PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PETA PASANG KATA SISWA KELAS VSD NEGERI 3 KARANGGEBANG KECAMATAN SAMBIT KABUPATEN PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Isnanti Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Menulis puisi merupakan salah satu materi yang disajikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Dalam kurikulum tercantum salah satu standar kompetensi yang harus dicapai adalah mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas (8), dengan kompetensi dasar menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat (8.3). Dengan melatih siswa menulis puisi, seorang guru dapat membantu siswa mencurahkan isi hati, ide dan pengalamannya melalui ungkapan bahasa yang indah dan puitis.Penerapan teknik pasang kata adalah teknik yang melatih siswa untuk berani mengeluarkan pendapat walau hanya satu kata. Dalam penguasaan konsep melalui pembelajaran menulis puisi menggunakan teknik peta pasang kata, siswa mampu mengembangkan kreativitas mereka dalam mentransfer materi di antara anggota kelompok belajarnya, sehingga mereka lebih senang dan aktif belajar di dalam kelompok belajarnya. Dengan kata lain, pembelajaran ini menjadikan siswa sebagai subyek sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator dan penunjang. Hasil belajar puisi melalui teknik peta pasang kata baik dalam proses maupun penilaian hasil ada peningkatan yang signifikan. Dengan demikian, penelitian ini telah mencapai indikator dan terjadi kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 3 Karanggebang Kabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2012/2013 dengan menggunakan teknik peta pasang kata. Kata kunci: puisi, teknik peta pasang kata, mengembangkan ide Dalam pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar kita mengenal empat keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menyimak/mendengar, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis, (Ghazali, 2010:69).
Dari keempat keterampilan berbahasa tersebut berdasarkan sifatnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersifat reseptif meliputi menyimak/mendengar dan membaca, yang bersifat produktif yaitu berbicara dan menulis. Menulis
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 647
adalah pembelajaran bahasa yang menuntut kreatifitas tinggi, sehingga memerlukan pemberian motivasi yang terus menerus. Kelas V Sekolah Dasar dapat dikatakan masih bersifat anak-anak. Kemampuan berpikir yang bersifat imajinatif belum berkembang dengan baik, lebih banyak yang bersifat emosional. Menulis puisi merupakan salah satu materi yang disajikan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dalam kurikulum tercantum salah satu standar kompetensi yang harus dicapai adalah, mengungungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan fakta secara tertulis dalam bentuk ringkasan, laporan, dan puisi bebas (8), dengan kompetensi dasar menulis puisi bebas dengan pilihan kata yang tepat (8.3). Berkaitan dengan kegiatan menulis, sasaran utama pembelajaran sastra adalah agar siswa mempunyai pengalaman apresiasi dan berekspresi sastra. Pengalaman berekspresi, pengalaman ini akan lebih tepat bila diintegrasikan dengan ketrampilan menulis. Dengan melatih siswa menulis puisi, seorang guru dapat membantu siswa mencurahkan isi hati, ide dan pengalamannya melalui ungkapan bahasa yang indah dan puitis. Hal ini dapat melatih kepekaan dan kekayaan bahasa yang pada gilirannya dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan bernalar. Kegiatan menulis puisi merupakan kegiatan yang bersifat produktif kreatif. Kegiatan ini dilaksanakan melalui suatu proses yang dinamakan proses kreatif. Widijanto (2007:68) menyatakan bahwa menulis kreatif sastra merupakan kegiatan kreatif produktif
