PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA KELAS IV SDN NGRAMBE 3 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI MELALUI TEKNIK CIRC TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SUGIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV masih rendah. Inilah yang mendorong peneliti melakukan penelitian yang bertujuan untuk memperoleh deskripsi objektif tentang peningkatan proses dan hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik CIRC. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Berdasarkan metode tersebut, penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Dalam setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (implementation), (3) pengamatan/observasi (observation), (4) refleksi (reflection). Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembelajaran melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dibuktikan terjadinya kenaikan perolehan nilai secara signifikan, pada evaluasi pra tindak hasil nilai rata-rata siswa baru mencapai 57,06, dan secara klasikal presentasi ketuntasan baru mencapai 31,25%, pada siklus I nilai rata-rata siswa 69,00, secara klasikal nilai presentasi ketuntasan naik mencapai 56,25%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa naik secara signifikan menjadi 86,63, secara klasikal nilai presentasi ketuntasan naik mencapai 81,25%. Kata kunci: keterampilan membaca, membaca pemahaman, teknik CIRC
Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek; (1) mendengarkan, (2) berbicara, (3) mem-baca, (4) menulis (Depdiknas, 2005:318). Menurut Hodgson (dalam Tarigan, 2008:7) membaca adalah
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 361
suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui. Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan yang tersurat dan yang tersirat tidak akan ditangkap atau dipahami, dan proses membaca itu tidak terlaksana dengan baik. Membaca pemahaman adalah suatu kegiatan membaca yang dilakukan pembaca agar tercipta suatu pemahaman terhadap isi yang terkandung dalam bacaan. Dalam membaca pemahaman, seorang harus mampu menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam hingga setelah selesai membaca, ia betulbetul memahami makna dan tujuan bacaan, Fajri & Senja (2010: 949). Standar Kompetensi pembelajaran membaca pemahaman di kelas IV berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kurikulum 2006) adalah tercantum pada Standar Kompetensi 7, yaitu membaca memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun. Dan pada kompetensi dasar 7.1, yaitu menemukan kalimat utama pada tiap paragraf melalui membaca intensif. Hasil belajar yang diharapkan adalah siswa dapat memahami bacaan dengan menjawab pertanyaanpertanyaan yang terkait dengan isi bacaan, menemukan ide pokok setiap paragraf, menemukan kalimat utama, dan membuat ringkasan isi bacaan. Indikator yang difokuskan untuk tercapainya kompetensi dasar dalam membaca intensif yang
berkaitan dengan membaca pemahaman adalah (1) membaca teks secara intensif, (2) menjawab pertanyaan sesuai isi teks, (3) menemukan ide pokok setiap paragraf, (4) menemukan kalimat utama pada setiap paragraf, (5) meringkas isi bacaan. Siswa kelas IV SD dijadikan subjek penelitian karena sudah berada dalam tingkat perkembangan kognitif tahap operasional formal yaitu berusia antara 10-12 tahun. Anak pada usia ini sudah memiliki kemampuan (1) dapat menangani pernyataan-pernyataan atau proposisi yang memberikan data konkrit, (2) dapat menangani proposisi logis yang berlawanan dengan fakta. Anak pada usia ini telah memiliki operasioperasi logis yang dapat diterapkan pada masalah-masalah konkrit. Keterampilan membaca berperan penting bagi siswa dalam kegiatan belajar juga dalam kehidupan pada umumnya. Sering membaca setiap orang akan memperoleh sejumlah pengetahuan yang heterogen dan majemuk, berpengalaman yang luas, perilaku bahasa yang baik, dan akhirnya mampu bersikap dewasa dan rasional. Menurut (Rofiudin dan Zuhdi, 2001:78), yang diungkapkan dalam teori schema, sering membaca buku dalam jumlah yang banyak memungkinkan siswa-siswa mengembangkan pengetahu-an, yang selanjutnya memudahkan mereka memahami materi bacaan yang baru. Warsono dkk. (1998) menyatakan bahwa berdasarkan profil kemampuan membaca di SD secara keseluruhan, skor membaca pemahaman siswa termasuk kategori rendah. Rendahnya skor kemampuan membaca tersebut disebabkan oleh minat membaca yang rendah. Minat
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 362
baca yang rendah cenderung disebabkan oleh metode yang digunakan guru mengajar tidak tepat, kemampuan siswa, dan sarana yang tersedia di sekolah. Hal ini selaras dengan pendapat Rofi’uddin dan Zuhdi (2001:37) bahwa sampai saat ini penguasaan keterampilan baca tulis oleh lulusan SD masih jauh dari harapan. Dari studi awal yang penulis lakukan di SDN Ngrambe 3, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi, kemampuan membaca pemahaman siswa kelas IV masih rendah, yaitu baru pada tingkat pemahaman literal. Siswa baru mampu mengungkapkan hal-hal yang tersurat dan belum mampu menginterpretasikan isi bacaan. Siswa hanya terbiasa menjawab pertanyaan-pertanyaan yang menyertai bacaan sehingga pada saat membaca mereka hanya menghafal yang tersurat dan tidak memahami makna yang tersirat. Rendahnya kemampuan siswa dalam membaca pemahaman ditandai adanya kesulitan-kesulitan pada beberapa indikator pembelajaran, yaitu siswa kurang mampu (1) menjawab pertanyaan bacaan, (2) menentukan ide pokok setiap paragraf, (3) menentukan kalimat utama setiap paragraf, dan (4) meringkas isi bacaan. Hal ini juga dapat diketahui pada rata-rata nilai ulangan mata pelajaran Bahasa Indonesia pada saat pratindak pada siswa kelas IV SDN Ngrambe 3, hasil tes awal menunjukkan bahwa rata-rata nilai yang diperoleh siswa hanya 57,06, dan secara klasikal yang mencapai batas ketuntasan hanya 31,25%. Hal ini masih jauh dari harapan, karena pembelajaran dianggap berhasil apabila rata-rata hasil evaluasi
