PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYIMAK DENGAN TEKNIK THINK PAIR SHARE SISWA KELAS V SDN SETONO 1 KECAMATAN NGRAMBE KABUPATEN NGAWI SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2012/2013
BUDIYONO Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
Abstrak: Siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe secara umum belum banyak yang dapat menyampaikan pesan dengan benar dan bahasa yang baik setelah kegiatan menyimak. Hal ini disebabkan pelajaran menyimak belum banyak dilatihkan. Penelitian bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dengan teknik think pair share siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Hasil penelitian menunjukkan, terjadi peningkatan kemampuan menyimak siswa melalui teknik think pair share. Hasil kegiatan pembelajaran menyimak siklus I, hasil rata-rata kelas 71,58%, siswa yang belum tuntas 8 siswa 33,33%, siswa yang telah tuntas 16 siswa 66,67%. Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus I masih ditemukan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dan perbaikan, maka penelitian ini perlu dilanjutkan dengan tindakan siklus II untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Pada tindakan siklus II hasil yang dicapai siswa rata-rata kelas 78,79%, siswa yang belum tuntas 4 siswa 17%, siswa yang sudah tuntas 20 siswa 83%. Teknik think pair share dapat direkomendasikan kepada guru dalam upaya peningkatan kemampuan menyimak siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Kata Kunci : peningkatan, kemampuan menyimak, teknik think pair share Salah satu keterampilan awal dan dasar dari proses pembelajaran bahasa adalah menyimak. Karena keterampilan menyimak merupakan keterampilan awal dan dasar, maka dalam pembelajaran keterampilan menyimak perlu mendapatkan pembelajaran yang terarah. Menyimak adalah kemampuan yang wajar dan manusiawi. Menurut Parera dan Tasai (1995:9) empat tingkat untuk kegiatan menyimak,
yaitu (1) tahap identifikasi, (2) tahap identifikasi dan seleksi tanpa pengingatan/retensi, (3) tahap identifikasi dan seleksi terpimpin dengan ingatan jangka pendek, dan (4) tahap identifikasi, seleksi, dan pengingatan yang tahan lama. Dalam kehidupan sehari-hari kita sering pula harus menyimak, berita, cerita, pengumuman, laporan, dan sebagainya. Namun, tidak semua orang mampu menyimak dengan
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 147
baik, padahal kemajuan masyarakat sangat tergantung pada kemampuan menyimak berbagai informasi anggota masyarakatnya. Jika seseorang banyak mendapatkan informasi berarti orang itu meningkatkan pengetahuan, dan banyak pengetahuan berarti meningkatkan daya pikir. Menyimak hakekatnya menangkap, memahami, menginterpretasi, dan mengapresiasi pesan, baik yang tersurat maupun yang tersirat, yang disampaikan secara lisan menurut Suyadi dkk (1998:7). Menyimak dilakukan dengan sadar dan memperoleh hasil yang relatif sempurna. Menyimak bukan kegiatan sekedar menangkap bunyi-bunyi bahasa, melainkan kegiatan mental rohani. Dalam menyimak terdapat kegiatan memahami dan menafsirkan pesan, baik tersurat maupun yang tersirat. Oleh karena itu, penyimak perlu memiliki pengetahuan yang memadai tentang hal-hal yang berhubungan dengan materi simakan, artinya ia harus sering berlatih menyimak. Dengan demikian, berhasil tidaknya keterampilan siswa menyimak tidak lepas dari upaya guru dalam meningkatkan proses pembelajarannya. Hal ini dapat dilihat dari kepentingan keterampilan menyimak terhadap keterampilan bahasa yang lainnya, yakni: (1) keterampilan menyimak merupakan dasar yang cukup penting untuk keterampilan berbicara. Ada yang berbicara harus ada yang menyimak atau sebaliknya, keduanya saling membutuhkan, (2) keterampilan menyimak juga merupakan dasar bagi keterampilan membaca atau menulis, petunjuk-petunjuk disampaikan melalui bahasa lisan .