mempunyai banyak manfaat. Sejalan dengan pendapat di atas, Pency (dalam Widianto 2010:68) menyatakan bahwa manfaat kreatif sastra yakni, (1) sebagai alat untuk mengungkapkan diri, (2) Sebagai wahana memahami diri sendiri, (3) sebagai sarana untuk membantu dan mengembangkan kepuasan dan kebanggaanpribadi, (4) sarana untuk meningkatkan kesadaran dan prestasi tentang lingkungan seseorang, (5) sarana untuk terlibat secara aktif dalam suatu hal, (6) sarna untuk mengembangkan pemahaman dan kemampuan berbahasa . Apabila keenam itu dapat dipenuhi maka kegiatan pembelajaran menulis puisi akan mencapai hasil yang maksimal. Karena pentingnya pembelajaran menulis puisi bagi siswa, pembelajaran tersebut perlu mendapatkan perhatian yang sangat besar. Akan tetapi pada kenyatannya pembelajaran menulis puisi di sekolah masih mengalami kendala dan cenderung dihindari. Kendala ini disebabkan karena berbagai hal, salah satunya karena penyajian pembelajaran yang kurang menarik dan tidak menggunakan strategi yang sesuai dengan keadaan siswa. Pembelajaran menulis puisi cenderung dihindari karena dianggap sulit. Kalau diajarkan, pembelajaran dilaksanakan hanya sekedar memenuhi target kurikulum saja. Melalui studi pendahuluan yang telah dilakukan di SDN 3 Karanggebang Kabupaten Ponorogo diketahui bahwa siswa kelas V di SDN 3 Karanggebang Kabupaten Ponorogo tersebut masih mengahadapi kendala dalam menulis puisi. Siswa dapat membuat puisi dengan jalan mencurahkan ide,
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 648
bentuk-bentuk puitis, rima, irama dan aturan-aturan dalam menulis puisi. Hal ini diduga disebabkan oleh kegiatan pembelajaran yang kurang menarik, menjemukan dan dianggap sebagai suatu beban bagi siswa. Kendala yang dihadapi siswa tersebut ditandai dengan, (1) siswa kesulitan menemukan ide,siswa masih menggunakan kata-kata yang terdapat dalam literatur atau buku (2) siswa kesulitan mengembangkan ide menjadi puisi karena minimnya penguasaan kosa kata, dan (3) siswa kesulitan menulis puisi karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, dan imajinasinya ke dalam puisi. Siswa kurang berpengalaman dalam menulis puisi, hal ini disebabkan kurang adanya contoh atau model dalam menulis puisi. Siswa perlu dihadapkan secara langsung pada pemberian contoh membuat puisi sesuai dengan kriteria membuat puisi yang benar. Temuan tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas V SDN 3Karanggebang Kabupaten Ponorogo masih rendah. Melihat kenyataan tentang pembelajaran menulis puisi yang belum memenuhi harapan tersebut, perlu ditempuh upaya-upaya untuk meningkatkan kegiatan pembelajaran menulis puisi di kelas. Dalam hal ini diperlukan suatu strategi yang dapat membantu siswa mengatasi permasalahan dalam menulis puisi. Dengan strategi itu diharapkan dapat membantu siswas (1) mengarahkan siswa dalam menemukan ide puisi melalui diksi sentral yang inspiratif sehingga menulis puisi dengan tekhnik pasang kata dapat memberikan stimulus pada siswa untuk berfikir kemudian menemukan jawaban atas masalah yang dihadapi
siswa dengan cepat. (2) membantu siswa memperkaya perbendaharaan kosa katanya dan menarik peserta didik menyukai hal-hal yang baru serta menciptakan kesan yang menarik, (3) membimbing siswa dalam melaksanakan tahap-tahap menulis puisi dan memantapkan pembelajaran selanjutnya. Menurut Sutejo Kasnadi (2009: 115), teknik pasang kata adalah teknik yang berpusat pada keberanian dalam memasangkanmasangkan kata secara bebas tetapi imajinatif. Siswa diberi kebebasan untuk memilih kata-kata yang berdaya, bernas, khas dan padat sesuai dengan tema yang telah ditentukan oleh guru, dimana katakata tersebut nantinya dapat dikembangkan menjadi larik, kemudian menjadi kelompok larik yang akan membangun bait-bait puisi. Teknik pasang kata ini adalah teknik yang sangat mudah, cocok sekali dengan kondisi sekolah tempat penelitihan, karena teknik ini melatih siswa untuk berani mengeluarkan pendapat walau hanya satu kata. Tetapi teknik ini juga membutuhkan daya imajinatif, penguasaan kata. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam melaksanakan teknik ini sebagai berikut (a) memilih kata (diksi) sentral yang menggerakkan (inspiratif), (b) memasangkan kata tersebut dengan kata lain secara acak dan bebas, (c) mengembangkan pasangan kata tersebut menjadi larik yang menarik, (d) mengklasifikasikan ke dalam satu pokok gagasan (subject matter), (e) menata utuh kedalam keutuhan puisi, dan (f) menentukan judul yang menarik. Langkah pertama, kita perlu membayangkan sentral kata yang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 649
menggerakkan kita. Selanjutnya menyeleksi dari sekian pengalaman dan empati kita untuk memilih focus pada diksi tertentu. Inspirasi diksi ini akan menggerakkan siswa pada halhal lain yang sangat memungkinkan secara tidak sadar menggiring siswa bereksplorasi kata yang luar biasa. Langkah kedua, mengaitkan kata dengan yang lain (memasangkan kata). Ini membutuhkan keberanian untuk tidak terjebak pada ketakutan apakah pasangan kata yang dibuat salah atau benar. Langkah ketiga, mengembangkan kata- kata tersebut menjadi lariklarik yang menarik. Disini siswa perlu diberi pengertian bahwa jumlah suku kata pada setiap baris dalam puisi tidak harus sama, bisa satu baris satu kata, atau dua kata yang penting mengandung arti. Langkah keempat, mengkategorikan larik- larik yang telah dibuat ke dalam tali tema kecil (pokok permasalahan) yang sering disebut subject matter. Disini dibutuhkan kemampuan analisis terhadap isi dan makna larik kemudian merangkai gagasan larik ke dalam keutuhan bait. Guru bisa memandu siswa untuk menemukann jawaban pertanyaan apa yang dibicarakan dalam masing-masing bait. Langkah kelima, mengkategorikan ke dalam kelompok larik yang membangun bait. Disinilah dibutuhkan kejelian untuk menentukan larik-larik yang manakah yang memiliki nuansa sama, berdekatan, dan bahkan berurutan pikiran, dengan begitu siswa akan sangat terbantu dalam mengklasifikasikan larik. Langkah keenam, memilih judul yan representative dan menarik.
Langkah ini membutuhkan kemampuan dalam mengenali isi puisi setelah terbangun totalitas makna di dalamnya. Sebuah upaya penting untuk mengikat pembaca adalah menciptakan judul yang mempunyai daya bayang, daya rangsang, dan daya kenang yang mendalam sehingga menarik. Teknik peta pasang kata ini diciptakan khusus untuk pembelajaran menulis puisi terutama untuk pemula. Masalah yang lazim dihadapi siswa adalah takut, tidak tahu harus mulai dari mana, yang akhirnya daya imajinasi anak tidak berkembang. Dalam teknik ini kelebihan yang utama adalah membangkitkan keberanian siswa, walaupun hanya dengan mengeluarkan satu kata. Kemudian siswa secara bertahap ditingkatkan memasangkan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi bait, yang akhirnya terciptalah sebuah puisi. Namun untuk anak tipe instrofer teknik ini kurang sesuai, karena anak ini biasa belajar dalam keadaan tenang. Bagi siswa yang mengalami hal seperti itu biasanya akan mengalami kesulitan untuk menemukan ide, tema, gagasan, bahkan mungkin bertambah bingung. Akan tetapi semua itu dapat diatasi dengan rajin berlatih. HASIL DAN PEMBAHASAN Kemampuan menulis puisi siswa klas V SD Negeri 3 Karanggebang pada tahap pratindakan baru mencapai kategori cukup. Sedangkan KKM pada kompetensi dasar menulis puisi 6,6. Rendahnya kemampuan siswa dalam menulis puisi ini disebabkan karena faktor internal yaitu dari siswa sendiri dan faktor eksternal yaitu teknik pembelajaran yang digunakan kurang
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 650