mencapai sama atau lebih besar dari 70, dan secara klasikal dianggap tuntas apabila mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Dengan demikian, dapat dikatakan siswa belum mampu memahami suatu bacaan. Pada umumnya siswa mampu menjawab pertanyaan bacaan yang diberikan tetapi kurang mampu untuk menentukan kalimat utama, menentukan ide pokok/pokok pikiran dalam sebuah paragraf, dan kurang mampu membuat ringkasan bacaan. Hasil tes awal ini semakin menguatkan dugaan bahwa kemampuan siswa kelas IV dalam membaca pemahaman masih sangat rendah. Penyebab rendahnya keterampilan membaca pemahaman siswa di atas dapat diindikasikan dari beberapa faktor antara lain, (1)penggunaan metode mengajar yang kurang tepat, (2) model pembelajaran yang diterapkan oleh gurukurang tepat, Pembelajaran membaca pemahaman menggunakan sistem klasikal yang menempatkan kecepatan memahami isi bacaan berdasarkan kecepatan rata-rata siswa, (3) pelaksanaan pembelajaran yang masih konvensional dan tidak adanya inovasi, (4) guru kurang dapat membangkitkan skemata siswa, mengaitkan isi bacaan dengan pengalaman siswa, dan (5) dalam pembelajaran membaca siswa terbiasa bekerja sendiri-sendiri. Guru jarang menyuruh siswa untuk melaksanakan diskusi sesama teman dalam upaya memahami isi bacaan. Pada dasarnya untuk memahami dan menginterpretasi bahan bacaan, siswa tidak hanya melakukan aktivitas membaca secara individual, tetapi diharapkan dapat memahami isi bacaan secara berkelompok (kooperatif). Ghazali (2001:96) menyatakan bahwa
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 363
pembelajaran kooperatif mengajarkan kepada siswa untuk saling memberi informasi, saling mengajari anggota kelompok yang lain yang belum mampu, dan saling menghargai pendapat orang lain. Pembelajaran secara kooperatif mempunyai beberapa tujuan, antara lain meningkatkan partisipasi siswa, memberi pelajaran kepemimpinan, memberi pengalaman dalam membuat keputusan kelompok, memberi kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar dengan siswa lain yang berasal dari latar belakang budaya, jenis kelamin, serta kemampuan yang berbeda. Di samping itu, belajar kooperatif juga membantu menciptakan semangat kelompok dan mendorong siswa untuk saling membantu. Slavin (dalam Nur, dan Wikandari, 2000:26) menyatakan bahwa dalam pembelajaran kooperatif siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar. Adapun metode-metode dalam pembelajaran kooperatif terdiri dari metode STAD (Student Teams Achievement Divisons), TAI (TeamAssisted Individualization), CIRC (Cooperative Intergrated Reading and Composition), Jigsaw, dan Investigasi Kelompok. Dari beberapa model Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan menerapkan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC).Slavin (dalam Nur dan Wikandari, 2000:32) mengatakan bahwa CIRC baik diterapkan untuk pengajaran membaca, menulis, dan seni berbahasa pada kelas yang lebih tinggi di Sekolah Dasar. Metode
CIRC merupakan gabungan program membaca, menulis, dengan menggunakan pembelajaran baru dalam pemahaman bacaan dengan menulis. Salah satu fokus utama dari kegiatan-kegiatan CIRC adalah membuat penggunaan waktu lebih efektif. Para siswa bekerja di dalam tim-tim kooperatif yang dikoordinasikan dengan kelompok membaca supaya dapat memenuhi tujuan-tujuan dalam bidang lain seperti pemahaman membaca, kosa kata, pembacaan dan ejaan. Berdasarkan masalah pembelajaran membaca pemahaman di kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 yang dikemukakan di atas, perlu diadakan pembenahan atau penyelesaian masalah tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan mengiplementasikan teknik CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman di SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi. Berdasarkan konteks penelitian di atas dapat dirumuskan fokus penelitian sebagai berikut. 1) Bagaimanakah peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? 2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)? Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 364
mendapatkan gambaran objektif sebagaimana tersebut di bawah ini. 1) Mendeskripsikan peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC). 2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC). Penelitian ini dilaksanakan dengan didasari beberapa asumsi, sebagai berikut. 1) Teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat dilaksanakan dalam upaya meningkatkan pembelajaran membaca pemahaman. 2) Secara psikologis, siswa kelas IV berada pada tahap operasi formal dan dapat memahami isi bacaan melalui kerja kelompok. 3) Penggunaan kelompok belajar yang heterogen dapat meningkatkan potensi siswa dalam kegiatan membaca pemahaman dan saling berbagi pengetahuan dalam proses pembelajaran. Manfaat penelitian yang dilakukan ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi teoritis dan segi praktis. Kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Hasil penelitian ini dapat mendukung teori teknik CIRC dalam peningkatan keterampilan membaca pemahaman juga sebagai acuan pembelajaran yang inovatif dan mendukung teori cooperative learning. Manfaat
