PENINGKATANKETERAMPILANMENULIS TEKS PIDATO DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS IX H SMPNEGERI I NGOROMOJOKERTO SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2012/2013 Ernawati Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis teks pidato dengan teknik pemodelan pada siswa kelas IX H SMP Negeri INgoro Kab. Mojokertotahun ajaran 2012/2013.Penelitian ini terdiri atas dua siklus yang masing-masing meliputi tahap perencanaan dan pelaksanaan. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan teknik pemodelan, sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pembelajaran menulis teks pidato siswa. Sumber data adalah siswa kelas IX H SMP Negeri INgoro, Kab. Mojokerto berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 9 siswa putra dan 13 siswa putri.Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan menulis teks pidato siswa kelas IX H SMP Negeri I Ngoro Kab. Mojokerto tahun ajaran 2012/2013 dapat meningkat dengan digunakannya teknik pemodelan. Hal itu dapat dilihat dari peningkatankualitas hasil dan proses pembelajaran menulis teks pidato pada siklus I dan, siklus II.Pada siklus I, capaian persentase ketuntasan klasikal meningkat sebesar 18,18% dari kondisi awal (27,27%−9,09%), pada siklus II meningkat sebesar 50,00% dari siklus I (77,27%−27,27%), dari siklus II. Rata-rata peningkatan persentase ketuntasan klasikal sedangkan capaian nilai rata-rata hasil belajarsiswa pada siklus I meningkat sebesar 3,86 poin dari kondisi awal (67,27−63,41), pada siklus II meningkat sebesar 11,12 poin dari siklus I (78,39−67,27), dari siklus II (82,16−78,39). Adapun, perubahan pada kualitas proses pembelajaran ditandai oleh adanya peningkatan aktivitas, kreativitas, rasa senang, dan interaksi belajar siswa dari kategori baik pada siklus I (77,40%) menjadi sangat baik pada siklus II (80,80%),dengan tingkat keberhasilantinggi pada siklus I, sangat tinggi pada siklus II. Kata Kunci: keterampilan menulis, teks pidato, teknik pemodelan Belajar berbahasa berarti bagaimana menggunakan bahasa itu sebagai alat komunikasi, baik secara lisan maupun tulis. Dalam penelitian ini, penelitian memfokuskan pada bahasa tulis, yaitu menulis teks pidato
berdasarkan pokok-pokok pikiran yang ditulis oleh siswa. Bagi peneliti, penelitian ini dianggap penting sebab selama ini kegiatan menulis kurang mendapat perhatian dari para siswa.
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 546
Kehadiran pengajaran keterampilan menulis yang terencana dengan baik dirasakan sangat perlu, karena keterampilan menulis merupakan bagian dari keterampilan berbahasa yang mutlak harus dimiliki oleh setiap siswa. Menulis merupakan kegiatan produkifdanekspresif. Menulismerupakan keterampilan berbahasa yang menuntut seseorang dapat menghasilkan ungkapan buah pikirannya secara tertulis. Untuk dapat memiliki keterampilan menulis,seseorang tidak cukup memiliki keluasan bahan yang hendak ditulis, tetapi perlu memiliki keterampilan kebahasaan (kompetensi linguistik) yang memadai. Dalam praktik pendidikan formal selama ini, pengajaran bahasa Indonesia masih menitikberatkan pada aspek pengetahuan atau teori yang bersifat kognitif, padahal untuk terampil dalam berbahasa Indonesia perlu didukung peranan sikap afektif dan psikomotor. Kondisi pembelajaran itulah yang menyebabkan pengajaran bahasa Indonesia dalam berbagai aspek keterampilan (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) tidak dapat diterima secara maksimal. Dari keempat keterampilan tersebut, keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang rumit dan kompleks karena dalam menulis seluruh unsur keterampilan berbahasa dilibatkan agar menghasilkan sebuah karya tulis yang baik. Keterampilan menulis tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus sering berlatih dan mempraktikkannya. Menulis merupakan salah satu cara paling tertata dalam menciptakan makna dan metode
paling efektif yang bisa digunakan untuk memonitor pikiran seseorang. Oleh karena itu, tindak menulis merupakan tindak berpikir, para guru perlu mencermati hal ini dengan jalan melatih keterampilan menulis secara kontinyu dan teratur sejak di sekolah dasar. Ketidaksistematisan, ketidaklogisan, dan ketidakteraturan dalam menulis menunjukkan keadaan pikiran seseorang. Untuk melatih keterampilan berpikir sistematis, logis, dan runtut diperlukan latihan yang kontinyu dan teratur pula. Di sinilah, fungsi menulis yang sampai saat ini masih merupakan keterampilan yang paling sulit dicapai oleh seseorang, bahkan paling sulit diajarkan oleh guru.Seperti diungkap Faris (1993:10) bahwa dalam kemahiran berbahasa, menulis merupakan keterampilan yang paling sulit dipelajari anak-anak dan paling sulit diajarkan guru. Akhadiah (1996:5) lebih spesifik menjelaskan bahwa masalah yang sering dilontarkan dalam pelajaran tulis-menulis adalah masih banyaknya permasalahan yang dihadapi siswa, misalnya: siswa kurang mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal tersebut dapat dilihat dari pilihan kata yang kurang tepat, kalimat yang kurang efektif, sukar mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat, bahkan kurang mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis, di samping kesalahan masalah ejaan. Menurut pengamatan di kelas serta hasil nilai menulis teks pidato, nilai siswa kelas IX H masih berada di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 65, dari KKM Bahasa
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 547
Indonesia 68. Secara lengkap, nilai anak awal penelitian dalam menulis teks pidato sebagai berikut:13 siswa nilainya dibawah 50, tujuh siswa nilainya antara 50 sampai dengan 60, dan 2 siswa yang nilainya 70. Dari nilai siswa tersebut, bisa dijelaskan bahwa kelemahan atau kekurangan siswa dalam menulis teks pidato sebagai berikut: (1) siswa kurang konsisten dalam hal pemakaian huruf kapital (huruf besar) baik pada awal kalimat, nama kota, nama orang, serta menulis setiap kata dalam kalimat dengan memakai huruf kapital, (2) banyak siswa yang menuliskan bentuk ulang dengan menggunakan angka 2, silang dua (xx), atau angka romawi(II), (3) penggunaan kalimat yang kurang efektif, (4) banyak siswa yang kurang konsisten dalam menyingkat kata, dan (5) siswa kurang bisa menggunakan pilihan kata dan struktur kalimat yang tepat. Berdasarkan hasil tes awal, observasi awal dan wawancara dengan guru, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis teks pidato belum maksimal dan belum menampakkan tahap-tahap dalam menulis yang sesuai dengan kurikulum. Tahap-tahap yang dimaksud sebagai berikut: (1) tahap pemunculan gagasan, (2) tahap pengembangan gagasan, dan (3) tahap penulisan. Dengan demikian, pembelajaran menulis teks pidato belum optimal, guru belum menggunakan strategi yang tepat yang dapat mengarahkan siswa dalam menulis. Masalah yang dimaksud seperti mengemukakan ide, mengembangkan ide, memilih kosa kata, penggunaan ejaan, kerapian, dan bentuk tulisan. Rendahnya prestasi belajar siswa kelas IXH SMP Negeri I Ngoro