sesuai. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa, peneliti menggunakan teknik peta pasang kata pada siklus pembelajaran. Berdasarkan data hasil belajar dan hasil analisis dalam penilaian proses diskusi kelompok pada pelajaran menulis puisi siswa SDN 3 Karanggebang dengan menggunakan teknik pasang kata pada siklus I dapat diperoleh fakta, (1) aspek aktivitas siswa dalam kelompok dengan skor baik dan sangat baik, yaitu sebanyak 11 siswa atau 55%, (2) keberanian siswa dalam berpendapat skor baik dan sangat baik 11 siswa atau 55%, (3) aspek keberanian tampil yang mendapat skor baik dan sangat baik sebanyak 9 siswa atau 45%, (4) aspek kerja sama dengan skor baik dan sangat baik sebanyak 12 siswa atau 60%. Pada hasil belajar dan hasil analisis terhadap hasil belajar dalam penilaian proses diskusi dalam kemampuan menulis puisi siswa kelas V SDN 3 Karanggebang Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2012/2013 menggunakan teknik peta pasang kata pada siklus II dapat dikemukakan, (1) aspek aktivitas dalam kelompok dengan skor baik dan sangat baik sebanyak 17 siswa atau 85%,(2) aspek keberanian berpendapat dengan skor baik dan sangat baik sebanyak 18 siswa atau 90%,(3) aspek keberanian tampil dengan skor baik dan sangat baik sebanyak 16 siswa atau 80 %, dan (4) aspek kerja sama dengan skor baik dan amat baik yaitu sebanyak 17 siswa atau 85%. Dari hasil penilaian dan pengamatan, siswa cenderung lebih baik pada setiap tindakan, dimana pada tahap pratindakan hanya
memperoleh rata-rata sebesar 62,75, pada siklus I meningkat menjadi 65,5 dan pada siklus II meningkat menjadi 74,5.Dari ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 15%, meningkat pada siklus I menjadi sebesar 45%, dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Maka jelaslah bahwa ada peningkatan kemampuan menulis puisi siswa kelas V SD Negeri 3 KaranggebangKabupaten Ponorogo Tahun Pelajaran 2012/2013melalui teknik peta pasang kata. Fokus utama pembelajaran menulis puisi adalah tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar seorang guru sebaiknya dapat merancang perencanaan pembelajaran dan dapat mengelola kegiatan belajar mengajar dengan baik dan efektif. Perencanaan pembelajaran yang disusun guru harus sistematis dan memuat komponen-komponen pembelajaran yang saling berkaitan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan teknik peta pasang kata disusun dan disesuaikan dengan rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan. Pelaksanaan pembelajaran dibagi dalam dua siklus pembelajaran. Setiap siklus dibagi dalam tiga kali pertemuan, yaitu (1) tahap penemuan ide; (2) tahap penulisan; dan (3) tahap perbaikan. Ketiga tahap tersebut dilaksanakan secara terpadu. Pada tahap penemuan ide, fokus pembelajaran dilaksanakan untuk mengarahkan siswa dalam menemukan ide yang berasal dari kata sentral yang inspiratif. Proses pembelajaran dimulai dengan kegiatan mengamati model puisi
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 651
yang diberikan guru. Selanjutnya, dilakukan pengamatan dan diskusi terhadap model-model puisi yang telah disajikan. Pengamatan dan diskusi diarahkan agar siswa dapat mengenal unsur-unsur puisi dan pemilihan pola menulis puisi. Kegiatan dilanjutkan dengan memasang kata secara bebas dan acak. Kemudian kata-kata tersebut dikembangkan menjadi larik-larik yang menarik. Pada tahap penulisan, kegiatan pembelajaran difokuskan pada pengklasifikasian larik-larik menjadi satu pokok gagasan, kemudian menata larik-larik menjadi keutuhan puisi, dan menentukan judul puisi. Pembelajaran dimulai dengan menghubungkan kegiatan sebelumnya dengan kegiatan yang akan dilaksanakan. Siswa dapat mengembangkan puisi dengan memanfaatkan baris atau bait yang telah dibuat pada pertemuan sebelumnya. Pada tahap perbaikan,siswa kemudian membaca dan mempertimbangkan kembali katakata yang digunakan dalam puisinya. Siswa mengganti, mengurangi, dan menambah bagian-bagian yang dirasakan perlu untuk perbaikan puisinya. Kegiatan perbaikan juga dilakukan secara silang antarsiswa. Pada kegiatan ini, guru juga memberikan balikan berdasarkan pengamatan terhadap hasil pekerjaan siswa. Setelah direvisi, siswa menuliskan kembali puisinya. Penilaian yang diterapkan pada pembelajaran menulis puisi dengan metode observasi lebih ditekankan pada penilaian proses yang dilakukan pada saat pembelajaran menulis puisi berlangsung. Meskipun demikian, penilaian ini tidak mengabaikan
