PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN APLIKASI MOBILE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII MTs. MADRASATUL QUR AN TEBUIRENG JOMBANG TAPEL 2013/2014 Fuad Taufiq Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia Abstrak.Perkembangan terbaru dalam teknologi mobile semakin memungkinkan untuk mendukung pelajaran dan memanfaatkan situasi belajar. Selain itu, teknologi mobile menawarkan kesempatan baru untuk mengintegrasikan pelajaran dalam skenario pembelajaran yang lebih normal, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan efektif dan efisien. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning, secara khusus tujan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan modul pembelajaran dengan Aplikasi mobile learning pada Siswa Kelas VIII MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang. Prosedur pengembangan ini terdiri atas empat tahapan, yaitu: (1) define, (2) desing, (3) develop, dan (4) desseminate. Menurut uji ahli materi dan desain pembelajaran tingkat kelayakan produk mencapai 71.42 % (cukup layak), presentase kemenarikan serta kemudahan dalam memahami modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning dari 15 aspek, 14 aspek mendapatkan nilai baik dengan presentase 14:15 X 100 % = 93.3 %, sedangkan menurut guru dari 12 item angket yang digunakan untuk menyatakan kesesuaian dan kebermanfaatan produk yang di kembangkan saat diterapkan di lapangan. Dari 12 item penilaian angket terhadap produk yang di kembangkan ada 20% mendapatkan skor 5, yang memilih skor 4 ada 50%, skr 3 ada 20% dan skor 2 ada 10% untuk skor 1 tidak ada yang memilih. Hal ini menunjukkan bahwa menurut guru bahasa indonesia bahwa produk yang di kembangkan ini sesuai dan bermanfaat jika di gunakan dalam proses belajar mengajar. Kata kunci: modul pembelajaran, Bahasa Indonesia, mobile learning, kemandirian belajar PENDAHULUAN Implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada lembaga pendidikan saat ini sudah menjadi keharusan, karena penerapan TIK dapat menjadi salah satu indikator keberhasilan suatu institusi lembaga. Sebagaimana dalam tujuan kuriku-lum 2013 untuk mempersiap kanmanusia
Indonesia agar memiliki hidup secara mandiri memiliki kemampuan hidup secara pribadi dan warga negara yang beriman,produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontri-busi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan perdaban duania (Permendikbud-No.-68 th 2013) Sesuai dengan tujuan tersebut, siswa sebagai
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 52
peribadi dan warga negara dituntuk untuk memiliki kemampuan, keterampilan, dan sikap yang benarbenar berkontribusi dalam kehidupan. Tuntutan ini tentunya mempersyaratkan seorang guru memiliki kecakapan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan, penguasaan materi pelajaran, ketepatan/kecakapan pemilihan penggunaan materi ajar, ketepatan pimilihan metode, media serta sumber belajar hingga menyiapkan alat evaluasi yang efektif. Melihat tuntutan yang tinggi dari kurikulum 2013, tentunya itu tidak dapat dicapai jika pembelajaran hanya mengandal-kan guru. Sekarang ini, guru tidak selalu dianggap paling tahu tentang segalanya. Jadi, untuk mendukung kemampuannya, siswa didukung untuk aktif mencari informasi sendiri. Oleh karna itu, model pembelajaran dalam kurikulum 2013 diarahkan untuk mendorong peserta didik mencari tahu dalam berbagai sumber, bukan diberitahu seperti era lama. Untuk mendorong peserta didik mencari tahu dari berbgai sumber, hal yang perlu diperhatikan pendidik adalah menyediakan media dan metode pembelajaran yang tepat sehingga mampu merangsang siswa untuk secara aktif melakukan interaksi dengan berbagai sumber belajar. Media pembelajaran merupakan suatu sarana untuk menyalurkan pesan pendidik sehingga dapat tercipta suatu pengalaman pembelajaran siswa/experiental learning (Wijayani. 2013:96) yang mempe-ngaruhi pikiran, perasan, perhatian, dan kemauan peserta didik. Pemanfaatan IT di lembaga
pesantren kurang maksimal, sistem pembel-ajaran konvensional yang dirasa kurang sesuai dengan dinamika perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, kemamdirian dan kepemimpinan, yang sangat sulit dilakukan dalam sistem pembebelajaran yang konvensional. Oleh karena itu, proses pelaksa-naan pembelajaran di kelas VIII MTs. Madrasatul Quran Tebuireng Jombang memanfaatkan inovasi, metode baru dalam menyampaikan mater, agar dalam pembelajaran dapat membuat siswa tertarik dan senang mengikuti pelajaran dengan harapan dapat meningkatakan kemandirian dan prestasi belajar. Kegiatan belajar mengajar bahasa Indonesia di lingkungan pesantren khususnya kelas VIII MTs. Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang pada umumnya masih kurang mandiri, hal ini dikarenakan alokasi waktu dan padatnya aktifitas di pesantren yang menuntut para siswanya lulus dengan baik dan mampu menghafal al Qur an 10 juz, sehingga keberadaan siswa dalam kegiatan belajar mengajar cenderung pasif, ketergantungan pada guru di kelas masih dominan. Mengingat hal tersebut, dirasa perlu bagi seorang guru untuk mempunyai inovasi dalam pembelajaran di kelas yang meliputi strategi-strategi mengajar, metode, pendekatan maupun media yang dapat digunakan dalam pembelajaran. Pemilihan metode, media dan pendekatan dalam pembelajaran di kelas perlu dilakukan dalam upaya meningkatan kemandirian belajar, oleh karena itu guru harus menjamin pembelajaran siswa ketika memadukan