Tahun Ajaran 2012/2013 tersebut disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya (1) metode dan strategi yang digunakan dalam pembelajaran kurang tepat, (2) pembelajaran menulis yang dilakukan kurang memanfaatkan media pembelajaran yang tepat, dan (3) keberadaan buku paket yang sangat kurang dengan perbandingan 1 : 3. Oleh karena itu, kekurangtepatan metode dan strategi pembelajaran serta kurangnya media pembelajaran dalam menulis itulah yang berakibat pada rendahnya prestasi belajar siswa. Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu dicarikan solusi pemecahannya. Salah satu caranya dengan menerapkan teknik pemodelan karena dengan teknik tersebut siswa dapat menganalisis atau mempelajari contoh dalam menulis teks pidato yang benar. Siswa mampu menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar,memilih kata yang tepat, mengunakan kalimat yang efektif, mengungkapkan gagasan karena kesulitan memilih kata atau membuat kalimat, dan mampu mengembangkan ide secara teratur dan sistematis serta mengurangi kesalahan masalah ejaan. Pada intinya, siswa dijenjang SMP lebih mudah mencontoh daripada diberi penjelasan. Dalam mencapai prestasi belajar menulis yang baik, memang sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1) faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri siswa. Misalnya bakat, minat, konsentrasi, motivasi belajar, kesehatan, dan sebagainya dan (2) faktor eksternal merupakan faktor yang ada di luar diri siswa. Adanya paradigma baru dalam pendidikan dari yang bersifat sentralistik menjadi desentralistik
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 548
maka pola pembelajaran yang bersifat baku setidaknya bisa berganti pada pola pembelajaran yang fleksibel. Perubahan kurikulum dari KBK menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) membawa dampak yang luas terhadap penerangan metode dan teknik pembelajaran. Banyak hal yang perlu disiapkan oleh sekolah.Artinya, sekolah harus menyusun Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang terdiri atas tujuan pendidikan satuan pendidikan, struktur dan muatan KTSP, kalender pendidikan, silabus dengan cara melakukan penjabaran dan penyesuaian standar isi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 22 Tahun 2006 dan Standar Kompetensi yang ditetapkan dengan Permendiknas No. 23 Tahun 2006. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) guru diharapkan lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran diharapkan lebih bervariatif sehingga menciptakan pembelajaran yang menyenangkan maka akan tercipta proses transfer pengetahuan pada diri siswa secara alami melalui pengalaman nyata atau kontekstual. Sejalan dengan hal tersebut, berbagai teknik pembelajaran dapat dilakukan untuk mengembangkan kompetensi menulis siswa. Agar pembelajaran lebih berpusat pada siswa atau berbaris Student Centered Learning maka alternatif teknik pengembangan adalah problem based learning atau belajar dari permasalahan, case based learning atau belajar dari kasus, dan contekstual teaching and learning atau belajar dari kontekstualisasi. Teknik pemodelan sebagai salah satu komponen penting pembelajaran
berbasis kontekstual merupakan pembelajaran yang menghadirkan model faktual yang dapat diamati, diteliti, dinilai, didiskusikan, dicontoh oleh siswa dalam proses pembelajaran.Melalui model menulis dengan contoh yang disajikan. Bahkan, dengan teknik pemodelan, keterampilan siswa dalam menulis teks pidato akan meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, penulis mengganggap teknik pemodelan layak untuk diterapkan kepada siswa kelas IX H SMP Negeri 1 Ngoro Semester 2 dalam meningkatkan keterampilan mereka dalam menulis teks pidato. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas(PTK). Rancangan penelitian ini dipilih karena penelitian pembelajaran ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran menulis.Penelitian ini juga termasuk penelitian diskriptif sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diharapkan dapat tercapai Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif,permasalahan atau topik yang dibahas harus memenuhi kriteria yang benar-benar nyata dan penting,menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan peneliti untuk melakukan perubahan. Penelitian ini berkolaborasi dengan guru dalam tindakan berupa penggunaan teknik pemodelan. Dalam penelitian, ini guru bertindak
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 549
sebagai kolaborator dan peneliti sebagai inovator. Desain penelitian tindakan kelas ini menggunakan langkah-langkah berdasarkan siklus. Dari beberapa desain penelitian tindakan kelas yang dicontohkan, peneliti memilih desain yang dikemukakan oleh Kemmis & Taggart (dalam Soepeno, 2000:2). Desain atau model memiliki empat tahapan dalam setiap siklus, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Setiap siklus dilaksanakan berdasarkan hasil refleksi setelah dilak- sanakan suatu tindakan, dengan maksud peneliti dapat memperbaiki tindakan, memperbaiki kesalahan, dan menyingkirkan hambatan sehingga ditemukan formulasi yang efektif dan efisien dalam proses pembelajaran. Dalam siklus pertama, penelitian melakukan tindakan atau pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran agar penelitian tidak mengganggu proses belajar-mengajar. Siklus berikutnya, peneliti berupaya melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam penggunaan teknik maupun media pembelajaran. Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi pada siklus sebelumnya, dilakukan analisis hasil dan merefleksi untuk mengetahui tingkat perubahan aktivitas siswa dalam pembelajaran, peningkatan prestasi belajar siswa, dan acuan siklus berikutnya. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa di SMP Negeri I Ngoro Kabupaten Mojokerto. Sekolah ini termasuk sekolah pinggiran dengan nilai input yang sangat rendah. Latar belakang sosial ekonomi orang tua menengah ke bawah dan pekerjaan mereka kebanyakan buruh tani. Tidak jarang, keluarga siswa SMPN