penilaian produk yang dilakukan setelah proses pembelajaran selesai. Untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan pembelajaran menulis dan kemampuan siswa menulis, digunakan penilaian secara informal, penilaian proses menulis, dan penilaian hasil. Penilaian dilakukan sesuai dengan rambu-rambu analisis proses dan produk yang telah ditetapkan. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, guru berupaya untuk mengamati, memantau, dan mencatat aktivitas siswa, baik secara individu maupun kelompok. Pengamatan terhadap proses pembelajaran ini dilakukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi siswa dan kemajuan yang telah dicapai siswa, sekaligus memberikan bimbingan dan arahan kepada siswa yang memerlukan agar hasil belajar yang diharapkan dapat tercapai. Sementara itu, penilaian produk dilakukan guru dengan menilai kesesuaian produk tulisan siswa dengan rambu-rambu analisis hasil yang telah ditetapkan. Penilaian yang dilakukan guru pada tahap penemuan ide dilakukan dengan cara mengamati, mamantau, mengoreksi dan mencatat kegiatan siswa dalam mendiskusikan unsur dan pola penulisan puisi yang terdapat dalam model-model puisi, kegiatan menulis deskripsi, dan menemukan ide. Berdasarkan hasil pengamatan dan pencatatan tersebut, dapat diketahui bagaimana keberanian, keaktifan, keseriusan, keantusiasan, ketekunan, kedisiplinan, kerjasama, dan kreativitas siswa dalam kegiatan mendiskusikan model-model puisi, menuliskan deskripsi diri, menentukan ide puisi, dan menyusun daftar kata sesuai dengan judul dan
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 652
pola puisi yang dipilih. Selain itu, guru juga dapat menilai produk pembelajaran dengan memperhatikan kemampuan siswa dalam mengemukakan pendapat, memilih pola puisi, menulis deskripsi diri, menentukan ide puisi, dan menyusun daftar kata yang sesuai yang sesuai dengan judul dan pola puisi yang dipilih. Guru kemudian dapat memberikan balikan untuk memotivasi dan memberikan penguatan siswa dalam menemukan ide puisi pada siklus selanjutnya. Pada tahap penulisan, penilaian dilakukan dengan cara mengamati, memantau, mengoreksi, dan mencatat kegiatan siswa pada saat mengembangkan ide menjadi puisi dan merevisi puisi. Pada saat menulis dan merevisi puisi ini terlihat keberanian, ketekunan, kreativitas, keantusiasan, keseriusan, dan kerjasama siswa dalam memberikan dan menerima masukan, pendapat untuk bahan pertimbangan dalam merevisi puisi. Berdasarkan hasil catatan tersebut, guru memberikan masukan kepada siswa sebagai bentuk motivasi dan penguatan agar siswa dapat melakukan kegiatan penulisan dan perevisian degan sungguh-sungguh. Pada tahap penyajian, guru dapat mengamati, memantau, mengoreksi, dan mencatat kegiatan siswa dalam memberikan ilustrasi sederhana pada puisi, membacakan puisi, dan memajang puisi di mading kelas. Masukan guru dapat dijadikan sebagai penghargaan terhadap puisi yang telah dibuat siswa. Penghargaan tersebut mampu memotivasi siswa untuk menghasilkan puisi yang lebih baik lagi. Selain itu, melalui kegiatan penyajian puisi ini siswa mendapatkan pengalaman baru
