekolah meliputi pembelajaran puisi, prosa dan drama. Adapun pembelajaran prosa meliputi hikayat, cerpen, dan novel. Porsi pembelajaran sastra lebih sedikit waktunya dibandingkan porsi waktu untuk bahasa. Selain itu ada sekolah yang masih terbatas pengadaan buku-buku sastranya. Kondisi tersebut akan bisa diatasi apabila guru bahasa dan sastra Indonesia mempunyai kesadaran yang tinggi bagi perkembangan jiwa anak didiknya. Dengan melalui sastra, nila-nilai etika Jawa bisa ditanamkan pada anak didik. Selain itu dengan memberdayakan anak untuk membaca sastra, akan membuat banyak pengalaman pribadi. Pengalaman melalui penangkapan nilai-nilai etika Jawa dalam karya sastra akan dipahami secara pribadi pula dan akhirnya diharapkan dapat mengubah pribadi yang lebih bermoral seperti yang dicontohkan dalam karya satra tersebut. Hasil penelitian dari Etika Jawa, yaitu meliputi prinsip kerukunan dan prinsip hormat serta implikasi hasil penelitian. Prinsip kerukunan dalam novel Negeri 5 Menara mengambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian sikap tokoh yang mencerminkan sikap rukun yang berarti berada dalam keadaan damai, harmonis, tenang dan sepakat. Prinsip hormat dalam novel Negeri 5 Menara menggambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian ini sikap tokoh
yang mencerminkan sikap hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip hormat ini meliputi wedi, isin dan sungkan. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak suatu tindakan. Isin Pada bagian ini akan dibahas implikasi bidang pendidikan hasil penelitian dari Etika Jawa, yaitu meliputi prinsip kerukunan dan prinsip hormat serta implikasi hasil penelitian. Berdasarkan diskusi dan analisis data, dapat dijelaskan temuan data sebagai berikut ini. Prinsip kerukunan dalam novel Negeri 5 Menara mengambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian sikap tokoh yang mencerminkan sikap rukun yang berarti berada dalam keadaan damai, harmonis, tenang dan sepakat. Prinsip hormat dalam novel Negeri 5 Menara menggambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian ini sikap tokoh yang mencerminkan sikap hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip hormat ini meliputi wedi, isin dan sungkan. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak suatu
tindakan. Isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa bersalah, dan sebagainya. Sedangkan sungkan itu perasaan yang dekat dengan rasa isin, tetapi berbeda dengan cara seorang anak merasa malu terhadap orang asing. Sungkan adalah malu dalam arti yang lebih positif. Sungkan menggambarkan rasa hormat yang sopan terhadap atas atau sesama yang belum dikenal. SIMPULAN DAN SARAN
fisik maupun sebagai rasa takut terhadap akibat kurang enak suatu tindakan. Isin berarti malu, juga dalam arti malu-malu, merasa bersalah, dan sebagainya. Sedangkan sungkan itu perasaan yang dekat dengan rasa isin, tetapi berbeda dengan cara seorang anak merasa malu terhadap orang asing. Sungkan adalah malu dalam arti yang lebih positif. Sungkan menggambarkan rasa hormat yang sopan terhadap atas atau sesama yang belum dikenal.
SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat Etika Jawa dalam novel Negeri 5 Menara karya Ahmad Faudi. Etika Jawa tersebut meliputi prinsip kerukunan dan prinsip hormat. Prinsip kerukunan dalam novel Negeri 5 Menara mengambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian sikap tokoh yang mencerminkan sikap rukun yang berarti berada dalam keadaan damai, harmonis, tenang dan sepakat. Sedangkan prinsip hormat dalam novel Negeri 5 Menara menggambarkan sikap tokoh sebagai manusia Jawa yang selalu menjaga dan mengupayakan kesempurnaan hidup. Dalam penelitian ini sikap tokoh yang mencerminkan sikap hormat yang berarti bahwa setiap orang dalam cara berbicara dan membawa diri selalu menunjukkkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai derajat dan kedudukannya. Prinsip hormat ini meliputi wedi, isin dan sungkan. Wedi berarti takut, baik sebagai reaksi terhadap ancaman
SARAN Saran-saran berikut dapat menjadi bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak-pihak terkait. (a) Para guru bidang studi bahasa dan sastra Indonesia hendaknya penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan tambahan dalam bidang pengajaran, khususnya dibidang pengajaran yang berkaitan dengan sastra. Selain itu guru dapat memperkenalkan kepada peserta didik sehubungan dengan etika Jawa supaya nilai- nilai etika Jawa tersebut tidak tersingkir dan tergeser oleh perubahan zaman dan pengaruh budaya asing. (b) Para pembaca sastra pada umumnya menggali etika Jawa khusunya sikap rukun dan hormat antar sesama sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan kehidupan yang lebih baik untuk dirinya maupun untuk anggota keluarga. Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada perselisihan yang dialami anggota keluarganya.
(c) Para peneliti khususnya peneliti sastra diharapkan peneliti lain mengangkat masalah ini untuk memperkaya khasanah penelitian. Etika Jawa dalam novel Negeri 5 Menara ini merupakan bahan kajian yang menarik. DAFTAR RUJUKAN Adi,
Ida Rochani. 2011. Fiksi Populer: Kajian dan Metode. Jakarta: Pustaka Pelajar. Aminuddin. 2010. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algesindo. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bertens,K. 2007. Etika. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: CAPS. Fuadi, A. 2013. Negeri 5 Menara. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama. Ismawati, Esti. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : Ombak Dua. Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Salam, Burhanuddin. 2012. Etika Individual. Jakarta : Rineka Cipta.
Semi, Atar. 1990. Metode Penelitian Sastra. Bandung : Angkasa Bandung. Suseno, Franz Magnis. 2003. Etika Jawa. Jakarta : P.T Gramedia Pustaka Utama. Stanton, Robert. 2007. Teori Fiksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugiyono. 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sudjiman, Panuti. ed. 1984. Kamus Istilah Sastra. Jakarta : Gramedia. Sugihastuti. 2002. Teori dan Apresiasi Sastra. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Pujiharto. 2012. Pengantar Teori Fiksi. Yogyakarta : Ombak Dua. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu sastra, Pengantar Teori Sastra. Bandung: Pustaka Jaya. Tuloli, Nani. 2000. Kajian Sastra. Gorontalo: BMT Nurul Jannah. Widyawati, Wiwien. 2010. Etika Jawa. Yogyakarta: Pura Pustaka.