penelitian ini bagi siswa antara lain; a) dengan diterapkannya teknik pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), pembelajaran membaca pemahaman siswa SD akan lebih bermakna dan lebih optimal, b) dengan diterapkannya teknik pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC), siswa dilatih dan dibiasakan bekerja sama serta menjaga kekompakan dalam kelompok, c) memotivasi siswa untuk berani mengungkapkan isi bacaan di depan teman-temannya, d) dengan teknik baru, siswa diharapkan dapat belajar dengan aktif dalam suasana yang menyenangkan. 2) Bagi Guru Manfaat penelitian ini bagi guru antara lain; a) dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan menerapkan teknik CIRC dalam melaksanakan pembelajaran membaca pemahaman di Sekolah Dasar, b) teknik pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC) sebagai sarana bagi guru untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dalam kegiatan pembelajarn membaca pemahaman, c) menciptakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan sehingga dapat menarik perhatian siswa. 3) Bagi Sekolah Manfaat penelitian ini bagi sekolah antara lain; a) mendorong guru lain untuk aktif melaksanakan pembelajaran yang inovatif; b) menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC), c) menciptakan situasi dan kondisi sekolah yang mendukung pembelajaran membaca pemahaman dengan teknik
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 365
Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). 4) Bagi Peneliti Manfaat penelitian ini bagi peneliti antara lain; a) mengembangkan wawasan mengenai penerapan pembelajaran membaca pemahaman inovatif, b) mendapatkan fakta bahwa dengan menerapkan pembelajaran dengan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC) dapat meningkatkan kompetensi membaca pemahaman siswa, c) memberi sumbangan perbaikan pembelajaran membaca pemahaman di Sekolah Dasar. METODE Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, karena penelitian dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini menggambarkan bagaimana suatu teknik pembelajaran penelitian diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis rancangan Penelitian Tindakan Kelas. Ebbutt (dalam Wiriaatmaja, 2008:13) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan paktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan tersebut. Penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini tampak pada beberapa ciri sebagai berikut.
1)
Analisis data verbal dan nonverbal dalam penelitian ini dilakukan secara induktif selama penelitian berlangsung sehingga dapat memberikan makna dan informasi sesuai dengan tujuan penelitian; 2) Data diperoleh dalam latar atau seting alamiah, yaitu dalam pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC); 3) Hasil analisis data yang disampaikan dalam bentuk teks bukan perhitungan angka-angka yang bersifat statistik. Ciri-ciri pendekatan kualitatif adalah (1) latar penelitian sebagai sumber pengambilan data bersifat alamiah, (2) bersifat deskriptif induktif, (3) peneliti sebagai instrument kunci, (4) memperhatikan proses dan hasil, dan (5) makna dan informasi fenomena merupakan hal yang dipentingkan. Karakteristik rancangan penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Fokus penelitian tindakan berupa alternatif tindakan yang dapat digunakan dalam rangka memecahkan persoalan di kelas. Kegiatan penelitian dimulai dari studi pendahuluan terhadap latar penelitian, yaitu Klas IV SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Hasil dari studi pendahuluan digunakan untuk mengambil tindakan yang diperlukan. 2) Penelitian bersifat siklus, yakni dilaksanakan dengan alur siklus berurutan (spiral) yang di dalamnya mencakup tahapan-
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 366
tahapan mulai dari pelaksanaan tindakan, pengamatan, sampai dengan refleksi. 3) Penelitian bersifat longitudinal, yakni berlangsung dalam jangka waktu tertentu secara berkelanjutan untuk memperoleh data yang diperlukan. Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan, yaitu untuk pengamatan awal (bulan pertama), untuk pelaksanaan penelitian (bulan kedua, dan ketiga), dan bulan terakir untuk menganalisis hasil penelitian sampai dengan penyusunan laporan berbentuk tesis. 4) Penelitian bersifat kolaboratif. Selama penelitian berlangsung peneliti berkerja sama dengan guru kelas IV yang mengajar Bahasa Indonesia dalam hal perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran membaca pemahaman dengan menggunakan teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).
Penelitian tindakan kelas sebagai bentuk refleksi diri secara kolektif yang melibatkan partisipan dalam suatu situasi sosial untuk mengembangkan rasionalisasi dan justifikasi dari praktik pendidikan, sebagaimana yang mereka alami dalam praktik sehari-hari. Fokus penelitian tindakan dilaksanakan di dalam kelas sehingga melibatkan partisipasi guru dan murid. Tujuan utama penelitian ini adalah mendeskripsikan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya pembelajaran membaca pemahaman. Proses pelaksanaan penelitian ini bersifat kolaboratif dengan guru kelas, khususnya guru bahasa Indonesia. Penelitian ini dimulai dengan mengadakan studi awal dan pencarian fakta kemudian secara berdaur ulang (1) menyusun perencanaan, (2) melakukan tindakan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun tahap pelaksanaan tindakan tersebut digambarkan dalam bagan 3.1 berikut ini.