I Ngoro ini, orang tuanya broken home serta bekerja di luar daerah, bahkan ada yang menetap di luar negeri. Pemilihan SMP Negeri I Ngoro dijadikan tempat penelitian dengan beberapa pertimbangan, antara lain (1) peneliti bertugas disekolah ini, (2) jumlah siswa 22 orang dan secara klasikal mengalami kesulitan dalam menulis teks pidato, (3) penggunaan teknik pemodelan dalam menulis teks pidato belum pernah dilaksanakan sehingga hasilnya diharapkan dapat memberikan manfaat untuk peningkatan pembelajaran di SMP Negeri I Ngoro, Mojokerto,dan (4) rombongan belajarnya relatif kecil atau sedikit (8 rombongan belajar). HASIL DAN PEMBAHASAN Menurut pengamatan di kelas serta hasil nilai menulis teks pidato, nilai siswa kelas IX masih berada di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 65 dari KKM bahasa Indonesia 68. Secara lengkap, nilai anak pada awal penelitian dalam menulis teks pidato sebagai berikut:13 siswa nilainya di bawah 50, tujuh siswa nilainya antara 50 sampai dengan 60, dan 2 siswa nilainya 70. Dari nilai siswa tersebut, bisa dijelaskan bahwa kelemahan atau kekurangan siswa dalam menulis teks pidato.Pertama, siswa kurang konsisten dalam hal pemakaian huruf kapital (huruf besar) baik pada awal kalimat, nama kota, nama orang, serta menulis setiap kata dalam kalimat dengan memakai huruf kapital. Kedua,banyak siswa yang menuliskan bentuk ulang dengan menggunakan angka 2, silang dua (xx), atau angka romawi(II).Ketiga, penggunaan kalimat yang kurang efektif. Keempat, banyak siswa yang
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 550
kurang konsisten dalam menyingkat kata, serta siswa kurang bisa menggunakan pilihan kata dan struktur kalimat yang tepat. Berdasarkan hasil tes awal, observasi awal dan wawancara dengan guru, peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran menulis teks pidato belum maksimal dan belum menampakkan tahap-tahap dalam menulis yang sesuai dengan kurikulum. Siklus I Pada siklus pertama ini, disajikan hasil penelitian satu putaran yang terdiri atas (1) perencanaan tindakan (2) pelaksanaan tindakan yang berupa kegiatan pendahuluan pembelajaran, kegiatan inti pembelajaran, kegiatan penutup pembelajaran, (3) observasi tindakan, dan (4) hasil refleksi tindakan. 1. Perencanaan Tindakan Perencanaan tindakan peningkatan kemampuan menulis melalui teknik pemodelan dirancang dan direncanakan berupa kegiatan menyusun silabus, menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran yang relevan dengan situasi dan kondisi kelas IXH SMP Negeri I Ngoro. Silabus disusun sesuai dengan petunjuk penyusunan silabus Permendiknas No. 22 Tahun 2006 terdiri atas nama sekolah SMP Negeri I Ngoro, mata pelajaran bahasa Indonesia, kelas IX, semester dua, standar kompetensi: mengungkapkan informasi dalam bentuk laporan, surat dinas, dan petunjuk, kompetensi dasar: menulis laporan dengan bahasa yang baik dan benar, materi pokok: penulisan teks pidato. Selanjutnya, disusun rencana pelaksanaan pembelajaran menulis teks pidato dengan teknik
pemodelan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) meliputi : mata pelajaran, kelas, semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, alokasi waktu, tujuan pembelajaran, materi pokok, metode, langkah-langkah pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian. Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti mempersiapkan model teks pidato. Model yang ditampilkan pada kegiatan pembelajaran ini adalah teknik model kontekstual, yaitu menghadirkan konteks nyata yang menjadi kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk mengamati mencontoh, menemukan, dan menuliskan teks pidato seperti contoh. Model ini dirancang peneliti secara kolaborasi bersama guru bahasa Indonesia. Kolaborator ini juga mempersiapkan untuk melaksanakan observasi pelaksanaan pembelajaran yang akan meneliti aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. 2. Pelaksanaan Tindakan Pembelajaran dilakukan di ruang kelas IX H SMP Negeri I Ngoro Kota Mojokerto. Ruang kelas ini berbentuk persegi dengan ukuran 6 X 8 meter, cukup luas untuk tempat pembelajaran 22 orang siswa. Pelaksanaan pembelajaran siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan. Pertemuan 1 selama 2 x 40 menit dan pertemuan kedua selama 2 x 40 menit. Adapun, skenario pembelajaran menulis laporan perjalanan dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan penutup. Pertemuan ke-1 Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 551
Kegiatan ini diawali dengan berdoa, salam pembuka, kemudian guru melaksanakan presensi dengan menanyakan siswa yang tidak hadir hari ini lalu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai (materi ditulis di papan tulis). Kedua, guru mengondisikan kelas yang berfungsi untuk menyiapkan mental siswa dalam pembelajaran melalui komunikasi empati antara guru dan siswa. Selanjutnya, untuk mengantarkan siswa memasuki kompetensi yang akan dilalui siswa, guru melakukan apersepsi tentang pengalaman siswa dalam berpidato. Hal itu, antara lain, dapat diamati melalui dialog berikut ini. Guru : “Apakah kalian pernah melihat orang sedang berpidato?” Siswa: “Pernah.” Guru : “Di mana?” Siswa: “Pada saat upacara bendera hari Senin di sekolah. Pada saat melihat kampanye Pemilu. Pada waktu pengajian umum.” Guru : “Bagus. Selanjutnya, siapakah yang pernah berpidato?” Siswa: (Diam) Guru : “Lalu, apakah yang pernah kalian lakukan dalam hal pidato?” Siswa: (Beberapa siswa) “Mendengarkan orang berpidato.” Guru : ”Baiklah. Kemampuan berpidato sangat penting dalam komunikasi kehidupan seharihari. Bahkan, dalam perjuangan kemerdekaan RI, kemampuan itu berperan utama. Presiden Sukarno telah membuktikannya. Nah, agar dalam berpidato dapat berjalan lancar, terutama bagi pemula, kegiatan berpidato sebaiknya
didahului dengan menulis teks pidato. Nah, pada pertemuan ini kita akan belajar bersama mengenai penulisan teks pidato.” Kegiatan selanjutnya, siswa dan guru, bertanya jawab tentang manfaat menulis teks pidato. Setelah itu, siswa membentuk kelompok dengan cara berhitung 1 sampai 5 kemudian diulangi lagi 1 sampai 5, demikian seterusnya. Langkah berikutnya, anak yang bernomor satu berkumpul dengan nomor satu, anak bernomor dua berkumpul dengan nomor dua, demikian seterusnya. Karena jumlah siswa kelas IX H sebanyak 22 anak, ada 5 kelompok. Masing-masing kelompok jumlah anggotanya 4 sampai dengan 5 anak. Kegiatan Inti Pembelajaran (60 menit) Semua siswa telah duduk pada kelompok masing-masing. Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan sebagai berikut. Pertama,guru menjelaskan kepada kelompok tentang unsur-unsur yang harus ada dalam menulis teks pidato, yang meliputi apa saja yang harus ditulis, dan bagaimana menulis teks pidato yang benar. Kemudian, guru menjelaskan bagian-bagian teks pidato, yang meliputi bagian awal/pembuka, bagian isi/inti, dan bagian akhir/penutup. Kedua, masing-masing kelompok menerima contoh atau model bentuk teks pidato dengan tema memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia yang dibagikan oleh guru.