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 53
tegnologi dan media (Sharon E. Smaldino:29) ke dalam mata pelajaran. Kehadiran Mobile learning (MLearn-ing) adalah perpaduan atau kombinasi antara Elektronic Learning (E-Learning) dan Mobile Computing yang dapat mengakses sesuatu aplikasi pembelajaran kapanpun (anytime) dan dimanapun (anywhere). Perkembangan terba-ru dalam teknologi mobile semakin memung-kinkan untuk mendukung pelajaran mobile dan memanfaatkan situasi pemebelajaran. Selain itu, teknologi mobile menawarkan kesempatan baru untuk mengintegrasikan pelajaran spontan dalam skenario pembel-ajaran yang lebih normal dengan cara mengakses konten, misalnya, berbasis web, desktop, mobile. sehingga proses pembelajar-an dapat berjalan efektif dan efisien. Teknolo-gi Informasi (TI) dengan menggunakan Mobile learning (MLearning) memberikan peluang dan nuansa baru dalam mendistribusi-kan pengetahuan kepada peserta didik karena tidak perlu memahami konsep pemrograman untuk bisa menggunakannya. Di dalam modul pembelajaran Mobile learning (MLearning) terdapat fasilitas dan strategi yang dapat mendukung potensi setiap pelajar dalam mengembangkan materi pelajarannya. Hal ini memungkinkan hubungan yang lebih strategis baik antar sesama siswa, siswa dengan guru, dan. Modul pembelajaran dengan aplikasi Mobile learning (M-Learning) memberikan sebuah peluang agar kegiatan belajar lebih menarik dan interaktif yang relevan dapat dipublikasikan ke seluruh penjuru dunia
sehingga bisa diakses oleh siapapun. Dengan demikian, kesulitan siswa dalam mengumpul-kan sumber informasi yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran dapat diatasi, proses pembelajaranpun tidak berhenti hanya sampai di kelas saja, di rumah, Asrama, warnet, atau di manapun, para siswa bisa melanjutkan proses pembelajarannya dengan cara membaca tulisan dari gurunya, pembelajaran seperti ini akan mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian, dan petunjuk dalam lembaran kegiatan, menjawab pertanyaan serta melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan dalam setiap materinya. Karena itu peserta didik dalam batasbatas tertentu dapat maju sesuai dengan irama kecepatan dan kemampuan masing-masing dalam belajarnya, pembelajaran deangan aplikasi mobile learning sebagai upaya meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas VIII MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang layak untuk diteliti. Alasan pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Aplikasi mobile learning dalam penelitian ini adalah : (1) pembelajaran Bahasa Indonesia dalam kelas cenderung pasif dan dianggap sulit, (2) alokasi jam pelajaran tidak sesuai dengan struktur kurikulum (3) nilai pelajaran Bahasa Indonesia belum memenuhi KKM, (4) perkembangan teknologi informasi (5) tuntutan siswa dalam memenuhi target hafalan Secara umum permasalahan dalam penelitian pengembangan ini adalah (1) “Bagaimanakah tingkat kebutuhan siswa dan ketepatan terhadap
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 54
modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning siswa kelas VIII. MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang? (2) Bagaimanakah pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning terhadap proses pemebalajaran bahasa Indonesia siswa kelas VIII. MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang? (3) Bagaimanakah efektifitas modul pembelajaran bahasa Indonesia dengan aplikasi mobile learning terhadap kemandirian belajar siswa kelas VIII. MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang. METODE Metode pengembangan penelitian ini menggunakan model pengembangan 4-D terdiri atas 4 tahap utama yaitu: (1) Define (Pembatasan), (2) Desing (Perancangan), (3) Develop (Pengembangan), (4) Disseminate (Penyebaran), atau diadaptasi model 4P, yaitu Pendefinisian, perancangan, pengembangan, penyebaran (Trianto, 2007:66). Karakteristik model pengembangan ini adalah: (1) recursive, nonlinear, dan kolaboratif; (2) perencanaan terus berkem-bang, (3) tujuan tidak diposisikan sebagai pemandu pengembangan, tetapi ditentukan secara bertahap selama pengembangan berlansung; (4) penguna produk dilibatkan secara kolaboratif; (5) evaluasi proses dilaku-kan secara otentik, terutama berupa portofolio; dan (6) data subjektif dipergunakan sebagai bahan untuk merevisi produk, misalnya hasil konsultasi dengan tim praktis, serta hasil wawancara dengan siswa dan guru.