Ini berarti mereka harus menyimak, (3) keterbatasan penguasaan kosakata pada saat menyimak akan menghambat kelancaran membaca dan menulis. Siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe secara umum belum banyak yang dapat menyampaikan pesan dengan benar dan bahasa yang baik. Dapat dikatakan karena pelajaran menyimak belum banyak untuk dilatihkan. Bagi siswa pelajaran menyimak dapat digunakan untuk melatih kemampuan daya ingat yang telah dimiliki pada diri sendiri dan pengetahuan yang telah diperolehnya. Karena kegiatan menyimak merupakan kegiatan yang reseptif dan kreatif, maka pembelajarannya hendaknya dilakukan secara intensif agar memperoleh pembelajaran menyimak sesuai dengan yang diharapkan. Pada umumnya, siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe belum dapat menyimak dengan baik, karena belum memiliki keterampilan menyimak. Untuk itu guru perlu mencari teknik pembelajaran menyimak yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa tersebut. Oleh karena itu, dalam kegiatan menyimak, siswa perlu mendapatkan arahan, sehingga memudahkannya dalam proses pembelajaran. Menyimak memberikan banyak manfaat bagi siswa, manfaat itu adalah (1) dapat memberikan pengetahuan tentang konsep dunia sekitar siswa, (2) untuk menghargai bahasa dan mengembangkan kosa kata yang tepat dan bervariasi, dan (3) dapat membuka dan menumbuhkan kepekaan serta wawasan siswa terhadap pendengaran.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 148
Supaya siswa tertarik maka perlu adanya teknik yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan perkembangan siswa. Melihat banyak manfaat pembelajaran menyimak, perlu mendapatkan perhatian yang besar pada pelaksanaan pembelajarannya. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran menyimak mengalami kendala dan cenderung dihindari. Rendahnya minat baik guru dan siswa untuk belajar menyimak karena salah satunya adalah penyajian yang kurang menarik dan memerlukan waktu yang lama. Pembelajarannya cenderung hanya sambil lalu, karena dengan demikian untuk memenuhi target yang ada pada kurikulum dapat cepat terselesaikan. Dengan teknik think pair share merupakan teknik yang memungkinkan siswa dapat mengalami suatu proses pembelajaran yang terarah dan menyenangkan. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menggunakan teknik think pair share dalam pembelajaran menyimak yang akan diterapkan pada tahap persiapan, tahap menyimak, tahap evaluasi. Penerapan itu diharapkan dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti pada waktu pembelajaran bahasa Indonesia khususnya kompetensi dasar menyimak cerita pendek di kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi karena siswa masih mengalami kesulitan dalam menerima pembelajaran menyimak, pembelajaran menyimak hanya dilalui saja, metode ceramah masih
dominan dalam pembelajaran menyimak, sedangkan hasil pembelajaran menyimak 63,87%. Melihat KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia di SDN Setono 1 khususnya kelas 5 adalah 70 maka hasil menyimak siswa kelas 5 SDN Setono 1 banyak yang belum mencapai di atas KKM. Yang sudah mencapai di atas KKM 10 siswa 41, 67%, yang belum mencapai KKM 14 siswa 58,33%. Menyimak mempunyai tujuan. Tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami, dan menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan. Tujuan yang bersifat umum dapat dipecahpecah menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek tertentu yang ditekankan. Perbedaan dalam tujuan menyebabkan perbedaan dalam aktifitas penyimak yang bersangkutan. Salah satu klasifikasi tujuan menyimak adalah seperti pembagian berikut yakni, menurut Ardiana, dkk. (2002: 7) mengatakan tujuan menyimak adalah (1) mendapatkan fakta, (2) menganalisa fakta, (3) menyimak dengan mengevaluasi fakta, (4) mendapatkan inspirasi, (5) mendapatkan hiburan, dan (6) memperbaiki kemampuan bicara. METODE Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) menggunakan Penelitian Kualitatif. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi menggunakan teknik think pair share. Penggunaan teknik ini bertujuan untuk mengatasi masalah pembelajaran, yakni rendahnya