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 367
Studi Pendahuluan Observasi dan wawancara kegiatan pembelajaran membaca pemahaman untuk mengidentifikasi masalah
Analisis dan Temuan
Kemampuan membaca pemahaman masih rendah Metode pembelajaran membaca pemahaman kurang tepat
Pelaksanaan tindakan siklus I
Rencana Tindakan
Prabaca; mengemukakan tujuan pembelajaran, mengidentifikasi topik,mengorganisasikan siswa, merencanakan tugas dalam kelompok. Saat baca; membagikan lembaran bacaan dan LKS, membaca dalam hati, menjawab pertanyaan bacaan, menentukan pokok pikiran pada setiap paragraf, menentukan kalimat utama dalam paragraf, membuat ringkasan, dan menyimpulkan bacaan, menganalisis hasil , menyiapkan laporan akhir,dan merencanakan presentasi hasil. Pasca-baca; menampilkan laporan akhir (presentasi kelas), melakukan sharing,melakukan
Diskusi tentang solusi permasalahan bentuk tindakan melalui model CIRC Membuat skenario pembelajaran kegiatan guru & siswa Mempersiapkan alat perekam data dan lembar observasi proses dan hasil tindakan Menyusun rencana tindakan dalam satu siklus
Observasi Merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama tindakan dengan alat pengumpul data. Pencatatan fakta-fakta yang terjadi selama proses tindakan
Refleksi Belum berhasil Berhasil Menganalisis hasil tindakan Melakukan interpretasi dan
menyimpulkan hasil tindakan
Kesimpulan
Rencana tindakan kesiklus II
evaluasi hasil pembelajaran membaca. Bagan 1 Alur Penelitian Tindakan
Berdasarkan metode tersebut, penelitian ini dilaksanakan dalam bentuk siklus. Dalam setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu (1) perencanaan (planning), (2) pelaksanaan (implementation), (3) pengamatan/observasi (observation), (4) refleksi (reflection).
Seting Penelitian dan Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi, yang beralamat di Jalan
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 368
Brantas No. 45 Telp. 0351-730210 Kode Pos 63263. Pemilihan lokasi penelitian ini berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain, (1) prosedur administrasi perizinan mudah, karena penulis adalah guru pada lembaga tersebut, (2) siswa SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi mempunyai karakteristik yang beragam, terutama ditinjau dari sudut intelengensi, (3) kemampuan keterampilan membaca pemahaman masih rendah, (4) sebagian besar guru masih mengandalkan model ceramah sebagai metode dalam pembelajaran, (5) sekolah ini belum pernah digunakan sebagai obyek penelitian sejenis. Pelaksanaan penelitian ini adalah pada semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 di kelas IV. Penelitian ini dimulai pada bulan Januari sampai dengan bulan Mei 2013. Subjek penelitian tindakan kelas ini, yaitu (1) siswa kelas IV SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 16 anak, (2) guru yang mengajar di kelas IV SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2012/2013, yaitu Drs. Agus Subroto. Siswa di kelas IV ini mempunyai karakteristik yang beragam terutama ditinjau dari sudut intelegensi. Dipilihnya kelas IV ini sebagai kelas penelitian karena dipandang ada potensi-potensi yang perlu ditingkatkan khususnya keterampilan membaca pemahaman. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini penulis memaparkan data dan hasil penelitian peningkatan kemampuan membaca pamahaman dengan
Teknik CIRC (Cooperative Intergrated Reading and Composition), yang dilakukan di kelas IV SDN Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawiyang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, Observasi, dan refleksi hasil tindakan. Data tindakan, temuan serta refleksi tindakan yang diperoleh selama tiga siklus tindakan pembelajaran, dipaparkan terpisah setiap siklus agar terlihat persamaan, perbedaan, perubahan, dan atau perkembangan siklus tersebut. Agar kegiatan pembelajaran membaca pemahaman terlihat dalam kesatuan yang utuh, dari setiap siklus dipaparkan perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, dan refleksi tindakan. Siklus I Evaluasi meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses juga dilakukan melalui catatan lapangan yang memberikan data deskriptif mengenai kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran. Evaluasi hasil dilakukan dengan menilai LKS dan mengadakan ulangan formatif sebagai tes akhir tindakan. Pengamatan dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamat mengamati semua aktivitas guru dan aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sesuai pedoman pengamatan yang telah disediakan peneliti. Hasil pengamatan terhadap aktivitas guru dapat dilihat pada lampiran 8.1. Berdasarkan hasil pengamatan oleh pengamat diperoleh bahwa skor aktivitas guru adalah 70 dari skor maksimal 95. Dengan demikian,
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 369