Tahap pendefinisian ini dilakukan studi pendahuluan terhapat kebutuhan-kebutuhan pembelajaran modul dengan aplikasi mobile learning mata pelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan analisis tujuan dan batasan materi. Tahap perancangan (design) dilakukan dengan tujuan untuk merangcang prototipe (contoh) produk modul pembelajaran, materi yang berbentuk modul mata pelajaran bahasa Indonesia yang berbentuk modul dengan aplikasi mobile learning kelas VIII MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang. Aktivitas Design meliputi: memilih materi, penyusunan modul, kegiatan produksi awal peneliti memili pngembangan modul pemebelajaran dengan aplikasi mobile learning yang disesuaikan dengan standar kompetensi. Tahap pengembangan (develop) dilakukan untuk menghasilkan produk berbentuk modul yang telah direvisi melalui simulasi, dan uji coba. Tahap pengembangan meliputi kegiatankegiatan sebagai berikut; a) Simulasi dilakukan untuk memperoleh penilaian dan telaah dari praktisi, tanggapan dari siswa, dan untuk mengetahui efektivitas produk dilapangan. Saran dari tim pengembang sekolah, guru bahasa Indonesia dan siswa digunakan sebagai landasan dalam revisi pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning mata pelajaran bahasa Indonesia kelas VIII b) Validitasi ahli dilakukannya penilaian para ahli. Saran dari validator digunakan sebagai landasan dalam revisi pengembangan produk modul pemebelajaran dengan aplikasi mobile learning adanya tahapan
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 55
dalam revisi (1) Refleksi dan Revisi 1 Kegiatan refleksi dan revisi 1 dilakukan untuk menindak lanjut saran dari tim, dan validasi ahli berdasrkan deskriptor. (2) Uji Coba Lapangan Uji coba lapangan ini dilakukan dengan kegiatan uji pengembangan dengan cara mengoprasional-kan produk pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobille learning pada siswa kelas VIII MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang pada semerter ganjil sebayak 14 siswa. (3) Refleksi dan Revisi II Setelah mendapat respon yang didapat dari data angket disebarkan pada 4 orang dan kepada 14 siswa maka dilakukan refleksi dan revisi tahap II untuk menindak lanjuti respon tersebut. Peneliti pengembangan ini hanya dibatasi sampai tahap pengembangan pada revisi tahap II saja karena minimya data yang dikumpulkan dan waktu penelitian. Tahap penyebaran (Deseminate) dilakukan penggunaan dan penyebaran produk pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobille learning. Selanjutnya produk disebarkan ke MTs Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang untuk diterapkan dalam pembelajaran. (1) Pengemasan/input data Produk yang telah direvisi dikemas dalam bentuk modul dengan mobile. (2) Penyebaran Produk modul pembelajaran Bahasa Indonesi dengan aplikasi mobile learning ini untuk sementara waktu hanya dipublikasikan di kalangan terbatas. Uji coba produk dimaksudkan untuk menetapkan tingkat kebutuhan dan efektivitas serta efisiensi, validitas
produk pengembangan modul pembelajaran Bahasa Indonesi dengan aplikasi mobile learning. Uji pengembangan produk (Sugiono:411) dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan terhadap produk yang dikembangkan. Dalam penelitian ini instrumen pengembangan merupakan instrumen kunci. Sebab, peneliti adalah instrumen utama yang harus mengumpulkan data untuk mngem-bangkan produk pembelajaran dengan aplikasi mobile learning yang dikembangkan dengan model 4-D (four D) melalui tahapan define, design, develop, dan disseminate. Peneliti sebagai alat penelitian, artinya peneliti sebagai alat utama pengumpul data yaitu, dengan metode pengumpulan data berdasarkan pengamatan dan wawancara, selain itu peneliti sebagai instrumen utama didukung oleh instrumen pendudukung berupa, dokumentasi, angket dan obsevasi, dengan harapan dapat memenuhi standar objektivitas dalam peneliti-an ini. Dalam pelaksanaannya, teknik ini dilengkapi dengan. (1) Angket kebutuhan siswa. Foramat angket angket dimaksudkan untuk menjaring hasil analisis kebutuhan dan kemandirian sisw, angket juga digunakan untuk mengetahui respon keberterimaan guru dan siswa terhadap produk modul dengan aplikasi mobile learning mata pelajaran bahasa Indonesia. (2) Wawancara; Wawancara dilakukan terhadap guru dan siswa yang hasilnya dapat digunakan untuk mendukung hasil observasi. Wawancara dilakukan dalam tahap pendefinisian dan tahap pengembangan untuk mendapatkan