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 149
kemampuan siswa dalam menyimak dan mendengarkan. Teknik think pair share mempunyai langkah-langkah pembelajaran tersendiri walaupun tidak terlepas dari konsep umum langkah-langkah kooperatif. Langkah-langkah teknik think pair share menurut Kunandar, (2009:367) sebagai berikut. 1) langkah 1, berpikir (thinking) yaitu guru mengajukan pertanyaan atau isu yang terkait dengan pelajaran dan siswa diberi waktu satu menit untuk berpikir sendiri mengenai jawaban atau isu tersebut, (2) langkah 2, berpasangan (pairing) guru meminta kepada siswa untuk berpasangan dan berdiskusi mengenai apa yang dipikirkan, (3) langkah 3, berbagi (sharing) guru meminta pasanganpasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Tahap utama dalam pembelajaran think pair share menurut Ibrahim (2000: 26-27) adalah sebagai berikut. Tahap 1 guru mengemukakan pertanya-an, proses think pair share dimulai pada saat guru mengemukakan suatu pertanyaan yang menggalakkan berfikir ke seluruh kelas. Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang mungkin bisa dijawab dengan berbagai macam jawaban. Tahap 2 siswa berfikir secara individu, guru memberi tanda agar siswa mulai memikirkan pertanyaan atau masalah yang diberikan guru tadi dalam waktu yang tertentu. Lamanya waktu ditetapkan oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat pertanyaannya dan skedul pembelajaran. Tahap kedua ini
merupakan prosedur yang secara otomatis menyediakan “waktu tunggu” di dalam percakapan dalam kelas. Tahap 3 setiap siswa mendiskusikan jawabannya dengan seorang mitra. Sekali lagi guru memberi tanda agar mulai berpasangan dengan siswa lainnya untuk mendiskusikan dan mencapai kesepakatan atas jawaban terhadap pertanyaan tadi. Seringkali proses ini dapat diperpanjang satu langkah lebih lanjut yaitu dengan meminta pasangan siswa bergabung dengan pasangan lainnya sehingga membentuk kelompok baru yang terdiri dari empat orang, lebih lanjut mereka menggabungkan ide mereka berempat sebelum membandingkannya ke kelompok lain yang lebih besar. Tahap 4 siswa berbagi jawaban dengan seluruh kelas, pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua, mereka maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada tahap terakhir teknik think pair share ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama dinyatakan dengan cara penyampaian jawaban yang unik untuk pertanyaan yang diajukan oleh guru. Lebih lanjut konsep-konsep yang digunakan dalam jawaban siswa menggunakan bahasa siswa yang tentu lebih komunikatif dibanding bahasa buku teks atau bahasa guru. Jadi kalau siswa dapat menggunakan hasil pemikiran bahwa tema, ada banyak cara belajar yang dapat ikut berpengaruh dalam membantu siswa memahami ide dibalik jawaban tersebut.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 150
Proses pelaksanaan tindakan kelas ini merujuk pada pendapat Kemmis dan Taggart (dalam Wiraatmadja, 2006: 66-67) yang menjelaskan tahap-tahap penelitian yang dimulai dari (1) menyusun perencanaan (plan), (2) melaksanakan tindakan, (3) pengamatan (observasi), dan (4) Refleksi (reflect). Dengan demikian penelitian tindakan merupakan suatu proses yang memiliki siklus spiral, mulai dari perencanaan, melakukan tindakan, dan penemuan fakta-fakta untuk melakukan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi. Seluruh siswa berjumlah 24 anak dilibatkan dalam tindakan kelas oleh karena penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang mengikuti alur pembelajaran yang sesungguhnya. Pertimbangan pemilihan siswa kelas V sebagai subjek penelitian, karena siswa kelas V mengalami permasalahan dalam kemampuan menyimak. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi dan wawancara pada kegiatan awal menunjukkan bahwa pembelajaran menyimak di kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi belum dilaksanakan secara optimal. Pembelajaran menyimak masih dititik beratkan pada ceramah dan tugas-tugas saja. Siswa masih nampak mengalami kendala dalam pembelajaran menyimak. Dari hasil wawancara dengan siswa, pembelajaran menyimak yang pernah dilakukan dan dialami para siswa tersebut masih banyak mengalami kendala. Kendala itu diantaranya adalah (1) siswa mengalami
kesulitan dalam hal pelajaran menyimak, (2) siswa mengalami kesulitan dalam menyimak sesuatu hal yang didengarkan, (3) siswa kesulitan mengungkapkan kembali isi tuturan yang disimaknya, dan (4) siswa banyak mengalami kesalahan dalam pelaksanaan pembelajaran menyimak terutama dalam membuat simpulan akhir. Hal ini memunculkan fakta bahwa pembelajaran menyimak menjadi pembelajaran yang tidak menyenangkan bahkan ada sebagian anak yang benci terhadap pembelajaran menyimak atau mendengarkan. Berdasarkan beberapa temuan tersebut maka disusun suatu tindakan kelas untuk diterapkan pada pembelajaran menyimak. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam rangka meningkatkan kemampuan menyimak. Kegiatan siswa mendengarkan cerita, kegiatan ini guru membacakan cerita pendek dan siswa mendengarkan dengan seksama dan mencatat hal-hal yang penting sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Kegiatan berpikir, guru memberikan pertanyaan/lembar kerja siswa yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian siswa diminta untuk memikirkan pertanyaan/lembar kerja siswa tersebut secara mandiri untuk beberapa saat, . Kegiatan diskusi berpasangan, guru meminta siswa berpasangan dengan siswa pasangannya untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada pasangannya membandingkan jawaban atau hasil
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 151
pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling bagus. Biasanya guru pada tahap ini memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. Kegiatan berbagi (hasil diskusi berpasangan), guru meminta kepada pasangan untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka diskusikan. Dilakukan secara bergiliran pasangan demi pasangan dan dilanjutkan sampai sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan, kemudian hasilnya dikumpulkan. Hasil nilai siswa bahwa sebelum penerapan siklus I siswa yang belum mencapai ketuntasan (memperoleh nilai di bawah 70) sebanyak 14 anak atau 58,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 10 anak atau 41,67%, nilai terendah sebesar 48 dan tertinggi 77 dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 63,87. Dan setelah dilakukan siklus I maka dapat diketahui bahwa anak yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) sebanyak 8 anak atau 33,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 16 anak atau 66,67% . Nilai terendah 55 dan nilai tertinggi 80 dengan rata-rata kelas sebesar 71,58. Nilai yang di hasilkan oleh siswa belum sesuai dengan yang diharapkan oleh peneliti hal ini disebabkan pada kegiatan menyimak isi cerita, guru masih banyak duduk di depan. Walupun guru kadangkadang sudah berkeliling tapi hendaknya mengelilingi kelas pada waktu proses menyimak, sehingga tidak ada siswa yang main sendiri dan akhirnya dapat mengganggu