maka skor akhir aktivitas guru dalam siklus I adalah 70 Skor akhir = x100% = 95 73,68%. Sesuai pengamatan dari pengamat, diperoleh bahwa guru: (1) tidak meminta siswa menentukan topik bacaan yang relevan, (2) tidak menjelaskan bahwa kelompok harus memahami teks bacaan, (3) tidak menjelaskan bahwa kelompok harus memahami kegiatan yang terdapat dalam LKS, (4) tidak mengabsen siswa, (5) tidak memancing siswa untuk mengajukan pertanyaan, (6) tidak menghargai pertanyaan dan pendapat siswa, (7) tidak menyiapkan media yang membantu arah kerja siswa, (8) tidak menugasi siswa membaca secara individual, (9) tidak memberi kesempatan siswa untuk bertanya berhubungan dengan isi bacaan yang dibaca, (10) tidak menjelaskan kepada siswa untuk menghargai pendapat dalam kelompok, (11) tidak mendorong siswa menecek pernyataan anggota kelompok, (12)tidak mengarahkan dan membimbing kerja kelompok, (13) tidak memotivasi siswa dalam kelompok, (14) tidak memberi kesempatan menulis laporan, (15) tidak merencanakan waktu presentasi, (16) tidak memotivasi memberikan tanggapan, dan memberi penguatan pada kelompok, (17) tidak memperhatikan isi laporan dari kelompok pelapor, (18) tidak memperhatikan isi tanggapan, (19) tidak memberi motivasi dan penguatan, (20) tidak menanggapi pertanyaan siswa, (21) tidak menanyakan kembali ide pokok setiap paragraf, tidak menanyakan kembali cara meringkas isi bacaan, (22) tidak menginformasikan
pembelajaran yang akan dipelajari pada pertemuan yang berikutnya, (23) tidak memotifasi siswa untuk giat belajar. Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat diperoleh bahwa skor aktivitas siswa adalah 60 dari skor maksimal 85. Dengan demikian, maka skor akhir aktivitas siawa dalam siklus I adalah; 60 Skor akhir = x100% = 85 70,58%. Sesuai pengamatan dari pengamat, diperoleh bahwa secara umum siswa: (1) tidak mencatat tujuan, (2) tidak menanyakan hal-hal yang belum jelas, (3) tidak merespon gambargambar yang berkaitan dengan topik, (4) tidak mengemukakan pendapat atau alasan, dan tidak mengomentari pendapat teman, (5) tidak mengenal topik yang akan diangkat sebagai bahan pembelajaran dalam teks bacaan, tidak menentukan topik yang relevan, dan tidak menanyakan hal yang belum jelas, (6) tidak mau bekerja sama dan aktif dalam kelompok, (7) tidak menjawab pertanyaan guru, (8) tidak menanyakan tugas yang belum dipahami kelompok, dan tidak bekerja sama dan aktif dalam pembegian tugas kelompok, (9) tidak mencatat hal-hal yang penting dari bacaan, (10) tidak menyimpulkan isi bacaan, (11) tidak menyelesaikan laporan, (12) tidak bekerja sama dalam memanfaatkan media, (13) tidak menggunakan media secara bersma dalam kelompok, (14) tidak menentukan waktu dalam presentase, (15) tidak menanggapi pertanyaan, (16) tidak menyimak laporan kelompok lain, (17) tidak memperhatikan jawaban pelapor, (18) tidak membantu memberi
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 370
komentar, (19) tidak mengecek hasil kerja secara bersama, (20) tidak melakukan secara tepat untuk membuat keputusan bersama, (21) dan tidak membantu teman yang kurang terarah dalam menjawab. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti sehubungan dengan hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung tetapi tidak terdapat dalam indikator maupun deskriptor pedoman observasi. Beberapa hal yang sempat dicatat peneliti adalah sebagai berikut. 1) Pelaksanaan sharing hasil diskusi membutuhkan waktu sekitar 20 menit yang berarti lebih cepat 20 menit dari yang direncanakan. Hal ini terjadi karena siswa masih mengalami hambatan dalam melaporkan hasil kerja kelompok maupun dalam menanggapinya. 2) Masih ada siswa yang tidak aktif dalam kelompok, terlihat aktivitas dalam kelompok hanya dilakukan oleh siswa berkemampuan tinggi dan sedang. 3) Siswa masih ragu untuk mengajukan pertanyaan saat sharing hasil diskusi. 4) Pada umumnya siswa masih malu-malu saat menyajikan hasil diskusi kelompok. Akibatnya, penjelasan yang diberikan sekedar membaca hasil kerja kelompoknya, dan belum dapat mengembangkan penjelasan. 5) Siswa tampak senang saat wakil kelompok melaporkan hasil diskusi. Ini terlihat dari pemberian tepuk tangan ketika wakil kelompok selesai membaca laporan.
Berdasarkan hasil catatan lapangan ini, pelaksanaan pembelajaran masih kurang efektif. Siswa masih perlu dimotivasi untuk lebih aktif sehingga suasana kelas akan menjadi lebih hidup Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus I. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa sebagian besar kelompok masih salah dalam menentukan kalimat utama setiap paragraf. Untuk menentukan ide pokok/pokok pikiran setiap paragraf, hampir semua kelompok juga masih mengalami kesulitan. Dalam meringkas isi bacaan pada umumnya setiap kelompok masih mengalami hambatan juga, dan bahkan ada kelompok yang hanya menyalin, mengutip kalimat yang ada dalam bacaan. Berdasarkan hasil tersebut, maka kemampuan siswa dalam membaca pemahaman khususnya dalam menjawab pertanyaan bacaan, menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide pokok/pokok pikiran setiap paragraf, serta membuat ringkasan bacaan masih jauh dari harapan. Rata-rata skor masing-masing kelompok dalam menjawab LKS adalah 69,75. Sedangkan presentase ketuntansan mencapai 50%. Berdasarkan hasil tes formatif siklus I, kemampuan siswa dalam memahami bacaan, khususnya menjawab pertanyaan bacaan, menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide pokok/pokok pikiran setiap paragraf, dan membuat ringkasan bacaan masih kurang memuaskan. Berdasarkan hasil tes formatif siklus 1 diperoleh data bahwa ratarata skor total siswa adalah 69,75. Sedangkan presentase ketuntasan secara klasikal mencapai 50%. Hasil
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 371