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 56
informasi tentang kebutuhan siswa dan guru, dan juga respon terhadap modul dengan aplikasi mobile learning ini. Wawancara dilakukan pada 1 orang pengawas sekolah, 1 orang kepala sekolah, 1 orang waka kurikulum, 2 orang time pengembang kurikulum, 4 guru, dan 14 siswa dari 64 siswa Mts. Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang. (3) Dokumentasi; Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data proses pembelajaran dan informasi, baik berupa akun, email atau file siswa. HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kebutuhan Angket untuk siswa memuat sepuluh pertanyaan dengan jumlah siswa 14: (1) apakah pengembangan pembelajaran dengan modul dibutuhkan oleh kamu, seluruh siswa (100 %) menyatakan setujuh (2) apakah kamu senang jika guru mengerjakan pembelajaran dengan menggunkan media pembelajaran 14 (100 %) menyatakan setujuh, (3) apakah kamu setujuh jika dilaksanakan pembelajaran menggunkan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning 92.86 % setujuh , dan hanya 1 siswa menyatakan tidak setujuh, (4) apakah materi pembelajran yang disampaikan oleh guru sudah memadahi untuk mengem-bangkan kemampuan keterampilan berbahasa kamu mencapai 78,5 % artinya hanya ada 3 siswa yang myatakan tidak setujuh 100 %, (5) apakah materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru sudah memenuhi sk kd bahasa Indonesia 100 %, dan (6) apakah apakah tugas/latihan-latihan sesuai dengan materi yang disampaikan
oleh guru sebelumnya mencapai 42.8 % 7 dan siswa menyatakan kurang setujuh., 7-10 pertanyaan siswa meyatakan 100 % setuju. Angket identifikasi pengkajian tingkat kebutuhan (guru) dan siswa, secara garis besar dapat diurai sebagai berikut; Pertama, membutuhkan modul pemebelajaran dengan aplikasi mobile learning ini karena membantu siswa untuk belajar terus, kapanpun dan dimanapun, dengan adanya modul pembelajaran ini juga membantu siswa melatih kemandirian siswa, kreativitas siswa dalam pembelajaran. Sikap ketertarikannya siswa terhadap modul pemebelajaran dengan aplikasi mobile learning ini menunjukakan tingkat kebutuhan yang cukup dan akan mendukung dan mempermudah guru untuk mencapai ketuntasan pemebelajaran Bahasa Indonesia. Kedua, produk yang dikembangkan diharapkan dapat membantu guru dan siswa dalam proses belajar mengajar karena sudah mengandung kepraktisan yang terdiri dari materi pembelajaran. Ketiga, modul pembelajaran dapat diaksese melalui telepon seluler juga dapat membantu siswa mengenal teknologi informasi penggunaan media pemebelajaran yang dulunya siswa belum mengetahuinya. Pembelajaran seperti ini memberikan banyak ilmu pengetahuan. Keempat, produk yang dikembangkan meliputi petunjuk penggunaan, tujuan pembelajaran, uraian materi, latihan, dan penilaian sehingga dapat memudahkan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar. Kelima, materi pembelajaran dirancang sesuai dengan kebutuhan siswa,
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 57