siswa yang lain. Perhatian guru pada proses belajar mengajar masih kurang. Setelah memberi tugas guru melaksakan aktivitas lain. Guru hendaknya memperhatikan kegiatan yang sedang berlangsung. Menyimak isi dari cerita. Dalam kegiatan ini masih mengalami kesulitan yang dialami siswa dalam menyimak isi dari cerita. Hal ini disebabkan oleh kurangnya guru mengawasi siswa sehingga masih ada siswa yang main sendiri. Hal ini dimaksudkan dapat menambah konsentrasi siswa dalam menyimak isi cerita. Kedisiplinan masih perlu ditingkatkan, agar langkah – langkah pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan “berpikirberpasangan-berbagi” dalam model think pair share memberikan keuntungan, siswa secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga meningkat. Setelah diadakan penelitian pada siklus II, hasil yang di dapat siswa pada siklus II di jelas bahwa sebelum penerapan siklus II siswa yang belum mencapai ketuntasan (memperoleh nilai di bawah 70) sebanyak 8 siswa atau 33,33%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 16 anak atau 66,67%, nilai terendah sebesar 55 dan tertinggi 80 dengan nilai rata-rata secara klasikal sebesar 71,58. Dan setelah dilakukan siklus II maka dapat diketahui bahwa anak yang memperoleh nilai di bawah standar ketuntasan minimal (SKM) sebanyak 4 siswa atau 17%, siswa yang telah mencapai ketuntasan 20 siswa atau 83% . Nilai terendah 65 dan nilai tertinggi 93 dengan ratarata kelas sebesar 78,79.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 152
Dari hasil di atas pelaksanaan menyimak dapat disimpulkan bahwa, keberhasilan dalam pelaksanaan menyimak ini karena disebabkan persiapan sudah matang, atau mungkin pelaksanaan menyimak cerita pendek sangat diminati siswa. Banyak siswa yang sudah memahami bahan simakan sehingga mereka tidak mengalami kesulitan dalam menyimak bahan simakan. Berdasarkan hasil refleksi seluruh tindakan pada siklus II dapat disimpulkan bahwa tindakan penerapan teknik think pair share, telah dapat memperbaiki
pembelajaran menyimak siswa kelas V SDN Setono 1, Kecamatan Ngrambe, Kabupaten Ngawi. Oleh karena itu tidak diperlukan lagi tindakan siklus selanjutnya. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak dengan teknik think pair share siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013. Adapun rincian dari hasil penelitian siklus I, dan siklus II yang memuat rata-rata skor proses dan hasil belajar siswa, ketuntasan siswa dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1 Data Hasil Belajar dan Ketuntasan Siswa dari siklus I dan Siklus II Siklus
Rata-rata Skor
Ketuntasan
Tidak Tuntas
Proses dan Hasil
%
%
Kriteria
Belajar Siswa I
71,58
66,67
33,33
Baik
II
78,79
83
17
Sangat baik
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada siklus I menunjukkan persentase siswa yang tuntas belajar sebanyak 66,67% denga rata-rata skor proses dan hasil belajar siswa 71,58 sudah masuk kriteria baik. Meskipun demikian, proses dan hasil belajar yang dicapai siswa dengan teknik think pair share belum mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Belum tercapainya ketuntasan belajar secara klasikal tersebut disebabkan karena siswa belum dapat memanfaatkan kesempatan dalam berdiskusi dengan
pasangannya dan belum terbiasa bekerja kelompok, sehingga tugas kelompok dipercayakan pada anak yang paling pandai dalam kelompoknya, hanya agar tugas tersebut segera dapat terselesaikan tanpa mempertimbangkan setiap anggota kelompok dapat memahami materi yang sedang dibahas. Dari keadaan siklus I, maka pada siklus II guru mengadakan perbaikan pada pembagian pasangan dan member keleluasaan kepada siswa untuk bertanya. Guru selalu mengingatkan kepada siswa tentang memanfaatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan pasangannya dan
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 153