tes ini belum sesuai dengan yang diharapkan,Sebab pembelajaran dianggap tuntas apabila rata-rata hasil evaluasi mencapai sama atau lebih besar dari 70, dan secara klasikal siswa yang tuntas mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Hasil tes formatif pada siklus 1 menunjukkan bahwa secara umum siswa masih mengalami kesulitan untuk menentukan kalimat utama dan menentukan ide pokok setiap paragraf, serta membuat ringkasan isi bacaan. Skor yang diperoleh siswa masih rendah. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis persentase. Berdasarkan hasil observasi pengamat terhadap aktivitas guru diperoleh skor akhir aktivitas guru adalah 73,68%. Sesuai kriteria keberhasilan aktivitas guru, berarti aktivitas guru berada pada kriteria baik. Dengan demikian, aktivitas guru belum sesuai dengan yang telah direncanakan, karena dikatakan berhasil apabila telah mencapai ketegori sangat baik. Berdasarkan hasil observasi pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh skor akhir aktivitas siswa adalah 70,58%. Sesuai kriteria keberhasilan aktivitas siswabaru berada pada kriteria baik. Dengan demikian, aktivitas siswabelum sesuai dengan yang telah direncanakan, karena dikatakan berhasil apabila telah mencapai ketegori sangat baik. Ada beberapa deskripsi yang tidak dilakukan siswa sebagaimana tertera pada hasil pengamatan. Beberapa deskripsi yang belum dilakukan siswa antara lainsebagai berikut. Sesuai pengamatan dari pengamat, diperoleh bahwa secara umum siswa: (1) tidak mencatat tujuan, (2) tidak menanyakan hal-hal
yang belum jelas, (3) tidak merespon gambar-gambar yang berkaitan dengan topik, (4) tidak mengemukakan pendapat atau alasan, dan tidak mengomentari pendapat teman, (5) tidak mengenal topik yang akan diangkat sebagai bahan pembelajaran dalam teks bacaan, tidak menentukan topik yang relevan, dan tidak menanyakan hal yang belum jelas, (6) tidak mau bekerja sama dan aktif dalam kelompok, (7) tidak menjawab pertanyaan guru, (8) tidak menanyakan tugas yang belum dipahami kelompok, dan tidak bekerja sama dan aktif dalam pembegian tugas kelompok, (9) tidak mencatat hal-hal yang penting dari bacaan, (10) tidak menyimpulkan isi bacaan, (11) tidak menyelesaikan laporan, (12) tidak bekerja sama dalam memanfaatkan media, (13) tidak menggunakan media secara bersma dalam kelompok, (14) tidak menentukan waktu dalam presentase, (15) tidak menanggapi pertanyaan, (16) tidak menyimak laporan kelompok lain, (17) tidak memperhatikan jawaban pelapor, (18) tidak membantu memberi komentar, (19) tidak mengecek hasil kerja secara bersama, (20) tidak melakukan secara tepat untuk membuat keputusan bersama, (21) dan tidak membantu teman yang kurang terarah dalam menjawab. Dengan demikian masih banyak hal yang masih perlu diperbaiki. Siswa masih kurang aktif dalam diskusi antar kelompok dan tidak terjadi kegiatan tanya jawab dan saling menanggapi. Berdasarkan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa masih kurang memuaskan. Jadi perlu dilakukan pengulangan siklus untuk
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 372
memperbaiki aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hasil catatan lapangan, diketahui bahwa aktivitas siswa masih perlu diperbaiki. Siswa masih malu-malu dan ragu-ragu untuk melaporkan hasil diskusi atau untuk mengajukan pertanyaan. Oleh sebab itu, siswa masih perlu diberi motivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Masih ada siswa yang kurang aktif dan tidak terjadi tanya jawab antar kelompok saat penyajian laporan. Berdasarkan hasil catatan lapangan ini, dapat disimpulkan bahwa perlu pengulangan siklus untuk memperbaiki aktivitas siswa. Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus 1 diperoleh bahwa ratarata skor siswa adalah 69,00. Sedangkan presentase ketuntansan mencapai 56,25%. Sesuai kriteria hasil tes formatif, maka hasil tes formatif pada siklus 1 termasuk kategori belum berhasil, sebab sesuai dengan indikator keberhasilan hasil tes formatif, siswa dikategorikan berhasil apabila telah mencapai nilai rata-rata sama atau lebih besar dari 70, dan secara klasikal dikategorikan tuntas apabila mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Dengan demikian, berdasarkan hasil dalam mengerjakan tes formatif, perlu pengulangan siklus untuk memperbaiki prestasi siswa. Siklus II Evaluasi meliputi evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilakukan dengan mengamati aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Evaluasi proses juga dilakukan melalui catatan lapangan yang memberikan data deskriptif mengenai kelebihan dan kelemahan proses pembelajaran.
Evaluasi hasil dilakukan dengan menilai LKS dan tes akhir tindakan berupa tes formatif. Pengamatan dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamat mengamati semua aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan sesuai dengan pedoman pengamatan yang telah disediakan peneliti. Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat diperoleh bahwa skor aktivitas guru adalah 91 dari skor maksimal 95. Dengan demikian, maka skor akhir aktivitas guru dalam proses pembelajaran pada siklus II adalah: 91 Skor akhir = x100% = 95 95,79%. Sesuai pengamatan dari pengamat, diperoleh bahwa guru dalam melaksanakan pembelajaran: 1) tidak meminta siswa untuk menentukan topik bacaan yang relevan 2) tidak mendorong siswa mengecek pernyataan anggota kelompok 3) tidak memotivasi siswa dalam kelompok dan memberi penguatan untuk menyelesaikan tugas 4) tidak merencanakan waktu presentasi untuk membaca laporan hasil eksplorasi Berdasarkan hasil pengamatan dari pengamat diperoleh bahwa skor aktivitas siswa adalah 78 dari skor maksimal 85. Dengan demikian, maka skor akhir aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II adalah: Skor akhir =
80 x100% = 85
94,12%.