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 552
Ketiga, salah satu anak membacakan contoh teks pidato tersebut, anak yang lain menyimak. Keempat,masing-masing kelompok berdiskusi untuk menentukan kelengkapan unsur serta bagian-bagian dari teks pidato yang benar. Kelima,setiap kelompok menulis teks pidato sesuai dengan model yang ada. Temanya ditentukan oleh guru pengajar/peneliti. Kegiatan Penutup Pembelajaran (10 menit) Guru meminta siswa untuk menyelesaikan atau melanjutkan menulis teks pidato di rumah. Guru menutup pembelajaran dengan memberi ucapan terima kasih dan salam penutup. Pertemuan ke-2 Pertemuan ke-2 merupakan kelanjutan pertemua ke-1. Pada pertemuan ini guru dan peneliti telah menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri atas kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Waktu pelaksanannya 2 X 40 menit. Langkah-langkah kegiatan sebagai berikut. Kegiatan Pendahuluan (10 menit) Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah pengarahan oleh guru tentang persiapan menulis teks pidato, serta tugas-tugas membahas sekilas apa yang telah di tulis siswa di rumah. Setelah cukup pengarahan, siswa mengumpulkan hasil tulisan teks pidato yang telah mereka kerjakan kepada guru. Kegiatan Inti (60 menit) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah perevisian hasil
tulisan siswa.Para siswa pada umumnya telah mampu menyempurnakan teks pidatonya dan menemukan kesalahan sebatas ejaan dan tanda baca. Melalui tanya jawab, selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu merevisidan mengedit teks pidato dengan tepat. Gurukemudian membagikan hasil tulisan siswa yang berisi contoh teks pidato yang memuat kesalahan beserta contoh-contoh perevisian. Perevisian menekankan pada penemuan dan perbaikan isi draf yangtidak sesuai dengan kerangka pidato, antara lain berupa kelebihan isi, kekurangan isi, ketidaktepatan isi, atau kesalahan penataan isi. Perevisian dilakukan dengan membuang isi yang lebih, menambah isi yang kurang, mengganti isi yang tidak tepat, dan menata ulang penataan yang kurang tepat. Adapun, mengedit lebih menekankan pada penemuan dan perbaikan mekanik seperti ejaan, tanda baca, struktur kalimat, model tulisan, dan lain-lain pada sebuah teks pidato. Penjelasan guru ini diikuti dengan contoh merevisi dan mengedit sebagian model teks pidato. Setelah siswa dianggap memiliki pemahaman tentang merevisi, siswa merevisi hasil tulisannya masing masing. Selama siswa bekerja, guru melakukan pengecekan hasil pekerjaan siswa secara berkeliling dan memberikan umpan balik. Siswa selanjutnya melakukan konfirmasi dengan teman satu tim mengenaihasil merevisi dan mengedit model teks pidato. Jika mengalami kesulitan, siswa minta petunjuk guru. Berdasarkan pekerjaan para siswa, guru memberikan umpan balik korektif selanjutnya siswa meneliti kembali
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 553
dengan memperbaiki ejaan, struktur kalimat, serta kelengkapan pokok pikiran. Kegiatan Akhir (10 menit) Dalam tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah siswa dan guru melakukan refleksi lalu siswa kembali ke kelas dengan tertib. 3. Pengamatan dan hasil Evaluasi Pengamatan dilaksanakan selama tahap pramenulis, saat menulis, hingga pascamenulis teks pidato oleh peneliti bersama dengan kolaborator. Kegiatan pengamatan dilaksanakan mulai dari tahap persiapan sampai dengan akhir pembelajaran. Selama pembelajaran berlangsung, dilakukan pencatatan terhadap kualitas hasil dan kualitas proses pembelajaran yang diikuti siswa. Untuk melakukan pencatatan itu, digunakan instrumen yang sesuai. Pencatatan terhadap kualitas hasil pembelajaran siswa menggunakan tes kinerja beserta rubrik penilaian dan pedoman penskorannya. Instumen kinerja itu berbentuk tugas-tugas penyusunan teks pidato yang termuat pada tahaptahap menulis. Tugas-tugas tersebut termuat dalam Lembar Kerja Siswa di siklus I. Pencatatan terhadap kualitas proses pembelajaran menggunakan instrumen berupa lembar observasi keaktifan siswa yang memuat aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi. Dari pencatatan menunjukkan pencapaian kriteria ketuntasan minimal (nilai 70) sejumlah 6 siswa (27,27%), yang berarti terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 4 siswa (18,18%) dari kondisi awal sebesar 2 siswa (9,09%). Nilai rata-rata kelas pada
siklus I sebesar 67,27 yang berarti terjadi peningkatan sebesar 3,86 poin dari kondisi awal (67,27−63,41). Berdasarkan kriteria yang ditetapkan, ketuntasan klasikal sebesar 27,27% berkategori sangat rendah dengan tingkat keberhasilan belum tuntas sedangkan nilai rata-rata kelas sebesar 67,27 berkategori rendah dengan tingkat keberhasilan belum tuntas. Oleh karena itu, penelitian ini dianggap belum berhasil dan perlu ditindaklanjuti pada siklus II. Pada siklus I aktivitas belajar siswa mencapai skor 3,58 (71,60%) dari skor maksimal yang diharapkan, kreativitas mencapai skor 3,75 (75,00%) dari skor maksimal yang diharapkan, rasa senang mencapai 4,16 (83,20%)dari skor maksimal yang diharapkan, dan interaksi mencapai 4,00 (80,00%) dari skor maksimal yang diharapkan. Skor rata-rata keempat aspek tersebut mencapai 3,87 (77,40%) dari skor maksimal yang diharapkan. Setelah dikonversikan dengan kriteria yang ditetapkan, skor 3,87 (77,40%) tergolong kategori baik dengan tingkat keberhasilan tinggi. Hal itu berarti bahwa pada siklus I keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran tergolong baik atau tinggi. Refleksi Siklus 1 Berdasarkan hasil dan proses pembelajaran beserta analisis yang dilakukan terhadap berbagai temuan, dikemukakan refleksi sebagai berikut. (1) Proses pembelajaran menulis teks pidato merupakan hal baru bagi siswa. (2) Langkah-langkah pembelajaran pada proses penulisan masih memuat langkah yang dianggap kurang substansial dalam pembelajaran menulis, yaitu
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 554