cara kerja kelompok yang baik, di mana semua anggota harus lebih berperan aktif dalam diskusi berpasangan. Setelah perbaikan, terjadi peningkatan proses dan hasil belajar siswa pada siklus II bila dibanding dengan siklus sebelumnya yang semula hanya 16 siswa (66,67%)yang tuntas dengan ratarata skor hasil belajar adalah 71,58 meningkat menjadi 20 siswa (83%) tuntas belajar dengan nilai rata-rata 78,79 sehingga pemberian tindakan dicukupkan sampai siklus II, karena hasil proses dan hasil belajar siswa pada siklus II sudah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan menyimak dengan teknik think pair share siswa kelas V SDN Setono 1 pada siklus II termasuk dalam kriteria yang sangat baik. Peningkatan hasil belajar menyimak siswa tidak terlepas dari perubahan yang ingin dicapai seseorang setelah mengikuti proses belajar, yaitu perubahan pada ranah kognitif, apektif, dan psikomotor, seperti (1) kemampuan siswa dalam menjawab soal-soal yang diberikan pada setiap pelaksanaan pembelajaran mengalami peningkatan, (2) keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran, yaitu siswa mampu berpikir secara mandiri, menyesuaikan hasil pemikirannya dengan pasangannya, dan siswa saling bertukar pendapat (sharing) dengan kelompok lain, (3) keberanian siawa dalam mengemukakan pendapatnya. Selain perubahan yang terjadi pada siswa, perubahan juga terjadi pada guru dengan selalu berusaha menciptakan kandisi belajar yang efektif dan
efisien, seperti (1) memberikan motivasi atau dorongan untuk terus belajar kepada siswa, (2) mempertimbangkan kesesuaian antara media pembelajaran denga materi pembelajaran. (3) menciptakan pasangan yang hiterogen, yaitu dengan memperhatikan tingkat persebaran kemampuan berpikir siswa. Peningkatan kemampuan menyimak siswa juga tidak terlepas dari model pembelajaran yang digunakan. Model pembelajaran yang digunakan pada pembelajaran ini adalah strategi, pendekatan, metode, dan teknik. Dalam penelitian ini digunakan sebuah pendekatan yang berpusat pada siswa yaitu pendekatan Cooperative learning tipe think pair share untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Setono 1 tahun pelajaran 2012/2013. Teknik think pair share merupakan sebuah model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berpikir secara mandiri dan belajar denga cara bekerjasama dan berbagi dengan orang lain. Belajar dapat diperoleh dari hasil pemikiran sendiri berdasarkan pengalaman dan pengetahuan, dari hasil pemikiran bersama teman, dari sharing antar teman, antar kelompok, dan antar mereka yang belum tahu sama sekali sehingga terbentuk komunikasi ke segala arah. Pembelajaran yang menggunakan teknik think pair share berasumsi bahwa belajar dengan awalnya berpikir secara mandiri dan berpasang-pasangan kemudian sharing antar kelompok merupakan cara belajar yang lebih baik daripada belajar sendiri tanpa berpasangan (pair) dan tanpa melakukan sharing dengan orang lain atau kelompok
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 154
lain. Dengan demikian, maka tujuan dalam penelitian ini terbukti bahwa pembelajaran menyimak dengan teknik think pair share dapat meningkatkan kemampuan menyimak siswa kelas V SDN Setono 1 Kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan yang dapat diambil dari penerapan teknik think pair share pada pembelajaran menyimak siswa kelas V SDN Setono 1 dapat diuraikan sebagai berikut. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil dari tindakan pelaksanaan pembelajaran, ada peningkatan dalam proses belajaran menyimak. Peningkatan proses belajar menyimak siswa kelas V SDN Setono 1 dengan teknik think pair share terlihat pada (1) kesenangan dan gairah belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sudah kelihatan, (2) keantusiasan dan ketekunan siswa dalam menyimak cerita pendek anak yang akan dijadikan bahan evaluasi, (3) ketekunan, keaktifan, dan kreatifitas siswa dalam kerja berpasangan sudah kelihatan kompak. (4) tingkat kefokusan mereka dalam menyimak sudah baik terlihat dari hasil kerjaan dengan pasangan mereka sudah meningkat. Kecuali itu juga adanya peningkatan proses belajar dalam hal (1) kerja sama yang dilakukan dengan pasangannya dan (2) siswa sudah mempunyai percaya diri dalam mempresentasikan hasil kerja berpasangan di depan kelas. Terlihat dari hasil peningkatan proses belajar dari siklus I dengan rata-rata klasikal 72, disiklus II naik menjadi 78.