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 373
Sesuai pengamatan dari pengamat, diperoleh bahwa secara umum siswa: 1) tidak menanyakan hal-hal yang belum jelas, 2) tidak mengomentari pendapat teman, 3) tidak menentukan topik yang relevan dalam kelompok, 4) tidak menanggapi kelompok lain, dan 5) tidak mengecek secara bersama,
pertanyaan hasil
kerja
Catatan lapangan dibuat oleh peneliti sehubungan dengan hal-hal penting yang terjadi selama pembelajaran berlangsung tetapi tidak terdapat dalam indikator maupun deskriptor pada pedoman observasi. Beberapa hal yang sempat dicatat peneliti adalah sebagai berikut. 1) Secara keseluruhan pembelajaran membutuhkan waktu 210 menit, yang berarti sesuai dengan yang direncanakan. 2) Aktivitas dalam kelompok sudah berlangsung dengan baik. Sudah nampak adanya kerjasama dalam kelompok dan pembagian tugas berlangsung secara bergiliran. 3) Jawaban yang sama mendorong siswa untuk tidak bertanya atau memberikan komentar pada laporan kelompok lain. 4) Siswa tampak senang saat suatu wakil kelompok melaporkan hasil diskusi. Ini terlihat dari pemberian tepuk tangan ketika wakil kelompok selesai membaca laporan. Berdasarkan hasil catatan lapangan ini, pelaksanaan pembelajaran sudah lebih baik. Hal
ini sudah tidak pengulangan siklus.
perlu
adanya
Evaluasi hasil dilakukan melalui penilaian hasil LKS dan tes formatif siklus II. Berdasarkan hasil analisis LKS, diperoleh hasil bahwa semua kelompok sudah dapat menjawab pertanyaan dengan benar meskipun redaksinya berbeda. Untuk menentukan kalimat utama setiap paragraf, menentukan ide pokok, dan meringkas isi bacaan, secara umum dapat dikatakan prestasi siswa mengalami kemajuan bila dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I. Berdasarkan siklus II, maka diperoleh skor rata-rata kelompok adalah 97,75. Sedangkan presentase ketuntasan secara klasikal mencapai 100%. Hasil tes ini telah sesuai dengan yang diharapkan,Sebab pembelajaran dianggap tuntas apabila rata-rata hasil evaluasi mencapai sama atau lebih besar dari 70, dan secara klasikal siswa yang tuntas mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Berdasarkan hasil LKS tersebut, maka kemampuan siswa dalam membaca, khususnya dalam menjawab pertanyaan bacaan, menentukan kalimat utama, menentukan pokok pikiran, dan membuat ringkasan isi bacaan sudah berhasil dengan baik. Berdasarkan hasil tes formatif diperoleh bahwa rata-rata skor total siswa adalah 86,63. Sedangkan presentase ketuntasan mencapai 81,25%. Hasil tes formatif menunjukkan bahwa secara umum ada peningkatan yang cukup signifikan tentang kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan, menentukan kalimat utama, menentukan ide pokok/pokok
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 374
pikiran, dan membuat ringkasan isi bacaan. Dengan demikian bahwa sampai pada siklus II ini hasil pembelajaran sudah berhasil dengan baik. Berdasarkan analisis hasil kerja kelompok dalam mengerjakan LKS, maka diperoleh skor rata-rata kelompok adalah 97,75. Sedangkan ketuntasan sudah mencapai 100%. Hasil ini sudah sesuai dengan yang diharapkan yaitu rata-rata skor LKS lebih dari atau sama dengan 70, dan presentase ketuntasan dapat dikategorikan berhasil apabila mencapai lebih dari atau sama dengan 70%. Dilihat dari hasil siswa secara kelompok dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman siswa tidak perlu diadakan pengulangan siklus. Hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis persentase. Berdasarkan hasil observasi dari pengamat terhadap aktivitas guru diperoleh skor akhir aktivitas guru adalah 95,79%. Sesuai kriteria keberhasilan aktivitas guru, berarti aktivitas guru berada pada kriteria sangat baik. Dengan demikian, aktivitas guru sudah sesuai dengan yang telah direncanakan.Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa aktivitas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan teknik CIRC sudah berhasil dengan baik dan sudah tidak perlu adanya pengulangan siklus. Berdasarkan hasil observasi dari pengamat terhadap aktivitas siswa diperoleh skor akhir aktivitas siswa adalah 94,11%. Sesuai kriteria keberhasilan aktivitas siswa, berarti aktivitas siswa berada pada kriteria sangat baik. Dengan demikian aktivitas siswa sudah sesuai dengan yang direncanakan meskipun masih
tetap ada kekurangan. Siswa masih kurang aktif dalam diskusi antar kelompok. Jadi, pada dasarnya tidak diperlukan pengulangan siklus. Berdasarkan hasil tes formatif pada siklus II diperoleh bahwa ratarata skor siswa adalah 86,63. Sedangkan presentase ketuntasan pada siklus II ini mencapai 81,25%. Dengan demikian hasil tes formatif pada siklus II ini dapat dikategorikan berhasil, karena indikator keberhasilan yang telah ditetapkan dikategorikan telah berhasil apabila rata-rata hasil tes formatif telah mencapai lebih besar atau sama dengan 70, sedangkan presentase ketuntasan apabila telah mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Sesuai kriteria untuk hasil tes formatif, maka disimpulkan bahwa hasil tes formatif siswa berada pada kualifikasi sangat baik. Dengan demikian, berdasarkan hasil tes fomatif sudah dikategorikan tuntas dan tidak perlu ada pengulangan siklus. Berdasarkan kegiatan refleksi terhadap hasil LKS, hasil ulangan formatif, hasil pengamatan, dan hasil catatan lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa tidak diperlukan pengulangan siklus lagi. Dengan demikian tindakan dinyatakan selesai dan kegiatan selanjutnya adalah penyusunan laporan. SIMPULAN DAN SARAN Dalam bagian ini dikemukakan tentang simpulan dan saran yang berkaitan dengan pembelajaran membaca pemahaman dengan Teknik CIRC. Simpulan berisi uraian hasil penelitian yang berkaitan dengan upaya peningkatan kemampuan membaca pemahaman dengan Teknik siswa kelas IV SDN
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 375
Ngrambe 3 Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi tahun 2013. Saran berisi uraian mengenai sumbangan pemikiran dan harapan peneliti berkaitan dengan hasil penelitian ini. Simpulan umum yang diuraikan berkaitan dengan (1) peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman dengan Teknik CIRC melalui tahap prabaca, saatbaca, dan pasca-baca, dan (2) peningkatan hasil belajar membaca pemahaman dengan Teknik CIRC. Kedua tersebut diuraikan sebagai berikut. Pembelajaranmelalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkanproses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dibuktikan dengan pencapaian skor yang diperoleh guru dalam proses pembelajaran dengan teknik CIRC antara lain, pada siklus I memperoleh skor 73,68 dengan klasifikasi baik. Sedangkan pencapaian skor pada siklus II adalah 95,79 dengan klasifikasi sangat baik. Hal tersebut telah terjadi kenaikan secara signifikan bila dibandingkan antara pencapaian siklus 1 dengan siklus 2. Dan sebagai Indikator keberhasilan proses pembelajaran pada penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila terdapat peningkatan proses pembelajaran membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition(CIRC) dengan klasifikasi sangat baik.