penentuan seting dan status pembicara yang justru menyulitkan siswa. (3) Penyusunan pemodelan teks pidato pada masing-masing kurang proporsional, terlalu banyak pemodelan. (4) Sebagian besar siswa senang melaksanakan diskusi dalam kerja kelompok. (5) Untuk membangkitkan aktivitas perorangan dalam diskusi kelompok, guru masih sering memberikan pendekatan pribadi secara intensif. (6) Sebagian besar siswa merasa sangat senang dengan model pembelajaran yang ditampilkan guru dengan banyak memberikan contoh dan bimbingan. (7) Keaktifan siswa dalam pembelajaran berjalan baik yang ditandai oleh meningkatnya aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi siswa selama mengikuti pembelajaran. (8) Kemampuan siswa dalam menyusun dan mengembangkan kerangka pidato belum optimal sehingga perlu ditindaklanjuti lagi pada siklus II. Siklus II 1. Perencanaan Perencanaan tindakan pada siklus II secara umum merupakan perbaikan dari rencana tindakan pada siklus I. Perbaikan tersebut dirumuskan berdasarkan hasil refleksi peneliti bersama kolaborator terhadap temuan pada siklus I. Berdasarkan beberapa temuan dalam refleksi tersebut, pada siklus II, dilakukan perbaikan-perbaikan sebagai berikut:
(1) menyederhanakan dan memperjelas skenario pembelajaran dalam RPP; (2) mempertegas langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan tahapan dalam teknik pemodelan; (3) memberikan banyak contoh pengembangan sistematika teks pidato sesuai dengan kerangka pidato. Siklus II dilaksanakan dengan menerapkan RPP yang didesain mengacu pada kekurangankekurangan yang ada pada siklus I. Siklus II dalam penelitian ini dilaksanakan dalam dua kali tatap muka untuk lima tahap penulisan. 2. Pelaksanaan Dari analisis tindakan pada siklus I, diketahui bahwa siswa telah mampu menentukan tema, tetapi belum mampu menentukan tujuan secara lebih rinci. Meskipun telah mampu menyusun kerangka dan pengembangannya, siswa merasa belum puas atas hasil yang diperoleh. Untuk mengatasi hal tersebut, pada tahap prapenulisan ini, dilakukan beberapa perubahan pada tema, setting dan status pembicara, kerangka, dan pengedrafan. Secara spesifik perubahan pada siklus 2 itu berbentuk tema pendidikandi sekolah disepakati dulu semua siswa, didiskusikan topiktopik pilihan untuk tiap siswa berdasarkan hasil pengamatan langsung terhadap permasalahan yang berkaitan dengan tema, setting dan status pembicara dihilangkan karena dianggap tidak substansial, tujuan ditentukan lebih rinci, kerangka disusun berdasarkan bahan belajar, 5W+1H, dan rubrik penilaian, dan pengedarafan dilakukan berdasarkan rambu-rambu pengembangan kerangka pidato
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 555
secara efektif, sistematis, dan komunikatif dan dilakukan berdasarkan contoh langsung pengembangan kerangka. Kegiatan awal (15 menit) Pertemuan ini diawali dengan pengondisian kelas oleh guru untuk mengikuti pembelajaran. Setelah itu, guru melakukan pengarahan kepada siswa bahwa pembelajaran yang akan dilakukan merupakan kelanjutan dari pembelajaran sebelumnya, yaitu menulis teks pidato dengan teknik pemodelan.Guru juga mengimbau siswa agar lebih aktif dalam proses pembelajaran daripada pertemuan sebelumnya karena keberhasilan pembelajaran bukan hanya diukur dari hasil, tetapi juga proses. Guru juga menekankan pemahaman kepada siswa akan pentingnya kompetensi menulis teks pidato. Kegiatan pada awal pertemuan tersebut dapat diketahui melalui dialog berikut ini. Guru : “Assalamu ‘Alaikum W. W.” Siswa: “Wa’alaikum salam W. W.” Guru : “Silakan ketua kelas memimpin berdoa.” Siswa: (Berdoa dengan suara keras seperti biasanya) Guru : “Bagaimana keadaan kalian, sehat?” Siswa: “Alhamdullillah, sehat, bu?” Guru : (mengabsen, mengecek kesiapan peralatan kelas) Guru:”Anak-anak, pembelajaran pada pertemuan kali ini merupakan kelanjutan pembelajaran yang lalu, yaitu menulis teks pidato. Proses dan hasil pembelajaran pada pertemuan yang lalu perlu ditingkatkan lagi karena kemampuan menulis teks pidato penting bagi pelatihan
penuangan ide maupun kecakapan hidup. Kalau kompetensi itu terus dilatih dan dikembangkan, niscaya membantu kita dalam kepentingan keseharian, baik sekarang atau pada masa yang akan datang. Perlu diketahui bahwa keberhasilan siswa dalam suatu pembelajaran bukan hanya diukur dari produk yang dihasilkan, melainkan juga dari proses yang dilalui. Untuk itu, selama pembelajaran berlangsung, hendaknya kalian aktif berdiskusi, bertanya kepada teman atau bu guru, menyampaikan ide. Kalau proses itu berjalan baik, niscaya teks pidato yang dihasilkan pun akan baik.” Guru selanjutnya menyampaikan kompetensi pembelajaran yang harus dikuasai, yaitu siswa mampu (a) menentukan topik pidato, (b) menentukan sasaran pidato, (c) menentukan tujuan pidato lebih rinci, (d) menentukan judul pidato, (e) menentukan kerangka pidato, dan (f) mengembangkan kerangka pidato. Kemudian, guru menyampaikan ruang lingkup materi dan langkahlangkah pembelajaran yang akan dilakukan siswa. Kegiatan Inti ( 60 menit) Pada awal tahap inti ini, siswa membentuk tim belajar empat orang seperti pada siklus I. Guru meminta tiap kelompok menentukan tema yang kontekstual dan bermanfaat bagi siswa. Mereka bersepakat memilih tema pendidikan. Setelah tema disepakati, tugas tiap kelompok adalah mendiskusikan topik-topik bagi tiap-tiap anggota kelompok berdasarkan tema
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 556
pendidikan. Pada menit-menit awal, tampak kelompok kesulitan menemukan topik-topik yang dimaksud. Untuk membantu siswa, guru memberikan pertanyaanpertanyaan penuntun. Guru : “Tema pendidikan yang kalian kenal biasanya terdapat di lingkungan apa?” Siswa : “Di sekolah.” Guru: “Sebutkan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan di sekolah.” Siswa: “Kebersihan, cara belajar yang baik, meraih cita-cita, pramuka, sopan-santun kepada guru.” Bagus: “Bagus! Itulah contoh-contoh topik yang kalian cari. Paham?” Siswa: “Paham, Pak.” Setelah itu, kelompok melanjutkan mendiskusikan topiktopik pidato yang dipilih bagi tiaptiap anggota. Dari pendataan guru setelah diskusi berlangsung sepuluh menit, diketahui bahwa topik-topik pidato yang dipilih siswa meliputi (a) cara belajar yang baik (5 siswa), (b) kebersihan lingkungan sekolah (12 siswa), (c) cara meraih prestasi (1 siswa), (d) cara mempersiapkan UN (1 siswa), (e) belajar yang menyenangkan (1 siswa), (f) pentingnya ketertiban sekolah (1 siswa), dan (g) pencemaran lingkungan (1 siswa). Untuk membantu siswa merencanakan penulisan teks pidato, guru memberikan contoh perencanaan dengan mengambil model topik “Menjaga Kebersihan Sekolah”. Penekanan khusus diberikan pada penentuan tujuan yang lebih rinci dan penyusunan kerangka pidato yang lebih sistematis. Guru memberikan