sehingga siswa termotifvasi lebih bersemangat serta terpacu untuk selalu belajar dan berlatih, dan menjadikan siswa lebih mandiri. Keenam, produk yang dikembangkan sudah memenuhi unsur ketepatan isi dan unsur ketepatan kebahasaan sehingga sudah memenuhi kelayakan untuk dipakai dalam proses belajar mengajar di Mts kelas VIII Madrastul Qur an Tebuireng Jombang. Pengembangan Mobile Learning Pembahasan teori dan praktik teknologi pembelajaran dalam bentuk pengembangan bahan ajar berupa modul dengan aplikasi mobile learning dibutuhkan beberapa kemampuan yang mendukung. Kemampuan tersebut berhubungan dengan kemampuan untuk analisis kurikulum mulai dari kompetensi inti, kompetensi dasar, bahan ajar, analisis konten atau materi. Selain itu, juga dituntut kemampuan menganalisis ketersediaan dan daya dukung dari media pembelajaran modern, khususnya berbasis IT dalam bemtuk aplikasi mobile learning. Di sisi lain kebutuhan awal yang harus dimiliki adalah kemampuan untuk melakukan instalasi software yang mendukung produksi bahan ajar mobile learning baik secara offline maupun online. Beberapa software program aplikasi yang dibutuhkan adalah Program Learning Mobile Author (LMA), dan program Aplikasi photoScape dan juga Microsoft power point. Ketiga program aplikasi ini cukup saling mendukung dalam mempersiapkan bahan ajar serta melakukan convert dan editing file yang dibutuhkan dalam mendesain program
pembelajaran mobile learning, ada beberapa hal yang perlu dilakukan seperti berikut. (1) Analisis konten dari struktur kurikulum sebuah mata pelajaran, atau analisis beberapa topik materi yang memang adaptif untuk dikembangkan menjadi sebuah program mobile. (2) Mengembangkan materi konten tersebut ke dalam bentuk tahapan alur pembelajaran atau flow chart sebagaimana dalam pembelajaran CAI (Munir;174). (3) Storyboard sesuai dengan flow chart yang telah dibuat (4) Sebuah file dalam bentuk format power point (ppt) selanjutnya ditransfer menuju produksi file.jar klik Every Slide, artinya akan mengubah setiap slide menjadi gambar-gambar dengan extention.jpg. Selanjutnya untuk kebutuhan mengconvert file tersebut menjadi bahan ajar mobile leraning, maka perlu diolah dengan dua program aplikasi, yaitu program aplikasi PhotoScape dan Program Aplikasi Learning Mobile Author (LMA). Analisis Hasil Pengembangan Berdasarkan paparan data ada beberapa hal yang perlu diperhatikan; (1) Komponen modul secara umum telah memenuhi kelayakan produk berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini ditunjukkan dengan persentase Penilaian hasil desain pengajaran. Secara berturut-turut persentase kelayakan produk komponen draf modul yang telah dikembangkan adalah sebagai berikut: A bagian pembuka, yang terdiri 10 penilaian dan tanggapan (1) judul dan (2) kelengkapan sistematika cukup jelas (3) ketetapan
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 58
penjabaran dengan peta informasi jelas (4) ketepatan daftar tujuan kompetensi mendapat poin jelas (5) ketetapan tinjaun umum materi jelas (6) sedangkanan penilaian kelengkapan materi dinilai cukup tepat (7) ketetapan soal dengan materi mendapat penilaian cukup jelas (8) kejelasan rumusan tugas akhir mendapat penilaian cukup jelas (9) glosari cukup jelas dan (10) ketepatan sumber belajar dinilai kurang baik. Berdasarkan persentase penilaian masing-masing komponen modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning tersebut, diketahui bahwa kelayakannya mencapai 71,42%. Dengan demikian produk pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning telah mencapai kelayakan yang cukup tinggi berdasarkan kriteria penilaian yang telah ditetapkan. Berdasarkan kriteria yang digunakan untuk pengambilan keputusan dari penilaian terhadap produk pengembangan apabila tingkat kelayakan mencapai 70%-100% berarti produk memiliki kualifikasi kelayakan (cukup layak). Masukan yang berkenaan dengan penyempurnaan modul modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning berupa saran dan komentar tentang penyempurnaan komponen modul, mulai dari; kata pengantar, pendahuluan adanya umpan balik, bentuk soal yang bervariasi dan daftar rujukan. Saran tersebut dijadikan sebagai bahan merevisi modul. Menurut ahli desain pengajaran, urutan kegiatan pembelajaran dalam komponen modul sebagai berikut: judul, penadahuluan yang memuat adanya alasan dan