Pembelajaran membaca pemahaman melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat meningkatkan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dibuktikan terjadinya kenaikan perolehan nilai secara signifikan bila dibandingkan antara nilai hasil belajar pada pra tindak, nilai hasil belajar siklus 1, dan perolehan nilai hasil belajar pada siklus 2. Pada evaluasi pra tindak hasil nilai rata-rata siswa baru mencapai 57,06, dan secara klasikal presentasi ketuntasan baru mencapai 31,25%. pada siklus I nilai rata-rata siswa 69,00, secara klasikal nilai presentasi ketuntasan naik mencapai 56,25%, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa naik secara signifikan menjadi 86,63, secara klasikal nilai presentasi ketuntasan naik mencapai 81,25%. Dan sebagai indikator keberhasilan pada penelitian tindakan kelas ini dikatakan berhasil apabila peningkatan hasil belajar membaca pemahaman siswa kelas IV SD Negeri Ngrambe 3 Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 melalui teknik Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dengan rata-rata mencapai lebih besar atau sama dengan 70, dan secara klasikal siswa yang tuntas mencapai lebih besar atau sama dengan 70%. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran membaca pemahaman dengan Teknik CIRC pada siswa kelas IV SDN Ngrambe 3, Kecamatan Ngrambe, Kabuputen Ngawi, maka beberapa saran yang
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 376
dapat disampaikan adalah sebagai berikut. 1) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan Teknik CIRC dalam pembelajaran membaca pemahaman dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami isi bacaan. Oleh karena itu, diharapkan kepada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SD, khusunya di SDN Ngrambe 3, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi agar memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai salah satu alternatif pembelajaran membaca pemahaman. 2) Disarankan kepada guru SD agar mengoptimalkan proses pembelajaran membaca pemahaman melalui pemanfaatan metode pembelajaran membaca dengan Teknik CIRC. Dalam hal ini, guru diharapkan mengembangkan perannya sebagai fasilitator, motivator partisipan, pemantau, konselor, dan evaluator dalam pembelajaran membaca pemahaman. 3) Bagi peneliti selanjutnya, penelitian tentang pembelajaran membaca pemahaman masih perlu dilaksanakan. Penelitian selanjutnya hendaknya dilaksanakan dengan menggunakan metode yang lain untuk memperkaya metode pembelajaran membaca pemahaman khusunya di tingkat Sekolah Dasar. 4) Kepada Kepala SD disarankan agar senantiasa mendorong dan membina guru binaannya untuk selalu berupaya meningkatkan
pemahamannya terhadap pembelajaran membaca pemahaman dengan Teknik CIRC yang mendasarkan pada pendekatan proses membaca serta selalu memantau pelaksanaannya di kelas secara teratur. Dengan upaya seperti itu, diharapkan pembelajaran membaca pemahaman sebagai suatu proses dapat meningkatkan kemampuan membaca pada siswa SD.
DAFTAR RUJUKAN Depdiknas. 2005. Draf Kurikulum 20 05 Mata Pelajaran Bahasa Indo nesia. Jakarta: Depdiknas. Fajri, dan Senja. 2010. Kamus Lengkap bahasa Indonesia. Jakarta: Aneka Ilmu bekerja sama Difa Publisher. Ghazali, A. Syukur. 2001. Strategi Belajar Kooperatif dalam Belajar Mengajar Kontekstual. Jurnal Sumber Belajar Kajian Teori dan Aplikasi. Nomor 1,8 Oktober 2001. Malang: LP3 UM. Nur, Muhamad & Wikandari. 2000. Pengajaran Berpusat kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Unesa. Rofi’uddin, A. dan Zuhdi, D. 2001. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi. Malang: UM Press. Tarigan, H.G. 2008. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa Warsono. 1998. Profil Kemampuan Membaca Siswa SD di Jawa Tengah. Jurnal Penelitian Dasar. II (3): 42-43.
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 377
Wiriaatmadja. Penelitian
2008. Metode Tindakan Kelas.
Bandung: Rosdakarya.
PT
Remaja
NOSI Volume 1, Nomor 4, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 378