sebagian contoh menentukan sasaran, tujuan dari model topik yang dipilih dengan mengoptimalkan prinsip 5W+1H. Setelah contoh diberikan guru, perencanaan tersebut harus diselesaikan oleh siswa secara berdiskusi dan sharing. Untuk mengonfirmasikan pemahaman siswa atas tugas yang diberikan, guru menugasi siswa mempresentasikan hasil sharing untuk selanjutnya diberi umpan balik korektif. Secara umum, siswa telah mampu melakukan kegiatan yang diberikan guru, yang berupa peniruan atas model guru dan pengurangaan bantuan untuk mengawali kegiatan mandiri. Setelah siswa mampu merencanakan penulisan model topik yang dicontohkan guru, selanjutnya, siswa menulis sebuah teks pidato berdasarkan topik yang telah dipilih. Pada menit-menit awal bekerja secara individual dan mandiri, sebagian besar siswa belum dapat melepaskan diri dari kelompoknya. Semangat diskusi masih ditunjukkan oleh sebagian besar siswa. Setelah berjalan lima belas menit, enam belas siswa sudah mulai menyusun kerangka pidato. Mereka tampak kesulitan menulis kerangka. Ada seorang siswa (Wartini) bertanya, Siswa: “Bu, ‘sedap dipandang’ itu istilahnya apa?” Guru : “Asri.” Untuk membantu kelancaran siswa dalam menyusun kerangka pidato, guru sekali-sekali menekankan ulang pemanfaatan prinsip 5W+1H. Dari pelaksanaan tugas tersebut diketahui bahwa meskipun siswa telah mampu menyusun kerangka, tetapi waktu yang diperlukan relatif lama. Selanjutnya, guru memberikan contoh ulang model kerangka pidato
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 557
pada siklus I berjudul “Persiapan Lomba Mencarai Jejak” seperti pada Tabel 4.9. Guru memberikan contoh pengembangan sebagian model kerangka pidato tersebut. Untuk itu, siswa diminta mencermati lebih mendalam contoh pengembangan sebagian model kerangka tersebut dengan memperhatikan rubrik penilaian dan prinsip 5W+1H. Contoh pengembangan model kerangka pidato tersebut, selanjutnya diselesaikan oleh siswa melalui diskusi dan sharing antarkelompok. Setelah draf awal selesai disusun, siswa diminta melakukan konfirmasi hasil pekerjaannya dengan guru yang diteruskan dengan kegiatan mempresntasikan hasil pekerjaannya tersebut untuk diberi umpan balik oleh guru. Setelah siswa mencermati, memahami, dan meniru contoh yang disajikan guru, mereka mengembangkan kerangka pidato yang telah disusun. Tugas tersebut bersifat mandiri dan individual sehingga setiap siswa bebas menentukan tempat duduk bekerja. Sebagian besar siswa mencari tempat terpisah dari kelompok. Namun demikian, masih ada satu kelompok yang terus bekerja dalam kelompoknya. Setelah berjalan lima puluh menit pekerjaan siswa pada tahap penulisan sebagian selesai. Kegiatan penutup (10 menit) Guru meminta siswa untuk menyelesaikan atau melanjutkan menulis teks pidato di rumah. Guru menutup pembelajaran memberi ucapan terima kasih dan salam penutup. 3. Pertemuan Kedua Siklus II Bagian ini dilaporkan pelaksanaan tindakan peningkatan kemampuan
menulis teks pidato dengan teknik pemodelan secara rinci dari tahap pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup. Kegiatan Pendahuluan (15 menit) Pada tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah pengarahan oleh guru tentang persiapan menulis teks pidato serta tugas-tugas membahas sekilas apa yang telah ditulis siswa di rumah. Setelah cukup pengarahan, siswa mengumpulkan hasil tulisan teks pidato yang telah mereka kerjakan kepada guru. Kegiatan Inti (60 menit) Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah perevisian hasil tulisan siswa.Sebagaimana pada pertemuan-pertemuan sebelumnya. Setelah mengondisikan kelas, guru melakukan apersepsi melalui tanya jawab dengan siswa tentang tugas menyempurnakan dan menulis teks pidato di rumah. Para siswa pada umumnya telah mampu menyempurnakan teks pidatonya dan menemukan kesalahan sebatas ejaan dan tanda baca. Melalui tanya jawab tersebut, selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, yaitu siswa mampu merevisidan mengedit teks pidato dengan tepat. Gurukemudian membagikan hasil tulisan siswa yang berisi contoh teks pidato yang memuat kesalahan beserta contoh-contoh perevisian. Perevisian menekankan pada penemuan dan perbaikan isi draf yangtidak sesuai dengan kerangka pidato, antara lain berupa kelebihan isi, kekurangan isi, ketidaktepatan isi, atau kesalahan penataan isi. Perevisian dilakukan dengan membuang isi yang lebih, menambah isi yang kurang, mengganti isi yang tidak tepat, dan menata ulang
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 558
penataan yang kurang tepat. Adapun, mengedit lebih menekankan pada penemuan dan perbaikan mekanik seperti ejaan, tanda baca, struktur kalimat, model tulisan, dan lain-lain pada sebuah teks pidato. Penjelasan guru ini diikuti dengan contoh merevisi dan mengedit sebagian model teks pidato. Setelah siswa dianggap memiliki pemahaman tentang merevisi siswa merevisi hasil tulisannya masing masing. Selama siswa bekerja, guru melakukan pengecekan hasil pekerjaan siswa secara berkeliling dan memberikan umpan balik. Siswa selanjutnya melakukan konfirmasi dengan teman satu tim mengenaihasil merevisi dan mengedit model teks pidato. Jika mengalami kesulitan, siswa minta petunjuk guru. Berdasarkan pekerjaan para siswa, guru memberikan umpan balik korektif, selanjutnya siswa meneliti kembali dengan memperbaiki ejaan, struktur kalimat, serta kelengkapan pokok pikiran. Kegiatan Akhir (10 menit) Dalam tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan adalah siswa dan guru melakukan refleksi lalu siswa kembali ke kelas dengan tertib. 4. Pengamatan dan Evaluasi Pengobservasian tindakan pada siklus II ini dilakukan terhadap hasil dan proses pembelajaran siswa dalam mengikuti penulisan teks pidato. Pengobservasian terhadap hasil pembelajaran siswa menggunakan instrumen tes kinerja yang termuat dalam LKS sedangkan pengobservasian terhadap proses pembelajaran menggunakan instrumen lembar observasi keaktifan siswa. Dokumen yang dihasilkan