manfaat modul dengan aplikasi mobile learning, bab per bab mencantumkan judul babnya, soal/latihan, umpan balik, glosari, penutup dan daftar rujukan, menurut ahli desain modul pembelajaran jabaran isi/materi dibuat lebih detail dan soal/latihan dibuat bervariasi. Komponen modul, secara umum telah memenuhi kelayakan produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.. Kemudahan dan kemenarikan dalam memahami modul pembelajaran secara umum telah memiliki kelayakan produk sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan persentase hasil penilaian ahli isi/materi desain pengajaran. Secara berturut-turut persentase penilaian sebagai berikut: (11) tampilan sampul dinilai kurang menarik (12) kemudahan memahami modul pembelajaran deang aplikasi mobile learning dinilai memiliki tingkat kelayakan baik (13) ukuran dan jenis huruf dinilai memiliki kelayakan sangat baik dan (14) tata letak (layout) dinilai memiliki kelayakan baik. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat dirumuskan bahwa dari 15 aspek yang dinilai, ada 14 aspek yang mendapatkan penilaian ‘baik atau amat baik’. Apabila dipresentase maka akan didapat 14:15 x 100% = 93,3%. Dengan demikian apabila dikonversi dengan tingkat pencapaian skala 5, maka produk pengembangan modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning masih memiliki kualifikasi ‘sangat baik’. Sedangkan siswa yang berkualifikasi cukup hanya satu atau 7%. Dengan demikian, setelah mendapat-kan penilaian dari ahli, maka
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 59
modul pembelajaran dengan aplikasi mobile learning untuk siswa kelas VIII Mts Madrasatul Qur an Tebuireng Jombang layak digunakan. SIMPULAN DAN SARAN Berkaitan dengan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh informasi bahwa siswa kelas VIII MTs Madrasatul qur an Tebuireng Jombang membutuhkan sarana belajar yang representative dan ionovatif khususnya untuk bahan ajar yang berupa modul siswa. Modul tersebut sangat diperlukan sebagai sarana penunjang pembelajaran yang bisa diakses lewat telepon genggam. Selai hal tersebut, hasil analisis siswa menunjukkan bahwa siswa kelas VIII berusia rata-rata 14-15 tahun yang berarti telah memiliki kemampuan berpikir abstrak. Selanjutnya pengembangan produk. Beberapa software program aplikasi yang dibutuhkan adalah Program Learning Mobile Author (LMA), dan program Aplikasi photoScape dan juga Microsoft power point. Ketiga program aplikasi ini cukup saling mendukung dalam mempersiapkan bahan ajar serta melakukan convert dan editing file yang dibutuhkan dalam mendesain program pembelajaran mobile learning. Tahap berikutnya adalah evaluasi atau uji efektivitas produk yang dilakukan dengan eksperimen produk. Hal ini di lakukan untuk mengetahui seberapa efektif produk yang di kembangkan ini jika di pakai dalam proses belajar mengajar. Dan tahap yang terakhir adalah revisi produk,
DAFTAR RUJUKAN Darmawan,. 2012. Inovasi Pendidikan. Ban-dung: Citra Praya. Munir, T. 2012.Multi Media.Bandung: Alfabeta. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Konteks-tual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang Sanjaya, Wina. 2011. Stategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidik-an. Jakarta: Kencana Sugiyono, 2010. Metode penelitian Pendidikan. Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta Smaldino, E, Sharon. 2011. Intructional Technology and Media for Learning. Jakarta: Kencana Thiagarajan, S., Semmel, D.S & Semmel, M. I. 1976. Intructional Development for Training Teacher of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institut/ Special Education, University of Minnesota Wijayani, Andy Novan. 2013. Desain Pembelajaran Pendidikan (tata rancang menuju pencapaian kompetensi). Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
NOSI Volume 2, Nomor 8, Februari 2015___________________________________Halaman | 60