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, hasil dari tindakan pelaksanaan pembelajaran, ada peningkatan kemampuan menyimak. Peningkatan kemampuan pada tahap ini adalah (1) keantusiasan, kejujuran, dan kedisiplinan siswa dalam proses menyimak (2) keberanian memberikan tanggapan terhadap pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan (3) terjadinya peningkatan kemampuan menyimak siswa yang ditunjukkan dengan adanya peningkatan nilai klasikal dari siklus satu 71,58% meningkat pada siklus II menjadi 78,79%. Kecuali itu juga ada peningkatan kemampuan dalam hal cara memberikan tanggapan terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa setelah diimplementasikan pembelajaran menyimak dengan menggunakan teknik think pair share pada siswa kelas V SDN Setono 1 kecamatan Ngrambe Kabupaten Ngawi tahun pelajaran 2012/2013 terdapat peningkatan proses dan hasil belajar. Oleh karena itu, teknik think pair share dapat direkomendasikan kepada guru dalam upaya meningkatkan kemampuan menyimak siswa dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disampaikan beberapa saran saran-saran. Beberapa saran tersebut adalah: Bagi guru Bahasa Indonesia khususnya kelas V SD penelitian ini dapat dijadikan masukan strategi alternatif untuk peningkatan kemampuan menyimak terutama menggunakan teknik think pair share. Kecuali itu guru dalam pembelajaran menyimak dapat
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 155
menggunakan strategi yang bersifat menghibur, karena dengan hiburan siswa SD dalam pembelajaran akan lebih menyenangkan. Bagi siswa kelas V SD penelitian ini dapat memberikan motivasi, dan kegairahan dalam belajar, karena dalam penelitian ini siswa diarahkan untuk menanamkan keantusiasan, kedisiplinan,. Dengan adanya keantusiasan, kedisiplinan, dan percaya diri akan tertanam dengan sendirinya motivasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Bagi penyusun bahan ajar materi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas V SD tertutama dalam pembelajaran menyimak buatlah sederhana, dan berikan muatan yang berisi hiburan, dengan acuan itu kegiatan belajar mengajar akan lebih menanamkan kreativitas siswa. Bagi Kepala Sekolah terus memotivasi guru untuk meningkatkan kompetensinya melalui berbagai kegiatan diskusi, work shop, pelatihan secara terprogram maupun melalui peningkatan pendidikan. Dan selalu meningatkan guru untuk melaksanakan kegiatan KKG sekolah guna memecahkan persoalan pembelajaran disekolah dan berdiskusi melaksanakan PTK secara kolaboratif. Bagi penyusun kurikulum penelitian ini dapat dijadian acuan alternatif dalam penyusunan kurikulum, terutama langkahlangkah yang optimal dalam pencapian tujuan pembelajaran, karena sampai sekarang terutama rekan-rekan guru masih mengalami kebingungan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dengan langkahlangkah pembelajaran yang jelas akan memudahkan guru dalam mengejawantahkan kurikulum yang berlaku. Bagi peneliti yang lain temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar untuk menemukan strategi pembelajaran dalam pembelajaran menyimak, dengan dasar tersebut strategi yang digunakan dalam pembelajaran menyimak akan lebih bervariasi, sehingga pembelajaran akan lebih dapat menyenangkan dan bermakna.
DAFTAR RUJUKAN Ardiana, Leo Idra, dkk. 2002. Menyimak ( Pelatihan Terintegrasi Berbasis Kompetensi Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia). Jakarta: Dirjen Dikdasmen. Ibrahim, Muslimin, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press Unisa. Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Press. Parera, J.D & Tasai, S. Amran. 1995. Pintar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Suyadi, dkk. 1998. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas tinggi. Jakarta: Pustekom Depdikbud. Wiraatmaja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: remaja Rosdakarya.
NOSI Volume 1, Nomor 2, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 156