melalui instrumen tes kinerja berupa data kuantitatif produk tulisan teks pidato siswa yang berupa skor dan nilai pada setiap tahapan proses penulisan sedangkan dokumen yang dihasilkan melalui instrumen observasi keaktifan siswa adalah data kualitatif proses pembelajaran siswa dalam hal aktivitas belajar, kreativitas, rasa senang, dan interaksi. Data kuantitatif berupa data hasil pembelajaran sedangkan data kualitatif berupa keaktifan siswa selama mengikuti proses pembelajaran menulis teks pidato pada kelima tahap menulis tersebut. Melalui data tersebut, dapat diketahui kualifikasi hasil dan proses pembelajaran siswa yang berupa kemajuan dan kendala yang dialami siswa selama mengikuti pembelajaran. Pada siklus II aktivitas belajar siswa mencapai skor 3,63 (72,6%) dari skor maksimal yang diharapkan, kreativitas mencapai skor 3,75 (75%) dari skor maksimal yang diharapkan, rasa senang mencapai 4,38 (87,6%) dari skor maksimal yang diharapkan, dan interaksi mencapai 4,38 (87,6%) dari skor yang diharapkan. Skor ratarata keempat aspek tersebut mencapai 4,04 (80,8%) dari skor maksimal yang diharapkan. Setelah dikonversikal dengan kriteria yang ditetapkan, skor 4,04 (80,8%) tergolong kategori sangat baik dengan tingkat keberhasilan sangat tinggi. Hal ini berarti bahwa pada siklus II aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran sangat baik atau sangat tinggi. 4. Refleksi Refleksi dilaksanakan setelah selesai pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II. Kegiatan ini
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 559
dilaksanakan secara kolaboratif bersama guru bahasa Indonesia kelas IX H. Selain itu, juga memperhatikan respons yang disampaikan oleh siswa saat refleksi pembelajaran siklus I. Refleksi diarahkan pada perencanaan/planing; pelaksanaan tindakan/implementasi, hasil tindakan baik yang berupa proses maupun yang berupa produk. Perencanaan pembelajaran yang digunakan pada siklus II secara umum sudah cukup baik tetapi perlu dilakukan perbaikan mengingat secara kelompok siswa sudah baik. Kegiatan refleksi terhadap proses dan produk dari hasil refleksi yang dilakukan secara kolaboratif dengan kolaborator dilakukan bahwa tindakan proses pada setiap tahap sudah dilaksanakan dengan baik tetapi masih perlu beberapa perbaikan. Pada tahap kegiatan inti, karena siswa telah diberi model oleh guru, kegiatan siswa juga berubah dimulai dari pengamatan, mendiskusikan kekurangan dan kelebihan teknik pemodelan, membuat teks pidato seperti model yang dipelajari dan waktu diskusi harus dibatasi agar siswa tidak menyalahgunakan waktu pelajaran yang tersedia. Kegiatan pembelajaran sangat didominasi oleh kelompok dan penilaian mengacu pada kelompok hal ini bagus, tetapi perlu ada penilaian secara individu agar setiap individu meningkatkan aktivitasnya baik dalam bertanya, merespons, menanggapi meskipun yang tampil kelompok sehingga guru harus memotivasi bahwa disamping nilai kelompok ada nilai untuk setiap siswa yang aktivitasnya lebih. Dari hasil keseluruhan kegiatan pembelajaran pada siklus II dan hasil pengamatan yang tergambar pada
penilaian proses baik dan nilai produk diatas rata-rata,kegiatan pembelajaran ini berhasil dengan baik karena telah mencapai ketuntasan baik secara klasikal maupun individual dilihat dari standar ketuntasan minimal dalam KTSP. Dengan melihat refleksi siklus 1, siklus 2, dan rekapitulasi penilaian produk siswa menulis teks pidato, dapat dikatakan adanya perkembangan sikap belajar dan hasil belajar, dari sikap siswa senang dan tertarik dengan pembelajaran menggunakan teknik pemodelan. Dengan demikian, dapat direfleksikan bahwa penerapan teknik pemodelan dapat meningkatkan keterampilan menulis teks pidato pada siswa kelas IX H SMP NgoroMojokerto Tahun Ajaran 2012/2013. Dapat dimungkinkan juga bahwa teknik pemodelan juga bisa diterapkan pada materi bahasa Indonesia yang lain sebab teknik pemodelan cocok digunakan untuk siswa seusia SMP. Artinya, siswa SMP bisa berpikir secara efektif jika dimulai dari sesuatu yang konkret. Model adalah contoh bahan ajar yang konkret. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya tentang penelitian pembelajaran menulis teks pidato, dapat disimpulkanhal-hal sebagai berikut. (1) Terjadi peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas IX SMP Negeri Ngoro Kab. MojokertoTahun Ajaran 2012/2013melalui teknik pemodelan.Hal itu ditunjukkan oleh peningkatanpersentase nilai
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 560
ketuntasan klasikal dan nilai ratarata kelasdari siklus Ihingga siklus II. Pada siklus I, persentase nilai ketuntasan klasikal meningkat sebesar 18,18% dari kondisi awal (27,27%−9,09%), pada siklus II meningkat sebesar 50,00% dari siklus I (77,27%−27,27.Capaian peningkatan rata-rata persentase nilai ketuntasan klasikal dalam tiga siklus sebesar 27,27%. Adapun, capaian nilai rata-rata kelas pada siklus I meningkat sebesar 3,86 poin dari kondisi awal (67,27−63,41), pada siklus II meningkat sebesar 11,12 poin dari siklus I (78,39−67,27).Capaian peningkatan rata-rata nilai ratarata kelas dalam tiga siklus sebesar 6,25 poin. (2) Terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas IX SMP Negeri Ngoro Kab. MojokertoTahun Ajaran 2012/2013melalui teknik pemodelan.Hal itu ditunjukkan oleh adanya peningkatanaktivitas, kreativitas, rasa senang, dan interaksi belajar siswa dari kategori baik pada siklus I(77,40%) menjadi sangat baik pada siklus II (80,80%).Dengan tingkat keberhasilan tinggi pada siklus I dan sangat tinggi pada siklus II . Peningkatan rata-rata nilai proses pembelajaran tiap siklus sebesar 1,60%. (3) Peningkatan kualitas hasil pembelajaran yang berupa capaian nilai rata-rata keterampilan menulis teks pidatopada masing-masing tahap proses penulisan dari siklus Ihingga siklus II. (4) Saran (5) Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan keterampilan menulis teks pidato