tentang menulis puisi. Siswa dapat mewujudkan imajinasinya lewat media gambar atau ilustrasi yang diberikan pada puisi yang ditulisnya. Pengalaman membacakan puisi di depan kelas juga merupakan hal positif untuk menumbuhkan kreativitas dan keberanian siswa untuk mengaktualisasikan diri di depan orang lain. Selanjutnya, dengan pemajangan dan pemberian penilaian atau tanggapan terhadap puisi yang telah dipajang, siswa belajar untuk menghargai karya orang lain. Penilaian yang dilakukan guru dalam mengamati proses pembelajaran menulis puisi adalah penilaian proses dan produk pembelajaran. Penilaian proses dan produk yang dilakukan guru pada siklus I secara otomatis akan berpengaruh pada pemberian tindakan pada siklus II, begitu seterusnya. Dengan penilaian semacam itu, siswa belajar dalam situasi belajar yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan dalam menulis puisi. Dengan demikian, pada tahap perevisian ini guru hanya berperan sebagai pengamat, pemantau, korektor, dan pemberi bimbingan dan arahan kepada siswa. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil pada proses pembelajaran menunjukkan bahwa rata-rata kemampuan menulis puisi pada siklus I masih tergolong kurang. Siswa masih merasa binggung dan kurang faham dengan teknik yang diajarkan. Terbukti baru ada 11 siswa dari 20 siswa yang sudah tuntas, sedangkan rata-rata kelas masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Maka perlu
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 653
diadakan tindakan selanjutnya yaitu pelaksanaan tindakan siklus II. Pada siklus II telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam menulis puisi menggunakan teknik peta pasang kata. Siswa sudah faham dan dapat melaksanakan instruksi dari guru dalam pembuatan puisi dengan menggunakan teknik peta pasang kata. Hal ini dibuktikan bahwa seluruh siswa (20 anak) telah dapat membuat puisi dengan baik. Sedangkan dari hasil penilaian dan pengamatan, siswa cenderung lebih baik dan menunjukkan peningkatan nilai pada setiap tindakan, dimana pada pratindakan memperoleh rata-rata sebesar 62,75, pada siklus I meningkat menjadi 65,5, dan pada siklus II meningkat 74,5. Dari ketuntasan belajar pada pratindakan sebesar 15%, meningkat pada siklus I menjadi sebesar 45%, dan pada siklus II meningkat menjadi 100%. Dari penelitian yang diperoleh maka saran yang perlu diberikan berhubungan dengan penelitian adalah sebagai berikut : (1)Kepada Guru, untuk mempercepat sasaran dalam peningkatan ketrampilan menulis puisi hendaknya guru mengaktifkan pemberian latihan dan pengayaan pada siswa, guru diharapkan untuk selalu mengevaluasi diri tentang apa yang diberikan kepada siswa sehingga selalu mengembangkan model pembelajaran yang tepat bagi siswa, penelitian tindakan kelas ini diusahakan dilakukan pada setiap pembelajaran dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang terbaik bagi siswa dengan menerapkan model pembelajaran lain yang paling tepat/cocok, karena tidak semua model pembelajaran dapat diterapkan
pada setiap materi. (2) Kepada siswa, diharapkan untuk selalu mengevaluasi diri tentang apa yang diberikan guru kepada siswa sehingga segala sesuatu yang didapat dapat dilaksanakan semaksimal mungkin. DAFTAR PUSTAKA Arif, Fajar Nur. 2003. Handbook of Qualitative Research Methodologi.Malang. Kalimasahada Press Tim Workshop di Batu Malang. 2003. Pedoman Pelaksanaan PenelitianTindakan Kelas. Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Privinsi Jawa Timur Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta. PT Rineka Cipta Depdiknas. 2008a. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Dasar. Model Silabus Kelas V. Jakarta Depdiknas Ghazali, Syukur. 2010. Pembelajaran Keterampilan Berbahasa.Bandung.PT Refika Aditama. Kosasih, E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Nobel Edu Media. Jakarta Pradopo, Djoko Rahmat. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta. Gajah Mada University Press Sutedjo, Kasnadi. 2008. Menulis kreatif; Kiat Cepat Menulis Puisi dan Cerpen. Yogyakarta: Nadi Pustaka Widijanto, Tjahyono. 2007. Pengajaran Sastra yang Menyenangkan. Bandung. Pribumi Mekar.
NOSI Volume 1, Nomor 6, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 654