siswa IX SMP Negeri ngoro Kab. Mojokerto melalui teknik pemodelan. Hal itu ditandai oleh adanya peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks pidato siswa kelas IX, baik kualitas hasil maupun kualitas proses pembelajaran. Berkaitan dengan hal tersebut, demi tetap terjaganya kualitas pembelajaran, disarankan hal-hal sebagai berikut. (6) Perlu disosialisasikan kepada guru-guru secara intensif tentang konsep teknik pemodelan sehingga mereka di sekolah dapat secara efektif menggunakan teknik tersebut dalam setiap pembelajaran guna mengatasi kesulitan siswa dalam mencapai kompetensi pembelajaran (7) Iklim sekolah yang kondusif yang mampu menciptakan suasana senang dalam pembelajaran perlu terus dikembangkan oleh segenap warga sekolah, khususnya guruguru. Hal itu akan mampu membentuk budaya belajar yang positif di kalangan siswa sebagai salah satu langkah pencapaian visi dan misi sekolah dalam bidang pembelajaran. (8) Dalam pembelajaran menulis, hendaknya dibiasakan adanya kegiatan merevisi dan mengedit tulisan. Hal itu dimaksudkan agar siswa dan guru secara tegas dapat membedakan pengertian perevisian dan pengeditan yang selama ini disamakan guna mendukung terbentuknya kompetensi menulis. (9) Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya mampu menyajikan pembelajaranmenulis secara menarik yang ditandai, antara lain, oleh timbulnya rasa senang siswa dalam mengikuti
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 561
pembelajaran. Hal itu diperlukan demi mendorong terbentuknya kompetensi menulis yang bertahan lama pada diri siswa. (10) Setiap guru bahasa Indonesia hendaknya memahami adanya tahap-tahap proses penulisan yang meliputi prapenulisan, pengedrafan, perevisian, pengeditan, dan pemublikasian. Untuk itu, setiap melakukan pembelajaran menulis hendaknya pembelajaran pada tahapantahapan tersebut selalu dilakukan. (11) Semangat gotong-royong dalam pembelajaran kepada diri siswa perlu terus dikembangkan di sekolah melalui diskusi atau sharinguntuk mendukung terbentuknya kemandirian belajar sebagaimana yang telah dicanangkan dalam visi sekolah. (12) Untuk melatih keberanian dan kreativitas dalam pembelajaran, siswa perlu diakrabkan dengan kegiatan presentasi baik di hadapan teman maupun guru. (13) Mengingat bahwa kompetensi pidato merupakan salah satu refleksi kemampuan berpikir dan bernalar yang dapat menjadi salah satu bentuk kecakapan hidup, siswa perlu dibiasakan akrab dengan kegiatan pidato baik melalui kegiatan mendengarkan, berbicara, membaca, maupun menulis. DAFTAR PUSTAKA Adi, Pidekso. 1993. Pola Latihan Menulis danPermasalahannyadalam Pengajaran Menulis di SMA KabupatenBanyuwangi. Tesistid ak diterbitkan. Malang: PPS IKIP Malang.
Akhadiah, Sabarti. 1994.Pembinaan KemampuanMenulis bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Amar, Djen M. 1981. Komunikasi dan Pidato. Bandung: Penerbit Alumni. Anwar, M. Farid. 1987. Teori dan Praktek Pidato. Surabaya: CV Amin Surabaya. Arikunto, Suharjono dan Supardi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Dahar, Ratna Willis. 1988. Teoriteori Belajar. Jakarta: Depdikbud Departemen Pendidikan Nasional. 2000. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta : Proyek Peningkatan Mutu SLTP Jakarta Depdiknas. 2002. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Lerning). Jakarta: Depdiknas. Djago, Tarigan, dkk. 2006. Pendidikan Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Universitas Terbuka. Firmasnyah. 2003. Panduan Lengkap Pidato. Jawa Timur: Galaxi Gabri. 2011. Yogyakarta: Publising.
Seni
Pidato. Cemerlang
Gredler, Margaret E. Bell. 1991. Belajar dan Membelajarkan (Diterjemahkan Munandir). Jakarta: Penerbit Rajawali. H. Rahardjo, Sri. 2007. Pembahasan Tuntas Kompetensi 2007
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 562
Hadinegoro. 2003. Teknik seni Berpidato Mutakhir (Dalam Teori dan Praktek). Yogyakarta: Absolut. http://definisipengertian.blogspot.co m/2010/12/pngertianpidato.html http://organisasi.org/pengertian pidato tujuan sifat metode susunan dan persiapan-pidatosambutan http://organisasi-org/pengertianpidato-tujuan-sifat-metodesusunan-dan-persiapan-pidatosambutan http://www.isdaryanto.com/kumpula n-contoh-pidato-lengkap Maidar, G. 1998. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Oka, D. Djoehana. 2002. Pemodelan (Modeling). Makalah dalam Pelatihan TOT Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Putri Pandan Wangi. 2009. Bukan Pidato Biasa. Yogyakarta. Rahmat, Jalaludin. 2010 Retorika Modern. Bandung:PT Remaja Rosda Karya. Rohman,Abduldkk.2010. PidatoDuaBahasa (InggrisIndonesia). Surabaya:PustakaAgungHarapan Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan Pidato Luar Biasa. Yogyakarta: MegaBooks.
Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika Bertutur Efektif. Jawa Timur: Asri Press. Suyatno. 2005. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Grasindo. Syafi’ ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud. Tarigan, Djago dan Henry Guntur Tarigan. 1987. Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Djago Dkk. 1998.Pengembangan Keterampilan Berbicara.Jakarta: Depdikbud bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D III. Tarigan,Henry Guntur.MenulisSebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry guntur. 1984.Berbicara Sebagai Salah Satu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka. Trianto.2007.Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia. Jakarta:Erlangga. Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Pidato. Jakarta: PT. Grasindo.
Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Semi, M. Atar. 1992. Terampil Berpidato. Bandung: Titian Ilmu. NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 563